Anda di halaman 1dari 5

Cara Membaca Hasil Gas Analyzer dengan Mudah

Biasanya setiap hasil analisis gas pembuangan terdiri dari karbon monoksida (CO), karbondioksida
(CO2), hidrokarbon (HC), oksigen (O2), serta lambda (e). Semua variabel tersebut diperoleh sesudah
sensor gaz analyzer dipasangkan ke sejumlah bagian mobil, semisal ujung pipa knalpot (deteksi gas
buang), kabel busi silinder satu (mendeteksi rpm), serta lubang bilah pengukur volume oli mesin
(deteksi suhu oli)

Monoksida (CO)
Setiap hasil dari pengukuran mempunyai pengertian serta angka ideal yang berbeda-beda. Untuk CO
menunjukkan efisiensi pembakaran yang ada di dalam silinder. Pembakaran mesin injeksi yang
efisien sekitar 0,2 hingga 1,5% dengan nilai ideal 0,5%. Sedangkan untuk karburator sekitar 1 hingga
3,5% dengan nilai ideal sekitar 1 hingga 2%.

Karbondioksida (CO2)
CO2 menunjukkan hasil pembakaran yang ada di dalam mesin. Nilai idealnya mesti di atas 12%.
Semakin besar nilainya maka akan semakin baik pembakaran yang terjadi. Itu artinya energi yang
dibakar makin banyak. Jika CO2 menunjukkan nilai kurang dari 12%, maka terdapat sejumlah hal
yang mesti disesuaikan.

Hidrokarbon (HC)
Untuk hidrokarbon (HC), mengindikasikan sisa bensin yang terbuang bersamaan dengan asap
knalpot. Nilai ideal untuk HC ini tidak melebihi 300 ppm. Jika lebih maka tenaga mesin loyo serta
boros dalam mengonsumsi bahan bakar.

Oksigen (O2)
Apabila gas pembuangan mengeluarkan oksigen (O2) terlalu banyak, itu berarti menandakan proses
pembakaran yang terjadi di dalam mesin tidaklah efisien. Nilai idealnya tidak melebihi 2%. Apabila
lebih dari 2% itu berarti terdapat kebocoran pada sistem gas pembuangan ataupun setelan bahan
bakarnya terlalu irit. Jika nilai O2 semakin dekat dengan nilai 0, maka proses pembakaran yang
terjadi semakin baik.

Lambda (e)
Nilai lambda berhubungan dengan perbandingan antara campuran dari udara dengan bahan bakar
yang terbuang melalui asap knalpot. Untuk nilai idealnya ialah 1. Apabila nilai lada melebihi 1, itu
berarti setelan bahan bakarnya irit. Sedangkan apabila nilai lambda kurang dari 1 yaitu 0,95
menandakan bahwa bahan bakar boros jika 0,85 berarti bahan bakar terlalu boros.
Cara Mengetahui Kondisi Mesin Mobil Dari Uji
Emisi Gas Buang
Melakukan uji emisi gas buang memang semestinya wajib dilakukan secara rutin oleh para pemilik
mobil, karena melakukan uji emisi gas buang sebenarnya membawa manfaat. Intinya dengan
melakukan uji emisi gas buang bisa membuat pemilik mengetahui kondisi atau masalah yang
dialami oleh mesin. Saat uji emisi gas buang, ada sejumlah parameter kandungan emisi yang keluar
dari hasil uji emisi yaitu :

 CO (%)
 HC (ppm)
 CO2 (%)
 O2 (%)
 Lambda (λ)
 AFR (Air Fuel Ratio)
Akan tetapi yang menjadi fokus adalah CO dan HC. Utamanya karena CO dan HC merupakan gas
buang yang bersifat racun bagi manusia dan bisa menimbulkan beberapa penyakit. Selain itu, HC
dan CO merupakan gas sisa yang langsung mencerminkan kinerja mesin. Kalau CO tinggi bisa
berarti pembakaran kurang sempurna akibat kurangnya udara dalam campuran dengan bahan
bakar. Sedangkan gas HC menunjukkan bahan bakar yang tidak terbakar. Selain itu fungsi lain tentu
akan mengirit bahan bakar serta mengoptimalkan tenaga mesin mobil. Selanjutnya lingkungan akan
sehat karena udara bersih. Dan yang terakhir kerusakan pada bagian-bagian mesin mobil dapat
diketahui sedini mungkin.

Untuk mobil-mobil keluaran baru yang dipasarkan di Indonesia saat ini sudah memiliki standar emisi
EURO 4 untuk mobil bermesin bensin. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri LHK No.P. 20
Tahun 2017 Tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor roda 4 atau lebih Tipe Baru
Katagori M, N dan O untuk pelaku industri. Standar emisi Euro 4 disebutkan untuk kendaraan baru
jenis kendaraan penumpang katagori M seperti sedan, SUV dan MPV berbahan bakar bensin
dengan Gross Vehicle Weight (GVW), ambang batas maksimal emisi sama atau kurang dari 2,5 ton
adalah CO 1.0 gram/km, HC 0.1/km, dan Nox 0.08/km.

Hal yang sama juga diberlakukan untuk GVW bahan bakar LPG. Sedangkan untuk kendaraan
bahan bakar diesel CO 0,5 gram/km, Nox 0,25/km, PM 0.025 gram/km. Sebelum dikeluarkannya
peraturan baru ini, standar ambang emisi kendaraan di Indonesia menggunakan standard Euro
2. Berdasarkan data, ambang batas maksimal emisi untuk standar Euro 2 bagi jenis kendaraan
penumpang dengan bahan bakar bensin atau gas adalah, NO sebesar 2,2 gram per km, HC + Nox
0,5 gram per km. Kendaraan jenis yang sama dengan bahan bakar diesel, ambang batas emisinya
CO 1.0 gram per km, HC+NOx 1.0 gram per km dan PM 0,1 gram per kilo meter.
Komposisi Emisi Gas Buang

Print Out Hasil Uji Emisi

1. Emisi Senyawa Hidrokarbon (HC)

Emisi gas buang HC menunjukkan bahan bakar yang tidak terbakar. Merupakan perubahan
konsentrasi dan perbandingan udara dan bensin HC Dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak
sempurna.dan akibat dari pada uap bensin akibat oksidasi (oksidasi terbentuk karena jika uap
bensin di panaskan). Bensin yang tidak terbakar keluar dari ruang bahan bakar dalam bentuk
hidrokarbon yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti : akibat overloaping pada katup.

Bensin adalah senyawa hidrokarbon, jadi setiap HC yang didapat di gas buang kendaraan
menunjukkan adanya bensin yang tidak terbakar dengan sempurna dan terbuang bersama sisa
pembakaran. Apabila suatu senyawa hidrokarbon terbakar sempurna (bereaksi dengan oksigen)
maka hasil reaksi pembakaran tersebut adalah karbondioksida (CO2) dan air (H2O).

2. Emisi Carbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah gas yang relative tidak stabil dan cenderung bereaksi dengan
unsur lain. Gas karbon monoksida (CO) merupakan gas yang sangat - sangat sulit dideteksi karena
gas CO tidak memiliki bau, rasa dan bentuk. Pada mesin injeksi elektronik atau EFI jika nilai CO
tinggi, maka berarti pembakaran kurang sempurna akibat k dari kurangngya campuran antara udara
dengan bahan bakar. Untuk mesin EFI ambang batas nilai CO adalah 1,5%, maka jika semakin
kecil nilai CO maka semakin bagus semakin bagus.
3. Oksigen (CO2)

Bila karbon didalam bahan bakar terbakar dengan sempurna, akan terjadi reaksi yang menghasilkan
CO2. Apabila unsur oksigen udara tidak cukup, pembakaran tidak sempurna sehingga karbon
didalam bahan bakar terbakar.

4. Oksigen (O2)

Konsentrasi O2 menunjukkan secara langsung status proses pembakaran di ruang bakar. Perlu
diingat bahwa sumber dari O2 ini hanya ruang bakar dan CC. Nilai O2 yg efisien adalah 0,5%
sampai 2%. Nilai O2 melebihi efisien yang diperkirakan karena knalpot bocor atau O2mengenai gas
buang yang mengindikasikan pembakaran miskin (lean combustion) atau sebaliknya. O2 sangat
banyak dan berguna bagi tumbuh-tumbuhan pada proses asimilasi. Semakin tinggi subtansi
O2 dalam gas mengindikasikan bahwa semakin baik pembakaran dalam mesin

5. AFR (Air Fuel Ratio)

Air Fuel Ratio adalah faktor yang mempengaruhi kesempurnaan proses pembakaran didalam ruang
bakar. AFR merupakan komposisi campuran bensin dan udara. Idelanya AFR bernilai 14,7 artinya
campuran terdiri dari 1 bensin dan 14,7 udara biasa disebut stoichiometry.

Berikut pengaruh komposisi AFR pada kinerja mesin :

a. Campuran Miskin :

 Tenaga mesin berkurang


 Terkadang terjadi detonasi
 Konsumsi bensin irit

b. Campuran Ideal :

 Kondisi paling ideal

c. Campuran Kaya :
 Bensin agak boros
 Tidak terjadi detonasi
 Mesin lebih bertenaga

6. Lambda (λ)

Data terakhir yang muncul di hasil uji emisi adalah lambda. Lambda itu menunjukan angka
perbandingan ideal campuran bahan bakar dan udara di mesin dan nilai ideal dari lambda adalah 1.
Umumnya Lambda yang diukur 0,980 sampai 1,2, kalau lebih atau kurang dari angka itu berarti
campurannya tidak ideal

Anda mungkin juga menyukai