PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan disusunnya portofolio ini adalah
Menganalisis unsur venustas pada salah satu karya arsitektur
Menganalisis apa yang ingin dikomunikasikan oleh salah satu karya
arsitektur
Menganalisis prinsip estetika salah satu karya arsitektur
Menganalisis timbulnya salah satu karya arsitektur
1.4 Lingkup
Portofolio ini menggunakan metode studi literatur yang dilaksanakan sejak
minggu ke-13 perkuliahan. Referensi yang digunakan berupa buku, sebanyak
3 buah buku, yakni Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan oleh Francis D.K.
Ching, abc Architecture dan Pengantar Arsitektur oleh James C. Synder dan
Anthony J. Catanese. Serta beberapa website terpercaya yang ada di internet
seperti www.archdaily.com; www.openbuilding.com; dan sebagainya
1
2. Landasan Teori
Bab II Landasan Teori berisi kajian teori mengenai unsur-unsur
arsitektur, dan teori-teori pendukung mengenai perbedaan arsitektur
dengan bangunan.
3. Pembahasan
Bab III Pembahasan berisi mengenai objek atau bangunan yang kami
pilih untuk dikaji lebih lanjut unsur-unsur arsitekturnya.
4. Penutup
Bab IV Penutup berisi mengenai Kesimpulan beserta Penutup
2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Anatomi Arsitektur
2.1.1 Sekilas tentang Vitruvius
Marcus Vitruvius Pollio, yang lebih dikenal dengan nama Vitruvius
adalah seorang arsitek dan ahli teknik yang lahir pada abad 1 SM di
masyarakat Romawi. Beliau adalah seorang perintis arsitektur klasik
dan dikenal sebagai Bapak Arsitektur. Sejarah kehidupannya dapat
ditemukan pada karyanya yang masih bertahan, yaitu buku berjudul De
Architectura yang merupakan rangkuman dari pengalaman-pengalaman
pribadinya di ranah arsitektur.
Karyanya tersebut terdiri dari 10 bagian. Buku I menguraikan
tentang pendidikan bagi arsitek. Didalamnya dimuat hal-hal yang
berhubungan dengan dasar-dasar estetika serta berbagai prinsip tentang
teknik bangunan, mekanika, arsitektur domestik bahkan sampai
perencanaan perkotaan. Buku II memaparkan evolusi arsitektur
utamanya yang berkaitan bengan masalah material. Buku III, tentang
bangunan peribadatan. Buku IV menguraikan berbagai tipe bangunan
peribadatan khususnya yang berhubungan dengan tata atur (orders) dan
teori proporsi. Buku V memuat tentang bangunan-bangunan fasilitas
umum seperti teater. Buku VI mengulas tentang keberadaan rumah
pribadi. Buku VII berisikan penggunaan material bangunan sedangkan
pada buku VIII berisi tentang sistem perolehan atau pasok air. Adapun
buku IX mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan astronomi
dan buku X menjelaskan tentang konstruksi, mekanika dan permesinan.
3
assigned to its suitable and appropriate exposure; and beauty, when the
work apprence of the work is pleasing and 56 good taste, and them its
members are in due proportion according to correct principles of
symmetry” (Morgan,1960:17)
Vitruvius menyatakan semua yang dibangun, harus berkenaan
dengan kekokohan/kekuatan (firmitas), fungsi (utilitas) dan keindahan
(venustas).
a. Firmitas
Firmitas yang dimaksud Vitruvius mencakup penyaluran beban
yang baik dari bangunan ke tanah dan juga pemilihan material yang
tepat. Vitruvius menjelaskan setiap material yang ia pakai dalam
bangunannya, seperti batu bata, pasir, kapur, pozzolana, batu dan
kayu. Setiap material dijelaskan mulai dari karakteristik dari tiap
jenis-jenisnya hingga cara mendapatkanya/membuatnya. Kemudian,
ia menjelaskan metode membangunnya (konstruksi).
Sehingga, bisa kita dapatkan bahwasanya dalam firmitas ini
sebenarnya menyangkut tentang kerangka, struktur, kontruksi,
kekakuan, dan keawetan.
b. Utilitas
Pada utilitas yang ditekankan adalah pengaturan ruang yang baik,
didasarkan pada fungsi, hubungan antar ruang, dan teknologi
bangunan (pencahayaan, penghawaan, dan lain sebagainya).
Pengaturan seperti ini juga berlaku untuk penataan kota.
Sehinnga, bisa kita dapatkan bahwasanya dalam utilitas ini
sebenarnya juga membahas tentang kegunaan, fungsi dan kesediaan.
c. Venustas
Dalam venustas, proporsi dan simetri merupakan faktor yang
dianggap Vitruvius mempengaruhi keindahan. Hal ini ia dasarkan
pada tubuh manusia yang setiap anggota tubuhnya memiliki proporsi
yang baik terhadap keseluruhan tubuh dan hubungan yang simetrikal
dari beberapa anggota tubuh yang berbeda ke pusat tubuh.
4
Jadi, venustas itu meliputi tampilan dari sebuah karya arsitektur
sehingga mampu mengekspresikan keindahannya.
5
Garis dapat membantu untuk:
1. Mempertemukan,
menggabungkan,
mendukung, mengelilingi
atau membagi unsur-unsur
visual lainnya
2. Menjelaskan adanya sisi-
sisi bidang dan membentuk
rupa bidangbidang
3. Menyatakan sifat-sifat permukaan bidang
Walaupun pada dasarnya garis
Gb. 2.1.2 Garis dan
hanya memiliki satu dimensi, agar fungsinya
dapat dilihat oleh mata, garis harus Sumber : Form, Space, &
Order
memiliki tebal tertentu. Sesuatu akan tampak sebagai garis jika
ukuran panjangnya sangat dominan dibandingkan lebarnya
Pada skala yang lebih kecil, garis-garis mempertegas sisi dan
permukaan bidang serta ruang-ruang. Garis-garis tersebut dapat
merupakan pertemuan di dalam atau di antara bahan bangunan
rangka-rangka jendela atau pintu-pintu, atau grid pada struktur
kolom dan balok. Pengaruh unsur-unsur linier tersebut bergantung
pada bobot secara visualnya, arah dan jaraknya.
c) Bidang
Garis yang diperpanjang ke arah selain dari arahnya sendiri
menjadi sebuah bidang. Pada dasarnya, bidang memiliki panjang
dan lebar, tetapi tidak memiliki kedalaman. Bidang datar
merupakan karakteristik utama dari sebuah bidang. Ia ditentukan
oleh kontur garisnya, membentuk tepi dari sebuah bidang.
Dikarenakan persepsi bentuk dapat ter-distorsi oleh perspektif, kita
melihat bentuk sesungguhnya ketika bidang tersebut pada posisi
frontal.
Unsur tambahan pada sebuah bidang mempengaruhi tingkat
visual dan stabilitasnya. Dalam komposisi konstruksi visual, bidang
memberikan batasan dari sebuah volume.
Jenis umum bidang-bidang yang sering dimanfaatkan dalam
perancangan arsitektur adalah:
6
a. Bidang atas: Sebagai bidang atap, unsur utama bangunan yang
melindungi dari perubahan iklim, atau bidang langit-langit yang
menjadi unsur pelindung ruang di dalam arsitektur.
b. Bidang dinding: Bidang-bidang dinding vertikal secara visual
paling aktif dalam menentukan dan membatasi ruang.
c. Bidang dasar: Bidang tanah memberikan pendukung secara fisik
dan menjadi dasar bentuk-bentuk bangunan secara visual.
Bidang lantai merupakan pendukung kegiatan kita di dalam
bangunan.
7
bidang atap, atau jumlah ruang yang digeser oleh adanya massa
bangunan.
e) Warna
Warna merupakan merupakan presepsi cahaya dan visual yang
bisa digambarkan dalam hal presepsi individu terhadap nilai rona,
saturasi, dan nuansa.
Warna dapat berperan untuk memperkuat bentuk dan mampu
memberikan kepada pikiran dan jiwa manusia yang melihatnya.
Warna menentukan karakter, juga dapat menciptakan suasana yang
kita harapkan. Karakter dari warna antara lain:
a) Kuning : bebas, ceria
b) Hijau : tenang, ramah cendekia
c) Biru : keras, dingin
d) Ungu : tinggi, ekstrim
e) Merah : panas, melelahkan urat syaraf
f) Hitam : elegan, independen, berwibawa, dan eksklusif
g) Putih : netral, bersih
h) dll
f) Tekstur
Tekstur merupakan nilai raba pada permukaan suatu benda.
Tekstur dalam konteks desain kebanyakan hanya bersifat semu,
dalam artian hanya memberikan kesan pada suatu permukaan.
Tekstur bersama warna juga bersama-sama menentukan tingkat
dimana permukaan sebuah bentuk merefleksikan atau menyerap
cahaya langsung serta mempengaruhi beban visual dan skala
sebuah bidang.
Contoh tekstur :
8
Gb. 2.1.6 dan Gb. 2.1.7 Contoh Tekstur Kayu dan Tekstur
beton
g)
Sumber : www.membangunbersama.com
Bentuk
Bentuk merupakan penampilan luar yang dapat dilihat. Ia juga
merupakan gambar struktur formal, tata susun, komposisi yang
menghasilkan gambaran nyata atau massa 3 dimensi, wujud,
penampilan, konfigurasi.
Dalam arsitektur, bentuk selalu dihubungkan dengan wujud
yaitu sisi luar karakteristik atau konfigurasi permukaan suatu
bentuk tertentu. Wujud juga merupakan aspek utama dimana
bentuk-bentuk dapat diidentifikasikan dan dikategorikan karena
adanya batasan ruang tersebut.
Unsur-unsur tersebut diatas kemudian memunculkan suatu kesan
yang merupakan salah satu hal terpenting dalam apresiasi estetika
arsitektur.
9
berkomunikasi memerlukan bahasa. Bahasa merupakan simbol yang
berupa kata, kalimat, atau gerakan yang engandung arti. Begitu juga
dengan bangunan, sebagai suatu hasil karya manusia, ia juga
merupakan bentuk komunikasi seperti bahasa. Bahasa arsitektur
merupakan bentuk-bentuk keseluruhan dari karya arsitektur tersebut.
Bahasa arsitektur berupa bentuk yang tertangkap langsung pada
mata yang dianalisa sehingga bisa dimengerti oleh penikmatnya, dan
menghasilkan suatu kesan.
10
2.3.1 Bentuk Estetika
Pencapaian keindahan bentuk didukung oleh pemenuhan aspek-
aspek fisik atau teknis fungsi dan struktur. Keindahan bentuk didasari
oleh prinsip-prinsip estetika tertentu dalam desain seperti:
A. Kesatuan (unity)
Prinsip utama dalam berkarya yang harus dipenuhi yaitu prinsip
kesatuan yang bertujuan untuk membentuk sebuah keselarasan
yang harmoni untuk mencapai sebuah keindahan. Hal ini tercermin
apabila ada kesatuan antara bagian-bagian bentuk dari struktur
bangunan, ada kesatuan antara ruang-ruang dan penggunaan warna,
ada kesatuan antara bentuk bangunan dengan lingkungan, dan ada
kesatuan antara bentuk dan fungsi bangunan sesuai dengan ide
dasar.
Untuk mencapai sebuah unity dapat dipersatukan dengan
menggunakan dominasi (emphasis). Dominasi atau aksentualisasi
merupakan prinsip dalam penciptaan karya yang mengikat unsur-
unsur seni dalam kesatuan. Prinsip aksentuasi menampilkan pusat
perhatian dari seluruh kesatuan karya. Ada beberapa cara dalam
menempatkan aksentuasi, yaitu:
a) Pengelompokan
Yaitu dengan mengelompokkan unsur-unsur yang sejenis.
Misalnya mengelompokkan unsur yang sewarna, sebentuk dan
sebagainya.
b) Pengecualian
Yaitu dengan cara menghadirkan suatu unsur yang berbeda
dari lainnya.
c) Arah
Yaitu dengan menempatkan aksentuasi sedemikian rupa
sehingga unsur yang lain mengarah kepadanya.
d) Kontras
Yaitu perbedaan yang mencolok dari suatu unsur di antara
unsur yang lain. Misalnya menempatkan warna kuning di antara
warna-warna teduh.
B. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan merupakan prinsip dan penciptaan karya untuk
menjamin tampilnya nilai-nilai keselarasan dan keserasian yang
11
mendukung prinsip kesatuan dengan menggunakan unsur-unsur seni.
Dalam hal ini, keseimbangan terdiri dari:
a) Keseimbangan Simetris
Keseimbangan simetris yaitu keseimbangan yang berkesan
formal. Dapat ditemukannya daya tarik yang sama pada separuh
bagian kiri dan separuh bagian kanan.
b) Keseimbangan Asimetris
Keseimbangan asimetris yaitu keseimbangan yang terkesan
informal. Kesimbangan ini tidak menitik beratkan pada garis
potong tengah tetapi lebih bebas, tidak banyak aturan tetapi
tetap nampak sama berat.
C. Proporsi
Proporsi adalah hubungan antar bagian dari suatu design dan
antara bagian dengan keseluruhan. Menurut vitruvius ada hubungan
tertentu antara bagian terkecil dengan keseluruhan. Proporsi
merupakan hasil perhitungan bersifat rasional dan terjadi bila kedua
buah perbandingan adalah sama a:b=c:d (a,b,c,d = ukuran tinggi,
lebar, dan kedalaman dari suatu unsur-unsur atau massa keseluruhan
bangunan). Seringkali golden section dipergunakan untuk
menentukan proporsi yang tepat antara panjang dan lebar pada empat
persegi panjang pada jendela dan pintu-pintu, pigura-pigura serta
buku atau majalah. Di Bali kita kenal Hasta Kosala-Kosali yang
berasal dari unit tubuh manusia untuk mengukur proporsi bangunan.
D. Skala
Dalam arsitektur yang dimaksud skala adalah hubungan yang
harmonis antara bangunan beserta komponen-komponennya, dengan
manusia. Segala sesuatu yang kita lihat selalu dibandingkan dengan
ukuran manusia. Elemen-elemen dan prinsip skala dapat
menghasilkan skala-skala yang baik yaitu :
a) Skala Akrab
Skala dengan menggunakan prinsip yang dapat
menimbulkan kesan lebih kecil dari besaran sesungguhnya. Skala
akrab dapat dicapai melalui pemakaian ornamen yang lebih kecil
dari ukuran standart/biasanya, penerapan skema bahan dan warna
yang sederhana, bentuk datar/rata),
12
b) Skala Normal
Skala normal atau manusiawi dapat diperoleh dengan
pemecahan masalah fungsional secara wajar. Besarnya ukuran
dimana manusia bekerja adalah menurut fungsinya dan standar-
standar yang ada.
c) Skala Megah
Skala ini bersifat berlebihan dan dapat diperoleh dengan
penerapan satuan yang lebih besar dari biasanya, perletakan
elemen yang berukuran kecil berdekatan dengan elemen yang
besar sehingga tampak perbedaan ukuran besarnya, penerapan
langit-langit tinggi.
d) Skala Mencekam
Pada skala mencekam manusia sulit merasakan pertalian
dirinya dengan ruang. Umumnya, skala ini terdapat di alam bukan
buatan manusia.
E. Irama
Irama dalam arsitektur merupakan elemen yang menggugah
emosi/perasaan yang dalam. Dalam rancangan, irama merupakan
perekat yang menyatukan unsur-unsur masing-masing menjadi satu
kesatuan. Hakekat Irama adalah menelusuri sifat perseptual manusia
dalam memandang bangunan, dimulai dari mata yang meluncur ke
bagian bangunan, dari unit satu ke unit lainnya dengan teratur. Irama
dapat diperoleh dengan cara pengulangan (repetisi), perubahan
(perubahan), oposisi, transisi, radial, dan progesif.
Jenis-jenis irama yaitu :
a) Irama Statis
Irama statis didapat dengan cara pengulangan bentuk, garis,
dan dimensi.
b) Irama Dinamis
Irama dinamis didapat dengan cara pengulangan bentuk atau
garis dengan perletakan yang berbeda, pengulangan bentuk/garis
dengan jarak yang berbeda, dan pengulangan bentuk/garis
dengan dimeni yang berbeda.
c) Irama Terbuka dan Tidak Menentu
Irama ini didapat dengan cara pengulangan bentuk/garis
dengan jarak yang sama tanpa permulaan dan akhiran.
d) Irama Tertutup dan Tertentu
13
Irama ini didapat dengan cara merubah bentuk unit paling
akhir, merubah ukuran/dimensi unit paling akhir, kombinasi
kedua-duanya, dan menambahkan dengan mencolok suatu
elemen di akhir irama.
14
Pemakaian bahan atau material akan menimbulkan suatu motif
dan tekstur.
15
kesejahteraan manusia mendorong manusia untuk mengembangakan
kemampuan teknologi modern modern yang mempermudah manusia
mengolah sumberdaya alam yang terbatas.
16