Anda di halaman 1dari 9

BAB 6

PENYAKIT TBC DALAM PANDANGAN MUHAMMDIYAH

A. Pengertian Tahayul dan Contohnya

Tahayul adalah istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk pada


kepercayaan atau keyakinan terhadap hal-hal gaib, mistik, atau tak
rasional. ini seringkali berhubungan dengan mitos, cerita hantu, atau
kepercayaan supranatural. Contoh-contoh tahayul termasuk:

1. Mempercayai bahwa menginjak kapur sirih membawa sial.


2. Menghindari tempat-tempat tertentu di malam hari karena
dianggap angker atau berhantu.
3. Mempercayai bahwa mengucapkan nama makhluk gaib akan
memanggilnya.
4. Menggunakan benda-benda tertentu, seperti patung atau liontin,
untuk menghindari mengindari bencana atu mendatangkan
keberuntungan.
5. Mempercayai bahwa mengucapkan nama makhluk gaib dapat
memanggil mereka.

Tahayul seringkali bersifat subjektif dan tidak memiliki dasar ilmiah


yang kuat. Ini lebih didasarkan pada kepercayaan budaya, tradisi, atau
keyakinan individu.
B. Pengertian Bid’ah dan Contohnya

Bid’ah adalah istilah dalam islam yang merujuk pada inovasi atau
perubahan dalam ajaran atau praktek agama setelah masa nabi
muhammad saw dan generasi pertama umat islam ( salaf ). Sebagian para
ulama salaf berpendapat bahwa bid’ah lebih disukai iblis dari pada
perbuatan maksiat, karena maksiat disesali pelakunya, sedangkan bid’ah
tidak disesalinya.

Contoh-contoh bid’ah dalam islam dapat mencakup:

1. Bid’ah dalam ibadah: misalnya, menambah ritual keagamaan baru


atau mengubah cara ibadah yang sudah ditetapkan dalam islam
tanpa dasar yang kuat dalam Al-Qur’an dan Hadis.
2. Bid’ah dalam akidah (keyakinan): misalnya, mengembangkan
keyakinan baru atau konsep tentang tuhan yang bertentangan
dengan ajaran dasar islam tentang tuhannya.
3. Bidah dalam peraktek sosial: misalnya, menciptakan tradisi atau
kebiasaan baru dalam masyarakat yang tidak ada dasar dalam
ajaran dan bisa bertentangan dengan nilai-nilai islam.

Oleh karna itu penting untuk selalu mengingat bahwa dalam islam,
Bid’ah dianggap sebagai hal yang tidak sah dan tidak dianjurkan. Para
ulama islam sepakat bahwa ajaran agama islam harus dipegang teguh
sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis dan sunah Nabi Muhammad SAW,
tanpa menambahkan atau mengubahnya tanpa dasar yng sah.
Imam ibnul Qayyim menyatakan dalam kitabnya, al-jawaabul kaafii,
“Sebagaimana kita ketahui bahwa orang yang berbuat dosa hanya akan
membahayakan dirinya sendiri. Sedangkan, orang yang melakukan
bid’ah bermacam-macam bahayanya.karena ( mubtadi ) pelaku bid’ah.

Sebagaimana disinyalir dalam Hadist yang diriwayatkan dari Abu Najih


al-Arbadhi bin Sariyah, Kami berkata, ‘Wahai Rasullah, sepertinya
pertemuan kita sekarang merupakan pertemuan terakhir maka berilah
kami berilah kami ( nasihat ) ‘Beliau bersabda,

‘Aku berwasiat kepada kalian, bertakwalah kepada Allah dengan


penuh kepatuhan dan ketaatan, walaupun yang menyuruh kalian seorang
hamba sahaya. Ketahuilah, barangsiapa yang masih hidup ( Setelahku ),
kalian akan menemui perbedaan yang banyak sekali. Maka, kalian
peganglah Sunnahku dan Sunnah Khulafa ar-Rasyidin yang lurus serta
gigitlah dengan gigi geraham kalian. Janganlah kalian berbuat sesuatu
yang baru (dalam agama), karena setiap bid’ah adalah sesat. ’’’( HR Abu
Dawud dan at-Tarmidzi )

Dalam riwayat lain ditambahkan,

“Sesungguhnya setiap yang baru adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah


sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.’’(al- Hadist)
C. Perbedaan Bid’ah dengan Muslahat Mursalah

Bid’ah dan Muslahat Mursalah adalah dua konsep yang berbeda


dalam islam:

Bid’ah merujuk kepada inovasi atau perubahan dalam agama islam yang
tidak memiliki dasar atau legitimasi dalam Al-Qur’an, Hadist, atau
praktek-praktek yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW. Bid’ah
dalam islam dianggap sebagai perbuatan yang salah dan bisa menjadi
pengalihan dari ajaran islam yang murni.

Muslahat dan Mursalah adalah konsep yang merujuk kepada tindakan


atau kebijakan yang diambil dalam islam untuk mengatasi situasi darurat
atau kepentingan umum yang tidak memiliki landasan eksplisit dalam
sumber-sumber hukum islam. Dalam kasus-kasus dimana tidak ada
aturan yang jelas dalam islam, prinsip muslahat mursalah dapat
digunakan untuk menjalankan tindakan yang dianggap memperbaiki atau
menguntungkan masyarakat, asalkan tindakan tersebut tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar agama.

Jadi, perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa bid’ah adalah


inovasi atau perubahan dalam agama islam tanpa dasar yang jelas dalam
sumber-sumber islam, sementara muslahat mursalah adalah tindakan
yang diambil untuk kepentingan umum dalam situasi darurat ketika tidak
ada aturan yang jelas.

D. Pengertian Khurafat dan Contohnya

Khurafat adalah kepercayaan atau praktik-praktik yang tidak


memiliki dasar ilmiah atau agama yang kuat, seringkali bersifat takhayul
atau supra natural.ini adalah bentuk kepercayaan yang tidak didukung
oleh bukti empiris atau fakta yang dapat diverifikasi. Contoh-contoh
khurafat meliputi:

1. Menganggap angka atau tanggal tertentu membawa sial atau


keberuntungan: Misalnya, mempercayai bahwa Jumat 13 adalah
hari yang membawa sial atau bahwa angka 7 membawa
keberuntungan.
2. Mengaitkan kejadian alam atau kejadian sehari-hari dengan
pertanda: Seperti melihat hewan tertentu sebagai pertanda baik
atau buruk, seperti burung hantu dianggap membawa sial.
3. Mempercayai adanya makhluk supranatural atau hantu: percaya
pada adanya makhluk seperti kuntilanak, pocong, atau setan,
meskipun tidak adanya bukti ilmiah yang mendukung eksistensi
mereka.
4. Menggunakan jimat atau benda-benda mistis: Mempercayai
bahwa benda-benda tertentu seperti batu akik atau gelang tertentu
memiliki kekuatan supranatural untuk membawa keberuntungan
atau kebenaran.
5. Menggunakan ritual atau mantra tertentu: Melakukan ritual atau
mengucapkan mantra khusus atau mencapai tujuan tertentu,
meskipun tidak ada bukti ilmiah bahwa itu memiliki efek nyata.

Khurafat seringkali berkembang dalam budaya dan masyarakat tertentu


sebagai bagian dari warisan budaya dan tradisi, meskipun tidak selalu
didasarkan pada pengetahuan atau bukti yang valid. Penting untuk
memahami perbedaan antara khurafat dan pengetahuan yang didukung
oleh bukti ilmiah yang kuat.

Beberapa masyarakat mungkin percaya pada masyarakat sebagai tradisi


atau kepercayaan turun-temurun yang dianggap memiliki nilai spritual
atau budaya. Namun, banyak juga yang skeptis terhadap khurafat dan
menganggapnya sebagai kepercayaan yang tidak memilik dasar ilmiah
atau rasional.

Pendapat masyarakat terhadap khurafat dapat sangat dipengaruhi oleh


faktor budaya, agama dan pendidikan. Beberapa orang mungkin
mengikuti khurafat sebagai bagian dari keyakinan mereka, sementara
yang lain mungkin menolaknya sebagai supertsisi atau kepercayaan yang
ketinggalan zaman. Penting untuk diingat bahwa pandangan tentang
khurafat dapat bervariasi dari individu ke individu, dan tidak ada jawaban
tunggal yang mencakup semua pandangan masyarakat terhadapnya.

Anda mungkin juga menyukai