Oleh
Azmilul laili
NIM 125100501111003
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
iv
ABSTRAK
Oleh
Azmilul laili
NIM 125100501111003
v
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I PENDAHULUAN
1
Banyaknya jumlah molase sebagai media fermentasi sangat
penting untuk dikontrol, hal tersebut dikarenakan viskositas dapat
mempengaruhi kinerja dari yeast untuk mengkonversi gula
menjadi alkohol, ketika viskositas tinggi maka akan
menyebabkan tekanan osmotik yang tinggi sehingga yeast akan
sangat sulit untuk beraktifitas, hal ini juga akan mempengaruhi
efisiensi produksi alkohol yang dihasilkan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan jenjang
pendidikan program Strata-1 di Program Studi Ilmu dan
Teknologi Pangan, Universitas Brawijaya.
2. Mengetahui secara umum proses pembuatan alkohol,
serta kondisi umum, sejarah, perkembangan, struktur
organisasi dan aspek ketenagakerjaan di PT Madubaru.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tebu
Tebu merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat
ditanam pada daerah beriklim tropis seperti di Indonesia.
Tanaman tebu sendiri memiliki ciri morfologi yang tidak jauh
seperti tumbuhan yang berasal dari famili rumput-rumputan
dengan tinggi tanaman sekitar 2-5 meter. Adapun klasifikasi
botani tanaman tebu adalah sebagai berikut (Plantamor, 2012):
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliposida (Monokotil)
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Polaes
Famili : Poaceae (Rumput-rumputan)
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L.
3
2.2 Tetes Tebu (Molase)
Molase merupakan hasil samping dari proses pembuatan
gula tebu (Saccharum officinarum). Molase masih mengandung
gula dengan kadar tinggi 50-60%, asam amino dan mineral.
Tingginya kandungan gula dalam molase sangat berpotensi
untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan alkohol
dengan proses fermentasi. pH molase berkisar antara 5,5-6,5
(Brown, 2003).
Molase dari tebu dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu,
molase kelas 1, kelas 2 dan black strap. Molase kelas 1
didapatkan saat pertama kali jus tebu dikristalisasi. Molase kelas
2 atau biasa disebut “Dark” diperoleh saat proses kristalisasi
kedua. Molase kelas terakhir yaitu black strap diperoleh dari
kristalisasi terakhir dengan warna mendekati hitam (coklat tua).
Black strap memiliki kandungan zat yang berguna antara lain
kalsium, magnesium, potasium dan besi serta memiliki
kandungan kalori yang cukup tinggi, karena terdiri dari glukosa
dan fruktosa (Simanjuntak, 2009).
2.3 Etanol
Etanol diproduksi dari gula sederhana, pati dan selulosa.
Setelah melalui proses fermentasi dihasilkan etanol. Etanol
adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan
oksigen, sehingga dapat dilihat sebagai turunan dari senyawa
hidrokarbon yang mempunyai gugus hidroksil dengan rumus
C2H5OH. Secara umum penggunaan etanol antara lain sebagai
pelarut untuk zat organik maupun anorganik, bahan dasar industri
4
cuka, ester, spiritus, asetaldehid, antiseptik topical dan sebagai
bahan baku pembuatan eter dan etil ester. Etanol juga sebagai
campuran minuman dan dapat digunakan sebagai bahan bakar
(gasohol) (Endah, 2007).
Proses destilasi dapat menghasilkan etanol dengan kadar
95% volume, untuk digunakan sebagai bahan bakar (biofuel)
perlu lebih dimurnikan lagi hingga mencapai 99% yang lazim
disebut fuel grade etanol (FGE). Proses pemurnian dengan
prinsip dehidrasi umumnya dilakukan dengan metode Molecular
Sieve, untuk memisahkan air dari senyawa etanol.Berdasarkan
kadar alkoholnya, etanol dapat dibagi menjadi tiga tingkatan
yaitu; 1) Grade industri dengan kadar alkohol 90-94%, 2) Netral
dengan kadar alkohol 96-99,5% 3) Grade bahan bakar dengan
alkohol diatas 99,5-100% (Prihardana et al., 2008).
Sifat
Rumus molekul C2H5OH
Penampilan cairan tak berwarna
Densitas 0,789 g/cm3
Titik didih 78,4
Sumber: Hambali, dkk (2007).
5
18% v/v), tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif
melakukan fermentasi pada suhu 4-32°C (Sa’id, 1987).
Sumber energi khamir ini berasal dari bahan-bahan organik
dan anorganik. Sumber karbon dan energi dapat diperoleh dari
gula karbohidrat sederhana seperti glukosa. Konsentrasi gula
yang umumnya dibuat dalam pembuatan etanol sekitar 14-20 %.
Konsentrasi gula yang terlalu tinggi akan menghambat aktivitas
khamir tersebut. Lama fermentasinya sekitar 30-70 jam dengan
kondisi fermentasi anaerob (Gaur, 2006).
2.5.3 Pemurnian
Tahap ini dilakukan melalui proses destilasi. Destilasi
merupakan pemisahan komponen berdasarkan titik didihnya.
Adanya pemanasan larutan pada suhu rentang 78-100°C akan
mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui
unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi
yang lebih tinggi.
7
BAB III METODE PELAKSANAAN
8
3.3 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL)
Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini, disusun Jadwal
kegiatan sebagai berikut:
No Tanggal Kegiatan
1 6 Juli 2015 Pengenalan sejarah dan profil
perusahaan
2 7 Juli 2015 HRD, dan Administrasi
3 8 Juli 2015 Bahan baku
4 9 Juli 2015 Divisi Utilitas
5 10 Juli 2015 Stasiun pemasakan
6 11 Juli 2015 Stasiun fermentasi
7 27 Juli 2015 Stasiun fermentasi
8 28 Juli 2015 Stasiun revinery (sulingan)
9 29 Juli 2015 Divisi Laboratorium & QC
10 30 Juli 2015 Divisi Laboratorium & QC
11 31 Juli 2015 Unit pengolahan limbah
12 1 Agustus 2015 Persiapan tugas khusus
13 3 Agustus 2015 Persiapan tugas khusus
14 4 Agustus 2015 Pemberian fokus tugas khusus
15 5 Agustus 2015 Observasi data
16 6 Agustus 2015 Observasi data
17 7 Agustus 2015 Pengerjaan laporan dan tugas khusus
18 8 Agustus 2015 Pengerjaan laporan dan tugas khusus
19 10 Agustus 2015 Pengerjaan laporan dan tugas khusus
20 11 Agustus 2015 Pengerjaan dan konsultasi laporan
21 12 Agustus 2015 Revisi laporan umum dan konsultasi
tugas khusus
22 13 Agustus 2015 Revisi laporan umum dan konsultasi
tugas khusus
23 14 Agustus 2015 Pengerjaan laporan dan konsultasi
tugas khusus
24 15 Agustus 2015 Pengerjaan laporan dan konsultasi
tugas khusus
25 18 Agustus 2015 Pengumpulan laporan
9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
11
4.1.2 Manajemen Karyawan Perusahaan
Kepegawaian
12
4.1.3 Lokasi Perusahaan
PG/PS Madukismo atau PT. Madubaru dibangun di bekas
pabrik gula Padokan yang berjarak ± 5 Km selatan kota
Yogyakarta lebih tepatnya berlokasi di Kelurahan Tirtonirmolo,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Pabrik alkohol atau
pabrik spiritus sendiri terletak dalam satu kompleks dengan PG.
Madukismo, dengan fasilitas yang berupa perumahan dinas
pekerja, gedung, dan perkantoran yang memiliki total luas lahan
276.000 m2.
13
4.2.2 Bahan pendukung
Bahan pendukung yang digunakan dalam proses fermentasi
diantaranya:
Pupuk urea dan NPK sebagai sumber nutrisi terutama
nitrogen dan fosfor yang digunakan untuk pertumbuhan dan
meningkatkan akivitas dari yeast.
15
4.3.2 Peragian dan fermentasi
Tahapan ini dilakukan dalam stasiun peragian yang terdiri
atas dua proses utama yaitu proses pembibitan dan proses
fermentasi. Proses pembibitan sendiri terdiri atas beberapa
tahapan yaitu mulai dari tahap laboratorium, tangki start bibit, dan
tangki pembibitan. Pada stasiun ini terjadi proses penambahan
starter Saccharomyces cereviceae sekaligus awalnya terjadi
proses fermentasi. Bibit yang berasal dari laboratorium sebanyak
350 cc dimasukkan pada tangki start pembibitan mula-mula yang
berkapasitas 12 L (T19) dan dilakukan scale up pada tangki
dengan kapasitas 48L (T20) kemudian tangki dengan kapasitas
480L (T21). Masing-masing proses sclae up dilakukan selama 24
jam.
Bibit dari T21 selanjutnya dimasukkan pada tangki bibit starter
(T22). Adonan molase yang berada pada stasiun masakan
selanjutnya dipompa masuk kedalam T22 sebanyak tiga buah
(T22/1, T22/2, T22/3) masing-masing memiliki kapasitas 3010 L.
untuk tahapan awal proses pembibitan tidak semua T22 diisi
dengan adonan molase, namun proses berlangsung secara
bertahap satu demi satu. Setiap tahapan proses pembibitan
berlangsung selama 14 jam. Bibit yang berasal dari T21 hanya
digunakan sebanyak dua kali saja, untuk proses selanjutnya
pemakaian bibit diambil dari sisa pembiakan di T22/3 sebanyak
350L.
Setelah bibit berumur 14 jam, bibit dalam T22 dipompa
dipindahkan kedalam tangki pembibitan utama yaitu T25. T25
sendiri berjumlah 3 buah (T25/1, T25/2, T25/3) dengan kapasitas
masing-masing 18000L. Adonan molase di T3B dari stasiun
pemasakan dipompa masuk kedalam T25 dan dicampur bibit dari
T22 yang sudah siap. Proses fermentasi dalam T22 dan T25
berlangsung secara aerob dengan aerasi yang dilakukan tiap 6
jam sekali. Ketika bibit dalam tangki 25 sudah berumur 14 jam,
selanjutnya bibit dipindahkan ke dalam tangki fermentor di
stasiun fermentasi.
Dalam stasiun fermentasi terdiri atas tangki-tangki fermentor
(T26) dengan kapasias 75000L berjumlah 10 buah. Bibit yang
berasal dari T25 dimasukkan dalam tangki fermentor dan
16
dicampur dengan adonan molase dari tangki 8 dari stasiun
masakan. Proses penambahan adonan dilakukan secara
bertahap satu persatu dan dilanjutkan hingga tangki terakhir.
Selain itu juga ditambahkan TRO (Turkey Red Oil) sebagai
antifoam.
Proses fermentasi di T26 berlangsung secara anaerob hal ini
dikarenakan yeast dikondisikan hidup pada fase stasioner
sehingga yeast hanya fokus untuk memecah substrat menjadi
produk, lain halnya pada stasiun pembibitan yang proses
fermentasi dikondisikan secara aerob yang bertujuan untuk
mengkondisikan yeast pada fase lag untuk meningkatkan jumlah
biomasa. Dalam proses fermentasi ini terdapat beberapa
parameter yang diuji diantaranya seperti kadar brix dan suhu
yang dilakukan tiap 2 jam sekali, pH yang diamati pada saat awal
dan akhir fermentasi, serta kadar alkohol yang diukur ketika
beslag disuling.
Pada stasiun fermentasi ini proses fermentasi berlangsung
selama ± 60 jam. Dalam tahapan ini dihasilkan cairan hasil
fermentasi yang dinamakan beslag. Sebelum beslag disuling
ditambahkan superfloc untuk mengendapkan kotoran-kotoran
dalam tangki fermentor agar tidak menyumbat kolom destilasi.
Proses fermentasi akan dihentikan ketika kadar alkohol sudah
mencapai ± 10%.
4.3.3 Penyulingan
Proses penyulingan merupakan suatu proses untuk
memisahkan etanol dari zat-zat pengotor lainnya seperti air,
padatan, dan senyawa pengotor lainnya. Dalam stasiun
penyulingan ini terbagi atas 4 bagian diantaranya:
Penyulingan tahap I
Proses penyulingan awal terjadi dalam maische coloumn,
dimana beslag dari fermentor mulai disuling. Maische coloumn
sendiri berjumlah 3 unit dengan kondisi 2 unit beroperasi dan 1
unit sebagai cadangan. Selain itu dalam maische coloumn
tersusun atas 18 plate dengan masing-masing dilengkapi dengan
17
2 unit kondensor. Beslag dari tangki fermentor dipompa ke
maische coloumn, namun sebelum masuk dalam maische
coloumn, beslag terlebih dahulu dialirkan kedalam voorwamer
yang berfungsi sebagai alat penukar panas.
Selanjutnya larutan akan masuk pada Maische coloumn
pada plate paling atas. suhu steam yang digunakan sebesar
110oC, dimana dalam suhu tersebut alkohol tentunya akan
menguap terlebih dahulu sebab titik alkohol dibawah suhu
tersebut. Alkohol yang menguap akan mengalir keatas dan
masuk ke kondensor. Cairan yang tidak ikut menguap akan
mengalir ke bawah dan keluar dari bagian bawah kolom sebagai
limbah cair (vinase).Vinase yang keluar sudah tidak mengandung
alkohol. hasil dari Maische Coloumn berupa alkohol muda (±45%)
setelah melalui kondensor dan tangki penampungan selanjutnya
akan masuk ke Voorlop Coloumn.
Penyulingan tahap II
Penyulingan tahap ke II terjadi dalam voorloop coloumn.
Voorlop Coloumn pada stasiun penyulingan berjumlah 1 unit
tersusun dari 45 plate yang dilengkapi dengan 2 unit kondensor.
Hasil dari sulingan pada voorlop coloumn adalah alkohol teknis
(≤ 95%). Kolom ini berfungsi untuk menguapkan senyawa aldehid
ataupun senyawa lain yang titik didihnya di bawah akohol dari
alkohol muda.
18
Penguapan aldehid akan membawa banyak alkohol, hal ini
dapat diminimalisir dengan dilakukannya proses reflux, sehingga
tidak seluruhnya uap alkohol terbawa menjadi alkohol teknis.
Hasil bawah kolom berupa alkohol muda yang selanjutnya diubah
menjadi alkohol murni (>95%) di Rectifiser Coloumn.
Penyulingan tahap IV
Tahap ini terjadi proses pengolahan kembali minyak fusel
yang masih mengandung sejumlah alkohol. Hasil dari proses ini
dapat berupa alkohol murni (≥95%) maupun alkohol teknis
<95%. Hasil bawah dari proses ini berupa lutter wasser. Tahap
ini terjadi pada kolom terakhir yaitu nachloop coloumn. Di PS.
Madukismo, nachloop Coloumn hanya berjumlah 1 unit yang
dilengkapi dengan 2 unit kondensor. Nachloop Coloumn tersusun
atas 63 plate
Pada nachloop coloumn juga dihasilkan produk samping
yang berupa minyak fusel yang kemudian akan ditampung dalam
penampungan minyak fusel. Minyak fusel merupakan produk
campuran yang terdiri dari air, isoamyl, amyl isobutyl, n.propyl
dan etil alkohol biasanya daigunakan sebagai campuran daam
pembuatan minyak wangi ataupun essense. Minyak fusel
berwarna kuning, berbentuk cair seperti minyak, memiliki bau
yang spesifik, titik didih antara 90oC sampai 150oC.
19
Tetes Tebu
(Molasse Cane)
Urea,NPK Air Proses
(Nutrien)
Bibit Flokulan
(Yeast) Anti Foam
St. Peragian
(Proses Fermentasi)
Gas Sludge
CO2 Fermentasi
St. Sulingan
(Proses Distilasi)
Minyak Destilat
Fusel
GUDANG AKOHOL
20
Proses methylasi
Proses methylasi dalam PS Madukismo bertujuan untuk
memproduksi spiritus. Proses methylasi dilakukan pada ruangan
tersendiri yaitu di unit methylasi yang berdekatan dengan gudang
alkohol. Spiritus sendiri merupakan campuran dari alkohol teknis
yang dirusak dengan minyak tanah dan methanol. Metilenblue
ditambahkan sebagai pewarna biru keunguan. Proporsi dari
penambahan minyak tanah dalam pembuatan spiritus sendiri
adalah 5% dari total volume alkohol teknis yang dipakai,
sedangkan untuk metanol sendiri ditambahkan sebanyak ±15
ppm. Namun proses pembuatan Spiritus saat ini di PS.
Madukismo hanya dilakukan hanya ketika ada pesanan dari
konsumen saja.
Alkohol Teknis
(min 94% v/v)
Methylene
Blue Kerosin
Methanol
Proses Metylasi
Spiritus
21
4.4 Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu yeast
Proses pengendalian mutu dilakukan pada starter bibit S.
cerevicae yang digunakan dalam proses produksi alkohol. S.
cereviceae dalam bentuk culture stock pada agar miring, di
lakukan proses pemeliharaan setiap 2 minggu sekali dipindahkan
pada media agar yang baru. Adapun bahan baku yang digunakan
antara lain: molase sebanyak 1 L dengan kadar brix 6o, 100 gr
tauge, 2 buah pisang, 10 gr pepton, 1 gr urea, 1 ml H2SO4, 2
sachet agar-agar, dan 20 gr glukosa.
23
Pengendalian mutu produk
Pada tahapan akhir setelah alkohol mengalami proses
penyulingan dilakukan analisa kadar alkohol dengan dua kategori
yaitu alkohol teknis dengan kadar <95% dan alkohol teknis
dengan kadar >95%. Selain itu pengendalian mutu ada produk
alkohol juga dilakukan ketika akan dijual pada konsumen. Pada
proses ini juga diterapkan parameter yang sama saat pertama
kali produk alkohol dihasilkan. Ketika kualitas alkohol tergolong
baik maka dapat langsung dijual pada konsumen dengan disertai
Certificate Of Analysis, namun ketika kualitas alkohol yang
didapati dalam kondisi rendah maka alkohol tersebut dapat
dilakukan proses methylasi sebagai bahan pembuatan spiritus.
Vinase
Merupakan hasil samping dari proses penyulingan alkohol
muda pada Maische column. Vinase memiliki karakteristik
berwarna coklat kehitaman, bersuhu sekitar 80-900C, dan berbau
khas serta menyengat. Akibat dari suhunya yang masih tinggi ini
diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang
kelingkungan.
Limbah vinase PS. Madukismo ini merupakan satu-satunya
jenis limbah yang mengalami proses pengolahan di UPLC (Unit
Pengolahan Limbah Cair).
25
Selain karena suhunya yang tinggi, vinase juga masih
mengandung bahan organik dan nilai COD dan BOD yang tinggi.
Adapun beberapa tahapan proses pengolahan viase
diantaranya:
a. Tahap pendinginan
Vinase dari maische coloumn mempunyai suhu yang cukup
tinggi yaitu 90o C. fungsi dari tahapan ini adalah untuk
mendinginkan vinase tersebut. Namun sebelum mengalami
proses pendinginan vinase terlebih dahulu dilewatkan grit
chamber untuk mengendapkan kotoran dan menghilangkan buih
dari vinase agar tidak mengganggu proses berikutnya.
Selanjutnya vinase dipompa masuk kedalam cooling tank yang
berfungsi untuk mendinginkan vinase. Vinase yang telah melalui
cooling tank selanjutnya dipompa masuk kedalam bak-bak
penampung sementara guna mengendapkan sisa kotoran dan
buih yang tersisa.
b. Tahap Aerob
Vinase yang telah berada di bak penampung sementara
berikutnya dialirkan pada kolam terbuka untuk diolah secara
aerobik. Pada tahapan ini pengolahan secara aerob
memanfaatkan mikroorganisme yang berasal dari udara bebas .
Hal ini dilakukan guna mendegradasi senyawa-senaya organik
yang ada dalam limbah vinase.
26
Gambar 4.8 Pengolahan vinase secara aerobik
c. Tahapan Anaerob
Pada tahapan anaerob limbah vinase yang telah
ditambahkan bakteri metan pada tahapan pengolahan aerob,
selanjutnya dipompa masuk kedalam bak anaerobik dan diolah
secara anaerob. Pada tahapan ini juga ditambahkan beberapa
bakteri lain seperti metanobacterium, metanococcus dan
metasarcna. Hal ini bertujuan untuk memberikan kondisi yang
optmum pada bakteri-bakteri metan tersebut untuk mendegradasi
senyawa-senyawa organik yang ada didalam limbah.
d. Tahap Aerasi
Limbah vinase yang telah diolah secara anaerob selanjutnya
dipompa masuk kedalam bak aerasi, dimana dalam bak ini
merupakan hasil akhir dari proses pengolahan limbah. Bak aerasi
ini juga bertindak sebagai bak penampung limbah yang akan
dibuang ke lingkungan. Namun proses pembuangan limbah tidak
dilakukan setiap hari namun dilakukan secara periodik, hal ini
dikarenakan pihak PS. Madukismo memberikan selang waktu
pada ekosistem sekitar sungai tempat pembuangan limbah agar
tidak setiap hari terpapar cemaran limbah sehingga mengalami
kerusakan yang parah, mengingat sungai tersebut juga dijadikan
sebagai pendukung kegiatan warga sekitar.
Untuk itu dilakukan proses penambahan oksigen melalui
aerator yang bertujuan mengurangi zat pencamar dalam limbah
27
yang berupa gas, cairan, koloid, atau bahan tercampur lainnya.
Oksigen yang ditambahkan berkisar antara 8-10 m3, yang
kemudian didiamkan selama kurang lebih 6-8 jam dengan tujuan
agar limbah lebih lama bereaksi dengan oksigen sehingga
parameter pencemar limbah seperti COD, BOD menurun dan pH
yang sudah dalam kisaran netral. Proses pembuangan limbah
dilakukan dengan melewatkan limbah pada parit-parit kecil yang
terdapat disekitar UPLC PS. Madukismo.
Lutter waser
Merupakan hasil samping/limbah cair dari hasil bawah
rechtifiser coloumn dan nachloop coloumn. Lutter wasser
memiliki karakteristik berwarna jernih yang bebas dari kadar
alkohol. Berdasarkan kriteria tersebut lutter waser tidak perlu
dilakukan proses pengolahan dan dapat langsung dialirkan ke
badan air.
29
Berikut merupakan penjelasan beberapa peralatan dan mesin
yang digunakan pada PS Madukismo:
Tangki masakan
Tangki masakan/adonan Terdiri atas:
a) Tabung drum (tangki), fungsinya untuk menampung adonan.
b) Afsluiter, yaitu kran yang letaknya di luar bagian bawah
(mendekati bagian dasar) tangki, fungsinya mengambil
adonan di dalamnya guna pengukuran kadar brix.
c) Kaca pembatas volume, fungsinya melihat adonan di
dalamnya.
d) Motor penggerak, fungsinya menggerakkan afsluiter dan
komponen lain yang membutuhkan. Berada di bawah sebelah
kanan atau kiri tangki.
e) Instalasi perpipaan, yang menjadi jalan atau material
handling, dengan warna cat yang berbeda agar dapat
dibedakan fungsinya, fungsinya mengalirkan air (air pengocor
dan pengisian) dari tangki air. Air pengocor digunakan untuk
membersihkan tetes atau bahan lain yang mungkin
menempel di bagian dinding dalam tangki. Air pengisian
digunakan untuk memberi air pada adonan. Pipa tetes (warna
coklat), fungsinya mengalirkan tetes dari tangki tetes yang
letaknya di luar stasiun pemasakan.
f) Pompa pengaduk, fungsinya untuk mengaduk adonan yang
dimasukkan dalam tangki. Pompa pengaduk digerakkan
dengan motor penggerak.
g) Pintu di bagian atas tangki, fungsinya untuk
membuka/menutup tangki. Pintu dibuka saat akan
memasukkan bahan lain atau jika ingin melihat adonan di
dalamnya.
30
Gambar 4.9 Bagian-bagian pada tangki masakan (T8)
32
Gambar 4.12 Peggaris sebagai penanda pada tangki fermentor
Maische coloumn
Merupakan menara destilasi kasar yang terdiri atas 4-5
segmen dan 18 plate yang berfungsi untuk memisahkan alkohol
dengan air yang menghasilkan alkohol muda dengan kadar
±45%. Prinsip kerja dari maische coloumn yaitu memisahkan
campuran air dan alkohol berdasarkan titik didihnya. Mula-mula
cairan fermentasi/beslag dipanaskan pada suhu 70-800C,
kemudian alkohol akan menguap dan uap alkohol diembunkan
dengan kondensor. Pada maiasche coloumn terdapat saddle
packing yang berfungsi untuk menyaring busa pada alkohol muda
yang akan diembunkan.
(a) (b)
Gambar 4.13 Maische coloumn (a) Saddle packing (b)
33
Voorlop coloumn
Voorloop coloumn (VK) atau menara destilasi awal terdiri atas
8 segmen dan 45 plate, setiap segmen dilengkapi dengan bubble
cap yang berfungsi untuk memperbesar kontak antar komponen
sehingga dapat dipisahkan menurut rapat jenisnya. Kolom ini
berfungsi untuk menghasilkan alkohol dengan kadar ≤95%.
Prinsip kerjanya yaitu alkohol muda dari proses sebelumnya
masuk ke dalam segmen ke tiga dari bawah pada plate nomor 15
yang kemudian dipanaskan. Suhu kolom atas yaitu 780C dan
±1200C pada kolom bawah. Selain menghasilkan alkohol teknis,
kolom ini juga memisahkan alehid dari alkohol karena dapat
mempengaruhi kualitas dari alkoho yang dihasilkan.
(a) (b)
Gambar 4.14 Voorloop coloumn (a) bubble cap (b)
Rechtifiser coloumn
Rechtifiser coloumn atau kolom prima terdiri atas 13 segmen
dan 75 plate yang juga dilengkapi bubble cap berfungsi untuk
menghasilkan alkohol prima dengan kadar >95%. Selain itu
kolom prima juga menghasilkan minyak fusel sebagai hasil
sampingnya. Kolom ini memiliki prinsip kerja yang sama seperti
kolom lainnya hanya saja berbeda input. Dimana input pada
kolom prima adalah hasil bawah dari voorloop coloumn yang
berupa campuran air yang masih terdapat alkohol dalam jumlah
34
tinggi. Hasil bawah voorloop coloumn masuk ke dalam segmen 3
plate nomor 14 yang akan dipanaskan dan selanjutnya akan
diembunkan melalui kondensor.
Nachloop coloumn
Merupakan menara destilasi akhir yang memproses hasil
samping dari kolom prima, yaitu memisahkan camuran alkohol
dengan minyak fusel. Kolom ini terdiri atas kompartemen yang
sama seperti kolom prima ataupun voorloop coloumn memiliki 12
segmen dan 68 plate. Prinsip kerjanya hasil samping dari kolom
prima masuk ke dalam segmen 4 plat nomor 20 yang kemudian
diproses seperti pada kolom-kolom sebelumnya.
Voorwarmer
Merupakan sebuah bejana pemanas pendahuluan
(Preheater) yang terdapat pada stasiun sulingan. Alat ini
berfungsi untuk memanaskan beslag untuk dilakukan proses
penyulingan. Voorwarmer yang terdapat di PS Madukismo
memiliki volume 25 m3.
Teller
Merupakan alat penghitung jumlah alkohol yang dipindahkan.
Alat ini dipasang pada pipa/selang jika ada pembeli yang
biasanya menggunakan mobil tangki dengan kapasitas volume
berbeda. Prinsip kerja dari alat ini mirip dengan yang ada di
SPBU. Teller dilakukan di setting sesuai dengan kebutuhan,
kemudian tuas dinyalakan dan alkohol akan berpindah sesuai
dengan display teller yang sudah tersetting.
36
Merupakan mesin yang terdapat pada kolam penampung
limbah vinase paling akhir. Mesin ini berfungsi untuk mengaduk
vinasse agar bercampur dengan lumpur sehingga saat dibuang
ke sungai tidak menyisakan endapan. Bagian bawah mesin,
tenggelam di air, bentuknya seperti sapu lidi dan memiliki kipas.
4.9 Pemasaran
Proses pemasaran produk alkohol terbagi menjadi
pemasaran alkohol itu sendiri (teknis/prima) dan pemasaran
spiritus. Proses pemasaran spiritus hanya dilakukan ketika
terdapat pesanan dari konsumen saja. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya proses pembuatan spiritus dilakukan dengan
dihadirinya pihak dari Bea Cukai.
Sistem pemasaran yang dilakukan PS Madukismo dilakukan
dengan melalui distributor resmi yang terdaftar oleh Dirjen Bea
dan Cukai karena alkohol merupakan komoditas kena cukai.
Distributor tersebut distributor ada yang berasal dari Jakarta,
Tegal, Semarang, Solo, Surabaya dan Yogyakarta. Sedangkan
untuk cara penjualan terdapat dua cara yakni:
37
BAB V TUGAS KHUSUS
38
kontaminasi mikroorganisme seperti bakteri, khamir, ataupun
kapang. Dari golongan khamir dan kapang umumnya dikenal
sebagai fission fungi seperti Leuconostoc yang mampu
menghasilkan “frog spawn” atau dextran yang dapat
mengganggu efektivitas S. cereviceae dan osmophilic yeast
yang diwakili oleh Wild yeast seperti S. mellis, Dekkera and
Brettanomyces. Wild yeast ini bersifat toleran terhadap kadar
gula 70-80%, sedangkan pada gologan bakteri biasanya berasal
dari golongan Bacillus (Olbrich, 2006).
Berkurangnya jumlah nutrisi ini akan menyebabkan penurunan
alkohol yang dihasilkan karena S. cereviceae akan kekurangan
jumlah nutrisi yang akan digunakan sebagai sumber nutrisinya
untuk memproduksi alkohol. Selain itu menurut Dusane and
Deshpande (2011) molase yang terkontaminasi wild yeast akan
memberikan dampak pada menurunnya efisiensi produksi dan
mutu alkohol. Wild yeast dapat menyebabkan terbentukya
scum/foam (endapan tak larut) selama fermentasi, dimana scum
ini tidak dapat dihilangkan dengan penambahan antifoam
sekalipun. Terbentuknya scum juga akan berakibat pada
dihasilkannya precursor iso-amil alkohol yang merupakan
penyusun dari minyak fusel.
Kerusakan akibat kontaminasi mikroba umumnya dapat
dicegah dengan perlakuan pemanasan seperti sterilisasi atau
pasteurisasi. Tujuan dari perlakuan adalah untuk mengurangi
jumlah spora bakteri dan spora fungi termoresisten yang dalam
molase, namun penerapan sterilisasi juga dapat menurunkan
yield dari produk akhir fermentasi yang disebabkan oleh
terjadinya reaksi kimia pada kandungan gula yang ada pada
molase sehingga pasteurisasi lebih cocok untuk dilakukan (La
Budle, 2012).
39
b. Kandungan gula
Kualitas molase yang memenuhi persyaratan untuk dijadikan
sebagai bahan baku produksi alkohol yaitu memiliki kandungan
gula yang terdiri atas sakarosa sebesar 30-40%, dan gula-gula
reduksi sebesar 20,78%. Kandungan gula disini umumnya
diwakilkan dalam bentuk derajat pol. Derajat pol merupakan
banyaknya gula (dalam gram) pada 100 g larutan yang diperoleh
dari hasil pengukuran menggunakan polarimeter secara
langsung (Kuswurj, 2008).
40
Nira
e. Kadar abu
Kadar abu dalam molase mewakili kandungan mineral yang
terdapat didalamnya. Mutu molase yang baik memiliki kadar abu
sekitar 7-11%. Tingginya kadar abu dalam molase dapat
menyebabkan penurunan aktivitas fermentasi sehingga harus
dilakukan tindakan untuk mencegahnya. Tindakan yang
diterapkan oleh PS. Madukismo yaitu dengan menambahkan
asam sulfat untuk mengendapkan sebagian mineral dalam
molase, selain itu penambahan asam sulfat juga ditujukan untuk
mengatur pH optimum adonan molase sebagai medium
fermentasi.
41
5.2 Hubungan Jumlah Pemakaian Molase Terhadap Rasio
Produktivitas Alkohol
42
Tabel 5.2 Produksi alkohol periode 23 Juni-13 Juli 2015 pada tahapan
fermentasi yang berbeda
43
1. Periode 1 (7 hari pertama)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑋 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑠𝑒
26957 𝐿
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥100%
993.8 𝐾𝑢
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 = 27.12 %
27,13
27,12
Rasio Produktivitas (%)
27,11
27,1
27,09
27,08
27,07 rasio produktivitas
27,06
27,05
27,04
1 2 3
Periode fermentasi
44
Keterangan gambar, sumbu X merupakan periode produksi
alkohol pada bulan juni-juli 2015, sedangkan sumbu Y adalah
banyaknya alkohol yang diproduksi.
1000
995
Molase (Ku)
990
985
molase
980
975
27,06 27,07 27,08 27,09 27,1 27,11 27,12 27,13
Rasio Produktivitas (%)
45
cereviceae yang menunjukkan tingkat produktivitas alkohol paling
maksimal, dimana diasumsikan bahwa dalam proses fermentasi
tidak terjadi adanya inhibisi substrat yang mampu menyebabkan
sel berada pada kondisi stres dan kondisi metabolisme yang
terhambat.
Seperti yang dijelaskan oleh Supriyanto dan Wahyudi, (2011),
bahwa penerapan fermentasi etanol pada kondisi substrat yang
lebih tinggi akan menghasilkan etanol dengan jumlah yang lebih
tinggi, namun, ketika jumlah substrat yang berlebihan, maka akan
terjadi inhibisi substrat, dimana kelebihan substrat tersebut akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen terarut pada medium
fermentasi, hal ini akan menyebabkan terganggunya viabilitas sel
dalam melakukan proses fermentasi.
Pada periode kedua fermentasi, berbeda dengan kedua
periode fermentasi lainnya, produktivitas alkohol pada periode ini
mengalami proses penurunan begitu pula dengan pemakaian
bahan baku molase. Produktivitas alkohol mengalamai
penurunan yang tidak begitu signifikan sebanyak 0.02%
dibandingkan dengan produktivitas pada periode pertama. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh konsumsi molase oleh Sacharomyces
cereviceae.
Tingkat pemakaian substrat yang lebih rendah membuat
Sacharomyces cereviceae mengalami kekurangan substrat
untuk dikonversi menjadi alkohol. Ketika proses fermentasi terus
berlanjut pada konsentrasi subtrat yang mencukupi, maka sel
akan terus tumbuh hingga mencapai fase stasioner. Namun
ketika jumlah substrat yang digunakan mulai terbatas, maka
pertumbuhan sel juga akan terhambat dan produksi alkohol juga
akan menurun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari
(Widjaja, dkk, 2009) bahwa produktivitas etanol yang dihasilkan
melalui proses fermentasi dipengaruhi oleh konsentrasi subtrat
yang digunakan, semakin tinggi substrat akan menghasilkan
etanol lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena ketika jumlah
substrat lebih sedikit maka kinerja enzim juga menjadi kurang
46
maksimal, sehingga konversi subtrat menjadi produk akan
menjadi lebih sedikit.
Sedangkan pada periode terakhir fermentasi, juga terjadi
penurunan tingkat produktivitas dari alkohol namun pada periode
ini, jumlah molase yang digunakan sebagai substrat adalah
jumlah tertinggi yang digunakan dibanding kedua periode
fermentasi sebelumnya. Penurunan terjadi sebanyak 0.04% dari
periode kedua dan 0.06% dari periode pertama.
Hal ini disebabkan karena dalam pemakaian jumlah molase
yang berlebihan pada proses fermentasi akan menyebabkan
terjadinya inhibisi subtrat pada Sacharomyces cereviceae.
Penambahan molase dalam jumlah yang sangat tinggi
menyebabkan timbulnya tekanan osmotik yang tinggi sehingga
viabilitas sel untuk hidup akan terganggu. Selain itu kondisi
substrat berlebih juga menyebabkan kurang optimumnya kinerja
dari enzim yang dimiliki oleh Sacharomyces cereviceae untuk
mengkonversi gula menjadi alkohol. Ketika sel mati maka jumlah
enzim yang digunakan untuk merubah substrat juga akan
berkurang, sehingga produk yang dihasilkan juga akan berkurang
meskipun dengan lama fermentasi yang sama dengan periode
sebelumnya.
Selain itu, menurut Wardani dan Pertiwi, (2013) selain
mengandung konsentrasi gula yang tinggi, molase juga
mengandung beberapa mineral seperti kalsium dalam jumlah
yang cukup tinggi pula. Beberapa mineral memang dibutuhkan
oleh Sacharomyces cereviceae untuk kofaktor dari enzimnya,
namu ketika dalam jumlah yang berlebih maka mineral tersebut
tentu akan menjadi inhibitor bagi enzim-enzim yang bekerja
menghasilkan alkohol. Kalsium dapat diendapkan menggunakan
H2SO4 selama persiapan bahan baku, namun seperti yang tertera
pada data, bahwa penggunaan bahan tambahan seperti H2SO4
selama periode ketiga juga mengalami penurunan, sehingga
diasumsikan mineral kalsium dalam molase belum terendapkan
secara optimum dalam media sehingga mampu menghambat
kinerja Sacharomyces cereviceae.
47
Akan tetapi inhibisi substrat pada sel ini dapat ditangani
dengan beberapa cara salah satunya adalah dengan
menerapkan sistem imobilisasi sel. Beberapa keuntungan dari
proses imobilisasi sel ialah sebagai berikut:
1. Imobilisasi mampu menyediakan sel sebagai biokatalis dalam
konsentrasi tinggi sehingga dapat meningkatkan efisiensi
serta produktivitas proses.
2. Imobilisasi dapat memanfaatkan sel secara berulang serta
mereduksi biaya proses recovery dan recycle sel.
3. Imobilisasi mampu mengeliminasi permasalahan washout sel
pada laju dilusi yang tinggi.
4. Kombinasi antara konsentrasi sel tinggi dengan laju alir tinggi
akan diikuti oleh produktivitas volumetrik yang tinggi.
5. Imobilisasi memungkinkan ketersediaan kondisi lingkungan
yang menguntungkan bagi sel (seperti kontak antar sel,
gradien antara nutrien dan produk, ataupun gradien pH)
sehingga dihasilkan performa aktivitas biokatalis yang lebih
baik (seperti yield dan rata-rata produk yang lebih tinggi).
6. Pengontrolan proses menjadi lebih mudah serta lebih baik.
48
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
49
DAFTAR PUSTAKA
Pelczar, M,Z, Reid and Chan. 1983. Microbiology 4th Edition. New
York: Mc. Graw Hill Book Company.
Prihandana, et al. 2008. Bioetanol Ubi Kayu: Bahan Bakar Masa
Depan. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Puspitasari, Reni. 2008. Kualitas Molase Sebagai Bahan Baku
Produksi Alkohol Pabrik Spiritus Madukismo
50
Yogyakarta. Skripsi. Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Sa’id, E.G. 1987. Bioindustri Dalam Penerapan Teknologi
Fermentasi. Bogor: Pusat Universitas Biologi IPB.
Simanjuntak, R. 2009. Studi Pembuatan Etanol Dari Limbah Gula
(Molase). Skripsi. Departemen Teknologi Pertanian.
Universitas Sumatera Utara.
Simanjuntak, R. 2009. Studi Pembuatan Etanol Dari Limbah Gula
(Molase). Skripsi. Departemen Teknologi Pertanian.
Universitas Sumatera Utara.
Supriyanto, T dan Wahyudi. 2010. Proses Produksi Etanol Oleh
Sacharomyces cereviceae dengan Operasi Kontinyu
Pada Kondisi Vakum. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Todar, Kenneth. 2012. Diversity of Metabolism in Procaryotes.
Dilihat 28 September 2015.
<http://textbookofbacteriology.net/metabolism_3>.
Wardani, K dan F. N. E. Pertiwi. 2013. Ethanol Production from
Cane Molasses by Flocculant Saccharomyces
cerevisiae(NRRL – Y 265). AGRITECH, Vol. 33, No. 2:
131-139.
Warsito. 2005. Proses pembuatan Etanol.
<http://www.suaramerdeka.co.id> diakses 11 Juni
2015.
Widjadja, T., M. Andina, dan D. Agustin. 2009. Pengaruh
Konsentrasi Gula Terhadap Produksi Etanol dari
Molase dengan Teknik Immobilisasi Sel. Prosiding
Seminar NasionalTeknik Kimia “Kejuangan”: B11-2-
B11-6. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
51
LAMPIRAN
52
LAMPIRAN 2. DOKUMENTASI dan KETERANGAN
No Keterangan Gambar
1 Pabrik Gula Madukismo
Yogyakarta bertindak
sebagai pensuplai sumber
bahan baku molase
2 Lokasi tangki
penyimpanan
molase berada di
depan area pabrik
3 Stasiun masakan PS
Madukismo
53
No Keterangan Gambar
1 Tangki bibit T/25 digunakan
perkembangbiakan bibit
lanjutan pada kondisi
aerob, kapasitas 18000L
2 Tangki fermentor
kapasitas 7500L
54
No Keterangan Gambar
1 Tangki 21, digunakan
sebagai perkembangbiakan
bibit S. cereviceae
kapasitas 480L.
2 Stasiun penyulingan/
Destilasi
3 Penampungan alkohol
sementara hasil
destilasi
55
No Keterangan Gambar
1 Proses analisa gula reduksi
56
No Keterangan Gambar
1 Proses analisa brix beslag
4 Tangki penyimpanan
alkohol teknis
57
No Keterangan Gambar
1 Tangki penyimpanan
alkohol di luar ruangan
3 Primari treatment
limbah vinase dengan
cooling tank
58
LAMPIRAN 3. ANALISA LABORATORIUM PS. MADUKISMO
59
30% sampai hampir tanda 110 dan tambahkan akuades hingga
batas 110. Tambahkan lagi tanah infusoria lalu digojok dan
disaring. Polarisasi diamati denga tabung polarisasi ke dalam
labu takar 100 mL dan ditambahakan HCL 1:1 lalu diamkan
selama 2-3 jam. Dua gram arang aktif ditambahkan digojok dan
disaring dan diamati polarisasi dalam tabung 2 dm. Suhu zat cair
dalam tabung dan suhu ruang polarisasi dicatat. Selanjutnya
kadar sakarosa akan dihitung dengan rumus.
Selanjutnya analisa pada produk setengah jadi yang
dilakukan pada hasil fermentasi meliputi parameter brix analisa
ini dilakukan tiap satu jam sekali pada tangki 26 (fermentor), dan
analisa kadar alkohol yang dilakukan ketika akan dilakukan
proses penyulingan.
60
Selain perlakuan pada sampel juga dibuat blanko sebagai
standart warnanya. Titrasi dari blanko yang dibuat akan
dimasukkan bersama dengan hasil titrasi pada sampel pada
sebuah hitungan hingga didapatkan nilai kadar glukosa.
2) Analisa alkohol
Analisa kadar alkohol yaitu dengan menggunakan alat alkohol
meter dan termometer. Nilai yang diperoleh dari alkohol meter
dan termometer akan disesuaikan dengan tabel kadar alkohol,
dimana nilai yang dihasilkan pada alkohol meter sebagai sumbu
x dan nilai yang dihasilkan pada termometer sebagai sumbu y.
Sumbu x dan y akan ditarik dan akan diperoleh hasil kadar
alkohol yang diperoleh.
Pengontrolan terhadap kualitas alkohol juga dilakukan pada
analisa produk. Analisa dilakukan terhadap alkohol teknis
maupun murni. Sampling dilakukan dalam jumlah tertentu dan
dikumpulkan selama 15 hari untuk dilakukan analisa tiap
setengah bulan. Selain dilakukan analisa kadar alkohol, pada
produk jadi dilakukan pengendalian mutu terhadap kualitas dari
produk tersebut dengan menerapkan uji kualitas alkohol yang
dihasilkan yaitu dengan uji barbet.
Uji barbet menggunakan pereaksi berupa KMNO4 yang
berwarna merah muda. Alkohol diambil beberapa mL dan
dimasukkan pada tabung reaksi serta ditambahkan KMNO4.
Letakkan tabung yang berisi larutan dalam air yang dingin, lalu
tunggu beberapa menit hingga warna merah muda hilang dan
memiliki warna yang hampir sama dengan blanko. Indikator yang
digunakan yaitu senakin lama alkohol dapat memeprtahankan
warna KMNO4 maka kualitas alkohol akan semakin bagus.
61
LAMPIRAN 4. LEMBAR KERJA PRAKTEK KERJA LAPANG
62
63
Tabel Volume limbah vinase PS. Madukismo tahun 2013 per bulan
Hasil pelaksanaan pemantauan bulanan tahunan2013
Faktor Satuan
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Debit
m3/bln 12466 14950 9828 11386,2 12530,8 13546 15598 16116,4 15662,6 11882,8
limbah
Produksi Ton/bln 624,1 694,8 358,5 527,7 559,5 598,1 678,2 576,9 625,8 446,2
Vol.limbah m3/ton 20 21,5 27,4 21,6 22,4 22,6 23 27,9 25 26,6
Tabel Uji kadar parameter pencemar limbah vinase PS. Madukismo
Paramet Hasil pelaksanaan pemantauan bulanan tahunan2013
Satuan NAB
er 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
BOD mg/L 100 3826 6329 8813 4438 4106 3160,26 4755 3890 3634 3496
COD mg/L 300 14956,8 23673,6 29904 20582 24368 7584,8 8905,6 6375,6 12666,4 25012
TSS mg/L 100 594 1378 274 239 342 466 114 926 310 196
Sulfida mg/L 0,5 62,8 178,4 53,12 36,2 25,2 1,79 77,12 24,4 65,62 28,8
Minyak
dan mg/L - 2,5 2,8 4,2 6,2 2,5 3,6 4,4 2,5 2,5 2,5
Lemak
pH - 6-9 4,1 4,8 4,4 7,1 4,3 4,6 4,7 4,1 4,4 4,5
Tabel uji beban pencemaran limbah vinase PS. Madukismo
Hasil pelaksanaan pemantauan bulanan tahunan2013
Parameter Satuan NAB
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
BOD Kg/ton 1,5 76,42 136,18 241,6 95,76 91,96 71,57 109,36 108,67 90,95 93,1
COD Kg/ton 4,5 298,75 509,38 819,8 444,1 545,76 171,78 204,82 178,11 317,02 666,1
TSS Kg/ton 1,5 11,86 29,65 7,51 5,16 7,66 10,55 2,62 25,87 7,76 5,22
Sulfida Kg/ton 0,008 1,25 3,84 1,46 0,78 0,56 0,04 1,77 0,68 1,64 0,77
Minyak dan
Kg/ton - 0,05 0,06 0,12 0,13 0,06 0,008 0,1 0,07 0,06 0,07
Lemak
pH - 6-9 4,6 5,4 5 5 5,4 4,1 4,1 4,4 4,3 4,5
63
Skema proses pembibitan hingga fermentasi (PS. Madukismo)
64
65
LAYOUT PS. MADUKISMO
lab
P .
lab atas
A M
A
lab
L S
A
K ST. peragian
A
rencana
N unit
tangki molase dehidrasi
St. fermentasi
Gd. Gula
sementara
PG Madukismo
gd.
St. sulingan
WELCOME
66