Anda di halaman 1dari 15

Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440

Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229

FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT DAN CARA MEMBACA


MASYARAKAT INDONESIA DI ERA DIGITAL, SERTA DAMPAKNYA PADA
BISNIS MEDIA CETAK

Factors Influencing Indonesian People's Interests and Reading Ways in the Digital
Age, and Its Impact on the Print Media Business

Iswari Anggit Pramesti1, Irwansyah2


Universitas Pelita Harapan1, Universitas Indonesia2
limiswarianggit@yahoo.com; dr.irwansyah.ma@gmail.com

Naskah diterima: 15 Oktober 2020; direvisi: 10 Januari 2021; disetujui: 3 Juni 2021

Abstract
Technological developments also have impacts on changing society habits. It can be
seen from the interest in reading printed media such as books, newspapers, or
magazines. Various studies have also shown that the emergence of digital media
(internet) has decreased the interest in reading printed media, and this has occurred in
many countries from various parts of the world, including Indonesia. In addition, the
emergence of digital media also has changed the way people’s reading, from intensive
reading to extensive reading. Those make the print media business or industry almost
died. Like it or not, if they want to survive the printed media business must adjust to
online media.

Keywords: technology, printed media, digital media, society, reading habits, industry
media.

Abstrak
Perkembangan teknologi juga berdampak pada perubahan kebiasaan masyarakat. Salah
satu yang paling mudah untuk dilihat ialah minat membaca media cetak seperti buku,
surat kabar, maupun majalah. Berbagai penelitian juga menunjukkan, kemunculan
media digital (internet) berdampak pada menurunnya minat membaca media cetak, dan
hal ini terjadi di banyak negara dari berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Selain
itu, kemunculan media digital juga berdampak pada perubahan cara membaca
masyarakat, yang sebelumnya membaca intensif kini menjadi membaca ekstensif. Inilah
yang membuat bisnis atau industri media cetak seakan berada “di ujung tanduk”. Mau
tidak mau, suka tidak suka, jika ingin bertahan bisnis media cetak harus beradaptasi ke
media online.

Kata kunci: teknologi, media cetak, media digital, masyarakat, kebiasaaan membaca,
industri media.

PENDAHULUAN media” atau media baru yang saat ini


Perkembangan teknologi kita kenal dengan internet (disebut juga
komunikasi sampai munculnya “new media digital), menempuh jalan yang

Iswari Anggit Pramesti, Irwansyah: Faktor yang Memengaruhi Minat dan Cara…
117
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229

cukup panjang. Dimulai dari spoken sistem informasi (Castells, 2009). Jadi,
era, kemudian written era saat manusia network society dapat dikatakan sebagai
sudah mengenal simbol, bisa membaca, masyarakat yang sudah tidak asing
lalu masuk ke printing era, di mana dengan pemanfaatan teknologi
tercipta surat kabar dan sejenisnya, komunikasi digital (seperti komputer,
berkembang lagi ke kemunculan smartphone, dan sebagainya), serta
telegraph, telepon, radio, televisi sistem infromasi (internet atau jaringan
(McLuhan, 1964), terakhir (mungkin digital) dalam setiap aspek kehidupan
untuk sekarang ini) intenet. Sebenarnya, mereka.
tujuan dari perkembangan teknologi Sebenarnya, tak hanya istilah
adalah memudahkan kehidupan network society yang digunakan untuk
manusia, di segala aspek, baik itu menggambarkan masyarakat “melek”
industri, maupun komunikasi. Bahkan, teknologi digital. Terdapat istilah lain
dalam aspek komunikasi, teknologi tak juga seperti; information society dan
sekadar menjadi media atau alat yang virtual society (Isazadeh, 2004;
membantu interaksi antarmanusia, Kittilson & Dalton, 2011). Masing-
melainkan kepanjangan dari manusia itu masing istilah tersebut menggambarkan
sendiri (McLuhan, 1964). karakteristik suatu tatanan masyarakat
Dalam kaitannya dengan di era millennium, yang aspek
perkembangan teknologi komunikasi kehidupannya tidak dapat dilepaskan
dan informasi, “masyarakat” menjadi dari penggunaan internet, tanpa terbatas
topik yang tidak dapat dipisahkan dan usia. Masyarakat di era millennium ini
menarik untuk dibahas. Hal ini karena, juga dikenal dengan keahlian untuk
perkembangan teknologi komunikasi memecah konsentrasi dengan
dan informasi berpengaruh pada mengerjakan beberapa hal sekaligus,
perubahan masyarakat (Castells, 1996). atau multitasking serta mengutamakan
Di akhir tahun 1990-an misalnya, kepraktisan (Suijkerbuijk, 2014).
perkembangan teknologi komunikasi Internet atau media digital
dan informasi telah mengakibatkan menawarkan aspek multitasking dan
terjadinya transisi historis bentuk juga kepraktisan pada masyarakat saat
masyarakat (merujuk pada kebiasaan ini. Dengan demikian, internet menjadi
atau gaya hidup), yang kemudian media yang paling diminati atau
menciptakan tatanan sosial baru. digemari, ketimbang bentuk media lain.
Tatanan sosial baru inilah yang Internet pun dapat diibaratkan sebagai
kemudian di tahun 2000-an, era pedang bermata dua. Di satu sisi,
millennium, disebut sebagai “network banyak penelitian yang menunjukkan
society” atau masyarakat jaringan. dampak positif internet dalam
Network society adalah kehidupan masyarakat. Misalnya saja
masyarakat yang struktur sosialnya arus informasi yang mengalir deras,
dibuat di sekitar jaringan berbasis tanpa batasan ruang dan waktu. Namun
mikroelektronik, kemudian diaktifkan di sisi lain, kehadiran internet atau
oleh teknologi komunikasi digital dan media digital seakan menjadi mimpi

Iswari Anggit Pramesti, Irwansyah: Faktor yang Memengaruhi Minat dan Cara…
118
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229

buruk bagi industri media cetak. Mulai memengaruhi penurunan minat


dari penerbitan buku, koran (surat membaca media cetak masyarakat
kabar), majalah, dan sejenisnya, Indonesia, serta bagaimana dampaknya
merasakan penurunan yang cukup tajam pada bisnis media cetak di sini.
pada pendapatan bisnisnya
(Abrahamson, 2015; Cosgrove & METODOLOGI PENELITIAN
Gomaa, 2014; Suijkerbuijk, 2014). Mau Jurnal penelitian ini
tidak mau, industri media cetak di tahun menggunakan pendekatan kualitatif
90-an harus “berdamai” dengan dengan melakukan analisis data
hadirnya internet. Pasalnya, mereka sekunder. Analisis data sekunder adalah
yang tidak dapat beradaptasi, tentu analisis data yang dikumpulkan oleh
cepat atau lambat akan tergerus bahkan orang atau peneliti lain, untuk tujuan
terkubur zaman. penelitian lainnya (Johnston, 2014).
Apa yang terjadi di masa itu, Dengan kata lain, peneliti menggunakan
rupanya adalah dampak dari data dari penelitian yang masih
menurunnya minat dan kebiasaan berkaitan, sebelumnya. Analisis data
membaca terhadap media cetak, yang sekunder sangat tepat digunakan oleh
telah terjadi berpuluh tahun peneliti yang mungkin memiliki waktu
sebelumnya. Banyak penelitian dan sumber daya terbatas.
mengkaji dampak atau pengaruh media Meskipun demikian, analisis
digital terhadap minat membaca data sekunder adalah latihan empiris
masyarakat, salah satunya di Swedia karena menerapkan prinsip penelitian
yang melibatkan tenaga pendidik dan dasar yang sama dengan studi yang
peserta didik (Lauristin & Vihalemm, menggunakan data primer, dan
2014). Penelitian lain juga memiliki langkah-langkah yang harus
menunjukkan adanya perubahan diikuti seperti metode penelitian
kebiasan membaca. Perubahan bentuk lainnya. Oleh karena itu, dapat
membaca yang dimaksud ialah dari dikatakan bahwa analisis data sekunder
membaca secara intensif di media cetak, adalah metode yang layak untuk
ke membaca secara ekstensif di media digunakan dalam proses penyelidikan
digital (Liu, 2012). ketika proses sistematis diikuti
Hal serupa juga ditemukan di (Johnston, 2014).
Indonesia. Banyak penelitian dari kaum
akademisi Indonesia menunjukkan PEMBAHASAN
penurunan drastis terhadap minat Perkembangan Teknologi
membaca media cetak pada masyarakat Komunikasi (Media Komunikasi)
(Kurniasih, 2017; Mustafa, 2012). Mc Mullan membagi
Padahal para akademisi meyakini, perkembangan teknologi komunikasi
membaca merupakan aktivitas penting, atau media komunikasi dalam empat
terutama untuk meningkatkan kualitas era, yakni; fondasi teknologi artefak,
sumber daya manusia. Para akademisi mekanis, kelistrikan, dan digital.
pun telah menyusun faktor yang Berikut akan dijelaskan satu per satu

Iswari Anggit Pramesti, Irwansyah: Faktor yang Memengaruhi Minat dan Cara…
119
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229

secara singkat, hingga memasuki era ketika dua titik komunikasi


fondasi teknologi digital. dihubungkan oleh satu atau lebih kabel.
Pertama, fondasi teknologi Arus listrik kemudian secara instan
artefak. Dalam fondasi teknologi artefak ditransmisikan melalui kabel, dan
ini, manusia untuk pertama kalinya didukung berbagai metode digunakan
dapat memisahkan secara nyata antara dalam pensinyalan antara dua titik
pikirannya dengan dirinya sendiri tersebut (McMullan, 2017). Pada
(McMullan, 2017). Manusia dasarnya, telegraf adalah metode
menuangkan apa yang menjadi buah penulisan jarak jauh (point-to-point),
pemikirannya ke dalam suatu benda menggunakan serangkaian simbol atau
seperti batu, dinding goa, sehingga kode tertentu, sehingga memungkinkan
dapat dimengerti atau dipahami pesan untuk segera ditransfer melalui
manusia lainnya. Inilah yang kemudian udara. Sama seperti telegraf, telepon
menjadi media komunikasi. Cara juga pada awalnya dikembangkan
menuangkannya pun dengan menulis; sebagai teknologi point-to-point, tetapi
dalam hal ini menggambar dan diperluas dengan penerapan sistem
memahat. pertukaran manual (dan kemudian
Kedua, fondasi teknologi otomatis). Ini memungkinkan
mekanis. Dalam era ini, manusia mulai penelepon untuk memilih pemilik
mengekspresikan dan telepon lain yang ingin mereka hubungi.
mengkomunikasikan pemikirannya Bahkan ada pengaturan yang disebut
dengan bantuan mesin (McMullan, “sircuit loop local”, yang
2017). Di awal kemunculannya, memungkinkan lebih dari dua
teknologi mekanis masih sangat penelepon untuk terlibat dalam
sederhana, hanya berupa tuas atau komunikasi audio. Sistem telepon
katrol. Kemudian berkembang tradisional mengandalkan koneksi kabel
teknologi mekanik yang lebih rumit, antara dua atau lebih titik, untuk
karena merupakan kumpulan dari menghubungkan dua orang dalam
mesin-mesin kecil, misalnya saja mesin percakapan (McMullan, 2017).
percetakan. Tenaga penggeraknya pun Berbeda dengan telegraf dan
hanya memanfaatkan kekuatan alam, telepon pertama yang masih
seperti pergerakan air, pembakaran memanfaatkan kabel, radiasi
udara, serta tenaga manusia, yang pada elektromagnetik (analog) atau EMR
akhirnya secara otomatis memodifikasi adalah teknologi yang tidak
energi mekanik. Teknologi komunikasi memerlukan koneksi fisik antara
yang tercipta pada era ini contohnya; pengirim dan penerima. Inilah yang
mesin cetak, film dan fonograf. ditemui dalam radio dan televisi.
Ketiga, fondasi teknologi Meskipun demikian, pembuatan EMR
kelistrikan. Telegraf listrik bisa dibilang untuk transmisi komunikasi bergantung
sebagai media listrik pertama yang pada energi listrik, dan apa yang disebut
diciptakan pada pertengahan 1700-an. sinyal sebenarnya merupakan
Telegraf listrik baru bisa berfungsi kombinasi dari medan listrik dan

Iswari Anggit Pramesti, Irwansyah: Faktor yang Memengaruhi Minat dan Cara…
120
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229

magnet (McMullan, 2017). pada batas waktu maupun geografis


Sebenarnya, dalam beberapa hal (atau (McMullan, 2017).
bahkan lebih), EMR berbeda dari
teknologi fondasi kelistrikan. Namun Minat Membaca
banyak ahli teori media Penelitian di Swedia dan
mengklasifikasikan EMR sebagai beberapa negara lainnya terhadap minat
“listrik” atau “elektronik” (McLuhan, dan kebiasaan membaca anak hingga
1964). remaja, pada tahun 1967 sampai 1969,
Keempat, fondasi teknologi menunjukkan hasil yang cukup
digital. Di era ini, teknologi yang ada mengejutkan (Lauristin & Vihalemm,
telah terkomputerisasi dan terprogram. 2014). Pertama, penggunaan komputer
Teknologi komunikasi dalam era ini berjaringan secara masif di lingkungan
pun sudah semakin canggih, karena anak-anak dan remaja menjadi salah
merujuk pada kemunculan media digital satu penyebab utama menurunnya minat
baru yakni internet, sehingga memiliki dan kebiasaan membaca tradisional
kemampuan meniru realita yang ada (membaca buku, surat kabar, majalah,
(McMullan, 2017). Akses informasi pun dan sebagainya). Selain itu, dari
menjadi luas dan tak terbatas, bahkan penelitian tersebut juga didapati jika
setiap manusia mampu menulis dan penggunaan masif media digital,
saling berbagi pengetahuan. Contohnya merestrukturisasi otak manusia dan
Wikipedia, sebuah platform yang membuatnya lebih cocok untuk
memungkinkan siapa saja yang skimming superfisial dan pemindaian,
memiliki perangkat komputasi dan ketimbang berkonsentrasi pada
akses internet untuk berkontribusi setiap pembacaan mendalam yang
saat sebagai penulis kolaboratif. Isinya diasosiasikan dengan media cetak. Tak
juga berkembang jauh lebih cepat berhenti sampai di sana, hasil lainnnya
daripada ensiklopedia tradisional, dan menunjukkan bahwa tenaga pendidik
hemat biaya. Wikipedia adalah indikasi dan pustakawan mengasosiasikan media
dari salah satu praktik komunikatif cetak dengan masa kecil yang baik,
potensial dari teknologi fondasi digital, sedangkan teknologi media digital
karena memberikan mode keterlibatan dianggap membahayakan masa kanak-
manusia yang asynchronous (banyak- kanak (Lauristin & Vihalemm, 2014).
ke-banyak). Dalam penelitian tersebut,
Sebagai teknologi komunikasi banyak pemikiran berbeda yang
yang memungkinkan berjejaring secara kemudian muncul terhadap minat dan
global, internet memperkenalkan kebiasaan membaca media cetak. Ada
berbagai bentuk komunikasi pada yang berkaitan dengan kognisi,
penggunanya. Setiap orang yang konsentrasi, imajinasi kreatif, serta pola
memiliki akses internet, dapat pikir yang linier maupun abstrak
merasakan interaksi komunikasi dalam (Lauristin & Vihalemm, 2014). Secara
bentuk; satu-ke-satu, satu-ke-banyak, singkat dapat dikatakan bahwa
serta banyak-ke-banyak, tanpa terpaku penelitian terkait minat dan kebiasaan

Iswari Anggit Pramesti, Irwansyah: Faktor yang Memengaruhi Minat dan Cara…
121
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229

membaca berpusat pada transisi Selain itu, sistem pendidikan di


pengalaman dari satu budaya ke yang Indonesia belum mampu
lain, dari membaca media cetak ke mengembangkan dan memaksimalkan
media digital, dan tentang peran yang penerapan kebiasaan membaca di
dimainkan oleh teknologi media baru kalangan siswa. Bahkan, hal tersebut
dalam proses ini. juga terjadi di lingkungan keluarga, para
Di Indonesia, hasil penelitian orang tua kebanyakan tidak
tentang minat membaca menunjukkan menanamkan kebiasaan membaca pada
sedikit perbedaan dari penelitian di anak-anaknya sejak dini (Mustafa,
Swedia. Perlu diketahui, penelitian 2012). Tak hanya itu, minimnya
terkait minat membaca di Indonesia ketersediaan sarana-prasarana
diawali dengan pertanyaan mendasar membaca, seperti mahalnya harga buku
yakni; mengapa minat membaca dan bahan pustaka lain yang sulit
masyarakat rendah dan perlu diakses, juga menjadi faktor yang
diperbaiki? Pada penelitian sebelumnya memengaruhi.
penurunan minat membaca dikarenakan Bagi negara berkembang seperti
kemunculan internet, di Indonesia juga Indonesia, memiliki kebiasaan
demikian. Internet memang menjadi membaca yang baik merupakan hal
salah satu faktor rendahnya minat yang penting. Pasalnya dengan
membaca di Indonesia, hanya saja hal membaca, masyarakat Indonesia akan
tersebut bukan yang utama. Rendahnya kaya dengan informasi dan
minat membaca masyarakat di pengetahuan, sehingga negaranya
Indonesia terjadi karena adanya tradisi bersaing di era globalisasi (Mustafa,
lisan atau oral tradition (Mustafa, 2012). Oleh karena itu, kebiasaan
2012). membaca yang baik harus ditanamkan
Kondisi minat membaca yang dan di tingkatkan pada masyarakat
rendah di Indonesia telah terjadi selama Indonesia, terutama anak-anak.
bertahun-tahun, dengan kata lain sudah Perpustakaan dapat menjadi
menjadi sebuah kebiasaan. Berbagai jawaban dari problematika rendahnya
penelitian yang dilakukan dalam dua kebiasaan membaca masyarakat
puluh tahun terakhir, memang Indonesia (Mustafa, 2012). Saat ini
menunjukkan hasil yang sama, yakni; segala jenis perpustakaan (perpustakaan
orang Indonesia tidak suka membaca umum dan perpustakaan sekolah), telah
(Mustafa, 2012). Membaca hanya melakukan promosi kebiasaan membaca
dilakukan ketika mendapat tugas dari dengan berbagai cara. Perpustakaan
sekolah maupun kantor. Di waktu telah menetapkan beberapa kebijakan
senggang, masyarakat Indonesia lebih dan mengadakan berbagai aktivitas
suka menonton televisi, bermain game untuk mendukung kebiasaan membaca
dan mengobrol dengan teman, di komunitasnya. Namun, agar promosi
berbelanja di mal, atau sekadar tersebut dapat berjalan dengan baik,
bersenang-senang di tempat wisata. perpustakaan harus menyediakan
fasilitas dan koleksi buku yang

Iswari Anggit Pramesti, Irwansyah: Faktor yang Memengaruhi Minat dan Cara…
122
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229

memadai, yang relevan, dan sebagainya. sehingga mampu membaca artikel-


Hal ini sesuai dengan visi dan misi artikel atau informasi di media online
perpustakaan. Pasalnya, sebagian besar dengan cepat. Cara ini juga dikenal
visi perpustakaan tersebut adalah untuk dengan istilah memindai dan skimming.
menciptakan masyarakat yang Cara ini efektif karena di era digital
terinformasi dengan baik dan cerdas. masyarakat dihadapkan dengan
Kemudian misinya adalah menyediakan derasnya aliran arus informasi,
koleksi berdasarkan kebutuhan masyarakat juga memilih terkait
informasi komunitasnya, memberikan informasi mana yang mau mereka
layanan, serta meningkatkan dapatkan, channel atau portal digital
profesionalisme atau mengembangkan mana yang dianggap dapat memuaskan,
kualitas dan kehidupan intelektual dan sebagainya.
masyarakat, sumber daya manusia di Perlu diketahui juga, bahwa
Indonesia. dalam konten atau isi bacaan digital
biasanya dangkal atau singkat, sehingga
Cara Membaca cara membaca ekstensif dengan
Di era digital, terjadi perubahan memindai dan skimming tepat
cara membaca masyarakat. Cara diterapkan (Liu, 2012). Namun, cara
membaca masyarakat secara umum membaca yang demikian membuat
dibagi dua, yakni membaca intensif dan fokus atau konsentrasi individu dalam
membaca ekstensif (Liu, 2012). Pada masyarakat berkurang. Memang tidak
tahun 1750, masyarakat membaca ada yang salah dengan cara membaca
secara intensif. Hal ini karena pada ekstensif melalui memindai dan
umumnya, individu di masyarakat skimming, tapi tentu saja pengetahuan
hanya memiliki sedikit buku untuk atau informasi yang diperoleh juga
dibaca, sehingga mereka “terpaksa” sangat mungkin tidak utuh. Inilah yang
membacanya berulang kali. Namun, menjadi kekhawatiran tenaga pendidik
pada awal 1800-an, individu mulai universitas dalam penelitian Liu, di
membaca banyak hal. Mereka dapat mana mereka sangat menyadari adanya
membaca semua jenis materi, seperti “ilusi pengetahuan instan” yang
media cetak yang terbit berkala (surat menyebar di internet.
kabar). Hal ini sesuai dengan
Dengan kemunculan media karakteristik media digital, di antaranya;
digital (internet), terjadi perubahan setiap individu dapat menjadi sumber
drastis dalam cara membaca informasi, mereka dapat menulis dan
masyarakat. Jika sebelumnya membaca men-sharing informasi atau
dengan cara intensif, saat ini masyarakat pengetahuan yang mereka peroleh dari
cenderung membaca secara ekstensif berbagai sumber di internet. Selain itu,
(Liu, 2012). Membaca secara ekstensif pesan atau informasi disampaikan
dapat diartikan sebagai membaca cepat. secara singkat dan padat, kemudian
Indera pengelihatan masyarakat di era pendistribusiannya juga sangat cepat
digital, seakan menjadi alat scanning dan dapat dilakukan secara bersamaan.

Iswari Anggit Pramesti, Irwansyah: Faktor yang Memengaruhi Minat dan Cara…
123
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229

Media digital juga memungkinkan sebagainya membuat bisnis koran atau


individu saling berinteraksi, baik real surat kabar berada di “ujung tanduk”.
time maupun non real time. Bahkan, banyak perusahaan surat kabar
Karakteristik inilah yang menjadi alas yang terpaksa harus berhemat dengan
an mengapa cara membaca masyarakat memangkas biaya produksi, termasuk
berubah (Kurniasih, 2017). Bahkan, ada karyawannya (Cosgrove & Gomaa,
istilah; seolah-olah dunia berada dalam 2014).
genggaman jika seseorang memiliki Tak hanya persoalan minat
device yang tersambung dengan membaca, iklan di koran atau surat
internet. kabar pun menunjukkan penurunan.
Tulisan Liu (2012) juga Kondisi ini berbanding terbalik dengan
mencantumkan hasil survei terbaru iklan di media digital internet yang
yang dilakukan oleh Gartner Inc, yakni; justru menunjukkan peningkatan.
waktu yang dihabiskan orang untuk Dengan kata lain, koran atau surat kabar
membaca di layar komputer, tidak lagi menjadi hotspot untuk
smartphone, hampir sama dengan waktu beriklan, karena semakin banyak
yang dihabiskan untuk membaca dari perusahaan pengiklan beralih ke
media cetak (Liu, 2012). Semakin pemasaran online yang didominasi oleh
banyak informasi yang tersedia di Google dan Facebook misalnya
media digital, semakin banyak pula (Cosgrove & Gomaa, 2014). Persaingan
waktu yang dihabiskan orang untuk yang semakin ketat membuat koran atau
membaca media elektronik. Inilah surat kabar tidak dapat memasang harga
mengapa lingkungan digital premium untuk ruang iklan mereka,
memengaruhi cara membaca karena media digital mematok harga
masyarakat. yang lebih rendah.
Selain itu, internet menawarkan
Bisnis Media Cetak sumber informasi yang tak terbatas.
Pertama koran atau surat kabar. Masyarakat pun tak hanya berpaku pada
Persaingan ketat untuk memperoleh satu sumber untuk memperoleh
perhatian masyarakat (dalam hal ini informasi. Masyarakat dapat menjelajah
audiences atau pelanggan suatu media dunia maya (internet) tanpa batasan
massa) sudah terasa sejak munculnya ruang dan waktu, untuk mencari
media penyiaran atau media elektronik informasi yang mereka inginkan. Ini
(Suijkerbuijk, 2014). Namun, karena berdampak pada loyalitas masyarakat.
memiliki spesifikasi fungsi dan pasar Jika sebelum internet muncul
masing-masing, koran atau surat kabar masyarakat (dalam hal ini individu di
masih bisa bertahan. Koran atau surat dalamnya) dapat setia pada satu nama
kabar semakin terpuruk dengan koran atau surat kabar, kini mereka
keberadaan media digital (internet). dapat beralih ke mana saja yang
Internet dan segala perkembangannya dianggap sesuai dan mampu memenuhi
yang pesat, seperti kemunculan kebutuhan informasinya (Cosgrove &
perusahan start up, e-commerce, dan Gomaa, 2014).

Iswari Anggit Pramesti, Irwansyah: Faktor yang Memengaruhi Minat dan Cara…
124
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229

Era digital berdampak pada menghadirkan tantangan tersendiri.


transisi budaya masyarakat, di mana Tantangan yang dimaksud salah satunya
saat ini kepraktisan dan kecepatan tidak banyak yang dapat dilakukan
menjadi hal utama. Inilah yang untuk memperluas pasar, dalam arti
kemudian memunculkan e-paper atau menargetkan segmen pelanggan baru,
yang lebih dikenal dengan istilah atau menyediakan produk dan layanan
“media online”. E-paper didefinisikan baru sebagai respons terhadap lanskap
sebagai surat kabar digital yang dapat media yang berubah (Suijkerbuijk,
dicari secara komprehensif dan 2014). Mengutip ekonom media Robert
terpercaya, serta cepat (Suijkerbuijk, G. Picard; "untuk menciptakan nilai
2014). E-paper berbentuk halaman web yang langgeng, dasar-dasar bisnis
maupun aplikasi, yang dapat diakses tentang siapa mereka, apa mereka, dan
melalui komputer pribadi dan perangkat bagaimana mereka melayani pembaca
seluler seperti tablet, telepon genggam dan pengiklan perlu diperiksa oleh
(smartphone), dan sejenisnya. E-paper surat kabar" (Suijkerbuijk, 2014).
biasanya dibaca untuk mencari Apa yang dijelaskan
informasi, mendapatkan berita terbaru, Suijkerbuijk (2014), sudah pernah
serta mengisi waktu luang. dibahas Philip Mayer dalam bukunya;
Isi e-paper terbilang singkat, “The Vanishing Newspaper” (2006).
padat, dan jelas, serta membutuhkan Meyer bahkan meramalkan bahwa, pada
waktu yang cepat untuk diunggah. Ini tahun 2044 mendatang mungkin hanya
berbeda dengan koran atau surat kabar akan tersisa satu eksemplar surat kabar
yang isinya lebih panjang, bahkan bisa atau koran (Kusuma, 2016). Pasalnya,
berhalaman-halaman, serta ia melihat masa depan surat kabar
membutuhkan setidaknya satu hari belakangan ini semakin
untuk diterbitkan. Meskipun demikian, memperihatinkan karena berada di
isi koran atau surat kabar memang lebih tengah gempuran media massa lainnya,
lengkap. Berbeda dengan e-paper yang seperti; televisi, radio, dan tentu saja
jika mengulas suatu peristiwa tidak bisa internet. Banyak survei menunjukkan
diunggah sekaligus, melainkan terbagi dengan jelas bagaimana posisi surat
dalam beberapa update. Namun karena kabar atau koran yang perlahan tapi
di zaman modern kepraktisan dan pasti mulai tergerus oleh penetrasi
kecepatan menjadi hal yang utama, media online.
membuat e-paper begitu mudah “naik Pendapat Philip Meyer juga
daun”, meninggalkan media cetak diyakini oleh Rupert Murdoch dan
tradisional lainnya (Suijkerbuijk, 2014). Noam Chomsky, meski keduanya
Saat ini demi kelangsungan berusaha untuk tetap optimis. Murdoch
bisnisnya, sebagian besar koran atau menilai, bertahan di era digital bukanlah
surat kabar memiliki versi online atau e- suatu kemustahilan bagi bisnis media
paper. Di satu sisi, internet menawarkan cetak (dalam hal ini surat kabar atau
peluang baru pada bisnis koran atau koran), asal mereka mau menurunkan
surat kabar, namun si sisi lain juga “arogansinya” dan menaruh perhatian

Iswari Anggit Pramesti, Irwansyah: Faktor yang Memengaruhi Minat dan Cara…
125
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229

pada kebutuhan masyarakat, khususnya Harian Bola, Soccer, Jurnal Nasional,


anak muda yang saat ini mendominasi Majalah Tajuk, Prospek, dan Fortune
pengguna internet (Kusuma, 2016). (Kusuma, 2016).
Tak lama berselang, kurang Seorang konsultan teknologi
lebih dua tahun setelah pernyataan dari Massachusetts, Paul Gillin
Meyer, tepatnya tahun 2007, bisnis mengatakan, sangat kecil kemungkinan
surat kabar atau koran The Sun di media cetak untuk bertahan jika
Inggris bangkrut. Tak berhenti sampai bersikeras mempertahankan model
di situ, bisnis surat kabar atau koran di bisnisnya (Kusuma, 2016). Tak hanya
Amerika Serikat juga banyak yang karena kemunculan media digital
mengalami kejatuhan dan bangkrut, (internet) dan karakteristik masyarakat
misalnya saja Chicago Tribune, Los digital yang mengutamakan asas
Angeles Time, The Rocky Mountain multitasking serta kepraktisan, tapi juga
News, Seattle Post Intelegencier, karena perkembangan ekonomi sedang
Philladephia Inquiry, Baltimore bergerak “melawan” bisnis cetak. Cost
Examiner, Kentucky Post, King Country atau ongkos produksi media cetak
Journal, Cincinnati Post, Union City sangat mahal ketimbang media digital.
Register Tribune, Halifax Daily News, Pasalnya produksi media cetak
Albuquerque Tribune, South Idaho Star, melibatkan banyak karyawan,
San Juan Star (Kusuma, 2016). membutuhkan kertas yang banyak,
Kejatuhan dan kebangkrutan tinta, alat percetakan, dan sebagainya.
bisnis surat kabar atau koran Belum lagi pendapatan iklan yang
menunjukkan kalau media cetak tak lagi menurun drastis karena beriklan di
diminati masyarakat. Bahkan, semakin media digital jauh lebih murah. Dan
menambah kesan ironi, kala surat kabar yang semakin “menggencet” posisi
atau koran berkelas seperti The bisnis media cetak ialah, seluruh
Washington Post dibagikan gratis di informasi di media digital terkesan
pusat-pusat keramaian Amerika Serikat gratis dan mudah diakses. Bisnis media
(Kusuma, 2016). Begitu pula dengan cetak pun semakin dibuat
The Wall Street Journal edisi cetak “sempoyongan” karena tak lagi dapat
yang juga dibagikan secara gratis. mematok harga tinggi, bahkan harga
Apa yang dikaji Suijkerbijk yang layak dengan cost produksi
(2014) dan Meyer (2006) sangat tepat mereka (Kusuma, 2016).
untuk menggambarkan bisnis media Mau tidak mau, suka tidak suka,
cetak, khususnya surat kabar di bisnis media cetak harus
Indonesia. Penelitian Satria Kusuma bertransformasi ke bentuk digital atau
(2016) menunjukkan angka bisnis surat media online. Sebagai contoh surat
kabar atau koran di Indonesia yang kabar atau koran Kompas yang saat ini
mengalami kejatuhan atau kebangkrutan tidak lagi memposisikan sebagai media
sangat banyak. Mulai dari Harian Sinar cetak, tetapi juga sebagai penyedia
Harapan yang tutup pada tanggal 1 informasi online, yang dapat diakses
Januari 2016 kemarin, kemudian disusul melalui berbagai platform seperti;

Iswari Anggit Pramesti, Irwansyah: Faktor yang Memengaruhi Minat dan Cara…
126
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229

komputer, smartphone, tablet, dan surat kabar dengan model e-paper.


sebagainya (Kusuma, 2016). Majalah akan sangat disarankan untuk
Sebagai sebuah platform, menemukan sistem yang pas, yang
mungkin media cetak akan hilang, disukai, yang membuat nyaman
tetapi bisnisnya lebih memiliki pembacanya.
kesempatan untuk bertahan. Dengan Sejak pertengahan tahun 90-an
demikian, perannya sebagai media atau majalah yang ada telah bereksperimen
penyalur informasi lebih lenggeng. Hal dengan menggunakan web sebagai
ini sangat penting karena tidak dapat pendamping produk cetak. Bisnis
dipungkiri media digital akan majalah pun sedang menguji bentuk
menyelamatkan peradaban baca-tulis, barunya ini, yang tentu saja
sekaligus lebih ramah lingkungan (tidak berpengaruh pada proses produksinya.
membutuhkan kertas, tinta, dan bahan Salah satu contohnya adalah teknologi
kimia lainnya), sehingga dapat layar fleksibel, yang memungkinkan
melestarikan lingkungan hidup untuk meniru taktilitas dan portabilitas
(Kusuma, 2016). kertas cetak dalam buklet halaman
Beralih ke media online elektronik. Caranya, konten majalah
rupahnya tidak serta merta membuat harus diunduh terlebih dahulu ke
bisnis media cetak bertahan. Dalam perangkat elektronik pembaca. Konten
kajian Satria Kusuma (2016) dijelaskan, yang telah terunduh secara otomatis
agar dapat bertahan dengan kokoh, akan diintegrasikan ke dalam layar,
media cetak harus mempertahankan sehingga pembaca memiliki beberapa
kredibilitas dan kepercayaan atas halaman yang diikat menjadi satu
informasi yang disajikan. Kredibilitas seperti majalah cetak.
dan kepercayaan masyarakat ini dapat Dengan semua perubahan yang
dibangun melalui profesionalisme didorong oleh teknologi ini, muncul
jurnalis dengan berpegang pada etika sebuah pertanyaan mendasar, yakni; di
jurnalistik yaitu; menyajikan informasi mana bentuk majalahnya? Victor
faktual dan telah teverifikasi dengan Navasky pada tahun 2007, menangkap
baik (Kusuma, 2016). salah satu kunci utama untuk menjawab
Kedua, majalah. Saat internet pertanyaan mendasar tersebut yakni,
muncul, kesulitan bisnis tak hanya majalah adalah sebuah bentuk seni,
dialami koran atau surat kabar, bukan hanya metode atau media
melainkan juga menimpa bisnis penyampaian informasi (Abrahamson,
majalah. Bahkan, bisnis majalah dapat 2015). Pemikiran Navasky tersebut tak
dikatakan telah mengalami masa-masa lain berasal dari apa yang dikemukakan
sulit selangkah lebih awal ketimbang oleh seorang filsuf Inggris abad ke-17,
media cetak lainnya (Abrahamson, Francis Bacon. Bacon menyebut
2015). Mau tidak mau, siap tidak siap, majalah dengan istilah "aksioma
jika ingin bertahan, adaptasi dengan tengah". Hal ini berarti majalah berada
internet menjadi sebuah keharusan. di tempat yang dapat dianggap sebagai
Sama seperti yang dilakukan koran atau "posisi istimewa", di mana majalah

Iswari Anggit Pramesti, Irwansyah: Faktor yang Memengaruhi Minat dan Cara…
127
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229

lebih rinci dan interpretatif daripada masyarakat Indonesia. Faktor-faktor


surat kabar, meski kurang reflektif dan tersebut di antaranya; manajemen
komprehensif, namun juga lebih mudah bagian kepustakawanan yang buruk,
diakses ketimbang buku. misalnya kurangnya tenaga kerja yang
Sebuah fakta mengejutkan berkualitas dan berkompetensi di
muncul beberapa tahun silam di bidang kepustakawanan, kurangnya
Amerika Serikat, saat majalah dana untuk mendukung pengembangan
Newsweek bangkrut (Kusuma, 2016). perpustakaan dari segala jenis, bahkan
Newsweek merupakan majalah ternama lebih parahnya lagi, banyak kasus
di Amerika Serikat. Kirpahnya di dunia korupsi di tengah proyek mendukung
bisnis media cetak tidak main-main, bacaan, serta operasional perpustakaan
karena telah bertahan dan menguasai yang belum optimal (Kusuma, 2016).
pemberitaan selama 80 tahun. Oleh Lalu juga dari segi harga.
karena itu, wajar jika para peneliti Banyak buku dan bahan pustaka lainnya
bisnis media cetak menjadikan tragedy di Indonesia, dijual dengan harga yang
bangkrutnya Newsweek sebagai dapat dikatakan mahal, sehingga tidak
penanda kejatuhan media cetak. dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Newsweek menutup usahanya pada 31 Dengan kata lain, kebanyakan orang
Dsember 2012. Indonesia tidak mampu membeli bahan
bacaan yang bagus (Kusuma, 2016).
SIMPULAN Belum lagi faktor daya pikat
Dari penjabaran penelitian- media elektronik dan internet. Tak dapat
penelitian di atas, dapat ditarik dipungkiri, program televisi, game
kesimpulan bahwa minat membaca internet, media sosial, dan sebagainya
masyarakat memang menurun semenjak memengaruhi minat membaca
kemunculan media digital. Namun, di masyarakat Indonesia. Bahkan, hal ini
Indonesia, hasil penelitian Kusuma menjadi isu yang cukup
(2016) menunjukkan sedikit perbedaan, mengkhawatirkan di kalangan tenaga
yang cukup mendasar. pendidik. Tak hanya anak-anak dan
Kehadiran media digital, remaja, usia dewasa pun akan lebih
memang menjadi salah satu faktor senang menghabiskan waktunya untuk
rendahnya minat membaca masyarakat menonton acara televisi yang
akan tetapi bukanlah hal yang utama. menghibur atau hanya bermain game
Masyarakat Indonesia lebih kental (Kusuma, 2016).
dengan tradisi lisan ketimbang tulisan. Apa yang disampaikan Kusuma
Dengan kata lain, masyarakat Indonesia (2016) juga diperkuat oleh hasil
lebih senang berbicara, mengobrol, dan penelitian Nuning Kurniasih (2017)
sebagainya ketimbang membaca- yang menunjukkan bagaimana tradisi
menulis. lisan ini terbentuk. Sejak kecil,
Selain faktor tradisi, masih ada masyarakat Indonesia terbiasa
beberapa faktor lain yang memengaruhi mendengar cerita rakyat yang
rendahnya minat membaca pada bersumber dari “mulut ke mulut”,

Iswari Anggit Pramesti, Irwansyah: Faktor yang Memengaruhi Minat dan Cara…
128
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229

dongeng sebelum tidur, dan sebagainya. mengiklankan event-event bacaan,


Sangat jarang keluarga yang perpustakaan desa, mengadakan
membiasakan anak-anaknya membaca seminar, pelatihan, lokakarya, maupun
buku. wawancara dengan tenaga pendidik dan
Lalu, bagaimana solusinya? bidang terkait lainnya.
“Perpustakaan” menjadi jawaban yang Pihak swasta dan pemerintah
tepat, untuk pertanyaan tersebut. pun sudah seharusnya turut membantu
Pasalnya, perpustakaan menjadi sebuah perpustakaan meningkatkan minat
entitas yang responsive (Kusuma, membaca masyarakat Indonesia. Hal ini
2016). Bayangkan, jika perputakaan dikarenakan, pihak swasta dan
yang ada di Indonesia dilengkapi pemerintah menjadi sektor atau agensi
dengan koleksi yang relevan, profesional yang dapat meningkatkan
infrastruktur yang memadai, didukung standar perpustakaan, melalui kegiatan
oleh pustakawan yang kompeten, dan untuk mengembangkan atau mendorong
pelayanan yang baik, tentunya akan program baca tulis (Kusuma, 2016).
menarik minat masyarakat untuk datang Contohnya pada Perpustakaan Nasional
ke perpustakaan (Kusuma, 2016). Republik Indonesia, Pulishers
Akan tetapi perlu diingat, solusi Indonesia, dan sebagainya.
tersebut baru bisa berjalan dengan Terakhir yang tidak kalah
efektif jika elemen lain di bidang sosial- penting, ialah peran guru.
masyarakat turut mendukung. Misalnya Meningkatkan minat membaca peserta
saja keluarga. Keluarga memegang didik merupakan amanah atau tugas
peranan penting dalam membentuk dan utama para guru (Kusuma, 2016). Guru
meningkatkan minat membaca. Orang sebaiknya tidak hanya mengajarkan
tua menjadi penanggung jawab pertama membaca maupun membagikan ilmu
dalam mensosialisasikan dan pengetahuan, tapi juga sebaiknya
mempromosikan kebiasaan membaca di menanamkan perasaan “mencintai”
antara anak-anak mereka (Kusuma, buku dan bahan bacaan.
2016). Caranya bagaimana? Yakni Jika semua elemen sosial-
dengan menciptakan lingkungan belajar masyarakat bekerja sama dengan baik,
di rumah seperti; mendirikan sudut baca sudah pasti sumber daya manusia
mini di rumah, memperbanyak koleksi Negara Indonesia bisa berkembang dan
buku atau bahan bacaan, Bersama-sama bersaing secara global. Hal ini penting
mengunjungi perpustakaan, toko buku, agar Indonesia bisa melangkah dari
bahkan memberi buku sebagai hadiah di negara berkembang ke negara maju.
momen spesial anak. Selain itu, masyarakat Indonesia juga
Selain keluarga, media massa memperoleh kehidupan yang lebih
juga seharusnya turut mengambil layak dan Makmur, seperti yang
tanggung jawab dalam meningkatkan tertuang dalam pembukaan Undang-
minat membaca masyarakat (Kusuma, Undang Dasar 1945 (Kusuma, 2016).
2016). Baik radio, televisi, surat kabar, Poin kesimpulan berikutnya
dan majalah dapat membantu dengan mengenai cara membaca masyarakat di

Iswari Anggit Pramesti, Irwansyah: Faktor yang Memengaruhi Minat dan Cara…
129
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229

era digital. Tidak berbeda dengan kecenderungan untuk selalu online


negara lain, cara membaca masyarakat (Kurniasih, 2017). Mereka ingin
Indonesia di era digital yakni membaca mendapatkan informasi multisumber
ektensif (Liu, 2012). Aliran arus dalam bentuk multimedia, sesegera
informasi yang deras, serta banyaknya mungkin. Mereka juga melakukan
pilihan sumber bacaan, portal berita, banyak tugas sekaligus (multitasking),
membuat masyarakat Indonesia kurang berinteraksi secara real time meski
fokus dan konsentrasi. Kemampuan terpisah jarak, serta mampu membuat
untuk mengakses beberapa informasi konten sendiri (misalnya pada
sekaligus, di beberapa device yang Wikipedia, Youtube, dan sebagainya).
berbeda (multitasking), membuat Hal-hal tersebutlah yang pada akhirnya
masyarakat di era digital cenderung memengaruhi kebutuhan dan cara
membaca secara cepat. Tanpa adanya membaca masyarakat.
perhatian dan pemeriksaan akurasi, Jadi, media cetak tak hanya
orang dapat dengan mudahnya saling dituntut untuk merubah model bisnis ke
membagikan informasi. Seolah-olah media digital maupun mempertahankan
setiap orang ingin menjadi sumber kredibilitasnya saja. Bisnis tersebut juga
informasi pertama (Kurniasih, 2017). harus mampu mengemas informasi
Baik tradisi lisan dan faktor yang menjadi komoditas utama mereka,
lainnya, serta perubahan cara membaca, dengan cara yang menarik, sesuai
pada akhirnya memengaruhi bisnis karakteristik masyarakat digital. Dengan
media cetak di Indonesia. Inilah yang demikian diharapkan mampu
menjadi poin kesimpulan terakhir. menghidupkan kembali kebiasaan
Seakan tidak memiliki pilihan, jika membaca. Bisnis media harus bisa
ingin bertahan, bisnis media cetak harus memanfaatkan kecenderungan
menyesuaikan diri ke media digital masyarakat untuk mengaktualisasikan
dengan melakukan pergantian model diri di media sosial, untuk
bisnis. Inilah mengapa banyak media mempopulerkan kembali kebiasaan
cetak di Indonesia yang saat ini membaca.
memiliki portal online.
Namun, beralih model bisnis Daftar Pustaka:
saja tidaklah cukup. Bisnis media cetak Abrahamson, D. (2015). The Future of
juga harus mampu mempertahankan the Magazine Form. Journal of
kredibilitasnya. Hal ini karena Magazine & New Media Research,
persaingan bisnis di media digital lebih 16(1).
ketat. Bagaimana tidak, karakteristik Castells, M. (1996). Economy , Society ,
masyarakat telah berubah seiring and Culture The Information Age
dengan perkembangan teknologi The Rise of the Network Society
komunikasi dan informasi (Kurniasih, Table of Contents for Volumes II
2017). and III of Manuel Castells ’ The 5
Masyarakat saat ini, khususnya Globalization , Identification , and
generasi digital memiliki the State : A Powerless State or a 6

Iswari Anggit Pramesti, Irwansyah: Faktor yang Memengaruhi Minat dan Cara…
130
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora P-ISSN: 2615 – 3440
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian E-ISSN: 2597 – 7229

Informational Politics and th: Vol. https://doi.org/10.26530/oapen_49


I. Blackwell Publishing Ltd. 6790
https://doi.org/10.1002/978144431 Liu, Z. (2012). Digital Reading
8234.ch5 Assessment. January, 317–323.
Castells, M. (2009). Communication https://doi.org/10.1787/978926416
Power. Oxford University Press. 7872-18-en
Cosgrove, E., & Gomaa, A. (2014). The McLuhan, M. (1964). Understanding
Cross-Roads to Digital: Newspaper Media: The Extension of Man.
Models and the Change to an McGraw Hill.
Industry. European Journal of https://doi.org/10.1109/tpc.1987.64
Interdisciplinary Studies, 6(2), 36– 49115
51. McMullan, J. (2017). A new
Isazadeh, A. (2004). Information understanding of ‘New Media’:
society: concepts and definitions. Online platforms as digital
WSEAS Transactions on Systems, mediums. Convergence, 26(2).
3(6). https://doi.org/10.1515/oph- https://doi.org/10.1177/135485651
2015-0011 7738159
Johnston, M. P. (2014). Secondary Data Mustafa, B. (2012). Indonesian People
Analysis : A Method of which the Reading Habit Is Very Low: How
Time Has Come. Qualitatve and Libraries Can Enhance the People
Quantative Methods in Libraryes Reading Habit. The 15th Consal
(QQML), 3(April), 619–626. Meeting and General Conference
Kittilson, M. C., & Dalton, R. J. (2011). “National Heritage: Preservation
Virtual Civil Society: The New and Dissemination.”
Frontier of Social Capital? Suijkerbuijk, M. (2014). Digitalization
Political Behavior, 33(4). in the newspaper industry.
https://doi.org/10.1007/s11109-
010-9143-8
Kurniasih, N. (2017). Reading Habit in
Digital Era: Indonesian People do
not Like Reading, is it True? July.
https://doi.org/10.31227/osf.io/5ap
kf
Kusuma, S. (2016). POSISI MEDIA
CETAK DI TENGAH
PERKEMBANGAN MEDIA
ONLINE DI INDONESIA. 5, 56–
71.
Lauristin, M., & Vihalemm, P. (2014).
Reading in changing society. In
Reading in changing society.
University of Tartu Press.

Iswari Anggit Pramesti, Irwansyah: Faktor yang Memengaruhi Minat dan Cara…
131

Anda mungkin juga menyukai