Anda di halaman 1dari 3

Arif Mujahidin

2 Wustho
12

Nadhom diatas memiliki penjelasan bahwa sesungguhnya Allah mememiliki


sifat berbeda dengan makhluknya. Yang mana sifat ini dijelaskan dengan qidam
karena sifat-sifat Allah berbangsa azali begitu juga Allah senantiasa bersifatan
dengannya secara abadi, bukan setelah menciptakan makhluk-makhlukNYA. Dan
asma-asma, sifat melekat padaNYA tanpa permulaan dan akhiran.

Dijelaskan juga bahwa sifat-sifat Allah berbangsa Qadim adalah tanpa ada
permulaan bersifatannya Allah dengannya. Tidak ada kaitan antara keberadaan
yang menyandang sifat dan objeknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
mukhalafatul lil hawaditsi sifat berbedanya Allah dengan makhluknya yang telah
melekat pada diri Allah sejak zaman azali. Yang telah menjadi ketetapan baik
sebelum , saat atau sesudah wujudnya makhluk tanpa terpengaruh sedikitpun
akan keberadaan dan tidaknya sesuatu yang bernama makhluk.

Penjelasannya adalah bahwa taqlidnya seseorang pada orang lain pada ilmu
tauhid , maka orang tersebut tidak akan sepi keraguan dalam imannya. Terdapat
beberapa qoul ulama mengenai hal ini :

1. Menurut Imam As-sanusi dalam Kitab Al-kubro : Iman seorang yang taqlid
pada orang lain adalah tidak sah, karenanya seorang yang imannya hanya
mengikuti orang lain tidaka dihukumi sebagai mukmin tapi dihukumi kafir.
2. Lalu qoul selanjutnya adalah iman orang yang bertaqlid baik bagi orang
yang mampu untuk nadzor atau tidak adalah sah, tetapi dihukumi sebagai
orang yang telah bermaksiat kerana telah meninggalkan nadzor.
3. Imannya seorang yang taqlid dala m masalah aqidah adalah sah, dan
dihukumi sebagai orang yang telah bermaksiatbagi orang yang sebenarnya
Arif Mujahidin
2 Wustho
12
mampu untuk nadzor. Dan bagi orang yang tidak mampu untuk nadzor
maka dihukumi tidak maksiat.
4. Bagi orang-orang yang bertaqlid dengan Al-Quran dan As-sunnah yang
Qoth’I dlalahnya maka dihukumi sah imannya dan bagi yang bertaqlid
kepada selain keduanya maka imannya tidak dihukumi sah , karena rawan
terjerumus dalam kesalahan aqidah
5. Imannya orang yang bertaqlid dalam masalah aqidah adalah sah tanpa
dihukumi maksiat karena bagi ulama yang menyatakan demikian nazdor
adalah syarat kesempurnaan iman dan barangsiapa yang mampu untuk
nadzor tetapi tidak melakukannya maka sungguh telah meninggalkan yang
utama.
6. Dan yang terakhir adalah iman seorang yang bertaqlid dalam masalah
aqidah adalah sah dan bahkan diharamkan baginya u tuk nazdor qoul ini
mengandung kemungkinann diperuntukkan bagi orang-orang yang telah
teracuni fikirannya dengan pemikiran filsifat.

Penjelasannya bahwa setiap orang mukallaf harus mengethui wajib


bagi Allah dan rasul dari sifat Jaiz dan mustahil. Dan juga dapat mengetahui
sifat takifi yaitu wajib, haram, sunnah, makruh dan Mubah. Dimana Wajib
adalah segala sesuatu yang wajib dilaksanakan dan berdosa bila
ditinggalkan, haram adalah larangan yang jika dilakukan berdosa dan
ditinggalkan berpahala. Sunnah adalah sesuaru yang dilakukan dapat pahala
jika ditinggakkan maka akan kehilangan pahala tersebut. Kemudian
makhruh sesuatu yang jika ditinggalkan akan mendapat pahala, dan jika
dilakukan maka akan kehilangan pahala tersebut, dan yang terakhir adalah
mubah . dari hal ini maka kita dapat mengetahui sifat wad’iyah meliputi
hokum, syabab hokum Allah yang berkaitan dengan Allah menjadikan
sesuatau sebagai sebab.
Arif Mujahidin
2 Wustho
12
Penjelasannya adalah sifat qudrat Allah berkaitan dengan hal yang
mungkin tidak pada yang mustahil dan wajib, atau tidak ada korelasi. Dan
didalam qudrat tidak ada batas antara perkara-perkara yang ada. Sehingga
dapat disimpulkan sifat qudrat berbicara pada hal yang mungkin Allah
adakan.

Kemudian pada sifat qudrat juga diwajibkan pada sifat irodah yaitu
mengungkapkan kaitan dengan hal-hal yang mungkin dia ciptakan oleh
Allah. Sedangkan ilmu menjelaskan barang-barang yang lebih umum utuk
diketahui dibandingkan dengan sifat qudrat dan irodat. Dan ilmu juga
merupakan kalam-kalam yang mengkabarkan pada makhluk( pengetahuan)

Anda mungkin juga menyukai