Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PROSES PEMBUATAN ASAM ASETAT (ASAM CUKA)


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Pemrosesan Bahan

Pangan

Dosen : Dr. Ir. Nur Rokhati, M.T.

Disusun oleh: Kelompok II

Gian Restu Prinanda 21030118420021


Misbahudin Alhanif 21030119410011

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
T.A. 2019/2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah ...................................................................2
1.3 Tujuan Penyusunan ........................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penyusunan .......................................................................................... 3
1.5 Metode Penyusunan .......................................................................................... 3
1.6 Sistematika Penyusunan .................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................5
2.1 Pengertian Asam Asetat (Asam Cuka) ............................................................... 5
2.2 Sejarah dan Perkembangan Asam Asetat ........................................................... 5
2.3 Proses Produksi ..................................................................................................7
2.4 Karakteristik Bahan Baku dan Produk ............................................................... 8
2.5 Proses Fermentasi dalam Pembuatan Asam Asetat .........................................13
2.6 Kegunaan Asam Asetat .................................................................................... 27
BAB III PENUTUP .......................................................................................................29
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................29
3.2 Saran ...............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................30

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mekanisme reaksi hidrolisis amilosa (polisakarida)......................................15


Gambar 2. Mekanisme reaksi hidrolisis maltosa (disakarida) .........................................16
Gambar 3. Mekanisme reaksi hidrolisis sukrosa (disakarida) .........................................16
Gambar 4. Fermentasi glukosa menjadi etanol ............................................................... 17
Gambar 5. Mekanisme reaksi fermentasi glukosa menjadi etanol ..................................18
Gambar 6. Mekanisme reaksi etanol menjadi asam asetat ..............................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era perdagangan bebas yang dilaksanakan di sebagian besar negara-negara
berkembang dan maju akan menimbulkan persaingan di berbagai sektor industri. Indonesia
sebagai salah satu negara yang ikut dalam kesepakatan itu sedang berusaha memacu
perkembangan berbagai industri baik sektor hulu maupun hilir.
Pembangunan industri ditujukan untuk memperkokoh struktur ekonomi nasional
dengan keterkaitan yang kuat antar sektor, meningkatkan daya tahan perekonomian
nasional, memperluas lapangan kerja, meminimalisir ketergantungan akan dana luar negeri
dan impor melalui peningkatan produksi ekspor sekaligus mendorong berkembangnya
berbagai bidang pembangunan lainnya.
Pemerintah dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator yang menjembatani
perkembangan sektor industri dalam negeri. Bidang industri yang banyak menarik
perhatian salah satunya adalah pengembangan dan pembangunan industri pangan. Industri
ini sangat penting peranannya mengingat setiap negara membutuhkan bahan pangan untuk
kebutuhan penduduknya.
Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan di
Indonesia. Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung alkohol, yang
diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan air
kelapa. Hasil dari fermentasi asam asetat sering disebut sebagai vinegar yang berarti sour
wine. Pada saat ini cuka atau vinegar dibuat dari bahan kaya gula seperti buah anggur apel,
nira kelapa, malt, gula sendiri seperti sukrosa dan glukosa, dimana pembuatannya
melibatkan proses fermentasi alkohol dan fermentasi asetat secara berimbang. Proses
fermentasi asam asetat ini telah ada sejak zaman dahulu dan dikenal sebagai proses Orkana.
Proses ini adalah proses pertama yang digunakan oleh Schutzenbach dengan melakukan
oksidasi pada minuman yang berisi alkohol menggunakan oksigen dari udara
memanfaatkan bantuan bakter-bakteri. Eksperimen ini mengawali pembuatan asam asetat
pada zaman sekarang dengan menggunakan proses destilasi kayu kering dengan

1
menggunakan katalis H2SO4. Proses inilah yang nantinya akan menghasilkan asam asetat
biasa yang disebut dengan asam cuka kayu (wood acetic acid). Ilmu yang lebih sempurna
untuk proses pembuatan asam asetat di antaranya adalah Oksidasi Asetaldehid yang
dilakukan pada kondisi tekanan 15 atmosfir (15 atm) dan temperatur 200oC dengan adanya
penambahan katalis. Proses lain yaitu Oksidasi Butana. Proses ini dilakukan pada tekanan
3,5 atmosfir (3,5 atm) dan temperatur 120 oC. Proses ini juga menggunakan bantuan katalis
dan berlangsung dalam fase gas.
Proses lain yaitu Oksidasi Etana. Proses ini merupakan proses yang cukup baru
dikembangkan dalam proses pembuatan asam asetat. Proses ini mereaksikan etana dengan
oksigen pada reaktor multitubular pada 1-50 bar dan temperatur 150-500oC dengan
penambahan katalis. Selain itu, asam asetat juga dpat dibuat melalui proses karbonilasi
metanol yang pertama kali diaplikasikan pada tahun 1963 dengan proses BASF dan proses
Mosanto pada tahun 1968.
Berbagai proses dalam pembuatan asam asetat telah banyak dikembangkan,
mengingat kebutuhan asam asetat tidak hanya dalam bidang pangan. Asam asetat luas
digunakan sebagai bahan kimia dasar baik skala laboratorium maupun industri seperti
pembuatan monomer vinil asetat, produksi ester, dan produksi asam tereftalat. Akan tetapi,
pemanfaatan proses fermentasi dalam pembuatan asam asetat masih di pertahankan dalam
rangka menghasilkan asam asetat alami untuk memenuhi kebutuhan asam asetat dalam
bidang pangan, atau lebih dikenal sebagai asam cuka. Asam cuka adalah cairan yang terdiri
dari 5-20% asam asetat, air dan bahan kimia lain yang sifatnya sebagai perasa. Dalam
bidang pangan, asam cuka banyak digunakan sebagai bahan memasak dan pengawet. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pembahasan secara komprehensif untuk mengetahui proses
pembuatan asam asetat menggunakan proses fermentasi serta aplikasinya dalam bidang
pangan.

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah


Dari latar belakang yang telah kami kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah yang perlu dibahas, di antaranya yaitu:
1) Bagaimana sejarah perkembangan pembuatan asam asetat ?

2
2) Apa saja proses produksi yang dapat digunakan untuk pembuatan asam asetat?
3) Apa saja sifat dan karakteristik bahan baku serta produk yang dihasilkan ?
4) Bagaimana proses pembuatan asam asetat menggunakan proses fermentasi aerob?
5) Apa manfaat asam asetat serta aplikasinya ?

Agar dalam makalah ini tidak terjadi perluasan masalah, maka penyusun
membatasi dan menekankan permasalahannya mengenai proses pembuatan asam asetat
menggunakan proses fermentasi aerob serta aplikasinya pada bidang pangan

1.3 Tujuan Penyusunan


Adapun tujuan yang ingin kami capai dalam penyusunan makalah ini yaitu sebagai
berikut:
1) Mengetahui sejarah perkembangan pembuatan asam asetat
2) Mengetahui proses produksi asam asetat
3) Mengetahui sifat dan karakteristik bahan baku serta produk
4) Mengetahui proses pembuatan asam asetat menggunakan proses fermentasi aerob
5) Mengetahui manfaat serta aplikasi asam asetat

1.4 Manfaat Penyusunan


Dalam setiap permasalahan yang dihadapi, termasuk permasalahan di atas, pasti akan
terkandung beberapa hikmah yang dapat kita petik. Penyusun berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dalam menambah wawasan pada produksi asam asetat
melalui proses fermentasi aerob serta aplikasinya dalam bidang pangan.

1.5 Metode Penyusunan


Dalam penyusunan makalah ini, metode penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan keterangan dalam permasalahan ini adalah dengan metode
pustaka, yakni mempelajari masalah dengan bersumberkan pada litelatur, teori, buku, dan
internet.

3
1.6 Sistematika Penyusunan
Makalah ini terdiri dari empat bab, diantaranya:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, kami menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan penyusunan,
rumusan dan pembatasan masalah, , manfaat penyusunan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini kami membahas dan menjawab rumusan masalah yang ada.
BAB III PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asam Asetat (Asam Cuka)


Asam asetat atau asam cuka merupakan senyawa kimia asam organik yang dikenal
sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus
empiris C2H4O2. Rumus ini sering ditulis dalam bentuk CH3COOH. Asam cuka murni
adalah cairan higroskopis tak berwarna dan memiliki titik beku 16,7oC. Asam cuka
merupakan hasil olahan makanan melalui fermentasi. Fermentasi glukosa secara anaerob
menggunakan khamir Saccharomyces cerevicae menghasilkan etanol. Fermentasi etanol
secara aerob menggunakan bakteri Acetobacter aceti menghasilkan asam cuka (Buckle
et al., 2010).
Menurut Desrosier (2008), asam cuka dapat dibuat dari berbagai bahan baku yang
mengandung gula atau pati melalui fermentasi glukosa yang diikuti oleh fermentasi
etanol. Produk ini merupakan suatu larutan asam cukadalam air yang megandung cita
rasa, zat warna, dan substansi yang terekstrak misal: asam buah, ester, dan garam
organik yang berbeda-beda sesuai dengan asalnya. Cuka yang dijual mengandung paling
sedikit 4% asam cuka (4 g asam cuka per 100 ml), dalam kondisi segar dan dibuat dari
buah-buahan yang layak dikonsumsi.
Menurut Janeta (2011), proses pembuatan asam cuka melalui dua tahapan proses
fermentasi. Tahap pertama adalah fermentasi gula hasil hidrolisis secara anaerob
menjadi etanol oleh aktivitas yeast (Saccharomyces cerevisiae). Tahap kedua adalah
fermentasi secara aerob dilakukan oleh bakteri Acetobacter aceti untuk mengoksidasi
etanol menjadi asam cuka. Bahan baku dalam pembuatan cuka harus memiliki
kandungan gula yang tinggi untuk masuk ke dalam tingkat fermentasi.

2.2 Sejarah dan Perkembangan Asam Asetat


Asam asetat yang lebih sering dikenal sebagai asam cuka merupakan salah satu
golongan asam karboksilat yang telah dikenal sejak lama dari zaman dahulu dan masih
banyak digunakan sampai saat ini. Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia

5
sudah dimulai sejak lama. Pada abat ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno
Theophrastos menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan logam-logam membentuk
berbagai zat warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat), dan verdigris, yaitu suatu
zat hijau campuran dari garam-garam tembaga dan mengandung tembaga (II) asetat.
Bangsa Romawi menghasilkan sapa, sebuah sirup yang amat manis, dengan
mendidihkan anggur yang sudah asam. Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat manis
yang disebut juga gula timbal dan gula Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada
peracunan dengan timbal yang dilakukan oleh para pejabat Romawi.
Pada zaman dahulu asam setat telah dapat dibuat dengan proses yang secara
ilmiah disebut Proses Orkana. Ini adalah proses pertama yang digunakan oleh
Schutzenbach dengan melakukan oksidasi pada minuman yang berisi alkohol
menggunakan oksigen dari udara memanfaatkan bantuan bakter-bakteri. Eksperimen ini
mengawali pembuatan asam asetat pada zaman sekarang dengan menggunakan proses
destilasi kayu kering dengan menggunakan katalis H2SO4. Proses inilah yang nantinya
akan menghasilkan asam asetat biasa yang disebut dengan asam cuka kayu (wood acetic
acid). Ilmu yang lebih sempurna untuk proses pembuatan asam asetat di antaranya
adalah Oksidasi Asetaldehid yang dilakukan pada kondisi tekanan 15 atmosfir (15 atm)
dan temperatur 200oC dengan adanya penambahan katalis. Proses lain yaitu Oksidasi
Butana. Proses ini dilakukan pada tekanan 3,5 atmosfir (3,5 atm) dan temperatur 120 oC.
Proses ini juga menggunakan bantuan katalis dan berlangsung dalam fase gas.
Proses lain yaitu Oksidasi Etana. Proses ini merupakan proses yang cukup baru
dikembangkan dalam proses pembuatan asam asetat. Proses ini mereaksikan etana
dengan oksigen pada reaktor multitubular pada 1-50 bar dan temperatur 150-500oC
dengan penambahan katalis. Selain itu, asam asetat juga dpat dibuat melalui proses
karbonilasi metanol yang pertama kali diaplikasikan pada tahun 1963 dengan proses
BASF dan proses Mosanto pada tahun 1968.

6
2.3 Proses Produksi
Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pembuatan asam asetat, diantaranya
ialah; karbonilasi methanol, sintesis gas metan, oksidasi asetaldehida, oksidasi etilena,
oksidasi alkana, oksidatif fermentasi, dan anaerob fermentasi.
a. Fermentasi Aerob

S. cerevisiae Acetobacter aceti


C6H12O6 2 C2H5OH 2 CH3COOH + H2O + 116 kal
glukosa etanol cuka asam asetat
b. Fermentasi Anaerob

Clostridium thermoaceticum
C6H12O6 3 CH3COOH + Q
glukosa

asam asetat
c. Sintetis
 Karbonilasi methanol
CH3OH + CO → CH3COOH (Proses Monsanto dan Cativa)

 Oksidasi asetaldehida
2 CH3CHO + O2 → 2 CH3COOH

 Sintesis gas metan

 Oksidasi alkana
Dalam metode ini asam asetat dibuat dari etilena dengan melalui proses
Wacker menghasilkan asetaldehida dan kemudian dioksidasi seperti dalam
metode oksidasi asetaldehida menghasilkan asam asetat.

7
 Elektrolisis etanol

Pembahasan dalam makalah ini ditekankan pada produksi asam asetat dengan
proses fermentasi aerob.

2.4 Karakteristik Bahan Baku dan Produk


2.4.1. Glukosa
Bahan baku fermentasi asam asetat adalah semua bahan yang mengandung
gula dan alkohol. Gula yang umum digunakan adalah jenis glukosa atau
polisakarida dari glukosa sehingga dapat dihidrolisis menjadi glukosa. Bahan baku
tersebut seperti: gula (sukrosa), bahan berpati, dan bahan berselulosa (Ma’ruf &
Damajanti, 2012).
 Rumus molekul : C6H12O6
 Berat molekul : 180,16 gr/gmol
 Titik leleh pada 1 atm : α-D-glukosa: 146 °C, β-D-glukosa: 150 °C
 Densitas dan fasa : 1,54 g cm−3(padat)
 Penampilan : Bubuk putih
 Kelarutan dalam air : 909 g/L (25oC)
 Kapasitas kalor :
218,6 J/mol.K
 Entropi molar standar :
209,2 J/mol.K
 Entalpi pembentukan standar : -1271 kJ/mol
 Entalpi pembakaran standar : -2805 kJ/mol

8
2.4.2. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan salah satu fungi yang termasuk
dalam golongan yeast (khamir). S. cerevisiae berasal dari kata Saccharo yang
berarti sugar dan myces yang berarti jamur, sehingga disebut cendawan gula
(Buckle et al., 2010).
Menurut Fardiaz (1992) klasifikasi S. cerevisiae dalam taksonomi sebagai
berikut:
Filum : Fungi
Kelas : Ascomycetes
Sub Kelas : Hemiascomycetidae
Ordo : Endomycetales
Famili : Saccharomycetaceae
Sub Famili : Saccharomycoideae
Genus : Saccharomyces
Spesies : Saccharomyces cerevisiae
S. cerevisiae adalah khamir bersel satuyang memiliki ciri morfologi
mikroskopis membentuk blastopora, berbentuk bulat lonjong, silindris, oval
bahkan bulat telur pendek dengan panjang dipengaruhi strain (Fardiaz, 1992).
Morfologi makroskopis S. cerevisiae yaitu: koloni berbentuk bulat, berwana putih,
krem, abu-abu hingga kecoklatan, permukaan koloni berkilau sampai kusam licin,
dengan tekstur lunak (Ahmad, 2008).
S. cerevisiae berkembangbiak menggunakan dua cara yaitu seksual dan
aseksual. Secara aseksual dengan pembelahan diri membentuk tunas kecambah
multipolar. Tunas tersebut akan terbentuk di seluruh permukaan dinding
S. cerevisiae. Sedangkan perkembangbiakan seksual dengan membentuk
askospora di dalam askus. Spora yang terdapat dalam askus berjumlah 4. Spora
tersebut memiliki bentuk yang bermacam-macam dan diameter spora berukuran 5-
10μ (Luqman, 2012).

9
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan S. cerevisiae
S. cerevisiae dapat tumbuh dan berkembang pada gula sederhana seperti
glukosa maupun gula kompleks seperti sukrosa. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan S. cerevisiae menurut Ahmad (2008) yaitu:
A. Nutrisi
S. cerevisiae dalam melaksanakan metabolismenya membutuhkan energi
agar dapat berlangsung secara optimal. Energi yang diperlukan berasal dari nutrisi
yang ada pada media yaitu berupa karbon (C), nitrogen (N), fosfor (P), mineral
dan vitamin (Fardiaz, 1992).
B. pH
Setiap mikroorganisme mempunyai kisaran pH yang berbeda-beda untuk
pertumbuhannya. S. cerevisiae adalah mikroorganisme yang tumbuh optimal pada
pH antara 4,8-5,0. Jika pH terlalu tinggi dan rendah maka akan membuat S.
cerevisiae tidak dapat tumbuh secara optimal (Buckle et al., 2010).

C. Suhu
Mikroorganisme mempunyai suhu pertumbuhan minimal, maksimal dan
optimal. Suhu optimal adalah suhu yang memberikan pertumbuhan terbaik dan
perbanyakan diri tercepat. Suhu optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan S.
cerevisiae yaitu suhu antara 28o- 30oC dan suhu maksimal 35o-47oC. Suhu yang
rendah akan membuat enzim pada sel S. cerevisiae berubah sehingga enzim tidak
dapat bergabung dengan substrat, akibatnya S. cerevisiae tidak aktif yang disebut
inaktif. Pada suhu yang tinggi enzim pada sel S. cerevisiae akan mengalami
kerusakan yang disebut denaturasi (Solikhin et al., 2012).

D. Udara
S. cerevisiae merupakan bakteri yang bersifat anaerob yaitu tidak
memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya. Jika terdapat oksigen, S. cerevisiae
tidak akan tumbuh secara optimal (Fardiaz, 1992).

10
2.4.3. Acetobacter aceti
Acetobacter aceti merupakan salah satu jenis bakteri yang termasuk dalam
genus Acetobacter. Acetobacter memiliki 7 spesies. Ketujuh spesies ini merupakan
bakteri penghasil cuka. Menurut Bergey’s (1994) klasifikasi A. aceti dalam
taksonomi sebagai berikut :
Divisi : Protobacteria
Kelas : Alphaprotobacteria
Ordo : Rhodospirillales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Acetobacter
Spesies : Acetobacter aceti
A. aceti merupakan bakteri yang memiliki sel berbentuk bulat panjang sampai
batang dan termasuk dalam bakteri gram negative. Bentuknya lurus atau
membengkok. Ukuran selnya yaitu 0,6-0,8 x 1,0-3,0 mm. A. aceti biasa hidup tunggal
atau berkelompok membentuk rantai dan memiliki motil dengan flagelum peritrikus
atau nonmotil (Pelczar & Chan, 2005).
A. aceti mempunyai kemampun membentuk asam cuka dari etanol secara
oksidasi diekspresikan ke dalam media. A. aceti termasuk bakteri gram negatif
yang bergerak lambat dengan flagella peritrik, memiliki toleransi terhadap asam
yang tinggi dan aktivitas peptolitik yang rendah. A. aceti termasuk dalam famili
pseudomonadaceae yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: sel berbentuk batang
pendek atau bola, bakteri gram negatif, sel bergerak dan tidak bergerak, tidak
mempunyai endospora, tidak bersifat patogen, bersifat aerob, energi diperoleh dari
oksidasi etanol menjadi asam cuka, mampu hidup dalam air, padatan, daun, buah,
dan lain-lain. A. aceti digolongkan menjadi peroksidan jika mampu menumpuk
asetat (Buckle et al., 2010).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan A. aceti


Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan A. aceti menurut
Buckle et al. (2010) yaitu:

11
A. Suhu
Mikroorganisme dalam pertumbuhannya memiliki suhu optimal, minimal,
dan maksimal yang berbeda-beda. A. aceti mampu tumbuh pada suhu antara 5-
42oC dan akan tumbuh optimal pada suhu 25-30oC.
B. pH
Setiap mikroorganisme memiliki pH optimal, minimal dan maksimal
untuk pertumbuhannya. A. aceti tumbuh optimal pada pH 5,4-6,3. Pada pH rendah
A. aceti akan mengalami inaktif sedangkan pada pH tinggi A. aceti akan
mengalami denaturasi (Bergey’s, 1994).
C. Udara
A. aceti tumbuh pada medium sederhana maupun kompleks. A. aceti
bersifat aerob obligatif yaitu memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya. Jika
tidak terdapat oksigen A.aceti tidak akan tumbuh (Pelczar & Chan, 2005).

2.4.4. Sifat Produk (Asam Asetat)


 Rumus molekul : CH3COOH
 Berat molekul : 60,053 gr/gmol
 Titik leleh pada 1 atm : 16,6C
 Titik didih pada 1 atm : 117,9C
 Densitas dan fasa : 1.049 g cm−3(cairan), 1.266 g cm−3
 Specific Gravity : 1,051 gr/cm3
 Penampilan : cairan tak berwarna (Kristal)
 Keasaman (pKa) : 4,76 pada 25oC
 Koefisien ekspansi ( 20 C ) : 1,07 x 10-3
 Temperatur kritis ( cair ) : 594,45K
 Tekanan kritis ( cair ) : 57,1 atm
 Volume kritis ( cair ) : 2,85 cc/ gr
 Titik nyala : 39oC
 Batas min explosive : 4%
 Batas max explosive : 19% pada 93oC

12
 pH : 2,9
 Surface Tension :(20C udara = 22,2 dyne/cm), (75 C, udara = 27,6 dyne/cm)
 Viskositas : (20C, udara = 1,22 cp); (110 C = 0,42 cp)
 Specific Heat : 0,487 kal/grC
 Panas pelarutan dalam air ( 18 C ) : 6,3 kal/gr

2.5 Proeses Fermentasi dalam Pembuatan Asam Asetat


Fermentasi merupakan proses mikrobiologi yang dikendalikan oleh manusia untuk
memperoleh produk yang berguna, dimana terjadi pemecahan karbohidrat dan asam
amino secara anaerob. Peruraian dari kompleks menjadi sederhana dengan bantuan
mikroorganisme sehingga menghasilkan energi. (Perry, 1999)
Berdasarkan Silcox dan Lee, proses fermentasi yang baik adalah:
1. Mikroorganisme dapat membentuk produk yang diinginkan
2. Organisme ini harus berpropagasi secara cepat dan dapat mempertahankan
keseragaman biologis, sehingga memberikan yield yang dapat diprediksi.
3. Raw material sebagai substrat ekonomis
4. Yieldnya dapat diterima
5. Fermentasi cepat
6. Produk mudah diambil dan dimurnikan
Asam asetat memiliki beberapa nama antara lain asam etanoat, vinegar
(mengandung minimal 4 gram asam asetat per 100 larutan), atau asam cuka. Asam asetat
merupakan senyawa organik yang mengandung gugus asam karboksilat. Rumus molekul
dari asam asetat adalah C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH,
CH3COOH, atau CH3CO2H.
Asam asetat diproduksi secara fermentasi melalui beberapa cara :
 Fermentasi Aerob
 Fermentasi Anaerob

13
2.5.1 Fermentasi Glukosa menjadi Etanol
Fermentasi gula menjadi etanol diperlukan serangkaian proses yang dilakukan
sehingga menghasilkan etanol dengan mutu tinggi. Secara umum menurut Nugroho
(2012) terdapat tiga tahapan dalam fermentasi glukosa menjadi etanol yaitu:
A. Penyiapan Bahan Baku
Bahan baku fermentasi glukosa menjadi etanol yang dapat difermentasi adalah
bahan baku yang mengandung glukosa, sehingga dapat dihidrolisis menjadi glukosa.
Bahan baku tersebut seperti: gula (sukrosa), bahan berpati, dan bahan berselulosa
(Ma’ruf & Damajanti, 2012). Bahan baku fermentasi glukosa menjadi etanol yang
paling banyak digunakan oleh mikroorganisme adalah glukosa. Glukosa yang akan
digunakan dalam proses fermentasi glukosa menjadi etanol dapat berasal dari pati
bonggol pisang. Bonggol pisang merupakan bagian tanaman yang mengandung pati
76% (Solikhin et al., 2012). Untuk mengubah pati bonggol pisang menjadi glukosa,
maka diperlukan proses hidrolisis. Proses hidrolisis merupakan reaksi kimia yang
terjadi antara air dan pati yang menghasilkan zat baru berupa glukosa (Retno & Nuri,
2011). Proses hidrolisis bertujuan untuk menghasilkan monomer-monomer glukosa
dari selulosa maupun hemiselulosa (Yulianto et al., 2009). Hidrolisis dapat dilakukan
dengan bantuan asam (misalnya H2SO4 dan HCl) atau Enzim pada temperatur, pH,
dan waktu tertentu (Ma’ruf & Mulyadi, 2009).
Bahan baku untuk fermentasi glukosa menjadi etanol, dengan kandungan
selulosa dan hemiselulosa yang tinggi memerlukan proses hidrolisis asam. Larutan
asam yang digunakan dalam proses hidrolisis adalah larutan asam kuat. Larutan asam
kuat tersebut yaitu asam sulfat (H2SO4) dan asam klorida (HCl) (Gusmawarni et al.,
2010).
Proses hidrolisis antara pati dengan air berlangsung sangat lambat, sehingga
diperlukan katalisator yang dapat mempercepat keaktifan air. Dengan penambahan
katalisator, maka proses hidrolisis berjalan dengan cepat. Katalisator yang digunakan
adalah asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4) (Retno & Nuri, 2011).
Persamaan reaksi hidrolisis pati menggunakan katalisator asam klorida (HCl),
sebagai berikut:

14
HCl
n(C6H10O5)+n(H20) n(C6H12O6) ...................... (Retno & Nuri, 2011).
Pati/polisakarida air Glukosa

Gambar 1. Mekanisme reaksi hidrolisis amilosa (polisakarida)

15
Gambar 2. Mekanisme reaksi hidrolisis maltosa (disakarida)

Gambar 3. Mekanisme reaksi hidrolisis sukrosa (disakarida)

16
B. Fermentasi Glukosa menjadi Etanol
Fermentasi dapat diartikan sebagai deasimilasi anaerobik senyawa- senyawa
organik yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Fermentasi juga merupakan
suatu proses penguraian gula menjadi etanol ( C2H5OH) dan karbondioksida (CO2)
yang disebabkan oleh aktivitas sel-sel S. cerevisiae secara anaerob (Agustina, 2008;
Buckle et al., 2010).
Hasil dari fermentasi glukosa menjadi etanol secara anaerob menurut Buckle
et al., (2010) mempunyai persamaan sebagai berikut :
C6H12O6 S. cerevisiae 2C2H5OH+ 2CO2

Gambar 4. Fermentasi glukosa menjadi etanol

17
Gambar 5. Mekanisme reaksi fermentasi glukosa menjadi etanol

18
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya fermentasi glukosa
menjadi etanol menurut Satuhu & Supriyadi (2008) yaitu:
1) Jumlah S. cerevisiae
Jumlah S. cerevisiae yang terlibat di dalam proses fermentasi glukosa menjadi
etanol sangat mempengaruhi cepat dan lambatnya keberlangsungan proses
fermentasi. Penggunaan jumlah S. cerevisiae yang bervariasi dapat menyebabkan
proses fermentasi dan mutu produk berubah-ubah. Jumlah S. cerevisiae yang
ditambahkan berkisar 3-10% dari volume medium fermentasi. Hasil penelitian
Solikhin et al. (2012) jumlah S. cerevisiae yang paling baik untuk proses fermentasi
adalah 8%.
2) Nutrisi
Semua mikroorganisme membutuhkan energi untuk aktivitas
metabolismenya. Energi yang dibutuhkan untuk metabolisme berasal dari nutrisi
yang ada pada media. Nutrisi yang dibutuhkan adalah: karbon (C), nitrogen (N),
fosfor (P), mineral,dan vitamin (Fardiaz, 1992). Karbon merupakan komponen utama
dan penting bagi sistem hidup, khususnya sebagai kerangka makromolekul seluler.
Mikroorganisme yang berperan pada fermentasi glukosa menjadi etanol disebut
mikroorganisme heterotrof. Mikroorganisme heterotrof yaitu mikroorganisme yang
menggunakan sumber karbon dari senyawa organik untuk menghasilkan energi.
Nitrogen adalah penyusun protein dan asam amino. Asam amino dan protein
digunakan oleh mikroorganisme sebagai penyusun sel. Fosfor pada mikroorganisme
dibutuhkan sebagai komponen ATP, asam nukleat dan sejumlah koenzim seperti
NAD, NADP, dan flavin. Mineral merupakan bagian dari sel yang berfungsi sebagai
penyusun sel, mengatur tekanan osmosis, mengatur kadar ion H+ (keasaman), dan
mengatur proses oksidasireduksi media sedangkan vitamin adalah senyawa organik
yang penting bagi pertumbuhan mikroorganisme. Vitamin berfungsi membentuk
substansi yang mengaktifkan enzim. Jumlah nutrisi dalam media fermentasi yang
sedikit akan memperlambat proses fermentasi bahkan fermentasi tidak dapat
berlangsung (Waluyo, 2009).

19
3) pH
Proses fermentasi glukosa menjadi etanol dapat berjalan dengan baik pada pH
antara 4,8-5,0. Pengaturan pH dapat dilakukan dengan cara menambahkan larutan
yang bersifat asam misalnyaHCl 0,1 N jika substratnya basa, dan menambahkan
NaOH 0,1 N jika substrat tersebut terlalu asam (Satuhu & Supriyadi, 2008).
4) Suhu
Mikroorganisme mempunyai suhu pertumbuhan minimal, maksimal dan
optimal. Suhu optimal adalah suhu yang memberikan pertumbuhan terbaik dan
perbanyakan diri tercepat. Suhu optimal yang diperlukan untuk fermentasi S.
cerevisiae yaitu suhu antara 28o- 30oC dan suhu maksimal 35o- 47oC. (Solikhin et al.,
2012). Suhu selama proses fermentasi akan mempengaruhi produk akhir fermentasi
glukosa salah satunya yaitu etanol. Pada suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
enzim yang dihasilkan S. cerevisiae mengalami denaturasis edangkan pada suhu
rendah S. Cerevisiae akan mengalami inaktif yaitu tidak aktifnya S. cerevisiae.
Akibatnya proses fermentasi tidak akan berlangsung. (Ma’ruf & Mulyadi, 2010).
5) Udara
Fermentasi glukosa menjadi etanol yang dilakukan oleh S. Cerevisiae
berlangsung secara anaerob yaitu tidak memerlukan oksigen. Karena S. cerevisiae
akan tumbuh optimal tanpa adanya oksigen. Jika terdapat oksigen, S. cerevisiae tidak
akan tumbuh secara optimal sehingga proses fermentasi akan berjalan lambat
(Fardiaz, 1992).
6) Waktu Fermentasi
Waktu fermentasi yang diperlukan S. cerevisiae untuk mengubah glukosa
menjadi etanol antara 3-14 hari. Waktu fermentasi yang terlalu singkat akan
membuat substrat (glukosa) yang terdapat dalam medium belum teruraikan semua,
sehingga menghasilkan kadar etanol yang rendah. Jika waktu fermentasi terlalu lama
maka substrat (glukosa) yang terkandung dalam medium habis terpakai, sehingga
etanol yang dihasilkan akan digunakan sebagai nutrisi. Karena S. cerevisiae
menggunakan etanol sebagai nutrisi, maka kadar etanol tersebut menurun (Retno &

20
Nuri, 2011). Hasil penelitian Solikhin et al. (2012) waktu fermentasi untuk
menghasilkan kadar bioetanol tertinggi pada fermentasi bonggol pisang adalah 5 hari.
C. Pemurnian
Proses pemurnian merupakan proses pemisahan etanol dari air yang dihasilkan
dari proses fermentasi untuk mendapatkan etanol dengan konsentrasi yang tinggi.
Kadar etanol dari hasil fermentasi berkisar 15-20%, sehingga harus dilakukan
pemurnian agar diperoleh etanol dengan kadar yang lebih tinggi (Ma’ruf &
Damajanti, 2012). Pemurnian etanol menggunakan proses destilasi. Destilasi adalah
proses pemisahan dua atau lebih cairan dalam larutan dengan berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Titik didih air 100oC sedangkan titik didih etanol 78oC,
sehingga suhu dalam destilasi yang digunakan adalah 78oC. Pada suhu 78oC
menyebabkan etanol menguap melalui unit kondensasi menghasilkan etanol 95%
(v/v) (Ma’ruf& Mulyadi, 2010).

2.5.2 Fermentasi Asam Cuka


Asam cuka dihasilkan melalui proses fermentasi etanol menjadi asam cuka
dengan menggunakan Acetobacter aceti. Asam cuka adalah senyawa yang sangat
penting dalam pengolahan bahan pangan baik sebagai bumbu maupun bahan
pengawet. Menurut Effendi (2002), fermentasi asam cuka berlangsung dalam
keadaan aerob menggunakan bakteri A.aceti dengan substrat etanol. Pertumbuhan A.
aceti akan optimal pada kondisi aerob. Hal ini karena bakteri A. aceti termasuk dalam
bakteri aerob obligatif yaitu bakteri yang tidak dapat hidup tanpa adanya oksigen.
Pada umumnya perubahan yang terjadi pada fermentasi etanol menurut Buckle et al.
(2010) ditunjukan dengan persamaan sebagai berikut :

C2H5OH+ O2 Acetobacter aceti CH3COOH +H2O

21
Gambar 6. Mekanisme reaksi etanol menjadi asam asetat (PQQ = pyrroloquinoline)
Perubahan etanol menjadi asam cuka merupakan hasil dari aktivitas A. aceti.
Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi fermentasi etanol menjadi asam cuka
menurut Waluyo (2005) yaitu:
1) Jumlah A. aceti
Jumlah A. aceti yang terlibat selama proses fermentasi etanol menjadi asam
cuka sangat berpengaruh terhadap kecepatan proses fermentasi. Jumlah A. aceti
yang digunakan dalam proses fermentasi ini berkisar antara 5-15% dari jumlah
media fermentasi. Berdasarkan hasil penelitian Effendi (2002), jumlah A. aceti
yang paling baik dalam proses fermentasi etanol menjadi asam cuka adalah 10% dari
volume media fermentasi.

22
2) pH
Proses fermentasi etanol menjadi asam cuka dapat berjalan dengan baik pada
pH optimal antara 5,4-6,3. Pada pH yang terlalu tinggi akan mengakibatkan A. aceti
mengalami kerusakan sel dan pada pH rendah A. aceti akan mengalami inaktif,
akibatnya proses fermentasi tidak akan berlangsung (Bergey’s, 1994).
3) Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses fermentasi.
Setiap mikroorganisme memiliki suhu maksimal, minimal dan optimal.Suhu
pertumbuhan A. aceti berkisar antara 5o-42oC dan suhu optimal berkisar antara 25o-
30oC. Berdasarkan hasil penelitian Fahmi (2012), suhu yang paling baik selama
proses fermentasi yaitu 25oC.
4) Udara
Fermentasi untuk menghasilkan asam cuka berlangsung secara aerob obligatif
yaitu menggunakan oksigen untuk pertumbuhanA. aceti. A. aceti tidak akan tumbuh
jika tidak terdapat oksigen sehingga proses fermentasi tidak akan berlangsung
(Buckle et al., 2010).
5) Nutrisi
A. aceti membutuhkan nutrisi untuk melakukan fermentasi etanol menjadi
asam cuka. Nutrisi pada media fermentasi adalah zat-zat yang mengandung fosfor
dan nitrogen seperti: super phosphat, amonium sulfat, amonium phosphat, urea, dan
magnesium sulfat. A. aceti membutuhkan unsur C, H, O, N, dan P dalam jumlah
besar. Jika kekurangan unsur C, H, O, N, dan P maka A. aceti tidak akan tumbuh dan
berkembangbiak dengan baik (Dewati, 2008).

2.5.3 Jenis-jenis Fermentasi Aerobik pada Proses Pembuatan Asam Asetat


a. Metoda lambat (Slow Methods)
- Biasanya untuk bahan baku berupa buah-buahan.
- Etanol tidak banyak bergerak atau mengalir karena proses dilakukan pada
suatu tangki batch.
- Memasukan jus buah, yeast, dan bakteri vinegar ke dalam tangki

23
- Sebagian jus buah terfermentasi menjadi etanol (11-13% alkohol) setelah
beberapa hari.
- Fermentasi etanol menjadi asam asetat terjadi pada permukaan tangki.
- Bakteri vinegar di permukaan larutan yang membentuk lapisan agar-agar
tipis mengubah etanol menjadi asam asetat atau vinegar(asetifikasi).
- Proses ini memerlukan temperatur 21- 29 oC.
- Jatuhnya lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar akan memperlambat
asetifikasi. Permasalahan ini bisa dicegahdengan memasang lapisan yang
dapat mengapungkan lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar.
 Kelebihan Metoda lambat (Slow Methods) :
1) Proses sangat sederhana
 Kekurangan Metoda lambat (Slow Methods) :
1) Proses relative lama,berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
2) Jatuhnya lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar akan memperlambat
asetifikasi.

b. Metoda cepat (Quick Methods) atau German process


- Biasanya untuk bahan baku berupa etanol cair.
- Bahan baku untuk basis 1 ton asam asetat (100%) :
 Alkohol(95 %) sebanyak 1.950 lb
 Sedikit nutrisi
 Udara sebanyak 11.000 lb
- Etanol mengalami perpindahan selama proses.
- Proses fermentasi terjadi di dalam tangki pembentukan (Frings generator)
yang terbuat dari kayu atau besi.
- Bagian-bagian dari tangki pembentukan :
a) Bagian atas, tempat alkohol dimasukkan
b) Bagian tengah, terdapat bahan isian (berupa:kayu, tongkol jagung, rottan)
di bagian ini untuk memperluas bidang kontak rektan (etanol dan
oksigen). Bahan isian mulamula disiram dengan larutan vinegar yang

24
mengandung bakteri asetat sehingga dipermukaan bahan isian akan
tumbuh bakteri asetat.
c) Bagian bawah,digunakan sebagai tempat mengumpulkan produk vinegar.
- Mendistribusikan campuran etanol cair (10,5 %), vinegar(1 %), dan nutrisi
melalui bagian atas tangki dengan alat sparger
- Campuran mengalir turun melalui bahan isian dengan sangat lambat
- Udara dialirkan secara countercurrent melalui bagian bawah tangki
- Panas yang timbul akibat reaksi oksidasi diambil dengan pendingin.
Pendingin dipasang pada aliran recycle cairan campuran(yang mengandung
vinegar,etanol, dan air) dari bagian bawah tangki. Temperatur operasi
dipertahankan pada rentang suhu 30-35 oC.
- Produk yang terkumpul di bagian bawah tangki mengandung asam asetat
optimum sebesar 10- 10,5 %. Sebagian produk direcycle dan sebagian yang lain
di keluarkan dari tangki.
- Bakteri asetat akan berhenti memproduksi asam asetat jika kadar asam asetat
telah mencapai 12-14 %.
- Bahan baku 2.500 gal dengan produk 10,5 % asam asetat memerlukan
waktu proses 8-10 hari.
 Kelebihan Metoda cepat (Quick Methods) atau German process :
1) Biaya proses rendah, relatif sederhana dan kemudahan dalam
mengontrol.
2) Konsentrasi produk asam asetat besar.
3) Tangki proses membutuhkan sedikit tempat peletakannya.
4) Penguapan sedikit.
 Kekurangan Metoda cepat (Quick Methods) atau German process :
1) Waktu tinggal terlalu lama bila dibandingkan Metoda Perendaman
(Submerged Method).
2) Pembersihan tangki cukup sulit.

25
c. Metoda Perendaman (Submerged Method)
- Umpan yang mengandung 8-12 % etanoldiinokulasi dengan Acetobacter
acetigenum.
- Temperatur proses dipertahankan pada rentang suhu 24-29 oC.
- Bakteri tumbuh di dalam suspensi antara gelembung udara dan cairan yang
difermentasi.
- Umpan dimasukkan melewati bagian atas tangki.
- Udara didistribusikan dalam cairan yang difermentasi sehingga membentuk
gelembung- gelembung gas.Udara keluar tangki melewati pipa pengeluaran
di bagian atas tangki.
- Temperatur proses dipertahankan dengan menggunakan koil pendingin
stainless steel yang terpasang di dalam tangki.
- Defoamer yang terpasang di bagian atas tangki membersihkan busa yang
terbentuk dengan sistem mekanik.

 Kelebihan Metoda Perendaman (Submerged Method):


a) Hampir disemua bagian tangki terjadi fermentasi.
b) Kontak antar reaktan dan bakteri semakin besar.
 Kekurangan Metoda Perendaman (Submerged Method):
a) Biaya operasi relatif mahal.

2.5.4 Pemurnian Asam Asetat


Distilasi/penyulingan
Dari distilasi bertingkat akan dihasilkan beberapa jenis asam asetat :
 Asam asetat glasial (99,5%)
 Asam asetat teknis (80%)
Secara komersial kadar asam asetat sebesar 6,28,30,36,60,70,dan 80 %

26
2.6 Kegunaan Asam Asetat
Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai
senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai
bahan untuk memproduksi monomervinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain
itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester.
Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.
Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai
senyawa kimia. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena
tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk
memproduksi monomervinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain itu asam
asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester. Juga sebagai
pengatur keasaman pada industry makanan dan pelunak air. Penggunaan asam asetat
lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.
Pada industri tekstil, terutama industri pencelupan kain dimana asam asetat
berfungsi sebagai pengatur pH. Dan pada industri benang karet, sebagai bahan
penggumpal (co-agulant) ketika latex dikeluarkan dari extruder. Dalam industri farmasi
asam asetat digunakan untuk untuk pembuatan obat-obatan (aspirin).
Cuka banyak digunakan dalam industri pengolahan pangan, industri farmasi dan
industri kimia.
 Pada industri makanan:
1. Sebagai bahan pembangkit flavor asam dan pengawet.
2. Sebagai bahan penyedap rasa (edible vinegar).
 Cuka banyak digunakan dalam industry:
1. Memproduksi asam alifatis terpenting.
2. Bahan warna (indigo) dan parfum.
3. Bahan dasar pembuatan anhidrat yang sangat diperlukan untuk asetilasi, terutama
dalam pembuatan selulosa asetat.
 Dalam industri farmasi cuka /asam asetat digunakan untuk untuk pembuatan obat-
obatan (aspirin).

27
Beberapa negara di benua Amerika dan Eropa menggunakan sari buah dari
berbagai jenis buah-buahan sebagai bahan bakunya.Di Jepang,cuka diproduksi dengan
menggunakan bahan baku beras yang telah mengalami sakarifikasi.Di Indonesia,nira
aren sering digunakan oleh masyarakat pedesaan untuk membuat cuka lahang,yaitu
sejenis cuka yang dibuat secara tradisional melalui proses fermentasi spontan.

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Asam asetat (asam etanoat, asam cuka, Asam metana karboksilat, Asetil
hidroksida Hidrogen asetat) adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal
sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan, yang berupa cairan jernih
tidak berwarna, berbau tajam, dan berasa asam. Asam asetat memiliki rumus
empiris C2H4O2. Proses pembuatan asam asetat telah mengalami banyak
perkembangan diantaranya dapat dilakukan melalui cara fermentasi maupun
sintetis.
 Proses produksi asam asetat yang banyak digunakan diantaranya : karbonilasi
methanol, sintesis gas metan, oksidasi asetaldehida, oksidasi etilena, oksidasi
alkana, fermentasi aerob, dan fermentasi anaerob.
 Bahan baku dalam pembuatan asam asetat melalui fermentasi antara lain :
glukosa/gula/karbohidrat lain, bakteri starter S.cerevisiae dan A. acetie
 Fermentasi aerob dilakukan melalui 2 tahap yaitu fermentasi glukosa menjadi
alkohol (etanol) dan fermentasi etanol menjadi asam asetat
 Asam asetat banyak digunakan dalam industri makanan sebagai flavour asam,
pengawet, dan penyedap rasa.

3.2 Saran
 Perlu adanya pengembangan dan analisa proses fermentasi asam asetat untuk
menghasilkan rendemen yang optimal
 Perlu adanya analisa kinetika reaksi dalam pembahasan yang berkaitan dengan
proses fermentasi dengan pendekatan Michaelis-Menten.

29
DAFTAR PUSTAKA

Bergey’s, D. H., J. G. Holt, N. R. Krieg, & P. H.A. Sneath (1994). Bergey’s Manual of
Determinative Bacteorology (edisi ke-9th ed.). lippicott Williams & Wilkins. ISBN
0-683-00603-7.
Buckle, K.A., R.A. Edward, G. H. Fleet, & M. wootton. 2010. Ilmu pangan.
Jakarta : UI-Press
Day dan Underwood. 2010. Analisis kimia kuantitatif edisi keenem. Jakarta : Erlangga
Terjemahan.
Desrosier, N.W. 2008. Teknologi pengawetan pangan.Jakarta : UI-press
Dewati, R. 2008. Limbah Kulit Pisang Kepok Sebagai Bahan Baku Pembuatan Etanol.
Surabaya : UPN Veterabn Jatim.
Effendi, M.S. 2002. Kinetika fermentasi asam asetat (Vinegar) oleh bakteri Acetobacter
aceti B127 dari etanol hasil fermentasi limbah cair pulp kakao. Fakultas teknik
jurusan teknologi pangan Universitas pasundan. Teknol dan industri pangan XIII(2)
2002 : 125-135
Fahmi, W.W. 2012. Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap Konsentrasi Asam Asetat Hasil
Fermentasi Kulit Pisang Ambon (Musa paradisiaca) dengan Menggunakan
Fermentor. Skripsi. Teknik kimia. Universitas Diponegoro. Semarang
Fardiaz, S. Mikrobiologi Pangan Jilid I. Jakarta : Gramedia Pustaka
Frazier. Food Microbiology. 1978. McGraw-Hill. Amerika
Gusmarwani, S.R., M.S.P. Budi, W.B. Sediawan & M. Hidayat.2010. Pengaruh
Perbandingan Berat Padatan dan Waktu Reaksi Terhadap Gula Pereduksi Terbentuk
pada Hidrolisis Bonggol Pisang. Grup Riset Energi Biofuel, STTNAS, Yogyakarta.
Jurnal Teknik Kimia Indonesia 9 : 77-82
http://raz2305ans.multiply.com/journal/item/4
http://www.scribd.com/doc/51773495/PIK-Pembuatan-Asam-Asetat
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.icis.com/v2/che
micals/9074780/acetic-acid/process.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/11706/1/09E02253.pdf

30
http://www.scribd.com/doc/31542834/Sintesis-Asam-Asetat
Janeta, M.N. 2011. Pengaruh Waktu Fermentasi Dan Pemanasan Terhada Tingkat
Keasaman Cuka Nira Aren (Arenga pinnata Merr). Skripsi. Universitas Pelita
Harapan
Keyes, Keyes. Industrial Chemicals. 1950. McGraw-Hill. Amerika
Ma’ruf, A.&N. Damajanti. 2012. Pembuatan zeloit pelet berbasis zeloit alam dan pati
sebagai adsorben pada pembuatan bioetanol fuel grade. Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto
Ma’ruf, A.&H. Mulyadi. 2009. Pembuatan zeloit pelet sebagai adsorben pada pembuatan
bioetanol tradisional. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto
Nugroho, T. 2012. Peluang Besar Usaha membuat Bensin dan Solar dari Bahan Nabati.
Yogyakarta : Pustaka Mahardika.
Pelczar, M. J., & E. C. S.Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi jilid 1. Jakarta : UI-
Press.
Perry. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook. 1999. McGraw-Hill. Amerika
Retno, D.T. & W.Nuri. 2011. Pembuatan Bioetanol Kulit Pisang. Proc. Seminar Nasional
Teknik Kimia, Kejuangan, Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan
Sumber Daya Alam Indonesia. E11-1-7.
Satuhu, S. & A. Supriyadi. 2018. Pisang Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar.
Jakarta : Penebar Swadaya
Shakhashiri. 2008. Acetic Acid & Acetic Anhydride. General Chemistry.
Solikhin, N., A.S. Praseyo & L. Buchori.2012. Pembuatan Bioetanol hasil Hidrolisa
Bonggol Pisang dengan Fermentasi Menggunakan Saccharomyces cerevisiae.Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri. I(1) : 124-129.
Solikhin, N. & A.S. Praseyo. 2012. Perancangan Pabrik Bioetanol dari Bonggol Pisang
dengan Proses Dry Milling dengan Kapasitas 75.000kL/ tahun. Jurusan teknik
Kimia Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang.

31
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang
Prees.
www.fao.org/docrep/x0560e/x0560e12.htm
Yulianto, M. Endy, Diyono, I. Hartati, R. Santiko N.& F. Putri J. 2009. Pengembangan
Hidrolisis Enzimatis Biomassa Jerami Padi Untuk Produksi Bioetanol. Jurusan
Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang, Jurusan Teknik Kimia, UNDIP
Semarang dan Jurusan Teknik Kimia, UNWAHAS Semarang. Simposium Nasional
RAPI VIII : 66-73.

32

Anda mungkin juga menyukai