Anda di halaman 1dari 16

LELAGON DOLANAN ANAK

DAN PENDIDIKAN KARAKTER

Widodo
Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Semarang
Email : widodo_unnes@ymail.com

Abstract
Children folksongs laras slendro and pelog are full of noble values of national cultures.
Nowadays, they are abandoned. Children as the subjects and appreciators of the songs get more
unfamiliar with the songs. The songs are less often heard in the family, schools, playground and
the place of living environments and other places of gathering for children. The lack of new
creation of folksongs worsens the condition. New creation of the songs is badly needed to
introduce, preserve, and plant the noble values of national cultures. When the songs and their
values can get to more and more children, the character development of the children will be
colored with the values of national cultures. They may grow and become generations that
respect values of national cultures.

Kata kunci: lelagon dolanan anak, pendidikan karakter, pelog dan slendro

dari wilayah pedesaan mengenal dan


PENDAHULUAN memiliki kenangan indah tentang
Lelagon dolanan anak pernah hidup beragam permainan tradisional dan
dekat dengan anak-anak. Setidaknya lelagon dolanan anak. Pengalaman indah
hingga sekitar tahun 1980-an kondisi tersebut terkenang hingga sekarang.
demikian masih dirasakan. Kita, terutama Lelagon dolanan anak menjadi bagian
yang pernah tinggal di pedesaan yang dari permainan anak-anak tradisional. Di
pada masa itu telah seusia anak-anak sela-sela permainan, lelagon dolanan anak
tentu memiliki kenangan indah. Anak- sering dilantunkan. Hal ini membuat
anak dengan riang gembira bermain suasana permainan semakin semarak,
sembari melantunkan lelagon dolanan anak akrab, indah, dan menyengangkan.
di halaman rumah, ruas-ruas jalan, Menthok-menthok, Kupu Kuwi, Gundhul
lingkungan sekolah, dan di tempat- Pacul, Cublak Suweng, Kate Dipanah, Sarsur
tempat berkumpul anak. Di sekolah, Kulonan, Buta Galak, Montor Cilik, Bocah
bapak dan ibu guru sering mengajarkan Dolan, Jambe Thukul, Ilir-ilir, Pitik Jambul,
lelagon dolanan anak, nembang macapat, Pitik Tukung, Sluku Bathok, Sapi, Gugur
mendongeng cerita rakyat, legenda, dan Gunung, Gajah-gajah, dan lain-lain adalah
pewayangan. Di rumah, kakek, nenek, sebagian dari repertoar lelagon dolanan
bapak, dan ibu juga sering melakukan hal anak karya leluhur yang telah dikenal dan
serupa sebagai pengantar tidur. disajikan oleh anak-anak pada saat itu.
Gobang sodor, tikupan (dhelikan), Karena sering disajikan dalam berbagai
kendhi gerit, dhakon, benthik, egrang, sudhah kesempatan maka anak-anak menjadi
mandhah, lodrong, dan masih banyak lagi bagian dari kehidupan lelagon dolanan
adalah jenis-jenis permainan tradisional anak. Tertanamnya rasa budaya tradisi
yang mewarnai kehidupan masa anak- bangsa kepada anak-anak membuat
anak. Rasanya hampir semua orang mereka merasa memiliki terhadap seni
terutama yang pernah tinggal atau berasal budaya bangsanya.
Bagi kita yang berkesempatan oleh para pelaku dan pendukungnya.
mengenal, mengalami, dan merasakan Karawitan Jawa mampu hidup hingga
indahnya permainan tradisional, lelagon kini karena ada pelaku maupun
dolanan anak, dongeng rakyat, cerita pendukung hasil bentukan masa lalu.
pewayangan, serta nembang macapat Keterasingan anak-anak terhadap
tentu dapat merasakan betapa banyak laras slendro dan pelog karena banyak
nilai luhur budaya bangsa yang sebab. Lingkungan sekitar anak baik
terkandung di dalamnya. Kesadaran keluarga, tempat bermain, sekolah,
pentingnya hidup bersama, santun, arif, maupun tempat-tempat berkumpul anak
toleran, religius, hormat pada sesama, lainnya langka didengar, dikenalkan, dan
cinta lingkugan hidup, dan cinta pada disajikan laras slendro dan pelog. Kebiasaan
budaya bangsa banyak diajarkan oleh seni anak-anak dalam bermain melalui media
tradisi. Karena sering diajarkan, didengar, dengan jenis-jenis mainan produk
dan disajikan dalam berbagai kesempatan industri yang didukung oleh musik non
maka nilai-nilai luhur yang tersimpan slendro dan pelog semakin mengasingkan
ikut andil dalam pembentukan mereka dari laras karawitan. Intensitas
kepribadian. bermain dan menonton media tinggi
Berbagai kenangan indah pada semakin menghilangkan memori anak-
masa anak-anak teringat kembali anak dari tangga nada slendro dan pelog.
manakala menyaksikan anak-anak Semakin sempitnya ruang untuk bermain
sekarang bermain. Jenis-jenis permainan di samping kesibukan anak yang relatif
anak-anak masa kini merupakan produk padat dalam menyiapkan proses belajar
teknologi dan industri yang cenderung pada pendidikan formal, serta tidak
bersifat individual, materialistik, sekuler, adanya upaya serius dari berbagai pihak
konsumtif, di samping praktis, ekonomis, untuk mengenalkan, menanamkan nilai
dan glamour. Vidio game, play station, luhur budaya bangsa, dan
otomotif, robot, senjata api, dan lain-lain mereaktualisasi aset seni tradisi budaya
adalah jenis-jenis permainan anak bangsa sesuai perkembangan jaman juga
sekarang yang memenuhi toko-toko dan menjadi faktor-faktor penyebab lain
tempat-tempat bermain anak. Karena semakin jauhnya jarak pisah anak-anak
memiliki daya pikat luar biasa maka dengan seni budaya bangsanya. Apabila
anak-anak pun menjadi kecanduan untuk kondisi demikian dibiarkan maka
terus mencoba dan memilikinya. kekhawatiran akan hilangnya rasa
Budaya memang terus berubah kebangsaan, kecintaan, dan kebanggaan
karena pengaruh berbagai faktor baik pada bangsa dan seni budayanya tidak
ekternal maupun internal. Memasuki era mustahil dapat terjadi.
gobalisasi lelagon dolanan laras slendro dan Beberapa butir permasalahan
pelog semakin menjadi barang asing di berkait dengan kondisi lelagon dolanan
kalangan anak-anak. Dewasa ini jarang anak laras slendro pelog dalam lembaga
dijumpai anak-anak melantunkan lelagon pendidikan SD/MI dan upaya
dolanan anak laras slendro dan pelog. Bagi mewujudkan generasi berkharakter yakni:
para pecinta karawitan Jawa keadaan 1) Kondisi pengenalan lelagon dolanan anak
demikian mengkhawatirkan. Salah satu laras sléndro pélog di SD/MI di Jawa
aset seni budaya warisan leluhur bangsa Tengah; dan 2) Nilai-nilai luhur lelagon
yang dikenal adiluhung terancam dolanan anak laras slendro dan pelog
kehilangan pendukung. Kelangsungan sebagai elemen penyumbang
hidup laras slendro dan pelog ditentukan pembentukan kharakter.
Karawitan merupakan seni suara dinotasikan dalam buku-buku atau
baik vokal maupun instrumental yang catatan-catatan lain yang disebut notasi
berlaras slendro maupun pelog gendhing sebenarnya bukan notasi
(Martopangrawit, 1975:1). Secara gendhing melainkan notasi balungan
etimologis, karawitan berasal dari kata gendhing. Balungan gendhing dapat
rawit mendapatkan awalan ka dan akhiran disebut gendhing apabila telah dimainkan
an. Kata rawit berarti halus, rumit. secara bersama-sama oleh para penyanyi
Karawitan dimaknai sebagai janis musik dengan segenap kreatifitasnya.
tradisi Nusantara yang memiliki (Supanggah, 2000:6).
kehalusan, kompleksitas, dan keindahan
Laras selain digunakan untuk
garap musikal tingkat tinggi. Dalam
menyebut nada juga tangga nada. Laras 1
budaya karawitan di Indonesia, gamelan
berarti nada 1, laras 2 berarti nada 2, dan
digunakan untuk menyebut seperangkat
seterusnya. Sedangkan laras pelog berarti
alat musik karawitan. Seperangkat ricikan
tangga nada pelog, laras slendro berarti
(instrumen) gamelan sebagaian besar
tangga nada slendro. Laras dalam arti
terdiri atas alat musik perkusi yang
nada adalah bunyi yang dihasilkan oleh
dibuat dari bahan utama logam
sumber bunyi yang bergetar dengan
(perunggu, kuningan, besi atau logam
kecepatan getar teratur. (Jamalus, 1988:
lainnya) dan dilengkapi dengan beberapa
16). Jika sumber bunyi bergetar dengan
alat dari bahan kayu, kulit maupun
cepat maka bunyi yang dihasilkannya
campuran dari ketiga bahan tersebut.
tinggi. Jika getaran sumber bunyi itu
(Supanggah, 2002: 12-13)
lambat, maka bunyi terdengar rendah.
Lagu dalam dapat berarti melodi
Semua nada musikal terdiri atas empat
dan ganding. Gending adalah komposisi
unsur, yakni: (1) tinggi-rendah nada, (2)
musikal karawitan atau musik gamelan.
panjang-pendek nada, (3) keras-lemah
(Sumarsam, 2003: 345 ). Semula istilah
bunyi nada, dan (4) warna suara. (Miller,
gendhing digunakan untuk menyebut
2001: 24). Dalam dunia karawitan notasi
bentuk komposisi musikal karawitan di
sebagai simbul laras disebut titilaras.
lingkungan istana (keraton) Surakarta dan
Tangga nada atau laras oleh Jamalus
Yogyakarta. Tetapi dalam perkembangan
(1988: 16-17) diartikan sebagai
gendhing juga digunakan oleh masyarakat
serangkaian nada berurutan dengan
luas untuk menyebut komposisi
perbedaan tertentu membentuk sistem
karawitan yang berasal dari tradisi
nada.
karawitan istana maupun rakyat
Penotasian laras (nada) dalam
pedesaan tanpa deferensiasi (Rustopo,
karawitan Jawa menggunakan sistem
2000:34). Dalam arti khusus gendhing
notasi Kepatihan. Sistem penotasian
adalah susunan nada dalam karawitan
karawitan Jawa ini dimunculkan oleh
(Jawa) yang telah memiliki bentuk.
Adipati Sasradiningrat IV pada jaman
Terdapat beberapa macam bentuk
Pakubhuwana X. Nada-nada pada
gendhing, yakni: kethuk 4 arang, kethuk 8
gamelan Jawa ditulis dengan
kerep, kerhuk 2 arang, kethuk 4 kerep, kethuk
menggunakan simbul angka satu sampai
2 kerep, ladrang, ketawang, lancaran, sampak,
tujuh. Pembacaan notasi tersebut secara
srepeg ayak-ayak, kemuda dan jineman.
berurutan yakni: 1 dibaca ji, 2 dibaca ro, 3
(Martopangrawit, 1975:3). Gendhing juga
dibaca lu, 4 dibaca pat, 5 dibaca ma, 6
berarti balungan (dasar, kerangka, sketsa)
dibaca nem, dan 7 dibaca pi. Dalam laras
gendhing yang dimainkan bersama.
slendroterdapat lima nada, yakni: 1, 2, 3, 5,
Komposisi karawitan yang ditulis atau
dan 6, sedang pelog tujuh nada yakni: 1,2, Tema teks, bahasa, dan garap musikal
3, 4, 5, 6, dan 7. (Pradjapangrawit, 1990: lelagon dolanan anak disesuaikan dengan
169). kondisi pisik dan psikis anak.
Hardjosoebroto (1980 :83) dalam Malvin Rader dalam buku Arti Nilai
perbandingan delapan sistem musik dan Seni (terj. Johny Prasetyo, 1976:1)
dunia: antara lain: laras pelog, laras purba, mengatakan bahwa nilai adalah hasil
musik Tailand, laras Chr Hugens, musik yang dicapai atau kepuasan yang
Internasional, laras musik 17 nada, musik diperoleh dari adanya kepentingan-
Hindu, dan laras slendro mengatakan kepentingan. Mengejar kepentingan
bahwa laras slendro dan pelog merupakan hidup menjadi menarik, dan kepuasan
kebanggaan bangsa Indonesia. Pada yang diperoleh dari berbagai kepentingan
skema perbandingan laras ke 8 laras musik tersebut menjadikan hudup lebih indah.
dunia tersebut, tempat kedua laras kita itu Beragam kepentingan hidup melahirkan
paling berjauhan. Laras pelog mempunyai bergam nilai. Kepentingan hidup yang
kwint yang terkecil yakni, 666 2/3 cent, bermacam-macam seperti: kesehatan,
sedang laras slendromempunyai kwint keamanan, ekonomi, persahabatan,
yang terbesar yaitu 720 cent. sepritual, kekuasaan, estetik, dan lain-lain
Hardjito (2001 :4) mengatakan melahirkan bermacam-macam nilai pula
bahwa laras slendro memiliki padantara 5 seperti: nilai keamanan, kekuasan,
nada per oktaf (Jawa gembyang). Interval ekonomi, persahabatan, kesehatan, dan
atau jarak nada antara kelima nada pada nilai sepiritual, serta nilai estetik.
laras slendro relatif sama. Bila satu oktaf Jakob Sumarjo (2000:135)
(gembyang) berjarak 1200 cent, maka mengatakan bahwa nilai adalah sesuatu
interval nada-nada laras slendro kurang yang bersifat subjektif bergantung pada
lebih 240 cent. Interval nada yang manusia yang menilainya. Karena
demikian itu menjadikan laras slendro subjektif, maka setiap orang, kelompok
memiliki rasa laras yang khas, amat orang atau masyarakat memiliki nilai-
berbeda dengan tangga nada musik dunia nilainya sendiri-sendiri. Sesuatu
lainnya. Sedangkan laras pelog memiliki 7 dikatakan mengandung nilai seni atau
buah nada dengan interval yang berbeda- tidak amat bergantung orang di luar
beda. dirinya atau kelompoknya yang menilai.
Lelagon merupakan kata bentukan Nilai juga berkonteks praktis. Dalam hal
la-lagu-an. Dalam bahasa Jawa la-la biasa ini sesuatu dianggap bernilai karena
dibaca le-la. Sedangkan gu-an digarba dianggap memiliki kegunaan dalam
(digabungkan) menjadi gon. Kata lalagon kehidupan. Faktor kebudayaan turut
juga sering ditulis lelagon. Lelagon dapat menentukan pandangan seseorang
diartikan sebagai kumpulan atau terhadap seni. Dengan demikian seni
melagukan lagu-lagu. Sedangkan kata sebenarnya kontekstual karena nilai-
dolanan berasal dari kata dasar dolan. nilainya bersifat kontekstual
Dolan berarti bermain. Dolanan dapat berhubungan dengan keperluan praktis
diartikan permainan. Dolanan anak dan fungsioanl.
artinya permainan anak-anak.
Pendidikan adalah upaya untuk
Lagu/lelagon dolanan anak adalah
mencapai kedewasaan subjek didik yang
komposisi musikal karawitan Jawa baik
mencakup baik segi intelektual, jasmani
vokal maupun instrumental yang
dan rokhani, sosial maupun emosional.
dirancang sedemikian rupa untuk
Rohidi (1994) menyatakan bahwa
memenuhi keperluan musikal anak-anak.
pendidikan mempunyai peranan yang dan cita rasa keindahan, yang tertuang
penting atau strategis untuk dalam kegiatan berekspresi,
mengembangkan rasa percaya diri, sikap bereksplorasi, berkreasi dan berapresiasi
dan perilaku yang inovatif, serta kreatif. melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan
Kementerian Pendidikan Nasional peran (Depdiknas, 2001: 7). Melalui
telah menetapkan program pendidikan pendidikan seni anak dilatih untuk
berkarakter. UU Sisdiknas tahun 2003 memperoleh keterampilan dan
pasal I menyatakan bahwa di antara pengalaman mencipta yang disesuaikan
tujuan pendidikan nasional ialah dengan lingkungan alam dan budaya
mengembangkan potensi peserta didik setempat. serta untuk memahami,
untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, menganalisis, dan menghargai karya seni.
dan akhlak mulia. Amanah UU itu
bermaksud agar pendidikan tidak hanya METODE
membentuk insan cerdas namun juga Tujuan akhir penelitian adalah
berkepribadian atau berkarakter sehingga tercipta media audiovisual lelgon dolanan
kelak lahir generasi bangsa dengan anak laras slendro pelog ciptaan dan
karakter yang bernafas nilai-nilai luhur garapan baru dilengkapi buku ajar. Untuk
budaya bangsa. Terdapat sembilan pilar itu dilakukan berbagai tahap penelitian,
karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur seperti pemetaan kondisi pembelajaran
universal, yaitu: pertama, karakter cinta lelagon dolanan anak di SD/MI di Jawa
Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, Tengah, harapan para pengguna dan
kemandirian dan tanggungjawab; ketiga, pakar karawitan Jawa dan penyediaan
kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, media dan buku ajar.
hormat dan santun; kelima, dermawan, Dalam konteks penelitian untuk
suka tolong-menolong dan gotong pembuatan produk maka pendekatan
royong/kerjasama; keenam, percaya diri adalah reaearch and development (R&D).
dan pekerja keras; ketujuh, Borg dan Gall (1983:775-776) mengatakan
kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, pendekatan reaearch and development
baik dan rendah hati, dan; kesembilan, sebagai berikut: 1) kaji situasi &
karakter toleransi, kedamaian, dan identifikasi pendekatan; 2) kembangkan
kesatuan (Suyanto, 2010) produk baru; 3) uji coba produk; 4) revisi
Pendidikan Seni Budaya hingga berhasil; dan 5) terapkan. Ada 10
Pendidikan seni budaya di langkah dalam pelaksanaan R&D yakni:
sekolah, sebagai dasar dalam membentuk 1) Research and information collecting, 2)
jiwa dan kepribadian. Pendidikan seni Planing, 3) Develop prenliminary form of
dapat dijadikan dasar pendidikan. Untuk product, 4) Preliminary field testing, 5) Main
membentuk kepribadian yang baik dapat product revision, 6) Main field testing, 7)
dilakukan melalui pendidikan seni. Operational product revision, 8) Operational
Kesenian merupakan elemen yang field testin, 9) Final product revision, dan
esensial dalam pembentukan watak 10) Dominition and implementatation.
setiap individu dan faktor yang
mendasari setiap penciptaan karya seni, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
oleh karena itu pendidikan seni; sebagai Sumber data terdiri atas: pertama,
subsistem dalam pendidikan nasional nara sumber yakni orang-orang yang
tidak dapat diabaikan. (Rohidi, 2000:5). terlibat secara langsung maupun tidak
Melalui pendidikan seni budaya dengan dalam proses pembelajaran lelagon dolanan
bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik anak slendro-pelog antara lain: 1) guru seni
budaya atau pelatih seni karawitan Jawa pembelajaran. Sampel dilakukan dengan
anak-anak SD/MI; 2) kepala sekolah menentukan wilayah kawasan budaya
SD/MI sebagai penentu kebijakan; 3) strategis di Jawa Tengah, yakni: pantura,
pakar seni karawitan Jawa sebagai Surakarta (keraton), dan Banyumas.
pemberi sumbang saran; dan 4) nara Pantura dipilih dengan asumsi
sumber lain seperti panitia Pekan Seni masyarakatnya memiliki pemahaman
Pelajar SD/MI cabang seni karawitan terhadap seni budaya khas. Selain diambil
Diknas Propinsi Jawa Tengah. Kedua, dari proses pembelajaran di beberapa
proses pembelajaran seni budaya lelagon SD/MI di wilayah ini, pemenang lomba
dolanan anak di SD/MI. Ketiga, Pekan Seni SD baik eks karesidenan Pati,
dokumen yang berkaitan dengan Pekalongan dan Semarang juga menjadi
penelitian ini berupa: data sekolah, guru, fokus pencermatan. Kawasan budaya
siswa, serta sarana prasarana kedua adalah Surakarta (keraton) sebagai
pembelajaran seni budaya di SD/MI di pusat dan sumber budaya Jawa. Selain
Jawa Tengah. beberapa SD/MI di kota tersebut, SD/MI
Data penelitian diperoleh melaui pemenang lomba karawitan Pekan Seni
angket, pengamatan, dan wawancara. SD/MI di tingkat eks karesidenan
Angket digunakan untuk mendapatkan Surakarta juga merupakan sumber data
data tentang respon pengguna terhadap mewakili kawasan budaya setempat.
lelagon dolanan anak slendro pelog yang Ketiga adalah Banyumas yang dikenal
telah dibuat. Angket deberikan kepada memiliki gaya karawitan khas disebut
para guru pengampu mata pelajaran seni Banyumasan. Selain beberapa SD di
budaya, anak-anak SD/MI, serta pelaku kabupaten Banyumas dan sekitarnya,
seni karawitan Jawa. Dari angket ini SD/MI pemenang lomba karawitan
diharapkan mendapatkan informasi Pekan Seni SD/MI tingkat eks
tentang hal-hal yang diperlukan dan tidak karesidenan Banyumas merupakan
diperlukan dari kalangan pengguna. sumber data penting.
Pengamatan dilakukan antara lain: 1)
melalui lomba karawitan anak dalam Lokasi dan Objek
rangka Pekan Seni SD/MI baik di tingkat Lokasi penelitian adalah Jawa
Kabupaten/Kota, eks Karesidenan, Tengah dengan penentuan antara lain: 1)
maupun Propinsi Jawa Tengah yang kawasan budaya pantura (pantai utara
menggunakan materi lomba lelagon Jawa), 2) Kota Surakarta (keraton); dan 3)
dolanan anak slendro pelog khususnya kawasan budaya Banyumas. Fokus
ciptaan peneliti; 2) proses pelatihan pencermatan dilakukan pada peserta
karawitan anak-anak khususnya yang pemenang lomba cabang seni karawitan
menggunakan materi latih lelagon dolanan anak-anak pada Pekan Seni Pelajar
anak slendro pelog; dan 3) proses SD/MI tahun 2008, 2009, dan 2010 tingkat
pelaksanaan pembelajaran seni budaya di Kabupaten/Kota maupun eks
SD/MI. Sedangkan metode wawancara karesidenan di wilayah masing-masing.
dilakukan melalui percakapan langsung Objek penelitian adalah kegiatan
dengan narasumber sebagaimana telah lomba seni karawitan anak, proses
disebut.. pelatihan karawitan anak dan proses
belajar mengajar seni budaya di sekolah
Populasi dan Sampel khususnya yang menggunakan materi
Populasi penelitian adalah anak- lelagon dolanan anak slendro-pelog terutama
anak dan guru SD/MI sebagai pelaku ciptaan dan garapan baru. Objek
penelitian juga lelagon dolanan anak yang perlu lelagon dolanan anak laras slendro dan
telah dibuat dan digunakan sebagai bahan pelog sebagai aset budaya bangsa yang
dan materi ajar oleh pihak pengguna. menyimpan nilai-nilai luhur diajarkan di
Subjek penelitian adalah guru dan atau SD/MI. Namun untuk mewujudkannya
pelatih karawitan Jawa anak-anak serta ditemukan beberapa kendala seperti:
siswa-siswi SD/MI sebagai peserta didik. kompetensi guru, sarana dan prasarana
Teknik Analisis Data termasuk materi dan media ajar.
Teknik analisis data menggunakan
metode deskriptif-kualitatif, yaitu data HarapanKepala Sekolah
yang terkumpul dideskripsikan secara Busri Efendi, Kepala Sekolah SD
rinci dalam bentuk paparan kalimat- Bandung Rejo I Mranggen, Demak
kalimat. Langkah-langkah analisis data mengatakan bahwa lelagon dolanan anak
penelitian ini setelah mendapatkan merupakan lagu-lagu yang dinyanyikan
masukan yang didasarkan pada logika, oleh anak-anak sambil bermain. Beberapa
teori, pengalaman, dan fenomena yang lelagon dolanan anak pernah dinyayikannya
ada. Langkah selanjutnya adalah antara lain: Pitik Walik Jambul, Buta Galak,
menganalisis data dengan Jambe tukul, Ilir-ilir, dan lain-lain. Ia
mengidentifikasi kasus, membandingkan berharap lelagon dolanan anak yang sarat
antar kasus, interpretasi, dan kemudian nilai luhur dapat dilestarikan. Di
melakukan verifikasi. sekolahnya lelagon dolanan anak sléndro
pélog dikenalkan melalui mata ajar bahasa
HASIL DAN PEMBAHASAN Jawa dan seni suara daerah. Pernyataan
yang mirip disampaikan oleh Wasup SP.,
Lelagon Dolanan Anak di SD/MI kepala Sekolah SD Negeri Buaran 01 Jati
Pada bagian ini disampaikan Barang, Brebes. Ia mengatakan bahwa
kondisi pengenalan lelagon dolanan anak lalagon dolanan anak merupakan lagu-lagu
di SD/MI di Jawa Tengah. Paparan yang baik dan menyenangkan untuk
dilakukan secara deskriptif atas dasar dimainkan oleh anak-anak. Di dalam teks
data 90 SD/MI di kawasan budaya lagu juga terdapat pitutur (ajaran) luhur
Pantura, Banyumas, dan Keraton yang perlu dikenalkan kepada siswa
Surakarta Jawa Tengah. Guru/kepala SD/MI agar mereka tumbuh menjadi
sekolah, pelatih, serta siswa merupakan warga bangsa yang berbudi pekerti luhur
sumber informasi yang terkait dengan serta cinta tanah air.
kebijakan sekolah, kompetensi guru dan Sumarno, Kepala Sekolah SD N
metode pengajaran serta tanggapan siswa Patihan 01 Jetak Tani Desa Jetak
terhadap mata ajar lelagon dolanan anak. Sidoharjo, Sragen juga pelaku dan pelatih
Ketersediaan sarana-prasarana karawitan Jawa mengatakan bahwa sejak
pembelajaran juga menjadi objek yang tahun 1994 di sekolahnya telah diajarkan
dicermati. tembang macapat dan lelagon dolanan anak
melalui mata ajar Seni Suara Daerah.
Harapan Sekolah Repertoar lelagon dolanan anak lama
Lembaga pendidikan formal SD/MI terpaksa digunakan sebagai materi ajar
merupakan tempat strategis untuk walaupun tema, bahasa, dan makna teks
menanamkan nilai-nilai luhur budaya telah asing bagi anak karena sulit
bangsa. Pada umumnya fihak sekolah ditemukan materi baru yang baik untuk
SD/MI seperti: kepala sekolah, anak. Ia berharap dapat disediakan lelagon
guru/pelatih, dan siswa menganggap dolanan anak slendro pelog baru dengan
tema teks aktual bagi anak-anak. Bahasa Harapan Guru dan Pelatih
pada cakepan lelagon sebaiknya dibuat Beberapa guru/pelatih yang
komuniukatif dan mengandung pesan dimintai masukan orang yang memiliki
budi pekerti luhur. Agar anak-anak pengetahuan dan keterampilan bidang
mampu menyajikan, nada-nada yang karawitan Jawa dan terlibat langsung
tersusun tidak merambah pada nada dalam proses pembelajaran seni budaya
terlalu tinggi atau terlalu rendah. dan persiapan lomba pekan seni pelajar
Juremi Hadi, Kepala Sekolah SD N SD/MI bidang karawitan. Surawan, guru
Seren, Sulang, Rembang juga pemain SD N Sempor, Kebumen, pelatih
gamelan dan ketoprak mengatakan karawitan Jawa anak-anak yang beberapa
bahwa bahasa pada lelagon dolanan anak kali menjuarai lomba karawitan anak-
sebaiknya mudah dimengerti oleh anak- anak pada Pekan Seni Pelajar di Tingkat
anak. Apabila terpaksa menggunakan eks karesidenan Kedu dan Propinsi Jawa
bahasa asing perlu diberi penjelasan Tengah memberikan saran antara lain: 1)
melalui buku ajar. Ajakan cinta pada tema teks lagu aktual dan dikenal oleh
budaya sendiri, hormat pada orang tua anak-anak, misalnya: game, komputer,
dan nenek moyang serta cinta taanah air film kartun, dan lain-lain. Tetapi tema
perlu ditekankan. tentang ketuhanan, moral, budi pekerti
Koesnendi, Kepala Sekolah SD N juga penting dalam lelagon dolanan anak.
Keramat 02 Desa Sewaka Pemalang, Ciri khas daerah yang berkenaan dengan
tokoh karawitan Jawa di daerah setempat hasil produksi pertanian, pariwisata,
memberikan beberapa masukan dalam makanan, seni budaya, dan lain-lain
lelagon dolanan anak sléndro pélog ciptaan dapat dipertimbangkan sebagai tema teks
baru, yakni: 1) lelagon dolanan anak lelagon; 2) Bahasa pada teks lelagon mudah
dibuat dalam bentuk audiovisual disertai dimengerti oleh anak; 3) Bentuk gendhing
buku ajar; 2) tema lelagon tentang budaya cukup lancaran, srepeg, ketawang atau
Jawa Tengah; 3) musikalitas lelagon sesuai paling besar ladrang; 4) Garap musikal
kondisi fisik dan psikis anak-nak; 4) lelagon dinamis sesuai kondisi anak. 5)
lelagon dolanan anak dapat dikolaborasikan Nada lagu paling tinggi 2 cilik paling
dengan tari agar dapat digunakan sebagai rendah nada 5 gedhe.1
musik tari anak; 5) Teks lelagon dolanan Indrawan Nur Cahyono, pelatih
komunikatif dan berisi pitutur luhur. tembang dan karawitan Jawa di SD
Selanjutnya Koesnendi berharap lelgon Citarum I, II, II Kota Semarang merasa
dolanan anak dapat disampaikan kepada kesulitan untuk mendapatkan materi dan
anak agar nilai-nilai luhur budaya bangsa media ajar lalagon dolanan anak sléndro
tertanam di hati generasi penerus. pélog yang sesuai kondisi anak-anak
Harapan para kepala sekolah sekarang. Repertoar lelagon dolanan lama
SD/MI pada umumnya hampir sama seperti Gundhul-gundhul Pacul, Sluku-sluku
yakni lelagon dolanan Bathok, Jambe-jambe Thukul, Ilir-ilir, Cublak-
anak sléndro pélog perlu dikenalkan kepada cublak Suweng, Pendhisil, dan lain-lain dari
siswa agar nilai-nilai luhur budaya aspek teks lagu sulit dimengerti. Ia
bangsa yang tersimpan dapat dikenal oleh berharap dapat disediakan lelagon
oleh anak-anak. Mempelajari lelagon dolanan anak yang mempertimbangkan
dolanan anak secara tidak langsung kondisi anak-anak dan jaman.
menginternalisasi nilai-nilai luhur budaya
bangsa dalam diri anak-anak.
Tanggapan para guru dan pelatih Surakarta (TBS) mengatakan bahwa
seni di SD/MI umumnya hampir sama sepeninggal Ki Nartosabdho maestro
yakni bahwa nilai-nilai luhur budaya baik karawitan Jawa yang produktif mencipta
yang tersimpan perlu disampaikan gending pada era 1950-an hingga 1980-an,
kepada anak-anak agar kelak mereka serta komponis-komponis lain se-jaman
tumbuh menjadi generasi yang seperti: Ki Martapangrawit dan Ki
berkepribadian. Pelatih yang berlatar Cakrawarsito hingga kini belum muncul
belakang karawitan memberi masukan pencipta karawitan dan karya gendhing-
konstruktif untuk untuk menyediakan gendhing Jawa baru yang memasyarakat.
media dan bahan ajar lelagon yang sesuai Lukas Danasmara memberi masukan
kharakter anak, antara lain tema lagu untuk lelagon dolanan anak ciptaan baru,
aktual, bahasa teks komunikatif, ambitus antara lain: 1) tema teks lagu aktual; 2)
disesuaikan dengan kemampuan fisik isi teks menumbuhkan kecintaan pada
anak, dan garap musikal energik serta lingkungan alam, budaya, dan bangsa; 3)
dinamis. bahasa teks lagu komunikatif; 4) potensi
dapat dipikirkan sebagai tema atau judul
Harapan Murid lagu; 5) teba wilayah lagu
Beberapa siswa SD/MI peserta mempertimbangkan kemamampuan fisik
lomba di berbagai tingkat dan tempat di anak; 6) garap musikal gendhing dinamis.
Jawa Tengah dimintai tanggapan Sugiarto, pegawai di Dinas
mengenai beberapa lelagon dolanan anak Pariwisata Kabupaten Cilacap dan tokoh
ciptaan peneliti seperti: Tari Bali (sebagai karawitan Jawa didaerah setempat
materi lomba pekan seni pelajar tahun mengatakan bahwa kehidupan musik
2008), Nonton Wayang (materi pekan seni lokal termasuk lelagon dolanan anak
pelajar tahun 2009), dan Swara Kewan sléndro pélog memprihatinkan, terdesak
(materi pekan seni pelajar tahun 2010). oleh produk seni industri hiburan modern
Mereka senang dalam menyajikannya. yang melimpah. Agar musik daerah
Siswa-siswa SD/MI peserta lomba mampu hidup di tengah era global perlu
karawitan anak pekan seni pelajar dilakukan upaya pelestarian dan
umumnya berharap agar lomba tahunan pengembangan yang sungguh-sungguh
yang diselenggarakan oleh Diknas dari berbagai fihak.
kota/kabupaten maupun provinsi tetap Wuryanto, pelatih karawitan anak
dilakukan selain sebagai wahana SD N Bandungan 01 Jatinom Klaten
silaturahmi antar kelompok peserta sebagai pemenang pada lomba pekan seni
lomba, mereka juga merasa senang dapat pelajar tingkat Propinsi Jawa Tengah
bermain gamelan Jawa dan nembang tahun 2008, mengatakan bahwa hal-hal
Jawa, kenal bahasa Jawa melalui teks yang perlu diperhatikan dalam
tembang, dapat mengenakan busana adat penciptaan lelagon dolanan anak antara
Jawa dan berkesempatan pentas di lain: tema, bahasa, dan musikalitas
hadapan kalayak. gendhing disesuaikan dengan kondisi pisik
dan psikis anak. Tema teks lagu dikenal
oleh anak, bahasa teks lagu komunikatif,
Lelagon Dolanan Anak Harapan Pakar musikalitas lelagon dinamis, atraktif dan
Karawitan Jawa ambitus dapat dijangkau oleh anak.
Lukas Danasmara, pencipta, Juwandi, pelatih karawitan Jawa
penggarap dan penyaji karawitan Jawa, kelompok anak-anak dari Sragen sebagai
pegawai Taman Budaya Jawa Tengah Juara I Pekan Seni Pelajar tingkat Jawa
Tengah tahun 2009, guru seni di SD Kendala utama untuk
Fransiskus Jl. Rokan Sragen mengatakan mengajarkan lelagon dolanan anak laras
bahwa selama bahan dan media ajar slendro dan pelog adalah kompetensi
lelagon dolanan anak juga tembang macapat guru. Dari 56 guru SD/MI yang dimintai
untuk SD langka. Ia menyambut baik keterangan, sisi penguasaan terhadap
penciptaan dan penyusunan lelagon lelagon dolanan anak laras slendro pelog
dolanan anak sléndro pélog sebagai bahan lemah. Mereka dapat menyebut judul
dan media ajar di SD/MI sebagai repertoar lelagon dolanan anak sléndro pélog
referensi. Anak-anak sebagai generasi tetapi umumnya kurang paham terhadap
penerus perlu dikenalkan lebih awal pada teks dan lagu Beberapa lelagon yang
seni budaya bangsa agar kelak memiliki disebut-sebut antara lain: Gundhul Pacul,
rasa cinta pada bangsa sendiri. Ilir-ilir, Buta Galak, Sluku Bathok, Pitik
Ahli karawitan Jawa sebagai Walik Jambul, Pitik Tukung, Wajibe Dadi
narasumber berjumlah 18 orang. Mereka Murid, Tikus Pithi, Kate Dipanah, dan lain-
dipilih bukan hanya karena pakar lain. Aspek lelagon yang dianggap paling
dalam bidang ini melainkan juga sulit adalah lagu dengan laras slendro dan
terlibat langsung dalam proses pelog. Laras slendro dan pelog berikut
pembelajaran/pelatihan lelagon dolanan pembacaan notasinya juga asing di
anak sléndro pélog di kelas maupun di kalangan guru. Laras slendro bagi mereka
luar kelas untuk mempersiapkan merupakan laras yang amat sulit
berbagai keperluan pentas termasuk disuarakan. Karena guru kurang
lomba. Golongan masyarakat inilah menguasai slendro dan pelog maka
yang bekerja paling keras dalam upaya tembang, lelagon dolanan anak, dan
melestarikan dan mengenalkan lelagon karawitan Jawa langka terdengar di
dolanan anak laras slendro pelog berikut sekolah. Mata ajar tembang baru
nilai-nilai luhur yang tersimpan di diberikan di SD/MI manakala di sekolah
dalamnya kepada anak-anak. Atas tersebut memiliki guru yang relative
perjuangan mereka lelgon dolanan anak menguasai laras slendro dan pelog.
sléndro pélog kini masih tertunda Atas dorongan ingin mengajarkan
kepunahannya. tembang Jawa pada siswa untuk berbagai
persiapan keperluan utamanya lomba,
Kendala Proses Pengajaran Lelagon maka sekolah kemudian mengangkat
Dolanan Anak pelatih dari luar sekolah yang dianggap
Terdapat beberapa hambatan pada memiliki kemampuan karawitan dan
proses pembelajaran lelagon dolanan anak tembang Jawa. Tetapi untuk melakukan
sléndro pélog di SD/MI antara lain: 1) tindakan demikian tidak semua SD/MI
kompetensi guru/pelatih kurang memiliki kemampuan terutama secara
memadai; 2) keterbatasan bahan dan finansial. Sekolah yang tidak memiliki
media ajar; 3) keterbatasan waktu kemampuan finansial lebih memilih tidak
pembelajaran; 4) keterasingan anak mengajarkan tembang-tembang Jawa.
terhadap laras slendro dan pelog; dan 5)
keterbatasan kemampuan berbahasa Keterbatasan Bahan dan Media Ajar
Jawa. Keterangan selengkapnya tentang Buku dan media ajar lelagon
berbagai kendala sebagai berikut. dolanan anak untuk SD/MI amat langka.
Kadang-kadang ditemukan buku atau
Kompetensi guru media berjudul lagu atau tembang dolanan
anak namun setelah dilihat ternyata
bukan dalam arti lelagon dolanan anak maupun provinsi umumnya melakukan
laras slendro dan pelog melainkan laras pelatihan karawitan Jawa di luar jam
diatonik musik Barat. Pada lain pelajaran sekolah karena durasi waktu
kesempatan kadang ditemukan literatur pelajaran seni budaya di kelas tidak amat
lelagon dolanan anak laras slendro dan terbatas. Pada menjelang
pelog namun dalam bentuk yang sangat penyelenggaraan lomba karawitan anak
sederhana, yakni tulisan tangan maupun tembang macapat pada berbagai
kumpulan notasi gending-gending tempat dan keperluan, umumnya sekolah
dolanan lama tanpa keterangan. Untuk yang akan mengirimkan peserta
dapat mengaksesnya pun tidak mudah. mengalokasikan waktu khusus dengan
Pemiliknya biasanya seorang pengrawit, jumlah dan durasi pertemuan bervariasi.
pesindhen, dalang atau anggota Tambahan frekuensi dan waktu
masyarakat lain yang menekuni pertemauan dilakukan untuk
karawitan Jawa. Kepemilikan notasi mempersiapkan calon peserta lomba
lelagon dolanan anak tersebut digunakan sebaik mumngkin agar memperoleh
untuk kalangan sendiri. nominasi dalam lomba.

Keterbatasan Waktu Pembelajaran Keterasingan Anak terhadapLlaras


Pelajaran seni budaya di sekolah Slendro dan Pelog
biasanya diberi alokasi waktu 2 jam Tidak banyak anak-anak yang
pelajaran dalam seminggu yang dapat menyuarakan laras slendro pelog
terintegrasi dengan mata ajar dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada
keterampilan. Mata pelajaran seni budaya antara lain lomba nembang macapat
di beberapa tempat bernama Seni Suara anak-anak untuk berbagai keperluan.
Daerah. Pada mata pelajaran inilah Anak-anak sebagai peserta lomba yang
karawitan dan tembang Jawa dikenalkan. dianggap sebagai wakil terbaik dari
Materi dan media ajar dipersiapkan atas sekolah pun banyak yang tidak dapat
inisiatif dan kreatifitas guru pengajar. menyuarakan laras slendro dan pelog
Bagi sekolah yang tidak memiliki guru dengan baik, apalagi anak-anak
yang menguasai bidang tembang dan kebanyakan lainnya. Akibatnya adalah
karawitan Jawa umumnya pelajaran Seni tembang, karawitan Jawa, dan lelgon
Budaya diisi dengan lagu-lagu daerah dolanan anak yang berlaras slendro pelog
non slendro dan pelog dengan bantuan semakin jauh dari dunia anak-anak.
alat-alat musik diatonik, seperti: pianika, Anak-anak pada umumnya lebih akrab
gitar, suling, atau lainnya. Bahkan ada dengan lagu-lagu popular non slendro
pula SD/MI yang mengajarkan lagu pelog yang didapat dari berbagai
bernuansa Islamik atau berbasis agama referensi terutama media masa elektronik
tertentu lainnya kepada anak didik. walaupun secara musikal tidak tepat
Karena keterbatasan waktu, bagi untuk konsumsi mereka. Anak-anak
SD/MI yang memiliki guru yang menyanyikan lagu-lagu untuk orang
memiliki kemampuan pada bidang dewasa bertema percintaan,
karawitan Jawa umumnya melakukan perselingkuhan, perceraian, kritik sosial,
pelatihan di luar waktu pelajaran sekolah dan lain-lain telah menjadi pemandangan
secara ekstra kulikuler. Sekolah-sekolah yag biasa.
SD/MI peserta lomba karawitan anak Latar belakang murid
dalam rangka pekan seni pelajar baik di mempengaruhi kemauan dalam
tingkat kabupaten/kota, eks karesidenan, menerima mata ajar lelagon dolanan anak
slendro pelog. Bagi murid yang pernah diutamakan. Karena itulah maka sering
mengenal lelagon dolanan anak slendro dijumpai teks lelagon dengan susunan
pelog memalui berbagai cara, misalnya kata yang indah tetapi makna sulit
lewat mata pelajaran di sekolah, lewat dimengerti. Keterbatasan kemampuan
lingkungan bermain, lingkungan tempat anak-anak dalam memahami bahasa Jawa
tinggal, maupun lewat lingkungan tersebut juga melemahkan kemauan anak-
keluarga, umumya mempunyai kemauan anak dalam mempelajari lelagon dolanan
lebih baik daripada murid yang asing anak laras slendro dan pelog.
sama sekali terhadap bidang seni ini.
Murid dari lingkungan masyarakat Mewujudkan Pendidikan Berkharakter
pedesaan, pinggiran kota yang masih Kesenian merupakan elemen
menggunakan bahasa Jawa sebagai esensial dalam pembentukan watak setiap
bahasa ibu umumnya mempunyai individu dan faktor yang mendasari
kemauan lebih kuat dalam menerima setiap penciptaan karya seni. Seni budaya
pelajaran lelagon dolanan anak, karawitan sebagai mata pelajaran di sekolah
dan tembang Jawa. didasarkan pada: pertama, pendidikan
seni memiliki sifat multilingual,
Keterbatasan Kemampuan Berbahasa multidimensional, dan multikultural.
Jawa Multilingual berarti seni bertujuan
Kemauan dan kemampuan anak- mengembangkan kemampuan
anak dalam berbahasa Jawa tidak lebih mengekspresikan diri dengan berbagai
baik dari daripada keterampilan mereka cara seperti: melalui bahasa, rupa, bunyi,
dalam menyuarakan laras slendro dan gerak, dan paduannya. Multidimensional
pelog. Bahasa Jawa pun semakin berarti seni mengembangkan kompetensi
titinggalkan oleh anak-anak. Di rumah kemampuan dasar siswa yang mencakup
terutama di perumahan wilayah persepsi, pengetahuan, pemahaman,
perkotaan, bahasa Jawa bukan lagi analisis, evaluasi, apresiasi, dan
menjadi bahasa ibu. Komunikasi produktivitas dalam menyeimbangkan
keseharian dalam lingkungan keluarga fungsi otak kanan dan kiri dengan
menggunakan bahasa Indonesia. Di memadukan unsur logika, etika, dan
sekolah Bahasa Jawa juga menjadi mata estetika. Sedangkan multi kultural berarti
pelajaran yang menakutkan. Mempelajari seni bertujuan menumbuh-kembangkan
bahasa Jawa juga dianggap oleh sebagian kesadaran dan kemampuan berapresiasi
kalangan kurang “bergensi”, kuna, tidak terhadap keragaman budaya lokal dan
modern, konservatif, dan lain-lain. global sebagai pembentukan sikap
Beberapa alasan inililah yang menjadikan menghargai, toleran, demokratis, beradab,
pihak-pihak pemangku kepentingan dan hidup rukun dalam masyarakat yang
kurang sungguh-sungguh dalam majemuk. Melalui pendidikan seni anak
mengajarkan bahasa Jawa. dilatih untuk memperoleh keterampilan
Pada umumnya teks lelagon dan pengalaman mencipta sesuai dengan
dolanan anak slendro dan pelog lingkungan alam dan budaya setempat
menggunakan bahasa Jawa. Karena serta untuk memahami, menganalisis, dan
merupakan karya seni, sering kali bahasa menghargai karya seni. Pendidikan seni
Jawa dalam teks lelagon dolanan dibuat sebagai mata pelajaran di sekolah dapat
secara puitis. Telah diketahui bahwa menjadi media yang efektif dalam
dalam bahasa puitis selain makna mengembangkan pengetahuan,
keindahan susunan kata juga keterampilan, kreativitas, dan sensitivitas
anak dalam pembentukan kepribadian. tandure wus sumilir. Penyebaran agama
Lelagon dolanan anak laras slendro pelog Islam lambat laun semakin
dapat ikut andil dalam pembentukan menggembirakan ibarat penganten baru,
kepribadian yang baik bagi anak didik tak ijo royo-royo tak sengguh penganten
karena di dalamnya sarat kandungan nilai anyar. Masyarakat seyogyanya
luhur budaya bangsa. Beberapa nilai menjalankan ke lima rukun Islam, dalam
luhur tersebut antara lain: teks lagu diibaratkan buah blimbing yang
permukaannya bergerigi 5, bocah angon
Nilai religius penekna blimbing kuwi. Walaupun berat
Teks lelagon dolanan bernilai religius perlu dilakukan (lunyu-lunyu peneken)
ada yang disampaikan secara tersirat sebagai upaya untuk membersihkan diri
maupun tersurat. Contoh teks lelagon dari segala perbuatan yang tidak baik
dolanan yang muatan nilai religiusnya atau kepercayaan yang dianggap
disampaikan secara tersirat antara lain menyimpang (kanggo mbasuh dodotira).
Ilir-ilir yang konon ciptaan Sunan Segala perbuatan mungkar menjadi
Kalijaga. penghalang dalam menghadap Allah
SWT. Perbuatan mungkar atau keyakinan
Teks lagu Ilir-ilir. menyimpang, dodotira kumitir bedhah ing
Ilir-ilir tandure wus sumilir pinggir, perlu segera diperbaiki, domana
Tak ijo royo-royo tak sengguh penganten anyar jlumatana, selagi terbuka kesempatan,
Bocah angon penekna blimbing kuwi mumpung gedhe rembulane mempung jembar
Lunyu-lunyu peneken kanggo mbasuh dodot ira
kalangan, marilah bersorak gembira, yo
Dodot ira kumitir bedhah ing pinggir
Domana jlumatana kanggo seba mengko sore suraka surak hore.
Mumpung gedhe rembulane mempung jembar
kalangane Nilai kebersamaan, kegotong-royongan
Ya suraka surak hore Bngsa Indonesia memiliki sifat
kolektif, bersama, bergotong-royong
Terjemahan: dalam mengatasi persoalan hidup.
Ilir-ilir (bergoyang diterpa angin sejuk) Masyarakat sadar hidup sebagai makluk
tanamanya telah mulai tumbuh sosial. Manusia tidak dapat hidup tanpa
Tampak hijau kemilau dikira penganten baru batuan orang lain. Lelagon dolanan yang
Anak penggembala panjatlah teks lagunya mengajak hidup bergotong
pohon blimbing itu royong dalam menyelesaikan tugas antara
Walaupun licin panjatlah
lain lelagon Gugur gunung.
Untuk membersihkan pakaianmu
Pakaianmu bergerak-gerak (karena) sobek di
pinggir
Jahitlah perbaikilah untuk menghadap nanti Teks vokal lelagon “Gugur –gunung”
sore
Selagi terang bulan dan luas kesempatan Ayo kanca ayo kanca ngayahi karyane praja
Mari bersorak-sorak hore Kene-kene - kene-kene gugur gunung tandang
gawe
Sayuk-sayuk rukun bebarengan ro kancane
Tafsir makna teks: Lila lan legawa kanggo mulya ning negara
Telah datang kabar gembira Siji loro telu papat maju papat-papat
masuknya agama Islam di Jawa. Dalam Diulang - ulung ake pamrih enggal rampunge
teks lagu ditunjukan oleh kata ilir-ilir, Holobis kontul baris holobis kontul baris
terpaan angin sejuk. Kedatangan agama Holobis kontul baris holobis kontul baris
Islam diterima baik oleh masyarakat,
Terjemahan : Ramabate ratahayu, holobis kontul bari
Marilah kawan mengerjakan tugas negara Ramabate ratahayu, holobis kontul baris
Kemarilah bahu-membahu untuk bekerja Tumandang bareng maju nungal tekad rahayu
Menyatu, rukun bersama-sama dengan kawan Merdeka merdeka merdeka bumi klahiranku
Bekerja dengan ikhlas untuk kejayaan negara Merdeka merdeka merdeka wus tetp merdeka.
Satu dua tiga empat (aba-aba) maju empat-
empat Terjemahan
Dilakukan secara estafet agar ( pekerjaan ) Lihatlah (itulah) bendera kita berkibar-kibar
segera selesai melambai-lambai
Merah putih sang dwi warna sebagai lambang
Aba-aba: Holobis kontul baris holobis yang sejati
kontul baris Negara kita telah merdeka yang berdasarkan
Pancasila
Lahir pada tanggal 17, Agustus bulannya
Teks lagu di atas mengajak kita
Pada tahun 1945
semua untuk melakukan tugas-tugas Aba-aba pemberi semanat: ramabte ratahayu,
bangsa dan negara. Sejak kalimat pertama holobis kontul baris
teks vokal menunjukan betapa pengarang Bekerja bersama-sama untuk maju
memiliki kecintaan besar terhadap bangsa Satu tekat ( pasti ) selamat
dan Negara. Orang lain diajak untuk Merdeka merdeka merdeka, bumi kelahiran
melakukan hal yang sama dengan cara kita
mengerjakan tugas dan membuat karya Merdeka merdeka merdeka (sekali merdeka)
sesuai keahliannya. Bersatu, rukun, bahu- tetap merdeka
membahu, bergotong-royong, dan ikhlas
menjadi kekuatan besar dalam rangka Betapa dalam teks lagu Empat
mencapai kejayaan bangsa. Lima mengingatkan kita pada peristiwa
bersejarah bangsa Indosesia. Kata-kata
Nilai Kebangsaan yang tersusun dalam teks lagu kiranya
mudah dipahami. Teks lagu berupa berita
Indonesia adalah bangsa pejuang.
kemerdekaan Indosesia tangal 17 Agustus
Hal demikian antara lain terbukti dalam
1945. Bendera sang merah putih telah
upaya untuk merebut kemerdekaan
berkibar sebagai tanda kemerdekaan
bangsa pada 17 Agustus 1945. Rakyat
bangsa berdasarkan Pancasila. Untuk
Indonesia secara bahu-membahu, bersatu,
mempertahankan kemerdekaan kita mesti
bersama para pemimpin membebaskan
bersatu dalam tekad maju dan merdeka.
diri dari kaum penjajah. Pengorbanan
yang diberikan bukan hanya harta benda
Nilai Estetik
dan tenaga melainkan juga nyawa. Dalam
lelagon dolanan tema perjuangan merebut Sebagai karya seni lelagon dolanan
kemerdekaan bangsa antara lain dapat amat memperhatikan keindahan seni baik
dilihat dalam teks lagu Empat Lima aspek garap musikal maupun teks lagu.
sebagai berikut. Susunan kata dalam teks lagu
mempertimbangkan aspek keindahan
Teks Lagu Empat Lima sastrawi. Sedangkan aspek lagu
Galo kae genderane kumlebet angawe-awe mengutamakan keindahan musikal. Teks
Abang putih sang dwi warna iku lambang sejatine sastra yang indah semakin terasa
Negara kita wus merdika kang adhedhasar manakala dilagukan dengan musikalitas
Pancasila tertentu. Apabila disajikan bersama
Dumadi kalaning tanggal pitulas agustus sasine gamelan Jawa garap musikal instrumen
Nuju tahun sewu sangang atus patang puluh lima
mengutamakan keindahan musikal sesuai tersimpan beragam nilai luhur yang
kaidah garap musikal yang berlaku. berakar pada budaya bangsa Indonesia
khususnya Jawa. Dalam upaya untuk
Lelagon Ronda Kampung membangun jatidiri dan karakter bangsa,
lelagon dolanan perlu dikenalkan kepada
. 6 . . ! 6 5 @ . 5 . ! . . @ 6
generasi muda khususnya anak-anak.
Ken – thong-an im - bal tan - dha ron - dha Mereka adalah pemegang tongkat estafet
perjalanan kehidupan berbaangsa dan
6 6 . . 6 5 6 ! @ .! @ . 5 5 bernegara. Bila mereka kurang
Kam-pung a - ja we-gah yo a - yo kan-ca pemahaman dan pengalaman pada
potensi seni budaya bangsa
dikhawatirkan kelak bangsa ini akan
. 6 5 6 ..2 1 1 1 . . . 5 6 ! kehilangan jatidiri dan karakter yang
Mbok a ja lem-bon pa-dha sing tang-gon “budi lu

. @ ! @. x5x x! 6 6 6 .. j5j 6 ! 6 5 DAFTAR PUSTAKA


Kam-pung-e nya - ta a - doh a-doh dur-ja-na
Compbell, Don. Efek Moart Memanfaatkan
. ..... 2 5 5 . 2 5 5 . ! 6 Kekuatan Musik untuk
Sak i - ki wan -ci - ne ngli-lir
Mempertajam Pikir, Meningkatkan
Kreativitas, dan Menyehatkan Tubuh.
. . ... . @ ! ! . @ 6 j5j j 6 ! 6 Jakarta: Gramedia putaka Utama.
2001.
Sing pa-dha tu - ru wancine ngli-lir
Depdiknas. Kurikuum Berbasis Kompetensi
Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Terjemahan teks :
Bunyi kentongan imbal-imbalan sebagai
Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas,
pertanda siskamling 2001.
Jangan malas marilah kawan Depdiknas. 2010. Kurikuum Berbasis
Janganlah seperti lembu (malas) Kompetensi Mata Pelajaran
Yang tegu (agar) kampung jauh dari Pendidikan Seni Sekolah Dasar.
penjahat Jakarta : Depdiknas.
Sekarang saatnya bangun Djohar, MS. 1999. "Menuju Otonomi
Yang sedang tidur saatnya bangun Pendidikan", Makalah. Mencari
Paradikma Baru Sistem
Teks dan musikalitas lelagon di atas Pendidikan Nasional,
digarap sedemikian rupa selain “enak” Menghadapi Milenium Ketiga.
dirasakan secara estetik musikal juga Yogyakarta: ISPI.
mengandung pesan moral yang Harjito, Priadi. 2001. ”Kebinekaan Laras,
bermanfaat bagi kehidupan Keserupaan Laras, dan Metode
bermasyarakat. Melalui teks lagu pesan Penetapannya”. Makalah.
moral dapat diketahui. Lelagon Rondha Bandung: STSI.
Kampung mengajak masyarakat agar Hastanto,Sri.1986.’’The Concept of Pathet
rajin melakukan siskamling sehingga in Central Javanese Gamelan
kampung aman dan terhindar dari tindak Musik’’.Disertation.Durham
kejahatan. University.
Dari keterangan di atas dapat
dinyatakan bahwa dalam lelagon dolanan
Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui Sumarsan. 2003. Gamelan Interaksi Budaya
Pengalam Musik. Jakarta : dan Perkembangan Musikal di Jawa.
Depdikbud. Supanggah, R. 2002. Bothekan Karawitan I.
Miller, Hugh M. tt. Apresiasi Musik. Jakarta: MSPI.
Terjemahan Bramantyo,T. Slamet PH., “Model Pengembangan
Yogyakarta: Lentera Budaya. Kurikulum Pendidikan Seni”,
Rader, Malvin. 1976. Terjemahan : Arti Makalah Lokakarya dan Seminar
Nilai dan Seni. New Jersey: Nasional Pendidikan Seni, Jakarta,
Prentice Hall Englewood Dliffs. 18-20 April 2001.
Rohidi, T.R., 1992. “Pendidikan Seni Rupa Sunaryo, Aryo, “Peranan Guru
Sebagai Pengembangan Potensi Pendidikan Seni rupa Yang
dan Pelestarian Nilai-nilai Berkualitas dalam Pendidikan”,
Estetik”, Makalah: Semarang. makalah pada Seminar dan Pameran
Rohidi, T. R., 2000. Kesenian dalam Seni Lukis Sanggar Budaya Kab.
Pendekatan Kebudayaan, STSI Tegal, 13-15 November 1992.
Bandung, Bandung. Suwarsih, Madya. “Mencari Paradigma
Rustopo. 2000. Bangun Jatuh Industri Baru Sistem Pendidikan Nasional
Rekaman (musik) Gending Menghadapi Milenium Ketiga”,
Karawitan Jawa. Jurnal Ilmu dan Makalah Seminar Pendidikan
Seni Vol II No.2. Surakarta : STSI. Nasional , Yogyakarta, 1999.
Sedyawati, Edi. 2002. ”Di depan dan UU RI Nomor 2 Tahun 1989, Sistem
Dibalik Pentas: Dialog Pendidikan Nasional, Media Wiyata,
tersembunyi di dalam Seni Semarang.
Pertunjukan. Yusuf, Samsu, L. N., 2000. Psikologi
Soemarjo, Jacob. 2000. Filsafat Seni. Perkembangan Anak dan Remaja, PT.
Bandung : ITB. Remaja, Bandung,
Semiawan, Conny. 2001. “Pendidikan
Guru di Masa Yang Akan
Datang”, Makalah Reformasi
Pendidikan Nasional, Yogyakarta,
16-17 Maret 2001.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SENI MUSIK DENGAN


MEDIA AUDIO VISUAL MELALUI METODE BERVARIASI

Lidya Fita Kusumadewi*


Suharto**

Anda mungkin juga menyukai