Anda di halaman 1dari 12

Individual Assignment : Essay How Design Thinking Support Social Innovation in Social Enterprise

Course : Design Thinking & Entrepreneurship – Session 6

Lecturer : Dr. Wisnu Sakti Dewobroto, MSc.

Arranged by : Muhammad Imam Wahyudi

Company : PT ASDP Indonesia Ferry (Persero)

SOCIAL ENTERPRISE MELAWAN DISPARITAS DAN INDIVIDUALISME

“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”, bunyi pasal ke-5 sila Pancasila yang menjadi ideologi
Negara Indonesia dapat diartikan bahwa pembangunan yang dilakukan harus dapat dirasakan oleh
seluruh rakyat Indonesia secara merata atau dengan kata lain setiap individu dapat menikmati setiap
hasil pembangunan tersebut tidak hanya untuk kalangan tertentu.

Disparitas ekonomi, yang berarti kesenjangan ekonomi seringkali secara tidak sadar kita jumpai di
beberapa kota besar di Indonesia. Kita lihat kawasan pemukiman kumuh yang bersebelahan dengan
perumahan elit yang hanya dibatasi tembok yang tinggi. Beberapa mal yang besar yang berdiri di ibu
kota sebut saja Grand Indonesia, Plaza Indonesia, Bella Terra yang berdampingan dengan rumah-
rumah semi permanen yang sewaktu-waktu bisa digusur oleh pemilik lahan. Kondisi ini juga terjadi di
beberapa wilayah di belahan dunia seperti gambar di bawah ini.

Jakarta Cape town Lima Mesir


Gambar Ilustrasi Kesenjangan Kawasan Kumuh dan Elit

Individualisme, sebuah paham yang menyatakan bahwa pola pikir individu yang cenderung terlalu
mementingkan diri sendiri bahkan mengesampingkan kepentingan orang lain makin menjamur dalam
kehidupan masyarakat saat ini. Yang kaya tidak peduli dengan yang miskin, yang pandai tidak peduli
dengan bodoh, yang sehat tidak peduli dengan yang sakit, yang makmur tidak peduli dengan yang
susah merupakan bentuk-bentuk dari sikap individualis.

Bagaimana caranya memberantas disparitas ekonomi dan paham individualis tersebut?. Salah satunya
melalui social enterprise. Apa itu social enterprise? Siapa yang berperan di balik social
enterprise?kapan social enterprise muncul?kenapa social enterprise itu ada??dimana social enterprise
biasanya ada?bagaimana social enterprise bisa bertahan dan berkembang?.

Apa itu social enterprise?


Menurut Kim Alter, Pemilik Virtue Ventures LLC (www.virtueventures.com), perusahan yang bergerak
dalam bidang konsultansi dengan spesialisasi social enterprise mendefiniskan social enterprise yaitu :
‘’any business venture created for a social purpose–mitigating/reducing a social problem or a market
failure–and to generate social value while operating with the financial discipline, innovation and
determination of a private sector business’’
Social enterprise didefinisikan sebagai setiap usaha bisnis yang dibuat untuk tujuan sosial yang
mengurangi masalah sosial atau kegagalan pasar serta untuk menghasilkan nilai sosial saat
dioperasikan dengan memperhatikan aspek keuangan, inovasi, dan penentuan bisnis sektor swasta"

Siapakah di balik social enterprise?


Social enteprise berawal dari langkah-langkah kecil dari seorang social entrepreneur, seorang
wirausahawan yang memiliki bisnis yang dengan manfaat sosial yang sebesar-besarnya. Melalui
kepedulian terhadap kondisi sosial yang tinggi inilah yang kemudian menggerakkan untuk membuat
bisnis dengan tujuan utama dalam bidang sosial.

Kapan social enterprise muncul?


Aplikasi social enterprise sebenarnya sudah lama dilakukan namun baru mendapatkan perhatian dari
seluruh dunia setelah adanya peristiwa penghargaan Nobel Perdamaian yang diperoleh M. Yunus dari
Bangladesh sebagai tokoh social entrepreneur yang berhasil mengembangkan Bank untuk masyarakat
miskin (grameen bank). Bank ini menjalankan bisnisnya dengan memberikan pinjaman tanpa kolateral
dan mengutamakan pinjaman untuk masyarakat miskin. Konsep inilah yang menjadi ide awal
munculnya kredit mikro di berbagai bank di seluruh dunia

Kenapa social enterprise itu ada?


Social enterprise ada karena adanya rasa empati dari seorang social entrepreneur terhadap masalah
sosial yang terjadi di masyarakat sehingga menimbulkan ide yang inovatif dan kreatif yang dapat
menyelesaikan masalah sosial tersebut dengan melakukan praktik bisnis secara berkelanjutan
sekaligus menyelesaikan permasalah sosial sesuai dengan kondisi maupun kemampuan masyarakat.

Dimana social enterprise biasanya ada?


Social enterprise ada pada umumnya ada di lingkungan masyarakat yang miskin, lingkungan yang
terbelakang dalam hal pendidikan, lingkungan yang rawan terserang penyakit khusus, atau yang luput
dari perhatian bahkan tidak tersebuth oleh pemerintah atau perusahaan.

Gambar Ilustrasi Permasalahan Sosial Di Masyarakat

Bagaimana social enterprise bisa bertahan dan berkembang?


Keberadaan social enterprise bisa bertahan dan berkembang dikarenakan banyak faktor salah satunya
adalah peranan seorang social entreprenur yang mempunyai semangat tinggi yang serta ide inovatif
sehingga mampu menjalankan bisnis yang dapat menyelesaikan masalah sosial. Keberlangsungan
social enterprise melakukan bisnis secara berkelanjutan juga tidak lepas dari dukungan dan perhatian
dari pemerintah, para donatur, yayasan atau perusahaan yang peduli terhadap masalah sosial.

Gebrakan social entrepreneur biasanya diawali dengan tindakan seorang individu. Dari individu
tersebut kemudian berkembang dan membentuk sebuah komunitas yang isinya individu-individu yang
mempunyai visi yang sama terutama dalam bidang sosial. Dari komunitas tersebut kemudian
membutuhkan sebuah wadah berupa perusahaan. Perusahaan yang menaungi kegiatan tersebutlah
yang disebut dengan social enterprise.

Satu hal yang membedakan antara social enterprise dengan business enterprise adalah bahwa dasar
untuk mengambil keputusan/kebijakan perusahaan yang tidak didasarkan pada pemilik saham
melainkan dikarenakan tujuan utamanya adalah untuk kepentingan sosial. Beberapa ahli
menyebutkan bahwa business enterprise berseberangan dengan social enterprise dimana terdapat
perbedaan dimensi yaitu antara dimensi ekonomi dan dimensi sosial. Menurut John Peppin (2009;2)
ada cara-cara bagaimana aktivitas yang dilakukan dalam social enterprise dilakukan di masyarakat :
1. Kegiatan bisnis dengan tujuan sosial sebagai hal yang paling utama, dimana keuntungan
diinvestasikan kepada kepada tujuan utama yang telah ditentukan sebelumnya;
2. Kegiatan yang dilakukan di sektor relawan, dimana honor dibayarkan sebagai imbalan dari
dikerjakannya sebuah produk/layanan.

Menurut Kim Alter, spektrum perbedaan dapat menjelaskan tentang posisi social enterprise diantara
perusahaan non profit dan perusahaan profit.

1.Traditional 2.Non Profit 3.Social 4.Social 5.Corporation 6.Traditional


Non Profit with income enterprise responsible with profit
generating business responsibility
activity

• Mission motive • Profit making motive


• Stakeholder accountability • Shareholder accountability
• Income reinvested in social programs or • Profit redistributed to shareholder
operational cost
Tabel Spektrum Perusahaan Kombinasi/Campuran

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 6 (enam) jenis bentuk perusahaan/organisasi, dimulai dari
kolom paling kiri yaitu (1) perusahaan yang murni bergerak dengan nilai dan tujuan sosial (sama sekali
tidak menghasilkan laba), dan kolom paling kanan yaitu (6) perusahaan yang murni berorientasi untuk
mencari keuntungan. (2) Perusahaan bertujuan sosial yang mencari dana dengan bisnis untuk
memperoleh pendapatan, (3) perusahaan yang mencari laba dengan tujuan utama memberikan
manfaat sosial, (4) perusahaan yang mencari laba yang menyisihkan sebagian dananya untuk kegiatan
sosial, (5) perusahaan yang mencari laba dengan menyisihkan sebagian keuntungannya untuk
kegiatan sosial.

Apa itu design thinking?


Seorang social entrepreneur ketika berusaha mewujudkan social entreprise menggunakan pendekatan
keilmuan design thinking. Dalam konsep keilmuan design thinking kita mengenal beberapa tahapan
utama yaitu Empatize, Define, Ideate, prototype, test dan implement. Di bawah ini terdapat diagram
yang menggambarkan proses sirkuler dari 6 (enam) tahapan tersebut.

Implement Empatize
Melakukan
melakukan riset
implementasi
untuk memahami
pengembangan
problem -problem
prototipe yang
yang terjadi
sudah diffedback

Test Define
Melakukan Menkombinasikan
pengetasan prototipe berbagai riset dan
kepada user untuk hasil observasi
meudian diberikan problem yang
feedback menjadi fokus

Prototype
Ideate
Membuat model/
prototipe yang Membuat idea
merepresentasikan yang inovatif dan
solusi untuk kreatif
permasalahan

Gambar Diagram Sirkuler Tahapan Design Thinking

Setiap proses dari tahapan di atas dilakukan secara sirkuler/ berulang-ulang hingga diperoleh
implementasi bisnis yang tepat sesuai yang dibutuhkan oleh user.

Apa itu social innovation?


Ideate merupakan tahapan proses untuk menggali ide yang inovatif dan kreatif yang dapat
menyelesaikan problem yang sudah melalui tahapan define. Ide-ide tersebut beragam jenisnya bisa
di bidang ekonomi, teknologi, sosial, lingkungan dan bidang lainnya seperti inovasi kapal tenaga surya,
inovasi pembersih lantai ramah lingkungan, dan yang lainnya. Khusus untuk inovasi dalam bidang
sosial atau dikenal dengan social innovation merupakan ide inovatif dan kreatif yang memiliki tujuan
utama sosial. Social innovation juga beragam misalnya ide pembuatan produk anyaman dengan
memberdayakan masyarakat berkebutuhan khusus, ide penjualan alat yang dapat mengubah limbah
toilet menjadi biogas untuk masyarakat yang kesulitan mendapatkan gas LPG.

Dalam konsep keilmuan design thinking juga dikenal business model canvas yaitu model yang
digunakan untuk menggambarkan bisnis yang dikembangkan. Ada beberapa bagian dalam penting
dalam business model canvas yaitu key partners, key activities, value proposition, customer
relationship, customer relationship, distribution channles, key resources, cost strusture dan revenue
stream seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar Business Model Canvas
Ada 9 bagian penting dalam business model canvas dimana pada masing-masing bagian harus
dipetakan sehingga menjadi model bisnis yang lengkap namun bagian awal yang harus dipetakan
adalah value proposition.
Value propositon bicara mengenai nilai apa yang ingin dijual ke customer misal transportasi nyaman
atau cepat atau aman atau memberikan pengalaman baru bagi customer.
Key partner membahas mengenai siapa saja yang akan bekerjasama atau terlibat dalam bisnis yang
akan dikembangkan baik dari internal perusahaan, vendor, pemerintah atau mitra kerja.
Key activities membahas terkait bagaimana caranya melakukan bisnis yang akan dikembangkan
apakah dengan cara melakukan promosi konvensional, bagaimana produksi barangnya, apa yang
dilakukan untuk pendekatan ke regulator atau apakah perlu dilakukan proses beauty contest untuk
mendapatkan mitra kerja terbaik sesuai kebutuhan perusahaan.
Customer relationship bicara mengenai bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan customer.
Customer segment membahas siapa yang akan menjadi target market dari bisnis yang dikembangkan
apakah para milenial, masyarakat pulau jawa atau luar jawa, masyarakat dengan ekonomi kelas bawah
atau menengah atau atas.
Cost structure menekankan pada berapa dan jenis biaya seperti apa yang akan dikeluarkan untuk
membangun bisnis yang akan dikembangkan.
Revenue stream memperkirakan berapa dan apa saja jenis pendapatan yang bisa diperoleh dari bisnis
yang dikembangkan serta potensi pendapatan ke depannya apabila bisnis dilakukan ekspansi.
Terdapat keterkaitan antara bagian value proposition dengan customer segment yang disebut dengan
value proposition canvas. Penjelasan mengenai value proposition canvas yaitu bagaimana kita
memetakan profil dari customer kita yaitu mendeskripsikan gains, pains dan customer jobs. Customer
profile tersebut kemudian digunakan untuk memetakan value proposition seperti yang tergambar
dalam gambar di bawah ini.
Gambar Value Proposition Canvas

Bagaimana design thinking mendukung social innovation dalam social enterprise?

Dari penjabaran di atas terkait design thinking, social innovation dan social enterprise terdapat
keterkaitan antara tiga hal tersebut seperti tergambar dalam diagram di bawah ini.
SOCIAL ENTERPRISE

Gambar Diagram Hubungan antara design thinking, social innovation dan social enterprise.
Ada banyak contoh social enterprise yang bermunculan di Indonesia. Ada yang memiliki tujuan sosial
untuk meningkatkan kesehatan, kemisikinan, keterbelakangan pendidikan, lingkungan yang semua
pengelolaannya didasarkan pada prinsip bisnis yang berkelanjutan.
Bisnis Hijab Nalacity
Hafiza Elvira Nofitariani merupakan seorang gadis berusia 25 tahun ini menjadi seorang CEO dari
Nalacity Foundation yang memberikan perhatian khusus melalui program pemberdayaan kepada
Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) di daerah Sitanala Kota Tangerang. Mantan penderita
penyakit kulit berbahaya tersebut diberikan keterampilan bagaimana cara menjahit hijab beserta
aksesoris yang kemudian dipasarkan. Dari kegigihannya untuk mengembangkan bisnis yang bertujuan
sosial ini, produk yang dihasilkan semakin berkembang hingga diekspor ke Qatar.

Gambar sebelah kiri : Hijab Nalacity. Sebelah kanan : TinTin Chips

Cemilan TinTin Chips


Ide awal Rina sang pemilik bisnis cemilan Tintin Chips tidak disangka akan berkembang pesat sejak
pertama kali berdiri tahun 2014. Bersama adiknya, Rina terdorong rasa empati untuk membina ibu
yang memiliki anak penyandang disabilitas. Selain memberikan tambahan penghasilan kepada ibu-ibu
tersebut, Tintin Chips juga konsisten untuk membiayai terapi anak-anak difabel. Hingga tahun 2017
Tintin Chips dipinang maskapai Garuda Indonesia untuk dijual sebagai camilan andalan rute
internasional sehingga konsumen Tintin Chips pun mayoritas berasal dari luar negeri.

IBEKA terangi desa-desa di Indonesia


Adalah Tri Mumpuni atau akrab disapa Bu Puni bersama sang suami Iskandar Kuntoadji seorang social
entrepreneur yang menawarkan konsep bisnis Pembangkit Listrik Bertumpu Pada Masyarakat di
bawah naungan perusahaan IBEKA (Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan). Menarik sekali ketika
mendengar konsep tersebut karena Bu Puni mengajak masyarakat untuk terlibat langsung investasi,
pembangunan, serta pengelolaan pembangkit listrik mikro di desa masing-masing atau dikenal dengan
listrik dari, oleh dan untuk rakyat. Hingga tahun 2017 IBEKA mampu menerangi 60 desa mulai dari
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Tana Toraja (yang paling banyak), Sulawesi Selatan, dan
Sumba. Lalu di Papua dan Kalimantan Timur serta Maluku dan Seram Barat.

Saya akan menganalisa bagaimana IBEKA bisa mengembangkan bisnis Pembangkit Listrik Bertumpu
Pada Masyarakat menggunakan pendekatan design thinking, social innovation dan social enterprise.
Emphaty and define problem

Bu Puni dibantu suaminya memiliki rasa empati terhadap desa-desa


di Indonesia yang belum mendapatkan listrik untuk penerangan
sehari. Hal ini berseberangan dengan kemajuan teknologi yang
terjadi di beberapa kota besar yang penuh dengan gemerlap lampu
seperti Kota Jakarta. Hal ini yang mendorong Bu Puni untuk
bergerak mencari solusi permasalahan tersebut. Dari rasa empati
tersebut Bu Puni kemudian berusaha untuk mencari apa sebenarnya
problem yang terjadi. Kenapa PLN tidak bisa menjangkau desa-desa
tersebut? Apakah karena lokasinya yang sangat terpencil?atau investasi terlalu besar jika ada
sambungan listrik ke desa-desa tersebut atau masyarakat desa tersebut tidak bisa menjangkau tarif
listrik yang ditetapkan PLN?. Setelah mengetahui problem yang sebenarnya terjadi kemudian
dilanjutkan ke dalam tahapan sirkuler design thinking.

Tahapan Sirkuler Design Thinking


Proses emphaty dan define yang sudah dilanjutkan kemudian dilanjutkan dengan tahapan untuk
menggali ide kreatif dan inovatif dan akhirnya munculah ide Pembangkit Listrik Bertumpu pada
masyarakat. Setelah ide inovatif dan kreatif dilakukan selanjutnya masuk ke dalam tahapan
prototype, test dan implementasi namun yang perlu diingat bahwa tahapan di bawah ini berlangsung
secara sirkuler untuk mendapatkan prototype yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

Implement
Melakukan
Empatize
implementasi kepedulian terhadap
pengembangan desa yang tidak
prototype yang dialiri listrik
sudah difeedback

Test
Melakukan
Define
pengetesan terhadap Mencari tahu
prototype problem kenapa desa
pembangkit listrik tersebut tidak dialiri
untuk mendapatkan listrik
feedback

Ideate
Prototype Ide membuat
Membuat prototype pembangkit listrik
pembangkit listrik teknologi mikro
hidro

Gambar Diagram Sirkuler Design Thinking


Value Proposition Canvas
Di dalam diagram sirkuler design thinking terdapat tahapan define problem dan ideate dimana dalam
pendekatannya bisa dilakukan lebih mendalam menggunakan teori value proposition canvas seperti
yang tergambar dalam diagram di bawah ini yang menjelaskan bahwa value produk yang dihasilkan
sesuai dengan apa yang menjadi keinginan customer.

Gambar Value Proposition Canvas

Business Model Canvas


Setelah dilakukan proses value proposition canvas dimana tujuannya untuk mendefinisikan value
proposition dan customer profile, selanjutnya dilakukan business model canvas yang salah satu
bagiannya terdapat value proposition dan customer segment seperti tergambar di gambar di bawah
ini.

Gambar Business Model Canvas

Melalui social innovation yang telah dibuat, Bu Puni mampu menentukan market orientation yang
akan menjadi sasaran penjualan produknya sesuai dengan misinya yaitu di desa-desa terpencil yang
belum terjangkau listrik. Dengan social enterepreneur (SE) organization / perusahaan yang sudah
didirikan akhirnya seorang social entrepreneur, Bu Puni bisa menciptakan social value dengan
menjalankan bisnis pembangkit listrik untuk masyarakat miskin dengan harga terjangkau yang secara
bisnis dapat dijalankan secara berkelanjutan.
Gambar Gambar Social Entrepreneurship is a cluster concept

Dari penjelasan di atas terkait teori, beberapa praktik sukses dan analisa terkait design
thinking, social innovation dan social enterprise serta keterkaitannya, dapat disimpulkan
bahwa terbentuknya dan kesuksesan social enterprise tidak terlepas dari bagaimana
menerapkan design thinking dan social innovation. Di dalam era milenial ini diharapkan dari
para entrpreneur muda dapat semakin banyak berkontribusi dalam social enterprise sehingga
pembangunan di Indonesia dapat merata dan dirasakan oleh semua kalangan masyarakat.

Daftar Pustaka :

1. Alter, Kim. 2007. Social Enterprise Typology. Amerika. Virtue Ventures LLC.
2. Nicholls, Alex. 2006. Social Entrepreneurship, New Models of Sustainable Social Change.
Oxford University Press.
3. https://kumparan.com/@kumparanstyle/inspirasi-womanpreneur-rina-trisnawati-ceo-
sociopreneur-tintin-chips-1543395144560431069
4. https://www.dbs.com/indonesia-bh/blog/live-kind/kenali-4-social-enterprise-indonesia-
yang-menginspirasi.page
5. https://goukm.id/8-bisnis-sosial-berdampak-besar/
6. https://www.idntimes.com/life/women/dian-septi-arthasalina-1/tri-mumpuni-si-wanita-
listrik-kebanggan-daerah-terpencil-c1c2
7. http://www.biru.or.id/index.php/news/2011/02/21/56/sumba-pulau-ikonis-untuk-
potensi-energi-terbarukan.html
8. https://finance.detik.com/wawancara-khusus/d-3341796/mengenal-tri-mumpuni-
pahlawan-yang-menerangi-desa-desa-terpencil
9. https://regional.kompas.com/read/2016/03/09/15300051/Tri.Mumpuni.Perempuan.Pej
uang.Listrik.untuk.Desa.Terpencil?page=all
10. https://international.sindonews.com/read/1294110/40/sociopreneur-ri-tri-mumpuni-
raih-asean-social-impact-awards-1522483420
11. https://www.kompasiana.com/leya21951/5d2421dc097f3622b048f1b5/indonesia-
butuh-orang-gila-yang-waras-di-kabinet?page=all

Anda mungkin juga menyukai