Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN BULANAN

KEGIATAN PROGRAM GANGGUA


TAHUN 2018
Puskesmas :
Kota/Kab :
Bulan :

Kasus baru (kunjungan pertama kali ke puskesmas)


Jumlah Kasus Baru Menurut G
Kode
NO KEGIATAN 0-7 hr 8-28 hr 1-11 bn 1-4 th 5-9 th 10-14 th
ICD X
L P L P L P L P L P L

I Jenis Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (H00-H59)


a. Katarak: > 3/60
≤3/60
b. Kelainan Refraksi
- Miopi
- Hipermetropia
- Presbiopia
- Astigmatisme
c. Glaukoma
d. Retinopati Diabetikum
e. Low Vision
f. Retinopati Of Prematurity (ROP)
g. Xeroftalmia (rabun senja)
h. Buta
i. Benda Asing di Mata
j. Konjungtivitis
k. Hordeulum
l. Pterydium
m.Penyakit mata lainnya (sebutkan)

e. Jumlah operasi katarak


f. Follow up pasca operasi katarak
Tajam penglihatan: 6/12 - 6/18
< 6/18 - 6/60
< 6/60
II Jenis Gangguan Pendengaran dan Ketulian (H60-H95)
a. Otitis Eksterna
b. Otitis Media Akut
Otitis Media Supuratif Kronik
c.
(OMSK/Congek)
d. Serumen
e. Presbikusis
f. Tuli akibat Bising (NIHL)
g. Tuli Kongenital (Tuli Sejak Lahir)
h. Gangguan Pendengaran Lainnya (sebutkan):

Mengetahui:
Kepala ............

…………………………
NIP.
ANAN
GGUAN INDERA
8

urut Golongan Umur Jumlah Jumlah


10-14 th 15-19 tn 20-44 th 45-59 th >59 th kasus baru Kasus KET.
P L P L P L P L P L P Total Dirujuk
………….., Januari 2018
Pengelola program

…………………………
NIP.
LAPORAN
KEGIATAN PROGRAM GANGGUAN INDERA
TAHUN 2018
Puskesmas : Sawo
Kota/Kab : Nias Utara
Bulan :
Kunjungan/kasus lama (kunjungan ke puskesmas lebih dari 1 kali)
Jumlah Kasus Baru Menurut Golongan Umur
Kode ICD
NO KEGIATAN 0-7 hr 8-28 hr 1-11 bn 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15-19 tn 20-44 th 45-59 th
X
L P L P L P L P L P L P L P L P L P

I Jenis Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (H00-H59)


a. Katarak: > 3/60
≤3/60
b. Kelainan Refraksi
- Miopi
- Hipermetropia
- Presbiopia
- Astigmatisme
c. Glaukoma
d. Retinopati Diabetikum
e. Low Vision
f. Retinopati Of Prematurity (ROP)
g. Xeroftalmia (rabun senja)
h. Buta
i. Benda Asing di Mata
j. Konjungtivitis
k. Hordeulum
l. Pterydium
m.Penyakit mata lainnya (sebutkan)

e. Jumlah operasi katarak


f. Follow up pasca operasi katarak
Tajam penglihatan: 6/12 - 6/18
< 6/18 - 6/60
< 6/60
II Jenis Gangguan Pendengaran dan Ketulian (H60-H95)
a. Otitis Eksterna
b. Otitis Media Akut
Otitis Media Supuratif Kronik
c.
(OMSK/Congek)
d. Serumen
e. Presbikusis
f. Tuli akibat Bising (NIHL)
g. Tuli Kongenital (Tuli Sejak Lahir)
h. Gangguan Pendengaran Lainnya (sebutkan):

Mengetahui:
Kepala Puskesmas Sawo

LESTARI TELAUMBANUA, Amd.Keb.


Penata TK I
NIP. 19770202 199603 2 001
Jumlah Jumlah
>59 th kasus baru Kasus KET.
L P L P Total Dirujuk
Sawo 2019
Pengelola program KIA,

ROSALIA W FAU.Am.Keb
NIP. 19890829 201704 2 004
LAPORAN BULANAN
KEGIATAN PROGRAM GANGGUAN FUNGSIONAL
PENYANDANG DISABILITASMENURUT JENIS KELAMIN DAN UMUR
TAHUN 2019
Puskesmas : SAWO
Kota/Kab : Nias Utara
Bulan :
Kasus baru (kunjungan pertama kali ke puskesmas)
Jenis Kelamin dan Umur
No Penyandang
0-7 hr 8-28 hr 1-11 bn 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15-19 tn
L P L P L P L P L P L P L P
1 Afarasia (R47.0)
2 Disartria (R47.1)
3 Dysphonia (R49.0)
4 Keterlambatan Bicara (F80)
5 Gagap (Stutering/stammering) (F98.5)
6 gangguan Kognisi (R41)
7 Disfagia (R13)
8 Kesulitan makan pada anak (P92)
9 Retensi Sputum (J00-J18)
10 Retensio Urin (N33)
11 Inkontinensia Urin (N39.4)
12 Gangguan kekakuan otot (M60-M63)
13 Nyeri Muskuloskeletal (M79.6)
14 Nyeri Neuropati (G60)
Neoplasm Related pain Cute and Chronic
15
(Keganasan) (G89.3)
16 Decubitus (L89)

Jenis Kelamin dan Umur


No JENIS DISABILITAS
0-7 hr 8-28 hr 1-11 bn 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15-19 tn
L P L P L P L P L P L P L P
1. Disabilitas Fisik
a. Pasca Stroke
b. Post Injury
c. Bibir Sumbing
d. Cerebral Palsy
e. Paraplegi
f. Lumpuh Layu
2. Disabilitas Intelektual
a. Down Sindrom
b. Lambat Belajar
c. Disabilitas Grahita
3. Disabilitas Sensorik
a. Tuna Netra
b. Tuna Wicara
c. Tuna Rungu
4. Disabilitas Mental
a. Autis
b. Depresi
c. Gangguan Kepribadian
d. Lain-lain (sebutkan)

Mengetahui:
Kepala Puskesmas Sawo

LESTARI TELAUMBANUA, Amd.Keb.


Penata TK I
NIP. 19770202 199603 2 001
ANAN
GUAN FUNGSIONAL
T JENIS KELAMIN DAN UMUR
19

Jenis Kelamin dan Umur


20-44 th 45-59 th >59 th Jumlah Total
L P L P L P L P

Jenis Kelamin dan Umur


Total
20-44 th 45-59 th >59 th Jumlah
L P L P L P L P
Sawo 2019

Pengelola program KIA,

ROSALIA W FAU.Am.Keb
NIP. 19890829 201704 2 004
KEGIATAN
PENYANDANG DISA

Puskesmas :
Kota/Kab :
Bulan :
Kunjungan/kasus lama (kunjungan ke puskesmas lebih dari 1 kali)

No Penyandang
0-7 hr 8-28 hr 1-11 bn
L P L P L
1 Afarasia (R47.0)
2 Disartria (R47.1)
3 Dysphonia (R49.0)
4 Keterlambatan Bicara (F80)
5 Gagap (Stutering/stammering) (F98.5)
6 gangguan Kognisi (R41)
7 Disfagia (R13)
8 Kesulitan makan pada anak (P92)
9 Retensi Sputum (J00-J18)
10 Retensio Urin (N33)
11 Inkontinensia Urin (N39.4)
12 Gangguan kekakuan otot (M60-M63)
13 Nyeri Muskuloskeletal (M79.6)
14 Nyeri Neuropati (G60)
Neoplasm Related pain Cute and Chronic
15
(Keganasan) (G89.3)
16 Decubitus (L89)

No JENIS DISABILITAS
0-7 hr 8-28 hr 1-11 bn
L P L P L
1. Disabilitas Fisik
a. Pasca Stroke
b. Post Injury
c. Bibir Sumbing
d. Cerebral Palsy
e. Paraplegi
f. Lumpuh Layu
2. Disabilitas Intelektual
a. Down Sindrom
b. Lambat Belajar
c. Disabilitas Grahita
3. Disabilitas Sensorik
a. Tuna Netra
b. Tuna Wicara
c. Tuna Rungu
4. Disabilitas Mental
a. Autis
b. Depresi
c. Gangguan Kepribadian
d. Lain-lain (sebutkan)

Mengetahui:
Kepala ............

…………………………
NIP.
LAPORAN BULANAN
KEGIATAN PROGRAM GANGGUAN FUNGSIONAL
ANDANG DISABILITASMENURUT JENIS KELAMIN DAN UMUR
TAHUN 2018

Jenis Kelamin dan Umur

1-11 bn 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15-19 tn 20-44 th


P L P L P L P L P L P

Jenis Kelamin dan Umur


1-11 bn 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15-19 tn 20-44 th
P L P L P L P L P L P
Total
45-59 th >59 th Jumlah
L P L P L P

Total
45-59 th >59 th Jumlah
L P L P L P
………….., Januari 2018
Pengelola program

…………………………
NIP.
DAFTAR OPERASIONAL

1 Kasus baru
2
follow-up paska operasi katarak

3
Kasus lama

4 Disabilitas

5 Katarak

6 Glukoma

7 Rabun Jauh/Miopia

8 Rabun Dekat/Hipermetropia

9 Presbiopia

10 Astigmatisme

11 Buta

Otitis Media Supuratif Kronis


12
(OMSK), congek)

13 Otitis Media Akut (OMA)

14 Tuli Kongenital

Noise Induced Hearing Loss (NIHL)


15 Gangguan Pendengaran Akibat
Bising) ditempat kerja

16 Serumen

17 Prebikusis

18 Disabilitas Fisik

19 Disabilitas intelektual
20 Disabilitas Mental

21 Disabilitas Sensorik

22 Afarasia

23 Disartria

24 Dysphonia

25 Keterlambatan bicara
26 Stuttering/Stammering/gagap

27 Gangguan Kognisi

28 Disfagia

29 Kesulitan Makan Pada Anak

30 Retensi Sputum

31 Retensio Urin

32 Inkontinensia Urin

33 Gangguan Kekuatan Otot

34 Nyeri Muskuloskeletal

35 Nyeri Neuropati

36 Neoplasm related pain acute and


chronic (keganasan)

37 Decubitus
DAFTAR OPERASIONAL

Kunjungan pertama kali ke puskesmas


Pasien lama yg dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan paska operasi katarak
diperiksa H+1,H+7, dan H+30

Kunjungan ke dua kali atau lebih dengan keluhan sama dengan kasus/kunjungan
pertama

Suatu ketidakmampuan tubuh dalam melakukan suatu aktifitas atau kegiatan tertentu
sebagaimana orang normal pada umumnya yang disebabkan oleh kondisi
ketidakmampuan dalam hal fisiologis, psikologis dan kelainan struktur atau fungsi
anatomi

Gangguan yang disebabkan adanya pengapuran pada lensa mata, sehingga daya
akomodasi dan penglihatan menjadi kabur.

Gangguan yang terjadi karena tekanan cairan di ruang depan lensa meningkat, sehingga
menghambat aliran darah. Akibatnya dapat terjadi kebutaan.

Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh lensa mata terlalu cembung, sehingga
bayangan benda jatuh di depan retina. Miopi disebut juga rabun jauh. Untuk menolong
penderita miopi, dipakai kacamata lensa cekung (lensa negatif).

Gangguan penglihatan yang disebabkan lensa mata terlalu cekung, sehingga bayangan
retina jatuh di belakang retina. Untuk menolong penderita hipermetropi, dipakai kacamata
lensa cembung (lensa positif).

Gangguan penglihatan yang disebabkan berkurangnya daya akomodasi lensa mata.


Presbiopi umumnya dialami oleh orang lanjut usia. Untuk menolong penderita presbiopi,
dipakai kacamata lensa rangkap (cembung dan cekung).

Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh kecembungan permukaan kornea atau


permukaan mata yang tidak rata, sehingga sinar sejajar yang datang tidak difokuskan
pada satu titik. Untuk menolong penderita astigmatisme dipakai kacamata silindris.

Kondisi dimana kurangnya persepsi visual karena faktor fisiologis (fisik) dan
neurologi (syaraf), yang merujuk kepada hilangnya penglihatan yang tidak dapat
dikoreksi/diobati dengan kacamata atau lensa kontak

Infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah. Yaitu pada ruang di belakang gendang
telinga, di mana terdapat tiga tulang kecil yang menangkap getaran dan meneruskannya
ke telinga bagian dalam. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah radang telinga tengah.

Peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telingatengah

Ketulian yang terjadi pada seorang bayi disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kehamilan maupun pada saat lahir. Ketulian ini dapat berupa tuli sebagian (hearing
impaired) atau tuli total (deaf).

Penurunan pendengaran tipe sensorineural, yang pada awalnya tidak disadari, karena
belum mengganggu percakapan sehari-hari

Gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan
menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu

Tuli sensorineural (saraf) pada usia lanjut akibat proses degenerasi (penuaan) organ
pendengaran. Proses ini terjadi berangsur angsur, dan simetris (terjadi pada kedua sisi
telinga).

Disabilitas fisik merupakan gangguan pada tubuh yang membatasi fungsi fisik salah satu
anggota badan bahkan lebih atau kemampuan motorik seseorang. Disabilitas fisik
lainnya termasuk sebuah gangguan yang membatasi sisi lain dari kehidupan sehari-hari
antara lain: Pasca Stroke, post injury, Bibir Sumbing, Tuna daksa

Mencakup berbagai kekurangan intelektual, diantaranya adalah keterbelakangan mental


Disabilitas mental secara signifikan mengganggu kinerja aktivitas hidup yang besar,
misalnya saja seperti mengganggu belajar, berkomunikasi dan bekerja serta lain
sebagainya, antara laian: Down sindrom, Cerebral Palsy, Tuna Grahita

Disabilitas sensorik merupakan gangguan yang terjadi pada salah satu indera. Istilah ini
biasanya digunakan terutama pada penyandang disabilitas yang mengacu pada
gangguan pendengaran, penglihatan dan indera lainnya juga bisa terganggu, antara lain:
Tuna Netra, Tuna Wicara, Tuna Rungu

Ketidakmampuan untuk berbicara, menulis, atau mengerti bahasa lisan atau tertulis,
kondisi ini paling sering disebabkan oleh stroke atau cedera kepala. Atau Afasia
merupakan kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau kehilangan
kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat
berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat
perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala atau
gangguan neurologis lain (contohnya kejang)
Suatu kondisi di mana penderitanya mengalami kesulitan mengendalikan atau
mengkoordinasi otot yang digunakan ketika berbicara, atau kelemahan otot, sering
ditandai dengan bicara cadel atau lambat dan sulit dimengerti.
Gangguan suara yang disebabkan oleh abnormal kontraksi otot-otot yang memproduksi
suara, ada saat-saat tidak ada suara dapat dibuat sama sekali dan kali ketika suara
quivery, tegang, serak.
Salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.
Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicaradan bahasa berkisar 5
– 10% pada anak sekolah
Gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat
pengulangan suara, suku kata, kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi
spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring. Terdapat kecenderungan
adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh
tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak
aman, dan kepribadian anak.

Gangguan dan kondisi yang mempengaruhi kemampuan berfikir seseorang sehingga


memiliki kesulitan dengan ingatan, persepsi, dan belajar. Kognisi memainkan peran
penting dalam kemampuan seseorang untuk belajar dan hidup sehat dan normal.Menurut
Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders (DSM-V), masalah kognitif bisa
masuk ke dalam kategori berikut: demensia (yang paling umum :alzheimer), gangguan
pengembangan (termasuk autisme), delirium dan amnesia.

Gejala kesulitan menelan karena gangguan pada esofagus (kerongkongan).


Masalah makan adalah ketidak mampuan untuk makan atau penolakan terhadap
makanan tertentu sebagai akibat disfungsi neoromotorik, lesi obstruktif, atau faktor
psikososial yang mempengaruhi makan, atau kombinasi dua atau lebih penyebab
tersebut.
Obstruksi jalan nafas akibat sumbatan sputum
Suatu keadaan penumpukan urin di kandung kemih dan tidak punya kemampuan untuk
mengosongkannya secara sempurna, sedangkan urin merupakan hasil dari ekskresi
manusia yang dihasilkan dari penyaringan darah yang dilakukan di ginjal.
Ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol kandung kemih (bladder), dapat terjadi
akibat dampak dari infeksi saluran kemih, sembelit, minum obat jenis tertentu, stroke,
dan prostat yang membesar. Tergantung dari penyebabnya, inkontinensia urin dapat
bersifat sementara (akut) atau berkelanjutan (kronis).
Ketidakmampuan otot untuk mempertahankan massa dan atau kekuatan dan atau fungsi
motoriknya.
Nyeri pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis
secara berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan akan
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon.
nyeri yang dipicu atau disebabkan oleh lesi primer atau disfungsi dari sistem saraf dan
dapat disebabkan oleh kompresi atau infiltrasi dari nervus oleh suatu tumor, tergantung di
mana lesi atau disfungsi terjadi. Nyeri neuropatik pada dasarnya dapat dibagi menjadi
dua yaitu berdasarkan asalnya yaitu perifer dan sentral, juga berdasarkan
waktunya, yakni nyeri neuropatik akut dan kronik.
Kanker, neoplasma, atau tumor yang tumbuh secara tidak terkontrol, dan dapat
menyerang jaringan di dekatnya dan bermetastasis, atau menyebar ke area lain dari
tubuh.

Kerusakan / kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan sampai menembus otot
sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus
menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat

Anda mungkin juga menyukai