Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PEMERINTAH DAERAH KOTA CIMAHI


UPT LABORATORIUM LINGKUNGAN DINAS LINGKUNGAN
HIDUP
Jalan Raden Demang Hardjakusumah Komplek Perkantoran Pemerintah Kota Cimahi
Gedung D

Telp: +62226650060/fax.+62226650060 E-mail : lablinglh@cimahikota.go.id

Kota Cimahi 40513, Jawa Barat

HESTI RISTINA PRATIWI

171810239

ANALISIS PENGUJIAN LABORATORIUM

CITRA SANDRAWATI

171810294

ANALISIS PENGUJIAN LABORATORIUM

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS PENDIDIKAN

CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH VII

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 7


Jalan Soekarno-Hatta no.596 Telp.(022)7563077/Fax.7503853 Bandung

e-mail : hubin@smkn7bandung.sch.id web : www.smkn7bandung.sch.id

Bandung 40286
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PEMERINTAH DAERAH KOTA CIMAHI
UPT LABORATORIUM LINGKUNGAN DINAS LINGKUNGAN
HIDUP
Jalan Raden Demang Hardjakusumah Komplek Perkantoran Pemerintah Kota Cimahi
Gedung D

Telp: +62226650060/fax.+62226650060

E-mail : lablinglh@cimahikota.go.id

Kota Cimahi 40513, Jawa Barat

HESTI RISTINA PRATIWI

171810239

ANALISIS PENGUJIAN LABORATORIUM

CITRA SANDRAWATI

171810294

ANALISIS PENGUJIAN LABORATORIUM

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS PENDIDIKAN

CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH VII

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 7


Jalan Soekarno-Hatta no.596 Telp.(022)7563077/Fax.7503853 Bandung

e-mail : hubin@smkn7bandung.sch.id web : www.smkn7bandung.sch.id

Bandung 40286

2
LEMBAR PENGESAHAN INSTANSI

Pembimbing

Siti Nazhatul Faridah, S.Si

Kepala UPT Laboratorium Lingkungan

Afif Mego Nugroho, ST., M. Si

3
LEMBAR PENGESAHAN DARI SEKOLAH

Menyetujui :

Ketua Paket Keahlian, Pembimbing,

Rochim Muliawan, S.Pd, M.Pd Drs. EkoSuprijatno

NIP.196811201994021001 NIP.196705192008011003

Mengetahui,

Kepala Sekolah, Waka Bidang Hubin,

Ir. Deudeu Mulyati, M. Si Nurul Nazmi,S.Si, M.P Kim

NIP. 196204281995032002 NIP. 197011022000122002

4
IDENTITAS SISWA PRAKTIK KERJA
LAPANGAN

Nama Siswa : Hesti Ristina Pratiwi

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 07 November 2002

Jenis Kelamin : Perempuan

Golongan Darah :O

Nomor Induk Siswa : 171810239

Nama Sekolah : Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7


Bandung

Alamat Sekolah : Jln. Soekarno – Hatta No. 596 Bandung –


40286

No. Telepon Sekolah : (022) 7563077

Nama Orang Tua/Wali : Revi Novianti

Alamat Orang Tua/Wali : Jln. Pasir Naya 1 No.4, Komp.Pasir Pogor

Bandung – 40286

No. Telp. Orang Tua/Wali : 085221422200

Yang Bersangkutan,

Hesti Ristina Pratiwi

5
IDENTITAS SISWA PRAKTIK KERJA
LAPANGAN

Nama Siswa : Citra Sandrawati

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 23 oktober 2001

Jenis Kelamin : Perempuan

Golongan Darah :A

Nomor Induk Siswa : 171810294

Nama Sekolah : Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7


Bandung

Alamat Sekolah : Jln. Soekarno – Hatta No. 596 Bandung –


40286

No. Telepon Sekolah : (022) 7563077

Nama Orang Tua/Wali : Tatang Rukmana

Alamat Orang Tua/Wali : Jln.Mayapada Dalam Rt 006/Rw 005

No. Telp. Orang Tua/Wali : 087722052006

Yang Bersangkutan,

Citra Sandrawati

6
7
IDENTITAS INDUSTRI / INSTANSI
Instansi/Perusahaan : Unit Pelaksanaan Teknis Laboratorium
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota
Cimahi

Alamat : JL. Raden Demang Hardjakusumah, Komp.


Perkantoran Pemerintah Kota Cimahi,
Gedung D

Nomor Telp : (022) 6650060

Nomor Fax : (022) 6650060

Bidang Usaha/Produk yang : Konsultan Lingkungan

dihasilkan

Status : Negeri

Kompetensi yang diberikan : 1. Gravimetri

pada siswa 2. Volumetri

Nama Pimpinan : Afif Mego Nugraha, ST., M.Si

Inatansi/Perusahaan

Nama Pembimbing : Siti Nazhatul Faridah, S.Si

Instansi/Perusahaan

Contact Person : 0812-2145-4320

Bandung, 30 Maret 2019

Mengetahui,

Pembimbing
Instansi/Perusahaan

Siti Nazhatul Faridah, S.Si

8
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah
memberikan berupa kesehatan , kesempatan kepada kami sehingga mampu
menyelesaikan Laporan Praktik kerja lapangan ini. Laporan ini disusun
berdasarkan Praktek kerja lapangan di UPT Laboratorium Lingkungan
Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi yang dilaksanakan pada tanggal 02
januari 2019 sampai dengan 30 maret 2019.
Dalam penyusunan laporan ini memberikan gambaran singkat
tentang pelaksanaan penerapan konsep materi kompetensi keahlian Kimia
Analisis.
Atas terselesainya laporan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis ingin
mengucapkan terimakasih sebesar besarnya kepada :
1. Ibu Ir. Deudeu Mulyati, M.Si selaku kepala sekolah SMK Negeri 7
Bandung
2. Ibu Nurul Nazmi, S.Si, M.P.Kim selaku waka bidang hubin SMK
Negeri 7 Bandung
3. Bapak Rochim Mulyawan, M.Pd selaku ketua paket keahlian kimia
analisis
4. Bapak, Drs. Eko Suprajitno selaku pembimbing Prakerin yang telah
memantau kami selama ditempat Prakerin
5. Ibu Oktaviani Budiarti selaku wali kelas XI Analisis Pengujian
Laboratorium 5 yang selalu memotivasi selama pelaksanaan Prakerin
6. Bapak Afif Mego Nugroho, ST., M. Si selaku Kepala UPT
Laboratorium Lingkungan DLH Kota Cimahi yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menggali ilmu dan wawasan lebih luas
lagi di UPT Laboratorium Lingkungan DLH Kota Cimahi.
7. Bapak Kurniawan S.E selaku Kasubag TU di UPT Laboratorium
Lingkungan DLH Kota Cimahi yang telah bertanggung jawab atas
segala bentuk kegiatan praktek kerja industri yang kami lakukan dan
senantiasa membimbing kami untuk menjadi lebih baik.
8. Ibu Siti Nazhatul Faridah, S.Si selaku pembimbing yang telah
memberikan ilmu dan motivasi dalam pelaksanaan Prakerin.
9. Teh Alya Nabilah, Teh Qori Haifa Asfahani, Kang Dyera Koeswaya
Andirana, dan Kang Angga Ardiyasa Sudrajat yang telah banyak
membantu kami selama pelaksanaan Praktik kerja industri, berbagi
pengalaman dan telah mengajari kami ilmu yang bermanfaat.
10. Orang tua yang selalu memberikan semangat, motivasi, tuntunan, do’a
serta dukungan moril maupun materil

9
11. Seluruh staf dan karyawan UPT Laboratorium Lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup Kota Cimahi atas bimbingan dan kerja samanya
selama saya melakukan Praktik Kerja Lapangan
12. Semua pihak yang telah membantu dan mendoakan dalam pelaksanaan
prakerin pembuatan laporan ini
13. Para sahabat XI Analisis Pengujian Laboratorium 5 dan seluruh teman
teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan
semangatnya
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Demikian laporan ini kami susun. Semoga laporan ini bermanfaat untuk
masa yang akan datang. Mudah mudahan Allah SWT membalas segala
kebaikan yang telah diberikan kepada kami selama ini.

Bandung, Maret 2019

Penulis

10
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN INSTANSI................................................................3


LEMBAR PENGESAHAN DARI SEKOLAH...................................................4
IDENTITAS SISWA PRAKTIK KERJA LAPANGAN.....................................5
IDENTITAS SISWA PRAKTIK KERJA LAPANGAN.....................................6
IDENTITAS INDUSTRI / INSTANSI..................................................................7
KATA PENGANTAR.............................................................................................8
BAB I.....................................................................................................................13
PENDAHULUAN.................................................................................................13
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................13
1.2 SEJARAH UPT LABORATORIUM LINGKUGAN.....................................................13
1.3 STRUKTUR ORGANISASI.......................................................................................14
1.4 KEPEGAWAIAN.......................................................................................................15
1.4.1 Penanggung Jawab Manajemen Laboratorium............................................15
1.4.2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha......................................................................15
1.4.3 Penanggung Jawab Administrasi....................................................................16
1.4.4 Koordinator Pengendali Mutu........................................................................16
1.4.5 Koordinator Pengujian...................................................................................17
1.4.6 Penyelia..........................................................................................................18
1.4.7 Analis..............................................................................................................18
1.4.8 Petugas Pengambil Contoh Uji.......................................................................18
1.4.9 Petugas Pelayanan dan Dokumentasi.............................................................18
1.5 PERATURAN DI UPT LABORATORIUM.................................................................18
BAB II...................................................................................................................20
KEGIATAN DI LINI INDUSTRI.......................................................................20
2.1 PENGAMBILAN CONTOH UJI DAN PENGUJIAN.......................................................20
2.1.1 Teknik sampling..............................................................................................20
2.2 CONTOH UJI AIR MELIPUTI :..................................................................................22
2.3 PARAMETER FISIKA................................................................................................22
2.4 PARAMETER KIMIA.................................................................................................22
2.5 SARANA DAN LINGKUNGAN LABORATORIUM........................................................23
2.6 TATA TERTIB BAGI PEGAWAI................................................................................23
2.7 TUJUAN DAN FUNGSI...............................................................................................24

11
2.8 AKTIVITAS PELAYANAN...........................................................................................25
BAB III..................................................................................................................26
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................26
3.1 AIR........................................................................................................................26
3.1.1 Air dan Sumbernya.........................................................................................26
3.1.2 Kualitas Air Untuk Kehidupan........................................................................27
3.1.3 Baku Mutu Air.................................................................................................28
3.2 LIMBAH....................................................................................................................29
3.3 ANALISA KUANTITATIF DAN KUALITATIF..............................................................39
3.3.1 Perbedaan Antara Analisa Kualitatif dan Kuantitatif.....................................40
3.4 TEKNIK SAMPLING..................................................................................................41
3.4.1 DEFINISI........................................................................................................41
3.4.2 TEORI SAMPLING.........................................................................................41
3.5 GRAVIMETRI.......................................................................................................41
3.5.1 Kelarutan........................................................................................................43
3.5.2 Penimbangan Sampel......................................................................................44
3.5.3 Pelarutan........................................................................................................44
3.5.4 Pengendapan..................................................................................................44
3.5.5 Digestion.........................................................................................................45
3.5.6 Penyaringan....................................................................................................45
3.5.7 Pencucian Endapan........................................................................................46
3.5.8 Pengarangan dan Pengabuan.........................................................................46
3.6 TITRIMETRI.............................................................................................................46
3.7 TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)............................................................................47
3.8 TDS (TOTAL DISSOLVED SOLIDS) ATAU ” PADATAN TERLARUT ”......................49
3.9 MINYAK DAN LEMAK..............................................................................................55
3.10 COD......................................................................................................................61
3.11 CR TOTAL..............................................................................................................64
BAB IV..................................................................................................................66
DATA DAN PERHITUNGAN............................................................................66
4.1 TABEL DATA PENGUJIAN DATA TOTAL SUSPENDED SOLID...............................66
4.2 TABEL DATA PENGUJIAN TOTAL DISSOLVE SOLID (TDS) SECARA
GRAVIMETRIC................................................................................................................68
4.3 HASIL PENGUKURAN PARAMETER COD AIR LIMBAH DI LABORATORIUM
LINGKUNGAN.................................................................................................................70
4.4 HASIL PENGUKURAN PARAMETER MINYAK DAN LEMAK AIR LIMBAH DI
LABORATORIUM LINGKUNGAN....................................................................................71
4.5 HASIL PENGUKURAN PARAMETER LOGAM AIR LIMBAH DI
LABORATORIUM LINGKUNGAN....................................................................................72
BAB V....................................................................................................................74

12
PEMBAHASAN...................................................................................................74
5.1 PENENTUAN PADATAN TERSUSPENSI TOTAL SECARA GRAVIMETRI......................74
5.2 PENENTUAN TOTAL DISSOLVE SOLID SECARA GRAVIMETRI................................75
5.3 PENENTUAN JUMLAH OKSIGEN DALAM AIR DENGAN COD (CHEMICAL
OXIGEN DEMAND).........................................................................................................76
5.4 PENENTUAN MINYAK LEMAK SECARA GRAVIMETRI............................................77
5.5 LOGAM (CR)...........................................................................................................78
BAB VI..................................................................................................................80
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................80
6.1 KESIMPULAN.........................................................................................................80
6.2 SARAN......................................................................................................................80
6.2.1 Untuk pihak industri.......................................................................................80
6.2.2 Untuk pihak sekolah........................................................................................80
LAMPIRAN..........................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................84

13
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Pemerintah Kota Cimahi memiliki Unit Pelayanan Teknis (UPT)


Laboratorium Lingkungan Kota Cimahi sebagai bagian dari instansi Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi. Keberadaan laboratorium tersebut
menyediakan layanan uji kualitas air limbah,air bersih dan air permukaan.
Lokasinya berada di Kompleks Pemerintahan Kota Cimahi Gedung D Jalan
Raden Demang Hardjakusumah Kota Cimahi. UPT Laboratorium Lingkungan
menerapkan standar laboratorium dan sudah mendapat akreditasi dari Komite
Akreditasi Nasional pada tanggal 23 Agustus 2017 dengan Nomor LP-1138-IDN.
Keberadaan UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kota Cimahi bertujuan sebagai penunjang kinerja DLH dalam memberi pelayanan
dalam pengujian parameter kualitas lingkungan. dan melaksanakan penyusunan
SOP Laboratorium Lingkungan. Sedangkan manajemen pelaksana SNI ISO/IEC
17025 di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi,
diatur berdasarkan keputusan Sekda Kota Cimahi Nomor 061 1/kep.51-
DLH/2017. Layanan UPT Laboratorium Lingkungan dapat diakses oleh
pemerintah, dunia pendidikan maupun dunia usaha. Dapat juga digunakan oleh
pihak lain yang menginginkan informasi mengenai kulitas lingkungan sebagai
upaya pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup. UPT Laboratorium
Lingkungan menerapkan biaya pengujian dengan tarif sesuai Peraturan Daerah
No. 3 tahun 2017.
1.2Sejarah UPT Laboratorium Lingkugan

Perdagangan bebas dalam masa globalisasi menuntut mutu suatu produk


jasa yang dihasilkan harus dapat memberikan jaminan kualitas yang memuaskan
pelanggan termasuk jaminan terhadap kualiatas lingkungan hidup dan
keselamatan kerja.
Keberadaan UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kota Cimahi dalam pemerintah daerah Kota Cimahi,dalam rangka memberikan
pelayanan kepada masyarakat luas khususnya yang berkaitan dengan pengujian
parameter kualiatas lingkungan.
Berdasarkan Peraturan Walikota Cimahi Nomor 34 tahun 2016 tentang
pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Badan Daerah Kota cimahi,pada
Bab IV Bagian kesepuluh tentang UPT Laboratorium Lingkungan disebutkan
bahwa UPT Laboratorium Lingkungan pada Dinas Lingkungan Hidup
mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan teknis penunjang Dinas

14
Lingkungan Hidup di bidang pelaksanaan pengujian parameter kualitas
lingkungan dan melaksanakan penyusunan SOP Laboratorium Lingkungan.
Sedangkan manajemen pelaksana SNI ISO/IEC 17025 : 2017 di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi,Diatur
berdasarkan keputusan Sekda Kota Cimahi Nomor 061 1/kep.51-DLH/2017.
UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) Laboratorium Lingkungan DLH Kota
Cimahi memberikan layanan pengambilan contoh (sampling) dan analisis
parameter kualitas lingkungan meliputi :
1. Uji kualitas air permukaan
2. Uji kualitas air limbah
3. Uji kualitas air bersih
Visi

Menjadi UPT Laboratorium Lingkungan yang mendukung pengelolaan


Lingkungan Hidup dalam rangka terwujudnya peningkatan kualitas dan
fungsi Lingkungan Hidup yang berkelanjutan.
Misi

1) Menerapkan system manajemen mutu secara professional sesuai


standar SNI ISO/IEC 17025 : 2017.
2) Memberikan pelayanan informasi kualitas Lingkungan Hidup
3) Memberikan pelayanan pengujian parameter kualitas Lingkungan.
4) Meningkatkan kapasitas UPT Laboratorium secara Kontinyu

15
1.3Struktur Organisasi

1.4 Kepegawaian

1.4.1 Penanggung Jawab Manajemen Laboratorium

1) Memastikan perangkat kerja UPT Laboratorium Lingkungan


memenuhi persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
2) Membuat keputusan terhadap kebijakan maupun sumber daya
laboratorium untuk memenuhi jaminan mutu hasil pengujian sesuai
dengan kebutuhan dan keputusan pelanggan;
3) Mengesahkan Dokumen Mutu UPT Laboratorium Lingkungan;
4) Mengesahkan dokumen pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) serta pengelolaan limbah laboratorium;
5) Menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu laboratorium;
6) Mensosialisasikan kebijakan mutu dan sasaran mutu kepada seluruh
personil laboratorium;
7) Meninjau sistem managemen mutu secara periodik
8) Memimpin pelaksanaan kaji ulang managemen mutu laboratorium
9) Memutuskan tindakan berkenaan dengan kebijakan mutu dan sasaran
mutu
10) Menetapkan tugas dan fungsi personel sesuai dengan kompetensi;

16
11) Memastikan bahwa proses yang sesuai diterapkan dan persyaratan
pelanggan atau pihak lain yang berkepentingan dipenuhi;
12) Mengetahui dan menandatangani Laporan Hasil Uji;
13) Melakukan monitoringdan evaluasi pelaksanaan system manajemen
mutu secara periodic untuk memastikan penerapan system
manajemen mutu yang efektif dan efesien;
14) Melakukan evaluasi pelaksanaan kaji ulang manajemen dan audit
internal laboratorium;
15) Memberikan delegasi kepada penanggung jawab terkait apabila
berhalangan.
1.4.2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha

1) Membantu memastikan kebijakan mutu dan sasaran mutu


disosialisasikan kepada seluruh personel laboratorium;
2) Membantu memastikan kaji ulang menajemen mutu laboratorium
diselenggarakan minimal satu tahun sekali;
3) Memberikan masukan untuk tindakan bagi perbaikan system
manajemen mutu;
4) Bertanggung jawab dalam penyusunan perencanaan program
kerja dan kegiatan laboratorium
5) Bertanggung jawab jalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
pelatihan yang dapat menunjang kualifikasi personel
laboratorium.
6) Mengoordinasikan penyelesaian pengaduan pelanggan dengan
penanggung jawab terkait;
7) Memelihara rekaman kualifikasi seluruh personel laboratorium;
8) Mengoordinir dan mengevaluasi kebersihan serta keamanan
lingkungan laboratorium;
9) Bertanggung jawab bersama penanggung jawab pengujian dalam
menyeleksi personel baru.
1.4.3 Penanggung Jawab Administrasi

1) Bertanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan


pelatihan yang dapat menunjang kualifikasi personil laboratorium
2) Mengkoordinasikan penyelesaian pengaduan pelanggan dengan
manajer terkait
3) Merencanakan dan melaksanakan pengadaan
peralatan/instrumentasi,bahan pakai habis,serta perlengkapan
penunjang laboratorium lain nya
4) Menyusun laporan pemakaian bahan pakai habis di lingkup
laboratorium
5) Memelihara rekaman kualifikasi seluruh personil laboratorium

17
6) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) serta pengelolaan limbah laboratorium
7) Mengkoordinir dan mengevaluasi kebersihan serta keamanan
laboratorium
8) Bertanggung jawab terhadap rekaman pengadaan barang/jasa
laboratorium
9) Bertanggung jawab bersama manajer teknis dalam menyeleksi
personil baru
1.4.4 Koordinator Pengendali Mutu

1) Menyiapakan panduan mutu laboratorium lingkungan dalam


lingkup kewenangan manajer mutu
2) Menyiapkan prosedur mutu laboratorium dalam lingkup
kewenangan manajer mutu
3) Menyiapkan dokumen pendukung (formulir) dalam lingkup
kewenangan manajer mutu
4) Merencanakan dan mengkoordinir penyusunan agenda serta
memfasilitasi pelaksanaan kaji ulang managemen mutu
laboratorium
5) Merencenakan dan mengkoordinir penyusunan agenda serta
memfasilitasi pelaksanaan audit internal laboratorium terhadap
semua elemen sistem manajemenmutu termasuk kegiatan
pengujian
6) Menyiapakan dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan
audit internal
7) Melaksanakan verifikasi terhadap temuan ketidaksesuaian dan
rekomendasi tindakan perbaikan yang dilakukan oleh tim audit
internal dalam pelaksanaan program audit internal
8) Melaksanakan audit tindak lanjut untuk penerapan dan efektivitas
tindakan perbaikan yang dilakukan oleh audit apabila diperlukan
9) Melakukan pengelolaan pengaduan dan berkoordinasi dengan
manajer teknis untuk melakukan tindakan perbaikan dan tindakan
pencegahan dalam hal adanya pengaduan
10) Membantu penyusunan perencanaan program kerja dan kegiatan
operasional laboratorium dalam lingkup kewenangan manajer
mutu
11) Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan rekaman dalam
lingkup kewenangan manajer mutu
12) Memberikan delegasi kepada manajer terkait apabila berhalangan
hadir

18
1.4.5 Koordinator Pengujian

1) Menyiapkan prosedur mutu laboratorium lingkungan dalam


lingkup kewenangan manager teknis
2) Memeriksa dan menyetujui instuksi kerja laboratorium
lingkungan dalam lingkup kewenangan manajer teknis
3) Menyiapkan dokumen pendukung (formulir) dalam lingkup
kewenangan manajer teknis
4) Merencanakan,mengkoordinir dan mengevaluasi kegiatan
pengambilan contoh uji,pengujian contoh uji dan uji kinerja
peralatan laboratorium
5) Mengkoordinir jaminan mutu dan pengendalian mutu untuk
semua jenis pengujian
6) Melakukan verifikasi kaji ulang permintaan pelanggan
7) Merencanakan,mengkoordinir dan mengevaluasi partisipasi uji
professional dan/atau program uji banding antar laboratorium
8) Memilih dan menentukan laboratorium subkontrak yang
kompeten
9) Mengsahkan dan menandatangani laporan hasil uji
10) Melakukan penelusuran terhadap pengaduan dari pelanggan yang
terkait dengan data hasil pengujian
11) Memberikan edukasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan
pelayanan laboratorium lingkungan
12) Membantu penyusunan perencanaan program kerja dan kegiatan
operasional laboratorium dalam lingkup kewenangan manajer
teknis
13) Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan rekaman dalam
lingkup kewenangan manajer teknis
14) Memberikan delegasi kepada manajer terkait apabila berhalangan
hadir
1.4.6 Penyelia

1) Melaksanakan penyeliaan proses operasional pengambilan contoh


uji,kegiatan pegujian contoh uji serta uji kinerja peralatan
laboratorium
2) Melakukan evaluasi data hasil pengujaian dan uji kinerja
peralatan laboratorium
3) Menyusun laporan hasil uji sementara
4) Membantu penerapan jaminan mutu dan pengendalian mutu
untuk semua jenis pengujian
1.4.7 Analis

1) Mempersiapkan proses operasional pengujian di laboratorium

19
2) Melaksanakan penanganan peralatan dan bahan penunjang
laboratorium
3) Melaksanakan pengujian laboratorium
4) Melaksanakan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium
5) Melakukan penelitian sesuai dengan kewenangannya di bidang
pengujian parameter kualitas lingkungan
6) Membantu memberikan edukasi kepada masyarakat yang
berkaitan dengan pelayanan laboratorium lingkungan
1.4.8 Petugas Pengambil Contoh Uji

1) Membantu penyusunan perencanaan pengambilan contoh uji


2) Melaksanakan good sampling practice
3) Melaksanakan penerapan jaminan mutu dan pengendalian
mutu,penanganancontoh uji di lapangan
4) Melaksanakan pemeliharaan peralatan pengambilan contoh uji
dan peralatan pengujian parameter lapangan
5) Memelihara rekaman data pengambilan contoh uji
1.4.9 Petugas Pelayanan dan Dokumentasi

1) Bertanggung jawab terhadap penerimaan contoh uji dan


penggantian identitas identitas contoh uji di laboratorium
2) Melaksanakan pemindahan data hasil pengujian ke dalam format
laporan hasil kerja serta menyampaikannya kepada pelanggan
3) Memelihara rekaman penerimaan contoh uji,hasil
pengujian,penyerahan laporan hasil uji dan pengaduan pelanggan
4) Memelihara data pelanggan
5) Membantu menerima pengaduan pelanggan
1.5 Peraturan Di UPT Laboratorium

1. Sebelum bekerja di dalam laboratorium pastikan AC ruangan dalam


kondisi hidup,jendela dan pintu dalam keadaan tertutup (jika diperlukan)
2. Petugas harus mencuci tangan terlebih dahulu,menggunakan sandal khusus
laboratorium, menggunakan jas laboratorium, sarung tangan dan masker
pelindung
3. Membersihkan meja kerja dan peralatan dengan etanol 70% sebelum dan
selesai bekerja (jika diperlukan)
4. Membaca intruksi kerja pengujian dan intruksi kerja pemakaian alat
5. Selama bekerja di ruangan laboratorium tertentu,kurangi kegiatan keluar
masuk ruangan laboratorium lainnya untuk mencegah terjadinya
kontaminasi,dan usahakan pintu selalu tertutup

20
6. Setelah selesai bekerja maupun keluar ruangan laboratorium,personel
harus melepas pakaian tambahan didalam laboratorium (jas lab,sandal
laboratorium,masker dan sarung tangan).

21
BAB II
KEGIATAN DI LINI INDUSTRI
2.1 Pengambilan contoh uji dan pengujian

Kegiatan pengambilan contoh uji dan pengujian merupakan kegiatan


utama di UPT laboratorium lingkungan. Koordinator teknik membawahi penyelia
PPC (petugas pengambil contoh uji) dan penyelia pengujian.
Kegiatan pengambilan contoh uji dikoordinasikan oleh seorang penyelia
PPC dan kegiatan pengujian dikoordinasikan oleh seorang penyelia pengujian.
Penyelia PPC membawahi PPC sedangkan penyelia pengujian membawahi analis
(petugas pengujian).
Pengamatan Umum: Suhu, pH, Oksigen terlarut, Biologi Oxygen,
Demand, Karbon Dioksida, Fosfat, Nitrat, Kekeruhan, Bakteri Coliform.
 Pengamatan Umum

Informasi berikut harus dicatat pada saat melakukan tes sampel air :
o Nama dan lokasi, aliran sungai, danau, atau kolam yang diuji.
o Lintang dan bujur dari lokasi sumber air.
o Tanggal dan waktu pengambilan sampel air.
o Kondisi cuaca pada saat itu dan, jika dibutuhkan, kondisi cuaca
yang terbatu (sebagai contoh sehari setelah badai hujan besar).
o Kondisi aliran sungai, danau, atau kolam. Sebagai contoh, apakah
itu tampak tercemar dengan berbagai kotoran atau bahan? Apakah
ada ikan atau tanaman di dalam air? Apakah ada banyak alga yang
tumbuh di dalamnya?
o Warna dan bau air
o Hal-hal lain yang menurut mungkin menarik atau penting
 Lokasi pengambilan sampling

 Sampling poin atau tempat pengambilan sample harus dipilih


sedemikian rupa sehingga sampel yang diambil mewakili sumber yang
berbeda dari mana air diperoleh, bukan dari sumber air yang
digunakan oleh masyarakat.
 Sampling ini harus termasuk tempat yang menghasilkan sampel
serta mewakili kondisi di sumber yang paling kurang baik atau
tempat-tempat dalam sistem pasokan, khususnya titik kemungkinan
kontaminasi seperti sumber terlindungi, loop, reservoir, zona tekanan
rendah dll.

22
2.1.1 Teknik sampling

Agar hasil pengambilan air menjadi bernilai, maka


diperlukan teknik sampling yang tepat, analisis yang cermat di
laboratorium dan interpretasi hasil yang berkualitas.
Langkah 1 : Persiapan wadah sampel untuk pengambilan
sampel. Wadah ini tidak boleh mengandung salah satu senyawa
yang sama dengan sampel yang akan dianalisa. Pengambilan
sampel bahan botol harus sesuai untuk pengambilan sampel air
tanpa mempengaruhi senyawa tersebut.

Gambar 3.5 wadah untuk pengambilan sampel

Material :
Sample bottle: 250 mL atau 500 mL Cooler
Labels Permanent marker
Dalam pengambilan sample, botol yang paling cocok untuk
digunakan adalah yang terbuat dari polietilena atau gelas dan
dapat memuat satu liter.
Langkah 2 : Prosedur pengambilan sampel. Hal ini harus ketat,
memastikan bahwa sampel yang dikumpulkan ialah sample yang
representatif dan diusahakan tidak ada botol sampel
terkontaminasi oleh kolektor. Ini bukanlah hal yang sepele ketika
mengumpulkan sampel dengan senyawa tingkat rendah seperti
fosfor. Tergantung pada senyawa yang akan dianalisis, pengawet
yang mungkin diperlukan.
Langkah 3 : Pengangkutan ke laboratorium untuk analisis. Hal
ini perlu dilakukan dengan kondisi yang sesuai, biasanya pada
pendingin gelap dengan bungkus es.
Langkah 4: Pengolahan sampel air. Sampel harus disaring
sebelum pengujian. Dalam beberapa kasus, langkah penyaringan
harus segera dilakukan di lapangan setelah sampel
telah dikumpulkan. Analisis sampel perlu dilakukan sesuai
dengan protokol yang tidak memasukkan kontaminan atau

23
membahayakan sampel. Setelah pengolahan yang sesuai, sampel
tersebut siap untuk dianalisis.
Langkah 5 : Analisis. Langkah kelima ini juga dapat
menimbulkan masalah. Laboratorium harus memiliki
pengendalian mutu/prosedur jaminan di tempat sehingga nilai-
nilai analisis tidak diragukan.
Langkah 6 : Interpretasi. Lembaga atau individu pengamat
sample tersebut perlu untuk meninjau kembali dengan baik
angka dan mengira-iranya. Karena timbulnya kesalahan
kemungkinan tetap ada baik satu atau dua langkah dalam urutan,
angka akan memberikan keterangan

2.2 Contoh uji air meliputi :

 Air limbah (limbah cair industri, rumah potong hewan, limbah domestic
dll)
 Air permukaan (sungai, danau)
 Air bersih (air sumur, mata air dll)

2.3 Parameter Fisika

 Warna

 pH
 Kekeruhan
 Daya hantar listrik
 Endapan : Total Solid (TS), Total Suspended Solid (TSS), Total Dissolved
Solid (TDS)
2.4 Parameter Kimia

 Asiditas
 Alkalinitas
 Derajat kesadahan
2+
 Kalsium (Ca )
2+
 Magnesium (Mg )
3+
 Besi (Fe )
2+
 Mangan (Mn )
 Sulfat (SO42-)
 Klorida (Cl-)
 Zat organik
+
 Ammonium (NH4 )

24
- -
 Nitrat (NO3 ) dan Nitrit (NO2 )
 Silika (SiO2)
 Disolved Oksigen (DO)
 Chemical oxygen demand (COD)
 Biochemical oxygen demand (BOD)
 Fosfat (PO43-)
-
 Fluorida (F )
2-
 Sulfida(S )

2.5 Sarana dan Lingkungan Laboratorium

Terdapat beberapa hal penting berkaitan dengan sarana dan lingkungan


laboratorium yang dipakai sebagai pertimbangan untuk akreditasi diantaranya:
1) Kondisi kerja: uap, debu, bau, penerangan dan kelembaban.
2) Kestabilan alat ukur yang dipengaruhi oleh listrik, vibrasi, suhu
dan kelembaban.
3) Tempat kerja laboratorium yang terpisah dari ruang menulis dan
makan/minum.
4) Sarana: air, listrik, almari asam, gas dan pembuangan limbah.
5) Kebersihan laboratorium.
6) Keselamatan kerja: Material Safety Data Sheet (MSDS), alat
pelindung diri, alat pemadam kebakaran dan cara penyimpanan
bahan (silinder gas dan bahan kimia). Kini di Indonesia telah
tersedia Lernbar Data Keselamatan Bahan(6) atau MSDS versi
Indonesia sebagai acuan petunjuk dalam penanganan bahan-bahan
kimia berbahaya, Peralatan dan Instrumentasi Peralatan dan
instrumentasi juga dinilai dari penjagaan fungsi penggunaannya.
Termasuk hal penting adalah petunjuk cara kerja, kalibrasi serta
maintenance (pemeliharaan).

2.6 Tata Tertib Bagi Pegawai

1) Sebelum bekerja di laboratorium, pastikan AC ruangan dalam


kondisi hidup,jendela dan pintu dalam keadaan tertutup (jika
diperlukan).
2) Petugas harus mencuci tangan terlebih dahulu, menggunakan
sandal khususlaboratorium,menggunakan jas laboratorium,sarung
tangan dan masker pelindung.
3) Membersihkan meja kerja dan peralatan dengan etanol 70%
sebelum dan selesai bekerja (jika diperlukan).
4) Membaca instruksi kerja pengujian, dan instruksi kerja pemakaian
alatselama bekerja diruangan laboratorium tertentu,kurangi

25
kegiatan keluar mausk ruangan laboratorium untuk mencegah
kontaminasi dan usahakan pintu selalu tertutup.
5) Setelah selesai bekerja maupun keluar ruangan
laboratorium,personil harus melepas pakaian lapangan didalam
laboratorium (jas, lab, sandal laboratorium, masker dan sarung
tangan instruksi kerja pengujian dan instruksi kerja pemakaian
alatselama bekerja diruangan laboratorium tertentu, kurangi
kegiatan keluar masuk ruangan laboratorium untuk mencegah
kontaminasi dan usahakan pintu selalu tertutup.
2.7 Tujuan dan Fungsi

Dalam peraturan Walikota Kota Cimahi nomor 34 tahun 2016 pada Bab ke IV
bagian kesepuluh pasal 15 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa :
1) UPT Laboratorium Lingkungan pada Dinas Lingkungan Hidup
Mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan teknis penunjang
Dinas Lingkungan Hidup dibidang pelaksanaan pengujian parameter
kualiatas lingkungan dan melaksanakan penyusunan SOP
Laboratorium Lingkungan.
2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), UPT Laboratorium Lingkungan mempunyai fungsi :
a. Menetapkan tugas dan fungsi personel sesuai dengan
kompetensinya
b. Menjaga standar kompetensi dan objektifitas personel
c. Monitoring dan evaluasi standar pelayanan pengambilan contoh
uji dan pengujian parameter kualiatas lingkungan serta
pengelolaan limbah laboratorium
d. Menjaga keselamatan dan kesehatan kerja
e. Pelaksanaan pengambilan,perlakuan,transportasi dan
penyimpanan contoh uji parameter kualitas lingkungan.
f. Pelaksanaan preparasi, pengujian dan analisis parameter kualiatas
lingkungan.
g. Validasi metode pengambilan contoh uji dan pengujian parameter
kualitas lingkungan.
h. Validasi klaim ketidakpstian pengujian
i. Perawatan dan kalibrasi peralatan laboratorium lingkungan
j. Menjaga komitmen manajemen mutu sesuai registrasi sertifikasi
akreditasi .
k. Pelaksanaan dokumentasi sistem manajemen mutu laboratorium.
l. Penanganan pengaduan hasil pengujian
a. Melaksanakan pekerjaan pembuatan model simulasi pengendalian
pencemaran lingkungan
b. Memberikan layanan informasi kualitas limgkungan tingkat tapak

26
c. Melaksanakan inventarisasi sumber-sumber emisi/efluen didaerah
tapak
d. Membantu dalam melaksanakan pengawasan terhadap industri
dengan mengambil sampel dan data data lain

2.8 Aktivitas Pelayanan

UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) Laboratorium Lingkungan DLH Kota


Cimahi memberikan layanan pengambilan contoh (sampling) dan analisis
parameter kualitas lingkungan meliputi :
1. Uji kualitas air permukaan
2. Uji kualitas air limbah
3. Uji kualitas air bersih

27
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 AIR
3.1.1 Air dan Sumbernya

Air merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia, hewan dan
tumbuhan. Kegiatan hidup manusia selalu menggunakan air untuk berbagai
keperluan seperti: rumah tangga, pertanian, peternakan, perikanan, energi,
transportasi, industri dan lain-lain. Air dapat diperoleh dari berbagai sumber,
sumber air tersebut harus memenuhi syarat kualitas untuk masing-masing
keperluan supaya tidak mengganggu kesehatan dan lingkungan masyarakat
disekitarnya.
 Air Laut
Air laut merupakan bagian terbesar dipermukaan bumi, sebagai terminal
bagi sungai dan memiliki kadar garam natrium klorida (NaCl) yang tinggi
dibanding air daratan. Kadar NaCl air laut kurang lebih 3,5 %. Keadaan ini yang
menyebabkan air laut tidak memenuhi syarat untuk diminum.
 Air Hujan
Air hujan adalah uap air yang sudah terkondensasi yang jatuh kebumi
berupa zat cair. Air hujan dapat dipakai sebagai sumber air untuk berbagai
keperluan, misalnya: pertanian, perikanan dan rumah tangga. Pemakaian air hujan
sangat cocok untuk daerah yang tidak mempunyai sumber air lain (air tanah dan
air permukaan). Kualitas air hujan dalam keadaan murni sangat baik tetapi sering
kali dikotori oleh kotoran industri dan debu di udara. Air hujan yang akan
dijadikan sebagai air minum, hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan
di mulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran.
 Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir atau tergenang di permukaan
bumi. Umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama
pengalirannya misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun dan kotoran
industri kota. Pemakaian air permukaan kurang dianjurkan terutama ditinjau dari
segi estetika kesehatan namun jika ingin digunakan sebagai air minum harus
dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Besarnya pengotoran untuk masing-masing
air permukaan akan berbeda-beda tergantung pada daerah pengaliran air
permukaan ini. Jenis pengotornya adalah kotoran fisik, kimia dan bakteriologi.
 Air Tanah
Air tanah adalah air yang tersimpan atau terperangakap dalam lapisan

28
bawah tanah yang mengalami pengisian atau penambahan secara terus menerus
oleh alam. Kualitas air tanah tergantung pada lapisan tanah yang dilaluinya
biasanya jernih dan tidak mengandung zat-zat dari tumbuhan mati. Hal ini
dikarenakan air tanah mengalami proses penyaringan ketika melalui butiran tanah,
kecuali air tanah dangkal. Proses penyaringannya hanya melalui lapisan tipis dan
mudah terkontaminasi oleh air kotor di sekitarnya. Sumur seperti sumur dangkal
(kedalaman 5-20 meter) atau sumur dalam (kedalaman rata-rata 250 meter).
Berbeda dengan air permukaan kandungan bahan pengotor yang terdapat di dalam
air tanah lebih sedikit dan komposisinya cenderung konstan.

3.1.2 Kualitas Air Untuk Kehidupan


Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun badan setempat
(Departemen Kesehatan) serta ketentuan/peraturan lain yang berlaku seperti
APHA (American Public Health Assosiation atau Asosiasi Kesehatan Masyarakat
AS) layak tidaknya air untuk kehidupan manusia ditentukan berdasarkan
persyaratan kualitas secara fisik, secara kimia dan secara biologi.
 Kualitas Air Secara Fisik
Kualitas fisik yang umum dianalisis dalam penentuan kualitas air meliputi:
Kekeruhan, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya
bahan-bahan organik, seperti lumpur dan buangan dari pemukiman tertentu yang
menyebabkan air sungai menjadi keruh. Segi estetika kesehatan menggambarkan
bahwa kekeruhan air dapat dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya
pencemaran melalui buangan, dari sifat pengendapnya yang dapat menyebabkan
kekeruhan berasal dari bahan-bahan mudah diendapkan dan bahan-bahan sukar
diendapkan.
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya mikroorganisme seperti
microalgae dan bakteri serta adanya gas hidrogen sulfida yang terbentuk dalam
kondisi anaerob. Air berwarna yang berasal dari buangan pabrik dan pemukiman
tidak dibenarkan untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan didalam warna terkandung
senyawa kimia yang membahayakan kesehatan manusia. Kenaikan suhu dapat
menyebabkan penurunan kadar oksigan terlarut (DO=Dissolved Oksigen). DO
yang rendah dapat menyebabkan bau yang tidak sedap akibat terjadinya degradasi
atau penguraian bahan organik atau anorganik dalam air secara anaerob.

 Kualitas Air Secara Kimia


Kualitas air secara kimia meliputi nilai pH, alkalinitas, kesadahan, dan
penentuan logam-logam yang terkandung dalam air. Nilai pH secara umum dapat
didefinisikan sebagai anti logaritma dari konsentrasi ion hidrogen, yaitu suatu
indikasi untuk menentukan keasaman atau kebasaan konsentrasi ion hidrogen.
pH air penting ditetapkan karena air yang mempunyai pH rendah (asam)
atau tinggi (basa) tidak dikehendaki dalam penggunaannya. Air pada kondisi
tersebut memungkinkan adanya suatu mikroorganisme tertentu yang dapat hidup.

29
Hal itu akan membahayakan kesehatan manusia yang menggunakannya.
Penentuan pH ini menggunakan metode kolorimetri dengan mengunakan
alat comperator dan disk warna pH dengan indikator brom timor biru (BTB)
metode ini digunakan sampel yang diberi indikator yang berubah warna pada pH
tertentu. Indikator merupakan indikator sejenis molekul organik yang berubah
warna pada pH tertentu. Nilai pH ditentukan dengan membandingkan warna
sample yang sesuai dengan disk warna pada comperator.
Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion ion karbonat, bikarbonat,
hidroksida, borat, fosfat, silica dan sebagainya. Alkalinitas pada air alam dapat
disebabkan oleh adanya bikarbonat dan sisanya karbonat dan hidroksida.
Alkalinitas pada air ledeng diperlukan dalam konsentrasi tidak seimbang
dengan kesadahan akan menyebabkan karat kalsium karbonat pada dinding pipa
yang dapat memperkecil penampang basah pipa.
 Kualitas Air Secara Biologi
Kualitas air secara biologi khususnya secara biologis ditentukan oleh
parameter mikroba pencemar, patogen dan toksin. Kehadiran mikroba khususnya
bakteri pencemar tinja (E. Coli) di dalam air sangat tidak diharapkan karena dapat
mengganggu kesehatan manusia.
Beberapa jenis bakteri patogen berkembang dan menyebar melalui badan
air misalnya penyebab penyakit tipus,disentri dan lain-lain. Bakteri penghasil
toksin berkembang dan menyebar melalui air baik yang hidup secara anaerob
maupun secara aerob.
3.1.3 Baku Mutu Air

Baku mutu air di UPTD Laboratorium Lingkungan Hidup menggunakan


Permen LH no.5 tahun 2014.
Baku mutu air perlu ditinjau kesesuaiannya secara berkala agar tetap
sejalan dengan perkembangan IPTEK. Mengenai jenis bahan pencemar dan
dampaknya terhaadap lingkungan serta kemajuan teknologi pengendalian
pencemaran air. Dan badan air untuk berbagai kegunaan yang berhubungan
dengan kesehatan. Peraturan menteri kesehatan ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya pencemaran serta penggunaan air yang tidak memenuhi syarat-syarata
kualitas air untuk berbagai kegunaan yang berhubungan dengan kesehatan.
Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :
 Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air
baku air minum, dan atau peruntukan lain yang memper-
syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
 Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut;

30
 Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
 Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
3.2 Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Pengelolaan Limbah

Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah,


kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi
limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya
pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu
kawasan permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan
sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang
disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri
oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah,
seperti jamban misalnya.
1. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani
limbah Air kakus.
2. Jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan
tersambung ke unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban
pribadi tidak ada, maka masyarakat perlu memiliki akses ke jamban
bersama atau MCK.[1]

31
3. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah
dan pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan
gerobak atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi
dengan tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan
akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya. Di beberapa
wilayah pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan
secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya
kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya pengkomposan dan
pengumpulan bahan layak daur-ulang.
4. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan
menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan
air tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran
drainase harus cukup besar agar dapat menampung limpasan air hujan dari
wilayah yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki kemiringan
yang cukup dan terbebas dari sampah.
5. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara
berkelanjutan dalam jumlah yang cukup, karena air bersih memang sangat
berguna di masyarakat
Karakteristik Limbah
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang
Limbah B3 Industri
Berdasarkan karakteristiknya limbah B3 industri dapat dibagi menjadi empat
bagian, yaitu:
1. Limbah B3 cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air.
Komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan
padat, bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik
2. Limbah B3 padat
3. Limbah B3 gas
4. Limbah B3 partikel yang tidak terdefinisi
Limbah Bahan berbahaya dan beracun (B3)
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Sedangkan sesuai definisi pada Undang
Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak
lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Yang termasuk limbah
B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak

32
digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas
kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini
termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut:
mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi,
bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui
termasuk limbah B3
Identifikasi Limbah B3 berdasar jenis dan karakteristiknya :

Jenis limbah B3 menurut jenisnya meliputi :

1. Limbah B3 Jenis Padatan


2. Limbah B3 Jenis Cairan
3. Limbah B3 Jenis Gas
4. Limbah B3 Jenis Partikel yang tidak terdefinisi
Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :

1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;


2. Limbah B3 dari sumber spesifik;
3. Limbah B3 dari bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Karakteristik limbah B3

 Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan
standar (25 °C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan/atau
fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan
cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
 Limbah mudah terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah
satu sifat-sifat sebagai berikut :
 Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari
24% volume dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari60 °C (140 OF)
akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau
sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
 Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan
standar (25 C, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran
melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang
terus menerus.
 Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar .
 Merupakan limbah pengoksidasi.
 Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang
bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan
kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pemafasan, kulit atau mulut. Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah

33
ini dapat menggunakan baku mu tu konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic
Leaching Procedure) pencemar organik dan anorganik dalam limbah. Apabila
limbah mengandung salah satu pencemar yang terdapat, dengan konsentrasi
sama atau lebih besar dari nilai dalam Lampiran II tersebut, maka limbah
tersebut merupakan limbah B3. Bila nilai ambang batas zat pencemar tidak
terdapat pada Lampiran II tersebut maka dilakukan uji toksikologi.
 Limbah yang menyebabkan infeksi. Bagian tubuh manusia yang
diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari
laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat
menular .Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit seperti
hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan, dan
masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah
 Limbah bersifat korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat
sebagai berikut :
 Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
 Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020)
dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur
pengujian 55 °C.
 Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam
dan sama atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa.
 Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai
salah satu sifat-sifat sebagai berikut :
 Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat
menyebabkan perubahan tanpa peledakan.
 Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air
 Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
 Merupakan limbah Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi
pH antara 2 dan 12,5 dapat menghasi1kan gas, uap atau asap beracun
dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan.
 Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan
tekanan standar (25 C, 760 mmHg).
 Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu
tinggi.
Kegiatan Pengelolaan Limbah B3
Kegiatan Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan
dan pengolahan serta penimbunan hasil pengolahan tersebut. Dalam rangkaian

34
kegiatan tersebut terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan mata
rantai dalam pengelolaan limbah B3, yaitu :
 Reduksi Limbah B3 : Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi
jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan
dari suatu kegiatan
 Penyimpanan Limbah B3 : kegiatan menyimpan limbah B3 yang
dilakukan oleh penghasil dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau
pengolah dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan
sementara
 Pengumpulan Limbah B3 : kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari
penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum
diserahkan kepada pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah
B3
 Pengangkutan Limbah B3 : kegiatan pemindahan limbah B3 dari
penghasil dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/ atau dari
pengolah ke pengumpul dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau
ke penimbun limbah B3
 Pemanfaatan Limbah B3 : kegiatan perolehan kembali (recovery)
dan/atau penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang
bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat
digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia
 Pengolahan Limbah B3 : proses untuk mengubah karakteristik dan
komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya
dan/atau sifat racun
 Penimbunan Limbah B3 : kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu
fasilitas penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia
dan lingkungan hidup
Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas. maka mata rantai
siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai
penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai
perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah B3 dikendalikan dengan system
manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan system manifest dapat diketahui
berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam
proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki persyaratan
lingkungan.
Limbah beracun
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari
suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah
tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat
berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang
bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (Limbah B3).

35
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun
tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah
bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak,
sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila
memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-
lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Jenis-jenis limbah beracun antara lain:
 Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan.
 Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api,
percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau
terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
 Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena
melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak
stabil dalam suhu tinggi.
 Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya
bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau
sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
 Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang
terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti
bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang
terkena infeksi.
 Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi
pada kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari
2,0 untuk limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang
bersifat basa.
Limbah hitam (bahasa Inggris: blackwater) adalah air limbah yang
berasal dari buangan biologis seperti kakus, berbentuk tinja manusia, maupun
buangan lainnya berupa cairan ataupun buangan biologis lainnya yang terbawa
oleh air limbah rumah tangga bekas cuci piring, maupun limbah cairan dari dapur.
Setiap manusia rata-rata mengeluarkan 125-250 gram limbah hitam (tinja
dan air kencing) per hari, sehingga ribuan ton limbah hitam diproduksi setiap
harinya. Di luar jumlahnya, limbah hitam mengandung empat komponen
berbahaya :
1. Mikroba (seperti bakteri Salmonela typhi penyebab demam tifus dan
bakteri Vibrio cholerae penyebab kolera, hepatitis A, dan virus

36
penyebab polio). Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba
termasuk bakteri koli-tinja (E. coli).
2. Materi organik berupa sisa dan ampas makanan yang tidak tercerna dalam
bentuk karbohidrat, enzim, lemak, mikroba, dan sel-sel mati. Satu liter
tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200–300 mg BOD5.
Kandungan BOD yang tinggi mengakibatkan air mengeluarkan bau tak
sedap dan berwarna hitam.
3. Telur cacing. Prevalensi anak cacingan yang diakibatkan cacing cambuk
dan cacing gelak bisa mencapai 70 persen dari balita di Indonesia.
4. Nutrien yang umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan fosfor (P)
yang dibawa oleh sisa sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam
bentuk senyawa amonium, sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu
liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 mg dan fosfat seberat
30 mg. Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang (algae).
Akibatnya warna air jadi hijau. Gangang menghabiskan oksigen dalam air
sehingga ikan dan hewan air lainya mati. Fenomena yang
disebut eutrofikasi ini mudah dijumpai, termasuk di waduk, danau,
maupun balong-balong.
Pengelolaan limbah hitam
Di negara-negara maju dan beberapa kota di negara Asia lainnya,
pengolahan limbah hitam menggunakan sistem pengolahan limbah perpipaan
terpadu (sewerage system). Di Indonesia banyak pemerintah kota merasa tidak
mampu untuk melakukan pembenahan kondisi sanitasinya, hal ini menjadikan
warga mengatasi masalah sanitasinya sendiri-sendiri. Sebagian warga kota
memilih cara termudah untuk membuang tinja dan sampahnya. Buang air besar
langsung dilakukan di kali atau selokan terdekat, perilaku ini kemudian menjadi
masalah bagi kelompok masyarakat yang lebih luas.
Air kakus atau limbah hitam di Indonesia biasanya ditangani dengan
menggunakan unit-unit setempat (on site unit) seperti tangki septik. Layanan ini
biasanya dikembangkan dan dioperasikan sendiri oleh pemilik rumah (self
service). Penggunaan jamban dengan tangki septik pada tahun 2006 secara
statistik digunakan oleh 65 persen rumah yang ada di kawasan perkotaan di
Indonesia sebagai teknik pengolahan air kakus yang paling banyak digunakan.
Penggunaan jamban dengan septic tank membutuhkan layanan lanjutan
seperti penyedotan lumpur tinja dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Air kakus juga dapat ditangani secara kolektif dengan menggunakan layanan
sistem pengolahan limbah terpadu (sewerage system). Sistem ini mengalirkan air
kakus dari tiap rumah oleh pipa pengumpul menuju ke suatu unit pengolahan air
limbah dan biasanya dapat dikembangkan untuk kawasan permukiman padat.
Limbah medis adalah hasil buangan dari suatu aktivitas medis. Limbah
medis harus sesegera mungkin diolah setelah dihasilkan dan penyimpanan
menjadi pilihan terakhir jika limbah tidak dapat langsung diolah.[1] Faktor penting

37
dalam penyimpanan limbah medis adalah melengkapi tempat penyimpanan
dengan penutup, menjaga areal penyimpanan limbah medis tidak tercampur
dengan limbah non-medis, membatasi akses lokasi, dan pemilihan tempat yang
tepat.

Kategori pemisahan limbah medis berdasarkan kategori


Menurut peraturan Departemen Kesehatan RI pada tahun 2002, limbah medis
dikategorikan berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalamnya serta
volume dan sifat persistensinya yang dapat menimbulkan berbagai
masalah. Kategori tersebut adalah:
 Limbah benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan intravena,
pipet Pasteur, pecahan gelas, dan lain-lain.
 Limbah infeksius. Limbah infeksius adalah limbah yang berkaitan dengan
pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan
limbah laboratorium. Limbah ini dapat menjadi sumber penyebaran penyakit
pada petugas, pasien, pengunjung, maupun masyarakat sekitar. Oleh karena
itu, limbah ini memerlukan wadah atau kontainer khusus dalam
pengolahannya.
 Limbah patologi. Limbah ini merupakan limbah jaringan tubuh yang
terbuang dari proses bedah atau autopsi.
 Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi selama peracikan,
pengangkutan, atau tindakan terapi sitotoksik.
 Limbah farmasi, yang merupakan limbah yang berasal dari obat-obatan
yang kedaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena tidak memenuhi
spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang pasien
atau oleh masyarakat, obat-obatan yang tidak diperlukan lagi oleh institusi
bersangkutan, dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
 Limbah kimia yang dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan
medis, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.
 Limbah radioaktif, yaitu limbah yang terkontaminasi
dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan medis atau
riset radionukleotida.
Limbah minyak adalah buangan dari hasil eksplorasi produksi minyak,
pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan,
dan tangki penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah minyak bersifat mudah

38
meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan
bersifat korosif. Limbah minyak merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3),
karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya dapat mencemarkan dan
membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk
hidup lainnya.
Akibat yang ditimbulkan dari terjadinya pencemaran minyak bumi di laut adalah:
1. Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu
berwarna gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir,
tumbuhan dan hewan. Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses
pelapukan minyak akan hanyut dan terdampar di pantai.
2. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal
yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses
sel ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya
kematian. Efek subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan
perilaku namun tidak mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu
karang akan mengalami efek letal dan subletal di mana pemulihannya
memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya.
3. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa
beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang
terbentuk dari proses biodegradasi. Jika jumlah pitoplankton menurun,
maka populasi ikan, udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal
hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia karena memiliki
nilai ekonomi dan kandungan protein yang tinggi.
4. Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan
racun slick (lapisan minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian
burung-burung laut. Hal ini dikarenakan slick membuat permukaan laut
lebih tenang dan menarik burung untuk hinggap di atasnya ataupun
menyelam mencari makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi
peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan
isolasi, sehingga burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati.
Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ
burning,penyisihan secara mekanis,bioremediasi,penggunaan sorbent,penggunaan
bahan kimiadispersan, dan washing oil.
 In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut, sehingga
mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut,
penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi.
Teknik ini membutuhkan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran
minyak) atau barrier yang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan
minyak dalam jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang
dibakar. Selain itu, penyebaran api sering tidak terkontrol.
 Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir
tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan

39
minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang
disebut skimmer.
 Bioremediasi yaitu proses pendaurulangan seluruh material organik.
Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada
daerah yang terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi dapat
menambahkan nutrisi dan oksigen, sehingga mempercepat penurunan
polutan.
 Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui
mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pad permukaan sorbent)
dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi
mengubah fase minyak dari cair menjadi padat, sehingga mudah
dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki
karakteristik hidrofobik, oleofobik, mudah disebarkan di permukaan
minyak, dapat diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent
yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji),
anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa
poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon).
 Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi
tetesan kecil (droplet), sehingga mengurangi kemungkinan
terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan minyak. Dispersan kimiawi
adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan.
 Washing oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari pantai.

Pembersihan limbah minyak di kawasan pantai.

Limbah radioaktif adalah jenis limbah yang mengandung atau


terkontaminasi radionuklida pada konsentrasi atau aktivitas yang melebihi batas
yang diijinkan (Clearance level) yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Tenaga
Nuklir. Definisi tersebut digunakan di dalam peraturan perundang-undangan.
Pengertian limbah radioaktif yang lain mendefinisikan sebagai zat radioaktif yang
sudah tidak dapat digunakan lagi, dan/atau bahan serta peralatan yang terkena zat
radioaktif atau menjadi radioaktif dan sudah tidak dapat
difungsikan/dimanfaatkan. Bahan atau peralatan tersebut terkena atau menjadi
radioaktif kemungkinan karena pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang
memanfaatkan radiasi pengion.

40
Jenis limbah radioaktif
 Dari segi besarnya aktivitas dibagi dalam limbah aktivitas tinggi, aktivitas
sedang dan aktivitas rendah.
 Dari umurnya di bagi menjadi limbah umur paruh panjang, dan limbah
umur paruh pendek.
 Dari bentuk fisiknya dibagi menjadi limbah padat, cair dan gas.
Sumber sumber limbah radioaktif
Limbah radioaktif umumnya berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir,
baik pemanfaatan untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir,
maupun pemanfaatan nuklir untuk keperluan industri dan rumah sakit.

3.3 Analisa Kuantitatif dan Kualitatif


Analisis kimia adalah rangkaian pengerjaan yang bertujuan untuk
menentukan komposisi kimia suatu benda. Analisis kimia digolongkan menjadi
dua, yaitu kuantitatif dan kualitatif.
Analisa kuantitatif bertujuan untuk menentukan jumlah suatu zat atau
komponen zat. Cara-cara kuantitatif seperti halnya analisa kualitatif dapat
dibedakan atas:
(a) cara-cara klasik dan
(b) cara-cara modern atau instrumental.
Cara-cara klasik ialah cara-cara yang telah lama dikenal, yaitu pada
umumnya sejak awal perkembangan ilmu kimia analitik, sedang cara-cara
instrumental atau modern ialah cara-cara yang berkembang kemudian. Sudah
dibicarakan bahwa sebenarnya pembagian demikian kurang tepat. Misalnya kata
“instrumen”,yang menggambarkan bahwa dalam cara yang bersangkutan
digunakan instrumen atau alat, dapat menimbulkan kesan seolah-olah dalam cara
klasik tidak digunakan alat. Tentu saja setiap analisa juga mempergunakan alat;
hanya saja dalam cara instrumental banyak alat yang jauh lebih rumit, atau dapat
diotomatiskan. Tetapi itu pun kurang jelas, sebab cara-cara klasik juga banyak
yang dapat diotomatiskan. Namun, karena sudah lazim penggunaan pembagian
diatas, dan berguna, kita dapat juga memakai pembagian itu.
Ada yang membedakan cara klasik dan cara instrumental atas dasar lain,
yaitu : (a) cara klasik ialah cara-cara yang didasarkan pada penggunaan reaksi-
reaksi kimia dan disebut cara-cara stoikiometri, sedang (b) cara-cara instrumental
didasarkan pada pengukuran besaran fisik untuk menentukan jumlah zat atau
komponen yang dicari dan disebut cara-cara non-stoikiometrik.

Atau secara lain dikatakan, bahwa:

a. Metoda klasik didasarkan pada interaksi materi dengan materi


(misalnya: volumetri dan gravimetri).
b. Metoda instrumental didasarkan pada interaksi energi dengan materi

41
(misalnya: analisa berdasar penggunaan energi sinar dan kecepatan
pemisahan).
Empat tahap analisis kuantitatif:
1. Sampling
2. Perubahan analit menjadi bentuk yang dapat diukur
3. Pengukuran
4. Perhitungan/Interpretasi data
Analisis kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan
suatu unsur kimia dalam cuplikan.

3.3.1 Perbedaan Antara Analisa Kualitatif dan Kuantitatif


Dalam beberapa hal kedua cabang analisa kimia mempunyai persamaan
tetapi di pihak lain juga terdapat perbedaan. Persamaannya antara lain: (a) tahap-
tahap analisanya sama; hanya berbeda dalam tahap pengukuran yang dalam
analisa kualitatif menjadi tahap identifikasi; (b) kedua-duanya mengukur suatu
sifat tertentu; (c) kedua-duanya memerlukan keteliatian kerja, kemurnian bahan-
bahan, dan kebersihan alat.
Hal-hal yang khas untuk analisa kuantitatif ialah tuntutan yang menjamin,
agar hasil kerja kuantitatif pula. Reaksi-reaksi yang cocok untuk analisa kualitatif,
kadang-kadang tidak cocok untuk analisa kuantitatif. Sifat-sifat tambahan yang
pada umumnya perlu dipenuhi oleh reaksinya ialah:

(a) Sempurna, yaitu berlangsung sehingga boleh dikatakan zat yang


direaksikan habis.
Secara kesetimbangan ini berarti, bahwa letak kesetimbangan mengarah
jauh ke kanan, (karena konstan kesetimbangan yang besar, atau digeser
ke kanan karena ada kelebihan pereaksi);
(b) reaksinya tunggal, artinya hanya membentuk satu macam hasil
komponen yang dianalisa;
(c) harus ada hubungan yang reprodusibel antara jumlah yang diukur dan
sifat yang diukur. Ketiga syarat tambahan ini sangat mengurangi macam
reaksi yang dapat digunakan untuk analisa kuantitatif.
Di samping syarat-syarat untuk reaksi, kerja kuantitatif jugamenambah
syarat-syarat dalam teknik kerja. Seperti dalam analisa kialitatif, harus
dihindarkan kontaminasi bahan-bahan dan pengotoran alat-alat; di samping itu
dalam analisa kuantitatif harus dicegah hilangnya bahan, dan harus dilakukan
pengukuran- pengukuran yang tepat, baik analat maupun pereaksi-pereaksi
tertentu. Alat-alat pengukuran harus diperlakukan dengan hati-hati agar jangan
berubah kapasitasnya.
Dalam pembacaan skala dan tanda tera, harus dihindarkan paralaks;
sewaktu memegang pipet dan labu takar harus dihindarkan bagian yang besar
untuk mengurangi pengaruh pemuaian; untuk penimbangan yang teliti maka

42
tekanan udara, gaya tekan ke atas, kelembaban udara dan sebagainya harus
diperhitungkan. Bila memindahkan larutan atau endapan, perlu diusahakan agar
seluruh bahan yang diperlukan juga terpindahkan. Boleh dikatakan bahwa dalam
analisa kualitatif cukup kalau tidak terjadi pengotoran, dan tidak terlalu menjadi
soal apakah pereaksi- pereaksi agak sedikit atau agak terlalu banyak; dalam
analisa kuantitatif menghindarkan pengotoran saja belum cukup, tetapi juga harus
diperhatikan pengambilan bahan yang jumlahnya harus cepat. Kecuali itu pada
setiap tahap berikutnya juga tidak boleh terjadi kehilangan bahan (misalnya
tumpah atau pemindahan ke wadah lain secara tidak sempurna).

3.4 Teknik Sampling

3.4.1 DEFINISI
Sampling bukanlah suatu pengembangan modern tetapi pendahuluan
metode statistik dan kontrol kualitas dalam berbagai industri telah berperanan
banyak terhadap kedudukannya sekarang ini. Penarikan sampel membutuhkan
pengalaman. Dalam teknik sampling terdapat istilah-istilah yang perlu yang perlu
dimengerti secara jelas, misalkan sampel adalah bagian terpilih dari materi yang
memiliki sifat-sifat yang pada dasarnya sama dengan keseluruhan materi. Suatu
unit sampling dapat didefinisikan sebagai besar paket minimum materi yang akan
digunakan sebagai sampel. Suatu penambahan dari sampel menyatakan sejumlah
tertentu materi yang diambil dari setiap unit sampling. Sedangkan sampel bruto
adalah satu yang dipersiapkan dengan mencampur berbagai penambahan bersama.
Suatu subsampel adalah suatu sampel bruto dengan ukuran lebih kecil. Sampel
analisis adalah banyaknya sampel yang diambil untuk analisis.

3.4.2 TEORI SAMPLING


Suatu sampel yang ideal harus memiliki sifat intensif yang identik dengan
keseluruhan materi dari mana dia berasal.
Terdapat banyak kekeliruan yang nyata di dalam sampling yang kita beri
istilah kecerobohan sampling. Sebagai contoh, adalah suatu hal yang ceroboh
menerima materi untuk dianalisis tanpa suatu pengetahuan mengenai latar
belakangnya. Pemilihan yang random adalah sumber suatu penyimpangan dalam
sampling. Pemisahan ukuran partikel dapat pula menghasilkan kesalahan yang
serius. Tindakan-tindakan ini dapat mengubah komposisi sampel dan ini harus
dihindarkan.

3.5 GRAVIMETRI
Gravimetri adalah salah satu rangkaian pengerjaan penentuan jumlah kadar
ion/unsur/senyawa suatu zat (analisis kuantitatif) yang metode penentuannya
berdasarkan pada penimbangan, dalam hal ini penimbangan merupakan hasil
reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi dari metoda
gravimetri dapat berupa sisa bahan atau suatu gas yang terjadi, atau suatu endapan

43
yang dibentuk dari bahan yang dianalisa.
Berdasarkan hasil yang ditimbang cara gravimetri:

1. Cara Evolusi
Bahan direaksikan sehingga timbul suatu gas. Caranya bisa dengan
pemanasan bahan tersebut atau mereaksikan dengan suatu pereaksi. Yang dicari
adalah banyaknya gas yang terjadi.
Ada dua cara:

 Cara tidak langsung, yaitu Berat gas ditentukan dengan menimbang bahan
sebelum dan sesudah pemanasan, contohnya:
 Penentuan kadar air dalam suatu bahan
 Penentuan karbonat
 Cara langsung, yaitu dengan cara:
Pada penentuan kadar air: uap air yang terjadi dilewatkan ke tabung berisi
bahan higroskopis yang tidak menyerapkan gas- gas lain. Berat tabung dengan isi
sebelum dan sesudah uap diserap menunjukkan jumlah air.
Penentuan karbonat yang tidak dapat teruraikan karena dipanaskan,maka
karbonat yang bersangkutan direaksikan, misalnya dengan menambahkan
HCl; CO2 yang terbentuk dilewatkan pada tabung berisi bahan penyerap CO2.
Berat tabung dengan isi sebelum dan sesudah menyerap gas menunjukan berat
CO2.

Adapun kesalahan yang mungkin terjadi dalam penentuan kadar air:

 Kesalahan positif:
1) Adanya bahan lain yang mudah menguap dan ikut menguap bersama-
sama dengan air sewaktu dipanaskan.
2) Bahan terurai, seperti bahan yang mengandung karbonat atau bahan-
bahan organik.
Kedua hal ini menyebabkan selisih berat yang dicari menjadi lebih
besar sehingga kadar air yang didapat lebih tinggi daripada kadar air
yang seharusnya.

 Kesalahan negatif:
Terjadinya reaksi dengan bahan-bahan yang ada di dalam udara misalnya
terjadi oksidasi dari lemak/minyak yang mengandung ikatan tak jenuh. Akibat
oksidasi, berat bahan bertambah karena kemasukan oksigen. Sehingga selisih
berat sebelum dan sesudah pemanasan lebih kecil dari pada seharusnya.
Untuk memperkecil kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan tersebut,
maka perlu diperhatikan hal-hal praktis seperti berikut:

44

 Lamanya pemanasan, misalnya dipanaskan pada suhu 105 C selama 1
jam.
 Oven harus benar-benar sudah mencapai suhu yang diinginkan sebelum

dimasukkan, misal 105 C.
 Selama pemanasan, oven jangan dibuka kembali selama selang waktu 1
jam karena itu dapat akan menyebabkan penurunan kembali suhu pada
oven.
 Bahan yang sudah dikeringkan disimpan dalam eksikator dan sampel
padatan yang sudah dikeringkan dihaluskan.
 Sampel dimasukkan secara bersama-sama.
 Apabila menggunakan tempat/wadah tertutup, selama pemanasan
sebaiknya tempat/wadah tersebut dibiarkan terbuka, tetapi selesai
pemanasan tempat/wadah tersebut ditutup kembali.
 Waktu atau lamanya pemanasan.

2. Cara Pengendapan
Analit direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang
mengendap, endapan ini ditimbang dan dari berat endapan tersebut dapat dihitung
banyaknya analit.Misalnya penentuan kadar NaCl dalam ikan asin, maka NaCl
dapat direaksikan dengan AgNO3 sehingga mengendap sebagai AgCl yang
berwarna putih. Endapan disaring, dikeringkan dan ditimbang.
Tahapan dalam analisa gravimetri dengan cara pengendapan :

 Penimbangan sampel
 Pelarutan sampel
 Pengendapan
 Digestion(membiarkan endapan kontak dengan larutan induknya)
 Penyaringan
 Pencucian
 Pengarangan, pengabuan, pemijaran
 Penimbangan
 Perhitungan

3.5.1 Kelarutan
Salah satu hal yang penting dalam metode gravimetri dengan cara
pengendapan adalah kelarutan.
Kelarutan adalah jumlah maksimum senyawa yang dapat larut didalam
sejumlah pelarut tertentu pada suhu tertentu. Faktor yang dapat mempengaruhi
kelarutan adalah sebagai berikut:
 Faktor ion senama. Ion senama adalah ion yang sama dengan salah
satu ion dari zat terlarut. Pada umumnya ion senama dapat

45
memperkecil kelarutan3
 Faktor pH. Pengaruh pH akan ditentukan oleh jenis zat terlarut.
Misalkan pada endapan Fe3+ pada suasana asam maka kelarutan
akan semakin besar dan pada pH basa kelarutannya
 Faktor ion kompleks. Ion kompleks adalah ion yang terbentuk dari
ion logam dari unsur transisi dengan ion atau senyawa tertentu. Ion
yang dengan ion unsur transisi dapat membentuk ion kompleks
dinamakan ligan. Adanya ligan dalam suatu sistem kelarutan akan
memperbesar kelarutan suatau zat terlarut.
 Faktor suhu. Pada umunya semakin tinggi suhu zat pelarut maka
akan semakin besar kelarutan zat terlarut.

3.5.2 Penimbangan Sampel


Menimbang benda adalah menimbang sesuatu yang tidak memerlukan
tempat dan biasanya tidak dipergunakan pad reaksi kimia, seperti menimbang
cawan, gelas kimia dan lain-lain. Menimbang zat adalah menimbang zat kimia
yang dipergunakan untuk membuat larutan atau akan direaksikan. Untuk
menimbang zat ini diperlukan tempat penimbangan yang dapat digunakan seperti
gelas kimia, kaca arloji dan kertas timbang
Menimbang zat dengan penimbangan selisih dilakukan jika zat yang ditimbang
dikhawatirkan akan menempel pada tempat menimbang dan sukar untuk dibilas.
Pada penimbangan selisih akan diperoleh berat zat yang masuk ke dalam
tempat yang diinginkan bukan pada tempat menimbang. Dalam praktikum biologi
neraca ini biasa digunakan untuk menimbang bahan-bahan yang dibutuhkan
dalam jumlah yang sangat kecil. Beberapa praktikum yang sering memerlukan
alat ini yaitu praktikum mikrobiologi dan kultur jaringan, dimana neraca ini
digunakan untuk menimbang bahan yang akan digunakan untuk membuat media
untuk bakteri, jamur ataupun untuk media tanam kultur jaringan.Selain itu dengan
adanya tingkat ketelitian yang tinggi maka hal tersebut dapat meminimalkan
kesalahan dalam pengambilan media yang dibutuhkan. Jumlah media yang tidak
tepat dalam pembuatan media baik untuk kultur jaringan ataupun media bakteri
tentunya akan berpengaruh terhadap konsentrasi zat dalam media. Hal tersebut
dapat menyebabkan terjadinya kekeliruan dalam hasil praktikum yang
dilaksanakan.

3.5.3 Pelarutan
Memilih pelarut sampel Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya
dengan sampel yang akan di larutkan, Misalnya : HC l, H2SO4, dan HNO3
digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam.

3.5.4 Pengendapan
Endapan terbentuk bila larutan sudah lewat jenuh terhadap endapan tersebut
atau larutan mengandung zat tersebut melebihi konsentrasi larutan jenuh. Keadaan
lewat jenuh itu tidak stabil dan menjadi stabil bila kelebihan zat yang terlarut

46
diendapkan sampai konsentrasinya seperti larutan jenuh.
Tahapan proses pengendapan:

 Tahap pertama pada pengendapan terjadi nukleasi yaitu ion-ion


dari molekul yang akan diendapkan mulai membentuk inti yaitu
beberapa ion menjadi butir-butir yang sangat kecil.
 Tahap berikutnya pertumbuhan kristal yaitu inti tersebut menarik
molekul-molekul lain sehingga dari kumpulan hanya beberapa
molekul tumbuh menjadi butiran lebih besar, sampai ke ukuran
koloid atau lebih besar lagi menjadi butiran-butiran kristal kasar.
Suatu endapan mungkin tumbuh sampai tahap koloid atau kristal
halus atau kristal kasar. Keadaan lewat jenuh memainkan peranan
penting dalam penentuan ukuran partikel suatu endapan.
Pada pengendapan berlaku hukum Von Weimarn, yaitu: Kecepatan awal
pengendapan adalah sebanding dengan (Q-S)/S, di mana:

Q = konsentrasi total zat yang akan diendapkan S = kelarutan kesetimbangan


Q-S menunjukkan keadaan lewat jenuh pada saat pengendapan mulai.
Makin besar Q-S makin besar jumlah inti dan makin kecil partikel endapan.
Makin besar S, makin kecil perbandingan dan makin sedikit jumlah inti yang
terbentuk sehingga aplikasi dari hukum tersebut adalah:
1. Pengendapan dilakukan dalam larutan yang panas karena:
 Kelarutan bertambah karena berkurangnya derajat lewat
jenuh.
 Koagulasi terbantu dan pembentukan sol berkurang.
Kecepatan kristalisasi bertambah.
2. Pengendapan dilakukan dalam larutan encer dan pereaksi
ditambahkan perlahan-lahan sambil diaduk. Ini akan menjaga
tingkat lewat-jenuh kecil, dan akan membantu pertumbuhan
kristal-kristal yang besar.
3. Suatu reagen yang sesuai sering ditambahkan untuk
memperbesar kelarutan endapan sehingga menimbulkan
partikel endapan primer yang lebih besar.

3.5.5 Digestion
Digest yaitu membiarkan endapan kontak dengan larutan induknya
beberapa lama. Biasanya digest dilakukan pada suhu tinggi tapi tidak sampai
mendidih. Selama proses ini partikel endapan yang berukuran kecil akan lebih
cepat melarut karena luas permukaan yang lebih besar daripada partikel endapan
yang berukuran lebih besar. Kemudian, ini akan mengendap kembali lebih lambat
dan menghasilkan ukuran endapan partikel lebih besar. Sehingga fungsi digest

47
adalah untuk membentuk endapan yang besar sehingga mudah disaring.

3.5.6 Penyaringan
Penyaringan bertujuan untuk memisahkan endapan dari larutan induknya.
Untuk menyaring diperlukan peralatan atau sarana penyaringan. Sebagai alat atau
sarana penyaringan dapat dipilih:
Kertas saring. Kertas saring yang digunakan adalah kertas saring bebas abu, pori
yang digunakan disesuaikan dengan jenis endapannya.

 Cawan Gooch. Bentuknya seperti cawan pijar tapi bagian dasar


cawan gooch memiliki lubang-lubang kecil.
 Kaca masir. Yaitu cawan saring yang dibuat dari kaca dan pada
dasarnya dipasang kaca berpori yang dinamakan kaca masir.
Pemilihan peralatan penyaringan didasarkan pada jenis endapan. Apabila
endapan adalah senyawa tahan panas maka digunakan penyaringan dengan kertas
saring sedangkan apabila endapan adalah senyawa yang tidak tahan panas maka
penyaringan harus menggunakan cawan gooch atau kaca masir.

Teknik penyaringan ada 2 macam yaitu :

 Endapan kristal penyaringan dilakukan dengan cara


memindahkan cairan jernihnya terlebih dahulu kemudian
pindahkan endapan ke dalam penyaring. Kemudian endapan
dicuci di dalam penyaring
 Endapan koloid penyaringan dilakukan dengan cara
memindahkan ncairan jernihnya terlebih dahulu. Kemudian
endapan di tambahkan sejumlah larutan pencuci. Kocok–kocok
lalu biarkan sampai endapan turun dan tuangkan larutan jernih ke
dalam penyaring. Hal ini dilakukan berkali–kali hingga endapan
bersih. Kemudian seluruh endapan dipindahkan ke dalam
penyaring. Cara ini disebut cara dekantasi.

3.5.7 Pencucian Endapan


Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang terbawa atau
didalam endapan sehingga akan didapat endapan yang benar–benar murni.
Macam–macam pencuci diantaranya adalah :
1. Untuk endapan kristal pencuci yang digunakan adalah air panas
atau larutan yang mengandung ion senama dari salah satu ion
endapan utama. Adanya ion senama pada larutan pencuci akan
memperkecil kelarutan endapan.
2. Untuk endapan koloid pencuci yang digunakan adalah larutan
elektrolit. Adanya elektrolit dalam larutan pencuci akan
menetralkan muatan pada endapan sehingga endapan akan

48
menggumpal.

3.5.8 Pengarangan dan Pengabuan


Pengarangan dan pengabuan bertujuan untuk mengubah senyawa dalam
bentuk pengendapan ke dalam senyawa dalam bentuk penimbangan yang stabil.
Pengarangan dan pengabuan biasanya dilakukan dalam suhu yang tinggi, selain
untuk mengubah endapan kedalam bentuk senyawa penimbangan juga untuk
menghilangkan alat penyaringan yaitu yertas saring menjadi gas CO2 sehingga
yang ditimbang senyawa murni hasil pengarangan dan pengabuan saja.

3.6 Titrimetri
Titrasi langsung adalah titrasi dimana zat yang akan kita tentukan
kadarnya secara langsung dapat dititrasi dengan larutan standar hingga
reaksi berlangsung secara sempurna.
Sebagai contoh kita bisa menentukan kadar asam cuka atau asam
sitrat dengan menggunakan larutan standar KOH. Atau menentukan kadar
NaCl dengan menggunakan larutan standar AgNO3.
Titrasi tidak langsung Terkadang kita mendapatkan beberapa zat
tidak bisa ditentukan dengan menggunakan titrasi secara langsung hal ini
bisa disebabkan karena kinetika reaksinya berjalan secara lambat tidak
ditemukan indikator yang tepat apabila titrasi dilakukan secara langsung
perubahan indikator berlangsung secara lambat titik akhir titrasi berada
jauh dari titik ekuivalen, maka untuk mengakali hal ini kita bisa
menggunakan teknik titrasi secara tak langsung atau disebut juga dengan
titrasi kembali.Sebagai contoh, untuk menentukan kadar CaCO3 maka kita
menimbang dengan berat tertentu CaCO3 kemudian kita reaksikan dengan
HCl secara berlebih. Kita memastikan bahwa jumlah mol HCl yang kita
tambahkan adalah berlebih sehingga CaCO3 menjadi pereaksi pembatas.
Nah selanjutnya kelebihan HCl yang tidak bereaksi dengan CaCO3 ini kita
titrasi dengan larutan standar NaOH. Selisih antara mol HCl mula-mula
dengan mol HCl yang bereaksi dengan NaOH adalah sebanding dengan
mol CaCO3. Teknik seperti inilah yang disebut sebagai titrasi kembali.

3.7 Total Suspended Solid (TSS)


Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat
dalam contoh ujair dan air limbah secara gravimetri. Metode ini tidak termasuk
penentuan bahan yangmengapung, padatan yang mudah menguap dan
dekomposisi garam mineral. residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan
dengan ukuran partikel maksimal 2µmatau lebih besar dari ukuran partikel koloid.

Prinsip TSS

49
Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah
ditimbang. Residuyang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat
konstan pada suhu 103ºCsampai dengan 105ºC. Kenaikan berat saringan mewakili
padatan tersuspensi total (TSS).Jika padatan tersuspensi menghambat saringan
dan memperlama penyaringan, diameterpori-pori saringan perlu diperbesar atau
mengurangi volume contoh uji. Untuk memperolehestimasi TSS, dihitung
perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.Gunakan wadah gelas
atau botol plastik polietilen atau yang setara.
Awetkan contoh uji pada suhu 4ºC, untuk meminimalkan dekomposisi mik
robiologikal terhadap padatan. Contoh uji sebaiknya disimpan tidak lebih dari 24
jam.

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam TSS :


a) Pisahkan partikel besar yang mengapung.
b) Residu yang berlebihan dalam saringan dapat mengering
membentuk kerak dan menjebak air, untuk itu batasi contoh uji
agar tidak menghasilkan residu lebih dari 200mg.
c) Untuk contoh uji yang mengandung padatan terlarut tinggi, bilas
residu yang menempeldalam kertas saring untuk memastikan zat
yang terlarut telah benar-benar dihilangkan.
d) Hindari melakukan penyaringan yang lebih lama, sebab untuk
mencegah penyumbatan oleh zat koloidal yang terperangkap pada
saringan.

Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu
dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal
2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah
lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS
umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan.
TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan
membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan.
Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah
kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan
diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah
murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat
perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi.
Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg / L dari fine talcum
powderakan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang
mengandung 1.000 mg / L coarsely ground talc . Kedua sampel juga akan
memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel mengandung 1.000
mg / L ground pepper. Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS
yang sama.
Perbedaan antara padatan tersuspensi total (TSS) dan padatan terlarut total
(TDS) adalah berdasarkan prosedur penyaringan. Padatan selalu diukur sebagai
berat kering dan prosedur pengeringan harus diperhatikan untuk menghindari

50
kesalahan yang disebabkan oleh kelembaban yang tertahan atau kehilangan bahan
akibat penguapan atau oksidasi.
Prinsip analis TSS sebagai berikut :
Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah
ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai
berat konstan pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan berat saringan
mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat
saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu
diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS,
dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.
TSS (mg/L) = (A-B) X 1000 / V
Dengan pengertian
A = berat kertas saring + residu kering (mg)
B = berat kertas saring (mg)
V = volume contoh (mL)
Cara kerja TSS :
a) Saring kertas saring kosong dengan vakum.
b) Pindahkan kertas saring dari peralatan filtrasi ke wadah timbang
aluminium. Jika digunakan cawan dapat langsung dikeringkan.
c) Keringkan dalam oven pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC
selama 1 jam, dinginkandalam desikator kemudian timbang.
d) Ulangi langkah pada butir
e) sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih
kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil
dari 0,5 mg.
f) Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi saringan
dengan sedikit air suling.
g) Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh
contoh uji yang lebih homogen.
h) Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk
dengan pengaduk magnetik
i) Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 mL air suling,
biarkan kering sempurna,dan lanjutkan penyaringan dengan vakum
selama 3 menit agar diperoleh penyaringansempurna. Contoh uji
dengan padatan terlarut yang tinggi memerlukan
pencuciantambahan.
j) Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring
dan pindahkan kewadah timbang aluminium sebagai penyangga.
Jika digunakan cawan Gooch pindahkancawan dari rangkaian
alatnya.
k) Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu
103ºC sampai dengan105ºC, dinginkan dalam desikator untuk
menyeimbangkan suhu dan timbang.g) Ulangi tahapan
pengeringan, pendinginan dalam desikator, dan lakukan

51
penimbangansampai diperoleh berat konstan atau sampai
perubahan berat lebih kecil dari 4%terhadap penimbangan
sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.
Jika filtrasi sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10 menit,
perbesar diameter kertas saring atau kurangi volume contoh uji. Ukur volume
contoh uji yang menghasilkan berat kering residu 2,5 mg sampaidengan 200 mg.
Jika volume yang disaring tidak memenuhi hasil minimum, perbesar volume
contoh uji sampai 1000 mL.

3.8 TDS (Total Dissolved Solids) atau ” Padatan Terlarut ”


TDS (Total Dissolved Solids) atau ” Padatan Terlarut ” mengacu pada
setiap mineral, garam, logam, kation atau anion yang terlarut dalam air. Ini
mencakup apa pun yang ada dalam air selain molekul air murni ( H 20 ) dan limbah
padat. ( Limbah padat adalah partikel / zat yang tidak larut dan tidak menetap
dalam air, seperti bulir kayu dll. )
 Secara umum, total konsentrasi padatan terlarut adalah jumlah antara ion
kation (bermuatan positif ) dan anion (bermuatan negatif ) dalam air.
 Parts per Million ( ppm ) adalah rasio berat – ke berat dari setiap ion ke
air.
 TDS Meter didasarkan pada konduktivitas listrik ( EC ) dari air. H20
murni memiliki hampir nol konduktivitas. Konduktivitas biasanya sekitar 100
kali total kation atau anion dinyatakan sebagai setara. TDS dihitung dengan
mengkonversi EC dengan faktor 0,5 sampai 1,0 kali EC, tergantung pada
tingkatnya. Biasanya, semakin tinggi tingkat EC, semakin tinggi faktor
konversi untuk menentukan TDS. CATATAN – Meskipun TDS Meter
didasarkan pada konduktivitas, akan tetapi TDS dan konduktivitas bukanlah
hal yang sama.

Darimanakah Dissolved Solids itu Berasal?

 Beberapa padatan terlarut ( Dissolved Solids) berasal dari material organik


seperti daun, lumpur, plankton, limbah industri dan kotoran. Sumber-sumber
lain berasal dari limpasan dari daerah perkotaan, garam jalan yang digunakan
di jalan selama musim dingin, dan pupuk dan pestisida yang digunakan pada
rumput dan peternakan.
 Selain itu Padatan Terlarut (Dissolved Solids) juga berasal dari bahan
anorganik seperti batu dan udara yang mungkin mengandung kalsium
bikarbonat, nitrogen, fosfor besi, sulfur, dan mineral lainnya. Sebagian besar
dari bahan-bahan ini membentuk garam, yang merupakan senyawa yang
mengandung keduanya yaitu logam dan non logam. Garam biasanya larut
dalam air membentuk ion. Ion adalah partikel yang memiliki muatan positif
atau negatif.

52
 Air juga dapat mengambil logam seperti timah atau tembaga saat mereka
melakukan perjalanan melalui pipa yang digunakan untuk mendistribusikan
air kepada konsumen.
 Perlu diperhatikan bahwa efektivitas sistem pemurnian air dalam
menghilangkan total padatan terlarut / TDS akan berkurang dari waktu ke
waktu, sehingga sangat dianjurkan untuk memantau kualitas filter atau
membran dan menggantinya bila diperlukan.
Mengapa Anda Harus Mengukur Tingkat TDS dalam Air Anda ?
EPA Secondary Regulations menyarankan tingkat kontaminasi maksimum
( MCL ) dari 500mg/liter ( 500 part per million ( ppm ) ) untuk TDS. Banyak
persediaan air melebihi tingkat ini. Ketika tingkat TDS melebihi 1000mg / L itu
umumnya dianggap tidak layak untuk dikonsumsi manusia. Tingkat TDS yang
tinggi merupakan indikator potensi masalah yang mengkhawatirkan, dan
peringatan untuk penyelidikan lebih lanjut. Paling sering, tingginya tingkat TDS
disebabkan oleh adanya kalium, klorida dan natrium. Ion-ion ini memiliki efek
jangka pendek sedikit atau tidak ada, tetapi ion beracun ( yang membawa arsenik,
kadmium, nitrat dan lain-lain ) juga dapat dilarutkan dalam air.

Bahkan sistem pemurnian air yang paling bagus di pasaran juga memerlukan
pemantauan untuk TDS untuk memastikan filter dan / atau membran masih
berfungsi secara efektif dalam menghilangkan partikel yang tidak diinginkan dan
bakteri dari air Anda .

Berikut ini adalah Tabel Standar Nilai TDS.

TDS dalam Air Minum

Kesimpulan mengenai TDS merupakan patokan jumlah zat yang terlarut dalam air
Kadar TDS yang diperbolehkan adalah maksimum 500 mg/l (standar
PERMENKES dan SNI)
Tidak ada manfaat kesehatan dari air yang mempunyai kadar TDS 0 atau
mendekati nol
Apa itu TDS?
TDS adalah singkatan dari Total Dissolve Solid yang dalam Bahasa
Indonesia berarti Jumlah Zat Padat Terlarut. TDS merupakan indikator dari
jumlah partikel atau zat tersebut, baik berupa senyawa organik maupun non-

53
organik. Pengertian terlarut mengarah kepada partikel padat di dalam air yang
memiliki ukuran di bawah 1 nano-meter. Satuan yang digunakan
biasanya ppm (part per million) atau yang sama dengan miligram per liter (mg/l)
untuk pengukuran konsentrasi massa kimiawi yang menunjukkan berapa banyak
gram dari suatu zat yang ada dalam satu liter dari cairan. Zat atau partikel padat
terlarut yang ditemukan dalam air dapat berupa natrium (garam), kalsium,
magnesium, kalium, karbonat, nitrat, bikarbonat, klorida dan sulfat.
Bagaimana TDS Bisa Larut dalam Air?
Hal ini dimungkinkan karena tempat atau aliran dari air tersebut yang
mengandung mineral. Secara natural, tanah maupun bebatuan memiliki
kandungan mineral yang beragam. Jika air mengalir melalui tanah dan bebatuan,
maka air akan ikut membawa muatan partikel tersebut secara alami. Hal ini juga
berlaku jika air tersebut mengalir pada kawasan yang tercemar limbah. Baik itu
limbah rumah tangga, maupun limbah industri. Sehingga, otomatis partikel-
partikel yang terkandung dalam limbah akan ikut terbawa.
Apa Efek TDS Bagi Kesehatan?

Menurut WHO (World Health Organization), kandungan mineral dalam air


tidak akan berpengaruh terhadap kesehatan selama air masih dikategorikan tawar.
Meski begitu, WHO menetapkan standar kandungan padatan terlarut dalam air
minum yang terbagi menjadi beberapa kriteria level.
KANDUNGAN TDS (mg/l) Penilaian Rasa Air
Kurang dari 300 Bagus sekali
300 – 600 Baik Baik
600 – 900 Bisa diminum
900 – 1.200 Buruk
900 – 1.200 Berbahaya

Apakah Air dengan Kadar TDS Nol itu Baik?


Tidak. Sampai sekarang, masih terjadi perdebatan tentang apakah air yang
memiliki kadar TDS 0 (nol) atau sama sekali tidak mempunyai kandungan
mineral di dalamnya adalah yang terbaik bagi kesehatan. Namun WHO sebagai
Organisasi Kesehatan Dunia yang diakui saat ini mempunyai pandangan lain
terhadap kualitas air minum tersebut. Menurut WHO, dengan meminum air tanpa
mineral (seperti air hasil penyulingan yang diolah oleh teknologi RO (Reverse
Osmosis) bisa mengakibatkan beberapa hal ini pada tubuh manusia yang
mengkonsumsinya, diantaranya:
Kekurangan kadar kalium dalam badan, dimana tanpa kalium saraf tidak
berfungsi.
Kekurangan zat kalsium (Ca), akan menyebabkan gejala sebagai berikut :
banyak keringat, gelisah, sesak napas, menurunnya daya tahan tubuh, kurang
nafsu makan, sembelit, susah buang air, insomnia (susah tidur), kram, dan
sebagainya.

54
Kekurangan kadar Magnesium (Mg), dimana kekurangan magnesium dapat
memicu: kekakuan atau kejang pada salah satu pembuluh koroner arteri, sehingga
mengganggu peredaran darah dan dapat menyebabkan serangan jantung.
Sering buang air kecil dan dalam jumlah yang banyak karena badan kita tidak bisa
menyerap air yang tidak mengandung mineral.
Kurangnya kemampuan tubuh memproduksi darah.
Sehingga, menurut WHO, berdasarkan penelitian lanjutan, sebaiknya air yang kita
konsumsi memiliki TDS di atas 100 ppm atau mg/l.
Efek Lain yang Ditimbulkan TDS Berkadar Tinggi (Lebih dari 500 mg/l)
Padatan terlarut dapat menghasilkan air dengan kesadahan tinggi, yang
meninggalkan endapan pada peralatan rumah tangga, pipa air dan lain-lain. Hal ini
juga dapat dibuktikan pada sabun dan detergen yang tidak akan menghasilkan
busa yang banyak apabila kandungan T.D.S. terlalu tinggi pada air yang
digunakan.
Namun, walaupun TDS sendiri mungkin hanya faktor estetis (rasa) dan
teknis, kadar padatan yang tinggi juga merupakan indikator bahwa kontaminan
berbahaya, seperti zat sulfat dan bromida arsenik juga dapat hadir di dalam air
tersebut. Hal ini terutama berlaku bila air terkontaminasi dengan limbah, baik
limbah rumah tangga maupun dari limbah industri. Pengujian lebih lanjut tentang
kandungan padatan terlarut dalam air lebih disarankan jika realitanya air yang
digunakan banyak menyebabkan penyakit di sekitar atau di wilayah yang
dilaluinya, dan terdapat endapan berwarna (hijau, hitam, putih, biru, jingga) pada
peralatan rumah tangga. Walaupun begitu, pengujian di laboratorium tetap
disarankan jika bertemu kondisi-kondisi diatas.
Bagaimana Caranya Menurunkan Kadar TDS dalam Air Minum?
Setidaknya ada tiga cara menurunkan kadar Total Dissolved Solids dalam air
minum.
Pertama; dengan menggunakan metode Reverse Osmosis. Metode RO atau
Reverse Osmosis merupakan metode dimana air akan disuling untuk memisahkan
antara air dengan zat-zat yang terkandung di dalamnya. Seperti yang telah
disinggung sebelumnya, metode RO tidak disarankan oleh WHO karena memang
menyapu bersih hampir semua zat pelarut, termasuk mineral kalsium dan
magnesium yang tergolong sehat.
Kedua; dengan memanfaatkan air hujan untuk air minum. Air hujan yang
jatuh langsung ke dalam wadah seharusnya bisa dikatakan bebas dari mineral atau
TDS. Namun, Dr. Allen E. Banik dalam bukunya “The Choice is Clear” (1991)
mengatakan bahwa; “Seharusnya hujan yang jatuh itu terbebas dari zat atau
mineral apapun, tetapi kondensasi yang terjadi pada awan hujan, apalagi pada
zaman sekarang, tidak murni berisi uap air yang disebabkan oleh panas sinar
matahari, tetapi juga partikel-partikel polusi yang ikut mengendap bersamanya”.
Ketiga; dengan filter air Nazava. Filter air Nazava dilengkapi dengan filter
keramik yang memiliki pori-pori sangat kecil yaitu 0,4 micron sehingga mampu

55
secara efektif menyaring semua kotoran dan bakteri yang terdapat dalam air. Filter
air Nazava pun telah memenuhi syarat dari standar baku mutu air minum di
Indonesia yang mempunyai batas maksimum 500mg/l.
Standar Baku Mutu TDS
 Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 yang
menetapkan standar TDS maksimum adalah 500 mg/l.
 Standar Nasional Indonesia 3553:2015 yang memaparkan syarat mutu air
mineral.
 Code of Federal Regulations Title 21 yang dikeluarkan oleh Food and
Drugs Administration (FDA) Amerika Serikat.
 WHO/SDE/WSH/03.04/16 tentang TDS dalam air minum.
Prosedur TDS
Persiapan kertas saring
 masukkan kertas saring ke dalam alat penyaring;
 hubungkan alat saring dengan pompa penghisap dan bilas dengan air
suling sebanyak 3kali masing-masing 20 mL;
 lanjutkan pengisapan untuk menghilangkan seluruh kotoran yang halus
dalam kertassaring;
 buang air hasil pembilasan;
 kertas saring ini siap digunakan untuk pengujian padatan terlarut.
Persiapan cawan
(a) panaskan cawan yang telah bersih pada suhu 180ᵒC ± 2ᵒC selama 1 jam di
dalamoven;
(b) pindahkan cawan dari oven dengan penjepit dan dinginkan
dalam desikator;
(c) Setelah dingin segera timbang dengan neraca analitik;
(d) ulangi langkah a) sampai c) sehingga diperoleh berat tetap (catat sebagai
A1gram);
(e) Jika ingin menguji padatan terlarut total yang menguap, maka masukkan
cawan kedalam tanur pada suhu 550ᵒC selama60menit;
(f) keluarkan cawan dari tanur menggunakan penjepit dan biarkan pada suhu
kamar;g) dinginkan dalam desikator, segera timbang dengan neraca
analitik (catat sebagai A2gram).
Pengujian padatan terlarut total
(a) kocok contoh uji sampai homogen;
(b) pipet 50 mL sampai 100 mL contoh uji, masukkan ke dalam alat penyaring
yang telahdilengkapi dengan alat pompa penghisap dan kertas saring;
(c) operasikan alat penyaringnya;
(d) setelah contoh tersaring semuanya bilas kertas saring dengan air
suling sebanyak 10mL dan dilakukan 3 kali pembilasan;
(e) lanjutkan penghisapan selama kira-kira
3 menit setelah penyaringan sempurna;

56
(f) pindahkan seluruh hasil saringan termasuk air bilasan ke dalam
cawan yang telahmempunyai berat tetap;
(g) uapkan hasil saringan yang ada dalam cawan sehingga
kering pada penangas air;
(h) masukkan cawan yang berisi padatan terlarut yang sudah kering ke dalam
oven padasuhu 180ᵒC ± 2ᵒC selama tidak kurang dari 1 jam;
(i) pindahkan cawan dari oven dengan penjepit dan dinginkan dalamdesikator
(j) setelah dingin segera timbang dengan neraca analitik;
(k) ulangi langkah h) sampai j) sehingga diperoleh berat tetap (catat sebagai B
gram)

3.9 Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga
banyak di dapat di dalam air limbah. Kandungan zat minyak dan lemak dapat
ditentukan melalui contoh air limbah dengan heksana. Minyak dan lemak
membentuk ester dan alkohol.
Lemak tergolong pada bahan organik yang tetap dan tidak mudah untuk
diuraikan oleh bakteri. Terbentuknya emulsi air dalam minyak akan membuat
lapisan yang menutupi permukaan air dan dapat merugikan, karena penetrasi sinar
matahari ke dalam air berkurang serta lapisan minyak menghambat pengambilan
oksigen dari udara menurun. Untuk air sungai kadar maksimum minyak dan
lemak 1 mg/l. Minyak dapat sampai ke saluran air limbah, sebagian besar minyak
ini mengapung di dalam air limbah, akan tetapi ada juga yang mengendap terbawa
oleh lumpur.
Sebagai petunjuk dalam mengolah air limbah, maka efek buruk yang
dapat menimbulkan permasalahan pada dua hal yaitu pada saluran air limbah dan
pada bangunan pengolahan (Sugiharto, 1987) Minyak dan lemak termasuk
senyawa organik yang relatif stabil dan sulit diuraikan oleh bakteri. Lemak dapat
dirombak oleh senyawa asam yang menghasilkan asam lemak dan gliserin. Pada
keadaan basa, gliserin akan dibebaskan dari asam lemak dan akan terbentuk
garam basa (Manik, 2003). Minyak dan lemak dapat mempengaruhi aktifitas
mikroba dan merupakan pelapisan permukaan cairan limbah sehingga
menghambat proses oksidasi pada kondisi Universitas Sumatera Utara aerobik.
Minyak tersebut dapat dihilangkan saat proses netralisasi dengan
penambahan NaOH dan membentuk sabun berbusa (scum) yang sering
mengapung dipermukaan dan bercampur dengan benda-benda lain pada
permukaan limbah (Naibaho, 1996). Kandungan minyak dan lemak Minyak
mengandung senyawa volatil yang mudah menguap dan mengandung sisa minyak
yang tidak dapat menguap. Karena minyak tidak dapat larut dalam air, maka sisa
minyak akan tetap mengapung di air, kecuali jika minyak tersebut terdampar ke
pantai atau tanah disekeliling sungai. Minyak yang menutupi permukaan air akan
menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam air.
Selain itu, lapisan minyak juga dapat mengurangi konsentrasi oksigen
terlarut dalam air karena fiksasi oksigen bebas menjadi terhambat. Akibatnya,
terjadi ketidakseimbangan rantai makanan di dalam air (Nugroho, 2006).

57
Kandungan minyak dan lemak yang terdapat dalam limbah bersumber dari
industri yang mengolah bahan baku mengandung minyak bersumber dari proses
klasifikasi dan proses perebusan (Ginting, 2007). Minyak dan lemak merupakan
bahan organik bersifat tetap dan sukar diuraikan bakteri. Limbah ini membuat
lapisan pada permukaan air sehingga membentuk selaput. Dalam limbah kelapa
sawit kandungan minyak 5800 mg/l (Naibaho, 1991) dalam (Ginting, 2007).
Karena berat jenisnya lebih kecil dari air maka minyak tersebut berbentuk lapisan
tipis di permukaan air dan menutup permukaan yang mengakibatkan terbatasnya
oksigen masuk dalam air. Pada sebagian lain minyak ini membentuk lumpur dan
mengendap yang sulit diuraikan (Ginting, 2007).
Dalam bahasa ilmiahnya limbah disebut juga dengan polutan. Maka
limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungannya. Limbah mengandung bahan pencemar yang
bersifat racun dan berbahaya. Sebagai limbah, kehadirannya cukup
mengkhawatirkan terutama bersumber dari industri (Sugiharto, 1987). Jumlah
aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis
dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan
air, derajat pengolahan air limbah yang ada.
Puncak tertinggi aliran selalu tidak akan dilewati apabila melewati tangki
penahan dan bak pengaman. Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang
dihasilkan oleh industri yang tidak menggunakan proses basah diperkirakan
sekitar 50 m3 /ha/hari. Sebagai patokan dapat dipertimbangkan bahwa 85-95%
dari jumlah air yang dipergunakan adalah berupa air limbah apabila industri
tersebut memanfaatkan kembali air limbahnya, maka jumlahnya akan lebih kecil
lagi (Sugiharto, 1987). Industri mempunyai potensi sebagai pembuat pencemaran
karena adanya limbah yang dihasilkan. Limbah tersebut mengandung senyawa
organik dan anorganik dengan jumlah melebihi batas yang ditentukan (Ginting,
2007). Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang
berasal dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat
menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia (Palar,
2004).
Limbah cair industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses
secara langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber
langsung dari kegiatan industri yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan
proses produksi sedang berlangsung, dimana produk dan limbah hadir pada saat
yang bersamaan. Sedangkan limbah tidak langsung terproduksi sebelum proses
maupun sesudah proses produksi (Ginting, 2007). Limbah yang dihasilkan harus
memenuhi standar baku mutu limbah dan sesuai dengan baku mutu lingkungan
yang berlaku bagi kondisi lingkungan dimana kegiatan industri sedang
berlangsung.
Seperti yang telah dikemukan bahwa pembuangan limbah segar ke badan
penerima akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Mutu limbah
yang diperkenankan menurut Keputusan Menteri Negara KLH No.

58
Kep.03/MENKLH/II/1991 adalah seperti tabel 1 (Naibaho, 1996). Kelapa Sawit
Parameter Beban Maksimum pH 6-9 BOD, ppm 250 COD, ppm 500 TSS, ppm
300 NH3-N, ppm 20 Oil-grease, ppm 30 (Ponten Naibaho, 1996) Universitas
Sumatera Utara Karena itu setiap parameter harus tersedia nilainya sebelum
masuk sistem pengolahan dan setelah limbah keluar sistem pengolahan harus
ditetapkan nilai-nilai parameter yang harus di capai. Artinya harus diungkapkan
kualitas limbah sebelum dan sesudah limbah diolah dan ditentukan apakah limbah
tersebut memenuhi syarat baku mutu atau tidak (Ginting, 2007 ).
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:
KEP51/MENLH/10/1995, Baku mutu limbah cair industri adalah batas
maksimum limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke sungai. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik pengolah kelapa sawit ialah tandan
kosong, serat dan tempurung. Limbah padat tandan kosong kadang-kadang
mengandung buah tidak lepas di antara celah-celah ulir di bagian dalam. Kejadian
ini terjadi, bila perebusan dan bantingan yang tidak sempurna sehingga pelepasan
buah sangat sulit.
Serat yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone mempunyai
kandungan cangkang, minyak, inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses
ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibre cyclone. Tempurung yang
dihasilkan dari kernel plant yaitu shell separator masih mengandung biji bulat dan
inti sawit (Naibaho, 1996). Limbah Cair Limbah cair yang dihasilkan pabrik
pengolahan kelapa sawit ialah air drab, air kondensat, air cucian pabrik, air
hydrocyclone dan sebagainya. Jumlah air buangan tergantung pada sistem
pengolahan, kapasitas olah dan keadaan peralatan klarifikasi. Menurut
pengamatan dari beberapa pabrik kelapa sawit dapat dikatakan bahwa limbah
sawit yang di buang langsung ke sungai akan mempengaruhi kualitas air
(Naibaho, 1996).
Pada dasarnya limbah cair tidak memberi efek pencemaran sepanjang
kandungan dalam air tidak membawa senyawa-senyawa yang membahayakan
ataupun bahan-bahan endapan. Limbah cair di jumpai pada industri yang
menggunakan air dalam proses produksinya. Mulai dari pra pengelolaan bahan
baku, seperti pencucian sampai pada produksi akhir menghasilkan limbah cair.
Limbah cair ini tidak hanya bersumber dari air masuk melainkan air itu sendiri
sudah ada dalam bahan baku dan harus dikeluarkan (Ginting, 2007) Air
merupakan salah satu media yang efektif untuk membawa limbah yang dapat
mencemari lingkungan.
Air digunakan sebagai bahan penolong, sehingga dalam air terdapat
kandungan bahan organik dan anorganik yang berbahaya ataupun beracun. Pabrik-
pabrik kimia organik maupun anorganik yang menghasilkan buangan cair
mengandung salah satunya minyak dan lemak (Ginting,2007 ) Limbah cair yang
keluar berwarna kotor pada saat penyaringan minyak, mengandung minyak dari
panas. Limbah ini perlu di saring untuk mendapatkan sisa lemak, melalui sistem

59
saringan penangkap minyak yang terdiri dari beberapa bak kecil berhubungan satu
dengan yang lain. Limbah mengalir dari dasar bak dan minyak tertahan di atas
permukaan.
Lemak ini makin lama makin tebal dan kemudian di pompa ke tempat
penampungan (Ginting, 2007). Persoalan penting dalam limbah cair adalah
bagaimana perusahaan industri mengolah limbahnya sebelum dilakukan
pembuangan dan kemana hasil olahan tersebut di buang. Setelah adanya peraturan
dan ketentuan tentang pengendalian pencemaran maka perusahaan industri
diwajibkan membuat instalasi pengolahan limbah. Setiap Universitas Sumatera
Utara limbah yang telah memenuhi syarat tidak ada lagi alasan untuk menolak
pembuangan limbahnya ke tempat badan penerima. Sekalipun demikian ada
limbah yang memenuhi syarat padahal limbah yang dihasilkan terlihat keruh atau
berwarna.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa limbah tersebut berada
dalam ambang batas (Ginting, 2007). Pengolahan limbah dengan memanfaatkan
teknologi pengolahan dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia, dan biologis atau
gabungan ketiga sistem pengolahan tersebut. Pengolahan limbah cara biologis
digolongkan menjadi pengolahan cara aerob dan anaerob. Berdasarkan sistem unit
operasinya teknologi pengolahan limbah diklasifikasikan menjadi unit operasi
fisik, unit operasi kimia dan unit operasi biologi. Sedangkan bila dilihat dari
tingkatan perlakuan pengolahan maka system pengolahan limbah diklasifikasikan
menjadi : pretreatment, primary treatment system, secondary treatment system,
tertiary treatment system (Ginting, 2007). Menurut Wardhana (2001), semua
kegitan industri dan teknologi selalu akan menghasilkan limbah yang
menimbulkan masalah bagi lingkungan. Pengolahan limbah dari bahan buangan
industri dan teknologi dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
Cara pengolahan limbah ini sering disebut Waste Treatment atau Waste
Management.
Cara mengelola limbah industri dan teknologi tergantung pada sifat dan
kandungan limbah serta tergantung pula pada rencana pembuangan olahan limbah
secara permanen. Karena itu system operasinya juga dengan cara kimia yaitu
metode pengolahan dengan menghilangkan atau mengubah senyawa pencemar
dalam air limbah dengan menambahkan bahan kimia. Namun perlu diperhatikan
bahwa penambahan zat kimia tiak boleh mengakibatkan masalah pada akhir
pembuangan (Ginting, 2007). Pencemaran Air Menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, Pencemaran air adalah masuknya
makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
air tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya.
Air diperlukan dalam aktivitas organisme mulai dari kebutuhan konsumsi
makhluk hidup (termasuk manusia), untuk industri dan sebagainya. Karena begitu
banyaknya kegiatan manusia yang melibatkan air akan dapat mengakibatkan

60
pencemaran air (Situmorang, 2007). Air juga diperlukan untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan teknologi.
Kegiatan industri dan teknologi tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air.
Apabila air yang diperlukan dalam kegiatan industri dan teknologi itu dalam
jumlah yang cukup besar, maka perlu dipikirkan dari mana air tersebut di peroleh.
Pengambilan air dari sumber air tidak boleh mengganggu keseimbangan air
lingkungan (Wardhana, 2001). Polusi air dapat berasal dari sumber terpusat yang
membawa pencemar dari lokasi-lokasi khusus seperti pabrik-pabrik. Instalasi
pengolahan limbah dan tanker minyak.
Untuk sumber tak terpusat, yang ditimbulkan jika hujan dan salju cair
mengalir melewati lahan dan menghanyutkan pencemar-pencemar diatasnya
seperti pestisida dan pupuk dan menngendapkannya dalam danau, telaga, rawa,
perairan pantai dan air bawah tanah . Kota-kota dan pemukiman juga menjadi
penyumbang pencemar (Mulyanto, 2007) Di dalam kegiatan industri dan
teknologi, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung di
buang ke lingkungan karena dapat menyebabkan Universitas Sumatera Utara
pencemaran. Air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai kualitas
yang sama dengan kualitas air lingkungan. Jadi air limbah industri harus
mengalami proses daur ulang sehingga dapat digunakan lagi atau di buang
kembali ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran air lingkungan. Proses
daur ulang air limbah industri atau Water Treatment Recycle Process adalah salah
satu syarat yang harus dimiliki oleh industri yang berwawasan lingkungan
(Wardhana, 1995). Pada kenyataannya masih banyak industri yang membuang
limbahnya ke lingkungan melalui sungai, danau, atau langsung ke laut.
Pembuangan air limbah secara langsung ke lingkungan inilah yang
menjadi penyebab utama terjadinya pencemaran air (Wardhana, 1995) dalam
(Palar, 2004) Dampak Pencemaran air Pencemaran Air dapat menyebabkan
berkurangnya keanekaragaman atau punahnya populasi organisme perairan seperti
benthos, perifiton, dan plankton. Dengan menurunnya atau punahnya organisme
tersebut maka sistem ekologi perairan dapat terganggu. Sistem ekologi perairan
(ekosistem) mempunyai kemampuan untuk memurnikan kembali lingkungan yang
telah tercemar sejauh beban pencemaran masih berada dalam batas daya dukung
lingkungan yang bersangkutan. Apabila beban pencemaran melebihi daya dukung
lingkungannya maka kemampuan itu tidak dapat dipergunakan lagi.
Pencemaran air selain menyebabkan dampak lingkungan yang buruk dapat
menurunkan keanekaragaman dan mengganggu estetika juga berdampak negatif
bagi kesehatan makhluk hidup, karena di dalam air yang tercemar selain
mengandung mikroorganisme patogen, juga mengandung banyak komponen
beracun (Nugroho, 2006 .
Pembuangan Limbah minyak ke laut akan menyebabkan :
a. Lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi difusi oksigen
dari udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen yang terlarut di dalam air
menjadi berkurang. Sehingga kandungan oksigen yang menurun akan
mengganggu kehidupan hewan air.

61
b. Adanya lapisan minyak pada permukaan air juga akan menghalangi
masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga fotosintesis oleh tanaman air tidak
dapat berlangsung. Akibatnya, oksigen yang seharusnya dihasilkan pada proses
fotosintesis. Sehingga kandungan oksigen dalam air semakin menurun.
c. Tidak hanya hewan air saja yang terganggu akibat adanya lapisan
minyak pada permukaan air tersebut, tetapi burung air pun ikut terganggu karena
bulunya jadi lengket, tidak bisa mengembang lagi akibat terkena minyak
(Wardhana, 1995 ).
Dalam metode ekstraksi minyak dan lemak digunakan metode gravimetri.
Minyak dan lemak berupa berbagai zat organik termasuk hidrokarbon, lemak,
minyak mempunyai berat molekul tinggi dari asam lemak secara bersamaan
(Hammer, 2004).
Prosedur minyak lemak
a. Tentukan volume contoh uji seluruhnya;
b. Pindahkan contoh uji ke corong pisah;
c. Atur pH dengan menambahkan HCl atau H 2SO4sampai pH
lebih kecil dari 2 (bilas elektroda pH dengan n-heksana);
d. Bilas botol contoh uji dengan 30 mL n-heksana dan
tambahkan hasil bilasan ke dalam corong pisah;
e. Kocok dengan kuat selama 2 menit. Biarkan lapisan air dan n-
heksana memisah;
f. Cuci kertas saring yang berisi10g Na 2SO4anhidrat yang ada
pada corong dengan n-heksana;
g. Pisahkan fasa air kedalam Erlenmeyer atau gelas piala,
sedangkan lapisan fasa n-heksana ditampung ke dalam labu
destilasi yang telah diketahui beratnya (Wo);
h. Masukan kembali fasa air ke dalam corong pisah untuk
diekstraksi kembali;
i. Lakukan ekstraksi sebanyak 2 kali dengan 30 mL n-heksana;
j. Gabungkan ekstrak dalam labu destilasi dan lakukan destilasi
dengan penangas air pada suhu 70°C;
k. Saat terlihat kondensasi pelarut berhenti, hentikan destilasi.
Dinginkan dan keringkan labu destilasi dalam oven dengan
suhu 70 °C ± 2°C selama 30 - 45 menit;
l. Masukkan ke dalam desikator selama 30 menit dan
timbang labu destilasi sampai didapat berat tetap (W1);
m. Hitung kadar minyak dan lemak (jumlah minyak nabati dan
minyak mineral) (Persamaan
n. Tambahkan 85 mL – 90 mL n-heksana ke dalam labu
destilasi untuk melarutkan semua minyak dan lemak;
o. Tambahkan 3 butir silika gel untuk setiap 100 mg minyak dan
lemak ke dalam labu destilasi dan aduk selama 5 menit;
p. Saring silika gel dan pindahkan filtrat ke dalam labu
destilasi yang telah diketahui beratnya (W2);

62
q. Lakukan destilasi dengan penangas air pada suhu 70 °C;
r. Ikuti langkah l) sampai m) dan berat tetapnya sebagai W3;
s. Hitung kadar minyak mineral
Kadar minyak dan lemak (jumlah minyak nabati dan minyak mineral) (mg/L)
WO−W 1
X 1000
V
Keterangan:
W0adalah berat labu destilasi kosong, dinyatakan dalam milig
ram (mg);
W1 adalah berat labu destilasi minyak dan lemak(jumlah minyak nabati dan
minyak mineral), dinyatakan dalam miligram (mg);
V adalah volume contoh uji, dinyatakan dalam mililiter (mL).

3.10 COD
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K 2Cr2O7
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) (G. Alerts dan SS Santika,
1987).

COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang
ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi
secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organik tersebut
akan dioksidasi oleh kalium bikromat yang digunakan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion krom.

Prinsip reaksinya sebagai berikut :


H+(g) + CxHyOz(g) + Cr2O72- (l) CO2(g) + H2O(g) + Cr3+(s)
Jika pada perairan terdapat bahan organik yang resisten terhadap
degradasi biologis, misalnya tannin, fenol, polisakarida dan sebagainya, maka
lebih cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya hampir
semua zat organik dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium
permanganat dalam suasana asam, diperkirakan 95% - 100% bahan organik dapat
dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan
bagi kepentingan perikanan dan pertanian.Nilai COD pada perairan yang tidak
tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat
lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000
mg/L.Prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium
bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui)
yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan
selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera dengan

63
cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan
organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan.
Metode Analisa COD

Kepedulian akan aspek kesehatan lingkungan mendorong perlunya


peninjauan kritis metode standar penentuan COD tersebut, karena adanya
keterlibatan bahan-bahan berbahaya dan beracun dalam proses analisisnya.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk mencari metode alternatif yang lebih baik
dan ramah lingkungan.Perkembangan metode-metode penentuan COD dapat
diklasifikasikan menjadi dua kategori. Pertama, metode yang didasarkan pada
prinsip oksidasi kimia secara konvensional dan sederhana dalam proses
analisisnya. Kedua, metode yang berdasarkan pada oksidasi elektrokatalitik pada
bahan organik dan disertai pengukuran secara elektrokimia.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang
secara ilmiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air, namun tidak semua zat-
zat organik dalam air bungan maupun air permukaan dapat dioksidasikan melalui
test COD antara lain :
 Zat organik yang dapat diuraikan seperti protein, glukosa
 Senyawa-senyawa organik yang tidak dapat teruraikan seperti
NO2-, Fe2+, S2-, dan Mn3+
 Homolog senyawa aromatik dan rantai hidrokarbon yang hanya
dapat dioksidasi oleh adanya katalisator Ag2SO4.
Dalam tes COD digunakan larutan K2Cr2O7 untuk mengoksidasikan zat-
zat organik dalam keadaan asam yang mendidih dengan reaksi :
H+(g) + CxHyOz(g) + Cr2O72- (l) CO2(g) + H2O(g) + Cr3+(s)
Ag2SO4
Dimana perak sulfat (Ag2SO4) berperan sebagai katalisator yang
berfungsi untuk mempercepat reaksi (katalis) sedangkan HgSO 4, ditambah untuk
menghilangkan ion klorida yang ada dalam air buangan.
Uji coba ini secara khusus bernilai apabila BOD tidak dapat ditentukan,
karena terdapatnya bahan-bahan beracun. Manfaat lain dari uji coba ini adalah
waktunya singkat. Uji coba ini tidak mengadakan perbedaan antara zat organik
yang stabil dan yang tidak stabil. Dia tidak dapat memberikan suatu petunjuk
tetang tingkat dimana bahan-bahan yang aktif secara biologis dapat
diseimbangkan namun untuk semua tujuan yang praktis, ia dengan cepat dapat
memberikan data analisa yang teliti tentang zat-zat yang dapat dioksidasi dengan
sempurna secara kimiawi.
Air buangan yang mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan
oleh spesies mikroorganisme sering dijumpai sebagai contoh air yang
mengandung besi dalam jumlah tinggi sering ditumbuhi oleh bakteri besi yaitu
ferrobacillus atau ferrobacillus ferooxidans, air yang mengandung H 2S sering

64
ditumbuhi oleh bakteri belerang yaitu thiobacillus.mikroorganisme yang bersifat
saprofit organotrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah
tanaman dan bangkai hewan. Pada contoh lain, insektisida organik sintetik dapat
digunakan atas tiga kelompok yaitu :
 Insektisida organoklorin, seperti DDT
 Insektisida organofosfor, seperti perthion dan baygon
 Insektisida karbonat, seperti karboril dan baygon
Sifat-sifat insektisida tersebut berbeda-beda meskipun termasuk dalam
satu kelompok. Dua sifat insektisidanya yang penting jika dilihat dari segi
pencemarannya terhadap lingkungan yaitu daya racunnya dan kemudahan untuk
terdegradasi.
COD dengan BOD sama-sama menganalisa kebutuhan oksigen.Namun
pengujian COD pada air sampel memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan pengujian BOD.
Keunggulannya antara lain:
 Sanggup menguji air limbah industri yang beracun dan tidak dapat
diuji dengan pengujian BOD karena bakteri akan mati.
 Analisa COD hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam,
sedangkan analisa BOD memerlukan waktu 5 hari.
 Untuk menganalisa COD antara 50 sampai 800 mg/L, tidak
dibutuhkan pengenceran sampel sedan pada umumnya analisa
BOD selalu membutuhkan pengenceran.
 Ketelitian dan ketepatan tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih
tinggi dari tes BOD.
 Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme
pada tes BOD, tidak menjadi soal menjadi tes COD.
Kekurangannya antara lain :
Tes COD hanya merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu reaksi
oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis (yang seharusnya terjadi di
alam), sehingga merupakan suatu pendekatan saja, karena hal tersebut diatas maka
tes COD tidak dapat membedakan antara zat-zat yang sebenarnya tidak
teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis.
Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara
angka COD dengan angka BOD dapat ditetapkan dalam tabel dibawah ini
tercantum perbandingan angka tersebut dalam beberapa jenis air.
Tabel 2.1Perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dalam
berbagai jenis air

Jenis Air BOD/ COD

Air buangan domestik ( penduduk ) 0,40-0,60


Air buangan domestik setelah pengendapan 0,60

65
primer
Air buangan domestik setelah pengolahan secara
0,20
biologis
Air Sungai 0,10

Prosedur COD

(a)pertama siapkan botol vial yang sudah di bilas dengan H2SO4


20%,vial nya douplo untuk blanko,CRM,spike A,spike B ini semua
untuk jaminan mutu umtuk nilai hasil akhir.sampel pun douplo,
1vial sampel isinya 5 ml sampel+ 1,5 ml pereaksi dikromat+3,5 mL
pereaksi asam sulfat.
(b)Setelah semua vial diisi dengan sampel,kemudian di refluks dengan
suhu 150oC selama kurang lebih 2 jam,direfluks selama 2 jam biar
teroksidasi karena reaksi nya cukup lambat maka sudah cukup
dengan di refluks selam 2 jam.
(c)Kemudian setelah di refluks, semua larutan nya dipindahkan ke
erlenmeyer 100 mL dan vialnya dibilas dengan aquabides biar
tidak ada yang menyisa di tabung vial.Lalu ditambahkan indikator
ferroin ,fungsinya untuk menentukan bahwa larutan saat ditambah
FAS warna nya berubah dan pH ya pun berubah.Setelah
penambahan indikator langsung di titrasi dengan larutan FAS
sampai titk akhir dari biru hijau ke merah kecoklatan.
Rumus perhitungannya

( v blanko−v titrasi ) x [ FAS ] x 8000


−fc=COD
volume sampel

Fc=faktor koreksi klorida (ppm Cl- x 0,23)

pereaksi asam sulfat ke dalam tabung atau ampul, seperti yang dinyatakan dalam
Tabel
1 berikut:

3.11 Cr Total
P rins ip
Penambahan asam nitrat bertujuan untuk melarutkan analit logam dan
menghilangkan zat pengganggu yang terdapat dalam contoh uji dalam air dan air limbah
dengan bantuan pemanas listrik, kemudian diukur dengan SSA menggunakan gas
asetilen, C2H2.

66
Bila contoh uji tidak dapat segera dianalisa, maka contoh uji diawetkan dengan
penambahanHNO3 p sampai pH kurang dari 2 dengan waktu simpan maksimal 6
(enam) bulan.
Salah satu logam berat yang merupakan sumber polusi dan perlu
dihilangkan dalam perairan adalah logam kromium (Cr). Logam ini banyak
digunakan dalam industri pelapisan logam, penyamakan kulit, industri cat dan
industri tekstil. Ion logam kromium dalam perairan bersifat karsinogenik sehingga
sangat berbahaya bagi kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah adsorben bulu ayam dapat digunakan untuk menurunkan kadar ion logam
kromium, mengetahui kapasitas adsorpsinya dan mengetahui pengaruh pH,
konsentrasi kromium, massa adsorben dan waktu kontaknya terhadap konsentrasi
kromium yang terserap. Bulu ayam digunakan sebagai adsorben karena
mengandung suatu protein yaitu sistein yang mempunyai gugus tiol atau gugus
sulfhidril yang dapat mengikat ion logam. Ion logam kromium yang bermuatan
positif akan berikatan dengan gugus tiol yang bermuatan negatif. Variasi pH,
massa adsorben, konsentrasi larutan kromium dan waktu kontak dilakukan untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap proses penyerapan ion logam kromium dengan
bulu ayam. Variasi pH dilakukan pada pH 1, 2, 3, 5, 7, 9 dan keadaan optimum
diperoleh pada pH 3 dengan massa adsorben 0,3 gram yang divariasi dari 0,1; 0,3;
0,5 dan 0,7 gram dengan waktu kontak 60 menit. Kapasitas adsorpsi bulu ayam
dalam menyerap ion logam kromium adalah 14,49 mg/g. Dalam penelitian ini, 30
mg bulu ayam digunakan untuk menyerap 50 ml sampel limbah yang
mengandung kadar kromium sebesar 560 μgram. Setelah diadsorpsi sampel
dianalisis dengan SSA dan menunjukkan hasil bahwa logam kromium yang
terdapat pada sampel tidak terdeteksi lagi. Bulu ayam yang telah digunakan untuk
menyerap ion logam kromium kemudian didesorpsi dengan melarutkannya dalam
larutan HCl. Persentase kromium hasil desorpsi sebesar 99 %.
Prosedur Cr total
(a) Homogenkan sampel air limbah yang akan di cek kandungan
logam Cr nya,
(b) diambil sebanyak 50ml dan di tambahkan HNO 3 sebagai pelarut
sebanyak 5ml kemudian di destruksi pada suhu 300-350 ° C
hingga volume sampel mencapai 20-30ml. Lalu di dinginkan, dan
(c) di larutkan dengan aquabidest ke dalam labu ukur 50 ml
(d) kemudian di tera
(e) diukur dengan instrument AAS nyala

67
Bab IV
DATA DAN PERHITUNGAN

Penentuan Total Suspended Solid secara Gravimetri

4.1 Tabel Data Pengujian Data Total Suspended Solid


Nama mentor : Alya Nabilah

Keterangan
P1 = penimbangan ke 1 (g)
P2 = penimbangan ke 2 (g)
Rata rata 1 = rata rata berat cawan kosong (g)
Rata rata 2 = rata rata berat cawan + residu (g)
Berat residu = massa residu (mg)
C = konsentrasi (mg/L)
Kamis, 28
Februari
2019
Kode sampel Volu Berat Rata rata Berat Rata Berat C
me cawan 1 cawan + rata 2 residu
sam kosong residu
pel
(L)
P1 P2 P1 P2
133/AL/II/2019 0,04 31380,5 31380,8 31380,65 31389,1 31388,8 31388, 8,3 207,5
95
134/AL/II/2019 0,5 34413,8 34413,6 34413,7 34417,4 34417,7 34417, 3,85 7,6
5

135/AL/II/2019 0,3 36988,8 36988,7 36988,75 36990,5 36990,5 36990, 1,75 5,833
5
136/AL/II/2019 0,8 35775,1 35774,8 35774,95 35778,2 35778,6 35778, 3,45 4,312
4 5
137/AL/II/2019 0,02 45635,5 45635,7 45635,6 45640 45639,9 45639, 4,45 212,5
95
138/AL/II/2019 0,4 26199,8 26199,3 26199,55 26204,2 26203,8 26204 4,7 11,75

139/AL/II/2019 0,3 34656,1 34655,7 34655,9 34659,4 34659,4 34659, 3,5 11,66
4
140/AL/II/2019 0,3 36580,7 36580,4 36580,55 36583.9 36583,9 36583, 3,5 7
9
141/AL/II/2019 0,2 36291,8 36292,3 36292 36294,2 36294,7 36294, 2,45 12,25
45
142/AL/II/2019 0,8 37375 37374,8 37374,9 37377,9 37377,6 37377, 2,85 3,562
75 5

68
Perhitungan Analisa TSS
3
mg ( berat cawan+residu sampel −berat cawan kosong sampel ) × 10
TSS=
L Volume sampel ( L)

Sampel 133/AL/II/2019
31388,95−31.3860 .65
mg/L = 0,04
×1000

= 207,5

69
4.2 Tabel data pengujian total dissolve solid (TDS) secara gravimetric

Keterangan
P1 = penimbangan ke 1 (g)
P2 = penimbangan ke 2 (g)
Rata rata 1 = rata rata berat cawan kosong (g)
Rata rata 2 = rata rata berat cawan + residu (g)
Berat residu = massa residu (mg)
C = konsentrasi (mg/L)
Selasa,25
Februari 2019
kode sampel Volume Berat Rata Berat Rata rata Berat C
sampel cawan rata1 cawan 2 residu
(L) kosong +residu

P1 P2 P1 P2
28/AS/II/2019 0,1 83370,5 83370,8 83370,65 83385,7 83385,5 83385,6 14,95 149,
5
29/AS/II/2019 0,1 76415,4 76415,9 76415,65 76431,9 76432 76431,95 16,3 163

30/AS/II/2019 0,1 77498,5 77498,7 77498,6 77516,1 77516,4 77516,25 17,65 176,
5
31/AS/II/2019 0,1 81964 81963,7 81963,85 81983,5 81983,3 81983,4 19,55 195,
5

32/AS/II/2019 0,1 81946,6 81947 81946,8 81962,5 81962,9 81962,7 16,1 161

70
Perhitungan Analisa TDS
3
mg ( berat cawan+residu sampel −berat cawan kosong sampel ) ×10
TDS=
L Volume sampel ( L)

Sampel 28/AS/II/2019
75328,45−75309,4
mg/L = 0,1
× 1000

=190,5

71
Nama mentor : Qori Haifa

4.3 Hasil Pengukuran Parameter COD Air Limbah di Laboratorium


Lingkungan

Tabel Pengukuran Parameter COD Air Limbah

V V Kons FAS(M) Kode contoh V f C(mg/L) SPIKE


blanko vas =(s/vFAS)x0,1 titer g MATRIX
(ml)
o
A B C /o R
(mg/l) (mg/L) target
2,8 9,1 0,0545 145/Al/III/2019 1,7 - 87,2 87,2 52,32 36,2 96,35
2,8 8 8 - 87,2
9.1 1,7
8 8
146/Al/III/2019 1,1 - 195,33
6 - 195,33
1,1
6
147/Al/III/2019 1,9 - 252,88
9 - 252,88
1,9
9
148/Al/III/2019 1,7 - 427,28
9 - 427,28
1,7
9
150/Al/III/2019 1,7 - 497,04
1 - 497,04
1,7
1
151/Al/III/2019 1,9 - 523,2
8 - 523,2
1,9
8
152/Al/III/2019 1,9 - 53,32
8 - 53,32
1,9
8
153/Al/III/2019 1,9 - 55,81
6 - 55,81
1,9
6
154/Al/III/2019 1,8 - 69,76
8 - 69,76
1,8
8
155/Al/III/2019 1,3 - 170,91
3 - 170,91
1,3
3
156/Al/III/2019 2,1 - 31,39
2,1 - 31,39
157/Al/III/2019 1,7 - 889,44

72
7 - 889,44
1,7
7
158/Al/III/2019 1,8 - 697,6
8 - 697,6
1,8
8

COD=(Blk-spl)x8000xMFAS/2,5

Sampel 145/Al= (Blk-spl)x8000xMFAS/2,5

=(2,8-1,78)x8000x0,0545/2,5

=1.02x8000x0,0545/2,5

=177.88

4.4 Hasil Pengukuran Parameter Minyak dan Lemak Air Limbah di


Laboratorium Lingkungan

Tabel. Pengukuran Parameter Minyak dan Lemak Air Limbah


Kode Berat labu Berat Selisi volu Kadar o/o
conto kosong(m labu h me minyak Rec
h g) isi(m berat lemak eve
g) ry
I II Rata2 I II Rat (mg) Samp (mg/l)
a2 el(l)
spike 104184,4 10418 1041 1042 104 104 34,3 1,001 39,23 98,
4,4 84,4 23,7 223 223 9 x 100
08
40
,7 ,7
145/ 106617,4 10661 1066 1066 106 106 0,8 1,026 0,78
Al/III 7,4 17,4 18,2 618 618 1
/2019 ,2 ,2

146/ 104187,5 10418 1041 1041 104 104 6,8 0,973 6,98
Al/III 7,5 87,5 94,3 194 194 8
/2019 ,1 ,3

147/ 102464,9 10246 1024 1024 102 102 9,2 1,060 8,68
Al/III 4,9 64,9 74,1 47, 47, 2
/2019 1 1
148/ 105237,9 10523 1052 1052 105 105 7,2 1,022 7,04
Al/III 7,9 37,9 45,1 245 245 5
/2019 ,1 ,1
149/ 127155,6 12715 1271 1271 127 127 3,9 1,079 3,61
Al/III 5,6 5,6 59,5 159 159 6
/2019 ,5 ,5

73
130264,1 13026 1302 1302 130 130 19 1,027 18,5
4,1 64,1 83,1 283 283 0
150/
,1 ,1
Al/III
/2019
spike 106283,1 10628 1062 1063 106 106 40,75 0,963 92,29 105
3,1 93,1 23,9 323 323 6 x100 ,72
,8 ,85 40 3
151/ 125910,3 12592 1259 1259 125 125 8 0,989 8,09
Al/III 0,3 20,3 28,3 928 928 0
/2019 ,3 ,3
153/ 117487,7 11748 1174 11748 117 117 1,6 0,856 1,87
Al/III 7,7 87,7 9,3 489 489 1
/2019 ,3 ,3
154/ 99286,5 99286, 9928 9929 992 992 9,7 0,993 9,76
Al/III 5 6,5 6,2 96, 96, 7
/2019 2 2
155/ 96099,2 96099, 9609 9610 961 961 1 1,006 0,99
Al/III 2 9,2 0,2 00, 00, 0
/2019 2 2

Minyak lemak = isi -kosong /1000x ml vol

Sampel 155/Al =96100,2-96099,2/1000x1,0060

=1/1000x1.0060

=0.001 L

4.5 Hasil Pengukuran Parameter Logam Air Limbah di Laboratorium


Lingkungan

Tabel Kurva Kalibrasi Pengukuran Parameter Logam (Cr) Air Limbah

Conc ABS
0 0,0002
0,08 0,0032
0,1 0,0032
0,5 0,0168
1 0,0327
2 0,0634
3 0,0948
5 0,1552

74
Tabel Kurva Kalibrasi Pengukuran Parameter Logam Cr
0.18

0.16
f(x) = 0.03x + 0
0.14 R² = 1

0.12

0.1

0.08

0.06

0.04

0.02

0
0 1 2 3 4 5 6

75
Tabel Hasil Pengukuran Parameter Logam (Cr) Air Limbah

C Abso Persa Kode Abso Fp C(mg SPIKE MATRIX


lar rbans maan conto rbans /L)
Ba i(abs) kurva h i
ku kalib teruk
(m rasi ur
g/
L)
o
A(mg/L) B(mg/L C /o R
) target(
mg/L)
0 0.000 Abs= Blan 0,000 - -
2 0,031 ko 2 0,021
035c 8
ons+
0,000
8793
4
r=0,9
999
0, 0,003 146/ 0,000 - - 0,8482 0,5711 0,3 92,3
08 2 Al/III 4 0,015 7
/2019 0,000 - 3
2 -
0,021
8
0, 0,003 147/ 0,000 - -
1 2 Al/III 1 0,025
/2019 0,000 - 0
2 -
0,021
8
0, 0,068 148/ 0,000 - -
5 Al/III 2 0,021
/2019 0,000 - 8
2 -
0,021
8
1 0,032 151/ 0,000 - -
7 Al/III 4 0,015
/2019 0,000 - 3
3 -
0,018
6
2 0,063 153/ - - -
4 Al/III 0,000 0,041
/2019 4 1
- - -
0,000 0,031
1 4
3 0,044
8
5 0,158
2
BAB V

76
PEMBAHASAN
Berdasarkan Peraturan Walikota Cimahi Nomor 34 tahun 2016 tentang
pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Badan Daerah Kota cimahi pada
Bab IV Bagian kesepuluh tentang UPT Laboratorium Lingkungan disebutkan
bahwa UPT Laboratorium Lingkungan pada Dinas Lingkungan Hidup
mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan teknis penunjang Dinas
Lingkungan Hidup di bidang pelaksanaan pengujian parameter kualitas
lingkungan dan melaksanakan penyusunan SOP Laboratorium Lingkungan.
Sedangkan manajemen pelaksana SNI ISO/IEC 17025 : 2008 di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi, Diatur
berdasarkan keputusan Sekda Kota Cimahi Nomor 061.1/kep.51-DLH/2017.
UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) Laboratorium Lingkungan DLH Kota
Cimahi memberikan layanan pengambilan contoh (sampling) dan analisis
parameter kualitas lingkungan meliputi :
1. Uji kualitas air permukaan
2. Uji kualitas air limbah
3. Uji kualitas air bersih
Pada laporan kerja praktek ini, dibuat dengan menggunakan pengujian
sampel air limbah. Limbah memiliki beberapa parameter pengujian yang harus
dipenuhi sehingga limbah tersebut dapat dikatakan aman untuk dibuang ke
lingkungan. Saat ini UPT Laboratorium Lingkungan Cimahi menguji 15
parameter air limbah, yaitu COD, BOD, pH, suhu, zat padat tersuspensi
(TSS),Tembaga (Cu), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Seng (Zn), Fenol, Amonia,
Krom total (Cr total), Sulfida sebagai S, Minyak Lemak, Cromium valensi 6 (Cr 6).
1. Dengan menerapkan system manajemen mutu secara professional sesuai
standar SNI ISO/IEC 17025 : 2017

5.1 Penentuan padatan tersuspensi total secara gravimetri

Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu
dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal
2µm atau lebih besar dari ukuran koloid. Yang lumpur, tanah liat, logam oksida,
sulfida, ganggang bakteri dan jamur. Tss umumnya dihilangkan dengan flokulasi
dan penyaringan. TSS memberikan konstribusi untuk kekeruhan (turbidity)
dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visabilitas di perairan.
Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat di konversi ke nilai TSS. Kekeruhan
adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat
perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi. Sebuah contoh uji
yang mengandung 1000mg/L dari fine talcum powder akan memberikan
pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang mengandung 1000 mg/L
coarsely ground talc.

77
Kedua contoh uji juga akan memberikan pembacaan yang berbeda
kekeruhan dari sampel yang mengandung 1000mg/L ground pepper. Meskipun
ketiga contoh uji mengandung nilai TSS yang sama.
Pada dasarnya prinsip analisa TSS yaitu contoh uji yang telah homogen
disaring dengan kertas saring yang sudah ditimbang. Residu yang tertahan pada
kertas saring akan dikeringkan hingga mencapai berat konstan pada suhu 103 oc
sampai 105oC. kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS).
Jika padatan tersuspensi menghambat saringan atau memperlambat penyaringan
maka diameter pori pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume
contoh uji. Untuk meperoleh estimasi TSS , dihitung antara padatan terlarut total
dan padatan total.
Total Suspended Solid (TSS)
Penentuan TSS dilakukan untuk zat yang tidak mudah menguap, padatan
terapung dan dekomposisi garam mineral. Sampel air yang digunakan harus
disimpan pada suatu wadah (gelas kimia) kemudian di aduk dengan pengaduk
magnetik supaya sampel yang dianalisa dalam keadaan homogen. Bertujuan agar
sampel yang kita ambil dapat mewakili kondisi keseluruhan sifat induk sampel
tersebut. Jika filtrasi sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10 menit, perbesar
diameter kertas saring atau kurangi volume contoh uji. Ukur volume contoh uji
yang menghasilkan berat kering residu 2,5 mg sampai dengan 200 mg. Jika lebih
dari 200 mg dikhawatirkan endapan dapat menjebak air, yang akan menyebabkan
proses pengeringan menjadi lama.
Untuk contoh uji yang mengandung padatan terlarut tinggi, bilas residu
yang menempel dalam kertas saring untuk memastikan zat yang terlarut telah
benar – benar dihilangkan. Blanko yang digunakan adalah air suling, berfungsi
untuk mengetahui apakah pada air suling yang dipakai untuk pembilasan
mengandung suspensi atau tidak. Suhu yang digunakan untuk mngeringkan kertas
saring digunakan sekitar 103-1050C. Supaya residu tidak mengurai.
Sehingga tidak terjadi pengurangan berat residu. Untuk jaminan mutu
lakukan analisis dalam jangka waktu yang tidak melampaui waktu simpan
maksimum 24 jam.

5.2 Penentuan Total dissolve solid secara gravimetri


Penentuan TDS dengan metode SNI bisa digunakan untuk mengukur total
padatan terlarut pada air kurang dari 200 mg/ L. Sampel air yang akan ditentukan
TDS nya harus disaring terlebih dahulu, supaya zat tersuspensi tidak ikut
dianalisa. Sampel air yang digunakan harus disimpan pada suatu wadah (gelas
kimia) kemudian diaduk dengan pengaduk magnetik supaya sampel yang
dianalisa dalam keadaan homogen. Cawan yang digunakan harus dikonstankan
terlebih dahulu, supaya berat pinggan yang sebenarnya dapat diketahui. (dikatakan
konstan apabila selisih berat penimbangan 1 dan 2 tidak lebih dari 0,0002g).
Pengisatan sampel dilakukan pada suhu < 100ᵒC dengan alat water bath, supaya

78
ketika pemanasan sampel tidak mendidih yang akan menimbulkan pemercikan
yang dapat mengurangi volume sampel sehingga konsentrasi TDS nya pun
berkurang.
Untuk efektifitas waktu biasanya TDS dilakukan bersama denngan TSS.
Artinya sampel air sungai disaring dengan kertas saring yang dapat digunakan
untuk penentuan TSS sedangkan filtratnya digunakan untuk menentukan TDS jika
sampelnya sejenis. Blanko yang digunakan adalah air suling, berfungsi untuk
mengetahui apakah pada air suling yang dipakai untuk pembilasan mengandung
padatan terlarut atau tidak.
Suhu yang digunakan untuk memanaskan residu adalah 180ᵒC. Pada suhu
ini garam–garam yang menempel pada residu dapat menguap. Untuk mengetahui
kebenaran dari hasil pengujian TDS, suatu sampel dianalisa secara duplo.
Padatan terlarut total adalah konsentrasi jumlah ion kation (bermuatan
positif) dan anion (bermuatan negatif) dalam air. Oleh karena itu, analisa total
padatan terlarut menyediakan pengukuran kualitatif dari jumlah ion terlarut.
Tetapi, tidak menjelaskan pada sifat atau hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak
memberikan wawasan dalam masalah kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu,
analisa total dalam padatan terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk
menentukan kualitas umum dari air Sumber padatan terlarut total dapat mencakup
semua kation dan anion terlarut.
Penentuan TDS digunakan untuk mengukur total padatan terlarut dalam air
kurang dari 200 mg/L. contoh uji biasanya air sumur, air bersih dan air limbah
yang terlebih dahulu disaring dengan vakum, agar zat tersuspensi tidak ikut
teranalisa. Sumber utama dalam TDS adalah limpahan dari pertanian,limbah
rumah tangga, dan indutri. Unsur kimia yang paling umum adalah kalsium, fosfat,
nitrat, natrium, kalium dan klorida. Bahan kimia dapat berupa kation atau anion,
molekul atau aglomerasi dari ribuan molekul. Kandungan TDS yang berbahaya
adalah pestisida yang timbul dari aliran permukaan. Beberapa padatan total
terlarut alami berasal dari pelapukan atau pelarutan batu dan tanah. Standar
kualitas air minum yang telah ditentukan oleh Amerika Serikat sebesar 500mg/L.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 yang menetapkan
standar TDS maksimum adalah 500 mg/l. Maka dalam hal ini sampel yang diuji
layak dikonsumsi karena masih kurang dari batas maksimum TDS.

5.3 Penentuan jumlah oksigen dalam air dengan COD (Chemical Oxigen
Demand)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh
bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan
organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat
kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat
(Boyd, 1990; Metcalf dan Eddy, 1991), sehingga segala macam bahan organik,

79
baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi.
COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.
Analisa COD atau Chemical Oxigen demand adalah metode titrimetri
dengan di titrasi. Sampel COD menggunakan pengawetan dengan H2SO4 sehingga
pH nya menjadi dibawah 2 sampel COD bertahan selama 7 hari. Fungsi
penambahan pengawetan agar sampel bertahan lebih lama dan reaksi nya cepat.
Prinsip parameter COD yaitu zat organik dalam sampel air dioksidasi oleh
larutan K2Cr2O7 standar berlebih dalam suasana asam dan panas. kemudian
K2Cr2O7sisa dititrasi dengan larutan standar FAS oleh bantuan indikator ferroin
sampai terjadi perubahan dari biru hijau menjadi merah kecoklatan.
Untuk nilai COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L kenaikan Cr3+
ditentukan pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan nilai COD
yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum pengujian.
Untuk nilai COD lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L penurunan konsentrasi
Cr2O72- ditentukan pada panjang gelombang 420 mm.Perhitungan koefisien
korelasi regresi linier (r) lebih besar atau sama dengan 0,995 dengan intersepsi
lebih kecil atau sama dengan batas deteksi.
Pada sampel 145 Al C yang dihasilkan 87,2 hasil ini cukup mencapai
target,target yang sudah dihitung hasilnya 36,2 bila tidak mencapai target berarti
tidak memenuhi syarat %R.%R nya bisa sampai 85-110% ,pada sampel 145 Al
sudah memenuhi syarat %R nya.
Penentuan COD digunakan jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat-zat organis.

5.4 Penentuan Minyak Lemak secara gravimetri


Analisa Minyak dan Lemak dilakukan dengan cara teknik gravimetri,
dengan melakukan ekstraksi menggunakan corong pisah dan pengkisatan yang
dilakukan pada labu destilasi. Batas waktu analisa sampel minyak dan Lemak
selama 7 hari, namun setelah ditambahkan pengawet H2SO4 sehingga pH menjadi
dibawah 2, batas waktu penyimpanan menjadi 28 hari. Fungsi lain dari
penambahan H2SO4 ini adalah untuk mempercepat reaksi atau sebagai katalis
Pinsip Minyak dan lemak yaitu sejumlah tertentu sampel, diekstraksi
lemaknya menggunakan pelarut yang sesuai selama waktu tertentu dengan alat
ekstraksi soxhlet. Kadar lemak dihitung dari berat lemak yang diperoleh hasil
ekstraksi dibandingkan terhadap berat sampel.
Sampel Minyak dan Lemak biasanya sudah dipisahkan dalam botol kaca
berukuran 1000 mL yang telah diberi nomor sampel, namun biasanya sampel yang
berada dalam botol tersebut belum tentu volumenya 1000 mL, maka perlu
dilakukan perhitungan volume dengan cara menimbang berat botol+sampel
dikurangi berat botol kosong, maka hasilnya adalah volume sampel.
mg.

80
Biasanya Analisa Minyak dan lemak memakai jaminan mutu seperti CRM
atau Spike ,tetapi yang sering digunakan spike. Larutan spike dibuat, pertama
menimbang stearic acid dan n-hexadecane 1:1 (0,2 gram) lalu ditera dengan
aceton .Setelah itu sama perlakuan dengan sampel menimbang botol kosong dan
botol berisi larutan spike lalu diekstraksi ditambah dengan n-heksana diekstraksi
selama 3 x 2 menit ,lalu dipengkisatan dengan suhu 80 oC ,lalu dioven dengan
suhu 85oC selama 25 menit.
Pada sampel Minyak dan Lemak 150 Al hasil kadar nya 18,5 kemungkin
saat gravimetrinya terdapat kristal dalam labu dasar bulat jadi hasilnya lebih besar
dari yang lain,tetapi ada kemungkinan sampel nya memang pekat atau sampelnya
domestik,biasanya yang hasilnya besar itu sampel domestik.Tetapi terdapat
kemungkinan terlalu berlebih menambahkan n-hexadecane.Tetapi perlu dilihat
juga dari jaminan mutunya CRM atau spike.

5.5 Logam (Cr)


Prinsipnya penambahan asam nitrat bertujuan untuk melarutkan analit
logam dan menghilangkan zat yang terdapat dalam contoh uji dalam air dan air
limbah dengan bantuan pemanas listrik,kemudian di ukur dengan AAS
menggunakan gas asetilen,C2H2-. Pada spektroskopi serapan atom terjadi
penyerapan energi oleh atom sehingga atom mengalami transisi elektronik dari
keadaan dasar ke keadaan tereksitasi. Dalam metode ini, analisa didasarkan pada
pengukuran intesitas sinar yang diserap oleh atom sehingga terjadi eksitasi. Untuk
dapat terjadinya proses absorbsi atom diperlukan sumber radiasi monokromatik
dan alat untuk menguapkan sampel sehingga diperoleh atom dalam keadaan dasar
dari unsur yang diinginkan. Spektrofotometri serapan atom merupakan metode
analisis yang tepat untuk analisis analit terutama logam-logam dengan konsentrasi
rendah (Pecsok, 1976).
Atomic Absorbtion Spectroscopi (AAS) adalah spektroskopi yang
berprinsip pada serapan cahaya oleh atom. Atom–atom menyerap cahaya pada
panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang
gelombang tersebut mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik
suatu atom.
Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorbsi energi,
terdapat lebih banyak energi yang akan dinaikkan dari keadaan dasar ke keadaan
eksitasi dengan tingkat eksitasi yang bermacam-macam.
Pada analit logam krom dalam nyala udara-asetilen di ubah menjadi
bentuk atomnya, menyerap energi radiasi elektromagnetik yang berasal dari
lampu katoda dan besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit.
Homogenkan sampel air limbah yang akan di cek kandungan logam Cr
nya, lalu diambil sebanyak 50ml dan di tambahkan HNO 3 sebagai pelarut
sebanyak 5ml kemudian di destruksi pada suhu 300-350 ° C hingga volume
sampel mencapai 20-30ml. Lalu di dinginkan, dan di larutkan dengan aquabidest
yang sudah di larutkan dengan HNO3 sebagai pelarut

81
Instrumen AAS meliputi Hollow Cathode Lamp sebagai sumber energi,
flame untuk menguapkan sampel menjadi atom. Monokromator sebagai filter
garis absorbansi, detektor dan amplifier sebagai pencatat pengukuran. AAS
bekerja berdasar pada penguapan larutan sampel, kemudian logam yang
terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi
radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan oleh lampu katoda (Hollow Cathode
Lamp) yang mengandung energi radiasi yang sesuai dengan energi yang
diperlukan untuk transisi elektron atom. Hollow Cathode Lamp sebagai sumber
sinar pada AAS akan menghilangkan kelemahan yang disebabkan oleh self
absorbsi yaitu kecenderungan atom-atom pada ground state untuk menyerap
energi yang dipancarkan oleh atom tereksitasi ketika kembali ke keadaan ground
state.
Parameter-parameter diukur secara rutin guna mengetahui keadaan aktual
dari limbah tersebut juga identifikasi jikalau ada masalah yang terjadi secara tiba-
tiba. Permasalahan dapat dilihat dari nilai parameter yang menunjukkan gejala
aneh, misalnya adanya peningkatan yang tajam. Dengan begitu, setiap
permasalahan yang terjadi akan segera teridentifikasi dengan adanya pemeriksaan
secara rutin. Untuk mengetahui perkembangan kualitas air yang diolah.

82
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di UPT


Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi mulai
dari tanggal 02 Januari 2019 s/d 30 Maret 2019, maka keterampilan dan
ilmu kami sebagai siswa bertambah.
Kegiatan prakerin yang kami lakukan di Unit Pelaksana Teknis
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup ( DLH ) Kota Cimahi
meliputi analisis air, dimana analisis air dilakukan terhadap berbagai jenis air
permukaan, air tanah, air limbah,air bersih yang dilakukan dengan beberapa
parameter dan berbagai jenis metode yang diterapkan dari beberapa metode
standar nasional maupun internasional yang ada. Metode pengujian yang
diterapkan meliputi Volumetri, Gravimetri, Spektrofotometri, Kolorimetri,
Mikrobiologi,Atomic Absorbtions Spectrofotometer (AAS) dan Sampling. Dimana
standar kelayakan dari masing-masing parameter setiap sampel ditentukan dengan
membandingkannya dengan baku mutu yang sesuai dengan parameter yang
bersangkutan.
6.2 Saran

6.2.1 Untuk pihak industri

1. Semoga hubungan antara pihak industri dan sekolah yang sudah


terjalin dapat terus terjaga.
2. Semoga hubungan silaturahmi antara industri dan siswa-siswi dapat
terus terjaga.
3. Untuk memperbanyak alat yang sering digunakan.
4. Suasana lingkungan kerja yang bersih dan nyaman dapat mendukung
kinerja yang tinggi, sehingga kebersihan harus tetap dijaga tidak
hanya oleh petugas kebersihan tetapi oleh seluruh personel
laboratorium.
5. Pekerjaan yang diberikan seharusnya dilakukan bergantian (roling)
agar para siswa menguasai setiap parameter yang ada.

6.2.2 Untuk pihak sekolah


1.Diharapkan hubungan kerja sama lebih banyak dengan industri lain.
2.Semoga pihak sekolah dapat meningkatkan kerja sama dengan
industri agar dapat menyalurkan lulusan-lulusan ke dunia kerja.
3.Pembinaan mental siswa dan siswi lebih ditingkatkan.

83
4.Pembimbing dari sekolah hendaknya lebih di intensifkan lagi dalam
memperhatikan dan memantau siswa saat PKL.
5.Fasilitas penunjang praktikum di sekolah kurang memadai. Sebaiknya
pihak sekolah lebih memperhatikan dan melengkapi fasilitas
penunjang tersebut agar dapat bekerja sesuai dengan prosedur yang
harus dilaksanakan.

84
Lampiran

Nama Gambar

Oven untuk tss dan tds

Alat untuk menyaring


sampel

85
Desikator untuk
mendinginkan cawan

Penangas cawan untuk tds

Neraca analitik untuk


menimbang

86
Corong pisah untuk
ekstraksi minyak lemak

Waterbath untuk destilasi

DAFTAR PUSTAKA
Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga,
Jakarta.
Khoppar, S.M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia, Jakarta.
Lehninger, A. 1995. Dasar - Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta. Terjemahan
Maggy Tenawidjaja.

Sumardjo. 1997. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I. Fakultas Kedokteran Umum,


Semarang.

Surakiti. 1989. Kimia Program Ilmu Biologi dan Ilmu Fisik. Intan Pariwara,
Klaten.

Svehla, G. 1985. Kimia Analisis. PT. Kalman Media Pusaka, Jakarta. Terjemahan
Setiono.

Day, Underwood.1999.Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi VI. Erlangga. Jakarta.

87
Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia, Jakarta.

Irfan, Anshory.2000. Ilmu Kimia. Erlangga : Jakarta.

Khoppar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Organik. Universitas Indonesia Press,

Jakarta.

Rosenberg, Jerome.1994. Kimia Dasar. Edisi IV. Erlangga : Jakarta.

Underwood, A.L. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.

Zulkarnaen, A.K. Kimia Analisa Kuantitatif. 1991. Departemen Perindustrian


SMTI, Yogyakarta.

88

Anda mungkin juga menyukai