PROPOSAL
Oleh
Rahmatullah Muhajir Putra
NIM 170920101010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 13
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 14
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 14
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 15
2.1 Konsep Pelayanan Publik....................................................................
2.1.1 Unsur-Unsur Pelayanan Publik ...................................................
2.1.2 Azas, Bentuk, dan Prinsip Pelayanan Publik...............................
2.1.3 E-Government : Akuntabilitas Pelayanan Publik.........................
2.2 Konsep Good Governance....................................................................
2.2.1 Prinsip-prinsip Good Governance...............................................
2.3 Konsep Anggaran Daerah...................................................................
2.4 Kapasitas..............................................................................................
2.5 Konsep E-Governance..........................................................................
2.6 Konsep Akuntabilitas ..........................................................................
2.7 Kerangka Berpikir ..............................................................................
BAB 3 METODE PENELITIAN.............................................................
3.1 Pendekatan Penelitian.........................................................................
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................
3.3 Desain Penelitian atau Rancangan Penelitian Kualitatif.................
3.3.1 Fokus Penelitian...........................................................................
3.3.2 Penentuan Informan Penelitian ...................................................
3.3.3 Data dan Sumber Data ................................................................
3
BAB 1. PENDAHULUAN
4
Kabupaten Jember dapat berbenah dalam hal keterbukaan informasi publik yang
kian sulit diakses oleh masyarakat Kabupaten Jember.
Rendahnya keterbukaan informasi publik di Pemerintahan Kabupaten
Jember dipicu oleh beberapa hal, utamanya berkenaan dengan sulitnya akses
publik terhadap website resmi pemerintahan Kabupaten Jember. Minimnya
informasi yang diberikan, memberi suatu isyarat bahwa masyarakat tidak dapat
mengontrol berjalannya pemerintahan. Berdasarkan berita yang di post oleh Janu
Arta pada laman www.prosalinaradio.com-diakses pada 13/10/2018 pukul 14:03,
menyebutkan bahwa informasi penting yang tidak disajikan dalam website
Kabupaten Jember diantaranya, yaitu: perencanaan anggaran, dokumen
pelaksanaan anggaran, laporan kinerja, realisasi anggaran, dan profil pejabat
setiap organisasi perangkat daerah serta struktur organisasi Pemkab Jember.
Melihat kekurangan tersebut, Kabupaten Jember menempati peringkat ke-35 dari
38 kabupaten-kota di Jawa Timur. Artinya, minimnya informasi publik yang
dimunculkan oleh website Pemerintahan Kabupaten Jember memberi peluang
untuk menutup pintu keterbukaan informasi publik bagi warga masyarakat
Kabupaten Jember. Tertutupnya keterbukaan informasi menunjukan minimnya
tanggungjawab, dan akan ada kekhawatiran dalam penyelewengan pengelolaan
keuangan daerah yang dijalankan oleh Pemerintahan Kabupaten Jember.
Penilaian yang dilakukan Komisi Informasi dilihat dari sejumlah indikator,
diantaranya meja pelayanan di setiap organisasi perangkat daerah dan website
pemerintah daerah. Website daerah, seharusnya menyajikan informasi menyeluruh
kepada masyarakat termasuk penganggaran, profil, dan program kerja. Namun
kenyataannya, informasi tersebut tidak dapat diakses melalui website Kabupaten
Jember. Observasi yang dilakukan penulis menunjukan bahwa konten menu-menu
pada website www.Jember.go.id belum menunjukan substansi dari informasi yang
harusnya di dapat oleh masyarakat, khususnya terkait pengelolaan anggaran
daerah. Observasi dilakukan secara berkala setiap satu bulan sekali sejak bulan
Juli 2017. Namun, tidak terdapat perkembangan sedikit pun sampai tulisan ini
dirangkai. Menu-menu konten yang harusnya memuat informasi penting bagi
masyarakat tentang transparansi pengelolaan anggran daerah, struktur organisasi
6
computer dengan berbasis jejaring internet. Suatu teknologi informasi yang dapat
meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Secara
sederhana, e-government dapat dipahami sebagai suatu perangkat (aplikasi) yang
memudahkan interaksi pemerintah dengan pihak yang memiliki kepentingan.
Perangkat tersebut dikemas kedalam bentuk komputerisasi yang di dukung oleh
jaringan internet sehingga akses publik terjadap informasi pemerintahan dapat di
ketahui di manapaun dan kapanpun.
Kehadiran e-government dalam sistem tata pemerintahan dalam berbagai
tingkat, pada dasaranya adalah solusi bagi penyelesaian masalah-masalah
pemerintahan. Tujuan e-government berdasarkan Inpres Nomor 6 Tahun 2001
tentang pengembangan dan Pendayagunaan Telematika, yaitu: a) terciptanya
hubungan secara elektronik antara pemerintah dengan masyarakatnya, sehingga
dapat mengakses berbagai informasi dari pemerintah; b) melaksanakn perbaikan
dan peningkatan pelayanan masyarakat kearah yang lebih baik dari apa yang telah
berjalan pada saat ini; c) menunjang good governance dan keterbukaan; d)
meningkatkan pendapatan daerah.
Tulisan ini hendak mencoba memaparkan bahwa akuntabilitas anggaran
melalui e-government memang suatu kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan
di berbagai daerah. Dokumen pengelolaan anggaran daerah Kabupaten Jember
bukanlah suatu rahasia daerah yang harus di tutup-tutupi, melainkan setiap
masyarakat berhak untuk mendapatkan kemudahan akses dan meminta
pertanggungjawaban atas kinerja yang dicapai pemerintah. Adanya akuntabilitas
dalam bentuk e-goverment, masyarakat selaku pemegang saham dapat
mencermati, mengkritisi, bahkan melakukan penilaian terhadap pemerintah
sebagai bentuk partisipasi publik untuk terciptanya Good governance.
Serangkaian fakta empiris dan uraian yang disampaikan diatas merupakan
permasalahan yang menarik untuk diteliti. Berangkat dari masalah-masalah
penelitian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti “Penerapan E-
government dalam Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Anggaran Daerah
Pemerintahan Kabupaten Jember”.
16
pada aspek kemampuan interpersonal untuk peka kepada orang lain agar
terciptanya kepuasan.
Pelayanan publik menurut Sinambela (2008:5) adalah sebagai setiap
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumah manusia yang
memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terlihat pada suatu
produk secara fisik. Dari pendapat tersebut menekankan bahwa pemerintah
sebagai penyedia pelayanan publik memiliki tugas dalam memberikan kepuasan
di setiap kegiatan yang dilakukan. Hal ini merujuk pada filosofi hadirnya sebuah
negara adalah untuk melayani rakyatnya.
Merujuk pada perundang-undangan, yaitu tepatnya Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 mengartikan pelayanan publik sebagai kegiatan atau
rangkain kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan adaministratif yang diselenggarakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Berdasarkan pada beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa
pelayanan publik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus
oleh Lembaga publik maupun non-publik untuk memberikan kemudahan dan
kepuasan pada pelanggan, dalam hal ini yaitu warga negara sebagai pemafaat
penyedia layanan publik. Penulis dalam hal ini lebih memperhatikan pelayanan
publik yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya Pemerintahan Kabupaten
Jember dalam penye lenggaraan keterbukaan informasi publik melalui website
resmi pemerintahan Kabupaten Jember.
2.1.1 Unsur-Unsur Pelayanan Publik
Terdapat beberapa faktor atau unsur yang mendukung jalannya kegiatan
pelayanan publik. Menurut Moenir (1995:8), unsur-unsur tersebut, yaitu:
a. Sistem, Prosedur, dan Metode
Di dalam pelayanan publik, perlu adanya sistem informasi, prosedur, dan
metode yang mendukung kelancaran dalam memberikan pelayanan.
b. Personil
21
h. Kemudahan akses
Tempat, lokasi, dan sarana pelayanan yang memadai,mudah dijangkau
oelh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi
dan informastika.
i. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah
serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
j. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan publik harus tertib, teratur, disediakan ruang
tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat
serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti, parkir,
toilet, tempat ibadah dll.
Azas, bentuk, dan prinsip pelayana publik diatsa merupakan pedoman
dasar dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh instansi
pemerintah dan juga berfungsi sebagai indicator penilaian serta
evaluasi kinerja bagi penyelenggara publik. Dalam hal ini berkaitan
dengan penyelenggaraan keterbukaan infromasi melalui website
Pemerintahan Kabupaten Jember. Adanya standart dalam kegiatan
pelayanan publik ini, diharapkan masyarakat dapat mendapakan
pelayanan yang sesuai dan antif dalam mengontol berjalannya
pelayanan publik oleh pemerintah.
2.1.3 E-government : Akuntabilitas Pelayanan Publik
Dalam era demokrasi ada tuntutan agar birokrasi menjadi lebih akuntabel.
Akuntabilitas merupakan upaya dari pemerintah daerah unutk memberi pelayanan
proma kepada masyarakat terkait keluhan, kemudahan akses, dan pelaporan
pertanggungjawaban pemerintah selaku pemegang amanah rakyat. Akuntabilitas
pada konteks pelayanan publik berkaitan dengan kemudahan akses terkait
kegiatan, opini, dan tindakan administrasi publik. Oleh karna itu, akuntabilitas
berarti bahwa birokrasi publik wajib untuk memberi segala informasi kepada
24
Pelayanan publik harus dilakukan oleh aparatur yang memiliki kompeteni yang
tinggi, terampil, dan sikap yang baik. Keempat, reward and punishment.
Pemerintah masih dinilai kurang dalam memberikan perhatian secara penuh
kepada aparatur yang berprestasi. Pemberian reward merupakan bentuk motivasi
bagi aparatur untuk memacu semangat dalam bekerja.
uang (rupiah) dalam satu periode tertentu (satu tahun). Artinya, anggaran daerah
dalam hal ini berbentuk uang yang digunakan untuk kegiatan satu tahun yang
mencangkup penerimaan dan pengeluaran pada satu tahun anggaran.
Pengangaran menurut Haryanto, dkk dalam Rakhmat (2018:167) merupakan
aktivitas mengalokasikan sumber daya keuangan yang terbatas untuk pembiayaan
belanja organisasi yang cenderung tidak terbatas. Maka itu, anggaran daerah
digunakan sebagai alat untuk menentukan besaran pendapatan dan pengeluaran,
membantu dalam pengembilan keputusan dan perencanaan pembangunan.
Anggaran juga dapat digunakan untuk memotivasi pegawai dan sebagai alat
koordinasi terhadap seluruh aktivitas dan kegiatan berbagai unit kerja perangkat
daerah.
Menurut Prajudi dalam Adisasmita (2011:21) mengungkapkan bahwa
pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor sumberdaya yang
menurut suatu perencanaan diperlukan untuk penyelesaian suatu tujuan.
Pengertian tersebut menggambarkan secara umum bahwa konsep pengelolaan
merupakan sebuah kegiatan pengendalalian sumberdaya. Sedangkan menurut
Balderton dalam buku yang sama mengungkpkan bahwa istilah pengelolaan sama
dengan manajemen yaitu menggerakkan, mengorganisasikan, dan mengarahkan
usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk
mencapai suatu tujuan.
Memahami kedua pengertian tersebut dapat dipahami bahwa istilah
pengelolaan memiliki pengertian yang sama dengan manajemen dan pengelolaan
tidak hanya di pandang sebagai adanya kegiatan semata tetapi suatu rangkaian
yang meliputi fungsi-fungsi manajemen, seperti perencanaan, pelaksanaa, dan
pengendalian. Menurut Adisasmita (2011:22) terdapat kegiatan-kegiatan yang
mencangkup perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan:
a) Perencanaan
Perencanaan dalam arti luas adalahg suatu proses mempersiapkan secara
sistematis kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Lembaga Administrasi Negara, merumuskan pengertian
perencanaan sebagai berikut:
34
1.
Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak alin adalah suatu proses
mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
2.
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan, penentuan kegiatan, dan
penentuan aparat pelaksana kegiatan untuk mencapai tujuan.
3. Perencanaan adalah usaha yang diorganisir berdasarkan
perhitungan-perhitungan untuk memajukan perkembangan tertentu.
Pengertian perencanaan diatas, menujukan bahwa inti dari sebuah
perencanaan adalah menentukan sebuah tujuan. Adanya tujuan tersebut kemudian
ditetaqpkan pula serangkain kegaitan/tindakan. Agar perencanaan dapat
menghasilkan produk rencana yang baik maka langkah-langkah penting yang
harus diperhatikan adalah.
1. Tujuan harus dibuat secara lengkap dan jelas.
2.
Rumusan kebijakan atau pedoman yang mengarahkan dan sekaligus
tindakan yang akan dilakukan.
3. Analisis dan penetapan cara dan sasaran untuk mencapai tujuan
dalam kerangka kebijakan yang telah dirumuskan.
b) Pelaksanaan
Sumber daya pelaksanaan bermutu dalam arti yang sebenarnya
dikaitkan dengan pekerjaan yang dikerjakan akan menghasilkan sesuatu
yang dikehendaki dari pekerjaan tersebut. Bermutu bukan hanya pandai,
tetapi memenuhi semua syarat kuantitatif yang dikehendaki antara lain
kecakapan keterampilan, kepribadian, sikap, dan perilaku.
c) Pengawasan
Istilah pengendalian kiranya lebih menarik untuk dilihat karena ia
sekaligus melalui proses monitoring hingga evaluasi. Dalam buku yang
sama, Kontz dan O’Donnel mengemukakan bahwa fungsi pengawasan
meliputi aktivitas-aktifitas dan tindakan untuk mengamankan rencana dan
keputusan yang telah dibuat dan seang dilaksanakan serta diselenggarakan.
Sedangkan menurut Firman B. Aji dan Martin Sirait mengemukakan
35
berjalan baik bila ditopang dengan pengelolaan anggaran yang efektif, efisien, dan
ekonomis.
Dalam perekonomian daerah, hal ini biasa disebut sebagai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dibahas oleh pemerintah daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan di tetapkan dalam peraturan
daerah. Dalam APBD tergambar alokasi anggaran yang ditetapkan pemerintah.
Keuangan daerah dikelola menggunakan empat prinsip (Adisasmita,
2011:34), yaitu:
a) Prinsip kemandirian; Mengarahkan pengelolaan anggaran dengan
mengurangi ketergantungan terhadap sumber keuangan yang sifatnya
pragmatis dating dari atas, tanpa harus mencoba melakukan sebuah
inovasi dan penemuan sumber-sumber penerimaan yang baru,
optimalisasi terhadap sumber daya yang dimiliki, peningkatan kualitas
sumber daya yang ada sehingga mendorong perbaikan produktivitas
menuju kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
b) Prioritas; penggunaan skala prioritas dalam menentukan objek
dalam perjalanan penyelelnggaraan pemerintah dan pembangunan
c) Efisiensi, efektivitas, dan ekonomis; Efisien dalah input yang
digunakan dialokasikan secara optimal dan baik untuk mencapai
output yang menggunakan biaya terendah. Efektif adalah pencapaian
tujuan atau sasaran yang telah ditetgapkan sebelumnya. Seadngkan
ekonomis adalah penghematan input untuk mendapatkan output yang
baik, semua input yang digunakan dibiayai dengan harga termurah.
d) Disiplin anggaran; Pengguanaan anggaran sesuai dengan alokasi
anggaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Arah pengelolaan anggaran menurut Pramono Hariadi, dkk (2010:12),
didasarkan pada struktur dari APBD yang terdiri atas:
1) Pengelolaan Pendapatan Daerah;
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening
kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancer, serta
merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu
dibayar kembali oleh daerah.
2) Pengelolaan Belanja Daerah;
37
daerah sehingga masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui
proses penganggaran daerah karena menyangkut kepentingan, aspirasi, dan upaya
pencegahan permasalahan yang mereka hadapi untuk memenuhi kebutuhannya.
Maka itu, penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi terkait
pertangungjawaban pemerintah dalam pengelolaan anggaran daerah
pemermintahan Kabupaten Jember. Pertangungjawaban tersebut dapat dilihat dari
transparansi dalam pengelolaan anggaran daerah. Hal ini di dasarkan pada prinsip
pentingnya transparansi dalam pengelolaan anggaran menurut Vera Jasini bahwa
keterbukaan informasi publik merupakan hak bagi masyarakat daerah untuk dapat
mengakses secara mudah segala inforamsi tentang penganggaran di pemerintahan
Kabupaten Jember. Hal ini karena menyangkut aspirasi, kepentingan, dan upaya
kontrol masyarakat terhadap penyelenggara pemerintahan. Disamping itu,
transparansi pengelolaan anggaran merupakan bentuk pertangungjawaban
pemerintah daerah dalam menjalankan amanah masyarakat.
2.4 Kapasitas
Sebuah sepeda motor juga mengembangkan kapasitas agar ia mampu
melaju kencang. Mesin dan segala perlengkapannya akan aus karena terjasi
gesekan yang keras selama beberapa tahun, atau bahkan hanya beberapa bulan.
Untuk itu, si pengendara harus berkala dalam service kendaraan motor mereka.
Menjaga performa agar tetap berlaju kencang dan kuat, sperepart yang sudah aus
atau tidak layak pakai harus segera diganti atau di perbaiki. Beberapa tahun
setelah teknologi berkembang pesat, Si perusahaan C tidak mungkin hanya
memproduksi sepeda motor tipe X. Hal ini untuk menjaga kualitas dan eksistensi
perusahaan tersebut. Disamping itu, publik juga menginginkan sesuatu yang lebih
dan memiliki daya saing. Dikeluarkanlah tipe sepeda motor D dengan performa
yang berbeda. Begitu seterusnya. Sama halnya dengan sebuah lembaga, ia harus
tumbuh dan berkembang agar tidak mati. Pengembangan dan penguatan kapasitas
sangat dibutuhkan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan, regenerasi, dan
tetap eksis.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata kapasitas diartikan sebagai
kemampuan menghasilkan produksi. Menurut Milen dalam Haryanto (2014:14),
40
akan dibagi, siapa melapor pada siapa, mekanisme koordinasi yang formal
serta pola interaksi yang akan diikuti.
Menurut Robbin dalam Istianto (2009:56), struktur organisasi meliputi tiga
komponen dasar, yaitu:
1) Kompleksitas
Kompleksitas adalah perlunya mempertimbangan tingkat deferernsiasi
yang terdapat dalam tugas organisasi termasuk didalamnya tingkat
pembagian kerja, jumlah tingkat didalam hirarki organisasi serta sejauh
mana unit-unit terbesar secara geografis.
2) Formalisasi
Formalisasi merujuk pada tingkat sejauh manapekerjaan di dalam
organisasi itu distandarisasikan. Semakin rendah tingkat
formalisasidalam organisasi, naka perilaku organisasi tersebut relative
tidak terprogram sehingga memberi kebebasan bagi anggota untuk
mengambil kebijakan sendiri dalam pekerjaannya. Formalisasi dapat
berbentuk peraturan tidak tertulis dan peraturan tertulis seperti
peraturan-peraturan, prosedur, interaksi dan komunikasi organisasi
dibakukan dalam bentuk tulisan.
3) Sentralisasi
Sentralisasi merujuk pada tingkat dimana pengambilan keputusan
dikonsentrssikan pada suatu titik tunggal dalam organisasi. Konsentrasi
yang tingi menyatakan adanya sentrslisasi yang tinggi, dan sebaliknya.
b. Physical Resources (Sumberdaya fisik: sarana dan prasarana)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarana adalah
segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud
dan tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, bangunan,
proyek). Maka dapat dipahami bahwa sarana lebih ditujukan kepada
benda-benda yang bergerak seperti mesin, computer, dan transportasi.
Sedangkan prasarana ditujukan kepada benda-benda yang tidak bergerak
seperti bangunan Gedung.
c. Sistem (sistem kerja/ mekanisme kerja/prosedur kerja)
Menurut Pamoedji (1996:39), prosedur kerja adalah rangkaian dari
suatu tata kerja yang beruntut. Tahap demi tahap menunjukan jalan atau
arus yang harus ditempuh dari mana pekerjaan berasal, kemana diteruskan,
42
2) Democratic (Demokratis)
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan
mempenguruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah di tetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan
dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Kepemimpimm gaya demokmtisantura lain berciri:
a) Wewenang pimpinan tidak mutlak;
b) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang
kepada bawahan
c) Keputusan di buat bersama antara pimpinan dan bawahan;
d) Kebijaksanaan dibuat bersama antara pimpinan dan
bawahan;
e) Komunikasi berlangsung timbal-balik, baik yang terjadi
antara pimpinan dan bawaham maupun antara semua bawahan;
f) Pengawasan terhadap setap, tingkah laku, perbuatan, atau
kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar;
g) Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan;
h) Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan
saran, pertimbangan, atau pendapat;
i) Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih
bersifat permintaan dari pada instruktif;
j) Pujian dan kritik seimbang;
k) Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahnn
dalam batas kemampuan masing-masing;
l) Pimpinan meminta kesetiaan para bawahan secara wajar;
m) Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan
bertindak;
n) Terdanat susunan saling percaya, saling menghorman dan
saling menghargai;
o) Tauggungjawab keberhasilan organisasi dipikul bersama
pimpinan dan bawahan.
47
segala kegiatan dan keputusan yang pemerintah ambil, yaitu dengan menyajikan
pada sebuah website pemeritah daerah.
Menurut Turner and Hulme dalam Mardiasmo (2009:21), dalam konteks
organisasi pemerintah, akuntabilitas adalah pemberian informasi dan disclosure
atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan laporan tersebut. Pemerintah, baik pusat maupun daerah,
harus bisa menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak
publik. Akuntabilitas (accountability) merupakan konsep yang lebih luas dari
stewardship. Stewardship mengacu pada pengelolaan atas aktivitas secara
ekonomis dan efisien tanpa dibebani kewajiban untuk melaporkan, sedangkan
accountability mengacu pada pertanggungjawaban oleh seseorang steward kepada
pemberi tanggung jawab. Akuntabilitas merupakan konsep yang kompleks yang
lebih sulid mewujudkan dari pada memberantas korupsi.. Terwujudnya
akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi sector publik. Tuntutan
akuntabilitas mengharuskan lembaga-lembaga sector publik untuk lebih
menekankan pada pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability)
bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability), tuntutan yang
kemudian muncul adalah perlunya dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat
menggambarkan kinerja lembaga sektor publik.
Akuntabilitas yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri
atas beberapa dimensi. Ellwood dalam Mardiasmo (2009:21-22) menjelaskan
terdapat empat dimensi akuntabilitas publik yang harus dipenuhi oleh organisasi
sector publik, yaitu:
2. Akuntabilitas Proses
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan
dalam melaksanakan tugas cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi
akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi.
Akuntabilitas proses termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik
yang cepat, responsive, dan murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan
terhadap pelaksanaan akuntabilitas proses dapat dilakukan misalnya dengan
memeriksa ada tidaknya mark up dan pungutan-pungutan lain diluar yang
ditetapkan, serta sumber-sumber inefisiensi dan pemborosan yang
menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan dalam
pelayanan. Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses juga terkait
dengan pemeriksaan terhadap proses tender untuk melaksanakannya proyek-
proyek publik. Harus dicermati dalam pemberian kontrak tender adalah
apakah proses tender telah dilakukan secara fair melalui Compulsory
Competitive Tendering (CCT), ataukah dilakukan melalui pola Korupsi,
Kolusi, Nepotisme (KKN).
3. Akuntabilitas Kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban
pemerintah, baik pusat maupun daerah, terhadap kebijakan-kebijakn yang
diambil pemerintah sebagai eksekutif terhadap DPR/DPRD sebagai legislatif
masyarakat luas. Dalam era reformasi dewasa ini, audit kebijakan (policy
audit) juga telah menjadi tuntutan masyarakat. hal tersebut terkait dengan
adanya tuntutan dilakukannya transparansi kebijakan oleh pemerintah
sehingga masyarakat dapat melakukan penilaian dan pengawasan serta
terlibat dalam pengambilan keputusan.
4. Akuntabilitas Program
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah yang
ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan
alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang
minimal.
2.7 Kerangka Berfikir
55
Support
Transparansi
Capacity
Ketepatan waktu
Value
Relevansi
Keandalan
Informasi
kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian
dilakukan. Maka, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu.
a. Data primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau
sumber pertama di lapangan. Dalam penelitian ini berkenaan dengan data
hasil wawancara dengan informan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan keterbukaan informasi melalui pemanfaatan web resmi
Kabupaten Jember dalam meningkatkan keterbukaan pengelolaan
anggaran Pemerintahan Kebupaten Jember. Sumber data primer akan
banyak digali oleh wartawan dan LSM sebagai pihak yang mengetahui
permasalahan
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini
mencangkup studi literatur, dokumen yang harus ada untuk di tampilkan
di website resmi Kabupaten Jember, pengelolaan anggaran, keluhan
masyarakat, laporan serta sengketa yang pernah terjadi di Kabupaten
Jember dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.
b. Wawancara
64
dalam kerangka yang telah disusun peneliti yang berkaitan dengan topik
penelitian. Sedangkan sebelum melakukan wawancara, peneliti juga membuat
pedoman wawancara sebagai garis besar dalam melakukan wawancara.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sekumpulan informasi-informasi yang berkenaan
dengan suatu kegiatan yang telah atau tengah dikerjakan. Menurut Moleong
(2008:217) dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data
karena dalam banyak hal, dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk
menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Lebih lanjut, Patton (2006:150)
menjelaskan bahwa dokumentasi ialah informasi tentang kegiatan dan proses
program dan dapat memberikan peneliti ide tentang pertanyaan penting
selanjutnya melalui pengamatan dan wawancara yang lebih langsung.
Penelitian ini membutuhkan beberapa dokumentasi yang berkenaan dengan
kegiatan Penyelenggaraan Keterbukan Informasi di Pemerintahan Kabupaten
Jember terkait keterbukaan informasi pengelolaan anggaran Pemerintah Daerah
melalui website resmi Pemerintahan Kabupaten Jember, yaitu dokumen
pengelolaan anggaran tiga tahun terakhir, keluhan masyarakat (badan/lembaga
publik, individu, dan kelompok), data dari Komisi Informasi, foto-foto yang
berkenaan dengan aktivitas penyelenggaraan keterbukaan informasi terkait
pengelolaan anggaran, dan catatan harian, yang nantinya juga turut mendukung
penelitin ini.
3. Triangulasi
66
4. Pengecekan sejawat
5. Kecukupan referansial
7. Pengecekan anggota
yaitu terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
Reduksi data dapat diartikan sebagai analisis data dengan cara menyederhanakan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data
sedemikian rupa untuk mendapatkan kesimpulan-kesimpulan atas data yang
direduksi tersebut (Silalahi, 2012:340).
Tahap selanjutnya adalah penyajian data. Menurut Silalahi (2012:340)
penyajian data merupakan kegiatan dalam proses analisis data yang ditempuh
untuk memahami data-data yang disajikan sehingga peneliti dapat mengambil
tindakan atau melakukan penarikan kesimpulan atas data yang di sajikan tersebut.
Sebelum data disajikan, terlebih dahulu melakukan proses pengkodean (coding).
Menurut Craswell (2015:257), proses koding dimulai dengan mengelompokkan
data teks dan visual menjadi kategori informasi yang lebih kecil. Secara tidak
langsung, proses penyajian data ini memudahkan peneliti dalam melihat secara
gambaran keseluruhan dari data-data yang dikumpulkan. Kemudian, penyajian
data dapat dilakukan dengan menggunakan grafik, teks naratif, jaringan, bagan,
dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Suparmoko, 1987. Keuangan Negara dalam Tgeori dan Praktek, BPFE
UGM,Yogyakarta
Pohan, M. 2000. Mewujudkan Tata Pemerintahan Lokal yang Baik (Local Good
governance) dalam Era Otonomi Daerah. Jakarta: Sekayu
Abadi, T.W., Ainur R., dan Arsiyah. 2010. Informasi Publik Berbasis E
Government. Sidoarjo: Umsida Press
Abadi, T.W. 2010. "Layanan Informasi Publik Berbasis e-
Govemment di Jawa Timur." dalam Iptek-Kom. Jurnal Penelitian
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi. Volume 12, Nomor 1,
Juni 2010. Hal: 51 - 78. Terakreditasi B, No.l33/Akred/LIPI/P2MBI
Abadi,T.W. 2011. "Urgenitas Informasi Publik Berbasis E-government". Dalam
Farida Nurul Rahmawati (eds). Publik Service for Good
governance. Surabaya: Luftansah Mediatama. Hal: 43-55
Agustine Eva. 2005. Konsep E-government: tantangan peningkatan Pelayanan
Pada Masyarakat. SNATI: Yogyakarta
Boediono. B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: Rineka Cipta
Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University
Press
PUSTAKA PELAJAR
Alfabeta
Buku Unknown
E-Book
Artikel
Dunan Amri. 2015. Transparansi dan Kepercayaan Pada Kualitas Website
sumselprov.go.id dalam Isu Kebakaran Hutan dan Lahan Perkebunan di
Sumatra Selatan:Jakarta. Cakrawala Lintas Media (Judul Buku: Membangun
Layanan Publik melalui Peningkatan Kualitas Pengelolaan E-government di
Lembaga Publik)
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
UUD 1945
Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Keterbukaan Informasi di
Kabupaten Jember
Inpres Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi Tahun 2012.
Instruksi Mendagri No. 188.52/1797/SC/2012 tentang Transparansi Pengelolaan
Anggaran Daerah (TPAD)
Instruksi Presiden No. 3 tahun 2003 (Inpres No. 3/2003) tentang kebijakan dan
strategi nasional pengembangan E-government
KEPMENPAN No.63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik
Berita
https://radarjember.jawapos.com
73
http://www.prosalinaradio.com/2017/12/20/jember-peringkat-4-terbawah-se-
jatim-terkait-keterbukaan-informasi-publik/
https://www.timesjatim.com/berita/51305/keterbukaan-informasi-publik-di-
jember-masih-buruk