Anda di halaman 1dari 2

Pengujian Satu Arah dan Dua Arah

http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/pengujian-satu-arah-dan-dua-
arah.html

Kita sering mendengar istilah pengujian satu arah (one tailed) dan dua arah (two tailed). Dalam
pembahasannya sering kali terjadi kesalahpahaman antara satu peneliti dengan peneliti yang lain,
atau antara dosen dengan mahasiswa. Dalam berbagai laporan penelitian juga sering didapati,
bahwa hipotesisnya satu arah, tetapi pengujiannya dua arah, atau sebaliknya. Hal tersebut
sebenarnya kurang tepat secara statistik (rasanya gak enak kalau mau bilang salah) karena
pengujian satu arah dan dua arah adalah hal yang tidak identik dan mempunyai nilai batas yang
berbeda.

Pengujian dua arah adalah pengujian terhadap suatu hipotesis yang belum diketahui arahnya.
Misalnya ada hipotesis, ‘diduga ada pengaruh signifikan antara variabel X terhadap Y’. Hipotesis
tersebut harus diuji dengan pengujian dua arah. Sedangkan hipotesis yang berbunyi, ‘diduga ada
pengaruh positif yang signifikan antara variabel X terhadap Y’. Nah, hipotesis tersebut harus
diuji dengan pengujian satu arah. Bedanya apa? Lihat saja kedua hipotesis tersebut, ada kata
positif dan tidak ada kata positif.

Jadi jika kita sudah mengetahui arah dari hubungan antara dua variabel, maka kita harus
menggunakan pengujian satu arah. Coba perhatikan hipotesis ini, ‘diduga X berbeda dengan Y’.
Nah pengujiannya apa? Ya jelas pengujian hipotesis dua arah. Berbeda dengan ini, ‘diduga X
lebih tinggi dari pada Y’, di mana ini adalah pengujian hipotesis satu arah.

Perumusan hipotesis, apakah menggunakan arah atau tidak dilakukan berdasarkan telaah teoretis,
atau merujuk kepada penelitian yang telah ada sebelumnya (kalau ada). Misalnya, sudah ada
referensi bahwa variabel X berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y, maka jika kita
akan melakukan replikasi terhadap penelitian tersebut, ya sebaiknya menggunakan hipotesis satu
arah. Artinya kita melangkah lebih lanjut dari pada penelitian sebelumnya yang hanya
mengetahui bahwa ada pengaruh saja. Penelitian kita akan memberikan manfaat lebih lanjut,
yaitu bahwa pengaruh tersebut adalah positif atau negatif (jika memang ada teori yang
mendukung).

Jika kita menggunakan analisis regresi linear, maka untuk pengujian dua arah, dan menggunakan
signifikansi sebesar 5%, maka signifikansi akan dilihat dari nilai signifikansi output, di bawah
0,05 (hipotesis diterima) atau di atas 0,05 (hipotesis ditolak). Kita tidak perlu melihat berapa
nilai t outputnya, apakah positif atau negatif. Akan tetapi, jika kita menggunakan hipotesis satu
arah, pada signifikansi 5%, maka nilai signifikansi output harus dibagi dengan dua terlebih
dahulu. Misalnya output signifikansi adalah sebesar 0,096, maka hipotesis diterima, karena 0,096
: 2 = 0,048 (< 0,05).

Anda mungkin juga menyukai