Mengetahui:
Kepala ............
…………………………
NIP.
ANAN
GGUAN INDERA
8
…………………………
NIP.
LAPORAN
KEGIATAN PROGRAM GANGGUAN INDERA
TAHUN 2018
Puskesmas : Sawo
Kota/Kab : Nias Utara
Bulan :
Kunjungan/kasus lama (kunjungan ke puskesmas lebih dari 1 kali)
Jumlah Kasus Baru Menurut Golongan Umur
Kode ICD
NO KEGIATAN 0-7 hr 8-28 hr 1-11 bn 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15-19 tn 20-44 th 45-59 th
X
L P L P L P L P L P L P L P L P L P
Mengetahui:
Kepala Puskesmas Sawo
ROSALIA W FAU.Am.Keb
NIP. 19890829 201704 2 004
LAPORAN BULANAN
KEGIATAN PROGRAM GANGGUAN FUNGSIONAL
PENYANDANG DISABILITASMENURUT JENIS KELAMIN DAN UMUR
TAHUN 2019
Puskesmas : SAWO
Kota/Kab : Nias Utara
Bulan :
Kasus baru (kunjungan pertama kali ke puskesmas)
Jenis Kelamin dan Umur
No Penyandang
0-7 hr 8-28 hr 1-11 bn 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15-19 tn
L P L P L P L P L P L P L P
1 Afarasia (R47.0)
2 Disartria (R47.1)
3 Dysphonia (R49.0)
4 Keterlambatan Bicara (F80)
5 Gagap (Stutering/stammering) (F98.5)
6 gangguan Kognisi (R41)
7 Disfagia (R13)
8 Kesulitan makan pada anak (P92)
9 Retensi Sputum (J00-J18)
10 Retensio Urin (N33)
11 Inkontinensia Urin (N39.4)
12 Gangguan kekakuan otot (M60-M63)
13 Nyeri Muskuloskeletal (M79.6)
14 Nyeri Neuropati (G60)
Neoplasm Related pain Cute and Chronic
15
(Keganasan) (G89.3)
16 Decubitus (L89)
Mengetahui:
Kepala Puskesmas Sawo
ROSALIA W FAU.Am.Keb
NIP. 19890829 201704 2 004
KEGIATAN
PENYANDANG DISA
Puskesmas :
Kota/Kab :
Bulan :
Kunjungan/kasus lama (kunjungan ke puskesmas lebih dari 1 kali)
No Penyandang
0-7 hr 8-28 hr 1-11 bn
L P L P L
1 Afarasia (R47.0)
2 Disartria (R47.1)
3 Dysphonia (R49.0)
4 Keterlambatan Bicara (F80)
5 Gagap (Stutering/stammering) (F98.5)
6 gangguan Kognisi (R41)
7 Disfagia (R13)
8 Kesulitan makan pada anak (P92)
9 Retensi Sputum (J00-J18)
10 Retensio Urin (N33)
11 Inkontinensia Urin (N39.4)
12 Gangguan kekakuan otot (M60-M63)
13 Nyeri Muskuloskeletal (M79.6)
14 Nyeri Neuropati (G60)
Neoplasm Related pain Cute and Chronic
15
(Keganasan) (G89.3)
16 Decubitus (L89)
No JENIS DISABILITAS
0-7 hr 8-28 hr 1-11 bn
L P L P L
1. Disabilitas Fisik
a. Pasca Stroke
b. Post Injury
c. Bibir Sumbing
d. Cerebral Palsy
e. Paraplegi
f. Lumpuh Layu
2. Disabilitas Intelektual
a. Down Sindrom
b. Lambat Belajar
c. Disabilitas Grahita
3. Disabilitas Sensorik
a. Tuna Netra
b. Tuna Wicara
c. Tuna Rungu
4. Disabilitas Mental
a. Autis
b. Depresi
c. Gangguan Kepribadian
d. Lain-lain (sebutkan)
Mengetahui:
Kepala ............
…………………………
NIP.
LAPORAN BULANAN
KEGIATAN PROGRAM GANGGUAN FUNGSIONAL
ANDANG DISABILITASMENURUT JENIS KELAMIN DAN UMUR
TAHUN 2018
Total
45-59 th >59 th Jumlah
L P L P L P
………….., Januari 2018
Pengelola program
…………………………
NIP.
DAFTAR OPERASIONAL
1 Kasus baru
2
follow-up paska operasi katarak
3
Kasus lama
4 Disabilitas
5 Katarak
6 Glukoma
7 Rabun Jauh/Miopia
8 Rabun Dekat/Hipermetropia
9 Presbiopia
10 Astigmatisme
11 Buta
14 Tuli Kongenital
16 Serumen
17 Prebikusis
18 Disabilitas Fisik
19 Disabilitas intelektual
20 Disabilitas Mental
21 Disabilitas Sensorik
22 Afarasia
23 Disartria
24 Dysphonia
25 Keterlambatan bicara
26 Stuttering/Stammering/gagap
27 Gangguan Kognisi
28 Disfagia
30 Retensi Sputum
31 Retensio Urin
32 Inkontinensia Urin
34 Nyeri Muskuloskeletal
35 Nyeri Neuropati
37 Decubitus
DAFTAR OPERASIONAL
Kunjungan ke dua kali atau lebih dengan keluhan sama dengan kasus/kunjungan
pertama
Suatu ketidakmampuan tubuh dalam melakukan suatu aktifitas atau kegiatan tertentu
sebagaimana orang normal pada umumnya yang disebabkan oleh kondisi
ketidakmampuan dalam hal fisiologis, psikologis dan kelainan struktur atau fungsi
anatomi
Gangguan yang disebabkan adanya pengapuran pada lensa mata, sehingga daya
akomodasi dan penglihatan menjadi kabur.
Gangguan yang terjadi karena tekanan cairan di ruang depan lensa meningkat, sehingga
menghambat aliran darah. Akibatnya dapat terjadi kebutaan.
Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh lensa mata terlalu cembung, sehingga
bayangan benda jatuh di depan retina. Miopi disebut juga rabun jauh. Untuk menolong
penderita miopi, dipakai kacamata lensa cekung (lensa negatif).
Gangguan penglihatan yang disebabkan lensa mata terlalu cekung, sehingga bayangan
retina jatuh di belakang retina. Untuk menolong penderita hipermetropi, dipakai kacamata
lensa cembung (lensa positif).
Kondisi dimana kurangnya persepsi visual karena faktor fisiologis (fisik) dan
neurologi (syaraf), yang merujuk kepada hilangnya penglihatan yang tidak dapat
dikoreksi/diobati dengan kacamata atau lensa kontak
Infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah. Yaitu pada ruang di belakang gendang
telinga, di mana terdapat tiga tulang kecil yang menangkap getaran dan meneruskannya
ke telinga bagian dalam. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah radang telinga tengah.
Ketulian yang terjadi pada seorang bayi disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kehamilan maupun pada saat lahir. Ketulian ini dapat berupa tuli sebagian (hearing
impaired) atau tuli total (deaf).
Penurunan pendengaran tipe sensorineural, yang pada awalnya tidak disadari, karena
belum mengganggu percakapan sehari-hari
Gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan
menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu
Tuli sensorineural (saraf) pada usia lanjut akibat proses degenerasi (penuaan) organ
pendengaran. Proses ini terjadi berangsur angsur, dan simetris (terjadi pada kedua sisi
telinga).
Disabilitas fisik merupakan gangguan pada tubuh yang membatasi fungsi fisik salah satu
anggota badan bahkan lebih atau kemampuan motorik seseorang. Disabilitas fisik
lainnya termasuk sebuah gangguan yang membatasi sisi lain dari kehidupan sehari-hari
antara lain: Pasca Stroke, post injury, Bibir Sumbing, Tuna daksa
Disabilitas sensorik merupakan gangguan yang terjadi pada salah satu indera. Istilah ini
biasanya digunakan terutama pada penyandang disabilitas yang mengacu pada
gangguan pendengaran, penglihatan dan indera lainnya juga bisa terganggu, antara lain:
Tuna Netra, Tuna Wicara, Tuna Rungu
Ketidakmampuan untuk berbicara, menulis, atau mengerti bahasa lisan atau tertulis,
kondisi ini paling sering disebabkan oleh stroke atau cedera kepala. Atau Afasia
merupakan kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau kehilangan
kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat
berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat
perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala atau
gangguan neurologis lain (contohnya kejang)
Suatu kondisi di mana penderitanya mengalami kesulitan mengendalikan atau
mengkoordinasi otot yang digunakan ketika berbicara, atau kelemahan otot, sering
ditandai dengan bicara cadel atau lambat dan sulit dimengerti.
Gangguan suara yang disebabkan oleh abnormal kontraksi otot-otot yang memproduksi
suara, ada saat-saat tidak ada suara dapat dibuat sama sekali dan kali ketika suara
quivery, tegang, serak.
Salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.
Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicaradan bahasa berkisar 5
– 10% pada anak sekolah
Gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat
pengulangan suara, suku kata, kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi
spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring. Terdapat kecenderungan
adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh
tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak
aman, dan kepribadian anak.
Kerusakan / kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan sampai menembus otot
sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus
menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat