X. ANALISA
Untuk menghitung frekuensi dari suatu sinyal, sebuah implementasi diskrit dari analisa
fourier dapat digunakan, yang kemudian lebih disempurnakan dengan suatu algoritma yang kita
kenal sebagai fast fourier transform (FFT). Secara umum teknik ini merupakan pendekatan
yang terbaik untuk transformasi. Karena, adanya perulangan yang banyak dan perhitungan
yang rumit maka digunakan program komputer sebagi alat bantu untk mengerjakan proses
penyelesaian dari discrete fourier transform (DFT) yang akan langsung diubah dalam
bentuk diagram garis (plot). DFT salah satu metode yang mana digunakan untuk menganalisis
spektrum gelombang yang seragam atau sinusoidal, dan digunakan utuk mentransformasikan
sinyal dalam domain waktu ke domain frekuensi.
Proses kombinasi dari sinyal dinyatakan dalam penjumlahan dari dua atau lebih sinyal
yang berbeda yang membentuk sinyal diskrit. Pada kombinasi 2 sinyal, sinyal masukan
frekuensi yang digunakan sebanyak dua frekuensi saja sehingga sinyal gabungannya hanya
berdasarkan waktu dan dua frekuensi. Dapat diamati juga semakin besar frekeuensi dan
amplitudo, semakin rapat frekuensinya. Berdasarkan data hasil pengamatan dapat diamati
semakin besar nilai frekuensi yang diberikan, maka sinyal yang dibentuk akan semakin
rapat. Amplitudo berupa simpangan, semakin besar nilai amplitudonya maka semakin tinggi
sinyal yang terbentuk. Kemudian kombinasi 4 sinyal, frekuensi yang digunakan sebanyak
empat frekuensi dan hasilnya dalam domain waktu dan frekuensi. Semakin tinggi harga
frekuensi yang dimasukkan maka semakin banyak juga sinyal diskontinuitas yang dihasilkan,
sebagai bukti adalah ripple – ripple yang dihasilkan ketika frekuensi naik. Dan pada
kombinasi 6 sinyal, frekuensi pada kombinasi 6 sinyal, didapatkan bahwa lebar sinyal yang
dihasilkan lebih lebar dibandingkan pada kombinasi 4 sinyal, 2 sinyal dan 1 sinyal, sehingga
lebar ripple yang didpatkan juga semakin lebar mengikuti lebarnya sinyal yang dihasilkan.
XII. KESIMPULAN
1. Dalam suatu proses kombinasi dari sinyal dinyatakan dalam penjumlahan dari dua
atau lebih sinyal yang berbeda yang membentuk sinyal diskrit.
2. Semakin besar frekuensi yang dimasukkan maka semakin banyak juga sinyal
diskontinuitas yang dihasilkan, yang mana artinya semakin rapat sinyalnya.
3. Pada suatu kombinasi enam sinyal, didapatkan bahwa lebar sinyal yang dihasilkan
lebih lebar dibandingkan pada kombinasi empat sinyal dan dua sinyal.
Gabungan 2 sinyal
A. Frekuensi Berubah-Ubah
1. ƒ1 = 10 Hz, ƒ2 = 30 Hz
2. ƒ1 = 10 Hz, ƒ2 = 20 Hz
3. ƒ1 = 10 Hz, ƒ2 = 40
Gambar 9.1 Perbandingan sinyal domain waktu dan frekuensi dengan frekuensi berubah-
ubah pada kombinasi 2 sinyal.
B. Amplitudo Berubah-ubah
5. A1 = 5 m, A2 = 3 m
6. A1 = 7 m, A2 = 3 m
Gambar 9.2 Perbandingan sinyal domain waktu dan frekuensi dengan Amplitudo
berubah-ubah pada kombinasi 2 sinyal.
Gabungan 4 Sinyal
A. Frekuensi Berubah-ubah
8. ƒ1 = 5 Hz, ƒ2 = 15 Hz, ƒ3 = 25 Hz, ƒ4 = 35 Hz
Gambar 9.3 Perbandingan sinyal domain waktu dan frekuensi dengan Frekuensi berubah-
ubah pada kombinasi 4 sinyal.
Gambar 9.3 Perbandingan sinyal domain waktu dan frekuensi pada kombinasi 6 sinyal
a = 11 sin (500t)
b = 12 sin (600t)
fs = 100;
t = (1:200)/fs;
a = 11*sin(500*t);
b = 12*sin(600*t);
plot(t,a)
xlabel('Waktu(s)')
ylabel('x(t)')
clc; clf;
fs = 100;
t = (1:200)/fs;
a = 11*sin(500*t);
b = 12*sin(600*t);
plot(t,b)
title('Sinyal b pada Domain Waktu')
xlabel('Waktu(s)')
ylabel('x(t)')
clc; clf;
fs = 100;
t = (1:200)/fs;
a = 11*sin(500*t);
b = 12*sin(600*t);
s = a+b;
plot(t,s)
title('Sinyal a dan b pada Domain Waktu')
xlabel('Waktu(s)')
ylabel('x(t)')
fs = 100;
t = (1:200)/fs;
a = 11*sin(500*t);
b = 12*sin(600*t); s=a+b;
S = fft(s,512);
W = (0:255)/256*fs/2;
Sab = abs(S);
plot(W,Sab(1:256))
Analisa
Program pertama dan kedua pada dasarnya sama, hanya saja pada program pertama
memproyeksi sinyal dalam domain waktu, dan program kedua memproyeksi sinyal gelombang
b. Pada semua program digunakan frekuensi pencuplikan sebesar 100, sehingga dengan interval
1 hingga 200 didapatkan waktu pencuplikan sebesar 2 detik. Pada gambar dapat dilihat
perbedaan gelombang, dimana gelombang a lebih rapat dibandingkan gelombang b. Namun,
nilai frekuensi pada kedua gelombang tersebut tidak diketahui. Maka pada program keempat,
digunakan transformasi agar dapat diketahui frekuensi dari kombinasi kedua gelombang
tersebut. Pada program keempat didapatkan hasil frekuensi sebesar 5 Hz dan 20 Hz.
Berdasarkan bentuk gelombang pada domain waktu, dapat disimpulkan bahwa gelombang
pertama memiliki frekuensi 20 Hz, dan gelombang kedua memiliki frekuensi 5 Hz.