Anda di halaman 1dari 18

GANGGUAN

SISTEM MUSKULOSKELETAL
OSTEOMALASIA

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011

Nasrullah
Laporan Singkat
OSTEOMALASIA
(Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan)

Nasrullah
Mahasiswa Alih Program, Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Brawijaya Malang
2010

Program Studi Ilmu Keperawatan B


Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang
2011

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
OSTEOMALASIA
-----Nasrullah-----

DEFINISI
Osteomlasia adalah penyakit tulang metabolik yang dijumpai pada
orang dewasa akibat penurunan mineralisasi osteoid. Osteomalasia terjadi
akaibat defisiensi vitamin D (Corwin, 2001)

Osteomalasia adalah manifestasi defisiensi vitamin D. Perubahan


mendasar pada penyakti ini adalah gangguan mineralisasi tulang, disertai
meningkatnya osteoid yang tidak mengalami mineralisasi.(Robins, 2007)

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai


dengan tidak memadainya mineralisasi tulang. Pada orang dewasa, osteomalasia
bersifat kronis dan deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena
pertumbuhan skeletal telah selesai. (Suratun, 2008)

Rakitis atau osteomalasia di masa kanak-kanak merupakan gangguan


kesehatan yang meliputi pelunakan dan pelemahan tulang, keadaan ini ,
terutama disebabkan oleh kekurangan vitamin D, kalsium dan fosfat.

ETIOLOGI
- Kekurangan vitamin D
- Kekurangan kalsium dalam diet
- Kelainan gastrointestinal
- Malabsorbsi kalsium
- Gagal ginjal kronis

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
PATOFISIOLOGI
Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang
merangsang pelepasan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid
meningkatkan penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa
mineralisasi tulang yang adekuat, maka tulang menjadi tipis. Terjadi penimbunan
osteoid yang tidak terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkus
saluran-saluran tulang bagian dalam, hal ini menimbulkan deformitas tulang.

Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang


memacu absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi
mineralisasi tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah.
Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke
tempat kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan kegagalan mineralisasi,
terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.

Penyebab osteomalasia adalah kekurangan kalsium dalam diet,


malabsorbsi kalsium (kegagalan absorbsi atau kehilangan kalsium berlebihan
dari tubuh), kelainan gastrointestinal (absorbsi lemak tidak memadai sehingga
mengakibatkan kehilangan vitamin D dan kalsium) gagal ginjal berat dapat
mengakibatkan asidosis (kalsium yang tersedia dalam tubuh digunakan untuk
menetralkan asidosis, pelepasan kaslsium skelet terus-menerus mengakibatkan
demineralisasi tulang), dan kekurangan vitamin D (diet dan sinar matahari.

Rakhitis (riskets) adalah penyakit tulang pada anak akibat defisiensi


vitamin D. Rakitis menyebabkan disorganisasi tulang, terutama di lempeng
pertumbuhan atau epifisis sehingga pertumbuhan terhambat. Rakitis jarang
dijumpai di Amerikan Serikat, tetapi mungkin ditemukan pada keluarga yang
sangat miskin atau yang berada di daerah-daerah pinggiran. Malabsorbsi
kalsium dalam makanan pada para pengidap penyakit crohn sindrom
malabsorbsi atau fibrosis kistik dapat menyebabkan osteomalasia atau rakhitis

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
Gangguan gastrointestinal

Gagal ginjal kronis


(berat)
Absorbsi lemak terganggu

Asidosis
Pembentukan Vitamin D
terganggu
Kalsium yang terdapat
Kekurangan vitamin D dalam tubuh digunakan
Penyerapan kalsium usus dan kalsium dalam utnuk menetralkan
menurun diet asidosis

Kalsium ekstra sel berkurang

Transport kalsium ke tulang


terganggu

Demineralisasi tulang
Osteomalasia

Perlunakan kerangka tubuh


Harga diri rendah

Berat badan dan tarikan Kompresi pada vertebra


tubuh

Penekanan syaraf Pemendekan tinggi


Tulang melengkung badan
verteba

Deformitas
Risiko fraktur meningkat Nyeri punggung

Cara berjalan pincang


Gangguan mobilitas fisik Nyeri

Risiko cedera

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
MANIFESTASI KLINIS
- Nyeri tulang dan nyeri tekan tulang
- Kelemahan otot
- Cara berjalan seperti bebek atau pincang
- Pada penyakit yang lebih lanjut, tungkai melengkung (karena berat tubuh
dan tarikan otot)
- Vertebra yang melunak mengalami kompresi, sehingga mengalami
pemendekan tinggi badan dan merusak bentuk toraks (kifosis)
- Sakrum terdorong ke bawah dan depan, pelvis tertekan ke lateral
- Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Evaluasi dengan sinar-x dapat memperlihatkan penurunan
osifikasi/demineralisasi tulang secara umum
- Pengukuran kalsium dan fosfat serum akan memperlihatkan nilai yang
rendah
- Pemeriksaan urin menunjukkan kalsiun dan kreatinin rendah
- Pemeriksaan vertebra akan memperlihatkan adanya patah tulang
kompresi tanpa batas vertebra yang jelas.
- Biopsi tulang akan menunjukkan peningkatan jumlah osteoid

PENATALAKSANAAN
- Diperlukan diet vitamin D disertai suplemen kalsium.
- Apabila osteomalasia atau rakitis disebabkan oleh penyakit lain, maka
penyakit tersebut akan memerlukan penanganan terlebih dahulu.
- Pemajanan sinar matahari dianjurkan.
- Jika terjadi deformitas ortopedik persisten perlu penggunaan
brace/korset atau dengan pembedahan.

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Umum Sistim Muskuloskeletal


Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari,
pola ambulasi, alat bantu yang digunakan (misalnya kursi roda, tongkat, walker),
dan nyeri (jika ada nyeri tetapkan lokasi, derajat nyeri, lama, faktor yang
memperberat dan faktor pencetus) kram atau kelemahan
Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti dan terarah. Data yang
dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik.

ANAMNESIS
1. Data demografi : Data ini meliputi nama, usia, jenis kelamin, tempat tinggal,
orang yang dekat dengan klien.
2. Riwayat perkembangan : Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan
pada neonatus, bayi, prasekolah, remaja, dewasa dan tua.
3. Riwayat sosial : Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang
terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status
kesehatannya dapat dipengaruhi.
4. Riwayat penyakit keturunan : Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui
untuk menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi misalnya
(penyakit diabetes melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi
degeneratif, TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll)
5. Riwayat diet : Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini
dapat mengakibatkan stress pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi
terjadinya instabilitas ligamen, khususnya pada punggung bagian bawah.
Kurangnya asupan kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya
dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin A,
D, kalsium, serta protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi
muskuloskeletal.
6. Aktivitas kegiatan sehari-hari : Identifikasi pekerjaan pasien dan aktifitas
sehari-hari. Kebiasaan membawa benda-benda berat yang dapat
menimbulkan regangan otot dan trauma lainnya. Kurangnya melakukan
Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau trauma dapat
timbul pada olahraga sepak bola dan hoki, sedangkan nyeri sendi tangan
dapat timbul akibat olah raga tenis. Pemakaian hak sepatu yang terlalu tinggi
dapat menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadi
dislokasi. Perlu dikaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi apakah
ada nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda, tongkat
ataupun walker)
7. Riwayat kesehatan masa lalu : Data ini meliputi kondisi kesehatan individu.
Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap
muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan,
riwayat artritis dan osteomielitis.
8. Riwayat kesehatan sekarang : sejak kapan timbul keluhan, apakan ada
riwayat trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala
mendadak atau perlahan. Timbulnya untuk pertama kalinya atau berulang.
Perlu ditanyakan pula tentang ada-tidaknya gangguan pada sistem lainnya.
Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri atau
mengunjungi fasilitas kesehatan, keluhan utama pasien dan gangguan
muskuloskeletal meliputi :
- Nyeri : identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan
pembuluh darah, sendi, fasia atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri
apakah sakit yang menusuk atau berdenyut. Nyeri berdenyut biasanya
berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri
yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi
apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas atau gerakan. Nyeri saat
bergerak merupakan satu tanda masalah persendian. Degenerasi panggul
menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi tersebut.
Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan.
Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan
kapan nyeri makin meningkat, apakah pagi atau malam hari. Inflamasi
pada bursa atau tendon makin meningkat pada malam hari. Tanyakan
apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi dengan
obat tertentu.

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
- Kekuatan sendi : tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan,
lamanya kekakuan tersebut, dan apakah selalu terjadi kekakuan. Beberapa
kondisi seperti spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali
sehari. Pada penyakit degenarasi sendi sering terjadi kekakuan yang
meningkat pada pagi hari setelah bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana
dengan perubahan suhu dan aktivitas. Suhu dingin dan kurang aktivitas
biasanya meningkatkan kekakuan sendi. Suhu panas biasanya
menurunkan spasme otot.
- Bengkak : tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga
disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai cedera
pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak
pada awal serangan, tetapi muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri.
Dengan istirahat dan meninggikan bagian tubuh, ada yang dipasang gips.
Identifikasi apakah ada panas atau kemerahan karena tanda tersebut
menunjukkan adanya inflamasi, infeksi atau cedera.
- Deformitas dan imobilitas : tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba
atau bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin
memburuk dengan aktivits, apakah dengan posisi tetentu makin
memburuk. Apakah klien menggunakan alat bantu (kruk, tongkat, dll)
- Perubahan sensori : tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian
tubuh tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan
dengan nyeri. Penekanan pada syaraf dan pembuluh darah akibat
bengkak, tumor atau fraktur dapat menyebabkan menurunnya sensasi.

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
PEMERIKSAAN FISIK
Pengkajian Skeletal Tubuh
Hal-hal yang perlu dikaji pada skelet tubuh, yaitu :
1. Adanya deformitas dan ketidaksejajaran yang dapat disebabkan oleh
penyakit sendi
2. Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya
tumor tulang.
3. Pemendekan ekstrimitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar
secara anatomis
4. Angulasi abnormal pada tulang panjang, gerakan pada titik bukan sendi,
teraba krepitus pada titik gerakan abnormal, menunjukkan adanya patah
tulang.
Pengkajian Tulang Belakang
Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan yaitu :
1. Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang)
- Bahu tidak sama tinggi
- Garis pinggang yang tidak simetris
- Skapula yang menonjol
Skoliosis tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), kelainan kongenital,
atau akibat kerusakan otot para-spinal, seperti poliomielitis.
2. Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada). Sering terjadi
pada lansia dengan osteoporosis atau penyakti neuromuskular.
3. Lordosis (membebek, kurvantura tulang bagian pinggang yang
berlebihan. Lordosis bisa ditemukan pada wanita hamil
Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepas untuk melihat
seluruh punggung, bokong dan tungkai. Pemeriksan kurvantura tulang belakang
dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan anterior, posterior dan
lateral. Dengan berdiri di belakang pasien, perhatikan setiap perbedaan tinggi
bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Kesimetrisan bahu,
pinggul dan kelurusan tulang belakang diperiksa dalam posisi pasien berdiri
tegak dan membungkuk ke depan.

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
Pengkajian Sistem Persendian
Pengkajian sistem perssendian dengan pemeriksaan luas gerak sendi baik aktif
maupun pasif, deformitas, stabilitas dan adanya benjolan. Pemeriksaan sendi
menggunakan alat goniometer, yaitu busur derajat yang dirancang khusus untuk
evakuasi gerak sendi.
1. Jika sendi diekstensikan maksimal namun masih ada sisa fleksi, luas
gerakan ini diangap terbatas. Keterbatasan ini dapat disebabkan oleh
deformitas skeletal, patologik sendi, kontraktur otot dan tendon sekitar.
2. Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau nyeri, harus diperiksa
adanya kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi), pembengkakan dan
inflamasi. Tempat yang paling sering terjadi efusi adalah pada lutut.
Palpasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan memberi informasi
mengenai integritas sendi. Suara “gemeletuk”dapat menunjukkan adanya
ligamen yang tergelncir di antara tonjolan tulang. Adanya krepitus karena
permukaan sendi yang tidak rata ditemukan pada pasien artritis. Jaringan sekitar
sendi terdapat benjolan yang khas ditemukan pada pasien :
1. Artritits reumatoid, benjolan lunak di dalam dan sepanjang tendon.
2. Gout, benjolan keras di dalam dan di sebelah sendi
3. Osteoatritis, benjolan keras dan tidak nyeri merupakan pertumbuhan
tulang baru akibat destruksi permukaan kartilago pada tulang dalam
kapsul sendi, biasanya ditemukan pada lansia.
Kadang-kadang ukuran sendi menonjol akibat artrofi otot di proksimal dan distal
sendi sering terlihat pada artritis reumatoid sendi lutut.

Pengkajian Sistem Otot


Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah posisi, kekuatan dan
koordinasi otot, serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan sekelompok otot
menunjukkan berbagai kondisi seperti polineuropati, gangguan elektrolit,
miastenia grafis, poliomielitis dan distrofi otot.
Palpasi otot dilakukan ketika ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif,
perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur dengan meminta
pasien menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa tahanan. Misalnya, otot

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
bisep yang diuji dengan meminta klien meluruskan lengan sepenuhnya,
kemudian fleksikan lengan melawan tahanan yang diberikan oleh perawat.
Tonus otot (kontraksi ritmik otot) dapat dibangkitkan pada pergelangan kaki
dengan dorso-fleksi kaki mendadak dan kuat, atau tangan dengan ekstensi
pergelangan tangan.
Lingkar ekstrimitas harus diukur untuk memantau pertambaan ukuran akibat
edema atau perdarahan, penurunan ukuran akibat atrofi dan dibandingkan
ekstrimitas yang sehat. Pengukuran otot dilakukan di lingkaran terbesar
ekstrimitas, pada lokasi yang sama, pada posisi yang sama dan otot dalam
keadaan istirahat.
Gradasi Ukuran Kekuatan Otot
0 (zero) Tidak ada kontraksi saat palpasi, paralisis
1 (trace) Terasa adanya kontraksi otot, tetapi tidak ada gerakan
2 (poor) Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat melakukan gerakan sendi
(range of motion, ROM) secara penuh
3 (fair) Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh dengan melawan
gravitasi, tetapi tidak dapat melawan tahanan
4 (good) Dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat melawan tahanan tingkat
sedang
5 (normal) Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh dan dapat melawan
gravitasi dan tahanan

Pengkajian Cara Berjalan


Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan. Perhatikan hal berikut :
1. Kehalusan dan irama berjalan, gerakan teratur atau tidak
2. Pincang dapat disebabkan oleh nyeri atau salah satu ekstrimitas pendek.
3. Keterbatasan gerak sendi dapat memengaruhi cara berjalan

Abnormalitas neurologis yang berhubungan dengan cara berjalan. Misalnya,


pasien hemiparesis-stroke menunjukkan cara berjalan spesifik, pasien dengan
penyakit parkinson menunjukkan cara berjalan bergetar.

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
PEMERIKSAAN FISIK (Umum)

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf spinal
2. Risiko cedera berhubungan dengan kehilangan integritas tulang
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan
4. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan peran.

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (NURSING CARE PLAN)
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Nyeri b/d kompresi Tujuan : 1. Pantau tingkat dan 1. Tingkat dan intensitas nyeri
saraf spinal Setelah dilakukan intensitas nyeri merupakan data dasar yang
perawatan klien 2. Lakukan imobilisasi dibutuhkan perawat sebagai
melaporkan nyeri 3. Ajarkan teknik relaksasi pedoman pengambilan
berkurang atau hilang (nafas dalam) intervensi, sehingga setiap
Kriteria Hasil : 4. Kolaborasi pemberian perubahan harus terus dipantau.
- Skala nyeri 0-4 analgesik sesuai program 2. Imobilisasi dapat membantu
- Grimace (-) terapi meringankan tugas tulang dalam
- Gerakan melokalisir mempertahankan postur tubuh
nyeri (-) sehingga tidak terjadi kekakuan
daerah sekitar yang
menyebabkan nyeri.
3. Teknik relaksasi (nafas dalam )
dapat membantu menurunkan
tingkat ketegangan sehingga
diharapkan tekanan otot-otot
sekitar daerah cedera menurun
4. Analgesik berfungsi untuk
melakukan hambatan pada
sensor nyeri sehingga sensasi
nyeri pada klien berkurang.

2 Gangguan mobilitas Tujuan : 1. Lakukan imobilisasi 1. Imobilisasi dapat mengurangi


fisik b/d Setelah dilakukan 2. Ajarkan penggunaan alat pergerakan daerah cedera
nyeri/ketidaknyamanan perawatan, klien dapat bantu berpindah sehingga tidak terjadi kerusakan
melakukan mobilisasi 3. Jelaskan pada pasien yang berlanjut, hal ini juga dapat
dengan atau tanpa tentang pentingnya membantu menopang berat
bantuan perawat pembatasan aktivitas tubuh.
Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
Kriteria hasil : 4. Latihan ROM aktif dan 2. Klien mungkin baru mengenal
- Klien dapat perpindahan maksimal 2 dan tidak dapat menggunakan
melakukan ROM kali dalam sehari alat bantu mobilitas seperti kruk
aktif 5. Anjurkan partisipasi atau walker sehingga peran
- Klien dapat partisipasi aktif sesuai perawat adalah memberikan
berpindah dengan kemampuan dalam pendidikan tentang cara
bantuan alat kegiatan sehari-hari penggunaannya.
3. Klien mungkin tidak mengerti
mengenai tujuan pembatasan
gerak, sehingga perawat harus
memberikan penyuluhan tentang
pentingnya pembatasan aktivitas
pada pasien cedera. Pemahaman
klien memungkinkan
peningkatan daya kooperatif.
4. Latihan ROM dapat mencegah
penurunan masa otot, kontraktur
dan peningkatan vaskularisasi.
Sehingga tidak timbul komplikasi
yang tidak diharapkan
5. Partisipasi aktif dapat membantu
pemulihan kesehatan dan melatih
kekuatan otot, sehingga
diharapkan klien dapat
mempertahankan kekuatannya.
3 Risiko cedera Tujuan : 1. Ajarkan klien untuk 1. Klien dimungkinkan tidak
berhubungan dengan Setelah dilakukan mempergunakan alat mengerti cara penggunaan
kehilangan integritas perawatan, diagnosa bantu mobilisasi. alat bantu mobilisasi,
tulang keperawatan tidak 2. Sarankan untuk sehingga perawat dapat
menjadi aktual melakukan aktivitas mengajarkan klien agar klien
Kriteria Hasil : sesuai kemampuan dan dapat mengkompensasi

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
- Klien tidak batasi aktivitas yang ketidakmampuannya.
mengalami berlebihan 2. Pembatasan aktivitas
cedera diperlukan agar tulang tidak
- Stabilisasi tubuh bekerja terlalu berat. Kerja
dapat berat dapat meningkatkan
dipertahankan kontrakssi otot sehingga
dimungkinkan memperparah
deformitas.
4 Harga diri rendah Tujuan : 1. Dorong ekspresi 1. Ekspresi emosi membantu
berhubungan dengan Kriteri hasil : ketakutan, perasaan klien mulai menerima
perubahan penampilan - Klien negatif dan kehilangan kenyataan dan realita, dalam
peran. Menunjukkan bagian tubuh. hal ini perawat membantu
perilaku 2. Berikan lingkungan mempercepat proses
adaptasi yang terbuka pada berduka
- Klien pasien untuk 2. Penerimaan terbuka perawat
menyatakan menndiskusikan dapat memberikan
penerimaan masalah yang dialami. lingkungan psikologis yang
pada situasi ini. 3. Dorong patisipasi nyaman bagi pasien sehingga
dalam aktivitas sehari- kepercayaan pasien pada
hari perawat meningkat dan
4. Kaji dan tingkatkan berdampak pada tingkat
derajat dukungan yang kooperatif klien
ada untuk pasien 3. Meningkatkan kemandiriran
dan meningkatkan perasaan
harga diri. Diharapkan klien
memiliki presepsi positif
terhadap dirinya dengan
kemandirian yang klien
lakukan.
4. Dukungan keluarga, kerabat
ataupun sahabat terhadap

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
klien sangant diperlukan
sehingga perawat harus dapat
mengkaji dan melakukan
intervensi agar dukungan
terhadap klien dapat
meningkat.

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011
Edited by Foxit Reader
Copyright(C) by Foxit Software Company,2005-2008
For Evaluation Only.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Ester. Daly, John. Elliott, Daug. 2009. Patofisiologi ; Aplikasi pada Praktik
Keperawatan. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Fakultas Kedokteran UI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, editor soelarto reksoprojo,
Tangerang: Binarupa Aksara

Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
(Konsep, Prosess dan Praktik. Jakarta : EGC

Robbins, Stanley E. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC

Sjamsuhidayat, R. de Jong, Wim. 2004. Buku Ajar llmu Bedah. Jakarta : EGC

Smeltzer, Susane C. Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

Suratun, at all. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Seri Asuhan


Keperawatan. Jakarta : EGC

Nasrullah
Osteomalasia, Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
2011

Anda mungkin juga menyukai