Anda di halaman 1dari 8

USULAN KEGIATAN

PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

SARAPAN SEHAT DENGAN GIZI SEIMBANG UNTUK REMAJA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan dan Promosi Kesehatan

Disusun Oleh :

Kelompok Tutor A

Salma Mega Septania 220110180001


Devita Listuhayu Gumiwang Sari 220110180002
Reva Merliana Nugraha 220110180003
Hannifa Dwi Aulia 220110180004
Farah Qotrunnada Marpaung 220110180005
Nia Rosanti 220110180007
Syahla Rizki Alifiya 220110180008
Nisa Meina Nirmala 220110180009
Angela Vanessa Amabel Odelia S 220110180010
Hanny Cindi Parwati 220110180011
Khoerunnissa 220110180012
Noviana Amalia 220110180013
Cholilatur Rohmania 220110180014

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagian besar orang memulai aktivitasnya pada pagi hari, untuk memulai aktivitas
tersebut tubuh membutuhkan energi yang cukup dimana energi tersebut bisa diperoleh dari
sarapan. Sarapan merupakan kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi
hingga jam 9 untuk memenuhi sebagian (15-30%) kebutuhan gizi harian dalam rangka
mewujudkan hidup sehat, aktif, dan cerdas (Hardinsyah 2012 dalam Perdana 2013).

Bagi remaja (usia 10-19 tahun) sarapan sangat dibutuhkan untuk menunjang kinerja
otak dalam berpikir, dan meningkatkan konsentrasi saat menjalani kegiatan akademik.
Menurut (Syhanur, 2012) remaja yang sarapan akan lebih bersemangat, mampu
mencurahkan perhatian pada pelajaran, ceria, kooperatif dan mudah berteman. Pakar gizi,
Leane menyebutkan sarapan berfungsi untuk merangsang glukosa dan mikro nutrient dalam
otak yang dapat menghasilkan energi, selain itu dapat berlangsung memacu otak agar
membantu memusatkan pikiran (konsentrasi) untuk belajar dan memudahkan penyerapan
pelajaran sehingga dapat tercapai remaja yang berkualitas. Menurut (Wennberg, Gustafsson,
Wennberg, & Hammarstro, 2014) Konsumsi sarapan berdampak positif pada remaja, yaitu
meningkatkan kecukupan makanan, penurunan resiko berat badan, obesitas dan
meningkatkan fungsi kognitif.Selain itu, seorang peneliti juga mengatakan bahwa dengan
sarapan juga akan mengakibatkan ketenangan pada proses belajar remaja karena suplai
oksigen ke otak cukup. Dua orang peneliti yaitu Richards dan Smith memberikan bukti
bahwa orang yang mengalami gangguan psikologis yang berhubungan dengan stres,
kecemasan, dan depresi yaitu orang yang melewatkan sarapan.

Namun faktanya menurut penelitian (Mathiyalagen et al., 2019) sebanyak 59,8% dari
remaja mahasiswa melewatkan sarapan sekali per-minggu, sebanyak 40,8% dari remaja
mahasiswa melewatkan sarapan dua kali per-minggu dan sebanyak 24,0% melewatkan
sarapan tiga kali per-minggu. Sebanyak 44.5% yakni 122 orang mengatakan melewatkan
sarapan adalah karena jadwal yang sibuk diikuti sebanyak 9.5% yakni 26 orang melewatkan
sarapan karena kurangnya nafsu makan. Menurut penelitian lain yang dilakukan oleh
Ethasari pada tahun 2014 menunjukan bahwa (30,4%) remaja jarang sarapan dan (5,4%)
tidak pernah sarapan, berdasarkan hasil wawancara alasannya adalah karena takut terlambat
ke sekolah, tidak tersedia makanan dirumah, takut sakit perut, tidak sempat karena bangun
kesiangan dan lokasi rumah jauh dari sekolah. Pendapat lain yaitu menurut OECD (2015),
generasi muda yang mengonsumsi sarapan adalah kurang dari 20% dan Huang, dkk (1994)
mengatakan satu dari tiga orang mahasiswa melewatkan sarapan kemudian berdasarkan
temuan dari Turkey Nutrition and Health Survey (THNS)-2010, 21,0% partisipan berumur
15-18 tahun dan 20,4% partisipan berumur 19-30 tahun melewatkan sarapan.

Sebuah studi yang dilakukan pada anak dan remaja di US dan Australia menunjukan
hasil bahwa mengkonsumsi sarapan juga berpengaruh pada hasil Basal Metabolic Indeks
(BMI) yang lebih kecil. Di Australia, anak yang melewatkan sarapan cenderung memiliki
lingkar pinggang yang lebih besar dan efek negative pada metabolisme jantung ketika
dewasa nanti.(Fayet-Moore, Kim, Sritharan, & Petocz, 2016)

Dari penelitian yang dilakukan (Irdiana & Nindya, 2017) jenis makanan pokok yang
sering dikonsumsi oleh remaja yaitu nasi goreng, mie instan dan roti tawar dan menurut
penelitian yang telah dilakukan oleh Zuhdy tahun 2015, sebagian besar jenis makanan yang
sering dikonsumsi oleh remaja putri yaitu camilan (77,3%) dan fast food (94,7%). Disamping
itu menurut penelitian (Hassan, Cunha, Valeria, Pereira, & Sichieri, 2018) sebanyak 809
remaja umur 10-16 tahun dari Rio De Janeiro, Brazil. Data para siswa diambil dari ELANA
(Adolescent Nutritional Assessment Longitudinal Study) mengonsumsi roti (64%), gula dan
makanan manis (58%), butter/mentega (50%), susu dan makanan bahan dasar susu (49%),
kopi dan the (34%), keju (12%), dan buah (4%) untuk sarapan. Rata-rata energi yang
dikonsumsi remaja putri adalah sebesar 1149,8 Kkal/hari, dimana bila dibandingkan dengan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) bagi perempuan usia 13-18 tahun adalah 2125 Kkal, dapat
disimpulkan bahwa tingkat kecukupan kebutuhan asupan zat gizi rata-rata remaja putri belum
memenuhi standar kecukupan gizi yang telah dianjurkan. Terlihat bahwa para remaja kurang
berminat mengkonsumsi buah, dan lebih memilih gula dan makanan manis yang kurang baik
untuk efek jangka panjang. , namun menurut (Coulthard, Palla, & Pot, 2017) apapun jenis
sarapannya, anak yang mengkonsumsi sarapan tetap mempunyai asupan kalsium harian lebih
tinggi dibanding yang tidak sarapan. Hal ini dikarenakan kalsium merupakan nutrisi yang
penting untuk pembentukan tulang dan dibutuhkan oleh remaja untuk pertumbuhan dan
pembentukan masa otot.

Rendahnya asupan gizi pada remaja disebabkan karena faktor kebiasaan makan.
Sepertiga dari pemenuhan angka asupan gizi diperoleh dari makan pagi. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar, 16,9% - 50% anak usia sekolah dan remaja tidak terbiasa makan pagi
sehingga mengalami kekurangan zat- zat gizi yang diperlukan oleh tubuh diantaranya zat gizi
makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Berdasarkan hasil penelitian di Denmark,
mereka yang tidak sarapan setiap hari memiliki asupan total lemak, lemak jenuh, dan gula
tambahan yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil dari penelitian Mokoginto.,F.,S., dkk (2016)
remaja yang belum mencukupi kebutuhan energi sebesar 97,5%. Hal ini menunjukkan bahwa
asupan energi remaja di daerah penelitian sebagian besar masih belum tercukupi. Hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 juga menyebutkan bahwa sebanyak 54,5% remaja
mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan.

Konsumsi sarapan memiliki dampak penting pada status gizi dan telah disarankan
bahwa sarapan pagi merupakan faktor diet penting untuk pengaturan energi. Peningkatan
dalam mengemil, gaya hidup kurang gerak, dan obesitas telah menjadi umum ditemukan
diantara mereka yang melewatkan sarapan daripada mereka yang sarapan. Menurut
Penelitian (Mathiyalagen et al., 2019) ada perbedaan yang signifikan antara kebiasaan
sarapan dengan status gizi yakni, 44% mengalami overwheight dan obesitas bagi yang
melewatkan sarapan lebih dari 3 kali seminggu, 35% mengalami overwheight dan obesitas
bagi yang melewatkan sarapan 1 kali seminggu, dan 24% mengalami overwheight dan
obesitas bagi yang tidak pernah melewati sarapan. Hasil review melaporkan, bahwa remaja
yang tidak sarapan akan lebih beresiko terkena obesitas, dibandingkan dengan remaja yang
regular sarapan setiap harinya, walaupun kalori yang dikonsumsi lebih besar (Rampersaud
et al. 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada remaja di SMA Negeri 15 Makassar, dari
188 siswa yang ada hampir 100% siswa nya tidak memiliki pengetahuan terkait gizi
seimbang. Dari berbagai penjelasan diatas, menunjukkan bahwa peningkatan kesadaran
mengenai pentingnya sarapan dan pemilihan makanan dapat dikembangkan dengan
pembelajaran untuk memperoleh kebiasaan makan yang sehat. Bahkan kelas-kelas tentang
pemilihan makanan sehat dan nutrisi harus dimasukkan dalam kurikulum sekolah dan
kesadaran yang tepat tentang gaya hidup sehat dan dampaknya harus disediakan. Pelatihan
harus fokus pada kebiasaan makan yang sehat dan gaya hidup dan harus diberikan kepada
semua anak di tahap awal perkembangan mereka.Mempromosikan gaya hidup sehat dan
bernutrisi adalah penting di semua tahap kehidupan. Namun, kelompok sasaran yang penting
adalah remaja, sebuh penelitian yang dilakukan oleh Universitas Rovira i Virgili (URV)
bahwasannya tingkat pengetahuan terkait makanan yang bergizi masih rendah sehingga
ketika adanya penelitian ini adanya perubahan kemampuan terkait pemahaman dalam
mengetahui kebiasaan makan sehat.
Aziz A, The acquisition of healthy food choices, breakfast and eating habits to the pre-education
and after education in adolescents [serial online] 2018 Nov. Available from:
https://scholar.google.co.id/scholar?start=30%q=aziz+aksoy&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_q
abs&u=%23p%3D7f8bA0tSzaUJ
Citrakesumasari, dkk. 2019.Perbaikan Gizi Remaja Berbasis Sekolah Di SMA Negeri 15
Makassar. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. vol 3(1) diakses dari
http://journal.unhas.ac.id/index.php/panritaabdi

Coulthard, J. D., Palla, L., & Pot, G. K. (2017). Breakfast consumption and nutrient intakes in 4-
18-year-olds: UK National Diet and Nutrition Survey Rolling Programme (2008-2012).
British Journal of Nutrition, 118(4), 280–290. https://doi.org/10.1017/S0007114517001714

Hassan, B. K., Cunha, D. B., Valeria, G., Pereira, A., & Sichieri, R. (2018). Changes in breakfast
frequency and composition during adolescence : The Adolescent Nutritional Assessment
Longitudinal Study , a cohort from Brazil, 1–17.

Irdiana, W., & Nindya, T. S. (2017). Hubungan Kebiasaan Sarapan dan Asupan Zat Gizi dengan
Status Gizi Siswi SMAN 3 Surabaya Correlation between the Habit of Eating Breakfast ,
Nutrient Intake and Nutritional Status of Female Students in SMAN 3 Surabaya, 227–235.
https://doi.org/10.20473/amnt.v1.i3.2017.

Mathiyalagen, P., Yadav, D., Anandaraj, R., Vasudevan, K., Sundar, B., Priyadharsini, R., …
Jin, J. (2019). Breakfast consumption habit and its impact on nutrient intake and nutritional
status of medical undergraduates, 21(1), 570–576. https://doi.org/10.23751/pn.v21i3.7903

Wennberg, M., Gustafsson, P. E., Wennberg, P., & Hammarstro, A. (2014). Poor breakfast habits
in adolescence predict the metabolic syndrome in adulthood, 18(1), 122–129.
https://doi.org/10.1017/S1368980013003509

Procedia-Sosial and Behavioral Sciences 228 (2016). Impact of a Service Learning (SL)
Experience on the Improvement of Knowledge in Healthy Eating Habits in Teenagers. 202-
208 doi:10.1016/j.sbspro.2016.07.030

Mokoginto.,F.,S., Budiarso.,F.,& Manampiring.,A.,E (2016). Gambaran Pola Asupan Makanan


Pada Remaja di Kabupaten Bolang Mongondow Utara. Jurnal e-Biomedik (eBm), Vol 4
No.2.
Ünal, dkk. (2017). Breakfast habits and diet quality among university students and its effect on
anthropometric measurements and academic success. Progress in Nutrition, 19(2), 154–163.
doi: 10.23751/pn.v19i2.4900

Sámano, dkk. (2019). Breakfast Nutritional Quality and Cognitive Interference in University
Students from Mexico City. International Journal of Environmental Research and Public
Health, 16(2671). doi:10.3390/ijerph16152671

Odalapo Adenike Adeaola, Roland-Ayodele Matunrayo Ayodeji, Quadri Jelili Akorede,


Omogbenigun Oluranti. Breakfast Habit and Nutritional Status of Undergraduates in Ekiti
State, Nigeria. Science Journal of Public Health. Vol. 2, No. 4, 2014, pp. 252-256. doi:
10.11648/j.sjph.20140204.11

O. J. Lateef, E. Njogu, F. Kiplamai, U. S. Haruna, R. A. Lawal. Breakfast, Food Consumption


Pattern and Nutritional Status of Students in Public Secondary Schools in Kwara State,
Nigeria. Pakistan Journal if Nutrition. Vol. 15, No. 2, 2016, pp. 140-147.

Tanika S, Pengaruh sarapan terhadap tingkat konsentrasi pada remaja [serial online] 2015 Jan.
Available from:
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=tanika+sonia+putri+larega
&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3Dc2sExHqtuW0J
Lundqvist, Martina, dkk. (2019). Effects of eating breakfast on children and adolescents.
Sweden. Department of Medical and Health Sciences, Linkoping University.

Kadir, Sunarto. (2019). Relationship of Integrated macro Nutrition From Breakfast With Student
Nutrition Status. Gorontalo. Departemen of Public Health Faculty of Sport and Health
State University Gorontalo

Fayet-Moore, F., Kim, J., Sritharan, N., & Petocz, P. (2016). Impact of breakfast skipping and
breakfast choice on the nutrient intake and body mass index of Australian children.
Nutrients, 8(8). https://doi.org/10.3390/nu8080487

Fagt, S. et.al.(2018). Breakfast in Denmark. Prevalence of Consumption, Intake of Foods,


Nutrients and Dietary Quality. A Study from the International Breakfast Research
Initiative. Nutritions.10(8), 1085 https://doi.org/10.3390/nu10081085
Kurniyanti, I. dkk. 2019.Gambaran Sarapan dan Status Gizi Pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2017. Jurnal Ilmu Kedokteran diakses dari
http://jik.fk.unri.ac.id/index.php/jik/article/viewFile/130/126

Masoomi, H., Morteza, T., Khadijeh, I., Cyrine, H., & Hamdi, C.( 2018). The relationship of
breakfast and snack foods with cognitive and academic performance and physical activity
levels of adolescent students. Biological Rhythm Research.
https://doi.org/10.1080/09291016.2019.1566994

Prayogo, A.S., Muji, S. (2019). SOCIAL SUPPORT TO TEENAGER BREAKFAST


BEHAVIOR (Study at Sidoarjo Islamic State Senior High School). Jurnal Promkes 7 (1)
102-109. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.102-109

Salma Mega Septania


Devita Listuhayu Gumiwang Sari
Reva Merliana Nugraha
Hannifa Dwi Aulia
Farah Qotrunnada Marpaung
Nia Rosanti
Syahla Rizki Alifiya
Nisa Meina Nirmala
Angela Vanessa Amabel Odelia S
Hanny Cindi Parwati
Khoerunnissa
Noviana Amalia
Cholilatur Rohmania

Anda mungkin juga menyukai