Anda di halaman 1dari 6

Liberalisasi Jasa Keuangan dalam Kerangka

ASEAN - Japan Comprehensive Economic Partnership


(AJCEP)

l. Latar Belakang

1.1 Pembentukan ASEAN - Japan Comprehensive Economic partneship

lde Pembenlukan ASEAN - Japan CEP (AJCEP) pertama kali dikemukakan oleh Perdana Menteri
Jepang Junichiro Koizumi dalam pidato resminya pada kunjungannya ke lima Negara ASEAN pada
bulan Januari tahun 2002. Dalam kesempatan tersebut pM Koizumi mengemukakan pemikirannya
tentang pentingnya cEP bagi "platforn" untuk mempe*uat kemihaan ekonomi di kawasan. (Asean
Jalin CEP dengan Jepang,Media Industri dan Perdagangan, Jakarta,2003)

lnisiatif tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan dituangkannya dalam Joint Declantion paoa
Pertemuan Tingkat ringgi para Kepala Negara pada tanggal 5 November 2002 di phnom penn,
Kamboja. Namun secara resmi tramework mengenai pembentukan ASEAN
-
Jaoan cEp baru
ditandatangani oleh Kepala Negara ASEAN dan Jepang pada KTT ASEAN tanggal g oktober 2003 di
Bali, Indonesia.

Pembentukan ASEAN -
Japan CEP ini bertujuan untuk memperkuat integrasi ekonomi antara ASEAN
dan Jepang, termasuk didalamnya pembentukan kawasan perdagangan bebas, meningkalkan daya
saing ASEAN dan Jepang di pasar dunia serta meliberalisasikan dan memfasilitasi perdagangan
barang dan jasa termasuk investast.

Pembentukan cEP telah dimulai sebelum Joint Declaration dengan tahap pra-implementasi, yaitu
melalui pembentukan ASEAN -
Japan c/oser Economic paftnership Expei Group yang bertuluan
untuk menyusun studi kemungkinan pembentukan comprehensive Economic partnership (cEp) yang
mengarah pada Free Trade Area. Hasil studi teBebut menyebutkan bahwa dengan ASEAN
- Japan
closer Economic Paftnership (Embrio dari ASEAN -
Japan c;onprehensive Economic paftnership\,
hingga tahun 2020, akan meningkatkan ekspor ASEAN ke Jepang sebesar 44.2%. sebaliknya ekspor
Jepang ke ASEAN akan meningkat hingga 27,5o/o. Atau secara nominal, ekspor ASEAN ke Jepang
akan meningkat hingga us$ 20,6 miliar dan sebaliknya ekspor Jepang ke ASEAN akan meningkat
sebesar US$ 20,2 miliar. selain itu PDB ASEAN dapat meningkat dengan 1,99%, sedangkan pDB
Jepang akan meningkat sebesar 0,070/o.(Keterlibatan lndonersia dalam Forum FTA,
ditjendkpi.kemendag.go.id, 28 Desember 2005, sebagaimana diunduh .13
September 2013)

Lebih lanjut, tahap implementasi CEP dijadwalkan akan dilaksanakan dalam jangka waktu 10 tahun
sejak Jolnt Declaration, Dalam kurun waktu tersebut, telah dimulai konsultasi liberalisasi perdagangan
barang, jasa dan investasi pada tahun 2004, dan proses negosiasi untuk menyusun perjanjian
kerjasama CEP pada tahun 2005. Perlanjian AJCEP telah ditandatangani secara ad-referendun
oada
bulan Maret 2008.

llPage
1,2 Peranan Sektor Jasa Keuangan

seoara umum sektor jasa memegang peranan penting dalam perekonomian negara-negara di dunia
saat ini. Bahkan di negara maju, kontribusi jasa mencapai 70o/o dan PDB.Sedangkan di Indonesia saat
ini kontribusi jasa saat mencapai kisaran hampir S0% dari total pDB.

Mengingat begitu besarnya kontribusi jasa ini dalam perekonomian, maka berbagai upaya di6kukan
dalam rangka meningkatkan kinerja sektor jasa antara lain melalui liberalisasi perdagangan di bidang
jasa secara umum dan Jasa keuangan secara khususnya.

Sektor keuangan mendukung pertumbuhan ekonomi melalui peran intermediasinya. Se6or keuangan
yang efisien dan sehat mengalokasikan sumber daya secara efisien di dalam perekonomian
dengan
memobilisasi dana. BuKi empiris menunjukan bahwa perbaikan sektor keuangan memiliki dampak
yang signifikan dan positif terhadap pertumbuhan suatu negarEl, dan semakin maju
sektor keuangan,
semakin mampu pula sektor keuangan dapat membantu mendorong perlumbuhan ekonomi (King
dan
Levine,1993, Khan dan sebhadji, 2000 dalam 'Kepntingan ldonesia di Behagai perundingan
Perdagangan lntemasianal Bidang Jasa : Jasa Keuangan', Kementerian perdagangan, Jakar+a,
2012).

Namun demikian ketidakstabilan (volatitity) menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sektor
ini. Untuk
ifu menjadi calatan adalah bahwa semakin majunya sektor keuangan dunia, maka peraturan-
peraturannya juga dibuat menjadi lebih terperinci.

Dalam upaya meningkatkan kerjasama ekonomi melalui liberalisasi perdagangan di bidang jasa,
Negara-negara ASEAN telah menyepakati dan mengesahkan ASEAIV Fnmework Agreentent
on
serwces (AFAS) pada tanggal 15 Desemb€r 1995 di Bangkok, Thailand. selanjutnya untuk
menindaklanjuti kesepakatan tersebut, telah dibentuk Coordinating Conniftee on Servlbes (CCS) yang
memiliki tugas menyusun modalitas untuk mengelola negosiasi liberalisasi jasa dalam kerangka
AFAS
yang mencakup 8 (delapan) sektor, yaitu: Jasa Angkutan Udara dan Laut, Jasa Bisnis, Jasa
Konstruksi' Jasa Telekomunikasi, Jasa Pariwisata, Jasa Keuangan, Jasa Kesehatan dan Jasa
Logistik.
Sedangkan Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan bersama sama dengan Bank
lndonesia
(Bl) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terlibat dalam perundingan liberalisasi
sektor jasa keuangan
dalam forum Working Conitte on Financial Selices Libentizat on (WCFSL), yaitu suatu komite yang
bertugas untuk melakukan liberalisasijasa keuangan pada forum Asean.

lndonesia sendiri telah menyelesaikan beberapa perjanjian jasa seperti :


lndonesia-Japan Economrc
Paftnership Agrcenent (lJEpA), AseaHKorea Free Tnde Agreement rrade rn seMces (AOFTA-
TlsA), dan Asean-Auslralia-New zealand Free Trade Agreement-Trade in services (MNZFTA-T|SA).

Pembahasan tema Asean-Japan cEpA dipilih dengan alasan bahwa sejalan dengan
keingrnan
Indonesia untuk meninjau kembali perianiian IJEpA yang dianggap kurang mengunfungkan posisi
lndonesia, disaat yang sama Indonesia dalam kerangka Asean,lapan hmprehensive
Economic
Paftnership (AJCEP) iuga sedang dalam proses melakukan perundingan. oleh karenanya
kami
berfiarap tulisan singkat ini merupakan sosialisasi bagi semua pihak guna mengelahui
sepintas lintas
tentang proses dimaksud.
ll. Cunent lssue
Il,1 Genenl Agreenent on Trade in Senices (GAIS,I

sebagai mana dalam General Agrcenent on Taiffs and rrade (GA rr), Indonesia merupakan
penandatangan dan General Agreenent on Trade in serulces (GA rs), oleh karenanya, GATS
manjadi
kerangka acuan dalam setiap perundingan di bidang jasa pada umumnya.

secara umum GATS terdiri dari: (Euslness Guide to The world rrading sysfem, ITC uNTACMTo and
Comnonwe afth Secreta iat, 20031

1 . A Framework of General Rules and Diciplines


Franewo* lerdiri dari konsep umum, prinsip-prinsip, dan aturan-aturan yang berlaku dalam
perdagangan jasa. sebagai contoh: scope and main obligation (transparancy,
Mutual
recognation of the qualification required for the supply of serylces, MFN, Nationat treatnent.
Market acces, dll).

2. .Annex addressing special conditions relating to individual sector


Terdiri dari lampiran dari perianjian yang membangun prinsip dan ketentuan bagi sektor
tertentu
Misalnya yang terkait dengan Movement of Natura! person (MNp), financia! senices. oan
telecomunications.

3. Liberalization ammitment speciftc to fhe servlces sector and sub secfors listed in each
country's schedule.
Berisi tentang speciftc conmitnenf yang diliberalisasi dalam sektor jasa dan
sub sektor yang
ada dalam skedul dari anggota yang bersangkutan.

ll.2 The lF Meeting ol the ASEAN-Japan Comprehensive Economic patuterchip

Pada The 1vn Meeting of the ASEAN-Japan comprehensive Eanonic paftnership yang
diselenggarakan pada tangal 9 Juli sd 12 Juli 2013, Tokyo, telah berlangsung pembahasan
antara lain
tenlang tentang The Main Tert on Trade ln Servrces (teks induk perjanjian perdagangan
liberalisasi
jasa) dan Annex on Financial Selices (lampiran dari text induk perjanjian
liberalisasi perdagangan Jasa
untuk iasa keuangan).

11.2.1 Annex on Hnancial Seryices

Dalam lampiran untuk Jasa Keuangan (Financiat Servlces) posisi di September 2013
belum secara
final memutuskan pasal-pasal yang masuk dalam perjanjian dan isi pasal-pasalnya.
Berdasarkan
proposal Jepang ditambah dengan usulan Asean, secara umum dan
sementara perjanjian dibagi antara
rarn vattu :

,lJ*rnoo"un^n
Pada butk ini memberikan definisi dan ruang lingkup dari beberapa hal yang
secara prinsip dibanas
dalam perianjian ini. Sebagai contoh membahas tentang definisi financial services
serta memberikan
batasan atau ruang ringkup dari direct insurance yaitu terdiri dari Lffe dan Non
Life lnsurance.

3lPage
2. Domestic Regulations
Dalam Domesfic Regu/aflons dibahas tentang tentang kebebasan dari setiap anggota (partyl untuk
melakukan atau mempertahankan aturan demi suatu alasan kehati-hatian (prudential reason\
seperti untuk proteksi investor, serta kebijakan yang diambil dalam rangka stabilitas sistem
keuangan.

2. Transparancy
Pada pasal (aficle) ini membahas tentang keharusan setiap anggota untuk memberikan
transparansi peraturan yang berlaku dalam jasa keuangan kepada anggota yang lain.

3. Expeditious Application Prwedures


Pada pasal ini dibahas tentang keharusan setiap palty untuk mempercepat proses yang diajukan
oleh pemasokan jasa keuangan pafty lainnya, memberikan pemberitahuan atas hasilnya yang
disertai dengan alasannya apabila permohonan yang bersangkutan ditolak, serta memberikan
jaminan kepada pengaju aplikasi yang bersangkutan dalam hal telah terpenuhinya seluruh
ketentuan
berdasarkan ketentuan yang berlaku (transparansi stalus).

4. Tnnsfer of Information and Processing of Information


Pada pasal ini diatur bahwa parfy tidak diperbolehkan untuk membuat aturan-aturan guna mencegah
hansfer informasi, termasuk hansfer data melalui elektronik, yang biasa digunakan untuk
melaksanakan bisnis dari sebuah pemasok jasa keuangan, namun demikian hal ini tidak
dimaksudkan untuk melanggar hak suatu pafty guna melindungi data personal dan hal-hal
konfidensial lainnya sesuai dengan peraturan domestik yang berlaku.

5. NationalTreatnent
Jepang mengaiukan pasal ini yaitu pasal yang berkaitan dengan keharusan suatu parly intuk
menjamin pemasok jasa keuangan dari pihak ketiga (another party) yang telah dibangun di area
party untuk dapat mengakses sistem pembayaran dan kliring sistem yang dioperasikan
oleh entitas
publik.

6. Dispute Setlenent
Pasal ini menetapkan lentang perlunya pengadilan arbitrasi yang dibentuk memiliki lenaga ahli
dalam permasalahan jasa keuangan.

1/.2.2 The Main Text on Trade in $ervices

sebagai mana dalam Annex on Financial services, belum ada kesepakatan final atas pasal.pasal
dan isi pasaf-pasalnya yang dimasukan dalam rhe Main Text on rrade in seryjces namun
, secata
unun isi dai perjanjian yang bersangkutan sebagaimana beikut :

1. Definition and scope

Pada bagian ini dibahas tentang definisi istilah-istilah dalam perjanjian dan ruang lingkupnya.
Sebagai
contoh adalah definisi tentang "area', 'commercial presence' dan ' computer reservation system
4lpage
seryices'serta 'juridical person". Sedangkan ruang lingkup perjanjian mencakup hal-hal yang berkaitan
dengan perdagangan jasa namun perjanjian ini (chapterl ini tidak termasuk antara lain cabotage pada
marifim transport seryices, dan tidak berlaku bagi ketentuan atau aturan yang berkaitan dengan
keimigrasian.

2. Obligation and diciplines

Pada bagian ini dibahas tentang kewaliban dan hal-hal yang perlu diterapkan oleh setiap party yailt
antara fain terkait dengan penerapan Most Favoured Nation (MFN) Treatrnent, Transparancy, Domestic
Regulation, Administrative guidance, Recoognition, Monopolies Exclusive Seryices Supp/ie4 Busrness
Practices, Safeguard, payment trasfer, Restiction to Safeguard the Balance of Payments, General
Exceptions, Subsidy, Cooperallons, serfa lncreasing Pafticipation of Newer Asean Member States.

3. Specific Comnitment

Dalam bagian komitmen spesifik yang diperjanjikan dimasukan butir-buth yang terkait dengan antara
lain : Market acces, National Treatment, Schedule of Specific Commitments (Standstill Commitment -
SS, Application and Extension of hmmitment, Progressive Libenlization, sefta Modifrcation of
Scedule.

4. Other Provisions

Pada bagian ini dimasukan butir tentang adanya kemungkinan renegosiasi dikemudian tentang format
dari schedule yang dimasukan dalam butir'Riyiew', kemudian memasukan butir tentang" Dlspufe
Settle,nent' serla Denial of Benetfits.

Perkembangan brakhir negosiasi adalah proposal Jepang yang dikemas dalam'Package Deal dan
'Counter Proposal' dari Asean serta permintaan Jepang atas pengajuan initial offer tanpa harus
menunggu selesainya kesepakalan atas perianjian yang bersangkulan.

lll, Simpulan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa negosiasi tentang prinsip-prinsip yang dianut dalam perjanjian
masih dalam taraf negosiasi dan belum final, tentu sala diharapkan dalam proses ini akan telah secara
hati-hati memperhitungkan tingkal perkembangan jasa keuangan diantara negara asean (lndonesia,
Singapore, Malaysia, Philipina, Thailand, Laos, Vietnam, Myanmar, Kamboja, dan Brunei) yang sangat
beragam dan dengan mernpertimbangkan tingkat perkembangan jasa keuangan Jepang yang telah
jauh lebih maju dibandingkan negara-negara Asean. Semoga hasil perundingan menghasilkan sesuatu
yang dapat membawa kemajuan bagi sektor jasa keuangan Indonesia serta dan dapat berdampak
pada peningkatan perkembangan ekonomi lndonesia.

5lPage
Daftar Pustaka :

1. "Busrness Guide to The World Trading System', ITC UNTACMTO and Commonweafth
Secrefanbf, 2003.
2. 'Kepentingan ldonesia di Berbagai Perundingan Perdagangan lnternasional Bidang Jasa :
J a sa Keu angan', Kementerian Perdagangan, Jakqla, 2012
3. "Asean Jalin CEP dengan Jepang', Media Industri dan Perdagangan, Jakarta, 2003)
4, "Keterlibatan lndonercia dalam Forum FIA', ditjendkpi.kemendag.go.id, 28 Desember 2005,
sebagaimana diunduh 13 September 2013)

6lPage

Anda mungkin juga menyukai