RESUME
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Botani Cryptogamae
Disusun oleh:
Kelompok 4
Asti Siti Nuraisyah 182154008
Rida Nurhalimah 182154009
Lisna Hayati 182154020
Siti Masitoh Qudsiah 182154060
Wulan Siti Nur Azizah 182154085
B. Sejarah Fungi
Klasifikasi Fungi (diambil salah satu dari filum Basidiomycota)
Kingdom Fungi
Subkingdom Eumycota
Phylum Basidiomycota
Class Urediniomycetes
Order Uredinales
Family Pucciniaceace
Genus Puccinia
Spescies Puccinia graminis
Race Puccinia graminis f. sp. tritici
4. Sistem 5 Kingdom
Sistem 5 Kingdom dikemukakan oleh seorah ahli ekologi Amerika
Serikat pada tahun 1669 dengan menggunakan dasar tingkatan organisme,
susunan sel dan faktor nutrisi. Ia menggolokan ke dalam 5 kingdom yaitu :
a) Kingdom Monera
Kingdom Monera meliputi semua makhluk hidup atau
organisme yang prokariotik, bersel satu, dan mikroskopis. Contohnya,
semua bakteri dan ganggang hijau biru (Cyanobakteri),
misalnya Escherichia coli, Anabaena sp., dan Nostoc sp.
b) Kingdom Protista
Sebagian besar terdiri atas organisme yang bersel satu,
eukariotik, umumnya sudah memiliki ciri-ciri seperti tumbuhan dan
hewan. Contohnya: Euglena, Paramecium, dan Amoeba.
c) Kingdom Fungi
Memiliki ciri-ciri eukariotik, tidak berklorofil sehingga tidak
berfotosintesis. Contohnya: Mucor, Saccharomyces, Pleurotus (jamur
tiram), Agaricus, dan lain-lain.
d) Kingdom Plantae
Kingdom Plantae terdiri atas semua organisme eukariotik, bersel
banyak, berdinding sel yang mengandung selulosa, berklorofil,
berfotosintesis, autotrof. Kerajaan tumbuhan dibagi menjadi tumbuhan
berspora (lumut, paku) dan berbiji. Contohnya: padi, mawar, lumut hati,
dan paku ekor kuda.
e) Kingdom Animalia
Kingdom Animalia memiliki ciri-ciri eukariotik, bersel banyak,
tidak berklorofil sehingga tidak berfotosintesis, tidak berdinding sel,
heterotrof. Contohnya: burung, gajah, ular, ayam, dan sebagainya.
5. Sistem 7 Kingdom
Dalam sistem klasifikasi 7 kingdom ini, terdapat kingdom baru
yaitu Chromista yang anggotanya merupakan bagian dari kingdom fungi
dan protista yaitu Oomycota, Hyphochytriomycota, Bacillariophyta,
Xanthophyta, Silicoflagellates, Chrysophyta, dan Phaeophyta. Golongan
ini berbeda dari kingdom asalnya karena mereka memiliki klorofil a dan c,
tidak menyimpan makanan sebagai kanji melainkan sebagai minyak dan
umumnya menghasilkan sel dengan dua flagella yang berlainan. Karena
sebagian kingdom mycota sudah digolongkan ke dalam
kingdom Chromista maka kingdom ini berubah menjadi
kingdom Eumycota. Kingdom Protista lebih akrab dikenal sebagai
kingdom Protozoa. Klasifikasi sistem ini lebih sempurna dari kingdom
sebelumnya.
3. Filum Chytridiomycota
Chytridiomycota adalah sebuah divisi dari Fungi kingdom .
Namanya berasal dari bahasa Yunani chytridion, yang berarti "panci
kecil", menggambarkan struktur yang belum pernah dirilis yang
mengandung spora. Dalam lebih tua klasifikasi, chytrids (kecuali
baru-baru ini didirikan untuk Spizellomycetales ) ditempatkan di
Kelas Phycomycetes bawah subdivisi Myxomycophyta Kerajaan
Fungi. Juga, dalam Pembatasan lebih tua dan pengertian (tidak
digunakan di sini), istilah "chytrids" dimaksud hanya untuk orang
jamur dalam urutan Chytridiales. Para chytrids adalah yang paling
primitif dari jamur dan sebagian besar saprobic (merendahkan kitin
dan keratin). The Para thalli adalah coenocytic dan bentuk biasanya
tidak benar miselium (memiliki rhizoids sebagai gantinya). Beberapa
spesies yang uniseluler. Seperti halnya jamur lain, maka dinding sel
di chytrids terdiri dari kitin.
a. Karakteristik
Chytrids bersifat uniseluler, berkoloni, atau merupakan
organisme yang berfilamen yang mengambil nutrient dengan cara
absorbs dan mempunyai sebuah alat gerak yang terletak di bagian
posterior, chytrid demikian disebut zoospore berflagel tunggal
(uniflagellated zoospores). Beberapa spesies memiliki flagella
dua atau lebih (bi- dan polyflagellated zoospores). Secara
tradisional, Chytridiomycota disebut fungi akuatik, tetapi
pernyataan tersebut adalah anggapan yang salah. Sebagian besar
spesies Chtridiomycota , terdapat di tanah sebagai saprofit yang
hidup pada bahan organic. Chytridiomycota merupakan pengurai
awal bahan-bahan organic di alam, seperti kitin, keratin, selulosa
dan hemiselulosa. Beberapa diantaranya hidup sebagai halofil
yang ditemukan di estuaria. Banyak chytrid hidup di dalam alat
pencernaan rumen hewan. Banyak juga yang bersifat parasit pada
mikroflora dan mikrofauna, seperti algae dan rotifer, dan
beberapa parasit pada tumbuhan berpembuluh.
b. Klasifikasi Chytridiomycota dikelompokkan ke dalam 5 ordo
berdasarkan habitat
1. Chytridiales : umumnya hidup di aquatic, ribosom pada
zoospora terkonsentrasi di tengah (sekitar nukleus)
2. Spizellomycetes : umumnya hidup di tanah, ribosom tersebar
di dalam sitoplasma
3. Blastocladiales : umumnya hidup di akuatik, zoospora
memiliki nuclear up
4. Monoblepharidales : ribosom mengelilingi nukleus yang
terletak dibagian tengan zoospora
5. Neocallimasticales : hidup di dalam rumen hewan.
c. Reproduksi
Hifa kapang Chytriodiomycota adalah soenositik
(coenocyctic), septum baru dibentuk apabila fungi akan
membuat alat reproduksi sporangium. Mula-mula sporangium
mengandung protoplasma berinti banyak yang kemudian
membelah menjadi bagian-bagian kecil berinti tunggal yang
selanjutnya memperoleh flagella posterior dan disebut zoospore.
Zoospore keluar dari sporangium melalui papillae atau melalui
lubang di dinding sporangium, dan berenanng sebelum menjadi
kista. Kista tersebut akan berkecambah menjadi hifa baru.
b. Ekologi Chytridomycota
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis
mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap
makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu
yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur
dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang
hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur
berhabitat pada bermacam macam lingkungan dan berasosiasi
dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di
darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi
dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat
parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
4. Filum Glomeromycota
a. Karakteristik
Sebagai simbion mutualistik, jamur mikoriza
arbuscular mampu tumbuh di dalam akar tanaman tanpa
menyebabkan gejala penyakit. Jamur Glomeromycotan
menghasilkan spora yang relatif besar (40-800 µm) dengan
dinding berlapis, yang mengandung beberapa ratus hingga
ribuan inti (Bécard dan Pfeffer, 1993). Mirip dengan sebagian
besar Zygomycota, filamen seluler (hifa) jamur
glomeromycotan tidak memiliki dinding silang (septa) reguler
yang merupakan salah satu ciri khas dari filum jamur
Basidiomycota dan Ascomycota.
b. Reproduksi dan Siklus Hidup
Tidak ada bukti bahwa Glomeromycota bereproduksi
secara seksual. Studi menggunakan gen penanda molekuler
tidak mendeteksi rekombinasi genetik atau hanya level rendah
(Kuhn et al., 2001). Oleh karena itu umumnya diasumsikan
bahwa spora terbentuk secara aseksual. Dalam kondisi yang
menguntungkan spora glomeromycotan berkecambah,
membentuk appressoria pada akar inang dan membangun
simbiosis mikoriza baru. Spora baru dapat terbentuk pada
miselium baik di dalam maupun di luar akar. Selain
diperbanyak dengan spora, banyak spesies Glomeromycota
dapat menjajah tanaman inang dari fragmen hifa di tanah atau
langsung dari simbion yang mendiami akar tanaman tetangga.
c. Ekologi dan Fisiologi
Hubungan antara akar tanaman dan jamur (mikoriza)
ada di mana-mana. Sebagian besar tanaman darat adalah inang
bagi beberapa jenis mikoriza. Meskipun status mikoriza dari
banyak spesies yang ditempatkan dalam kelompok ini
sebenarnya tidak ditunjukkan, hanya satu jamur di
Glomeromycota yang saat ini diketahui yang membentuk jenis
simbiosis yang berbeda: Geosiphon pyriformis . Jamur ini
menghasilkan kandung kemih yang mengandung sianobakteri
simbiotik (Schüßler et al., 1994, 1996). Namun demikian,
analisis filogenetik molekuler telah menunjukkan
bahwa Geosiphon adalah anggota Glomeromycota (Schüßler et
al., 2001).
d. Hubungan Glomeromycota dengan Jamur lainnya
"Glomales" sebelumnya ditempatkan di Zygomycota,
tetapi bukti berikut menunjukkan bahwa mereka membentuk
kelompok monofiletik yang berbeda dari garis keturunan
Zygomycotan lainnya: kebiasaan simbiosis mereka, kurangnya
zygospora dan filogeni rDNA. Berdasarkan bukti ini, Schüßler
et al. (2001) mendirikan filum Glomeromycota.
e. Klasifikasi Filum Glomeromycota
Kelas Glomeromycota
1) Ordo Archaeosporales
2) Ordo Diversisporales
3) Ordo Glomerales
4) Ordo Paragiomerales
5. Filum Zygomycota
Zygomycota disebut juga sebagai the coenocytic true fungi.
Jenis jamur yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam
pada roti (black bread mold) atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycota
memiliki anggota yang hampir semuanya hidup pada habitat darat.
Tubuhnya bersel banyak, hifanya bersifat senosit yaitu tidak
bersepta dengan inti haploid, terdapat hifa yang berfungsi sebagai
penyerap makanan (rhizoid) dan penghubung (stolon).
a. Karakteristik
Tubuh bersel banyak (multiseluler).
Tidak berklorofil sehingga bersifat heterotrof.
Kelompok jamur ini umumnya hidup sebagai saprofit
(saproba) dan menyerap makanan dari organisme yang
telah mati.
Hanya sebagian kecil yang hidup secara parasit pada
beberapa jenis makhluk hidup.
Hampir semuanya hidup pada habitat darat.
Hifa tidak bersekat dan bersifat senositik (mempunyai
beberapa inti).
Dinding sel terdiri atas kitin, tidak memiliki zoospora
sehingga sporanya merupakan sel-sel yang berdinding.
Spora inilah yang tersebar ke mana-mana;
Perkembangbiakan secara aseksual dan seksual
Tidak memiliki tubuh buah.
Tahan terhadap kondisi lingkungan buruk dan kering.
b. Struktur Tubuh
Tubuh Zygomycota tersusun atas hifa senositik. Septa
hanya ditemukan pada hifa bagian tubuh yang membentuk alat
reproduksi saja. Reproduksi seksualnya melalui peleburan
gamet yang membentuk zigospora.
c. Reproduksi
1) Reproduksi Secara Aseksual
Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan spora
yang berasal dari sporangium yang telah pecah. Beberapa
hifa akan tumbuh dan ujungnya membentuk sporangium.
Sporangium berisi spora. Spora yang terhambur inilah yang
akan tumbuh menjadi miselium baru;
2) Reproduksi Secara Seksual
Reproduksi secara seksual dilakukan dengan
peleburan dua hifa, yaitu hifa betina dan hifa jantan. Hifa
jantan adalah hifa yang memberikan isi selnya. Hifa betina
adalah hifa yang menerima isi selnya. Perkembangbiakan
ini dilakukan dengan gametangium yang sama bentuknya
(hifa jantan dan hifa betina) yang mengandung banyak inti.
Selanjutnya, gametangium mengadakan kopulasi.
b. Simbiosis fungi
Symbiosis antara akar tanaman berpembuluh dengan dengan fungi
disebut mikoriza. Dalam symbiosis ini fungi berkoloni dengan akar
tanaman dan mendapat keuntuungan karena dapat memasuki
jaringan tanaman itu. Kemudian fungi membanngun koneksi dengan
akar sehinggga dapat bertukar nutrisi.
G. Budidaya Jamur
Dalam budidaya jamur, ada beberapa tahapan, diantaranya yaitu:
1. Proses fermentasi,proses permentasi adalah langkah penting dilakukan
sebelum menanam jarum tiram. dengan membuat media tumbuh jarum
tiram dengan proses fermentasi, maka hasil jamur yang akan dipanen
juga akan memuaskan . selain itu, proses ini juga membunuh jamur liar
lain yang berpotensi mengganggu pertumbuhan jamur tiram.
2. Proses sterilisasi
3. Proses inokulasi, fungsi inokulasi adalah untuk meminimalisisr baglog
dari spora pathogen atau bakteri lainnya
4. Proses inkubasi, pada tahap ini, jamur harus diletakan pada suhu ruang
dengan rentang 22-28 derajat celsius.kelembapan yang dibutuhkan
yaitu 60-70%. masa inkubasi ini berlangsung selama beberapa minggu
sampai tumbuh miselium
5. Proses kumbung, proses kumbung adalah tempat buah jamur tumbuh