Anda di halaman 1dari 16

D

S
U
S
U
N

OLEH :

NAMA : OKIRIAWAN SACCHARINDA


KELAS : XI IPA 1
GURU PEMBIMBING : ANTONI,S.Pd

DINAS PENDIDIKAN NASIONAL

SMA NEGERI 3 UNGGULAN KAYUAGUNG

(R-SMA BI)

KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

TAHUN AJARAN 2010/2011


Penyakit Menular Seksual (PMS)
dan Penyebabnya
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. Penyakit menular
seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina,
oral maupun anal. PMS dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius.

Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan


menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan bahkan
kematian. Wanita lebih beresiko untuk terkena PMS lebih besar daripada laki-
laki sebab mempunyai alat reproduksi yang lebih rentan. Dan seringkali
berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera dikenali, sedangkan
penyakit melanjut ke tahap lebih parah.

Oleh karena letak dan bentuk kelaminnya yang agak menonjol, gejala
PMS pada laki-laki lebih mudah dikenali, dilihat, dan dirasakan. Sedangkan pada perempuan sebagian besar gejala
yang timbul hampir tak dapat dirasakan.

Gejala-gejala umum PMS pada laki-laki adalah :


 Bintik-bintik berisi cairan, borok, atau lecet pada daerah sekitar kelamin.
 Luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada sekitar daerah kelamin.
 Adanya kutil yang tumbuh seperti jengger ayam.
 Rasa gatal yang sangat hebat di sekitar kelamin.
 Sakit luar biasa saat kencing.
 Kencing nanah/darah dengan bau busuk.
 Bengkak panas nyeri pada pangkal paha yang akhirnya menjadi borok.
 Kehilangan berat badan secara drastis, diare berkepanjangan, dan berkeringat saat malam.

Sedangkan pada perempuan meliputi :


 Rasa sakit atau nyeri saat kencing atau saat berhubungan seksual.
 Rasa nyeri pada perut bagian bawah.
 Keluarnya lendir pada vagina.
 Keputihan berwarna putih susu, bergumpal, dan disertai rasa gatal pada kelamin.
 Keputihan berbusa dan berbau busuk.
 Bercak-bercak darah setelah berhubungan seks.

Ada banyak jenis PMS yang telah ditemukan. Dan diantaranya yang
paling sering ditemui dan berbahaya adalah

1. Gonore (GO) atau kencing nanah:


Gonore (GO) adalah penyakit Menular Seksual yang paling sering terjdi dan paling mudah
terjadi. Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan secara langsung dari
seseorang ke orang lain melalui kontak seks. Namun penyakit gonore ini dapat juga ditularkan melalui
ciuman atau kontak badan yang dekat. Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan
melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan untuk obat bius.

Penyakit menular seksual juga disebut penyakit venereal merupakan penyakit yang paling
sering ditemukan di seluruh dunia. Pengobatan penyakit ini efektif dan penyembuhan cepat sekali.
Namun, beberapa kuman yang lebih tua telah menjadi kebal terhadap obat-obatan dan telah menyebar
ke seluruh dunia dengan adanya banyak perjalanan yang dilakukan orang-orang melalui transportasi
udara.
Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks
dengan menggunakan upaya pencegahan. Salah satu di antara PMS ini adalah penyakit gonore yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi selaput lendir saluran kencing, leher
rahim, dubur dan tenggorokan atau selaput lendir Gonore adalah PMS yang paling sering ditemukan
dan paling mudah ditegakkan diagnosisnya. Nama awam penyakit kelamin ini adalah “kencing
nanah”. Masa inkubasi 3-5 hari.

Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata
(konjungtiva).

Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan
persendian.
Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga
timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi.

 Kuman : Neisseria gonorrhoea


 Perantara : manusia
 tempat kuman keluar : penis, vagina, anus, mulut
 cara penularan : kontak seksua langsung
 tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut
 yang bisa terkena : orang yang berhubungan seks tak amaN

TANDA DAN GEJALA

Pada pria

 gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi.
 Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti
oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis.
 Penderita pria biasanya mengeluhkan sakit pada waktu kencing. Dari mulut saluran kencing
keluar nanah kental berwarna kuning hijau. Setelah beberapa hari keluarnya nanah hanya pada
pagi hari, sedikit dan encer serta rasa nyeri berkurang. Bila penyakit ini tidak diobati dapat
timbul komplikasi berupa peradangan pada alat kelamin.
 Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk
ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas.
 Lubang penis tampak merah dan membengkak.

KOMPLIKASI

 Bartolinitis, yaitu membengkaknya kelenjar Bartholin sehingga penderita sukar jalan karena
nyeri.
 Komplikasi dapat ke atas menyebabkan kemandulan, bila ke rongga perut menyebabkan
radang di perut dan usus.
 Selain itu baik pada wanita atau pria dapat terjadi infeksi sistemik (seluruh tubuh) ke sendi,
jantung, selaput otak dan lain-lain.
 Pada ibu hamil, bila tidak diobati, saat melahirkan mata bayi dapat terinfeksi, bila tidak cepat
ditangani dapat menyebabkan kebutaan
 Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau beberapa sendi, dimana sendi menjadi
bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas.
 Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah berisi
nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang berpindah dari
satu sendi ke sendi lainnya (sindroma artritis-dermatitis).
 Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis). Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa
menyebabkan nyeri yang menyerupai kelainan kandung empedu.
 Komplikasi yang terjadi bisa diatasi dan jarang berakibat fatal, tetapi masa penyembuhan untuk
artritis atau endokarditis berlangsung lambat.

Bartolinitis
 Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan pembengkakan pada
alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan
sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang
memerah.
 Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di bagian dalam
vagina agak keluar. Kuman yang menyebabkan infeksi pada bartolin ini bisa bermacam-
macam, termasul gonore. Kuman lain adalah chlamydia, dan sebagainya.
 Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas vagina.
Akibat penyumbatan ini, lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar sehingga disebut
sebagai kista (kantong berisi cairan). “Kuman dalam vagina bisa menginfeksi salah satu
kelenjar bartolin hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak ada infeksi, tak akan
menimbulkan keluhan.”
 Untuk mengatasinya, pemberian antibiotik untuk mengurangi radang dan pembengkakan. Jika
terus berlanjut, diperlukan tindakan operatif untuk mengangkat kelenjar yang membengkak.
Tak perlu khawatir vagina akan kering setelah pengangkatan, karena pada dasarnya yang
diangkat hanya salah satu penghasil pelumas.

DIAGNOSA
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah, dimana
ditemukan bakteri penyebab gonore.
 Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di
laboratorium.
 Jika diduga terjadi infeksi tenggorokan atau rektum, diambil contoh dari daerah ini dan dibuat
biakan.

PENGOBATAN

 Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau
dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan
doksisiklin).
 Cefixime (Suprax) Dosing Interactions Contraindications Precautions Dewasa 400 mg PO once
for uncomplicated genitourinary or rectal infection Anak <45 kg: 8 mg/kg PO once; not to
exceed 400 mg >45 kg: Administer as in adults Coadministration of aminoglycosides increase
nephrotoxicity; probenecid may increase effects of cefixime
 Ceftriaxone (Rocephin) Dosing Interactions Contraindications Precautions Dewasa 125-250
mg IM once; 125 mg if uncomplicated genitourinary, rectal, or pharyngeal infection; 250 mg
for PID 1 g IV/IM q24h for DGI 1-2 g IV q12h for gonococcal meningitis or endocarditis 1 g
IM once for gonococcal conjunctivitis; consider single saline lavage as well Anak 25-50 mg/kg
IV/IM as single dose for conjunctival infection (maximum 125 mg) 25-50 mg/kg/d IV/IM for 7
d for scalp abscess, sepsis, arthritis 25-50 mg/kg/d IV/IM for 10-14 d for suspected or known
meningitis 125 mg IM once for children <45 kg with uncomplicated urethritis, cervicitis,
pharyngitis, or rectal infection >45 kg: Administer as in adults
 Spectinomycin (Trobicin) Dewasa 2 g IM once Pediatric 40 mg/kg IM once
Dosing Interactions Contraindications Precautions
 Silver nitrate Dosing Interactions Contraindications Precautions Dewasa Not used for this
indication Anak 2 gtt OU into conjunctival sac once immediately after birth (no later than 1 h
after delivery)
 Erythromycin (Erygel) Dosing Interactions Contraindications Precautions Dewasa Not used
for this indication Anak0.5-inch (1.25 cm) ribbon OU into conjunctival sac once immediately
after birth (no later than 1 h after delivery)
 Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan
mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infus).

2. Herpes simplex genitalis

Herpes simplex genitalis adalah infeksi akut (STD=sexually transmitted disease), yang
disebabkan oleh Virus Herpes Simplex (terutama HSV=Herpes Simplex Virus type II), ditandai
dengan timbulnya vesikula (vesikel = peninggian kulit berbatas tegas dengan diameter kurang dari 1
cm dan dapat pecah menimbulkan erosi kayak koreng kecil) pada permukaan mukosa kulit
(mukokutaneus), bergerombol di atas dasar kulit yang berwarna kemerahan. Pada umumnya terjadi
pada bagian tubuh di bawah pusar, terutama daerah genital dan sekitarnya. Penyebab terbanyak Herpes
simplex genitalis adalah HSV type II.

Walaupun HSV type II merupakan penyebab terbanyak herpes simplex genitalis, namun
dengan trend meningkatnya aktifitas seksual secara orogenital (melalui mulut), keduanya (HSV-1 dan
HSV-2) dapat ditemukan dalam bentuk Herpes labialis (pinggang ke atas, terutama mulut dan area
wajah) dan Herpes genitalis (pinggang ke bawah, terutama area organ seksual dan sekitarnya).

Mengenal tanda-tanda Herpes Genitalis

Masa inkubasi berkisar sekitar 3-7 hari. Berdasarkan pernah tidaknya seseorang kontak dengan Virus
Herpes Simplex (HSV-2), infeksi Herpes genitalis berlangsung dalam 2 fase, yakni:

1. Fase Infeksi (lesi) Primer, ditandai dengan:

 Dapat terjadi tanpa gejala (asimptomatis)


 Diawali dengan rasa panas, rasa terbakar dan gatal pada area yang terserang.
 Kemudian timbul vesikula (bintik-bintik) bergerombol, mudah pecah sehingga menimbulkan
perlukaan (mirip koreng) di permukaan kulit yang kemerahan (eritematus), dan nyeri.
 Selanjutnya dapat diikuti dengan demam, lemas sekujur tubuh (malaise) dan nyeri otot.
 Terjadi pembesaran kelenjar getah bening di sekitar area yang terserang Herpes genitalis.

2 Fase Infeksi (lesi) Rekuren (kambuh).

Seseorang yang pernah infeksi primer, dapat mengalami kekambuhan. Adapun kekambuhan terjadi
karena berbagai faktor dan dapat dipicu oleh beberapa faktor pencetus, misalnya kelelahan fisik
maupun psikis, alkohol, menstruasi dan perlukaan setelah hubungan intim.

 Pada infeksi kambuhan (rekuren), gejala dan keluhan pada umumnya lebih ringan. Gambaran
penyakit bersifat lokal pada salah satu sisi bagian tubuh (unilateral), berbentuk
vesikuloulseratif (bercak koreng) yang biasanya dapat hilang dalam 5 hingga 7 hari.
 Sebelum muncul bercak berkoreng, didahului dengan rasa panas, gatal dan nyeri.
Walaupun keluhan dan gejala bersifat ringan, seyogyanya penderita tidak mengabaikannya. Berobat ke
dokter merupakan langkah bijak agar terhindar dari kemungkinan terjadinya infeksi sekunder dengan
pelbagai dampak yang tidak kita inginkan.

Selain kedua fase di atas, dikenal juga fase laten, yakni fase dimana penderita tidak mengalami
keluhan dan gejala klinis, namun pada pemeriksaan laboratorium ditemukan HSV di ganglion dorsalis
( simpul saraf di bagian belakang tubuh).

PENGOBATAN

Pada infeksi primer, penatalaksanaannya adalah sebagai berikut:

a) Obat untuk mengurangi keluhan (simptomatis), misalnya: analgesik untuk meredakan nyeri.

b) Antivirus:

 Acyclovir, diminum 5 x 200 mg per hari selama 7-10 hari.


 Valacyclovir, diminum 2 x 500 mg per hari selama 7-10 hari.
 Famcyclovir, diminum 3 x 250 mg per hari selama 7-10 hari.

Pada infeksi kambuhan (rekuren):

Infeksi ringan, cukup dengan menggunakan obat untuk meredakan keluhan (simptomatis) dan obat
antivirus topikal (salep, cream), misalnya acyclovir cream, dioleskan 5 kali sehari atau setiap 4 jam,
selama 5-10 hari.

Pada infeksi berat:

 Acyclovir, diminum 5 x 200 mg per hari selama 5 hari.


 Acyclovir, diminum 3 x 400 mg per hari selama 5 hari.
 Acyclovir, diminum 2 x 800 mg per hari selama 5 hari.
 Valacyclovir, diminum 2 x 500 mg per hari selama 5 hari.
 Famcyclovir, diminum 2 x 125 mg per hari selama 5 hari.

Jika kekambuhan (rekuren) terjadi lebih 8 kali dalam setahun, maka perlu dilakukan terapi supresif
selama 6 bulan, menggunakan:

 Acyclovir, diminum 2 x 800 mg per hari selama 5 hari.


 Valacyclovir, diminum 2 x 500 mg per hari selama 5 hari

Bagaimana jika terjadi pada wanita hamil ?

Wanita hamil yang terinfeksi Herpes genitalis dapat menularkan penyakit melalui plasenta
(transplasental) kepada janin yang dikandungnya dengan berbagai resiko pada janin.

Penularan pada trimester (tiga bulan) pertama kehamilan beresiko terjadinya abortus, sedangkan pada
trimester kedua beresiko terjadinya kelahiran prematur.

Ahli kandungan biasanya melakukan secio caesaria (operasi caesar) jika pada saat melahirkan
mendapati si ibu terinfeksi Herpes simplex genitalis untuk menghindari penularan terhadap janin
melalui jalan lahir.
3.SIFILIS / RAJA SINGA
Pengertian

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Penyakit menular
seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini sangat kronik, bersifat
sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh.

Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah Treponema pallidum yang termasuk ordo spirochaetales, familia
spirochaetaceae, dan genus treponema. Bentuk spiral, panjang antara 6 – 15 µm, lebar 0,15 µm.
Gerakan rotasi dan maju seperti gerakan membuka botol. Berkembang biak secara pembelahan
melintang, pembelahan terjadi setiap 30 jam pada stadium aktif.

Epidemiologi

Asal penyakit tidak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa. Pada tahun 1494 terjadi
epidemi di Napoli. Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa penularan sifilis melelui hubungan seksual.
Pada abad ke-15 terjadiwabah di Eropa. Sesudah tahun 1860, morbilitas sifilis menurun cepat. Selama
perang dunia II, kejadian sifilis meningkat dan puncaknya pada tahun 1946, kemudian menurun
setelah itu.

Kasus sifilis di Indonesia adalah 0,61%. Penderita yang terbanyak adalah stadium laten, disusul sifilis
stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.

Patofisiologi

1. Stadium Dini
 Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau
selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut berkembang biak, jaringan bereaksi
dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-sel plasma, terutama di
perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi dikelilingi oleh Treponema
pallidum dan sel-sel radang. Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan
hipertrofi endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Pada
pemeriksaan klinis tampak sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar
getah bening regional secara limfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran hematogen
yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti oleh reaksi jaringan sebagai S II
yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat
tersebut berkurang jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa
sikatrik. S II juga mengalami regresi perlahan-lahan lalu menghilang. Timbul stadium laten.
Jika infeksi T.pallidum gagal diatasi oleh proses imunitas tubuh, kuman akan berkembang biak
lagi dan menimbulkan lesi rekuren. Lesi dapat timbul berulang-ulang.

2. Stadium Lanjut
 Stadium laten berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam keadaan dorman.
Treponema mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pada waktu dini, tetapi kerusakan
perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis.
Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten tidak memberi gejala.

Klasifikasi

Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisital (didapat). Sifilis kongenital dibagi menjadi
sifilis dini (sebelum dua tahun), lanjut (setelah dua tahun), dan stigmata. Sifillis akuisita dapat dibagi
menurut dua cara yaitu:
1. Klinis (stadium I/SI, stadium II/SII, stadium III/SIII)
2. Epidemiologik, menurut WHO dibagi menjadi:
 Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi), terdiri atas S I, S II, stadium rekuren,
dan stadium laten dini.
 Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut
dan S III.

Gejala Klinis

Sifilis Akuisita

1. Sifilis Dini
 Sifilis Primer (S I)
 Sifilis Sekunder (S II)

2. Sifilis Lanjut

Pencegahan

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar tidak tertular penyakit sifilis. Hal-
hal yang dapat dilakukan antara lain :
 Tidak berganti-ganti pasangan
 Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan pempratikkan ‘protective
sex’.
 Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah yang sudah
terinfeksi.

Penatalaksanaan

Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif). Bagi yang alergi penisillin diberikan
tetrasiklin 4×500 mg/hr, atau eritromisin 4×500 mg/hr, atau doksisiklin 2×100 mg/hr. Lama
pengobatan 15 hari bagi S I & S II dan 30 hari untuk stadium laten. Eritromisin diberikan bagi ibu
hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu 90-
100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%.

Obat lain adalah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4×500 mg/hr selama 15 hari, Sefaloridin
memberi hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S I dan S II.

Prognosis

Prognosis sifilis menjadi lebih baik setelah ditemukannya penisilin. Jika penisilin tidak diobati, maka
hampir seperempatnya akan kambuh, 5% akan mendapat S III, 10% mengalami sifilis kardiovaskuler,
neurosifilis, dan 23% akan meninggal.

Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%. Kelainan kulit akan sembuh dalam
7-14 hari. Pembesaran kelenjar getah bening akan menetap berminggu-minggu.

Kegagalan terapi sebanyak 5% pada S I dan S II. Kambuh klinis umumnya terjadi setahun setelah
terapi berupa lesi menular pada mulut, tenggorokan, dan regio perianal. Selain itu, terdapat kambuh
serologik.

Pada sifilis laten lanjut, prognosis baik. Pada sifilis kardiovaskuler, prognosis sukar ditentukan.
Prognosis pada neurosifilis bergantung pada tempat dan derajat kerusakan.

Sel saraf yang sudah rusak bersifat irreversible. Prognosis neurosifilis pada sifilis dini baik, angka
penyembuhan dapat mencapai 100%. Neurosifilis asimtomatik pada stadium lanjut juga baik, kurang
dari 1% memerlukan terapi ulang
Prognosis sifilis kongenital dini baik. Pada yang lanjut, prognosis tergantung pada kerusakan yang
sudah ada.

4. Klamidia
Penyakit Klamidia tergolong dalam infeksi menular seksual (IMS) pada manusia yang
disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Istilah infeksi Klamidia dapat juga merujuk
kepada infeksi yang disebabkan oleh setiap jenis bakteri dari keluarga Chlamydiaceae. C.
trachomatis hanya ditemukan pada manusia. dapat merusak alat reproduksi manusia dan penyakit
mata. Penyakit ini adalah merupakan salah satu IMS yang paling umum di seluruh dunia – yang
diperkirakan sekitar 2,3 juta orang di Amerika Serikat yang terinfeksi Klamidia.

C. trachomatis dapat ditemukan tinggal di dalam sel manusia. Klamidia dapat ditularkan
melalui hubungan seksual secara vaginal, anal, atau oral, dan dan dapat mengakibatkan bayi
tertular dari ibunya selama masa persalinan. Antara setengah dan tiga perempat dari semua wanita
yang mengidap Klamidia pada leher rahim (cervicitis) tidak memiliki gejala dan tidak tahu bahwa
mereka terinfeksi. Pada pria, infeksi terjadi pada saluran kencing (urethritis) gejalanya : keluarnya
putih dari penis dengan atau tanpa rasa sakit pada kencing (dysuria) dan menyebabkan peradangan
pada daerah pernyimpanan dan kantung sperma (epididymitis). Gejala yang kadang muncul pada
wanita yaitu rasa panas terbakar pada pinggul. Jika Tanpa perawatan, Klamidia dapat
menyebabkan infeksi serius reproduksi dan masalah-masalah kesehatan lainnya dengan baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Klamidia mudah diobati dengan antibiotik. Pada wanita,
klamidia dapat menyebabkan Penyakit Radang Panggul (PRP) yang berakibat wanita tersebut
menjadi mandul (tidak dapat mempunyai anak).

Manifestasi klinis dari uretritis kadang sulit dibedakan dengan gonore dan termasuk adanya
discharge mukopurulen dalam jumlah sedikit atau sedang, gatal pada uretra dan rasa panas ketika
buang air kecil. Infeksi tanpa gejala bisa ditemukan pada 1 – 25 % pria dengan aktivitas seksual
aktif. Komplikasi dan gejala sisa mungkin terjadi dari infeksi uretra pada pria berupa epididimitis,
infertilitas dan sindroma Reiter. Pada pria homoseksual, hubungan seks anorektal bisa
menyebabkan proktitis klamidia.

Gejala-gejala klamidia / symptoms for chlamydia

1. Penyakit kelamin

Infeksi klamidia pada leher rahim (cervicitis) adalah penyakit menular seksual yang asimtomatik
(tidak bergejala) pada sekitar 50-70% wanita yang terinfeksi dengan penyakit ini. Infeksi dapat
ditularkan melalui vagina, anal, ataupun oral. Mereka yang mengalami asimtomatik ini kira-kira
setengahnya akan mengembangkan Penyakit Radang Panggul (PRP), istilah umum untuk infeksi
rahim, saluran tuba, dan / atau ovarium. PRP dapat menyebabkan munculnya jaringan parut di
dalam organ-organ reproduksi, yang kemudian dapat menimbulkan komplikasi serius, termasuk
nyeri panggul kronis, kesulitan menjadi hamil, ektopik (tuba) kehamilan, dan komplikasi pada
kehamilan lainnya yang berbahaya. Chlamydia menyebabkan 250.000 sampai 500.000 kasus PID
setiap tahun di Amerika Serikat. Wanita yang terinfeksi dengan klamidia adalah hingga lima kali
lebih mungkin terinfeksi HIV, jika terkena.

Chlamydia dikenal sebagai “Silent Epidemi” karena pada wanita, hal itu mungkin tidak
menimbulkan gejala pada 75% kasus, dan dapat tidak terdeteksi selama berbulan-bulan atau
tahunan sebelum ditemukan. Gejala yang mungkin terjadi termasuk: perdarahan yang tidak biasa
atau cairan vagina, rasa sakit di perut, nyeri saat hubungan seksual (dispareunia), demam, nyeri
buang air kecil dan dorongan untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya.

Pada pria, Chlamydia menunjukkan gejala infeksi uretritis (radang uretra) di sekitar 50% dari
kasus. Gejala yang mungkin terjadi meliputi: nyeri atau rasa panas ketika buang air kecil, kotoran
yang tidak biasa dari penis, testikel bengkak atau lembut, dan demam. Cairan yang keluar/menetes
atau purulent exudate, umumnya kurang kental dan lebih ringan dalam warna dibanding pada
kasus gonore. Jika tidak diobati, Chlamydia pada laki-laki mungkin akan menyebar ke testis
menyebabkan epididimitis, yang dalam kasus yang jarang terjadi dapat menyebabkan kemandulan
jika tidak dirawat dalam jangka waktu 6 sampai 8 minggu. Chlamydia menyebabkan lebih dari
250.000 kasus epididimitis di Amerika Serikat setiap tahun. Chlamydia juga merupakan penyebab
potensial prostatitis (peradangan pada kelenjar prostat) pada pria, meskipun relevansinya dalam hal
ini masih sulit dipastikan karena ada kemungkinan kontaminasi dari uretritis.

2. Penyakit Mata

Konjungtivitis klamidia

Konjungtivitis klamidia atau trakoma pernah menjadi penyebab paling penting kebutaan di seluruh
dunia, tetapi perannya berkurang dari 15% dari kasus kebutaan oleh trakoma pada tahun 1995
menjadi 3,6% pada tahun 2002. Infeksi dapat menyebar dari mata ke mata oleh jari, berbagi
handuk atau kain, batuk dan bersin. Bayi yang baru lahir dapat juga mengembangkan infeksi mata
Chlamydia melalui persalinan.

3. Kondisi Rheumatological

Klamidia juga dapat menyebabkan artritis reaktif – tiga serangkai artritis, konjungtivitis dan
uretritis (radang uretra) – terutama pada anak laki-laki. Sekitar 15.000 orang mengembangkan
artritis reaktif karena infeksi klamidia setiap tahun di Amerika Serikat, dan sekitar 5.000 secara
permanen terpengaruh olehnya. Ini dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, walaupun lebih sering
terjadi pada pria.

4. Infeksi Perinatal

Sebanyak separuh dari semua bayi yang lahir dari ibu dengan klamidia akan lahir dengan penyakit
ini. Klamidia dapat mempengaruhi bayi dengan menyebabkan aborsi spontan, kelahiran prematur,
konjungtivitis yang dapat menyebabkan kebutaan, dan pneumonia (radang paru-paru).
Konjungtivitis karena Chlamydia biasanya terjadi satu minggu setelah kelahiran (bandingkan
dengan menyebabkan kimia yang dalam hitungan jam atau gonore (2 sampai 5 hari)).

5. Kondisi lain

Chlamydia trachomatis juga merupakan penyebab lymphogranuloma venereum, infeksi kelenjar


getah bening dan limfatik. Biasanya ditunjukkan dengan ulserasi genital dan pembengkakan
kelenjar getah bening di selangkangan, tapi mungkin juga muncul sebagai proktitis (radang anus),
demam atau pembengkakan kelenjar getah bening di wilayah lain dari tubuh.

Diagnosis

Bagi wanita aktif seksual yang tidak hamil, skrining dianjurkan pada mereka yang berusia di
bawah 25 tahun dan wanita lainnya yang beresiko terinfeksi. Faktor risiko mencakup sejarah
klamidia atau infeksi menular seksual lainnya, memiliki mitra seksual baru atau banyak mitra
seksual, dan penggunaan kondom yang tidak konsisten. Para ahli masih belum menemukan
kesepakatan universal apakah screening penting untuk laki-laki.

Diagnosis terhadap infeksi-infeksi klamidia genital berkembang pesat dari tahun 1990-an sampai
2006. Nucleic acid amplification tests (NAAT), seperti pada polymerase chain reaction (PCR),
transcription mediated amplification (TMA), dan DNA strand displacement amplification (SDA)
sekarang menjadi tes-tes andalan. NAAT untuk klamidia dapat dilakukan dengan mengambil
sampel spesimen yang dikumpulkan dari leher rahim (perempuan) atau uretra (laki-laki).

Pengobatan

Infeksi C. trachomatis dapat disembuhkan dengan antibiotik secara efektif setelah terdeteksi.
Centers for Disease Control (CDC – US) menyediakan pedoman untuk perawatan berikut:

* Azitromisin 1 gram oral sebagai dosis tunggal, atau


* Doxycycline 100 mg dua kali sehari selama tujuh hingga empat belas hari.
* Tetrasiklin
* Eritromisin

5. Trikomoniasis Vaginalis
PENDAHULUAN
Trikomoniasis adalah salah satu tipe dari Vaginitis terutama sebagai Penyakit Menular Sexual
(PMS). Juga pernah dilaporkan bahwa penyakit ini dapat pula ditularkan melaluitransmisi lain,
misalnya melalui pakaian kotor. Organisme penyebab Trikomoniasis adalahTrichomonas Vaginalis,
yaitu suatu parasit protozoa. Dalam daur hidupnya tidak ada bentuk kista , sehingga transmisi dalam
stadium trophozoit. Penderita yang terinfeksi banyak yangtidak menimbulkan gejala. Trikomoniasis
menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-harikarena ketidaknyamanan yang ditimbulkannya,
sehingga infeksi ini tidak dapat diabaikan.

DEFINISI
Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau kronik
dandisebabkan oleh Trichomonas Vaginalis.

INSIDEN
Terjadi diseluruh dunia , mengenai sekitar 180 juta/tahun , 15% pada wanita dan 10% priadengan
seksualitas aktif .Di USA, infeksi ini merupakan salah satu penyebab terbanyak PMS dengan insiden
2-3juta/tahun.

ETIOLOGI
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa yang berflagela dengan masa inkubasi sekitar 1minggu,
tapi dapat berkisar antara 4-28 hari.Trikomoniasis merupakan penyakit yangpredominan pada PMS
sehingga resiko menderita infeksi ini berdasarkan pada tingkathubungan seksual pasien.

Yang termasuk faktor resiko adalah :‡


 Jumlah partner dalam hubungan seksual‡
 Partner yang beresiko menularkan infeksi‡
 Tidak menggunakan alat kontrasepsi‡
 Menggunakan kontrasepsi oral
Trikomoniasis lebih banyak terjadi pada masa remaja dan dewasa dengan hubungan sex yangaktif pada wanita
maupun pria.

PATOGENESIS
Mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital dengan cara invasi sampaimencapai
jaringan epitel dan sub epitel . Masa tunas rata- rata 4 hari - 3 minggu . Pada kasusyang lanjut terdapat
bagian ±bagian dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapatditemukan di lapisan sub epitel
yang menjalar sampai ke permukaan epitel. Didalam vaginadan uretra parasit hidup di sisa-sisa sel ,kuman-
kuman,dan benda- benda lain yang terdapatdalam sekret.

GEJALA KLINIK
Tanda-tanda dan gejala-gejala pada wanita:
 gatal-gatal dan rasa panas pada vagina
 sekret vagina yang banyak, berbau, dan berbusa (sekret yang berbusa merupakan bentuk klasik
dari trikomoniasis sebanyak 12%)
 disuria dengan pruritus
 edema vulva
 perdarahan kecil-kecil pada permukaan serviks (serviks strawberry)
 dispareunia dan nyeri
 perdarahan pada waktu post coitus dan nyeri abdomen bagian bawah
 tetapi, lebih dari 50% asimptomatik
Jika tidak diobati, gejala-gejala dapat mereda tetapi infeksi akan menetap secara subklinis,dan
mungkin akan menyebabkan hasil sediaan apus Papanicolau abnormal.

Gejala-gejala pada pria :


 disuri, nyeri urethra, nyeri testis, sering berkemih, nyeri abdomen bagian bawah
 kebanyakan asimptomatik, atau hanya mengalami gejala sementara, meskipun terdapatinfeksi
subklinis yang menetap. Tidak ditemukan bukti adanya komplikasi yang berat ataugejala sisa
jangka panjang dari infeksi Trichomonas yang tidak diobati.

LABORATORIUM
 Dasar pemeriksaan adalah menyingkirkan kemungkinan lain.
 pH vaginaMenentukan pH vagina dengan mengambil apusan yang berisi sekret vagina pada
kertas pHdengan range 3,5 ±5,5.pH yang lebih dari 4,5 dapat disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis dan bacterial vaginosis.
 Apusan basah/Wet mountApusan basah dapat digunakan untuk identifikasi dari flagel, pergerakan
dan bentuk teardropdari protozoa dan untuk identifikasi sel. Tingkat sensitivitasnya 40±60 %,
tingkat spesifiknyamendekati 100% jika dilakukan dengan segera.
 Pap Smear Tingkat sensitivitasnya 40 ± 60 %. Spesifikasinya mendekati 95±99%.
 Test Whiff Tes ini digunakan untuk menunjukkan adanya amina-amina dengan menambahkan
Potassiumhidroksid ke sampel yang diambil dari vagina dan untuk mengetahui bau yang tidak sedap.
 Kultur Dari penelitian Walner ± Hanssen dkk, dari insiden Trikomoniasis dapat deteksi
dengankultur dan tidak dapat dideteksi dengan Pap Smear atau apusan basah.Kebanyakan
dokter tidak mengadakan kultur dari sekresi vagina secara rutin.
 Direct Imunfluorescence assayCara ini lebih sensitive daripada apusan basah, tapi kurang
sensitive dibanding kultur. Caraini dilakukan untuk mendiagnosa secara cepat tapi memerlukan
ahli yang terlatih danmikroskop fluoresesensi.
 Polimerase Chain ReactionCara ini telah dibuktikan merupakan cara yang cepat mendeteksi
Trichomonas vaginalis.

DIAGNOSIS

Diagnosis tidak dapat ditegakkan bila hanya berdasarkan gambaran klinis semata, karenaTrichomonas
vaginalis dalam saluran urogenital tidak selalu menimbalkan gejala ataukeluhan.Uretritis dan vaginitis
dapat disebabkan oleh bermacam ± macam sebab, karena itu perludiagnosa etiologi untuk menentukan
penyebabnya. Untuk mendiagnosis Trichomoniasisdapat dipakai beberapa cara misalnya sediaan
basah,sediaan hapus serta pembiakan.Sediaan basah dicampur dengan garam faal dan dapat dilihat
pergerakan aktif parasit.Pembiakan dapat digunakan bermacam ± macam pembenihan yang
mengandung serum.

PENGOBATAN
Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik.Secara topikal dapat berupa :1. Bahan cairan
berupa irigasi,misalnya Hidrogen peroksida 1- 2 % dan larutan asam laktat4%2. Bahan berupa
supositoria,bubuk yang bersifat trikomonoasidal3. Jel dan krim yang berisi zat trikomonoasidalSecara
sistemik ( oral) :Obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol seperti :
 Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg / hari selama 7 hari
 Nimorazol : dosis tunggal 2 gram
 Tinidazol : dosis tunggal 2 gram
 Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram

Pengobatan Trichomoniasis dalam kehamilan perlu dilakukan. Mengingat bahwa infeksi padabayi
dapat mengakibatkan secret vagina yang berlebihan, piuria dan irritability. Metronidazolkontra
indikasi dalam kehamilan trimester I, sedangkan obat yang lain tidak ada yang manjur,oleh karena itu
metronidazol diberikan pada trimester II atau ke III dengan dosis tunggalsebanyak 2 gram.

Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita :


1. Pemeriksaan dan pengobatan kepada pasangan seksual untuk mencegah jangan terjadiinfeksi
pingpong´
2. Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan sebelum dinyatakan sembuh
3. Hindari pemakaian barang ± barang yang mudah menimbulkan transmisi.

DIAGNOSIS BANDING‡
Rasa terbakar oleh zat kimia‡
Candidiasis‡
Cervicitis‡
Infeksi Chlamydia‡
Enterobiasis‡
Gonorrhea‡
Herves simplek ‡ I
nfeksi HIV‡
Syphilis‡
Infeksi traktus urinary

KOMPLIKASI‡
Infeksi pelvis Pada kehamilan :
- lahir premature
- bayi berat lahir rendah
- selulitis posthysterectomy

PROGNOSIS
Metronidazol menunjukkan angka kesembuhan 95 % .
Angka kesembuhan meningkat bila kontak seksual memakai pengaman.

6. HIV/AIDS
A. Virus HIV

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan
cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan
tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat
ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru
kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk
sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak
memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa.

B. Penyakit AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau
efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu
untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan
oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada
sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.

Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan
waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Seseorang dapat
menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan
manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.

C. Metode / Teknik Penularan dan Penyebaran Virus HIV AIDS


- Darah
Contoh : Tranfusi darah, terkena darah hiv+ pada kulit yang terluka, terkena darah menstruasi pada
kulit yang terluka, jarum suntik, dsb
- Cairan Semen, Air Mani, Sperma dan Peju Pria
Contoh : Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks, dsb.
- Cairan Vagina pada Perempuan
Contoh : Wanita berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dll.
- Air Susu Ibu / ASI
Contoh : Bayi minum asi dari wanita hiv+, Laki-laki meminum susu asi pasangannya, dan lain
sebagainya.

Cairan Tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ :
- Air liur / air ludah / saliva
- Feses / kotoran / tokai / bab / tinja
- Air mata
- Air keringat
- Air seni / air kencing / air pipis / urin / urine

Tambahan :
Jangan mengucilkan dan menjauhi penderita HIV karena mereka membutuhkan bantuan dan dukungan
agar bisa melanjutkan hidup tanpa banyak beban dan berpulang ke rahmatullah dengan ikhlas.

7. Kutil Kelamin
Deskripsi
Kutil Kelamin, juga dikenal sebagai Genital warts atau Condiloma acuminata, adalah salah satu jenis
penyakit menular seksual yang paling umum. Seperti namanya, genital warts mempengaruhi jaringan
lembab di daerah genital. Kutil Kelamin terlihat keci atau kelihatan seperti kembang kol. Meski sangat
kecil, Genital wartsdapat berkembang biak dalam kelompok besar.

Pada wanita, genital warts dapat tumbuh di vulva, dinding vagina, daerah antara alat kelamin eksternal
dan anus, dan leher rahim. Pada pria, kutil kelamin dapat terjadi di ujung atau batang penis, skrotum
atau anus. Genital warts juga dapat berkembang di mulut atau tenggorokan dari orang yang
kemungkinan melakukan oral seks dengan orang yang terinfeksi.

Gejala
Tanda-tanda dan gejala genital warts meliputi:
* Area kecil berwarna abu-abu yang bengkak di sekitar genital
* Beberapa kutil berdekatan yang menyerupai kembang kol
* Gatal atau rasa tidak nyaman di daerah genital
* Perdarahan saat bersetubuh

Sering kali, kutil kelamin tidak memiliki gejala. Hal ini disebabkan kutil tumbuh sangat kecil dan datar
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Perawatan
Meskipun kutil kelamin dapat diobati dengan obat-obatan dan operasi, penyakit ini adalah masalah
kesehatan yang serius. Virus yang menyebabkan genital warts – human papillomavirus (HPV) –
berkaitan dengan kanker serviks. Virus ini juga berkaitan dengan kanker kelamin.

8. Kandidiasis Genitalis (thrush)


DEFINISI
Kandidiasis Genitalis adalah sautu infeksi jamur pada vagina atau penis, biasanya dikenal sebagai
thrush.

PENYEBAB
Jamur Candida albicans.

Jamur ini secara normal hidup di dalam kulit atau usus. Dari sini jamur bisa menyebar ke alat kelamin.
Candida biasanya tidak ditularkan melalui hubungan seksual.

Kandidiasis genitalis lebih sering terjadi terutama karena meningkatnya pemakaian antibiotik, pil KB
dan obat-obat lainnya yang menyebabkan perubahan suasana vagina sehingga memungkinkan
pertumbuhan Candida.
Kandidiasis lebih sering ditemukan pada wanita hamil atau wanita dalam siklus menstruasi dan pada
penderita kencing manis.
Selain itu, pemakaian obat (misalnya kortikosteroid atau kemoterapi untuk kanker) dan penyakit yang
menekan sistem kekebalan (misalnya AIDS) juga mempermudah terjadinya penyakit ini.

GEJALA
Kandidiasis genitalis biasanya menyebabkan gatal atau iritasi pada vagina dan vulva dan bisa disertai
pengeluaran sekret dari vagina. Iritasinya berat, tetapi sekretnya sedikit.
Vulva tampak kemerahan dan bengkak. Kulitnya kasar dan pecah-pecah. Dinding vagina biasanya
tertutup oleh bahan seperti keju yang berwarna putih, tapi bisa juga tampak normal.

Pria biasanya tidak menunjukkan gejala-gejala, tetapi pada ujung penis (glans penis) dan pada
kulitnya (pada pira yang tidak disunat) bisa terjadi luka dan iritasi, terutama setelah melakukan
hubungan seksual. Kadang-kadang keluar sedikit sekret dari penis.
Ujung penis dan kulitnya tampak merah, dengan keropeng kecil dan bisa tertutup oleh bahan seperti
keju yang berwarna putih.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh bahan dari vagina
atau penis.
Bisa juga dibuat biakan dari bahan tersebut.

PENGOBATAN
Pada wanita, pengobatan dilakukan melalui pencucian vagina dengan sabun dan air, mengeringkannya
dengan handuk dan kemudian mengoleskan krim anti jamur yang mengandung klotrimazol,
mikonazol, butokonazol atau tiokonazol dan terkonazol.
Pilihan lainnya adalah ketokonazol, flukonazol atau itrakonazol yang diberikan per-oral (melalui
mulut).

Pada pria, penis (dan kulitnya pada laki-laki yang tidak disunat) harus dicuci dan dikeringkan sebelum
diolesi dengan krim anti jamur (misalnya yang mengandung nistatin).
Kadang-kadang wanita yang memakai pil KB harus menghentikan pemakaiannya untuk beberapa
bulan, selama pengobatan kandidiasis vaginalis, karena bisa memperburuk infeksi.

Wanita yang tidak dapat menghindar dari resiko infeksi ini (misalnya pada gangguan sistem kekebalan
atau pemakaian antibiotik jangka panjang), mungkin memerlukan obat anti jamur atau pengobatan
pencegahan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai