Proses terjadinya gerakan pada manusia dimulai dari adanya stimulus (S) yang diterima oleh
reseptor (R) yang terdiri dari panca indera, lantas dibawa oleh syaraf-syaraf sensorik menuju ke
otak (O). Stimulus tersebut diolah di otak, lalu memberikan balikan melalui syaraf motorik ke
alat-alat gerak atau efektor (E) seperti otot, tulang, dan sendi, sehingga manusia dapat bergerak.
Secara skematis prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:
O
S.............. ......................R................E
Keterangan:
S = Stimulus/rangsangan
O = Otak
R = Receptor/panca indera
E = Efektor (alat-alat gerak)
Ada dua macam gerak manusia, yaitu gerak yang disadari dan gerakan yang tidak disadari atau
gerak refleks. Gerak yang disadari prosesnya melalui otak. Sedangkan gerak yang tidak disadari
prosesnya tidak melalui otak melainkan melalui sumsum tulang belakang. Dimulai dari adanya
stimulus, diterima oleh reseptor, diteruskan ke sumsum tulang belakang, menuju ke reseptor
terjadilah gerakan yang tidak disadari (gerak refleks).
Gerakan tubuh manusia terjadi karena pengaruh dari kontraksi dan relaksasi otot. Berbagai macam
otot yang menyusun tubuh manusia ujungnya melekat pada tulang sehingga dapat menggerakkan
tulang tersebut. Berdasarkan arahnya, gerak-gerak anggota tubuh dapat dibedakan sebagai berikut.
Contoh gerak abduksi adalah gerakan tangan yang menjauh dari poros badan, misal ketika
seseorang berperan menjadi seekor burung dan mengangkat tangannya seakan-akan menjadi
sayap. Ketika tangan diangkat, tangan akan menjauhi poros tubuh. Sedangkan gerakan adduksi
adalah kebalikan dari gerakan tersebut.
Gerak ekstensi misalnya terjadi ketika seseorang lelah duduk bersila kemudian duduk dengan
meluruskan kakinya sehingga tidak tertekuk. Sedangkan fleksi terjadi ketika dia kembali bersila
atau duduk dengan menekuk kakinya.
Supinasi dapat terjadi ketika seseorang meminta bantuan orang lain dengan menengadahkan
telapak tangan, sedangkan pronasi adalah gerakan orang yang memberi dengan menelungkupkan
telapak tangannya.
Gerak depresi terjadi ketika seseorang menurunkan kotak dari atas almari, dan elevasi terjadi
ketika orang tersebut mengembalikan kotak tersebut di atas almari seperti semula.
Pola-pola tertentu keluaran unit motorik mengatur aktivitas motorik, yang berkisar dari
pemeliharaan postur dan keseimbangan; hingga gerakan stereotipikal, misalnya berjalan; hingga
gerakan yang sangat terampil, misalnya gimnastik. Kontrol setiap gerakan motorik, apapun tingkat
kerumitannya, bergantung pada konvergensi masukan ke neuron motorik unit unit-unit motorik
spesifik. Neuronneuron motorik pada gilirannya memicu kontraksi serat otot di dalam unit-unit
motorik masing-masingnya. Keluaran neuron motorik dipengaruhi oleh berbagai masukan saraf.
Tiga tingkat masukan ke neuron motorik mengontrol keluarannya ke serat otot yang disarafinya:
1 . Masukan dari neuron aferen (Gambar 8-24, 2a ). Masukan ini, biasanya melalui antarneuron,
ada tingkat medula spinalis-yaitu, refleks spinal (lihat h. 187).
2. Masukan dari korteks motorik primer (2b). Serat-serat yang berasal dari badan sel neuron yang
dikenal sebagai sel piramid di korteks motorik primer (lihat h. 158) turun langsung tanpa interupsi
sinaps untuk berakhir di neuron motorik (atau di antarneuron lokal yang berakhir di neuron
motorik) di medula spinalis. Serat-serat ini membentuk sistem motorik kortikospinal (atau
piramidal).
3. Masukan dari batang otak ( 2c) sebagai bagian dari sistem motorik multineuron. Jalur-jalur yang
menyusun sistem motorik multineuron (atau ekstrapiramidal) mencakup sejumlah sinaps yang
melibatkan banyak regio otak (ekstra artinya "di luar dari"; piramid merujuk ke sistem piramid).
Penghubung terakhir di jalur multineuron adalah batang otak, khususnya formasio retikularis (lihat
h. 177) yang selanjutnya dipengaruhi oleh daerah motorik korteks, serebelum, dan nuldeus basal.
Selain itu, korteks motorik itu sendiri ber-hubungan dengan talamus serta daerah motoric
suplementer dan pramotorik, yang semuanya adalah bagian dari sistem multineuron.
Satu-satunya bagian otak yang secara langsung memengaruhi neuron motorik adalah
korteks motorik primer dan batang otak; regio-regio otak lain berperan secara tak langsung
mengatur aktivitas motorik dengan menyesuaikan sinyal motorik dari korteks motorik dan batang
otak. Di antara berbagai bagian otak ini terjadi sejumlah interaksi kompleks; yang terpenting
disajikan di Gambar 8-24.
Refleks spinal yang melibatkan neuron aferen penting untuk mempertahankan postur dan
dalam mengeksekusi gerakan-gerakan protektif dasar, misalnya refleks lucut (lihat h. 188). Sistem
kortikospinal terutama memerantarai gerakan volunter diskret halus tangan dan jari tangan,
misalnya gerakan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan mengirim pesan. Daerah
pramotorik dan motorik tambahan, dengan masukan dari serebroserebelum, merencanakan
perintah motorik volunter yang dikeluarkan ke neuron motorik yang sesuai oleh korteks motorik
primer melalui sistem desenden ini. Sistem multineuron, sebaliknya, terutama mengatur postur
tubuh keseluruhan yang melibatkan gerakan involunter kelompok-kelompok otot besar badan dan
ekstremitas. Sistem kortikospinal dan multineuron memperlihatkan banyak interaksi kompleks dan
tumpangtindih fungsi. Dalam memanipulasi secara sadar jari tangan Anda untuk mengirim pesan,
sebagai contoh, Anda secara bawah-sadar meletakkan lengan Anda untuk memegang telepon
dalam posisi yang tepat.
Hampir semua otot rangka menempel pada tulang. Otot memiliki struktur dan komponen tersendiri
seperti :
Tendon, jaringan ikat fibrosa (tidak elastic) yang tebal dan berwarna putih yang
menghubungkan otot rangka dengan tulang. Urat-urat ini berupa serabut-serabut simpai yang
putih, berkilap, tidak elastic. Aponeuroses adalah lembaran-lembaran datar atau simpai dari
jaringan fibrus dengan maksud untuk nenuat kelompok-kelompok otot dan adakalanya
menggandengkan sebuah oto dengan bagian yang menggerakkannya.
Fascia, merupakan jaringan ikat gabungan dari jaringan fibrus dan areolar yang
membungkus dan menghimpun otot menjadi satu. Setiap fasciculus dipisahkan oleh jaringan ikat
perimysium. Di dalam pascicle, endomysium mengelilingi 1 berkas sel otot. Di antara
endomysium dan berkas serat otot tersebar sel satelit yang berfungsi dalam perbaikan jaringan otot
yang rusak. Dalam bagian-bagian tertentu, seperti dalam telapak tangan, fascia ini sangat padat
dan kuat. Contohnya adalah fascia Palmaris dan fascia plantaris.
Sarcolemma (membrane sel/serat otot) dan sarcoplasma, yang merupakan unit structural
jaringan otot yang berdiameter 0,01 – 0,1 mm dengan panjang 1-40 mm yang melapisi suatu sel
otot yang fungsinya sebagai pelindung otot. besar dan jumlah jaringan terutama jaringan elastic,
akan meningkat sejalan dengan penambahan usia. Setial 1 serat otot dilapisi oleh jaringan elastic
tipis yang disebut sarcolemma. Protoplasma serat otot yang berisi materi semicair disebut
sarkoplasma. Di dalam matriks serat otot terbenam unit fungsional otot berdiameter 0,001 mm
yang disebut myofibril.
Miofibril, merupakan serat-serat yang terdapat dalam otot. Di bawah mikroskop, miofibril
akan tampak spt pita gelap & terang yang bersilangan. Pita gelap (thick filament) dibentuk oleh
myosin. Pita terang (thin filament) dibentuk oleh aktin, troponin & tropomiosin)
Miofilamen, merupakan benang-benang/filament halus yang merasal dari myofibril.
Terbagi atas dua macam yaitu miofilamen homogeny (terdapat pada otot polos) dan miofilamen
heterogen (terdapat pada otot jantung/otot kardiak dan pada otot lurik.
Sarkoplasma, merupakan cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana myofibril
dan miofilamen berada.
Rektikulum sarkoplasma
Retikulum adalah bagian padat dari fasia dalam dan menambatkan tendon-tendon yang berjalan
melalui pergelangan dan mata kaki masuk kedalam tangan dan kaki. Jejaring kantung dan tubulus
yang terorganisir pada jaringan otot.Tubulus-tubulus yang sejajar dengan miofibril, yang pada
garis Z dan zona H bergabung membentuk kantung (lateral sac) yang dekat dengan sistem tubulus
transversal (Tubulus T). Tempat penyimpanan ion Ca2+. Tubulus T mencapai saluran untuk
berpindahnya cairan yang mengandung ion.ubulus T dan retikulum sarkoplasma berperan dlm
metabolisme, eksitasi, dan kontraksi otot.
Mioglobin, merupakan pigmen yang ada pada otot, berguna sebagai pengikat oksigen.
Motor end plates, merupakan tempat inervasi ujung-ujung saraf pada otot.
Muscle Place Control Twitch Shape function
Smooth -Wall of Involuntary Slow - spindle-shape - Regulates
hollow - 1 nucleai pressure and
organs (middle) distributes blood
-Wall of - Control passage
blood of air
vessel - Contracts to
push food,urine
and baby
(uterus)
Kontraksi Isotonik
Pada kontraftsi isotonik, tegangan otot tidak berubah sementara panjang otot
berubah.
Kontraksi otot adalah keadaan saat otot menegang dan memendek sehingga kemudian dapat
menggerakkan tulang atau rangka tubuh. Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam
urutan tahap-tahap berikut :
1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya pada
serabut otot
2. Di setiap ujung, saraf inenyekresi zat neurotransmiter, yaitu asetilkolin, dalam jumlah
sedikit.
3. Asetilkolin bekerja pada daerah setempat pada membran serabut otot untuk membuka
banyak kanal kation "berpintu asetilkolin" melalui molekul protein yang terapung pada
membran.
4. Terbukanya kanal berpintu asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk
berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Hal ini menyebabkan depolarisasi
setempat yang kemudian menyebabkan pembukaan kanal natrium berpintu listrik
(voltagegated sodium channels). Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi
pada membran.
5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut otot dengan cara yang sama
seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serat saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot, dan banyak aliran listrik
potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi menyebabkan
retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah tersimpan di
dalam retikulum ini.
7. Ion kalsium menginisiasi kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin, yang
menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan menghasill<an proses
kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum
sarkoplasma oleh pompa membran Ca++, dan ion ini tetap disimpan dalam retikulum
sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi; pengeluaran ion kalsium dari miofibril
akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.
a.Synarthrosis, mempunyai karakteristik disatukan oleh jaringan fibrosa. Sub klasnya yaitu:
Sutura secara berkelok-kelok saling bersesuaian, dengan sedikit jaringan fibrosa dan praktis
tidak ada gerakan.
Articulatio Cartilaginea, hubungan antar tulang disatukan oleh tulang rawan cartilage, hyaline
atau fibro cartilago. Ada beberapa sub klas, yaitu:
a. Syncondrosis, hubungan antar tulang bersifat temporer,dimana tulang rawan yang terjadi saat
embrional dapat berkembang menjadi tulang keras pada masa dewasa, dan dapat melayani
pertumbuhan dari tulang yang bersendi.
Contoh: hubungan antar tulang-tulang tengkorak.
Harahap, D, I. 2016. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Fleksibilitas Pada Pemain Pencak
silat Merpati Putih Universitas Sumatera
Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/56075/4/Chapter%20II.pdf
Daftar Pustaka
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=2ahUKEwirtP6
ulfXkAhXkjOYKHTVYBpUQFjAAegQIBBAC&url=http%3A%2F%2Fstaffnew.uny.ac.id%2F
upload%2F132326894%2Fpendidikan%2FSENDI.pdf&usg=AOvVaw2tIeloEKwX0PKIMcb4G
gzL diakses pada 29 September 2019, jam 10.40 WITA
Daftar Pustaka
Widati, S. (2016). BINA GERAK BAGI ANAK YANG MENGALAMI KELAINAN ALAT GERAK,
Retrieved from
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=2ahUKEwj
9t6PRh_HkAhULH48KHTC9CGAQFjAAegQIAxAC&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu
%2FDirektori%2FFIP%2FJUR._PEND._LUAR_BIASA%2F195310141987032-
SRI_WIDATI%2FMK_BDBG%2Fbina_gerak.pdf&usg=AOvVaw395j75hpDADKorOaSg
zgBq