Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER
SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2021/2022

MATA KULIAH : SOCIOPRENEURSHIP


HARI / TANGGAL : JUM’AT, 5NOVEMBER 2021
WAKTU : 90 MENIT
SEMESTER : III
KELAS : 33F
DOSEN PENGAMPU : Dr. AGUS SLAMET, S.TP., M.P.

Kerjakanlah soal
-soal berikut ini secara
singkat dan tepat. Jawaban ujian diupload
pada web e-learning yang sesuai dengan: jadwal, kelas, dan dosen pengampunya.

1. Sebutkan dan jelaskan perbedaan antara sociopreneurship dan entrepreneur.

2. Ada 14 karakteristik wirausahawan sosial yang sukses. Sebutkan dan jelaskan 7 (tujuh)
saja karakteristik wirausaha sosial yang sukses.

3. Dalam menjalankan wirausaha maupun wirausaha sosial diperlukan analisis akar masalah.
Jelaskan mengapa analisis akar masalah diperlukan dalam wirausaha maupun wirausaha
sosial. Berikan contoh analisis akar masalah dalam menjalankan wirausaha sosial.

4. Berikan penjelasan tentang menerjemahkan masalah menjadi kebutuhan dalam


sociopreneurship.

5. Jelaskan perbedaan antara Business Model Canvas dan Social Business Model Canvas.

6. Jelaskan manajemen bisnis sosial di era digital yang bisa diterapkan saat ini dan berikan
contohnya.

~~~Selamat mengerjakan~~~
```~~Se
Diperiksa oleh :
Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Dr. Agus Slamet, S.TP., M.P.
Nama : Adrian Leonardo Putra
NIM : 190510399
Jawaban UTS.

1. sociopreneur adalah mereka yang berusaha untuk menggunakan berbagai cara bisnis
agar bisa mengatasi masalah bersama-sama. Mereka yang bergerak pada bidang ini
harus berani mengambil resiko dan berusaha lebih keras untuk bisa memberikan
dampak yang positif dengan adanya berbagai inisiatif yang dilakukannya.
Sedangkan entrepreneurship ) adalah proses kegiatan kreativitas dan inovasi
menciptakan perubahan dengan memanfaatkan peluang dan sumber-sumber yang ada
untuk menghasilkan nilai tambah bagi diri sendiri dan orang lain serta memenangkan
persaingan.
Ciri – ciri yang paling dapat dilihat dari sociopreneurship dan entrepreneurship adalah.
 Sociopreneurship memiliki Misi berupa kepedulian social yang kuat sedangkan
seorang Enterpreneurship biasanya lebih bersifat kapitalis atau mementingkan
dirinya terdepan.
2.
1. Memiliki misi dan kepedulian sosial yang kuat Kepedulian terhadap masalah yang
ada di masyarakat membuat usaha Anda memiliki misi sosial yang membedakannya
dengan bisnis lain. Misi akan mengantarkan Anda kepada tujuan akhir yang ingin
dicapai. Kepedulian sosial menentukan seberapa besar dedikasi yang akan Anda
berikan untuk usaha sosial ini.

2. Memiliki passion yang sejalan dengan misi Usaha Sosial Anda Komitmen dan
dedikasi Anda nantinya juga akan dipengaruhi oleh ketertarikan terhadap masalah
sosial yang diangkat serta passion Anda untuk menjalankan usaha sosial. Kendati
usaha sosial berbeda dengan bisnis pada umumnya, bukan berarti Anda tidak akan
melakukan berbagai rutinitas yang juga dilakukan oleh bisnis lain.

3. Yakin dengan pilihan Anda menjadi wirausahawan sosial dibandingkan pekerjaan


lainnya Mendirikan usaha sosial butuh komitmen dan dedikasi yang membuat Anda
harus mengorbankan waktu, tenaga dan seringkali pekerjaan serta mimpi-mimpi Anda
yang lain. Karena itu, Anda harus yakin apakah sekarang merupakan waktu yang tepat
dalam hidup Anda untuk menjadi wirausahawan social
4. Siap bekerja keras membangun usaha sosial dengan segala keterbatasan Seringkali
usaha sosial mengalami masalah terutama di masa awal pendiriannya. Anda mungkin
akan ditolak oleh investor, mitra potensial atau mengalami masalah legal yang
membuat usaha sosial Anda seakan ditimpa masalah bertubi-tubi. Butuh komitmen,
dedikasi dan kesiapan Anda untuk bekerja keras demi usaha sosial ini.

5. Memahami kondisi dan kemampuan yang dimiliki oleh usaha sosial Anda sebagai
sebuah bisnis Meskipun berbeda dengan usaha pada umumnya, Anda tetap akan
melakukan aktivitas bisnis agar bisa memberikan manfaat kepada masyarakat. Karena
itu, Anda harus memahami seluk beluk dari usaha sosial Anda mulai dari model
bisnis, pendanaan, serta kompetitor yang dihadapi.

6. Berani menilai dengan jujur kemampuan yang dimiliki usaha sosial Anda Idealisme
dan optimisme yang berlebih seringkali membutakan Anda terhadap kondisi dan
kemampuan yang dimiliki usaha sosial Anda sebenarnya. Anda harus bersikap
objektif dan realistis ketika menentukan ukuran pasar yang menjadi target, kesiapan
Anda menghadapi kompetitor, kelebihan yang ditawarkan produk Anda, hingga
besarnya pendanaan yang mungkin didapatkan dari investor.

7. Memiliki kemampuan untuk berpikir layaknya seorang wirausahawan


Keunikan dari wirausahawan sosial terletak pada kepeduliannya terhadap masalah
sosial dan kepercayaannya untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan mendirikan
sebuah usaha. Misi sosial yang dimiliki bisa menjadi keunggulan usaha sosial Anda
dari para kompetitor. Namun intuisi dan kemampuan Anda sebagai wirausahawan
yang akan menentukan sejauh mana usaha sosial tersebut akan berkembang
kedepannya.
3. Menganalisis akar masalah sangat diperlukan dalam membangun bisnis dan menjadi
seorang pengusaha, kemampuan menganalisis masalah ini menjadikan seorang pelaku
bisnis mengasah intuisi yang dimilikinya agar lebih peka terhadap ketidakstabilan
pasar, kemampuan untuk menganalisis akar permasalahan juga dapat membuat
seorang pelaku bisnis dapat mengambil peluang yang belum pernah ada serta dapat
menciptakan suatu momentum tersendiri.
Dalam menjalankan bisnis social kita sebagai wirausaha social sangatlah dituntut
untuk mempunyai intuisi serta kepekaan yang tinggi, hal ini dimaksudkan agar dapat
melihat permasalahan social yang ada di lingkungan sekitar, mencari solusi serta
menyusun strategi eksekusi. Sebagai contoh Bisnis Dompet Dhuafa Indonesia yang
didirikan dengan maksud untuk mengunpulkan dana dari masyarakat untuk disalurkan
kepada masyarakat miskin yang membutuhkan dan membantu pembangunan fasilitas
– fasilitas ibadah di seluruh penjuru negeri. Contoh bisnis seperti ini sangatlah
membutuhkan kemampuan manajemen yang baik untuk dapat mengelolah Dana dan
membentuk strategi dalam penggalangan dana sehingga visi dan misi yang ditetapkan
dapat tercapai sebagaimana mestinya.

4. Dalam sociopreneurship individu dituntut untuk se peka mungkin dalam mengkaji


setiap permasalahan yang ada di sekitarnya sebab dari permasalahan itulah yang akan
menjadi bahan rumusan masalah yang nantinya harus dapat dipecahkan oleh pelaku
sociopreneurship. Karena tujuan utama dari sociopreneurship adalah pemecahan
masalah dilingkungan sekitar menjadi peluang bisnis yang dapat menguntungkan
bukan hanya salah satu pihak saja melainkan banyak pihak.

5. Business Modal Canvas (BMC) oleh Alexander Osterwalder dalam bukunya Business
Model Generation merupakan framework sederhana bagi pelaku usaha atau bisnis
dalam menciptakan nilai pada bisnisnya. Terdapat sembilan elemen penting yang
dapat dianalisis dan menjadi gambaran dasar pemikiran terkait bisnis yang akan
dijalankan pada BMC. Kesembilan elemen penting tersebut yaitu:

 Customer Segments (Segmen Pelanggan)


Menggambarkan target pasar yang bagaimana yang akan dijangkau oleh pelaku bisnis, apakah
menyasar secara khusus atau umum.

 Value Propotition (Penawaran Nilai)

Menggambarkan suatu keunggulan dari produk dan layanan yang ditawarkan dibandingkan
dengan produk dan layanan dari pelaku bisnis yang lain.

 Channels (Saluran Distribusi)

Menggambarkan bagaimana produk, jasa, dan nilai tambah yang dihasilkan dapat sampai ke
tangan pelanggan. Channels menjadi sarana untuk menyampaikan value proposition kepada
pelanggan.

 Customer Relationships (Hubungan dengan Pelanggan)

Menggambarkan kiat kiat pelaku bisnis dalam meciptakan kedekatan dan kenyaman
pelanggan terhadap produk dan layanan.

 Revenue Streams (Arus Pendapatan)

Menggambarkan sumber pendapatan yang akan diperoleh dari masing-masing segmen


pelanggan.

 Key Resources (Sumber Daya Utama)

Menggambarkan bagaimana aset aset perusahaan dapat menciptakan nilai tambah bagi
pelanggan dan keberlangsungan bisnis. Aset ini berupa manusia, teknologi, dan lainnya.

 Key Activites (Aktivitas Kunci)

Menggambarkan kegiatan kunci yang ada pada bisnis yang sedang dilakukan. Kegiatan utama
ini untuk dapat menjalankan atau menciptakan value proposition

 Key Partnerships (Kemitraan Utama)

Menggambarkan jejaring mitra yang dapat mendukung dalam menghasilkan produk, jasa, dan
nilai yang akan diperoleh konsumen
 Cost Structure (Struktur Biaya)

Gambaran mengenai kelompok biaya yang dibutuhkan dalam bisnis baik dalam bentuk biaya
tetap, biaya variabel, biaya operasional dan lainnya.
Business Model Canvas ini, secara lumrah biasa digunakan oleh pelaku bisnis yang
berorientasi pada mencari keuntungan semata. Model bisnis ini diyakini efektif dijelaskan
pada sembilan blok (Lihat gambar) yang elemen tiap blok telah dijelaskan sebelumnya.

Social Business Model Canvas


Bila BMC menjadi model bisnis bagi pelaku bisnis profit yang mengutamakan misi bisnis
semata. Lantas, bagaimanakah model bisnis bagi pelaku wirausaha sosial?
Pelaku wirausaha sosial dalam menjalankan kegiatannya tidak mengedepankan keuntungan
semata, profit oriented, tapi kegiatan bisnisnya berfokus pada penyelesaian masalah-masalah
sosial. Segala bentuk keuntungan dipergunakan untuk keberlangsungan program dan
operasional.
Sebagaiamana telah disebutkan dimuka perbedaan mendasar dari pelaku usaha bisnis profit
dengan wirausaha sosial adalah pada misi berdirinya usaha.
Pelaku bisnis profit berorintasi pada keuntungan, bagaiamana bisa mengembangkan usaha
lebih luas tanpa mementingkan terlalu dalam aspek sosial. Kalau pun tiba-tiba menyerempet
kepada aspek sosial, tidak lebih dari sekedar pemenuhan kewajiban dari instansi yang kuat
yang menekannya. Semacam Corporate Social Responsibility (CSR) dan lain sebagaianya.
Dalam mindset pelaku usaha sosial, uang bukan segalanya. Namun demikian pelaku
wirausaha sosial perlu dana dalam melakukan aktivitas sosialnya, karena kalaulah tidak
demikian, aktivitas tidak dapat dilakukan secara optimal. Sehingga BMC juga menjadi tepat
untuk digunakan oleh pelaku sosial namun dengan beberapa modifikasi yang disesuaikan
dengan jenis kegiatan/karakter wirausaha sosialnya.
Modifikasi pada BMC dapat dilakukan pada penambahan kolom

 Purchasers dapat ditambahkan pada bagian bawah customer segment

Menggambarkan siapa yang mau menyokong dana terkait aktivitas sosial yang dilakukan

 Users ditambahkan pada bagian bawah purchaser

Menggambarkan siapa saja penerima manfaat dari aktivitas sosial yang dijalankan
 Stakeholders ditambahkan pada bagian bawah user

Menggambarkan siapa siapa saja yang dapat dilibatkan pada kegiatan wirausaha sosial

 Key Metrics atau Social Impact yang dihasilkan.

Kolom ini dapat diletakkan di antara kolom revenue stream dan Cost Structure. Tujuan
penulisan kolom ini adalah untuk melihat dampak sosial atau manfaat apa yang akan
dihasilkan dari aktivitas yang akan dilakukan.

Penambahan ini akan membantu para pelaku wirausaha sosial tidak hanya mendapat
gambaran tentang model bisnis dalam meraih keuntungan. Melainkan juga dalam meraih
manfaat demi aktivitas yang dilakukan sustainable tidak cepat mati suri.

6. Di era digital seperti saat ini dibutuhkan teknik – teknik manajemen bisnis yang baru
agar bisnis konvensional yang dijalankan lebih dapat bersaing dengan jamannya.
Memang tak mutlak teknik apa saja yang harus digunakan karena sejatinya era digital
adalah era yang dinamis, cepat bergerak dan sulit ditebak akan tetapi hal yang paling
mungkin dilakukan dan masih dapat terkontrol yaitu dengan me manajemen aktivitas
social media, branding dan juga strategi digital marketing sehingga bisnis yang kitya
tawarkan lebih dapat mencakup lebih banyak pengguna atau dengan cara menaikkan
market capital.

Anda mungkin juga menyukai