Anda di halaman 1dari 85

MODUL

KESEJAHTERAAN
SOSIAL
DISABILITAS & LANSIA
PERTEMUAN PENINGKATAN
KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)
PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN P2K2

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 1 3/20/18 7:37 AM


PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 2 3/20/18 7:37 AM
DAFTAR ISI

Glosarium 4
Akronim 6
SESI 13 Pelayanan Bagi Penyandang Disabilitas Berat 7
Kompetensi Dasar Dan Indikator Keberhasilan 9
Struktur Pelatihan 11
Langkah-langkah 13
Lembar Kerja Sesi 13 19
Lembar Evaluasi Sesi 13 27
Flipchart 28
Bahan Bacaan Sesi 13 31

SESI 14 Pentingnya Kesejahteraan Lanjut Usia 43


Glosarium 44
Akronim 45
Kompetensi Dasar Dan Indikator Keberhasilan 47
Struktur Pelatihan 49
Langkah-langkah 51
Lembar Kerja Sesi 14 57
Lembar Evaluasi Sesi 14 61
Flipchart 62
Bahan Bacaan Sesi 14 66

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 3

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 3 3/20/18 7:37 AM


GLOSARIUM

Disabilitas Setiap orang yang mengalami keterbatasan


fisik, intelektual, mental dan/atau sensorik
dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat
mengalami hambatan dan kesulitan untuk
berpartisipasi secara penuh dan efektif.
Anak Istimewa Anak yang memiliki keterbatasan fisik, mental,
intelektual atau sensorik dalam jangka waktu
lama, memilki keterbatasan melakukan
aktivitas kehidupannya sehari-hari, serta tidak
dapat berpartisipasi penuh dan efektif dalam
masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan
yang lainnya.
Disabilitas Berat Kedisabilitasannya sudah tidak dapat
direhabilitasi, tidak dapat melakukan
aktivitas kehidupannya sehari-hari dan/atau
sepanjang hidupnya tergantung pada bantuan
orang lain, dan tidak mampu menghidupi
diri sendiri.
Fasilitator Memberikan pelayanan untuk memudahkan
siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
Ice-breaking Suatu aktivitas kecil dalam suatu acara yang
bertujuan agar peserta acara mengenal
peserta lain dan merasa nyaman dengan
lingkungan barunya.
Refleksi Suatu kegiatan yang dilakukan dalam
proses belajar mengajar pada prinsipnya
merupakan kegiatan untuk nilai peserta didik
kepada pendidik.

4 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 4 3/20/18 7:37 AM


Keterbatasan Fisik Berkurangnya suatu fungsi yang secara
objektif dapat diukur/dilihat, karena adanya
kehilangan/kelainan dari bagian tubuh/organ
seseorang.
Intelektual Kombinasi sifat-sifat manusia yang terlihat
dalam kemampuan memahami hubungan
yang lebih kompleks, semua proses berpikir
abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan
masalah dan kemampuan memperoleh
kemampuan baru.
Mental Yang berhubungan dengan pikiran, akal,
ingatan atau proses ingatan yang berasosiasi
dengan pikiran, akal dan ingatan.
Sensorik Stimulus atau rangsang yang datang dari
dalam maupun luar tubuh.
Rehabilitasi Proses penting dalam pemulihan hak-hak
manusia baik secara psikis maupun fisik.
Psikologis Faktor yang berasal dari dalam individu
seseorang dan unsur-unsur psikologis ini
meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran,
kepribadian, memori, emosi, kepercayaan,
dan sikap.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 5

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 5 3/20/18 7:37 AM


AKRONIM

Kemsos Kementerian Sosial


Keppres Keputusan Presiden
P2K2 Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga
PKH Program Keluarga Harapan
Pusdiklat Kesos Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan
Sosial
Diklat Pendidikan Dan Pelatihan
KPM Keluarga Penerima Manfaat

6 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 6 3/20/18 7:37 AM


SESI 13

PELAYANAN
BAGI
PENYANDANG
DISABILITAS
BERAT
(120 menit)

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 7

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 7 3/20/18 7:37 AM


LATAR BELAKANG

Materi ini disusun dengan harapan cara pandang semua pihak dapat
berubah ke arah yang lebih baik tentang konsep disabilitas bahwa
disabilitas tidak sama dengan kecacatan. Disabilitas juga tidak selalu
berhubungan dengan keterbatasan fisik namun bagaimana lingkungan
dan fasilitas tersedia sesuai kebutuhan penyandang disabilitas agar
potensi penyandang disabilitas bisa tersalurkan. Meskipun penyandang
disabilitas berat sangat mengandalkan pertolongan orang lain namun
mereka tetap saja manusia yang mesti dihargai hak-haknya sehingga
pelayanan berbasis keluarga dan masyarakat sangat diperlukan.

8 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 8 3/20/18 7:37 AM


KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR KEBERHASILAN

Setelah mempelajari sesi ini, fasilitator mampu memahami, menjelaskan,


mengidentifikasi dan memberikan contoh-contoh konkret mengenai
pelayanan terhadap disabilitas berat baik di dalam keluarga
ataupun masyarakat.

Adapun indikator keberhasilan materi ini jika fasilitator mampu


menyampaikan pengetahuan dan mengajarkan keterampilan kepada
pendamping mengenai:

1 Pengertian Penyandang Disabilitas.

2 Hak-Hak Penyandang Disabilitas.

3 Ragam dan Tingkatan Disabilitas.

4 Pelayanan bagi Disabilitas Berat di dalam Keluarga.

5 Pelayanan bagi Disabilitas Berat di Masyarakat.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 9

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 9 3/20/18 7:37 AM


METODA

1 Bermain peran
2 Ceramah
3 Diskusi

MEDIA

1 Flipchart
2 Buku Pintar
3 Film/video
4 Alat bantu seperti: penutup
mata, tali, alat tulis

10 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 10 3/20/18 7:37 AM


STRUKTUR PELATIHAN

PEMBUKAAN

5
LANGKAH 1
Langkah ini berisi tentang pembukaan sesi dan
bertujuan untuk membangkitkan motivasi dan
minat peserta. Dalam langkah ini juga dilakukan
MENIT review materi ke-4 modul yang telah dibahas
pada pertemuan sebelumnya, khususnya materi
anak istimewa yang ada pada sesi 11 modul
perlindungan anak dan dihubungkan dengan
materi yang akan dibahas.

PENGERTIAN PENYANDANG DISABILITAS

25
LANGKAH 2
Materi ini memberikan gambaran kepada peserta
tentang penyandang disabilitas yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya penyandang
MENIT disabilitas berat. Proses pembelajaran
menggunakan metode film agar peserta mendapat
gambaran tentang penyandang disabilitas yang
ada di dalam masyarakat dan menggunakan
permainan untuk menggambarkan kesulitan
penyandang disabilitas untuk berpartisipasi dalam
kehidupan sehari-hari.

HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS


LANGKAH 3

25
Materi ini membahas hak-hak penyandang
disabilitas. Proses pembelajaran ini menggunakan
metode permainan.
MENIT

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 11

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 11 3/20/18 7:37 AM


RAGAM DAN TINGKATAN DISABILITAS

15
LANGKAH 4
Materi ini membahas ragam disabilitas dan
tingkatannya. Materi ini disampaikan dengan
menggunakan metode film dan diskusi kelompok.
MENIT

PELAYANAN BAGI PENYANDANG

20
LANGKAH 5
DISABILITAS BERAT DI DALAM KELUARGA

Materi ini membahas cara memberikan pelayanan


terhadap penyandang disabilitas berat di
MENIT
dalam keluarga.

PELAYANAN BAGI PENYANDANG

20
LANGKAH 6
DISABILITAS BERAT DI MASYARAKAT
Materi ini memberikan gambaran kepada peserta
(sebagai anggota masyarakat) tentang pelayanan
MENIT terhadap penyandang disabilitas berat.

PENUTUP

10
LANGKAH 7
Materi ini berisi penyampaian pesan kunci, dan
penugasan kepada peserta yang terkait dengan
materi pembelajaran untuk dikerjakan di rumah.
MENIT

12 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 12 3/20/18 7:37 AM


LANGKAH-LANGKAH

PEMBUKAAN

5
LANGKAH 1
Sesi pembukaan dimulai setelah semua materi dan
peralatan pembelajaran tersedia.
1. Fasilitator mengucapkan salam dan
MENIT
memperkenalkan diri.

2. Fasilitator memastikan bahwa peserta sudah memiliki bahan ajar


Sesi 13.
3. Fasilitator meminta salah satu peserta memimpin ice-breaking untuk
mencairkan suasana dan membangkitkan motivasi peserta. Jika tidak
ada peserta yang bersedia memimpin, maka permainan dipimpin
oleh fasilitator.
4. Fasilitator mengajak peserta mereview materi sebelumnya tentang
Perlindungan terhadap Anak. Tanyakan kepada peserta: “Apa yang
telah dipelajari di pertemuan sebelumnya?”.
5. Jika peserta tidak dapat mengingat materi maka fasilitator yang
menyampaikan dan merangsang peserta agar dapat mengingat
kembali.
6. Fasilitator menghubungkan materi sebelumnya dengan materi
pelayanan terhadap penyandang disabilitas yang akan dibahas.

PENGERTIAN PENYANDANG

25
LANGKAH 2
DISABILITAS
1. Fasilitator memulai dengan bertanya mengenai
pemahaman peserta tentang penyandang
MENIT disabilitas, "Apakah ibu-ibu mengetahui apa itu
penyandang disabilitas?”
2. Fasilitator mengingatkan kembali film tentang
“Getun-anak istimewa”.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 13

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 13 3/20/18 7:37 AM


3. Setelah mereview film Getun, fasilitator menyampaikan kepada seluruh
peserta bahwa penyandang disabilitas sama dengan anak istimewa.
4. Fasilitator meminta peserta untuk duduk berpasangan.
5. Fasilitator mengajak peserta untuk bermain sesuai dengan LK 13.1
6. Setelah bermain fasilitator menanyakan kepada peserta:
• Apa yang dirasakan oleh peserta 1?
• Apakah peserta 1 sulit menyampaikan pesannya?
• Apa yang dirasakan oleh peserta 2?
• Apakah peserta 2 sulit menerima pesan dari peserta 1?
7. Fasilitator menuliskan jawaban peserta pada kertas plano.
8. Fasilitator menyimpulkan jawaban peserta dan menyampaikan kepada
peserta bahwa penyandang disabilitas adalah “setiap orang yang
mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental dan/atau sensorik
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan
dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi
secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya”, dengan
menunjukkan Flipchart 1: Pengertian Disabilitas.

CATATAN:

Pada poin ini fasilitator menekankan bahwa anak istimewa,


penyandang disabilitas, dan penyandang cacat merupakan hal
yang sama. Istilah yang digunakan selama proses pembelajaran
adalah penyandang disabilitas.

14 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 14 3/20/18 7:37 AM


LANGKAH 3 HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS

25
1. Fasilitator mengajak peserta bermain
“Perbedaan dan Persamaan” LK 13.2

MENIT

2. Fasilitator melakukan refleksi dan menanyakan kepada peserta:


• Apa yang dipelajari dari permainan ini?
• Hal apa yang ibu-ibu miliki dan mempunyai kesamaan dengan
orang lain?
• Hal apa yang ibu-ibu miliki dan berbeda dengan orang lain?
• Apa jadinya dunia ini jika semuanya sama?
3. Fasilitator menyimpulkan dan menyampaikan kepada peserta bahwa
"penyandang disibilitas merupakan bentuk keragaman manusia.
Penyandang disabilitas juga memiliki hak yang sama dengan warga
negara lainnya”
4. Fasilitator merefleksi dengan menanyakan kepada peserta “Bagaimana
jika dunia ini kita balik, kita masyarakat umum adalah penyandang
disabilitas, akankah kita berusaha agar hak-hak kita terpenuhi?”
5. Fasilitator menanyakan kepada peserta apa saja yang berhak
didapatkan oleh penyandang disabilitas dalam kehidupan sehari-hari?
6. Fasilitator mengajak peserta bermain sesuai LK 13.3
7. Fasilitator menjelaskan hak-hak penyandang disabilitas dengan
menggunakan Flipchart 2: Hak-hak Penyandang Disabilitas.
8. Fasilitator menanyakan kepada peserta :
• Apakah di sekitar ibu-ibu terdapat penyandang disabilitas?
• Bagaimana kondisi mereka?
• Bagaimana perlakuan keluarga terhadap mereka?
• Bagaimana perlakuan masyarakat terhadap mereka?
9. Fasilitator menegaskan kepada peserta bahwa “Penyandang
disabilitas juga memiliki hak yang sama dengan warga negara lainnya

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 15

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 15 3/20/18 7:37 AM


dan kita semua mempunyai kewajiban agar hak-hak penyandang
disabilitas terpenuhi”

CATATAN:

Pada poin ini fasilitator menekankan bahwa penyandang disabilitas


harus diperlakukan sama, tidak boleh diskriminasi dan dikucilkan.

RAGAM DAN TINGKATAN DISABILITAS

15
LANGKAH 4
1. Fasilitator memeperlihatkan beberapa gambar
penyandang disabilitas dengan menunjukkan
Flipchart 3: Jenis Disabilitas.
MENIT

2. Fasilitator menjelaskan kondisi psikologis dari penyandang disabilitas


jika tidak mendapat dukungan dari lingkungannya seperti rasa rendah
diri, sensitif, tidak bersemangat dan lain sebagainya.
3. Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa dari berbagai macam
penyandang disabilitas tersebut ada yang tidak dapat direhabilitasi
dan selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Penyandang disabilitas seperti inilah yang
disebut dengan penyandang disabilitas berat. Tunjukkan Flipchart 4:
Pengertian Disabilitas Berat dan Buku Pintar halaman 6.

16 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 16 3/20/18 7:37 AM


PELAYANAN BAGI PENYANDANG

20
LANGKAH 5
DISABILITAS BERAT DI DALAM KELUARGA

1. Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa


MENIT jika diantara peserta terdapat keluarganya yang
menjadi penyandang disabilitas berat, maka
tugas peserta untuk memberikan pelayanan/
pengasuhan agar penyandang disabilitas berat
tetap mendapatkan hak-haknya.

2. Fasilitator meminta peserta untuk meminta peserta menonton film


“miris, bocah tanpa tangan dengan kaki yang hanya menggelinding”
3. Fasilitator meminta peserta untuk membentuk kelompok 4 orang
4. Fasilitator meminta masing-masing kelompok mendiskusikan dan
menuliskan apa yang harus dilakukan keluarga terhadap kasus tersebut
5. Fasilitator menyimpulkan dan menyampaikan hal-hal yang dapat
dilakukan keluarga bagi penyandang disabilitas berat dengan
menunjukkan menunjukkan Flipchart 5: Pelayanan Disabilitas
oleh keluarga. Tunjukkan informasi tersebut ada pada Buku Pintar
halaman 7.

PELAYANAN BAGI PENYANDANG

20
LANGKAH 6
DISABILITAS BERAT DI MASYARAKAT
1. Fasilitator meminta peserta untuk membentuk
kelompok terdiri dari 4 orang (masih kelompok
MENIT yang sama)

2. Fasilitator memainkan permainan “peta peduli disabilitas” (Minta


peserta membuka Buku Pintar halaman 10-12).
3. Setelah selesai, fasilitator melakukan refleksi
4. Fasilitator menyimpulkan dan menyampaikan Flipchart 7: Pelayanan
disabilitas di masyarakat.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 17

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 17 3/20/18 7:37 AM


PENUTUP

10
LANGKAH 7
1. Hal yang paling sederhana yang bisa dilakukan
siapa saja adalah berhenti mengejek penyandang
disabilitas, tidak melakukan penelantaran dan
MENIT diskriminasi terhadap penyandang disabilitas.

Fasilitator memotivasi peserta banyak hal yang bisa dilakukan untuk


peduli terhadap penyandang disabilitas melalui film “Disabilitas:
Jangan Kucilkan Mereka” UNICEF.
2. Fasilitator menanyakan kepada peserta apa yang dipahami dari film
tersebut?
3. Selanjutnya fasilitator memutarkan film “success story disabilitas”
4. Fasilitator menyimpulkan dari hasil pemutaran film.
5. Fasilitator menyampaikan “Pesan-pesan Kunci” pembelajaran
dengan menggunakan Flipchart 8: Pesan Kunci, ada dalam Buku
Pintar halaman 13.
6. Fasilitator menutup pertemuan dengan mengucapkan salam
dan mengakhiri dengan doa. Fasilitator menyampaikan ucapan
terima kasih.

18 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 18 3/20/18 7:37 AM


LEMBAR KERJA SESI 13

PERLINDUNGAN
PENYANDANG DISABILITAS

LEMBAR KERJA (LK): 13.1

Nama permainan : “Tanpa tangan..tanpa suara”


Pelengkapan :
Kain untuk mengikat tangan dan mata,
kertas, Pulpen/Pensil Lama
Durasi : 5 menit
Pemain :
Seluruh Peserta

Langkah-Langkah:

1. Fasilitator mengajak peserta untuk duduk berpasangan


2. Fasilitator meminta masing-masing pasangan untuk
menentukan siapa yang menjadi peserta 1 dan siapa yang
menjadi peserta 2.
3. Fasilitator meminta peserta 2 untuk diiikat tangannya dan
peserta 1 untuk menutup mulutnya.
4. Fasilitator menyampaikan cara permainan:
Peserta 1 diminta untuk menyampaikan kalimat ( LK 13.1a)
yang sudah diberikan kepada peserta 2 tanpa mengucapkan
ataupun menuliskan kalimat tersebut (hanya boleh
memperagakan). Peserta 2 diharuskan untuk menuliskan
kata tersebut (di sebuah kertas yang telah dibagikan) tanpa
menggunakan tangan dalam waktu 1 menit.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 19

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 19 3/20/18 7:37 AM


5. Setelah selesai, fasilitator melakukan refleksi dengan
menanyakan:
• Apakah semua pasangan berhasil menyelesaikan
tugasnya?
• Apa yang dirasakan oleh peserta 1?
• Apakah peserta 1 sulit menyampaikan pesannya?
• Apa yang dirasakan oleh peserta 2?
• Apakah peserta 2 sulit menerima pesan dari peserta 1?

LEMBAR KERJA (LK): 13.2

Nama permainan : “Perbedaan dan Persamaan”


Pelengkapan : Pulpen, kertas
Durasi : 5 menit
Pemain :
Seluruh Peserta

1. Fasilitator membagikan 1 lembar kertas dan pulpen


kepada masing-masing peserta.
2. Fasilitator menjelaskan aturan permainan:
Fasilitator membacakan pertanyaan dan meminta peserta
untuk menuliskan jawabannya di kertas tersebut:
Pertanyaan: “Sebutkan makanan kesukaan ibu-ibu”

Setelah selesai menuliskan, peserta diminta untuk


berkeliling dan mencari peserta dengan jawaban yang
sama. Peserta dengan jawaban yang sama berkumpul

20 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 20 3/20/18 7:37 AM


membentuk kelompok. Kelompok dengan jumlah anggota
yang paling banyak dinyatakan sebagai pemenang.

3. Fasilitator meminta peserta yang tidak memiliki jawaban


yang sama dengan yang lain diminta untuk memisahkan diri.
4. Fasilitator melakukan refleksi.

LEMBAR KERJA (LK): 13.3

Nama permainan : “Hak- Hak Kami....”


Pelengkapan : Tanda
Durasi : 5 menit
Pemain :
Seluruh Peserta

Langkah-Langkah:

1. Fasilitator menjelaskan aturan permainan, yaitu:


• Fasilitator akan membacakan sejumlah pernyataan yang
harus direspon oleh semua peserta.
• Jika peserta berpendapat bahwa pernyataan
yang disebutkan oleh fasilitator salah maka
peserta bergerak menuju tanda silang (X)

• Jika peserta berpendapat bahwa pernyataan


yang disebutkan oleh fasilitator benar maka
peserta bergerak menuju tanda centang (V)

2. Fasilitator membacakan pernyataan yang ada pada LK


13.3a.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 21

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 21 3/20/18 7:37 AM


3. Setelah semua peserta bergerak (menentukan pilihan)
fasilitator menanyakan alasan peserta mengapa memilih
benar/salah.
4. Fasilitator mengulangi proses di atas untuk pernyataan
demi pernyataan selanjutnya sampai seluruh pernyataan
selesai dibacakan atau sesuai waktu yang tersedia
(tergantung waktu yang tersedia, fasilitator dapat
memilih beberapa pernyataan (dan tidak harus
membacakan semua).
5. Fasilitator menutup permainan dengan melakukan ulasan
(debriefing) yang telah dipelajari.

LEMBAR KERJA (LK): 13.3A

No Pernyataan Jawaban

1 Anak disabilitas tidak perlu sekolah karena akan Salah


kesulitan ketika belajar di sekolah

2 Penyandang disabilitas harus cukup gizinya Betul

3 Anak Tuna Netra tidak akan bisa membaca jadi Salah


tidak perlu disekolahkan

4 Anak Tuna Wicara perlu sering diajak bicara Betul

5 Jika sakit, penyandang disabilitas tidak perlu Salah


dibawa ke rumah sakit karena tidak akan bisa
sembuh

6 Anak yang memakai kursi roda tidak perlu Salah


bermain dengan teman-temannya karena dia
sulit berjalan

22 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 22 3/20/18 7:37 AM


No Pernyataan Jawaban

7 Penyandang disabilitas tidak akan bisa mengikuti Salah


kegiatan-kegiatan di lingkungan rumah seperti,
karang taruna, pengajian.

LEMBAR KERJA (LK): 13.4

Nama permainan : “Peta Peduli Disabilitas”


Pelengkapan : -
Durasi : 15 menit
Pemain :
Seluruh Peserta

Langkah-Langkah:

1. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok.


2. Fasilitator membagikan peta peduli disabilitas (LK 13.4a)
kepada masing-masing kelompok.
3. Fasilitator meminta tiap-tiap kelompok memecahkan
permasalahan yang ada di dalam tiap gambar. Peserta
diminta untuk membuat tanda panah ke lembaga apa klien
tersebut dapat dirujuk. Peserta dapat membuat panah lebih
dari 1.
4. Setelah selesai, fasilitator meminta tiap-tiap kelompok
menempelkan peta tersebut di dinding.
5. Fasilitator meminta masing-masing peserta untuk
menjelaskan apa yang ada sudah dikerjakan.
6. Fasilitator melakukan refleksi.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 23

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 23 3/20/18 7:37 AM


LEMBAR KERJA (LK): 13.4

Gambar 1

Pendamping
Pak RT
PKH

Rehabilitasi • Tangan, kaki kaku dan kecil.


Berbasis
• Bila berbicara tidak jelas, hanya Puskesmas
Masyarakat
(RBM) untuk bisa berkomunikasi dengan
penyandang keluarga dekat atau orang-orang
disabilitas di sekitarnya.
• Tidak bersekolah
• Kurang mendapat perhatian dari Sekolah
orang tua
Kelurahan
• Tidak diperbolehkan bermain
dengan teman sebayanya
• Dikurung di kamar sendirian
Posyandu Dinas Sosial

24 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 24 3/20/18 7:37 AM


Gambar 2

Pendamping
Pak RT
PKH

Rehabilitasi HIDROCEPALUS
Berbasis
Puskesmas
Masyarakat
(RBM) untuk • Hidrocepalus atau kepala besar,
penyandang kaki dan tangan nya mengecil
disabilitas
• Sulit melihat ke kiri dan kanan
secara langsung karena kepala
susah dan/atau tidak bisa Sekolah
digerakkan.
Kelurahan
• Tidak bisa melihat sama sekali,
serta tidak bisa bicara.
• Pada saat lahir normal, kecacatan
Posyandu Dinas Sosial
ini baru ketahuan setelah
beberapa bulan atau pada usia
kira-kira 3 bulan ke atas.
• Belum memiliki akte kelahiran
• Baru satu kali diperiksa ke rumah
sakit karena kesulitan biaya

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 25

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 25 3/20/18 7:37 AM


Gambar 3

Pendamping
Pak RT
PKH

Rehabilitasi PARAPLEGIA
Berbasis
Puskesmas
Masyarakat
(RBM) untuk
• Paraplegia berat disebabkan
penyandang karena kecelakaan atau jatuh
disabilitas • Tulang punggungnya rusak dan
mempengaruhi syaraf-syaraf
anggota gerak
Sekolah
• Hanya bisa berbaring saja
Kelurahan • Tidak bersih, jarang mandi
• Sering murung dan menangis

Posyandu Dinas Sosial

26 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 26 3/20/18 7:37 AM


LEMBAR EVALUASI SESI 13

PELAYANAN PENYANDANG
DISABILITAS BERAT

LEMBAR KERJA (LE): 13.1

1. Apa yang dimaksud dengan penyandang disabilitas


menurut UU No 8/2016?
2. Sebutkan hak-hak penyandang disabilitas menurut UU No
8/2016!
3. Sebutkan 4 ragam disabilitas! Jelaskan!
4. Apa yang dimaksud dengan penyandang disabilitas ringan?
Berikan contoh!
5. Apa yang dimaksud dengan penyandang disabilitas berat?
Berikan contoh!
6. Bagaimana pengasuhan yang baik bagi penyandang
disabilitas berat yang ada di dalam keluarga? Berikan
contoh minimal 5!
7. Sebagai anggota masyarakat apa yang bisa kita lakukan
apabila ada penyandang disabilitas berat yang dikucilkan
oleh satu keluarga? Berikan contoh solusi minimal 5!

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 27

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 27 3/20/18 7:37 AM


FLIPCHART

PELAYANAN PENYANDANG
DISABILITAS BERAT

28 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 28 3/20/18 7:37 AM


Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 29

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 29 3/20/18 7:37 AM


30 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 30 3/20/18 7:38 AM


BAHAN BACAAN

PELAYANAN PENYANDANG
DISABILITAS BERAT
DISABILITAS

01 Apa yang dimaksud dengan penyandang disabilitas?

Menurut Convention On The Rights of Persons With Disabilities


(Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas) yang telah
disahkan dengan UU No 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention
On The Rights of Persons With Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-
hak Penyandang Disabilitas), penyandang disabilitas termasuk mereka
yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik
dalam jangka waktu lama di mana ketika berhadapan dengan berbagai
hambatan, hal ini dapat menghalangi partisipasi penuh dan efektif
mereka dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya.
Sedangkan menurut UU No 8/2016, penyandang disabilitas adalah
setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental
dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi
dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk
berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya
berdasarkan kesamaan hak.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, penyandang disabilitas
diakui sebagai bagian integral bangsa Indonesia, yang tidak terpisahkan
dari anggota masyarakat lainnya. Penyandang disabilitas mempunyai
kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama sebagai warga negara
Indonesia. Penyandang disabilitas merupakan aset negara bidang
Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kelebihan dan kekurangan
tersendiri sebagaimana manusia lainnya. Kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki penyandang cacat/disabilitas dapat dikembangkan sesuai
dengan talenta yang dibawa sejak lahir.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 31

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 31 3/20/18 7:38 AM


02 Hak-hak penyandang disabilitas

Di beberapa tempat, penyandang disabilitas masih banyak yang


berada dalam kondisi ditelantarkan, ditinggalkan, diskriminasi, atau
bahkan banyak yang mengalami perlakuan salah lainnya seperti
kekerasan seksual dan eksploitasi karena kedisabilitasan yang
dimilikinya. Para penyandang disabilitas kerap menghadapi berbagai
bentuk pengucilan dan hal itu mempengaruhi mereka dalam berbagai
tindakan tergantung dari jenis disabilitas yang mereka alami, dimana
mereka tinggal dan budaya yang berlaku di tempat tersebut (UNICEF:
2013).
Pemerintah di beberapa negara mencoba memperjuangkan hak-hak
para penyandang disabilitas dengan bersama-bersama menetapkan
Konvensi Hak Penyandang Disabilitas (KHPD)/Convention on the
Rights of Persons with Dissabilities (CRPD). Konvensi ini dibuat agar
para penyandang disabilitas bisa menikmati hak-hak mereka tanpa
diskriminasi apa pun. Selain itu, konvensi ini juga menegaskan bahwa
penyandang disabilitas memiliki hak yang sama seperti warga negara
di Indonesia, hak-hak penyandang disabilitas diatur di dalam UU No. 8
Tahun 2016 yang meliputi:

1. Hidup
2. Bebas dari stigma
3. Privasi
4. Keadilan dan perlindungan hukum
5. Pendidikan
6. Pekerjaan, kewirausahaan, koperasi
7. Kesehatan
8. Politik
9. Keagamaan
10. Keolahragaan
11. Kebudayaan dan pariwisata
12. Kesejahteraan sosial
13. Aksesibilitas

32 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 32 3/20/18 7:38 AM


14. Pelayanan publik
15. Perlindungan dari bencana
16. Habilitasi dan rehabilitasi
17. Konsesi
18. Hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat
19. Berekspresi, berkomunikasi dan memperoleh informasi
20. Berpindah tempat dan kewarganegaraan
21. Bebas dari tindakan diskriminasi, penelantaran, penyiksaan dan
eksploitasi

Aku Berhak ...


Hidup
Bebas dari cercaan
Mendapat perlindungan
Mendapat bantuan hukum
Bersekolah
Bekerja
Hidup sehat
Beribadah
Berekreasi
Berolahraga
Bebas dari kekerasan,
eksploitasi
Tidak dikucilkan
Diperlakukan sama dengan
orang lain

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 33

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 33 3/20/18 7:38 AM


03 Ragam disabilitas & tingkatannya

Menurut UU Nomor 8 Tahun 2016, Ragam Disabilitas dibagi menjadi


empat, yaitu:
A. PENYANDANG DISABILITAS FISIK
Disabilitas ini berhubungan dengan kerusakan atau kelainan pada
tulang, sendi, dan otot/sistem syaraf. Secara garis besar disabilitas
fisik terdiri atas:
1. Disabilitas tubuh/daksa
• Kehilangan anggota tubuh akibat amputasi
• Celebral palsy (kerusakan fungsi otak yang menyebabkan
gangguan pergerakan, keseimbangan dan kejang otot), yang
terdiri dari:
°° Hemiplegia (gangguan pada fungsi separuh/sebagian gerak
pada bagian kanan atau kiri tubuh)
°° Diplegia (gangguan minimal pada fungsi gerak bagian atas
tubuh dan domain pada ekstremitas gerak bawah tubuh)
°° Quadryplegia (kelumpuhan pada tangan dan kaki secara
keseluruhan)
• Polio (kelainan pada anggota tubuh seperti kaki kecil sebelah
atau lumpuh sebagai akibat terserang virus polio)
• Meninghitis (peradangan pada otak yang mengakibatkan
terganggunya fungsi otak sehingga anak mengalami kecacatan
seperti lumpuh, kemunduran mental)
• Muscular Distropy (pengecilan/pengerutan otot karena
masalah genetik)
• Multiple scelerosis (layuh otot)
• Spinabifida (kelainan pada hidrocepalus dan kelemahan/
kelumpuhan pada kedua tungkai yang disertai dengan gangguan
pada BAB dan BAK)
Karakteristik sosial psikologis penyandang cacat tubuh secara
umum memiliki kecenderungan dan karakteristik sosial psikologis
antara lain:

34 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 34 3/20/18 7:38 AM


• Rasa ingin disayang yang berlebihan dan mengarah
over protection;
• Rendah diri;
• Kurang percaya diri;
• Mengisolir diri; emosional labil;
• Cenderung hidup senasib;
• Agresif; ada perasaan tidak aman;
• Cepat menyerah;
• Apatis;
• Kekanak-kanakan dan
• Melakukan mekanisme pertahanan diri.
2. Disabilitas netra (penglihatan)
Disabilitas netra adalah individu yang mengalami gangguan
penglihatan secara total maupun sebagian

• Total blind/buta total (kehilangan kemampuan penglihatan


secara total)
• Low vision/kurang awas pada jarak pandang tertentu atau masih
memiliki sisa penglihatan disabilitas
3. Disabilitas Rungu-Wicara
• Disabilitas rungu yaitu individu yang mengalami kerusakan
alat dan organ pendengaran yang menyebabkan kehilangan
kemampuan menerima atau menangkap bunyi atau suara
• Disabilitas wicara yaitu individu yang mengalami kerusakan atau
kehilangan kemampuan berbahasa, mengucapkan kata-kata,
ketepatan dan kecepatan berbicara serta produksi suara. Adapun
ciri-cirinya adalah: 1) tidak dapat memproduksi suara atau bunyi;
2) kurang atau tidak menguasai perbendaharaan kata; 3) gagap/
starting; dan 4) berkomunikasi dengan menggunakan gerakan
tubuh atau simbol.
Rungu wicara yaitu ketidakmampuan dalam memproduksi suara
dan berbahasa yang disebabkan karena kerusakan alat dan
organ pendengaran sehingga individu tidak mengenal cara
mempergunakan organ bicara dan tidak mengenal konsep bahasa.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 35

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 35 3/20/18 7:38 AM


Penyandang disabilitas rungu wicara, yang terdiri dari cacat rungu
total dan kurang dengar, memiliki karakteristik sebagai berikut:

Pada waktu bicara, tidak jelas kata/


kalimat yang diucapkan.

B. PENYANDANG DISABILITAS INTELEKTUAL


Mencakup berbagai kekurangan intelektual. Contohnya, anak yang
mengalami down syndrome.
C. PENYANDANG DISABILITAS MENTAL
Disabilitas mental mengacu pada ketidakberfungsian intelektual
yang disertai ketidakmampuan adaptasi perilaku dan terjadi selama
masa perkembangan
• Kemampuan perilaku (menurut Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders (DSM-V-TR)
• Menurut gangguan perkembangan
• ADD/ADHD (Attention defisit disorder/ attention deficit
hyperactivity disorders) gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas)
D. 
EKS PSIKOTIK (DERAJAT GANGGUAN MENTAL DAN ATAU
PSIKOLOGIS BERAT)
E. PENYANDANG DISABILITAS SENSORIK
Disabilitas mental mengacu pada ketidakberfungsian intelektual
yang disertai ketidakmampuan adaptasi perilaku dan terjadi selama
masa perkembangan
TINGKATAN DISABILITAS

• Penyandang disabilitas berat


adalah penyandang disabilitas yang kedisabilitasannya sudah tidak
dapat direhabilitasi, tidak dapat melakukan aktivitas kehidupannya
sehari-hari dan/atau sepanjang hidupnya tergantung pada
bantuan orang lain, dan tidak mampu menghidupi diri sendiri.

36 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 36 3/20/18 7:38 AM


• Penyandang disabilitas sedang
adalah orang yang mengalami kelainan fisik, mental (mampu
latih), fisik dan mental (ganda) misalnya keadaan tubuh dengan
amputasi dua tangan atas siku, amputasi kaki atas lutut, atas paha,
tuna rungu, tuna netra, dan sebagainya. Penyandang disabilitas
tersebut selain mampu melakukan aktivitas sehari-hari sendiri dan
tidak sepenuhnya memerlukan pertolongan orang lain, juga masih
bisa diberdayakan/direhabilitasi.

• Penyandang disabilitas ringan


adalah orang yang mengalami kelainan fisik, mental (mampu
didik dan mampu latih) misalnya keadaan tubuh dengan amputasi
tangan atau kaki, salah satu kaki layuh, tangan/kaki bengkok.
Penyandang disabilitas tersebut mampu melakukan aktivitas
sehari-hari sendiri dan tidak memerlukan pertolongan orang lain,
juga masih bisa diberdayakan/direhabilitasi.

Ragam Penyandang Disabilitas dapat dialami secara tunggal,


ganda atau multi dalam jangka waktu lama yang ditetapkan oleh
tenaga medis.

Penyandang disabilitas ganda adalah seseorang yang


menyandang lebih dari satu disabilitas

04 Penanganan penyandang disabilitas di dalam keluarga

Pengasuhan yang baik bagi penyandang disabilitas adalah


dengan cara:
1. Mengikuti proses perkembangan anak (apabila masih usia anak)
2. Memberikan perawatan dasar, misalnya: makanan, pakaian, alas tidur
• Memberikan nutrisi tambahan (untuk anak yang kekurangan nutrisi)
• Selalu mengganti pakaian yang bersih
• Menjemur anak agar mendapatkan sinar matahari yang cukup
• Menjaga kesehatan (pemeriksaan rutin ke Puskesmas dan
patuh obat)

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 37

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 37 3/20/18 7:38 AM


3. Memberikan kasih sayang dan perhatian
4. Memberikan rasa aman dan nyaman
5. Memberikan stimulasi, misalnya diajak bicara, merespon keinginan
6. Memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas berat untuk
tetap memperoleh pelayanan sosial dasar (akte kelahiran, kesehatan)
7. Memberikan kesempatan berinteraksi dengan lingkungan
tempat tinggal
8. Penyandang disabilitas diasuh oleh keluarga inti
9. Memberikan bimbingan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
• Makan minum
• Melatih membersihkan diri (mandi, sikat gigi, cuci rambut,
menggunakan kamar kecil/WC, berpakaian, merias diri dan
menggunakan alas kaki)
• Meningkatkan minat dan potensi anak (bernyanyi, bermusik, olah
raga dan menari)
10. Memberikan terapi oleh keluarga. Keluarga dapat memberikan
terapi kepada para penyandang disabilitas berat sesuai dengan
kebutuhannya. Keluarga dapat memberikan terapi atas saran dan
keterampilan yang diperoleh oleh terapis, seperti:

Disabilitas Daksa dan Celebral Palsy


Orangtua/ anggota keluarga lainnya melatih menggerakkan
tangan penyandang disabilitas fisik atau melatih gerak
anggota tubuh lainnya

11. Menjaga keamanan dan keselamatan anak dari tindakan kekerasan,


eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran
12. Tidak memberikan mengucilkan dan tidak melakukan diskriminasi

38 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 38 3/20/18 7:38 AM


PRINSIP PELAYANAN
DI KELUARGA:

• Penerimaan, keluarga menerima penyandang


disabilitas (PD) apa adanya sebagai anugerah Tuhan
• Individualisasi, keluarga memandang PD sebagai
individu yang unik, berbeda dengan yang lainnya
• Keterbukaan dan tanpa diskriminasi, keluarga
bersikap terbuka dan tidak menutup-nutupi serta tidak
menyembunyikan PD
• Komunikasi, keluarga melakukan komunikasi efektif
dengan PD
• Partisipasi, kelurga melibatkan PD dalam seluruh
aktivitas keluarga dan masyarakat
• Tidak menghakimi, keluarga tidak memberikan stigma
kepada PD
• Kesetaraan hak, keluarga memperlakukan PD setara
dengan anggota keluarga lain
• Penghormatan, keluarga menghormati PD

AKSESIBILITAS DALAM RUMAH TANGGA


PERABOT
• Penataan ruang harus menyisakan/memberikan ruang gerak dan
sirkulasi yang cukup bagi PD
• Perabot dalam rumah (lemari pakaian, lemari pakaian, lemari buku,
rak piring, rak sepatu) harus dapat diakses PD
• Peletakan dan penataan barang-barang jangan dipindah-pindah,
apabila akan dipindahkan harus diinformasikan kepada PD

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 39

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 39 3/20/18 7:38 AM


• Perlengkapan, peralatan yang diperlukan PD dalam melakukan
kegiatan sehari-hari seperti tombol/stop kontak dan pencahayaan
harus dipasang dekat tempat tidur PD untuk mempermudah
PD menggunakannya.
• Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan
tingginya sesuai dan mudah dijangkau PD.
• Untuk penyandang disabilitas sensori, pengaturan tingkat
pencahayaan dan level suara diperlukan.

PENGGUNAAN TANDA/PETUNJUK
Tanda yang dibutuhkan PD untuk aktivitas sehari-hari agar dapat
memberi arah pada PD harus mudah diakses. Seperti: KM/WC, telpon,
kamar tidur, kamar makan, tempat bermain, ruang belajar dll.
Penempatan petunjuk/tanda tersebut harus sesuai dan tepat serta
bebas pandang tanpa penghalang. Cukup mendapat pencahayaan,
termasuk penambahan lampu pada saat gelap.

05 Peranan masyarakat terhadap Penyandang


Disabilitas Berat

Masyarakat memiliki peran dan tanggung jawab terhadap


pemenuhan hak-hak Penyandang Disabilitas Berat.
Unsur masyarakat diharapkan dapat:
1. Membantu jika ada penyandang disabilitas berat yang membutuhkan
pertolongan/bantuan
2. Memberi kemudahan penyandang disabilitas berat untuk mendapat
kemudahan dalam penggunaan sarana/prasarana umum di masyarakat
3. Memberi kesempatan bagi penyandang
disabilitas untuk mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di lingkungan
4. Memberikan informasi jika terdapat keluarga
dan/ penyandang disabilitas memerlukan
infomasi rujukan

40 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 40 3/20/18 7:38 AM


5. Menghimbau kepada keluarga yang memiliki penyandang disabilitas
berat agar penyandang disabilitas berat terpenuhi haknya
6. Menginformasi kepada pihak terkait/tokoh masyarakat jika terdapat
penyandang disabilitas berat yang belum mendapatkan hak-haknya.

APA YANG BISA DILAKUKAN


SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT??

• Memudahkan penyandang disabilitas dalam pembuatan


akte kelahiran, KTP, BPJS Kesehatan.
• Memberi kemudahan penyandang disabilitas berat
untuk menggunakan sarana/prasarana umum di
masyarakat
°° Masjid/mushola/gereja yang dapat dilalui oleh difabel
°° Parkir tempat umum khusus difabel
°° Pintu mudah dibuka, ditutup dan dilalui oleh difabel
°° Pembuatan Ram
°° Toilet khusus untuk difabel

• Mengikutkan penyandang disabilitas pada kegiatan


kemasyarakatan di lingkungan (pentas seni, arisan,
karang taruna dll)
• Memberikan informasi tentang dinas sosial, lembaga
masyarakat
• Tidak memberikan stigma dengan cara mengungkit-
ungkit orang yang mengalami disabilitas berat
• Melibatkan orang disabilitas dalam kegiatan posyandu
• Membantu keluarga disabilitas berat dalam menjaga
kebersihan dan menyediakan sarana-prasarana yang
dapat diakses oleh orang disabilitas berat
• Membawa penyandang disabilitas berat keluar rumah
untuk bersosialisasi

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 41

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 41 3/20/18 7:38 AM


REFERENSI BAHAN BACAAN:

Republik Indonesia. 2016. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016


tentang Penyandang Disabilitas. Jakarta.

Republik Indonesia. 2011. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2011


tentang Pengesahan Convention on The Rights of Persons with
Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas).
Jakarta

Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Kementerian


Sosial. 2015. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemberian Asistensi
Sosial bagi Penyandang Disabilitas Berat. Jakarta

Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak Kementerian Sosial. 2015. Model


Perlindungan dan rehabilitasi Sosial Anak Penyandang Disabilitas
Berbasis Keluarga dan Masyarakat. Jakarta

Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak Kementerian Sosial. 2015.


Aksesibilitas Anak Penyandang Disabilitas. Jakarta

42 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 42 3/20/18 7:38 AM


SESI 14

PENTINGNYA
KESEJAHTERAAN
LANJUT USIA
(120 menit)

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 43 3/20/18 7:38 AM


GLOSARIUM

Lanjut Usia Seseorang yang telah mencapai usia di atas


70 tahun.
Psikososial Suatu kondisi terjadi pada individu yang
mencangkup aspek psikis dan sosial atau
sebaliknya secara terintergrasi.
Spiritual Kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi
seorang manusia dalam kehidupannya tanpa
memandang suku atau asal-usul.
Peran Keluarga Tindakan dalam merawat dan memperhatikan
keberadaan lanjut usia di lingkungan keluarga.

Peran Masyarakat Tindakan yang memperhatikan lanjut


usia yang terlantar ataupun lanjut
usia yang mengalami kekerasan di
lingkungan masyarakat.
Biopsikososial Metode dengan interaksi biologi, psikologi
dan faktor sosial untuk mengobati penyakit
dan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Ini adalah kombinasi dari tubuh, pikiran dan
lingkungan bukan hanya tubuh dan medis
atau biomedis.
Vokasional Kemampuan dalam melakukan eksplorasi
terhadap masalah pendidikan dan pekerjaan,
penilaian terhadap kemampuan diri.

44 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 44 3/20/18 7:38 AM


AKRONIM

Kemsos Kementerian Sosial


Keppres Keputusan Presiden
P2K2 Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga
PKH Program Keluarga Harapan
Pusdiklat Kesos Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan
Sosial
TOT Training of Trainers
Diklat Pendidikan Dan Pelatihan

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 45

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 45 3/20/18 7:38 AM


LATAR BELAKANG

Materi ini memberi pengetahuan praktis kepada para fasilitator


mengenai pendampingan sosial terhadap lanjut usia (Lansia). Peserta
juga akan memperoleh informasi praktis tentang pengertian lansia,
beberapa kondisi dan permasalahan yang umumnya dijumpai pada lansia
dan alternatif penanganannya. Selanjutnya materi ini juga dilengkapi
dengan hal-hal yang dapat dilakukan sebagai upaya meningkatkan
kualitas kesejahteraan Lansia.

46 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 46 3/20/18 7:38 AM


KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR KEBERHASILAN

Setelah mengikuti Sesi 14 ini, peserta memahami dan memberikan


deskripsi serta contoh-contoh konkret mengenai berbagai hal terkait
dinamika Lansia.

INDIKATOR KEBERHASILAN:
FASILITATOR MAMPU MENINGKATKAN
PENGETAHUAN SERTA KETERAMPILAN
MENJELASKAN BAGI PENDAMPING TENTANG :

1 Pengertian Lansia

2 Kondisi Dan Permasalahan Umum Lansia

3 Prinsip Melayani Lansia

4 Tipe/Sifat Umum Lansia

5 Kekerasan dan Penelantaran Terhadap Lansia

6 Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Lansia

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 47

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 47 3/20/18 7:38 AM


METODA

1 Bermain peran
2 Ceramah
3 Diskusi
4 Tanya jawab

MEDIA

1 Gambar Lansia
2 Bahan tayang/flipchart
3 Alat tulis
4 Tali

48 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 48 3/20/18 7:38 AM


STRUKTUR PELATIHAN

PEMBUKAAN

10
LANGKAH 1
Materi ini berisi perkenalan dan membangun
suasana kondusif, nyaman untuk mengantarkan
peserta pada proses pembelajaran. Selanjutnya
MENIT menyampaikan tujuan, metoda pembelajaran yang
akan digunakan.

PENGERTIAN LANSIA

15
LANGKAH 2
Materi ini mengantarkan peserta untuk memahami
Lansia sesuai dengan pengertian dan definisi
menurut WHO dan Undang-Undang No.13 Tahun
MENIT
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

KONDISI DAN PERMASALAHAN UMUM

35
LANGKAH 3
LANSIA, CONTOH TIPE DAN PRINSIP
MELAYANI LANSIA
Materi ini mengantarkan peserta untuk memahami
MENIT Lansia sesuai dengan pengertian dan definisi
menurut WHO dan Undang-Undang No.13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

KEKERASAN DAN PENELANTARAN

30
LANGKAH 4
TERHADAP LANSIA
Sesi ini membahas tentang kekerasan dan
penelantaran terhadap Lansia. Kekerasan dan
MENIT penelantaran seringkali dilakukan oleh orang-
orang terdekatnya, seperti: anak, menantu,
tetangga ataupun orang asing. Pada sesi ini
juga membahas keterbatasan Lansia yang
sering terabaikan.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 49

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 49 3/20/18 7:38 AM


UPAYA PENINGKATAN KUALITAS

20
LANGKAH 5
KESEJAHTERAAN LANSIA
Materi ini memberikan pemahaman kepada
peserta tentang upaya peningkatan kualitas
MENIT kesejahteraan Lansia, baik yang dilakukan oleh
pemerintah, keluarga maupun masyarakat dimana
Lansia berada.

PENUTUP

10
LANGKAH 6
Materi ini mengulas kembali butir-butir penting,
sekaligus sebagai proses evaluasi bagi peserta
terhadap pemahaman materi yang sudah dibahas.
MENIT Di akhir sesi, fasilitator memberi penegasan
tentang “pesan-pesan kunci”, dan memberikan
“penugasan” yang harus dilakukan peserta setelah
pulang ke rumah.

Pertemuan &
Pelatihan

50 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 50 3/20/18 7:38 AM


LANGKAH-LANGKAH

PEMBUKAAN

10
LANGKAH 1
Sesi pembukaan dimulai setelah semua materi
dan peralatan pembelajaran tersedia.

MENIT

1. Fasilitator memastikan bahwa peserta sudah memasang Name Tag


2. Fasilitator mengucapkan salam dan doa, serta memperkenalkan diri.
3. Fasilitator mencairkan suasana melalui permainan yang menarik untuk
memusatkan konsentrasi belajar peserta. Fasilitator menyampaikan
materi pertemuan kali ini adalah tentang bagaimana memahami
lansia dan meningkatkan kualitas kesejahteraan lansia.

PENGERTIAN LANSIA

15
LANGKAH 2

1. Fasilitator minta kepada peserta untuk


menyampaikan pendapat mereka tentang “lanjut
MENIT usia” selama 5 menit, fasilitator menuliskannya di
kertas plano. Dapat didahului misalnya dengan
pertanyaan umum:

“Ibu-ibu, siapa saja yang tinggal di rumah kita?”


“Oh..ada nenek, kakek, mbah, aki juga ya.. (Sesuaikan dengan nama
panggilan daerah setempat)
“Nah jadi nenek, kakek, mbah inilah yang kita sebut apa? Ya betul…
lansia….”
“ Ibu-ibu… lansia ini berada di mana saja….”
Teruskan pertanyaan sampai pada peserta paham:
Siapa yang disebut lansia? Di mana ada lansia? Secara umum,

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 51

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 51 3/20/18 7:38 AM


bagaimana keadaan/kondisi lansia?
Fasilitator menuliskannya di kertas plano.
2. Fasilitator menjelaskan tentang Definisi Lanjut Usia menurut UU
Nomor 13 Tahun 1998 tentang Perlindungan Terhadap Lanjut Usia dan
memperjelas keadaan lansia gunakan Flipchart 1: Pengertian Lansia.
3. Sampaikan juga bahwa lansia yang mendapat bantuan PKH saat ini
adalah lansia yang berusia 70 tahun ke atas. Namun untuk pertemuan
kelompok bulanan ini, tetap akan membahas lansia secara umum
tanpa usia tertentu.
4. Fasilitator melanjutkan dengan menanyakan mengapa lansia perlu
diperhatikan? Tanggapi pendapat mereka kemudian ulas dengan
menggunakan Fipchart 2: Mengapa Lansia Perlu Diperhatikan.

MEMAHAMI LANSIA

60
LANGKAH 3

1. Fasilitator menyampaikan ada tiga kondisi lansia


yang akan kita pelajari secara umum yaitu kondisi
MENIT fisik, kondisi psikososial (diri dan hubungan

dengan orang lain), dan kondisi spiritual (kerohanian). Gunakan


bahasa yang mudah dipahami peserta tentang ketiga istilah kondisi
tersebut.
2. Peserta dibagi 3 kelompok (kelompok 1: kondisi fisik, kelompok 2:
psikososial, kelompok 3: spiritual). Kartu bergambar ada di Buku
Pintar halaman 25
3. Masing-masing kelompok memperhatikan kondisi tersebut dan
mendiskusikan permasalahan umum apa yang dapat terjadi dengan
kondisi tersebut sekitar 5-7 menit.
4. Fasilitator meminta perwakilan peserta untuk menjelaskan hasil
diskusi kelompoknya.
5. Fasilitator meminta peserta lain di luar kelompok penyaji, untuk
memberi komentar. Sebagai kesimpulan, fasilitator menayangkan

52 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 52 3/20/18 7:38 AM


Flipchart 3a, 3b, 3c: Kondisi dan Permasalahan Lansia.
6. Setelah mengetahui permasalahan yang umum dialami lansia,
selanjutnya akan dibahas bagaimana mengatasi permasalahan yang
mungkin terjadi akibat kondisi tersebut. Lanjutkan diskusi dengan
kelompok yang sama:
(Kel. 1) Apa yang sebaiknya dilakukan pada lansia agar lansia sehat
dan bahagia?
(Kel. 2 ) Hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan pada lansia?
(Kel. 3 ) Bagaimana menghadapi lansia yang “sulit” perilakunya?
7. Fasilitator memberi sedikit ulasan dan sebagai kesimpulan untuk
hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap lansia,
tayangkan Flipchart 4: Prinsip melayani lansia dan Flipchart 5: Cara
menghadapi lansia yang “sulit” perilakunya.
8. Selanjutnya, tambahkan informasi yang juga dapat dilakukan untuk
memahami lansia yaitu dengan memahami tipe lansia.
9. Sampaikan:
• Tiap lansia dapat saja mengalami permasalahan yang sama namun
berbeda penanganan.
• Penanganan permasalahan disesuaikan dengan tipe lansia dan
disesuaikan kondisi lansia secara fisik maupun psikisnya.
10. Lansia juga ada yang mengalami kekerasan, yang biasanya dilakukan
oleh orang sekitarnya seperti anak, menantu, tetangga ataupun orang
asing. Fasilitator memberikan waktu pada beberapa peserta untuk
mendengarkan beberapa kasus yang mereka pernah lihat/dengar
tentang lansia yang mengalami kekerasan.
11. Lanjutkan dengan melakukan diskusi dengan menggunakan lembar
kasus Nenek A. Gunakan Lembar Kerja 1_Nenek A. Beri waktu
sekitar 5 menit untuk berdiskusi dan berikan waktu untuk tiap wakil
kelompok menyampaikan pendapat. Kelompok lain diperbolehkan
memberi tanggapan.
12. Fasilitator menayangkan Flipchart 6: Kekekerasan terhadap lansia.
13. Selanjutnya lakukan Lembar Kerja 2_Keterbatasan Lansia.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 53

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 53 3/20/18 7:38 AM


14. Tanyakan pendapat peserta tentang permainan yang dilakukan.
• Sampaikan: yang terikat tersebut adalah gambaran lansia yang
sudah mengalami keterbatasan yang kadang kadang berada di
dalam situasi yang kurang nyaman karena hak-haknya dilanggar
oleh orang-orang yang kurang
menyadari keterbatasan dan kebutuhan
lansia.
• Tegaskan: bahwa tindakan orang di
sekitar lansia yang membiarkan lansia
tidak terpenuhi hak-haknya sebagai
manusia adalah penelantaran lansia
dan jika lansia mengalami hal-hal yang
merugikan dirinya termasuk hal-hal
yang membahayakan lansia baik secara
fisik maupun psikis maka itu disebut
kekerasan terhadap lansia. (Tayangkan
Flipchart 7: Definisi penelantaran dan
kekerasan terhadap lansia).

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS


LANGKAH 4

25
KESEJAHTERAAN LANSIA

1. Sampaikan berikutnya kita akan belajar


bersama bagaimana meningkatkan kualitas
MENIT
kesejahteraan lansia. Salah satunya adalah
dengan mengupayakan lansia agar tetap sehat.
Tanyakan pendapat peserta olahraga apa saja

yang dapat dilakukan lansia? Olahraga ringan seperti jalan, senam,


dll disesuaikan dengan kondisi lansia dan keamanan lansia agar tidak
sampai cidera, mengingat lansia mudah cidera.
2. Ajak peserta melakukan salah satu contoh. Lampiran Sesi 14 Lansia/
SENAM LANSIA.mp4
3. Dalam rangka meningkatkan kualitas kesejahteraan lansia diperlukan
peran berbagai pihak seperti: peran pemerintah, peran keluarga dan
peran masyarakat.

54 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 54 3/20/18 7:38 AM


4. Sampaikan informasi peran pemerintah dalam mengupayakan
kesejahteraan lansia seperti memberikan bantuan sosial kepada
lansia yang kurang mampu, penyediaan panti bagi lansia khususnya
lansia yang terlantar, melindungi lansia dengan peraturan yang
mengakomodasi kebutuhan lansia tentang aksesibilitas, kemudahan
sarana dan prasarana, kemudahan dalam pelayanan (administrasi dan
kesehatan), dll. Tunjukkan Flipchart 8: Peran Pemerintah.
5. Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri melindungi dan meningkatkan
kesejahteraan lansia. Keluarga dan masyarakat juga bertanggung
jawab untuk hal itu. Fasilitator melakukan curah pendapat tentang hal
yang dapat diupayakan agar kualitas kesejahteraan lansia meningkat
• Apa yang dapat keluarga lakukan?
• Apa yang masyarakat dapat lakukan?
6. Tayangkan Flipchart 9: Yuk, peduli lansia. Selanjutnya fasilitator
memberikan ulasan bagaimana agar upaya meningkatkan kesejahteran
lansia dengan melibatkan masyarakat. Gunakan Fipchart 10: Peran
serta masyarakat.

PENUTUP

15
LANGKAH 5
1. Fasilitator mengajak peserta menonton video
puisi tentang lansia (Surat untuk anakku) Lampiran
Sesi 14 Lansia/Video Lansia Pusdiklat Kessos.
MENIT
mp4. Dapat dibacakan oleh salah satu peserta
atau fasilitator.

2. Fasilitator bertanya apa hal yang didapat dari puisi tersebut.


3. Fasilitator berterima kasih dan mengajak peserta untuk mengulas
kembali poin-poin penting materi perlindungan terhadap lanjut usia.
Dapat ditambahkan dengan:
• Lansia bukan beban, lansia adalah kita di masa depan. Mari
memperlakukan lansia dengan baik karena biasanya apa yang kita
tabur itu yang akan kita tuai.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 55

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 55 3/20/18 7:38 AM


• Mari beri dukungan dan semangat kepada lansia agar lansia tetap
bahagia dan berkarya.
• Lansia Indonesia harus sehat dan bahagia.
4. Sebelum mengakhiri pertemuan, minta kesepakatan dengan peserta,
misalnya dengan menanyakan:
5. “ Apakah yang semua dibicarakan pada pertemuan ini penting untuk
dilakukan?”
“ Apakah kita dapat mempraktikkannya?”
6. Fasilitator mengingatkan untuk menyampaikan hasil pembelajaran
kepada keluarga dan lingkungan tetangga serta mempraktikkan
hasil pertemuan.
7. Fasilitator mengakhiri pertemuan dengan ucapan terima kasih dan
salam penutup.

56 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 56 3/20/18 7:38 AM


LEMBAR KERJA SESI 14

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
LANJUT USIA

LEMBAR KERJA (LK): 14.1

Nama permainan : Menceritakan gambar


Pelengkapan : 3 set gambar
Durasi : 10 menit
Pemain :
Seluruh Peserta

Langkah-Langkah:

1. Fasilitator menyampaikan bahwa ada 3 (tiga) kondisi


permasalahan umum yang dialami lansia yaitu: kondisi fisik,
kondisi psikososial (diri dan hubungan dengan orang lain)
dan kondisi spiritual (kerohanian). Sebaiknya menggunakan
bahasa yang mudah dipahami peserta tentang ketiga
istilah kondisi tersebut.
2. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing
dibagikan satu set kartu bergambar kondisi lansia.
3. Masing-masing kelompok dipersilahkan memperhatikan
kartu tersebut dan mendiskusikan permasalahan umum
yang dapat terjadi pada lansia sekitar 5-7 menit.
4. Fasilitator mempersilahkan perwakilan kelompok untuk
menjelaskan hasil diskusi kelompoknya, selanjutnya
kelompok lain menanggapi.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 57

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 57 3/20/18 7:38 AM


LEMBAR KERJA (LK): 14.2

Nama permainan : Diskusi Kasus


Pelengkapan : Kasus Nenek A, spidol, solatif, kertas plano.
Durasi : 10 menit
Pemain :
Seluruh Peserta (3 kelompok)

Langkah-Langkah:

1. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok dan


membagikan lembar kasus (Nenek A).
2. Setiap kelompok bertugas mendiskusikan pertanyaan yang
menjadi tugas untuk kelompoknya.
3. Pertanyaan:
• Kelompok 1: Termasuk lanjut usia yang seperti apakah
nenek tersebut, apa ciri-cirinya?
• Kelompok 2: Apakah nenek tersebut mengalami
kekerasan ? Jika iya, kekerasan apa yang dilakukan oleh
anak/keluarganya?
• Kelompok 3: Apa yang dapat dilakukan oleh anak/
keluarga atau orang terdekat jika menghadapi lanjut usia
yang demikian.

KASUS NENEK A
Nenek A berumur 76 tahun, suaminya meninggal sejak tahun
2004. Ia mempunyai 4 (empat) orang anak yang semuanya
sudah berumah tangga. Nenek A tinggal bersama anak
bungsunya yang sudah beristri dan mempunyai anak dua

58 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 58 3/20/18 7:38 AM


orang semuanya laki-laki. Namun saat ini anak laki-laki nenek
tersebut pindah bekerja di luar kota dan pulang ke rumah
seminggu sekali, sehingga di rumah hanya dengan menantu
dan kedua cucunya serta. Menantunya sering bersikap tidak
sopan terhadap Nenek A, seperti sering membentak, tidak
peduli dan pernah beberapa kali tidak menyiapkan makanan.
Kegiatan nenek sehari-harinya menjaga ruko miliknya,
namun akhir-akhir ini ia sering ditipu oleh pembeli orang
yang mengatasnamakan menantunya untuk mengambil
barang dagangan (jika menantunya sedang tidak ada di
rumah). Bahkan terakhir kali si nenek tertipu oleh orang yang
mengambil barang dagangan sekitar Rp. 3.000.000,- (tiga
juta rupiah). Memperhatikan kondisi demikian, maka anak-
anaknya menyarankan, agar si nenek berhenti berjualan,
namun nenek tidak mau karena lumayan menghasilkan.
Nenek A sering mengeluh dan mengatakan bahwa anak-
anaknya tidak sayang padanya (karena sering berselisih
paham), padahal anak-anaknya semua sayang kepada
nenek tersebut, dengan memenuhi kebutuhan nenek
seperti:, misalnya membelikan baju, membawakan makanan,
menemani bercerita meski tidak dapat
setiap hari.
Kadang-kadang nenek A juga
menunjukkan perilaku yang memalukan,
misalnya menggunakan baju yang sudah
tidak pantas, sementara baju-baju
bagus tertumpuk di lemari. Selain itu ia
malas mandi, sehingga kadang-kadang
badannya agak bau. Nenek A terkadang
keras kepala, sulit diberitahu, dan sering
kali membuat kesal menantu dan bahkan
anak-anak nenek yang lainnya.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 59

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 59 3/20/18 7:38 AM


LEMBAR KERJA (LK): 14.3

Nama permainan : Berebut Tempat duduk


Pelengkapan : Tali kain, kursi.
Durasi : 5 menit
Pemain :
4 (empat) orang peserta.

Langkah-Langkah:

1. Fasilitator meminta 7 orang menjadi relawan untuk bermain


di area yang dikosongkan.
2. Salah seorang peserta diikat kakinya dengan tali atau kain.
3. Ketujuh peserta tersebut akan berebut sebuah tempat
duduk (kursi atau alas untuk duduk) yang sudah disesuaikan
jaraknya dengan kondisi tempat pertemuan.
4. Peserta lain yang tidak terikat diperbolehkan melakukan
gerakan saling mendorong yang tidak membahayakan.
PERHATIKAN KESELAMATAN SELURUH PESERTA
SAAT MENSIMULASIKAN.
5. Fasilitator memberikan aba-aba dan mulai lomba ke tempat
duduk yang disiapkan.
6. Peserta diberikan kesempatan untuk menanggapi
permainan yang sudah dilakukan.
7. Fasilitator mennyampaikan bahwa: yang terikat tersebut
adalah gambaran lansia yang mengalami keterbatasan,
yang seringkali hak-haknya dilanggar oleh orang-orang
yang kurang memahami keterbatasan dan kebutuhan lansia.

60 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 60 3/20/18 7:38 AM


LEMBAR EVALUASI SESI 14

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
LANJUT USIA

LEMBAR KERJA (LE): 14.1

Langkah/Materi : Langkah 1 (perlindungan Lanjut usia)


Bentuk Kegiatan : Dikusi perlindungan bagi Lanjut Usia
Pemain : Seluruh peserta
Perlengkapan : Kertas Plano, Spidol, Solatif
Lama kegiatan : 10 menit

Berikut ini pertanyaan yang dapat ditanyakan pada peserta


untuk mengetahui kemampuan peserta dalam memahami
materi perlindungan lanjut usia. Pertanyaan dapat ditanyakan
kembali segera setelah sub materi terkait atau setelah
keseluruhan materi selesai.
1. Apa pengertian lanjut usia?
2. Tahukan Anda tipe-tipe lanjut usia? Berikan contohnya.
3. Apa yang saudara pahami tentang kondisi dan permasalahan
yang umumnya dialami oleh para lanjut usia?
4. Upaya aja saja yang dapat dilakukan agar tidak terjadi
kekerasan pada lanjut usia?
5. Berikan contoh upaya yang dilakukan anak/keluarga agar
lanjut usia bahagia dan sejahtera?
6. Berikan contoh upaya yang dapat dilakukan pemerintah,
keluarga dan masyarakat dalam menghadapi lanjut usia.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 61

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 61 3/20/18 7:38 AM


FLIPCHART

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
LANJUT USIA

62 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 62 3/20/18 7:38 AM


Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 63

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 63 3/20/18 7:39 AM


64 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 64 3/20/18 7:39 AM


Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 65

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 65 3/20/18 7:39 AM


BAHAN BACAAN SESI 14

MODUL PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA

01 Pengertian Lanjut Usia.

Penuaan adalah sebuah proses kehidupan semua mahluk


hidup dimuka bumi ini termasuk manusia. Kondisi tua atau lanjut
usia sesungguhnya tidak perlu ditakuti karena semua orang akan
mengalaminya, namun ada hal yang lebih penting untuk dipersiapkan
yaitu apa cara yang dapat dilakukan sehingga setiap lanjut usia dapat
menjalani proses tersebut dengan penuh makna.
Bicara tentang lanjut usia, Neugarten (1968) dan Chalhoun (1995),
menjelaskan bahwa masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat
merasa puas dengan keberhasilannya tetapi bagi orang lain, periode
ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa
kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar
luas dewasa ini. Selanjutnya Bustan (2000) menyampaikan bahwa usia
lanjut adalah golongan penduduk atau populasi berumur 60 tahun atau
lebih, dan usia lanjut adalah masa yang dimulai sekitar usia 60 hingga 65
tahun dan berlanjut hingga akhir kehidupan (Stolte, 2003).
Dari sudut pandang kesehatan, istilah menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000). World Health
Organization (WHO) memberikan batasan terhadap lanjut usia dalam
empat golongan, yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun.
2. Lanjut Usia (elderly) 60 – 74 tahun;

66 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 66 3/20/18 7:39 AM


3. Lanjut Usia tua (old) 75-90 tahun;
4. Lanjut usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Menurut Undang - Undang Nomor 13 Tahun 1998, ketentuan umum pasal
1: (ayat 2) bahwa Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia
di atas 60 tahun; (ayat 3) bahwa Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia
yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang dan/atau jasa; (ayat 4) Lanjut Usia Tidak Potensial
adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
Pemerintah melalui Program Keluarga Harapan (PKH) berupaya
meningkatkan kualitas kesejahteraan lanjut usia (lanjut usia) dengan
memberikan bantuan tambahan kepada peserta PKH yang memiliki
lanjut usia yang berusia 70 tahun ke atas. Namun pada modul ini tetap
dibahas lanjut usia secara umum tanpa usia tertentu.

02 Kondisi Lanjut Usia dan Permasalahannya.

Sebelum menjalankan tugasnya maka pendamping PKH harus


memahami kondisi masalah dan kebutuhan lanjut usia secara
komprehensif terkait dengan biopsikososial dan spiritualnya.
A. PERUBAHAN FISIK
Terjadinya perubahan fungsi organ tubuh seperti:
• Jantung mengecil, konstraksi jantung menurun menyebabkan
denyut jantung meningkat dan tekanan darah menjadi naik.
• Menurunnya konstraksi otot paru-paru menyebabkan gangguan
pernapasan sehingga sulit bernapas.
• Saluran kemih sehingga sering tidak mampu mengontrol untuk
buang air kecil.
• Gangguan sistem syaraf menyebabkan mudah lupa bahkan
menjadi kepikunan, stroke.
• Gangguan gerakan akibat radang sendi.
• Gigi mulai goyah dan tanggal sehingga sulit mengunyah

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 67

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 67 3/20/18 7:39 AM


• Gangguan pencernaan sehingga nafsu makan mulai berkurang,
terjadi gangguan sembelit dan mencret.
• Gangguan indera: gangguan pada
°° Mata berdampak pada terganggunya penglihatan
seperti: katarak.
°° Telinga menyebabkan penurunan fungsi pendengaran.
°° Hidung menyebabkan menurunnya fungsi penciuman.
°° Lidah menyebabkan menurunnya fungsi pengecapan.
°° Kulit menyebabkan terganggunya fungsi perasa.
• Perubahan suhu tubuh.
• Kulit menjadi keriput, muncul bintik-bintik hitam tipis.
• Rambut beruban dan rontok.
• Tulang mulai rapuh dan mudah patah.
B. PERUBAHAN PSIKOSOSIAL
Lanjut usia mengalami perubahan dalam beberapa aspek psikologis
antara lain: (1) kemampuan berpikir; (2) emosi/perasaan; dan (3)
perubahan sikap dan perilaku
1. Perubahan pada aspek kemampuan berpikir’
Kondisi fisik dan pathologis lanjut usia, akan mempengaruhi
terhadap perubahan aspek kemampuan berpikirnya, sehingga
menyebabkan menurunnya antara lain:

• Kemampuan belajar, menyebabkan tidak bertambahnya


pengetahuan lanjut usia.
• Daya ingat/memori (kemampuan untuk menerima, mencamkan,
menyimpan dan menghadirkan kembali rangsangan/peristiwa
yang pernah dialami seseorang), sehinggga menyebabkan:
°° Menurunnya pengetahuan bagi lanjut usia.
°° Lupa mengingat waktu dan orang.
°° Menurunnya pemahaman terhadap masalah dan situasi akibat
terganggunya fungsi pendengarannya.
• Kinerja/aktivitas sehari-hari.
• Kemampuan memecahkan masalah menurun.

68 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 68 3/20/18 7:39 AM


• Motivasi diri (sesuatu yang mendorong lanjut usia untuk tetap
bersemangat dalam menjalani hidupnya).
• Kemampuan pengambilan keputusan.
2. Perubahan pada aspek emosi/perasaan lanjut usia
Emosi/perasaan merupakan fenomena yang dihayati secara
subyektif oleh seseorang sebagai sesuatu yang menimbulkan
perasaan senang atau sedih. Bagi lanjut usia yang tidak mengalami
banyak masalah, ia akan menjalani kehidupan dengan penuh
semangat/optimis dan bahagia karena selalu berpikir positif dan
mampu menerima kondisi ketuaannya sebagai bagian yang harus
dijalani. Namun tidak semua mampu menerima penuaan tersebut
dengan positif sehingga muncul perasaan-perasan seperti:

• Depresi (rasa sedih, cemas, gelisah dengan penderitaan yang


dialaminya), ditandai sebagai berikut:
°° Pandangan kosong,
°° Tidak perhatian terhadap dirinya sendiri (tidak mau mandi,
tidak mau makan, dll), dan tidak perhatian terhadap lingkungan
(bersikap masa bodoh).
°° Mengeluh tidak bisa tidur.
°° Tidak semangat
°° Konsentrasi dan aktivitas menurun.
°° Cenderung menarik diri.
• Agresif
°° Marah-marah.
°° Menyerang, menendang pintu, melempar barang, dll.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 69

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 69 3/20/18 7:39 AM


3. Perubahan sikap dan perilaku
Beberapa perubahan yang dialami lanjut usia terkait dengan sikap
dan perilaku antara lain:

• Gerakan-gerakan tubuhnya menjadi kaku dan lamban sehingga


tidak leluasa pergi jauh dan sendiri karena berbahaya baginya.
• Kemunduran fisik sehingga merasa dirinya tidak menarik,
tidak berguna lagi, sehingga muncul kecemasan (biasanya
perempuan), akhirnya ia lebih menarik diri untuk diam di rumah.
• Perubahan dalam menjalin hubungan sosial:
°° Cenderung mencari orang-orang seusianya,
°° Mengurangi partisipasi dalam hubungan sosial
°° Banyak lanjut usia lebih banyak diam di rumah.
• Memimpikan dan berorientasi pada masa lampaunya dengan
kenangan-kenangan yang menyenangkan; kejayaan, keunggulan
dan keberhasilan, sehingga banyak lanjut usia yang ingin
didengarkan tentang cerita masa lalunya yang sangat heroik,
keberhasilan-keberhasilannya.
D. VOKASIONAL
Usia lanjut memiliki keterbatasan-keterbasan termasuk vokasional:
• Aktivitas sehari-hari berkurang karena pensiun atau berhenti bekerja.
• Pemasukan keuangan berkurang.
• Penurunan semangat hidup karena terbiasa berkerja.
E. SPIRITUAL
Menurut Maslow dalam Prijosaksono (2003) yang dimaksud dengan
spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang
manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-
usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis,
keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas
diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan spiritual seseorang
yang berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih
sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan
hidup yang jelas.

70 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 70 3/20/18 7:39 AM


Hal tersebut dapat dimaknai bahwa seseorang yang memiliki tingkat
spiritual baik biasanya mampu mengelola diri dalam menghadapi
setiap kehidupannya, karena setiap ia menghadapi hambatan/
permaalahan maka ia lebih memilih instrospeksi diri dari pada
menyalahkan orang lain. Ia selalu menyikapi setiap kehidupan dengan
penuh rasa syukur, sehingga ia mampu mengisi setiap kehiduannya
dengan penuh kegembiraan, suka cita walaupun tidak selamanya
kondisi kehidupannyapun selalu menyenangkan. Orang demikian, ia
dapat selalu berdamai dengan hatinya.
Selanjutnya, Piedmont (2001) mendefinisikan spiritualitas sebagai
usaha individu untuk memahami sebuah makna yang luas akan
pemaknaan pribadi dalam konteks kehidupan setelah mati
(eschatological). Hal ini berarti bahwa sebagai manusia, kita
sepenuhnya sadar akan kematian (mortality). Dengan demikian,
kita akan mencoba sekuat tenaga untuk membangun beberapa
pemahaman akan tujuan dan pemaknaan akan hidup yang sedang
kita jalani untuk bekal pada kehidupan setelah kematian.
Pendapat para ahli di atas diperkuat dengan penelitian yang
menyatakan bahwa lanjut usia yang baik penghayatan keagamaan
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup,
harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat
berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para
lanjut usia. Penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997) menyebutkan
bahwa religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya
terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental dan bahwa:
1. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih
besar daripada orang yang religius.
2. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat
dibandingkan yang non religius.
3. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi
operasi atau masalah hidup lainnya.
4. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres
daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional
jauh lebih kecil.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 71

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 71 3/20/18 7:39 AM


5. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat
terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.
6. Bagi lanjut usia yang mampu memaknai kehidupannya, maka
perubahan- perubahan yang terjadi pada dirinya termasuk
gangguan penyakit yang dirasakannya, maka ia dapat menerimanya
dengan penuh kepasrahan dan kesabaran sehingga kondisi
demikian akan membuat batinnya menjadi tenang dan selalu
optimis dalam menjalani kehidupan. Berbeda dengan lanjut usia
yang kurang dapat memaknai kehidupannya, jika dihadapkan
problema , maka ia tidak mampu mengelola hidupnya, sehingga
muncul berbagai persoalan seperti :
• Marah-marah, bahkan marah
tanpa sebab yang jelas.
• Sering bermasalah/konflik
dengan keluarganya
• Wajahnya tampak murung
• Sering berkeluh kesah
sehingga membosankan bagi
yang mendengarnya.
• Hubungan dengan
tetangganya kurang baik baik.
• Merasakan ketidakpuasan diri.
• Selalu menunjukkan super
powernya dan menganggap
diri selalu benar.
Kondisi seperti contoh-contoh di atas, akan membuat lanjut uisa
kehilangan momen-momen kebahagiaan yang harusnya didapat
bagi setiap lanjut usia.
Menghadapi kondisi lanjut usia yang seperti ini, membutuhkan
kesadaran dan kesabaran dari anak-anaknya/keluarganya, untuk
mengantarkan para lanjut usia dalam memaknai sisa-sisa usianya
dengan penuh kesabaran, kepasrahan, sehinggga lanjut usia ia
dapat melakukan sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan
dirinya sampai ajal menjemputnya.

72 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 72 3/20/18 7:39 AM


Namun ada hal lain yang juga penting mengapa keluarga atau orang
disekitar lanjut usia perlu memperhatikan lanjut usia :
• Amanat Undang-Undang No 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia. Dalam Undang-undang tersebut
disebut lanjut usia memiliki hak yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
• Angka Harapan Hidup menjadi salah satu indikator kemajuan
sebuah negara, karena menunjukkan tingkat kesehatan negara
tersebut. Artinya, semakin panjang usia penduduk suatu negara
maka semakin baiklah tingkat kesehatannya. Sayangnya, banyak
dari jumlah tersebut telah jauh menurun produktivitasnya karena
tingkat kesehatan yang juga menurun.
• Lanjut usia adalah orangtua kita. Orangtua telah mengorbankan
banyak hal dan memperjuangkan yang terbaik untuk anaknya.
Sebanyak apapun harta tidak akan pernah dapat menggantikan
jasa mereka. Bakti kepada orangtua adalah salah satu cara kita
berterima kasih kepada mereka.
• Peran lanjut usia yang dibutuhkan kerena memiliki figur kuat
dalam masyarakat dan dianggap sebagai pemelihara kesatuan.
Lanjut usia tidak hanya orangtua kita tapi orang lanjut usia yang
ada di sekitar kita. Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari
tentang lanjut usia dalam budaya, misalnya budaya Jawa tentang
lanjut usia dinyatakan dalam 3 ur : tutur (pengetahuan) karena
lanjut usia sudah berpengalaman dalam asam garam kehidupan,
wuwur (uang) namun yang paling berharga ataupun menjadi
tujuan hidup tidak lagi uang akan tetapi aktualisasi diri sebagai
lanjut usia yang arif dan bijaksana, sembur (moral) karena banyak
cerita moral yang bisa dipetik dari pengalaman mereka untuk
dibagikan kepada generasi muda. Seahli apapun kita dengan
keilmuan kita, kita tetap saja memerlukan orangtua seperti
memerlukan nasihatnya ataupun kasih sayangnya.
• Lanjut usia adalah kita di masa yang akan datang. Jika kita
melakukan yang baik sekarang bukankah kita akan menuai
hal yang baik pula? Jika sekarang kita menghargai lanjut usia,
sesungguhnya kita sedang mengajarkan pada diri kita sendiri,
pada keluarga dan masyarakat pentingnya nilai menghormati.
Kelak kita pun akan menjadi lanjut usia.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 73

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 73 3/20/18 7:39 AM


• Meningkatnya jumlah lanjut usia yang terlantar (Kemensos,
2015). Dari 16.000.000 juta lanjut usia tersebut, sedikitnya ada
2,8 juta lanjut usia yang terlantar dan ada 4,6 juta lanjut usia
yang potensial terlantar. Hal ini salah satunya disebabkan karena
lanjut usia di Indonesia kurang mendapatkan tempat. Jumlah
panti terbatas dan masalah lanjut usia masih belum mendapat
perhatian semua pihak termasuk keluarga dan masyarakat.
• Isu kekerasan pada lanjut usia bertambah. Lanjut usia yang
terlibat hukum hanya karena kasus sepele, ada pula kasus
kekerasan lanjut usia anak yang dilakukan anaknya atau orang
terdekatnya.
Terkait tentang kekerasan, kekerasan dapat terjadi pada siapa saja
termasuk pada lanjut usia. Meningkatnya jumlah lanjut usia yang
mengalami kekerasan menjadi hal patut segera ditindaklanjuti. Lanjut
usia rentan mengalami kekerasan karena beberapa faktor, misalnya
karena isolasi sosial yang dilakukan masyarakat bahkan keluarga.
Faktor lainnya adalah penurunan daya ingat ataupun penyakit
yang diderita lanjut usia sehingga lanjut usia menjadi lamban baik
secara fisik maupun cara berpikirnya. Hal-hal ini yang membuat
lanjut usia kerap dianggap sebagai beban dan membuat kekerasan
mengalami kekerasan.
Ada beberapa kekerasan yang dialami lanjut usia seperti :
1. Kekerasan secara fisik: Kekerasan yang dilakukan sehingga
menyebabkan rasa sakit, luka, cacat atau penyakit. Dalam kasus
ini, kekerasan dilakukan karena orang yang lanjut usia tidak
memiliki kemampuan untuk melawan dan hanya bisa menerima.
Contoh kekerasan yang dialami: dicubit, dipukul, didorong, sampai
tindakan pemerkosaan.
2. Kekerasan secara verbal: Kekerasan yang dilakukan dengan
mengucapkan perkataan yang menyakitkan sehingga membuat
mental orangtua tersebut menjadi lemah dan tidak berharga.
Biasanya kekerasan ini berbentuk intimidasi, penghinaan, dipanggil
namanya, diperlakukan seperti anak-anak, diancam, ditakut-takuti,
dan lain-lain.

74 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 74 3/20/18 7:39 AM


3. Kekerasan secara finansial (keuangan): Kekerasan ini biasanya tidak
menimbulkan tanda-tanda atau gejala. Hal ini sering terjadi pada
orang lanjut usia yang mempunyai penghasilan cukup (bisa dari
uang pensiun, usaha dagang atau pemberian dari anak-anaknya)
dan tinggal dengan anak yang sudah berkeluarga namun tidak
mempunyai penghasilan. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya,
anak ini biasanya akan meminta uang kepada orang tuanya.
4. Mengancam untuk tidak akan merawatnya atau mengancam
dengan cara-cara tertentu, dan ini bisa berlangsung lama. Bentuk
yang lain adalah penyalahgunaan harta para lanjut usia untuk
kepentingan orang lain. Misalnya menggunakan uang lanjut usia
untuk kepentingan orang lain, sehingga kebutuhan pokok lanjut
usia tidak bisa terpenuhi.
5. Kekerasan secara emosional/psikologis: Bentuk kekerasan ini
termasuk penelantaran. Contohnya: Tidak lagi memberikan
perawatan, meninggalkan lanjut usia sendirian, dilupakan,
menghentikan kebutuhan seperti makanan, obat-obatan, pakaian,
peralatan mandi, dan lain sebagainya. Jenis lainnya adalah Isolasi.
Mereka dilarang untuk melakukan kegiatan rutin, bertemu dan
berbicara dengan orang lain. Hidup mereka dibatasi, sehingga
membuat mereka menjadi tertekan dan tidak berarti. Perlu kita
ketahui, kebanyakan korban mengalami lebih dari satu jenis
perlakuan kekerasan. Beberapa korban mengalami rasa malu, takut,
malu, kecemasan, kebingungan, penarikan, dan depresi. Mereka
menutup diri dan sulit untuk berinteraksi dengan orang lain. (http://
www.kompasiana.com/rumahshine/kekerasan-terhadap- orang-
lanjut usia-lanjut-usia_5500e040a33311376f51269a).
Keberadaan lanjut usia yang mengalami kemunduran sikap dan
perilakunya seperti malas mandi, sering marah-marah, tidak mau
makan dengan makanan yang telah disediakan dan lain-lainnya
seringkali menimbulkan kelelahan, kejengkelan, bahkan membuat
keluarga menjadi stres. Menghadapi kondisi seperti itu, pernahkah
Anda membayangkan bahwa suatu saat kita akan mengalami hal
yang sama. Pernahkah terlintas oleh kita, bagaimana ketika kita
dilahirkan, dibesarkan dengan darah dan air mata, oleh orang tua
kita yang sekarang lanjut usia? Pernahkan kita tahu, orang tua kita

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 75

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 75 3/20/18 7:39 AM


menangis saat anak-anak minta susu tetapi orang tua kita tidak ada
uang, tetapi tetap mengusahakan susu tetap ada walaupun dengan
cara menghutang? Sampailah saat kita membalas budi orang tua
kita walapun tak mungkin dapat terbalaskan. Sekarang, saatnya bagi
anak-anak/keluarga berupaya bagaimana cara membalas kebaikan
dan ketulusan orang tua yang saat ini lanjut usia.Karena dia hanya
membutuhkan pelukan dari orang-orang yang dicintainya, yaitu anak
dan cucunya. Oleh karena itu, anak- anak/keluarga memiliki peran
yang pertama dan utama untuk mendampingi, melindungi dan
mengantarkan lanjut usia keharibaanNya dengan penuh kebahagiaan
agar tidak muncul penyesalan di kelak kemudian hari.

76 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 76 3/20/18 7:39 AM


03 Tipe Lanjut Usia.

Ada beberapa orang sekitar lanjut usia yang menganggap lanjut


usia menjadi beban karena kondisi lanjut usia yang secara fisik menurun
sehingga harus membutuhkan bantuan orang lain. Kekerasan yang
dialami lanjut usia salah satunya disebabkan oleh ketidakpahaman orang
di sekitar lanjut usia terhadap lanjut usia. Untuk memahami lanjut usia
kita perlu memahami tipe lanjut usia. Ada beberapa pendapat tentang
tipe lanjut usia. Menurut Nugroho (2000) ada beberapa tipe lanjut usia:
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.

2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan
baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas


Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan
kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayanginya, pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.

4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis
gelap datang terang, mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,
pekerjaan apa saja dilakukan.

5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, acuh tak acuh.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 77

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 77 3/20/18 7:39 AM


Mengutip pernyataan dr Satya Joewana, Sp. KJ dalam ada lima tipe
psikologis lanjut usia yaitu :
1. Tipe konstruktif
Tipe lanjut usia yang memiliki integritas baik, dapat menikmati hidup,
toleransi tinggi, humoristic, fleksibel dan tahu diri.

2. Tipe ketergantungan
Diterima dalam masyarakat tetapi pasif, tidak berambisi, masih tahu
diri, tidak mempunyai inisiatif, senang dengan pensiun, banyak
makan dan minum, tidak suka kerja dan senang diajak berlibur.

3. Tipe defensif
Lanjut usia yang sering menolak bantuan, emosional, memegang teguh
pada kebiasaanya, takut menjadi tua dan tidak menyukai pensiun.

4. Tipe bermusuhan
Lanjut usia yang sering menganggap orang lain sebagaoi penyebab
kegagalan, banyak mengeluh, agresif, curiga, takut mati, iri pada
yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-pekerjaan.

5. Tipe membenci atau menyalahkan diri sendiri


Tipe lanjut usia yang kritis pada dirinya sendiri, tidak punya ambisi,
penurunan kondisi sosial dan ekonomi, perkawinan yang tidak
bahagia tetapi dapat menerima proses penuaan dan tidak iri
terhadap yang muda dan mengganggap kematian sebagai kejadian
yang membebaskan dari penderitaan.

Beberapa pendapat tentang tipe lanjut usia tersebut secara umum dapat
dipahami ada lanjut usia yang tidak bermasalah secara psikologis dalam
menjalani masa tuanya namun ada lanjut usia yang ternyata bermasalah
dalam menjalani masa tuanya. Untuk upaya kuratif kita dapat saja
mengusahakannya dengan bantuan obat-obatan atau dengan bantuan
alat kesehatan. Namun untuk lanjut usia yang bermasalah psikologisnya
dalam menjalani masa tuanya tentu lanjut usia akan sangat sulit untuk
diubah sikap dan perilakunya. Dengan memahami tipe lanjut usia,
kita pun dapat menyesuaikan diri agar dapat mendampingi lanjut usia
dengan baik dan benar.

78 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 78 3/20/18 7:39 AM


04 Prinsip Pelayanan Lanjut Usia

Menurut Zastrow dan Ashman (2013), lanjut usia memerlukan


kesinambungan bantuan dana dan fasilitas, selain itu juga penting untuk
“mendapatkan cukup perhatian” atau “diorangkan”. Untuk itu, saat
kita mendampingi lanjut usia, perlu memperhatikan prinsip melayani
lanjut usia:
1. Tidak memberikan stigma
Gejala-gejala yang dirasakan lanjut usia seperti kemunduran fisik,
hendaknya jangan dijadikan label bagi dirinya misalnya: Ketika
lanjut usia tidak mendengar pada saat dipanggil, akhirnya kita
menyebutnya “dasar budeg”. Pelabelan hanya akan memperberat
masalah bagi lanjut usia dan akan memperburuk keadaan.

2. Tidak mengucilkan
Seorang lanjut usia membutuhkan kasih sayang terutama dari
orang- orang terdekatnya, oleh karena itu jangan pernah dijauhi
apalagi ditinggalkan, misalnya: menempatkan kamar bagi lanjut
usia di bagian paling belakang. Berikan kesempatan berperan serta
dalam keluarga dan masyarakat seperti rutin membawa lanjut usia
berjemur sehingga ia pun dapat bersosialisasi dengan tetangga dan
yang lainnya.

3. Menghindari sikap sensitif


Biasanya seorang lanjut usia perasannya lebih sensistif, misalnya
mudah tersinggung, kecewa, marah, merasa dirinya sudah tidak
berharga lagi dimata orang-orang di dekatnya. Oleh karena itu,
orang di sekitar lanjut usia sebaiknya tidak ikut sensitif dengan
perilaku lanjut usia yang kurang menyenangkan tersebut. Misalnya:
dari pada tersinggung dengan sikap/perilaku lanjut usia, lebih baik
menghibur diri dengan mengajak lanjut usia bercanda. Sebaiknya
orang disekitar lanjut usia berusaha bersikap lebih menyenangkan
dan tetap menghargai.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 79

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 79 3/20/18 7:39 AM


4. Tidak membesar-besarkan masalah
Seringkali penderitaan yang dirasakan oleh lanjut usia seolah-olah
tidak bisa diatasi, sehingga sebagai anak/keluarga perlu memberikan
dorongan untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya dan tidak perlu
kawatir dengan kondisinya.

5. Menghindari sikap belas kasihan


Menunjukkan simpati yang bernada belas kasihan hendaknya
dihindari, karena akan menimbulkan ketidakberdayaan dirinya.
Seyogyanya keluarga selalu memberikan dorongan agar lanjut usia
tetap semangat dalam menjalani hidupnya dan tegar dan sabar
dalam setiap mengatasi masalah yanag dirasakannya.

6. Kemandirian
Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk dapat melakukan
pekerjaan yang disukainya sesuai dengan kemampuannya seperti:
lanjut usia yang ingin membuat minumnya sendiri, menyapu, mencuci
piringnya sendiri, mengasuh cucunya, dan pekerjaan apapun yang
tidak membahayakan lanjut usia itu sendiri.

7. Keluarga sebagai sumber pemecahan masalah


Perubahan yang terjadi pada lanjut usia seringkali menimbulkan
masalah bagi dirinya maupun lingkungan keluarganya, sehingga
dukungan keluarga diperlukan agar tetap memberikan yang terbaik
untuk lanjut usia.

05 Upaya Peningkatan Kualitas Kesejahteraan Lanjut Usia

Dalam meningkatkan kualitas kesejahteraan lanjut usia ada banyak


peran yang harus hadir: peran pemerintah, peran keluarga dan
peran masyarakat.

80 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 80 3/20/18 7:39 AM


A. PERAN PEMERINTAH
Dalam UU no 13 tahun 1998 disebutkan untuk meningkatkan
kesejahteran lanjut usia seperti melaksanakan layanan keagamaan,
kesehatan, kesempatan kerja, kemudahan penggunaan fasilitas
sarana dan prasarana umum, kemudahan dalam layanan hukum,
perlindungan sosial dan bantuan sosial. Selanjutnya dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 43 tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Lanjut usia, meliputi :

1. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual seperti pembangunan


sarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia.
2. Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya
penyembuhan (kuratif), diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/
gerontologik.
3. Pelayanan untuk prasarana umum yaitu mendapatkan kemudahan
dalam menggunakan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan
dalam melakukan perjalanan seperti mendahulukan lanjut usia
dan memproritaskan tempat duduk untuk lanjut usia, penyediaan
fasilitas rekreasi dan olahraga khusus. Pelayanan dan keringanan
biaya untuk pembelian tiket di tempat rekreasi, tiket untuk
perjalanan, penyediaan loket khusus lanjut usia.
Menurut Komnas Lanjut Usia (2010) berbagai sarana dan prasarana
umum yang dapat diakses oleh lanjut usia :

1. Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia termasuk mendapat


keringanan biaya sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku, tersedianya Puskesmas atau posyandu
lanjut usia.
2. Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan
fasilitas, sarana dan prasarana umum seperti:
• Pemberian kemudahan pelayanan administrasi pemerintah dan
masyarakat (KTP, pajak, pengembalian uang, dan pelayanan
kesehatan)
• Kemudahan dalam pelayanan dan keringanan biaya transportasi
(bus, kereta api, pesawat, kapal laut)

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 81

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 81 3/20/18 7:39 AM


• Kemudahan melakukan perjalanan (loket khusus, tempat duduk
khusus, kartu wisata khusus seperti perjalanan ibadah dan wisata).
• Sarana dan prasarana umum yang dapat memberikan aksesibilitas
terutama mobilitas lanjut usia seperti jalan untuk kursi roda, jalan
bagi lanjut usia yang bertongkat; pintu, tangga, lift khusus untuk
bangunan bertingkat dan tempat penyeberangan bagi pejalan
kaki, tempat duduk, tanda-tanda atau sinyal yang dapat dibaca
dengan mudah.
B. PERAN KELUARGA
1. Pemenuhan kebutuhan biologis dan fisik
• Menyediakan makanan sehat bagi lanjut usia
• Memperhatikan kesehatannya dengan mengantarkannya ke
Puskesmas/rumah sakit jika lanjut usia mengalami ganggguan
kesehatannya.
• Menyediakan pakaian yang pantas dan bersih.
• Menemani ke kamar mandi jika lanjut usia sudah tidak mampu
pergi ke kamar mandi sendiri.
• Menempatkan lanjut usia di ruang/kamar yang layak, tidak
ditempatkan di belakang.
• Memperhatikan kedekatan hubungan antara suami dan istri jika
pasangannya masih ada.
• Memberikan kesempatan untuk berolah raga yang
tidak membahayakan.
2. Kebutuhan psikososial
• Memberikan kasih sayang dan rasa aman dengan sungguh-
sungguh.
• Memberikan rasa penghargaan terhadap lanjut usia walaupun
ia sudah tidak memiliki kekuatan secara biologis/fisik, dengan
membiarkan ia melakukan sesuatu yang ia dapat lakukan, seperti
menyapu, membuat minum sendiri, dll.
• Menjadi pendengar yang baik bagi lanjut usia, jika ia sedang
bicara dan bercerita.
• Bercerita tentang hal-hal bersifat positif, agar lanjut usia merasa
menjadi bagian hidupnya.

82 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 82 3/20/18 7:39 AM


• Minta pendapatnya jika keluarga ingin membuat suatu
keputusan, walaupun hanya sekadar bertanya: menurut ibu dan
bapak seperti apa ya harusnya? Pertanyaan itu membuat orang
tua rasa dihargai.
• Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk melakukan
apapun yang ia dapat lakukan asalkan tidak yang membahayakan,
agar ia merasakan bahwa hidupnya masih berguna untuk orang
lain, misalnya: menyapu, membuat minum sendiri, mencuci
piring, dan lainnya.
• Mendekatkan anak-anak kepada lanjut usia, sebagai rasa
penghargaan dan kasih sayang terhadap orang tua yang
melahirkan kita.
• Memberi kesempatan agar dapat berinteraksi dengan tetangga
yang sama-sama lanjut usia.
• Memberi kesempatan untuk beraktivitas dengan teman
sebayanya yang lebih luas.
• Memberi kesempatan untuk kegiatan sosial lainnya bersama-
sama tetangga/teman-temannya.
3. Kebutuhan Spiritual
• Memberi kesempatan untuk melakukan
ibadah di masjid, gereja, kuil, dan lain-
lainnya, dan bersedia mengantarkan ke
tempat ibadah.
• Menemani lanjut usia yang ingin ke
mesjid/gereja/tempat ibadahnya.
• Memberi kesempatan agar lanjut usia
dapat meningkatkan keimanan dengan
mengikuti pengajian/kegiatan rohani.
• Mau mengantarkan jika ingin
berkunjung ke temannya yang sesama
lanjut usia, apalagi jika menengok
yang sakit.
• Memberikan kegiatan yang
merangsang memori/daya ingatnya
seperti: membaca, mengisi teka-teki
silang, dsb.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 83

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 83 3/20/18 7:39 AM


Panti merupakan wakil negara dalam melindungi lanjut usia namun
panti sebaiknya alternatif terakhir karena tempat yang paling mulia
bagi lanjut usia adalah berada di tengah keluarga.

C. PERAN MASYARAKAT
1. Pendamping PKH dapat melakukan upaya promotif seperti
melakukan penyuluhan di pertemuan kelompok seperti
pentingnya merawat dan memperhatikan keberadaan lanjut usia
dikeluarga masing-masing. Partisipasi masyarakat diperlukan
agar tidak ada lagi lanjut usia yang terlantar ataupun lanjut usia
yang mengalami kekerasan. Masyarakat di sekitar lanjut usia
yang sudah paham termasuk mengingatkan lanjut usia untuk
memeriksakan kesehatannya secara rutin ke puskesmas atau
layanan kesehatan lainnya.
2. Menginisiasi pertemuan rutin lanjut usia di lingkungannya.
3. Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk melakukan
pertemuan dengan memberikan kegiatan-kegiatan yang
dapat membantu dirinya untuk mengisi kekosongan waktu agar
mengembalikan kreatifitas yang selama ini sudah menurun, seperti:
• Kegiatan bersih lingkungan di rumah masing-masing,
• Senam lanjut usia atau latihan fisik yang disesuaikan dengan
kemampuan lanjut usia agar tetap merasa sehat dan bugar.
• Menghidupkan pengajian di lingkungannya, dan lain-lainnya.
4. Mengupayakan posyandu lanjut usia jika di daerah dampingannya
belum ada posyandu lanjut usia dan jika terdapat lanjut usia yang
masih sehat dan semangat agar diikutkan dalam kepengurusan.
Dalam hal ini pendamping PKH dapat berkoordinasi dengan
Puskesmas setempat.
5. Terlibat dalam kegiatan masyarakat bagi lanjut usia yang masih
memiliki fisik yang sehat, seperti: kegiatan pertemuan RT/RW,
musyawarah desa.
6. Memiliki daftar rujukan terkait dengan kebutuhan dan masalah
lanjut usia, seperti:

84 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 84 3/20/18 7:39 AM


• Lembaga Konsultasi Keluarga (LK3)
• Nomor telepon Dinas Sosial setempat dan kontak personal yang
dapat dihubungi.
• Nama-nama pekerja Lanjut Usia seperti pendamping Lanjut usia,
petugas di panti lanjut usia
• Panti Tresna Werdha terdekat
7. Memiliki daftar rujukan terkait dengan kebutuhan dan masalah
lanjut usia.
8. Melakukan rujukan atau koordinasi dengan pihak terkait jika
menemukan dan tidak dapat mengatasi lanjut usia yang bermasalah.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 85

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)_180320.indd 85 3/20/18 7:39 AM

Anda mungkin juga menyukai