Anda di halaman 1dari 9

VITAMIN

Nama : Wigas Sathya Nugraha

NPM : 17700156

Kelas : 2017 – D

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I : Pendahuluan

 Latar Belakang ........................................................................................... 1


 Tujuan ........................................................................................................ 1

BAB II : Pembahasan

 Pengertian Pembangunan Ekonomi.. …………………………………….3


 Tujuan Pembangunan Ekonomi ................................................................. 3
 Unsur-Unsur Pembangunan Ekonomi ....................................................... 4
 Sifat-Sifat Pembangunan Ekonomi ............................................................ 4
 Dampak Pembangunan Ekonomi ............................................................... 5

BAB III : Penutup

 Kesimpulan ............................................................................................... 7
 Saran .......................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 8


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah


sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena
itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas
spesifik didalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat
rusak karena penyimpanan dan pengolahan.

Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolism energy,


pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau
sebagai bagian dari enzim. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk
apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein. Hingga sekarang fungsi
biokimia bebrapa jenis vitamin belum diketahui dengan pasti.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan
Menambah wawasan pembaca mengenai vitamin.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah


sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena
itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas
spesifik didalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat
rusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier,2009:151).

2.2 Fungsi

Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolism energy,


pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau
sebagai bagian dari enzim. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk
apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein. Hingga sekarang fungsi
biokimia beberapa jenis vitamin belum diketahui dengan pasti (Almatsier,
2009:152).

2.3 Vitamin Larut Lemak

 Vitamin A

Vitamin A ialah vitamin larut lemak yang dibutuhkan oleh seluruh


jaringan untuk pertumbuhan normal dan fungsi imun tubuh (Maulida dan
Pramono, 2015:323).

Masalah kekurangan vitamin A masih merupakan salah satu


permasalahan gizi masyarakat di Indonesia. Kekurangan vitamin A dapat
menyebabkan kebutaan, mengurangi daya tahan tubuh sehingga mudah
terserang infeksi yang dapat menimbulkan kematian. KVA lebih banyak
diderita oleh kalangan anak-anak. Hal ini disebabkan karena mereka
memiliki kebutuhan vitamin A yang tinggi akibat dari peningkatan
pertumbuhan fisik dan asupan makanan yang rendah (Kapil & Sachdev
2013).

Kekurangan vitamin A pada populasi dapat dilakukan pemeriksaan


secara biokimia dengan pemeriksaan serum retinol darah (11). Indikator
defisiensi vitamin A antara lain dapat dilihat dari konsentrasi retinol (12).
Anak-anak kekurangan vitamin A berisiko terhadap penyakit pernapasan
dan meningkatkan keparahan penyakit diare (13) (Elvandari. M. dkk,
2017:179).

 Vitamin D

Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit


dimana tulang tidak mapu melakukan kalsifikasi. Vitamin D dapat dibentuk
tubung dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapat cukup sinar
matahari konsumsi vitamin D melalui makanan tidak dibutuhkan. Karena
dapat disintesis didalam tubuh, vitamin D dapat dikatakan bukan vitamin,
tapi suatu prohormon. Bila tubuh tidak mendapat ukup sinar matahari,
vitamin D perlu dipenuhi melalui makanan (Almatsier. S,2009:167).

Vitamin D juga merangsang neurogenesis dan mengatur sintesis


faktor neurotropik yang penting untuk diferensiasi dan ketahanan hidup sel.
Sifat neuroprotektif vitamin D terlaksana melalui mekanisme antioksidatif,
imunomodulasi, pengaturan kalsium neuron, detoksifikasi, dan perbaikan
konduksi saraf. (Vera, dkk, 2015:39)

Defisiensi vitamin D dapat disebabkan gaya hidup yang cenderung


menghindari matahari, penggunaan tabir surya, asupan makanan kaya
vitamin D rendah. Defisiensi vitamin ini dapat diatasi dengan meningkatkan
sintesis vitamin D melalui fortifikasi, suplementasi vitamin D dan melalui
paparan sinar matahari. Paparan sinar matahari merupakan sumber vitamin
D yang paling baik dan tidak terdapat kasus intoksikasi vitamin D akibat
oleh paparan sinar matahari berlebihan. Orang-orang yang tinggal dekat
ekuator yang terpapar sinar matahari tanpa menggunakan pelindung sejenis
sunblock/tabir surya mempunyai konsentrasi serum 25(OH)D di atas 30
ng/mL.6 (Yosephin. B, 2014:257)

 Vitamin E

Vitamin E merupakan vitamin larut dalam lemak, dapat


memutuskan reaksi radikal bebas pada jaringan dan merupakan antioksidan
yang dominan dalam partikel LDL (Stiphanuk, 2000). Vitamin E berfungsi
melindungi asam-asam lemak dari oksidasi dengan cara menangkap radikal-
radikal bebas. Radikal vitamin E bersifat stabil dan tidak bereaksi dengan
asam-asam lemak PUFA (NIKI et al., 1995) (Fitriana, 2014:17-18)

Jika asupan vitamin C terlalu berlebihan akan menyebabkan vitamin


C radikal yang sifatnya sama dengan radikal bebas, dan dapat menjadi
pengkristalan di dalam ginjal ( Winarti, 2010: 81)

Vitamin E banyak terdapat pada minyak tumbuh-tumbuhan,


terutama minyak kecambah gandum dan biji-bijian. Minyak kelapa zaitun
hanya sedikit mengandung vitamin E. Daging, unggas, ikan dan kacang-
kacangan mengandung vitamin E dalam jumlah terbatas (Almatsier, 2009).
(Fitriana, 2014:20).

 Vitamin K
Vitamin Koagulation (vitamin K) merupakan kelompok senyawa
yang terdiri atas filokinon yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan
menakinon yang terdapat dalam minyak ikan dan daging. Menakinon juga
dapat disintesis oleh abkteri di dalam usus halus manusia.
Sejak lama fungsi vitamin K yang diketahui adalah dalam
pembekuan darah. Selain itu, tanpa vitamin K, tulang memproduksiprotein
yang tidak sempurna, sehingga tidak dapat mengikat mineral-mineral yang
diperlukan dalam pembekuan darah.
Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) merupakan
penyakit yang disebabkan oleh kurangnya vitamin K dalam tubuh. PDVK
adalah terjadinya perdarahan spontan atau perdarahan karena proses lain
seperti pengambilan darah vena atau operasi yang disebabkan karena
berkurangnya aktivitas faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (Faktor
II, VII, IX dan X) sedangkan aktivitas faktor koagulasi yang tidak
bergantung vitamin K. kadar fibrinogen dan jumlah trombosit masih dalam
batas normal. Kelainan tersebut akan segera membaik dengan pemberian
vitamin K dan setelah penyebab koagulopati lain disingkirkan. (Suoth, dkk,
2015 : 618)
Faktor penyebab lain defisiensi vitamin K “adalah kurang sintesis
vitamin K oleh bakteri usus karena pemakaian antibiotik berlebihan,
gangguan fungsi hati (kolestasis), kurang asupan vitamin K pada bayi yang
mendapat ASI eksklusif, serta malabsorpsi vitamin K akibat kelainan usus
ataupun akibat diare”. (Anastasia, 2016:440)

2.4 Vitamin Larut Air

 Vitamin C
Vitamin C dikenal sebagai senyawa utama tubuh yang dibutuhkan
dalam berbagai proses penting mulai dari pembuatan kolagen (protein
berserat yang membentuk jaringan ikat pada tulang), pengangkut lemak,
pengangkut electron dari berbagai reaksi enzimatik, pemacu gusi yang
sehat, pengatur tingkat kolestrol, serta pemacu imunitas (daya kekebalan
tubuh) ( Winarti, 2010: 74)
Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam
keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut vitamin
C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara terutama bila terkena
panas. (Cresna, dkk, 2014:121)
Vitamin C juga dibutuhkan selama kehamilan yang berfungsi
membantu penyerapan besi non heme dengan mereduksi besi ferri menjadi
ferro dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi. Vitamin C menghambat
pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan
besi bila diperlukan, sehingga risiko anemia defisiensi zat besi bisa
dihindari (Guntur 2004). Menurut Pernille (2012), kekurangan vitamin C
dapat menyebabkan kerusakan hipoccampus.(Astriningrum, dkk, 2017:32).
Dalam suatu buah sumber vitamin C, kadar vitamin C yang lebih
tinggi adalah pada bagian kulitnya dibandingkan bagian dagingnya dan
bagian dari buah yang paling sedikit mengandung vitamin C adalah bijinya.
(Putri & Setiawati, 2015:35).
Vitamin C di absorpsi melalui saluran cerna, pada bagian atas usus
halus secara difusi lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta.
Vitamin C terdistribusi luas dalam jaringan tubuh. Eliminasi vitamin C
melalui urin setelah ekskresi dari ginjal. Urin berbentuk utuh dan bentuk
garam sulfatnya terjadi apabila kadarnya dalam darah melewati ambang
rangsang ginjal 1,4 mg%. (Pakaya, 2014:46)
 Vitamin B1 ( Tiamin )
Vitamin B1 Merupakan vitamin larut air yang terlibat dalam
metabolisme glukosa dan lipid serta produksi neurotransmitter (Cook, et al.,
1998). Dalam makanan, tiamin dapat ditemukan dalam bentuk kompleks
protein-fosfat. Tiamin merupakan vitamin yang dibutuhkan untuk
menimbulkan nafsu makan, membantu penggunaan karbohidrat dalam
tubuh dan sangat berperan dalam sistem saraf (Almatsier, 2005). (Fauziah,
dkk, 2016:2).

Fungsi tiamin adalah mengatasi gangguan saraf otot seperti nyeri,


rematik, mengobati defisiensi beri - beri, lesu, jantung berdebar - debar dan
mengatasi ganguan metabolisme (Widodo, 2004; Pavlovic, 2013).
Kekurangan Vitamin B1 dapat menyebabkan berbagai gejala neurologis dan
gejala kardiovaskular. Gejala awal mungkin termasuk kelelahan, kelemahan
dan gangguan emosional, sedangkan kekurangan berkepanjangan dapat
menyebabkan polyneuritis (dikenal sebagai beri-beri kering) dan gagal
jantung atau edema perifer (beri-beri basah) (Thomson, 2000). (Fauziah,
dkk, 2016:2).
Daftar Pustaka
 Winarti, S. 2010. Makanan Fungsional. Edisi Pertama. Yogyakarta:
GRAHA ILMU.

Anda mungkin juga menyukai