Rustam Aji
Editor Online Tribun Jateng
rajif75@yahoo.com
Abstraksi
T
his is simply the best book that I have read on the aesthetics
of new media. Other authors have often made exaggerated and
superficial claims about the novelty of art and design in the new
digital technologies. Manovich offers us instead a sober and yet always
fresh and exciting analysis of the relationships between new media and
their predecessors, especially cinema. As a practicing artist as well as a
theorist and historian of media, Manovich can explain the continuities
with the past. This sense of history enables him to argue convincingly
for the qualities of new media that he believes are truly new.
Anstraksi
T
eknologi digital merupakan teknologi yang tidak lagi
mengggunakan tenaga manusia atau manual. Sistem digital adalah
perkembangan dari sistem analog. Digitalisasi cenderung pada
sistem pengoperasian yang otomatis dengan format yang dapat dibaca
oleh komputer. Perubahan sistem analog ke digital telah mengubah
banyak hal dan mengancam eksistensi media cetak. Sebagian besar
pelanggan media cetak telah beralih ke penggunaan teknologi on line
yang lebih feksibel, bisa membaca informasi terbaru kapan saja dan
dimana saja. Penyajian yang lebih hidup telah menarik pengiklan.
mesin cetak, hasil pemikiran seseorang produk media memang tidak lebih
dapat diperbanyak, kemudian baca sebagai konstruksi dari “fakta” di
oleh banyak orang. Segala macam lapangan, bukan refleksi. Artinya,
pemikiran dan invention itu kemudian berita yang oleh khalayak baca
mengarah pada terjadinya berbagai setiap harinya bukanlah apa yang
inovasi. Dan, itu “meledak” menjadi terjadi sungguh-sungguh di luar sana.
revolusi industri. Kata kunci dalam Konstruksi mengandung arti bahwa
peradaban gelombang kedua ini selain bagaimana isi sebuah produk berita
industri adalah ‘kebiasaan membaca’, sangat bergantung dari bagaimana
menuliskan buah pikiran. fakta tersebut dilihat dan dibingkai
oleh pewarta atau institusi media. Nah,
Ketiga, sejatinya Toffler belum bagaimana institusi media bekerja
meneukan kata yang tepat untuk dalam mengkonstruksikan berita tentu
mendefinisikan gelombang ketiga saja dipengaruhi oleh serangkaian
yang dialami manusia saat ini. Namun, faktor baik internal maupun eksternal.
sementara orang ada yang menyebut
sebagai “abad informasi”, abad Ahli komunikasi massa Harold
ruang angkasa, atau abad elektronik. D Lasswell dan Charles Wright,
M.McLuhan menyebutnya “global menyatakan terdapat empat fungsi
village”. sosial media massa, yaitu :
Analisa Toffler tersebut tidaklah Pertama, sebagai social sur-
terlalu keliru. Kini, dunia seolah veilance. Pada fungsi ini, media
menjadi kecil. Melalui berbagai massa termasuk media televisi,
media (massa maupun interaktif yang akan senantiasa merujuk pada upaya
bersifat hybrid), apapun yang terjadi penyebaran informasi dan interpretasi
di satu sudut dunia bisa disampaikan seobjektif mungkin mengenai
ke belahan dunia lain. Media massa peristiwa yang terjadi, dengan maksud
pun ada bermacam-macam, mulai agar dapat dilakukan kontrol sosial
dari bentuk cetak, online, audio, sehingga tidak terjadi hal-hal yang
hingga audio visual. Lebih lengkap tidak diinginkan dalam lingkungan
lagi, karena saat ini setiap media masyarakat bersangkutan.
massa juga diperkuat dengan media Kedua, sebagai social cor-
social (facebook, Instagram, Twitter, relation. Dengan fungsi korelasi
WhatsApp, dll) untuk menyebarkan sosial tersebut, akan terjadi upaya
informasi. penyebaran informasi yang dapat
Tak bisa dipungkiri, pengaruh menghubungkan satu kelompok so-
atau peranan media massa dalam sial dengan kelompok sosial lainnya.
kehidupan social budaya dan politik Begitupun antara pandangan–
dewasa ini sangatlah besar. Hanya pandangan yang berbeda, agar tercapai
saja, seberapa dan bagaimana proses konsensus sosial.
berperannya dalam kehidupan Ketiga, fungsi socialization.
bermasyarakat, masih perlu penelitian Pada fungsi ini, media massa selalu
lebih lanjut. merujuk pada upaya pewarisan nilai-
Salah satu teori media, yakni nilai luhur dari satu generasi ke
teori konstruksionis, berita sebagai generasi selanjutnya, atau dari satu
dengan mudah diperoleh oleh setiap mahasiswa. Tentu saja tidak harus
individu. Maka, pembatasan informasi ideal sebagaimana yang dimiliki oleh
oleh media mestinya tidak perlu perusahaan media tempat mahasiswa
terjadi. Apalagi, dengan canggihnya KKL maupun PPL. Namun, secara
teknologi saat ini, pemerintah bisa teknis, kita bisa melihat bagaimana
mengontrol informasi tanpa harus pengelolaan radio, televisi, maupun
membredel media. Pemerintah lewat media massa cetak dikelola secara
Menteri Komunikasi dan Informasi, profesional. Sehingga, kita bisa
cukup mendorong agar media ikut membandingkan apakah ruang
berperan aktif dalam mengedukasi praktik dan fasilitas, serta sumber
masyarakat dengan berita-berita yang daya manusia (SDM) yang ada di
mendidik dan inovatif. laboratorium sudah memadai atau
belum.
Penyempurnaan Karena itu, rasanya tidak
Kelengkapan Fasilitas cukup bila Fakultas Dakwah
Praktik dan Komunikasi dalam rangka
meningkatkan bargaining position
Melihat kenyataan itu, mau lulusannya dengan “hanya” sekadar
tidak mau, Fakultas Dakwah dan mengganti gelar sarjana dari Sarjana
Komunikasi UIN Walisongo yang Sosial Islam (S.Sos.I) menjadi Sarjana
menyiapkan sarjana kompeten di Sosial (S.Sos) saja, tanpa membekali
bidang media, haruslah tanggap skill yang memadai. Apalah artinya
terhadap kondisi itu. Bahwa, kini sebuah nama gelar akademik, bila
dunia media massa sudah berubah pada kenyataan kualitas lulusan sama
demikian pesatnya. dengan yang sebelumnya.
Sejatinya, Fakultas Dakwah Penghilangan huruf “I” pada
dan Komunikasi (Fakdakom) UIN gelar akademik Fakdakom, justru
Walisongo telah memiliki modal menjadi kerugian besar. Sebab, itu
awal, yakni tersedianya Gedung sebagai sebuah identitas sekaligus
Laboratorium. Karena itu, butuh kebanggaan bagi lulusan Universitas
penyempurnaan di sana sini agar Islam Negeri (UIN) Walisongo yang
fungsi labroratorium bisa maksimal masih memegang prinsip-prinsip
dan sesuai harapan. Selain itu, keilmuan Islam. Justru, keunggulan
pengelolaannya tidak bisa sekadarnya. lulusan UIN, karena ada identitas
Sebab, labroratorium sebagai tempat “Islam”-nya.
praktik langsung bagi mahasiswa,
menjadi kawah candradimuka dalam Bisa diibaratkan, pada sosok
mematangkan skill mahasiswa. Tata wanita yang memakai jilbab misalnya!
kelolanya harus dilakukan secara Untuk mempercantik si wanita, tentu
profesional, terarah dan terukur. kita tak perlu harus meminta wanita itu
untuk melepas jilbab/hijabnya. Yang
Pihak fakultas sebenarnya bisa perlu dilakukan adalah bagaimana
berkaca dari tempat kegiatan kuliah memodifikasi jilbabnya sehingga bisa
kerja lapangan (KKL) maupun terlihat menarik, tidak monoton lagi.
praktik pengalaman lapangan (PPL) Artinya, bila si wanita yang memakai
Referensi
Lev Manovich is Professor of
Visual Arts, University of California,
San Diego. His book The Language of
New Media (MIT Press, 2001)
http://prima-iamcome.blogspot.
co.id/2011/09/digital-theory-teori-
digital
Teguh Kresno Utomo, S.IP:
Produksi Media Cetak,Posted on
Oktober 25, 2009
http://reskymaulanaofc.
blogspot.co.id: Pengertian Teknologi
Berbasis Digital
M. Ridlo ‘Eisy: Masa Depan
Media Cetak di Indonesia (artikel,
2009)
Don Sabdono: Senjakala Media
(Kompas, 2015)
Rustam Aji: Antara Media Massa
dan Politik Media (Missi, 2013)
Industri Pers dan Prospek
Kebebasannya (Jurnal Ikatan Sarjana
Komunikasi Indonesia, VOL V/
Oktober 2000)
Ashadi Siregar: Pers, Jurusan