Anda di halaman 1dari 18

FUNGI (JAMUR)

RESUME

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Botani Cryptogamae

Dosen Pengampu: Dr. Diana Hernawati., M.Pd.


Rinaldi Rizal Putra., S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 4
Asti Siti Nuraisyah 182154008
Rida Nurhalimah 182154009
Lisna Hayati 182154020
Siti Masitoh Qudsiah 182154060
Wulan Siti Nur Azizah 182154085

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2019
A. Pengertian Fungi
Fungi (Jamur) adalah organisme eukariotik yang tidak memiliki
klorofil dan bersifat multiseluler namun ada juga yang uniseluler. Fungi
(Jamur) biasanya hidup di tempat yang lembab. Ilmu yang mempelajari
tentang Fungi (Jamur) disebut Mikologi.

B. Sejarah Fungi
Klasifikasi Fungi (diambil salah satu dari filum Basidiomycota)
Kingdom Fungi
Subkingdom Eumycota
Phylum Basidiomycota
Class Urediniomycetes
Order Uredinales
Family Pucciniaceace
Genus Puccinia
Spescies Puccinia graminis
Race Puccinia graminis f. sp. tritici

Sistem klasifikasi ini sudah ada sejak zaman dahulu dikemukakan


oleh ahli filusuf Yunani, yaitu Aris Toteles yang menyatakan bahwa
makhluk hidup tebagi menjadi 2 kelompok besar yaitu hewan dan
tumbuhan. Seiring berjalannya waktu muncullah beberapa ahli klasifikasi
yang mengemukakan sistem kingdom (Kerajaan).
1. Sistem 2 Kingdom
Sistem 2 Kingdom ini dikemukakan oleh C. Linnaeus yang
merupakan ilmuan asli Swedia dan dikenal sebagai bapak Klasifikasi
menggolongkan makhluk hidup kedalam 2 kingdom yaitu :
a. Kingdom Animalia (Kerajaan Hewan)
Kingdom Animalia memiliki ciri-ciri tidak berdinding sel,
tidak berklorofil dan dapat bergerak bebas, yang termasuk pada
kingdom ini seperti Protozoa, Mollusca, Porifera, Coelenterata,
Arthropoda, Echinodermata dan Chordata.
b. Kingdom Vegetabilis (Kerajaan Tumbuhan)
Kingdom Vegetabilis memiliki ciri-ciri berdinding sel,
berklorofil, dan berfotosintesis. Bakteri dan jamur meskipun tidak
berklorofil tetap dimasukkan dalam kerajaan tumbuhan.
2. Sistem 3 Kingdom
Sistem tiga kingdom ditemukan oleh seorang ahli biologi Jerman,
yaitu Ernes Haekel pada tahun 1866, ia menggolongkan makhluk hidup
kedalam 3 kingdom, yaitu:
a. Kingdom Protista
Kingdom Protista memiliki ciri-ciri tubuh tersusun atas satu atau
banyak sel, inti selnya tanpa selubung (prokariotik), contohnya adalah
bakteri dan ganggang biru.
b. Kingdom Plantae
Kingdom Plantae terdiri dari alga, jamur, lumut, paku, dan
tumbuhan berbiji.
c. Kingdom Animalia
Kingdom Animalia terdiri dari golongan protozoa sampai
golongan chordata.
3. Sistem 4 Kingdom
Sistem klasifikasi empat kingdom ditemukan oleh ahli biologi
Amerika Serikat Herbert Faulkner Copeland, ia menggolongkan makhluk
hidup kedalam 4 kingdom yaitu:
a) Kingdom Protista
Kingdom Protista adalah semua organisme bersel satu (uniseluler)
yang memiliki selaput inti atau yang disebut dengan eukariotik.
b) Kingdom Monera
Kingdom Monera adalah semua organisme bersel satu (uniseluler)
tanpa selaput inti atau yang disebut dengan prokariotik, seperti
bakteri, alga biru dan alga hijau.
c) Kingdom Plantae
Kingdom Plantae terdiri dari semua ganggang kecuali ganggang
biru dan hijau, lumut, paku, tumbuhan berbiji dan juga jamur.
d) Kingdom Animalia
Kingdom Animalia terdiri dari semua hewan, mulai dari
protozoa sampai chordata.

4. Sistem 5 Kingdom
Sistem 5 Kingdom dikemukakan oleh seorah ahli ekologi Amerika
Serikat pada tahun 1669 dengan menggunakan dasar tingkatan organisme,
susunan sel dan faktor nutrisi. Ia menggolokan ke dalam 5 kingdom yaitu :
a) Kingdom Monera
Kingdom Monera meliputi semua makhluk hidup atau
organisme yang prokariotik, bersel satu, dan mikroskopis. Contohnya,
semua bakteri dan ganggang hijau biru (Cyanobakteri),
misalnya Escherichia coli, Anabaena sp., dan Nostoc sp.
b) Kingdom Protista
Sebagian besar terdiri atas organisme yang bersel satu,
eukariotik, umumnya sudah memiliki ciri-ciri seperti tumbuhan dan
hewan. Contohnya: Euglena, Paramecium, dan Amoeba.
c) Kingdom Fungi
Memiliki ciri-ciri eukariotik, tidak berklorofil sehingga tidak
berfotosintesis. Contohnya: Mucor, Saccharomyces, Pleurotus (jamur
tiram), Agaricus, dan lain-lain.
d) Kingdom Plantae
Kingdom Plantae terdiri atas semua organisme eukariotik, bersel
banyak, berdinding sel yang mengandung selulosa, berklorofil,
berfotosintesis, autotrof. Kerajaan tumbuhan dibagi menjadi tumbuhan
berspora (lumut, paku) dan berbiji. Contohnya: padi, mawar, lumut hati,
dan paku ekor kuda.
e) Kingdom Animalia
Kingdom Animalia memiliki ciri-ciri eukariotik, bersel banyak,
tidak berklorofil sehingga tidak berfotosintesis, tidak berdinding sel,
heterotrof. Contohnya: burung, gajah, ular, ayam, dan sebagainya.
5. Sistem 7 Kingdom
Dalam sistem klasifikasi 7 kingdom ini, terdapat kingdom baru
yaitu Chromista yang anggotanya merupakan bagian dari kingdom fungi
dan protista yaitu Oomycota, Hyphochytriomycota, Bacillariophyta,
Xanthophyta, Silicoflagellates, Chrysophyta, dan Phaeophyta. Golongan
ini berbeda dari kingdom asalnya karena mereka memiliki klorofil a dan c,
tidak menyimpan makanan sebagai kanji melainkan sebagai minyak dan
umumnya menghasilkan sel dengan dua flagella yang berlainan. Karena
sebagian kingdom mycota sudah digolongkan ke dalam
kingdom Chromista maka kingdom ini berubah menjadi
kingdom Eumycota. Kingdom Protista lebih akrab dikenal sebagai
kingdom Protozoa. Klasifikasi sistem ini lebih sempurna dari kingdom
sebelumnya.

C. Karakteristik Umum Fungi (Jamur)


1. Ciri-ciri Fungi (Jamur)
 Mempunyai dinding sel;
 Umumnya tidak bergerak;
 Tidak mempunyai krolofil; dan
 Tidak melakukan proses fotosintesis atau menghasilkan
makanannya sendiri (Heterotrof).
2. Sifat Hidup Fungi (Jamur)
 Saprofit, sebagai organisme yang hidup dari benda-benda atau
organik mati;
 Parasit, fungi parasit menyerap bahan organik dari organisme
yang masih hidup disebut inang; dan
 Simbion, fungi dapat bersimbiosis dengan organisme lain.
D. Peranan Fungi (Jamur)
1. Peran Menguntungkan
 Berperan dalam siklus karbon;
 Sebagai dekomposer;
 Industri fermentasi;
 Antibiotik;
 Bahan baku sumber makanan baru yaitu Protein Sel Tunggal
(PST); dan
 Sumber makanan.
2. Peran Merugikan
 Dapat menurunkan kualitas atau kuantitas dari bahan makanan
atau bahan lain yang bermanfaat bagi manusia;
 Fungi bisa menjadi agen penyebab penyakit; dan
 Fungi dapat menghasilkan racun.
E. Klasifikasi Fungi (Jamur)
1. Filum Ascomycota
Ascomycota terdiri atas sekitar 30.000 spesies. ascomycota
disebut juga sac fungi. diberi nama sac fungi karena memproduksi
spora dari bagian reproduksi seksual yang berbentuk seperti kantung
(sac). beberapa ascomycota hidup di dasar hutan yang berhumus tebal
dan membentuk struktur reproduktif berbentuk mangkuk yang indah.
a. Karakteristik
1. Hifa bersekat- sekat dan di tiap sel biasanya berinti satu;
2. Bersel satu atau bersel banyak;
3. Beberapa jenis ascomycota dapat bersimbiosis dengan ganggang
hijau dan ganggang biru membentuk lumut kerak;
4. Mempunyai alat pembentuk spora yang disebut askus, yaitu suatu
sel yang berupa gelembung atau tabung tempat terbentuknya
askospora. askospora merupakan hasil dari reproduksi generatif;
5. Dinding sel dari zat kitin; dan
6. Reproduksi seksual dan aseksual.
a. Reproduksi Secara Aseksual
1. Bersel satu (uniseluler). Dengan membentuk tunas,
misalnya pada saccharomyces cereviceae,
2. Bersel banyak( multiseluler). Dengan konidia
(konidiospora), misalnya pada penicillium. Konidiospora,
yaitu spora yang dihasilkan secara berantai berjumlah
empat butir oleh ujung suatu hifa, hifa tersebut disebut
konidiofor.
b. Reproduksi Secara Seksual
1. Bersel satu
Konjugasi antara dua gametangia ( misalnya dua
sel sacharo myces, berfungsi sebagai gametangia),
menghasilkan zigot diploid (2n). zigot membesar menjadi
askus. Di dalam askus terbentuk delapan askospora yang
tersusun dalam dua jalur atau satu jalur. Di dalam askus
terjadi meiosis dan terbentuk empat askospora haploid (n)
2. Bersel banyak
a. Hifa membentuk antheridium dan ascogonium
(oogonium);
b. Ascogonium membentuk tonjolan yang disebut trikogen
yang menghubungkan antara ascogonium dan
antheridium;
c. Inti-inti ascogonium berpasangan dan inti tersebut
membelah membentuk hifa yang berisi satu pasang inti
(hifa dikaryon=hipa berinti dua);
d. Hifa dikaryon kemudian memanjang dan membentuk
miselium yang akan membentuk badan buah;
e. Selanjutnya ujung-ujung dikaryon membentuk askus;
dan
f. Dua inti sel bersatu, kemudian mengadakan
pembelahan meiosis, sehingga terbentuk askospora
yang haploid.
2. Filum Basidiomycota
a. Pengertian dan Karakteristik Filum Basidiomycota
Basidiomycota berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata
“basidium” yang berarti dalam siklus hidup basidiomycota terdapat
suatu tahapan yang berbentuk seperti gada. Basidium adalah suatu
badan yang melalui penonjolan (pembentukan sterigma) selalu
membentuk 4 spora. Basidium itu terdiri atas 1 sel yang membesar
atau terbentuk gada dengan 4 eksospora atau bersekat-sekat, jadi
terdiri atas beberapa sel yang masing-masing membentuk satu
basidiospora. Berdasarkan bentuk dan susunan basidiumnya dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Holobasidiomycetes, yaitu basidium terdiri atas 1 sel,
2. Phagmobasidiomycetes, yaitu basidium bersekat-sekat, terbagi
mejadi 4 bagian sel.
Ciri-ciri dari filum basidiomycota yaitu:
a. Semua anggota Basidiomycota bersifat multiseluler,
b. Hifa bersekat, dibedakan hifa primer (berinti satu) dan hifa
sekunder (berinti dua),
c. Mengandung inti haploid,
d. Memiliki keturunan diploid lebih singkat,
e. Memiliki tubuh buah (basidiokarp) berbentuk panjang,
lembaran-lembaran yang berliku – liku atau bulat,
f. Reproduksi vegetatif dengan membentuk konidiaspora
g. Reproduksi genertif dengan membentuk basidiospora
Filum basidiomycota ini biasa sering disebut jamur pada
umumnya atau cendawan atau mushroom. Biasanya hidup saprofit
pada sisa-sisa makhluk hidup misalnya serasah daun di tanah,
merang padi, atau batang pohon padi. Adapun hidup sebagai parasit
yaitu hidup pada organisme inangnya contohnya pada tumbuhan atau
pada tubuh manusia. Jenis lainya ada yang bersimbiosis dengan akar
tumbuhan membentuk mikoriza. Jenis jamur ini juga sebagian
berukuran makroskopis.
Holobasidiomycetes, golongan ini sering kita sebut jamur
pada umumnya yang biasa ditemukan pada kayu-kayu yang lapuk.
Miselium umurnya lebih dari satu setahun, selama keadaan buruk
miselium berada dalam tanah, kadang-kadang juga dalam kayu.
Beberapa jenis jamur ini hidup bersimbiosis pada akar-akar
tumbuhan dan merupakan golongan organisme yang kita kenal
mikoriza. Beberapa jenis jamur ini hidup dalam musim-musim
tertentu (di Indonesia jamur ini hidup pada musim hujan)
membentuk tubuh buah yang besar berbentuk seperti payung terbuka
yang ukuranya dapat mencapai garis tengah 1 meter dan berat 50 kg
(Polyporus giganterus).

b. Struktur Tubuh Basidiomycota


Salah satu ciri dari jamur Basidiomycota ini yaitu memiliki
basidium, serupa dengan namanya. Kelompok jamur ini dikenal
karena tubuh buahnya tampak jelas di permukaan tanah atau substrat
lainya sehingga jamur ini rata-rata berukuran makroskopis. Tubuh
buahnya bermacam-macam, ada yang seperti payung, bola, atau
papan. Mislanya pada jamur merang (Valvariella volvaceae) yang
memiliki tubuh buah berbentuk payung.
Secara umum struktur tubuh Basidiomycota terdiri dari
beberapa bagian yaitu:
1. Stipe (tubuh buah) yaitu suatu massa miselium yang tumbuh
tegak,
2. Pileus (tudung) yaitu bagian yang ditopang oleh stipe. Ketika
masa muda, pileus ini dibungkus oleh selaput yang disebut
velum universale yang akan dipecah menjelang dewasa,
3. Volva yaitu sisa pembungkus yang terdapat di dasar tangkai,
4. Lamella (bilah) yaitu bagian bawah dari tudung, berbentuk
helaian, dan tersusun atas lembaran,
5. Annulus, yaitu bagian yang melingkari batang berbentuk cincin,
6. Gill, yaitu bagian di bawah tudung yang berupa bilah-bilah
berbentuk lembaran seperti insang tempat basidium
menghasilkan badiospora sebagai alat reproduksi secara
generatif.
Tubuh buah jamur Basidiomycota disebut basidiokarp, yang
terdiri atas jalinan hifa besekatan dan dikariotik (setiap sel intinya
berpasangan), pada saat pembentukan badiospora, ujung-ujung hifa
menggembung membentuk basidium yang di dalamnya terjadi
peleburan dua inti haploid menjadi satu inti diploid, disusul dengan
pembelahan meiosis yang menghasilkan 4 inti haploid. Selanjutnya,
basidium membentuk empat tonjolan (sterigmata) yang berisi
protoplasma dan keempat inti haploid tadi masing-masing akan
mengisi tiap tonjolan dan terbentuk empat buah badiospora haploid.

c. Siklus Hidup dan Perkembangbiakan Basidiomycota


Cara perkembangbiakan Basidiomycota dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara seksual (generatif) dan secara aseksual
(vegetatif).
a. Secara seksual (generatif)
Basidium (Badiospora) akan menghasilkan spora yang bersifat
haploid dan tumbuh membentuk hifa-hifa yang bersekat. Tiap sekat
berinti satu, ada yang jantan (hifa +) dan betina (hifa -). Jika
keduanya bertemu maka akan terjadi plasmogami/percampuran
plasma sel dan akan terbentuk sel hifa yang dikariotik/dua inti.
Kemudian hifa tersebut akan terus berkembang membentuk
miselium yang masih bersifat dikariotik, sehingga akan terbentuk
tubuh buah basidiokarp yang bentuknya seperti payung.
Basidiokarp ini akan menghasilkan basidium yang terdapat pada
lapisan yang disebut himenium. Di tempat tersebut akan terjadi
kariogami, yaitu persatuan dua inti menjadi satu dan inti akan
mengalami pembelahan meiosis untuk membentuk 4 spora haploid
yang disebut dengan basidiospora. Basidiospora yang sudah masak
akan terlepas dari basidium dan jika jatuh di tempat yang cocok
akan tumbuh menjadi hifa, demikian seterusnya.
b. Secara aseksual (vegetatif)
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan membentuk
konidiospora. Konidia adalah spora yang dihasilkan dengan jalan
membentuk sekat melintang pada ujung hifa atau dengan
diferensiasi hingga terbentuk banyak konidia. Hifa haploid yang
sudah dewasa akan menghaislkan konidiofor (tangkai konidia).
Pada ujung konidiofor kemudian terbentuk spora. Lalu spora
tersebut akan diterbangkan oleh angin. Apabila kondisi lingkungan
menguntungkan atau cocok, maka konidia akan berkecambah
menjadi hifa yang haploid.
d. Klasifikasi Basidiomycota
Phyllum Basidiomycota terbagi menjadi beberapa Subphyllum
yaitu:
a. Subphyllum Agaricomycotina dengan memiliki 3 class (class
Agaricomycetes, class Dacrymycetes, dan class
Tremellomycetes),
b. Subphyllum Pucciniomycotina dengan memiliki 8 class (class
Agaricostilbomycetes, class Atractiellomycetes, class
Classiculomycetes, class Cryptomycocolacomycetes, class
Cystobasidiomycetes, class Microbotryomycetes, class
Mixiomycetes, class Pucciniomycetes),
c. Subphyllum Ustilaginomycotina yang memiliki 3 class (class
N.N., class Exobasidiomycetes, class Ustilaginomycetes).

e. Contoh-contoh Phyllum Basidiomycota dan perananya


Beberapa ada yang bersifat parasit sehingga merugikan, namun
terdapat juga jamur yang menguntungkan.
1. Jamur Basidiomycota yang menguntungkan diantaranya:
a. Volvarea volvaceae (jamur merang) yang sering kita
konsumsi pada umunya, bisa dijadikan sebagai bahan
makanan,
b. Oudemansiella canarii (jamur gajih), dapat dimakan hidup
saprofit pada kayu-kayu lapuk,
c. Jamur tiram (Pleurotus sp.) jamur ini sering dikonsumsi
pada umumnya,
d. Jamur kuping (Auricularia polytricha), tubuh buah
berwarna coklat, menyerupai daun telinga, tubuh buah
dapat dimakan, biasa ditemukan pada dahan-dahan yang
kering,
e. Jamur shitake (Lentinulla edodes) jamur ini juga dapat
dikonsumsi,
f. Jamur kayu (Ganoderma ), sebagai obat atau makanan
suplemen
2. Jamur Basidiomycota yang merugikan diantaranya:
a. Amanita ocreata dan Amanita phalloiders, beracun dan
mematikan jika dimakan,
b. Corticium salmonicolor (jamur upas) yang mematikan
dahan-dahan atau ranting berbagai macam tanaman
c. Fomes semistotes, menyebabkan busuknya akar pohon
para
d. Agaricus melleus (Armilaria mellea) hidup parasit,
terutama menimbulkan busuknya akar jeruk dan juga
menyerang pohon-pohon lainya.
e. Hemileia vastatrix, menyebabkan penyakit karat pada
daun kopi, terutama pada Coffea arabica.
f. Puccinia arachidis, parasit pada tanaman kacang hijau
g. Ustilago maydis, parasit pada jagung
h. Amanita muscaria, dapat menyebabkan halusinasi jika
dimakan. Jamur ini memiliki tubuh buah yang sulit
dibedakan antara yang beracun dan tidak beracun sehingga
lebih baik jangan memakan jamur yang belum diketahui
dapat dimakan atau tidaknya.

3. Filum Chytridiomycota
Chytridiomycota adalah sebuah divisi dari Fungi kingdom .
Namanya berasal dari bahasa Yunani chytridion, yang berarti "panci
kecil", menggambarkan struktur yang belum pernah dirilis yang
mengandung spora. Dalam lebih tua klasifikasi, chytrids (kecuali
baru-baru ini didirikan untuk Spizellomycetales ) ditempatkan di
Kelas Phycomycetes bawah subdivisi Myxomycophyta Kerajaan
Fungi. Juga, dalam Pembatasan lebih tua dan pengertian (tidak
digunakan di sini), istilah "chytrids" dimaksud hanya untuk orang
jamur dalam urutan Chytridiales. Para chytrids adalah yang paling
primitif dari jamur dan sebagian besar saprobic (merendahkan kitin
dan keratin). The Para thalli adalah coenocytic dan bentuk biasanya
tidak benar miselium (memiliki rhizoids sebagai gantinya). Beberapa
spesies yang uniseluler. Seperti halnya jamur lain, maka dinding sel
di chytrids terdiri dari kitin.
a. Karakteristik
Chytrids bersifat uniseluler, berkoloni, atau merupakan
organisme yang berfilamen yang mengambil nutrient dengan cara
absorbs dan mempunyai sebuah alat gerak yang terletak di bagian
posterior, chytrid demikian disebut zoospore berflagel tunggal
(uniflagellated zoospores). Beberapa spesies memiliki flagella
dua atau lebih (bi- dan polyflagellated zoospores). Secara
tradisional, Chytridiomycota disebut fungi akuatik, tetapi
pernyataan tersebut adalah anggapan yang salah. Sebagian besar
spesies Chtridiomycota , terdapat di tanah sebagai saprofit yang
hidup pada bahan organic. Chytridiomycota merupakan pengurai
awal bahan-bahan organic di alam, seperti kitin, keratin, selulosa
dan hemiselulosa. Beberapa diantaranya hidup sebagai halofil
yang ditemukan di estuaria. Banyak chytrid hidup di dalam alat
pencernaan rumen hewan. Banyak juga yang bersifat parasit pada
mikroflora dan mikrofauna, seperti algae dan rotifer, dan
beberapa parasit pada tumbuhan berpembuluh.
b. Klasifikasi Chytridiomycota dikelompokkan ke dalam 5 ordo
berdasarkan habitat
1. Chytridiales : umumnya hidup di aquatic, ribosom pada
zoospora terkonsentrasi di tengah (sekitar nukleus)
2. Spizellomycetes : umumnya hidup di tanah, ribosom tersebar
di dalam sitoplasma
3. Blastocladiales : umumnya hidup di akuatik, zoospora
memiliki nuclear up
4. Monoblepharidales : ribosom mengelilingi nukleus yang
terletak dibagian tengan zoospora
5. Neocallimasticales : hidup di dalam rumen hewan.

c. Reproduksi
Hifa kapang Chytriodiomycota adalah soenositik
(coenocyctic), septum baru dibentuk apabila fungi akan
membuat alat reproduksi sporangium. Mula-mula sporangium
mengandung protoplasma berinti banyak yang kemudian
membelah menjadi bagian-bagian kecil berinti tunggal yang
selanjutnya memperoleh flagella posterior dan disebut zoospore.
Zoospore keluar dari sporangium melalui papillae atau melalui
lubang di dinding sporangium, dan berenanng sebelum menjadi
kista. Kista tersebut akan berkecambah menjadi hifa baru.

Reproduksi seksual berlangsung dengan cara kopulasi


antara planogamet-planogamet yang memiliki morfologi sama
(isogamet) atau tidak sama (anisogamet) dengan menghasilkan
suatu zigot yang akan tumbuh kembali menjadi hifa.

Pada proses produksi spora “gabungan dua


nucleus”.terdapat tiga tahap, namely, plasmogamy, karyogamy
dan meosis.

Proses plasmogami (gabungan dua protoplast yang


membawa dua haploid secara bersama dalam satu sel). Terdapat
beberapa cara plasmogamy.

1. Gametangial copulation (gametangiogamy), terjadi kontak


atau penggabungan antara gamet jantan dan betina.
2. Planogametic copulation (gametogamy) terjadi
penggabungan 2 planogamet dengan yang lain.
3. Gametangial contact (gametangy) dua gametangia yang
berbeda sex dan mengadakan hubungan dan plasmogamy
yang mendapat struktur tambahan yang disebut tuba
fertilisasi (oomycetes) dan trichogyne (Ascomycetes)
4. Spermatization (spermatogamy) pada jantan disebut
spermatia yang dapat menempel pada trichogyne
(Ascomycetes) atau menerima hypha (Basidiomycetes),
lubang berkembang pada ujung dari hubungan dan isi dari
spermatial bermigrasi untuk menjadi bentuk yang baru.
5. Somatogamy ialah penggabungan dua struktur vegetatif yang
bertujuan plasmogamy dalam siklus seksual.

b. Ekologi Chytridomycota
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis
mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap
makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu
yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur
dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang
hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur
berhabitat pada bermacam macam lingkungan dan berasosiasi
dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di
darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi
dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat
parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.

4. Filum Glomeromycota
a. Karakteristik
Sebagai simbion mutualistik, jamur mikoriza
arbuscular mampu tumbuh di dalam akar tanaman tanpa
menyebabkan gejala penyakit. Jamur Glomeromycotan
menghasilkan spora yang relatif besar (40-800 µm) dengan
dinding berlapis, yang mengandung beberapa ratus hingga
ribuan inti (Bécard dan Pfeffer, 1993). Mirip dengan sebagian
besar Zygomycota, filamen seluler (hifa) jamur
glomeromycotan tidak memiliki dinding silang (septa) reguler
yang merupakan salah satu ciri khas dari filum jamur
Basidiomycota dan Ascomycota.
b. Reproduksi dan Siklus Hidup
Tidak ada bukti bahwa Glomeromycota bereproduksi
secara seksual. Studi menggunakan gen penanda molekuler
tidak mendeteksi rekombinasi genetik atau hanya level rendah
(Kuhn et al., 2001). Oleh karena itu umumnya diasumsikan
bahwa spora terbentuk secara aseksual. Dalam kondisi yang
menguntungkan spora glomeromycotan berkecambah,
membentuk appressoria pada akar inang dan membangun
simbiosis mikoriza baru. Spora baru dapat terbentuk pada
miselium baik di dalam maupun di luar akar. Selain
diperbanyak dengan spora, banyak spesies Glomeromycota
dapat menjajah tanaman inang dari fragmen hifa di tanah atau
langsung dari simbion yang mendiami akar tanaman tetangga.
c. Ekologi dan Fisiologi
Hubungan antara akar tanaman dan jamur (mikoriza)
ada di mana-mana. Sebagian besar tanaman darat adalah inang
bagi beberapa jenis mikoriza. Meskipun status mikoriza dari
banyak spesies yang ditempatkan dalam kelompok ini
sebenarnya tidak ditunjukkan, hanya satu jamur di
Glomeromycota yang saat ini diketahui yang membentuk jenis
simbiosis yang berbeda: Geosiphon pyriformis . Jamur ini
menghasilkan kandung kemih yang mengandung sianobakteri
simbiotik (Schüßler et al., 1994, 1996). Namun demikian,
analisis filogenetik molekuler telah menunjukkan
bahwa Geosiphon adalah anggota Glomeromycota (Schüßler et
al., 2001).
d. Hubungan Glomeromycota dengan Jamur lainnya
"Glomales" sebelumnya ditempatkan di Zygomycota,
tetapi bukti berikut menunjukkan bahwa mereka membentuk
kelompok monofiletik yang berbeda dari garis keturunan
Zygomycotan lainnya: kebiasaan simbiosis mereka, kurangnya
zygospora dan filogeni rDNA. Berdasarkan bukti ini, Schüßler
et al. (2001) mendirikan filum Glomeromycota.
e. Klasifikasi Filum Glomeromycota
Kelas Glomeromycota
1) Ordo Archaeosporales
2) Ordo Diversisporales
3) Ordo Glomerales
4) Ordo Paragiomerales

5. Filum Zygomycota
Zygomycota disebut juga sebagai the coenocytic true fungi.
Jenis jamur yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam
pada roti (black bread mold) atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycota
memiliki anggota yang hampir semuanya hidup pada habitat darat.
Tubuhnya bersel banyak, hifanya bersifat senosit yaitu tidak
bersepta dengan inti haploid, terdapat hifa yang berfungsi sebagai
penyerap makanan (rhizoid) dan penghubung (stolon).
a. Karakteristik
 Tubuh bersel banyak (multiseluler).
 Tidak berklorofil sehingga bersifat heterotrof.
 Kelompok jamur ini umumnya hidup sebagai saprofit
(saproba) dan menyerap makanan dari organisme yang
telah mati.
 Hanya sebagian kecil yang hidup secara parasit pada
beberapa jenis makhluk hidup.
 Hampir semuanya hidup pada habitat darat.
 Hifa tidak bersekat dan bersifat senositik (mempunyai
beberapa inti).
 Dinding sel terdiri atas kitin, tidak memiliki zoospora
sehingga sporanya merupakan sel-sel yang berdinding.
Spora inilah yang tersebar ke mana-mana;
 Perkembangbiakan secara aseksual dan seksual
 Tidak memiliki tubuh buah.
 Tahan terhadap kondisi lingkungan buruk dan kering.

b. Struktur Tubuh
Tubuh Zygomycota tersusun atas hifa senositik. Septa
hanya ditemukan pada hifa bagian tubuh yang membentuk alat
reproduksi saja. Reproduksi seksualnya melalui peleburan
gamet yang membentuk zigospora.
c. Reproduksi
1) Reproduksi Secara Aseksual
Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan spora
yang berasal dari sporangium yang telah pecah. Beberapa
hifa akan tumbuh dan ujungnya membentuk sporangium.
Sporangium berisi spora. Spora yang terhambur inilah yang
akan tumbuh menjadi miselium baru;
2) Reproduksi Secara Seksual
Reproduksi secara seksual dilakukan dengan
peleburan dua hifa, yaitu hifa betina dan hifa jantan. Hifa
jantan adalah hifa yang memberikan isi selnya. Hifa betina
adalah hifa yang menerima isi selnya. Perkembangbiakan
ini dilakukan dengan gametangium yang sama bentuknya
(hifa jantan dan hifa betina) yang mengandung banyak inti.
Selanjutnya, gametangium mengadakan kopulasi.

F. Peran Ekologis Jamur


Fungi memiliki banyak fungsi ekologi, antara lain decomposer
materi organic, simbion pada beberapa jenis hewan dan tumbuhan, musuh
alami hama, makanan bagi hewan, dan agen bioremidiasi
a. Fungi sebagai decomposer
Fungi Bersama bakteri merupakan decomposer utama dalam
ekosistem yang berbeda. Keduanya memakan sisa bahan organic dari
tumbuhan yang telah mati. Fungi dan bakteri mengeluarkan enzim
khusus untuk memecah lignin, suatu senyawa kompleks pada kayu.

b. Simbiosis fungi
Symbiosis antara akar tanaman berpembuluh dengan dengan fungi
disebut mikoriza. Dalam symbiosis ini fungi berkoloni dengan akar
tanaman dan mendapat keuntuungan karena dapat memasuki
jaringan tanaman itu. Kemudian fungi membanngun koneksi dengan
akar sehinggga dapat bertukar nutrisi.
G. Budidaya Jamur
Dalam budidaya jamur, ada beberapa tahapan, diantaranya yaitu:
1. Proses fermentasi,proses permentasi adalah langkah penting dilakukan
sebelum menanam jarum tiram. dengan membuat media tumbuh jarum
tiram dengan proses fermentasi, maka hasil jamur yang akan dipanen
juga akan memuaskan . selain itu, proses ini juga membunuh jamur liar
lain yang berpotensi mengganggu pertumbuhan jamur tiram.
2. Proses sterilisasi
3. Proses inokulasi, fungsi inokulasi adalah untuk meminimalisisr baglog
dari spora pathogen atau bakteri lainnya
4. Proses inkubasi, pada tahap ini, jamur harus diletakan pada suhu ruang
dengan rentang 22-28 derajat celsius.kelembapan yang dibutuhkan
yaitu 60-70%. masa inkubasi ini berlangsung selama beberapa minggu
sampai tumbuh miselium
5. Proses kumbung, proses kumbung adalah tempat buah jamur tumbuh

F. Perkembangan Penelitian tentang Fungi


Jurnal penelitian Ilmu-ilmu hayati dari LIPI ini berisikan informasi
keanekaragaman jenis jamur makro di Pulau Enggano beserta potensinya.
Sebanyak 31 jenis jamur makro telah ditemukan dari tiga lokasi di Pulau
Enggano. Ketiga puluh satu jenis jamur tersebut tergolong ke dalam 2 filum, 3
kelas, 9 bangsa dan 15 suku.
Hasil eksplorasi jamur di Pulau Enggano, diperoleh 31 jenis jamur makro
yang tergolong ke dalam 2 filum, 3 kelas, 9 bangsa dan 15 suku. Sembilan
jenis diantaranya merupakan catatan baru bagi Pulau Sumatera. Hasil
eksplorasi ini akan menambah data distribusi jamur di Indonesia dan
menambah koleksi jamur di Herbarium Bogoriense.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2017) Kingdom Fungi [Online]. Tersedia :


https://www.google.co.id/url?q=https://www.academia.edu/37813308/Kin
gdom_Fungi&sa=U&ved=2ahUKEwjguvP1qunkAhVM7XMBHQNLDn
MQFjAAegQIAhAB&usg=AOvVaw2ei57Yjg2m_21Oy6UE6sMC.(24
September 2019)
Kusnadi, et.al. Buku Saku Biologi SMA [Online]. Tersedia:
https://www.google.co.id/url?q=http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR
._PEND._BIOLOGI/196805091994031-
KUSNADI/BUKU_SAKU_BIOLOGI_SMA,KUSNADI_dkk/Kelas_X/ba
b_jamur.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjD9OnFvenkAhUyjOYKHX6JBwIQ
FjADegQICBAB&usg=AOvVaw1GUPYTetnjKFBtJQd0RgKa. (24
September 2019)
Ruggiero, M. A., Gordon, D. P., Orrell, T. M., Bailly, N., Bourgoin, T., Brusca, R.
C., … Kirk, P. M. (2015). A higher level classification of all living
organisms. PLoS ONE, 10(4), 1–60.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0119248
Susan, D., & Retnowati, A. (2017). Catatan Beberapa Jamur Makro Dari Pulau
Enggano: Diversitas dan Potensinya. Jurnal Berita Biologi, 16(3), 1–21.
Tjitrosoepomo, G. (2014). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai