Anda di halaman 1dari 11

DISTORSI AKUNTANSI

Kebutuhan Akan Analisis Akuntansi

Kebutuhan akan analisis akuntansi disebabkan dua alasan . pertama, akuntani akrural,
memperbaiki akuntansi kas dengan mencerminkan aktivitas usaha pada waktu yang lebih
tepat.namun akuntansi akrual menyebabkan distorsi akuntansi yang perlu di indentifikasi dan
seuai, sehingga inormasi akuntansi dapat mencerminkan aktivita usaha dengan lebih baik.
Kedua, laporan keuangan dibuat untuk berbagai jeni pemakai dan kebutuhan inormasi . hal
ini berati informasi akuntansi biaanya menbutuhkan penyesuaian untuk memenuhi tujuan
analisis dari pemakai tertentu . masing masing alasan serta implikasi terhadap analisis laporan
keuangan akan di bahas sebagai berikut.

a. Distorsi Akuntansi

Ditrorisasi akuntani merupakan penyimpangan dari informasi yang dilaporkan pada


laporan keuangan terhadap realitas usaha sebenarnya, distori ini timbul dari sifat akuntansi
akrual- yang meliputi standar, kesalahan estimasi, keseimbangan antara relevan dan andal,
serta kebebasan dalam aplikasinya. Masing-masing sumber distorsi akan dibahas sebagai
berikut.

Standar akuntansi. Standar akuntansi terkadang disebabkan distori. Paling tidak terdapat
tiga penyebab distorsi yang dapat diindenfikasi. Pertama, standar akuntansi merupaka hasil
proses politik, berbagai kelompok pemakai melakukan lobi untuk melindungi kepentingan
mereka. Pada proses ini, standar sering kali gagal menghailkan inormasi yang paling relevan.
Salah satu contoh adalah penetapan akuntansi untuk kompensai berbasis aham (employee
stock option-ESO)

Penyebab distorisasi kedua dari standar akuntansi disebabkan oleh beberapa prinsip
akuntansi, misalnya. Prinsip biaya historis dapat mengurang relevani neraca karena tidak
mencerminkan nilai paar aset dan kewajiban yang terkini. Selain itu, akuntani berbasis
transaksi menghailakan akuntansi goodwiil dari transaksi penjualan sebagai aet, tetapi tidak
mengakui goodwiil yang dibuat sendiri. Selanjutnya jurnal pemasangan memberikan
implikasi bahwa neraca merupakan atu kesatuan dengan laporan laba rugi –artinya, banyak
transaksi yang akan mempengaruhi kedua laporan. Namun, aturan akuntani yang
memperbaiki salah satu peryantaan ering kali tidak memperbaiki oeryataan lainya, mialnya,
aturan persediaan fifo memastikan bahwa kaun peredian dengan neraca akan mencerminkan
biaya terkini dari persedian yang belum terjual, namun aturan persedian lio mencerminkan
biaya penjualan terkini pada laporan laba rugi.

Penyebab ketiga distorsi adalah konservatisme. Misalnya, akuntan sering kalimenurunkan


atau menghapuskan nilai aet yang mengalami penurunan nilai, tetapi jarang sekali terdapat
peningkatan nilai aset. Konservatisme menyebabkan bias pesimis atas laporan keuangan yang
menggantungkan analisis kredit, tetapi bermasalah untuk analisis ekuitas.

Kesalahan estimasi. Akuntani akrual menyaratkan ramalan dan estimasi dan estimasi lain
mengenai kosenkuensi ata arus kas masa depan.estimasi ini memperbaiki kemampuan angka
akuntani untuk mencerminkan transaksi usahasecara tepat waktu. Namun, estimasi ini
menyebabkan kesalahan yang dapat mendistorsi relevansi angka akuntansi akrual, ebagai
ilustri, perhatikan penjualan kredit. Ketiga barang atau jasa di jual secara kredit, terdapat
kemungkinan pelanggan tidak dapat membayar. Terdapat dua pendekatan untuk mengatasi
ketidakpastian ini. Pendekatan utama dalah menggunakan akauntansi yang mencatata
pendapatan hanya pada saat kas diterima dari pelanggan , pendekatan takut yang dianut
akuntansi akrual adalah mencatata pnjualan kredit sebagai pendapatan saat terjadi dan
kemudian membuat penyisishan atas piutang tak tertagih berdaarkan data masa lalu, nilai
kredit pelanggan dan fakta lainya. Meskipun akuntai akrual lebih relevan, namun lebih
mudah menghasilkan distorsi yang disebabkan oleh kesalahan etimasi piutang tak tertagih.

Keseimbangan andal dan relevan. Standar akuntansi mempertimbangkan keeimbangan


antara andal dan rekevan. Penekanana terhadap keandalan seringkali menunda pengakuan
dampak dari transaksi dan kewajiban tertentu pada laporan keuangan hingga kosenkuensi
arus kas dapat destimasi dengan layak. Misalnya , kerugian kontinjen. Sebelum kerugian
kontijen dicatatat sebagai suatu kerugian, nilainya harus distimasi terlebih dahulu. Katena
kriteria ini, banyak kerugian kintinjen yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, bahkan
hingga beberapa tahun setelah tidak ada keraguan mengenai keberadaanya (beyond
reasonable doubit), salah atu contoh distorsi yang disebabkan penekanan kedalan adalah
akuntansi biaya penelitian dan pengembangan (litbang). Meskipun litbang adalah invetasi ,
standar akuntansi saat ini mayarakat penghapuan biaya sebagai beban karena manat litbang
lebih ytidak pasti dibandingkan manfaat dari investasi lain misalnya bangunan dan peralatan.

Manajemen laba. Manajemnen laba barang kali merupakan hail akuntani akrualyang
paling bermasalah. Penggunaan penelitian dan etimasi dalam akuntansi akrualmengizinkan
manajer untuk menggunakan informasi dalam dan pengalaman mereka untuk dan menambah
kegunaan angka akuntansi. Namun, beberapa manajer menggunakan kebebasan ini untuk
menguabah angka ankuntansi, terutama laba, untuk keuntungan pribadi , sehingga
mengurangi kualitasnya manajemen laba terjadi karena beberapa alasan, seperti untuk
meningkatkan kompensensi, menghindari persyaratan utang, memenuhi ramalan analisis, dan
memengaruhin harga saham. Manajemen labadapat dilakukan melalui dua cara: (1)
mengubah metode akuntansi, yang merupakan bentuk manajemen laba yang paling jelas
terlihat , dan (2) mengubah estimasi dan kebijakan akuntansi yang menentukan angka
akuntansi, suatu bentuk manajemen laba yang lebih samar. Manajemen laba merupakan suatu
realita akuntansi akrual yang enggan diterima oleh para pemakai. Meskipun penting jun tuk
diketahui bahwa mananajemen laba tidak dilakuakan sejauh yang telah dipuplikasikan pers
keuangan. Tidak diragukan bahwa manajemen laba merusak kredibilitas inormasi akuntans.
Bagian selanjutnya akan membahas diskusi mendalam mengenai manajemen laba.

b. Manajemen Laba

Manajemen laba dapat didefinisi sebagai “interval menajemen dengan sengaja dalam
proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi” (Shipper, 1989). Sering kali
proses ini mencakup mempercantik laporan keuangan , terutama angka yang paling bawah,
yaitu laba. Manajemen laba dapat berupa kosmetik, jika manajer memanipulasi akrual yang
tidak memiliki kensekuensi arus kas. Manajemen laba juga dapat terlihat nyata, jika manajer
memilih tindakan dengan tindakan dengan konsekuensi arus kas dengan tujuan mengubah
laba.

Manajemen kosmetik laba memperoleh hasil dari kebebasan dalam aplikasi akuntansi
akrual yang mungkin terjadi. Standar akuntansi dan mekanisme pengawasan mengurangi
kebebasan ini. Namun, tidak mungkin untuk miniadakan pilihan karena kompleksitas dan
keragaman aktivitas usaha. Lagipula, akuntansi akrual membutuhkan estimasi dan penilaian.
Hal ini menyebabkan kebebasan manajer dalam menetapkan angka akuntansi. Meskipun
kebebasan ini memberikan kesempatan bagi manajer untuk menyajikan gambaran aktivitas
usaha perusahaan yang lebih informative, kebebasan ini juga memungkinkan mereka
mempercantik laporan keuangan dan melakukan manajemen laba.

Manajer juga melakukan aktivitas dengan konsekuensi arus kas, kadang kala merugikan
yang bertujuan untuk manajemen laba. Misalnya, manajer menggunakan metode FIFO pada
penilaian persediaan untuk melaporkan laba yang lebih tinggi meskipun penggunaan LIFO
dapat menghasilkan penghematan pajak. Insentif untuk melakukan manajemen laba juga
mempengaruhi keputusan investasi dan pendanaan manajer. Manajemen laba yang murni ini
lebih bermasalah dibandingkan manajemen laba kosmetik karena mencerminkan keputusan
usaha yang sering kali mengurangi kekayaan pemegang saham.

Bahasan berikut mengenai manajemen laba kosmetik karena analisis akuntansi dapat
mengatasi beberapa distorsi yang disebabkannya. Distorsi manajemen laba murni sering kali
tidak dpaat di atasi hanya dengan analisis akuntansi.

1. Strategi Manajemen Laba

Terdapat tiga jenis strategi manajemen laba. (1) Manajer meningkatkan laba (increasing
income) periode kini. (2) Manajer melakukan “mandi besar” (big bath) melalui pengurangan
laba periode ini. (3) Manajer mengurangi fluktuasi laba dengan perataan laba (income
smoothing). Sering kali manjer melakukan stau atau kombinasi dari tiga strategi ini pada
waktu yang berbeda untuk mencapai tujuan manajemen laba jangka panjang.

Meningkatkan Laba. Salah stau strategi manajemen laba adalah meningkatkan laba
yang dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik. Cara ini
juga memungkinkan peningkatan laba selama beberapa periode. Pada skenario pertumbuhan,
akrual pembalik lebih kecil dibandingkan akrual kini, sehingga dapat meningkatkan laba.
Kasus yang terjadi adalah perusahaan dapat melaporkan laba yang lebih tinggi berdasarkan
manajemen laba yang agresif sepanjang periode waktu yang panjang. Selain itu, perusahaan
dapat melakukan manajemen untuk meningkatkan laba selama beberapa tahun dan kemudian
membalik akrual sekaligus pada satu saat pembebanan. Pembebanan saat ini sering kali
dilaporkan “di bawah laba bersih” (below the line), sehingga dipandang tidak terlalu relevan.

Big Bath. Strategi big bath dilakukan melalui penghapusan (write-off) sebanyak mungkin
pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk (sering
kali pada masa di mana perusahaan lain juga melaporkan laba yang buruk) atau peristiwa saat
terjadi satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau
restrukturisasi. Strategi big bath juga sering kali dilakukan setelah strategi peningkatan laba
pada periode sebelumnya. Oleh karena sifat big bath yang tidak biasa dan tidak berulang,
pemakai cenderung tidak memperhatikan dampak keuangannya. Hal ini memberikan
kesempatan untuk menghapus semua dosa masa lalu dan memberikan kesempatan untuk
meningkatkan laba di masa depan.
Perataan Laba. Perataan Laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Pada strategi
ini, manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi
fluktuasinya. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode baik
dengan menciptakan cadangan atau “Bank” laba dan kemudian melaporkan laba ini saat
periode buruk. Banyak perusahaan menggunakan bentuk manajemen laba ini.

2. Motivasi Melakukan Manajemen Laba

Banyak alasan untuk melakukan manajemen laba, termasuk meningkatkan kompensasi


manajer yang terkait dengan laba yang dilaporkan, meningkatkan harga saham, dan usaha
mendapatkan subsidi pemerintah. Insentif utama untuk melakukan manajemen laba dibahas
sebagai berikut.

a. Insentif Perjanjian. Banyak perjanjian yang menggunakan angka akuntansi. Misalnya,


perjanjian kompensasi manajer biasanya mencakup bonus berdasarkan laba.
Perjanjian bonus biasanya memiliki batas atas dan bawah, artinya manajer tidak
mendapat bonus jika laba lebih rendah dari batas bawah dan tidak mendapat bonus
tambahan saat laba lebih tinggi dari batas atas. Hal ini berarti manajer memiliki
insentif untuk meningkatkan atau mengurangi laba berdasarkan tingkat laba yang
belum diubah terkait dengan batas atas dan bawah ini. jika laba yang belum diubah
berada di antara batas atas dan bawah, manajer memiliki insentif untuk meningkatkan
laba. Saat laba lebih tinggi dari batas atas atau lebih rendah dari batas bawah, manajer
memiliki insentif untuk menurunkan laba dan membuat cadangan untuk bonus masa
depan. Contoh lain insentif perjanjian adalah persyaratan utang yang biasanya
berdasarkan rasio yang menggunakan angka akuntansi seperti laba. Oleh karena
pelanggaran syarat utang menimbulkan biaya tinggi bagi manajer, maka mereka
cenderung melakakukan manajemen laba ( biasanya menjadi lebih tinggi) untuk
menghindari pelanggaran tersebut.
b. Dampak Harga Saham, Insetntif manajemen laba linnya adalah potensi dampak
terhadap harga saham. Misalnya, manajer dapat meningkatkan laba untuk menaikkan
harga saham perusahaan sementara sepanjang satu kejadian tertentu seperti merger
yang akan dilakukan atau penawaran surat berharga. Atau rencana untuk menjual
saham atau melaksanakan opsi. Manajer juga melakukan perataan laba untuk
menurunkan biaya modal. Salah satu insentif manajemen laba yang terkait lainnya
adalah untuk melampaui ekspetasi pasar. Cara untuk melakukan strategi ini adalah
sebagi berikut: manajer menurunkan ekspetasi pasar melalui pengungkapan sukarela
yang pesimis (sebelum pengumuman) dan kemudian meningkatkan laba untuk
meningkatkan ekspetasi pasar. Mekin pentingnya investor sementara dan kemampuan
investor ini untuk menghukum saham yang tidak memenuhi ekspetasi telah
menimbulkan tekanan baru pada manejer untuk melakukan segala cara guna
melampaui ekspetasi pasar.
c. Insentif Lain, laba sering kali diturunkan untuk menghindari biaya politik dan
penelitian dilakukan badan pemerintah, misalnya subsidi atau proteksi dari persaingan
asing. Perusahaan juga menurunkan laba untuk mengelakkan permintaan serikat
buruh. Salah satu insentif manajemen laba lainnya adalah perubahan manajemen yang
sering menyebabkan terjadinya big bath. Alasan terjadinya big bath adalah
melemparkan kesalahan pada manajer yang berwenang sebagai tanda bahwa manajer
baru harus membuat keputusan tegas untuk memperbaiki perusahaan, dan yang
terpenting adalah memberikan kemungkinan dilakukannya peningkatan Laba di masa
depan. Salah satu big bath terbesar terjadi saat Louis Gerstner menjadi CEO IBM.
Gerstner menghapus hampir 54 miliar di tahun pertama ia bekerja. Sekalipun bagian
terbesar beban berasal dari biaya penggantian, namaun mencakup juga banyak pos
yang merupakan beban usaha masa depan. Analisa mengestimasi bahwa peningkatan
laba yang akan dilaporkan IBM di tahun-tahun yang akan datang merupakan hasil dari
big bath ini.
3. Mekanisme Manajemen Laba

Bahasan berikut menjelaskan mekanisme manajemen laba. Area yang memberikan


kesempatan optimal untuk manajemen laba mencakup pengakuan pendapatan. Penilaian
persediaan. Estimasi cadangan, seperti beban piutang tak tertagih dan pajak tangguhan. Dan
beban hanya terjadi satu kali seperti restrukturisasi dan penurunan nilai aset.

Pemindahan Laba, Pemindahan laba merupakan manajemen laba dengan memindahkan


laba dari satu periode ke periode lainnya. Pemindahan laba dapat dilakukan dengan
mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan atau beban.

Bentuk manajemen laba ini biasanya menyebabkan dampak pembalik pada satu atau
beberapa periode masa depan, sering kali satu periode berikutnya. Untuk alasan ini,
pemindahan laba sangat berguna untuk pertaan laba. Contoh pemindahan laba adalah
sebagaiaberikut:
 Mempercepat pengakuan pendapatan dengan membujuk distributor atas
pedagang untuk membeli kelebihan produksi pada akhir tahun fiskal. Praktik ini
dinamakan penimbunan saluran (chanel loading), dan sering terjadi pada industri
manufaktur mobil dan rokok.
 Menunda pengakuan beban dengan mengapitalisasi beban mengamortisasi
sepanjang periode masa depan. Contohnya mencakup kapitalisasi bunga dan
kapitalisasi biaya pengembangan perangkat lunak.
 Memudahkan beban pada periode berikut dengan mengadopsi metode
akuntansi tertentu. Misalnya, memilih metode FIFO untuk menilai persediaan (bukan
LIFO) dan memilih metode penyusutan garis lurus (bukan metode percepatan) dapat
menunda pengakuan beban.
 Membebankan biaya yang cukup besar sekaligus pada satu waktu tertentu
misalnya penurunan nilai aset dan biaya rekstrukturisasi pada periode antara. Hal ini
memudahkan perusahaan untuk mempercepat pengakuan beban, dan oleh karena itu
membuat laba periode berikutnya terlihat menjadi lebih baik.

Manajemen Laba melalui Klasifikasi. Laba juga dapat ditentukan dengan sewa khusus
mengklasifikasi beban (dan pendapatan) pada bagian tertentu laporan laba rugi. Bentuk
umum dan manajemen laba melalui klasifikasi adalah memindahkan beban di bawah garis,
atau melaporkan beban pada pos luar biasa dan tidak berulang. Sehingga tidak dianggap
penting oleh analis. Manajer berusaha mengklasifikasikan beban pada bagian tidak berulang
pada laporan laba rugi seperti ilustrasi contoh berikut:

 Saat perusahaan menghentikan suatu segmen usaha, laba segmen tersebut


harus dilaporkan terpisah sebagai laba (rugi) operasi yang dihentikan. Pos ini biasanya
diabaikan oleh analis karena terkait dengan unit usaha yang tidak lagi memengaruhi
perusahaan. Akan tetapi, beberapa perusahaan mengalokasikan pori biaya bersama
yang cukup besar (misalnya biaya overhead perusahaan) pada segmen yang
dihentikan, sehingga menghasilkan laba untuk bagian perusahaan lainnya.
 Penggunaan beban khusus, seperti penurunan nilai aset dan harga
restrukturisasi telah meningkat peat (hampir 40% perusahaan melaporkan paling tidak
satu jenis beban ini). Hal ini disebabkan oleh kebiasaan analis untuk mengabaikan
biaya khusus karena sifatnya tidak biasa dan tidak berulang. Dengan mencatat biaya
khusus ini secara berkala dan memasukkan beban operasi pada biaya ini, perusahaan
membuat para analis mengabaikan sebagian beban operasi.
4. Implikasi Manajemen Laba terhadap Analisis Laporan Keuangan

Karena manajemen laba mendistorsi laporan keuangan, identifikasi dan membuat


penyesuaian manajemen laba menjadi tugas penting dalam analissi laporan keuangan.
Namun, meskipun kekhawatiran mengenai manajemen laba meningkat, manajemen laba
tidak tersebar sejauh yang diasumsikan. Media keuangan senang memusatkan perhatian pada
kasus manajemen laba karena masalah ini enak dibaca. Hal tersebut memberikan kesan yang
salah pada pemakai bahwa manajemen laba dilakukan setiap waktu.

Sebelum menentukan apakah sebuah perusahaan melakukan manajemen laba, seorang


analis harus memeriksa hal berikut:

 Insentif melakukan manajemen laba. Manajemen laba tidak dilakukan kecuali jika
terdapat insentif bagi manajer. Insentif ini telah dibahas sebelumnya dan seorang
analis harus mempertimbangkan insentif tersebut.
 Reputasi dan masa lalu manajemen. Perlu untuk menilai reputasi dan integritas
manajemen. Membaca laporan keuangan periode lalu, persyaratan SEC, laporan
audit, penggantian auditor, dan media keuangan memberikan informasi yang
berguna untuk masalah ini.
 Pola yang kosisten. Tujuan manajemen laba adalah memengaruhi angka paling
bawah seperti laba atau rasio utama seperti debt to equity atau interest coverage.
Perlu diverifikasi apakah komponen laba (atau neraca) tertentu telah diubah untuk
tujuan tertentu. Misalnya, jika suatu perusahaan terlihat meningkatkan laba
melalui, katakanlah kebijakan pengakuan pendapatan, sementara pada saat yang
sama menurunkan laba melalui perubahan metode persediaan, maka kecil
kemungkinan perusahaan melakukan manjemen laba.
 Kesempatan melakukan manajemen laba. Sifat aktivitas usaha menentukan sejauh
mana manajemen laba dapat dilakukan. Jika sifat aktivitas usaha membutuhkan
penilaian yang cukup banyak untuk menentukan angka laporan keuangan, maka
semakin besar kesempatan untuk melakukan manajemen laba.
c. Proses Analisis Akuntansi

Analisis akuntansi mencakup beberapa proses dan pekerjaan yang saling terkait.
Pembahasan analisis akuntansi dilakukan melalui dua bidang-evaluasi kualitas laba dan
penyesuaian laporan keuangan. Meskipun dibahas terpisah, kedua pekerjaan ini saling terkait
dan melengkapi.

1. Evaluasi Kualitas Laba

Kualitas laba (atau tepatnya, kualitas akuntansi) memiliki arti berbeda untuk berbagai
pihak. Banyak analis mendefinisikan kualitas laba sebagai sejauh mana perusahaan
mengaplikasi konservatisme – perusahaan dengan kualitas laba tinggi diharapkan memiliki
rasio harga terhadap laba (Price-earning ratio) yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan
dengan kualitas laba rendah. Defenisi konservatisme dari kualitas laba yaitu sehubungan
dengan distorsi akuntansi perusahaan memiliki laba kualitas tinggi jika informasi laporan
keuangan mencerminkan aktivitas usaha secara akurat. Apapun defenisinya, evaluasi kualitas
laba merupakan pekerjaan penting dalam analisis akuntansi. Tahap evaluasi kualitas laba
akan di bahas secara singkat sebagai berikut:

Tahapan-tahapan dalam Evaluasi Kulitas Laba. Evaluasi kualitas laba mencakupi tahapan
berikut:

 Identifikasi dan penilaian kabijakan akuntansi penting. Tahapan penting dalam


evaluasi kualitas laba adalah mengidentifikssi kebijakan akuntansi penting yang
dipilih perusahaan. Apakah kebijakan tersebut wajar atau agresif? Apakah kebijakan
yang dianut sejalan dengan norma industri ? apakah dampak dari kebijakan akuntansi
pada angka-angka yang disajikan pada laporan kauagan?

 Evaluasi tingkat fleksibelitas akuntansi. Penting untuk menilai tingkat fleksibilitas


yang tersedia pada saat pembuatan lapoan kuangan. Tingkat fleksibilitas akuntansi
pada suatu industri lebih tinggi dibandingkan industri lain. Misalnya, akuntansi pada
industri yang memiliki banyak aset tak berwujud, oprasi usaha yang lebih fluktuatif,
sebagian besar biaya produksi terjadi sebelum proses produksi, dan metode pengkuan
pendapatan yang tidak bisa membutuhkan lebih banyak penilaian dan estimasi. Secara
umum, kualitas laba pada industri tersebut lebih rendah dibandingkan industri yang
akuntansinya lebih langsung.
 Tentukan strategi pelaporan. Menentukan strategi pelaporan yang digunakan oleh
perusahaan. Apakah perusahaan memilih praktik pelaporan agresif? Apakah
perusahaa memiliki laporan audit yang baik? Pernahkah terjadi masalah akuntansi?
Apakah manajemen memiliki reputasi integritas, atau dikenal suka menipu? Juga,
penting untuk memeriksa intensif manajemen laba dan melihat pola indikasi yang
konsisten. Analis perlu mengevaluasi kualitas pengungkapan perusahaan. Meskipun
pengungkapan berorientasi ke depan dan rinci dapat mengurangi kelemahan laporan
keuangan.

 Identifikasi dan menilai tanda bahaya. Satu tahap yang berguna dalam evaluasi
kualitas laba adalah melihat tanda bahaya. Tanda bahaya merupakan pos yang
memberikan peringatan bagi analis akan adanya potensi masalah yang serius.
Beberapa contoh tanda bahaya adalah :

 Kinerja keuangan yang buruk-perusahaan yang putus asa biasanya melakukan


segala cara.
 Secara konsisten laba yang dilaporkan selalu lebih tinggi dibandingkan arus
kas operasi.
 Secara konsisten laba sebelum pajak yang dilaporkan lebih tinggi
dibandingkan laba kena pajak.
 Laporan audit dengan kualifikasi.
 Pengunduran diri auditor atau perubahan auditor yang tidak rutin.
 Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak dapat dijelaskan atau sering terjadi.
 Peningkatan persediaan secara tiba-tiba dibandingkan dengan penjualan.
 Penggunaan metode untuk menghalangi aturan akuntansi, seperti sewa guna
operasi dan sekuritisasi piutang.
 Biaya tidak rutin yang sering terjadi dan big bath.
2. Penyesuaian laporan keuangan

Pekerjaan terakhir dan teberat dalam analisis akuntansi adalah membuat penyesuaian
yang layak atas laporan keuangan. Terutama laporan laba rugi dan neraca. Seperti dibahas
sebelumnya, kebutuhan akan penyesuaian ini disebabkan oleh distorsi atas angka yang
dilaporkan dan oleh tujuan analisis khusus. Penekanan utama dari empat bab berikut pada
buku ini merupakan identifikasi dan penyesuaian yang layak atas angka akuntansi. Beberapa
penyesuaian umum laporan keuangan mencakup:

 Kapitalisasi sewa guna operasi jangka panjang, dengan penyesuaian atas neraca dan
laporan laba rugi.
 Pengakuan beban kompensasi berbasis saham untuk penentuan laba.
 Penyesuaian beban tidak rutin seperti penurunan nilai asset dan biaya restrukturisasi.
 Pengakuan status (dana) ekonomis untuk program pension dan program imbalan
pasca kerja lainnya dalam neraca.
 Menghilangkan dampak pajak penghasilan tertentu yang ditangguhkan atas kewajiban
dan aset dari neraca

Anda mungkin juga menyukai