Anda di halaman 1dari 10

Nama : Dwi Kumala Sari

Nim : 232021010063

Matkul : Lab Keimanan dan Kemanusiaan

Kelas : 1B

Membuat resume tentang materi syirik, bid’ah, khurafat, rukun


iman

Syirik
Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah adalah perbuatan yang
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain.

Macam-macam syirik

1. Syirik Akbar (Syirik Besar)

Syirik akbar merupakan syirik yang tidak akan mendapat ampunan Allah. Syirik akbar dibagi
menjadi dua, yang pertama yaitu Zahirun Jali (tampak nyata), yakni perbuatan kepada tuhan-
tuhan selain Allah atau baik tuhan yang berbentuk berhala, binatang, bulan, matahari, batu,
gunung, pohon besar, sapi, ular, manusia dan sebagainya. Demikian pula menyembah
makhluk-makhluk ghaib seperti setan, jin dan malaikat.

Yang kedua yaitu syirik akbar Bathinun Khafi (tersembunyi) seperti meminta pertolongan
kepada orang yang telah meninggal. Setiap orang yang menaati makhluk lain serta mengikuti
selain dari apa yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya, berarti telah terjerumus
kedalam lembah kemusyrikan.

2. Syirik Asghar (Syirik Kecil)


Syirik asghar termasuk perbuatan dosa besar, akan tetapi masih ada peluang diampuni Allah
jika pelakunya segera bertobat. Seorang pelaku syirik asghar dikhawatirkan akan meninggal
dunia dalam keadaan kufur jika ia tidak segera bertaubat.

Contoh-contoh perbuatan syirik asghar antara lain:

A. Bersumpah dengan nama selain Allah

B. Memakai azimat

C. Mantra

D. Sihir

E. Peramalam

F. Dukun dan tenung

G. Bernadzar selain kepada Allah

H. Riya

Menurut klasifikasi umum, syirik dibagi menjadi empat macam yaitu:

1. Syirku Al-‘Ilmi. Inilah syirik yang umumnya terjadi pada ilmuan. Mereka
mengagungkan ilmu sebagai maha segalanya. Mereka tidak mempercayai
pengetahuan yang diwahyukan Allah. Sebagai contoh mereka mengatakan bahwa
manusia berasal dari kera.
2. Syirku At-Tasarruf. Syirik jenis ini pada prinsipnya disadari atau tidak oleh
pelakunya, menentang bahwa Allah Maha Kuasa dan segala kendali atas penghidupan
manusia berada di tangan-Nya. Mereka percaya adanya “perantara” itu mempunyai
kekuasaan. Contohnya adalah kepercayaan bahwa Nabi Isa anak Tuhan, percaya pada
dukun, tukang sihir atau sejenisnya.
3. Syirku Al- Ibadah. Inilah syirik yang menuhankan pikiran, ide-ide atau fantasi.
Mereka hanya percaya pada fakta-fakta konkrit yang berasal dari pengalaman
lahiriyah. Misalnya seorang atheis memuja ide pengingkaran terhadap berbagai
bentuk kegiatan.
4. Syirku Al-‘Addah. Ini adalah kepercayaan terhadap tahayul. Sebagai contoh percaya
bahwa angka 13 itu adalah angka sial sehingga tidak mau menggunakan angka
tersebut, menghubungkan kucing hitam dengan kejahatan, dan sebagainya.

Akibat Perbuatan Syirik

1. Sulit menerima kebenaran


2. Munculnya perasaan bimbang dan ragu
3. Hanya akan memperoleh kesenangan sementara
4. Amalan dan harta yang yang dinafkahkan sia-sia
5. Orang musyrik dinilai sebagai makhluk terburuk
6. Menjadi musuh Allah
7. Dijanjikan mendapat siksa neraka

Hikmah Menghindari Perbuatan Syirik :

1. Mengangkat manusia ke derajat paling tinggi dan mulia.

2. Mengalirkan rasa kesederhanaan dan kesahajaan.

3. Membuat manusia menjadi suci dan benar

4. Memunculkan kepercayaan yang teguh dalam segala hal, tidak mempunyai hubungan
khusus dengan siapapun atau apapun yang menyebabkan rusaknya iman.

5. Tidak mudah putua asa dengan keadaan yang dihadapi.

6. Menumbuhkan keberanian dalam diri manusia. Dalam hubungan ini ada dua hal yang
membuat manusia menjadi pengecut, yaitu takut mati, dan pemikiran yang menyatakan
bahwa ada orang lain selain Allah yang dapat mencabut nyawanya.

7. Mengembangkan sikap cinta damai dan keadilan, menghalau rasa cemburu, dengki, dan iri
hati.

8. Menjadi taat dan patuh kepada hukum-hukum Allah.

Contoh Perilaku Orang yang Berbuat Syirik


Pada masa pemerintahan Fir’aun, dari kaum Fir’aun kita dapat menarik pelajaran bahwa yang
disebut syirik bukan hanya sikap seseorang yang mengagung-agungkan sesuatu dari kalangan
sesama makhluk, termasuk sesama manusia (kultus), tetapi syirik juga meliputi sikap
mengagung-agungkan diri sendiri kemudian menindas harkat dan martabat sesama manusia,
seperti tingkah diktator dan tiran.

Bid’ah
Menurut Imam Asy-syatibi, bid’ah adalah bentuk ibadah atau perilaku yang menyerupai
ajaran agama islam namun tidak sesuai dengan syariat atau tidak terdapat dalilnya secara
tepat. Adapun pengertian lain dari bid’ah yaitu mengada-ngada bentuk ibadah atau syariat
agama. Tentu saja, hal ini tidak diperbolehkan dalam islam.

Jenis-jenis bid’ah

1. Bid’ah Qauliyah Itiqadiyah


Bid’ah ini adalah bentuk bid’ah yang berbentuk keyakinan dari ucapan-ucapan yang
disebutkan oleh kelompoknya atau golongannya. Akan tetapi, tentu saja perkataan-
perkataan mereka tidak selalu benar dan bisa bernilai sesat.
2. Bid’ah Menambah Ibadah
Bid’ah ini berkaitan dengan ibadah yang tidak disyariatkan oleh Allah dalam tuntunan
islam atau panduan sunnah Rasul. Pada dasarnya, bid’ah ini adalah pelaksanaan yang
tidak sesuai dengan pelaksanaan syariat islam. Pelaksanaan syariat islam tentu saja
dibutuhkan agar umat islam tidak sembarangan atau tanpa tuntunan dalam
menjalankan ibadah.

Dalam bid’ah ibadah contohnya disebutkan dibawah ini.

1. Bid’ah Yang Berhubungan dengan Pokok Ibadah


Bidah yang berkaitan dengan pokok-pokok ibadah adalah bi’dah yang mengadakan
ibadah tanpa ada dasar dalam islam atau syariat islam. Dalam hal ini, islam tidak
pernah mengadakan bentuknya namun dibentuk sendiri oleh manusia atau kebiasaan
budayanya. Misalnya saja seperti perayaan hari ulang tahun, shalat yang tidak ada
sunnah-nya, atau perayaan har besar yang tidak ada dalam islam.
2. Bid’ah yang Menambah-Nambah Ibadah
Bid’ah ini adalah bid’ah yang melakukan tambahan-tambahaan ibadah padahal tidak
ada dalam Al-Quran dan Sunah. Misalnya saja menambah rakaat shalat wajib,
melakukan shalat sunnah di luar waktu yang sudah ditentukan, dan lain sebagainya.
Bid’ah ini tentu dilarang dan diharamkan, karena islam sudah menetapkan aturan
baku secara jelas mengenai hal tersebut.
3. Bid’ah Pada Sifat Ibadah
Bid’ah ini misalnya saja pelaksanaan zikir yang dilakukan dengan suara kencang,
berjamaah, atau sampai ribuan kali hingga mezalimi diri sendiri. Zikir adalah perintah
Allah agar umat islam bisa mengingat dan menghayati kebesaran Allah, bukan malah
menzalimi diri. Karena hakikat manusia beribadah sejatinya agar manusia bisa
berjuang dan hidup di dunia untuk bekal di akhirat semaksimal mungkin.
4. Bid’ah untuk Mengkhususkan Ibadah
Bid’ah ini contohnya adalah pelaksanaan nisfu sya’ban yang dilakukan tanggal 15
bulan sya’ban. Pelaksanaan ini tentu saja tidak berdasarkan pada ajaran agama islam,
karena Rasulullah sendiri tidak pernah mensyariatkannya. Untuk bisa mengkhususkan
sesuatu tentu saja membutuhkan dalil, tidak bisa sembarangan.

Cara agar tidak terjebak pada bid’ah dalam ibadah.

 Substansi Ibadah
 Melengkapi Ilmu Pengetahuan dengan Dalil
 Menanyakan Ibadah Kepada Ahlinya
 Selalu Mempelajari Lebih Dalam Masalah Agama
 Tidak Tergesa-Gesa

Khurafat
Khurafat adalah bid’ah ‘aqidah, yakni kepercayaan atau keyakinan kepada sesuatu perkara
yang menyalahi ajaran Islam, misalnya meyakini kuburan orang shaleh dapat memberikan
berkah, memuja atau memohon kepada makhluk halus atau jin, meyakini sebuah benda-
tongkat, keris, batu dan lain-lain yang memiliki kekuatan ghaib dan bisa diandalkan dan
sebagainya.

Kata khurafat biasanya digandengkan dengan kata takhayul, karena semua keterangan dusta,
berawal dari khayalan manusia/tanpa bukti, tidak sesuai dengan kenyataan, dan tidak
didukung oleh dalil. Ketika itu diyakini, maka statusnya menjadi khurafat, yaitu keyakinan
dusta yang menyimpang.

Semua takhayul dan khurafat itu terlarang karena keduanya terkait syariat dan berdusta atas
nama syariat. Dengan demikian, bahayanya lebih parah dan ancaman dosanya sangat besar.

Sumber khurafat yaitu :

1. Dinamisme adalah kepercayaan adanya kekuatan dalam diri manusia, hewan,


tumbuh-tumbuhan, benda-benda dan kata-kata.
2. animisme adalah kepercayaan adanya jiwa dan ruh yang dapat mempengaruhi
alam manusia.

Ciri-ciri Khurafat:

1. pada nash-nash syar’i (Al-Quran dan al hadits)


2. Cerita-cerita rekaan, dongeng dan khayalan.
3. Bersumber pada kepercayaan-kepercayaan lama dan bertentangan dengan Islam.
4. Menggunakan objek-objek tertentu seperti kubur, keris atau benda apapun yang
diyakini memiliki kesaktian dan sebagainya.
5. Mengandung unsur-unsur negatif dari segi akidah dan syari’ah.
6. Berbentuk pemujaan dan permohonan kepada makhluk halus atau kepada
siapapun selain Allah.

Bentuk dari khurafat ini adalah kepercayaan kepada keramat, seperti kubur, pohon besar,
telaga, batu, bukit, tongkat dan sebagainya. Bentuk khurafat lainnya, misalnya kualat karena
melangggar adat, cegah bencana dengan ritual tolak balak, hilangkan mimpi buruk dengan
membalik bantal, sakit-sakitan karena tidak kuat menyandang nama dan sebagainya.

Contoh perbuatan yang masuk ke dalam kategori khurafat, antara lain:

1. Meyakini jika kita pernah berjabat tangan kepada orang yang sudah pernah
berjabat tangan dengan Rasulullah, maka kita akan masuk surga.
2. Mempercayai bahwa dengan mencium tangan ulama, kita akan mendapat berkah
berkelimpahan. Karena ulama adalah salah satu orang pilihan Allah SWT dan
rahmat dilimpahkan atasnya.
3. Mempercayai bahwa seorang ulama adalah kekasih Allah sehingga ulama tersebut
terhindar dari perbuatan dosa. Andai kata seorang ulama melakukan perbuatan
dosa, ia hanyalah bermaksud untuk menyembunyikan kemurnian dan kesucian
dirinya bukan untuk perbuatan jahat apalagi maksiat.
4. Menggunakan jasad orang mati sebagai perantara agar doanya disampaikan
kepada Allah. Ada juga orang yang pergi berziarah ke kuburan ulama untuk
meminta pertolongan agar doanya disampaikan kepada Allah, dan dikabulkan.
5. Memakai ayat-ayat yang tertulis dalam Kitab Suci Al Quran saat penolakan, atau
pengasihan. Melakukan

Rukun Iman

Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman
adalah “Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah
dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat”.

Rukun Iman ada 6 (enam), yaitu :

1. Iman kepada Allah: Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga dia
mengimani 4 hal:
a. Mengimani adanya Allah.
b. Mengimani Rububiyyah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai,
dan mengatur alam semesta kecuali Allah.
c. Mengimani Uluhiyyah Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak
disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah Ta’ala.
d. Mengimani semua asma dan sifat Allah (al-Asma’ul Husna) yang Allah telah
tetapkan untuk diri-Nya dan yang nabi-Nya tetapkan untuk Allah, serta
menjauhi sikap menghilangkan makna, memalingkan makna,
mempertanyakan, dan menyerupakanNya.
2. kepada para malaikat Allah:
a. Mengimani adanya malaikat sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, beserta
amalan dan tugas yang diberikan Allah kepada para malaikat.
b. Jumlah malaikat tidak ada seorangpun yang tahu dan hanya Allah SWT yang
mengetahuinya
c. Malaikat diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya
d. Orang islam wajib mengimani 10 malaikat yaitu: Malaikat Jibril, Malaikat
Mikail, Malaikat Rakib, Malaikat Atid, Malaikat Mungkar, Malaikat Nakir,
Malaikat Maut, Malaikat Israfil, malaikat Malik, Malaikat Ridwan
3. Iman kepada kitab-kitab Allah:
a. bahwa seluruh kitab Allah adalah Kalam (ucapan) yang merupakan sifat
Allah.
b. Mengimani bahwa kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT termasuk 4
(empat) yaitu: Kitab Suci Taurat, Kitab Suci Zabur, Kitab Suci Injil, Kitab
Suci Al-Qur’an
c. Muslim wajib mengimani bahwa Al-Qur’an merupakan penggenapan kitab-
kitab suci terdahulu.[5]
4. Iman kepada para rasul Allah:
Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah Ta’ala
pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya. Akan tetapi mereka
semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-
sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan rasul adalah
kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu kepada nabi dan rasul
itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Juga wajib mengakui setiap nabi
dan rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya.[6]
5. Iman kepada hari akhir:
Mengimani tanda-tanda hari kiamat. Mengimani hari kebangkitan di padang mahsyar
hingga berakhir di Surga atau Neraka.
6. Iman kepada qada dan qadar, yaitu takdir yang baik dan buruk: Mengimani kejadian
yang baik maupun yang buruk, semua itu atas izin dari Allah. Karena seluruh
makhluk tanpa terkecuali, zat dan sifat mereka demikian pula perbuatan mereka
melalui kehendak Ilahi.

Dalil mengenai rukun iman

Surah Al-Baqarah

Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan
kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan
kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada
nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka,
ُ ُ
dan kami berserah diri kepada-Nya.” ‫نز َل إِلَ ٰى إِ ْب َرا ِهي َم َوإِ ْس َما ِعي َل‬ ِ ‫قُولُوا آ َمنَّا بِاهَّلل ِ َو َما أ‬
ِ ‫نز َل إِلَ ْينَا َو َما أ‬
ُ ِّ‫اط َو َما أُوتِ َي ُمو َس ٰى َو ِعي َس ٰى َو َما أُوتِ َي النَّبِيُّونَ ِمن َّربِّ ِه ْم اَل نُفَر‬
َ‫ق بَ ْينَ أَ َح ٍد ِّم ْنهُ ْم َونَحْ نُ لَهُ ُم ْسلِ ُمون‬ ِ َ‫وب َواأْل َ ْسب‬َ ُ‫ق َويَ ْعق‬ َ ‫َوإِ ْس َحا‬
Aya-136.png

—Qur’an Al-Baqarah:136

Surah Al-Anbiya’

(19) Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (malaikat-malaikat) yang di sisi-
Nya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih.

ِ ْ‫ت َواأْل َر‬


َ‫ض ۚ َو َم ْن ِعن َدهُ اَل يَ ْستَ ْكبِرُونَ ع َْن ِعبَا َدتِ ِه َواَل يَ ْستَحْ ِسرُون‬ ِ ‫ َولَهُ َمن فِي ال َّس َما َوا‬Aya-19.png

(20) Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang.


َ َ‫ يُ َسبِّحُونَ اللَّي َْل َوالنَّه‬Aya-20.
َ‫ار اَل يَ ْفتُرُون‬

—Qur’an Al-Anbiya’:19-20

Hadits Jibril, tentang seseorang yang bertanya kepada Nabi.

“Dari Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu berkata,

ِ ‫اإل ْي َما ِن قَا َل أَ ْن تُ ْؤ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َواليَوْ ِم‬
‫اآلخ ِر‬ ِ ‫ فَأ َ ْخبِرْ نِي ع َِن‬: ‫ال‬ َ ُ‫ص َد ْقتَ فَ َع ِج ْبنَا لَهُ يَسْأَلُهُ َوي‬
َ َ‫ص ِّدقُهُ ق‬ َ : ‫قَا َل‬
ِ ‫َوتُ ْؤ ِمنَ بِالقَد‬
‫َر خَ ي ِْر ِه َو َشرِّ ِه‬

Orang itu berkata, “Engkau benar.” Kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya.
Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-
kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun
yang buruk.” Orang tadi berkata, “Engkau benar.” (HR. Muslim, no. 8)

Cabang-cabang keimanan

Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah, “Iman itu ada 70 atau 60-an cabang. Yang paling
tinggi adalah perkataan ‘la ilaha illallah’, yang paling rendah adalah menyingkirkan
gangguan dari jalanan, dan sifat malu (juga) merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari no:
9 dan Muslim no: 35)
Perkataan ‘Syahadat’ menunjukkan bahwa iman harus dengan ucapan di lisan.
Menyingkirkan duri dari jalan menunjukkan bahwa iman harus dengan amalan anggota
badan. Sedangkan sifat malu menunjukkan bahwa iman harus dengan keyakinan dalam hati,
karena sifat malu itu di hati. Inilah dalil yang menunjukkan bahwa iman yang benar hanyalah
jika terdapat tiga komponen di dalamnya yaitu (1) keyakinan dalam hati, (2) ucapan di lisan,
dan (3) amalan dengan anggota badan. Maka tanpa adanya amalan, meskipun ada keyakinan
dan ucapan, tidaklah disebut beriman.

Anda mungkin juga menyukai