Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN SISTEM PENGENDALIAN KELAUTAN

“KARAKTERISTIK PENGUKURAN
(MEASUREMENT CHARACTERISTIC)”

Disusun oleh :
Wanda Rulita Sari 0317040010
Rama Satria Dewa 0317040022
Kelompok : 10

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PERMESINAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2019
1.1. Karakteristik Pengukuran (Measurement Characteristic)
Karakteristik pengukuran atau Measurement Characteristic adalah Tujuan dasar
instrumentasi proses untuk mendapatkan informasi penting (P, V, T, F, C) yang berkaitan
dengan kelangsungan proses.

1.2. Pengukuran (Measurement)


Pengukuran adalah suatu perbandingan sebuah kuantitas yang tidak diketahui
nilainya dengan suatu nilai standar (dalam satuan tertentu).
Instrumen pengukuran terdiri dari 3 bagian yaitu:
1) Measuring
Mengukur nilai variabel proses
2) Indicating
Menunjukkan nilai variable proses
3) Recording
Mencatat nilai variable proses

1.3. Elemen-Elemen Pengukuran

 PSE menerima energi dari media yang diukur dan menghasilkan output yang besarnya
tergantung dari kuantitas yang diukur.
 VCE mengubah/mengkonversi output PSE menjadi variabel fisik, seperti tegangan
(voltage), jarak perpindahan (displacement)
 VME memanipulasi sinyal var. fisik untuk menghasilkan sinyal instrumen yang
diinginkan.
 DTE mengirim (transmit) data dari elemen satu ke elemen lain.
 DPE menunjukkan hasil pengukuran pointer yang bergerak di sepanjang skala ukur
catatan pena pada sebuah kertas)

1.4. Karakteristik Kinerja Instrumen


Karakteristik kinerja instrumen dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Karakteristik Statis
Karakteristik Statis yang terdiri dari kalibrasi, akurasi, presisi, reproducibility, drift,
sensivity, resolution, dead zone, black lash, true value, static error, mistake, systematic
error, random error, dan source of error.
2) Karakteristik Dinamis
Karakteristik Statis yang terdiri dari speed of response, fidelity, lag, dynamic error, zero-
order instrument, first-order instrument, dan second-order instrument.

2.1. Karakteristik dinamis


Dalam pengukuran sebuah parameter tertentu, dibutuhkan sebuat alat ukur yang
dapat mendeteksi setiap perubahan dengan teliti. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
optimum sebaiknya kita mengetahui karakteristik dari alat ukur tersebut terlebih dahulu.
Karakteristik dari alat ukur dibagi menjadi dua yaitu karakteristik statis dan karakteristik
dinamis. Namun kali ini saya akan membahas mengenai beberapa karakteristik statis pada
alat ukur. Karakteristik statis adalah Karakteristik Statis adalah suatu alat ukur
(instrumentasi) adalah karakteristik apabila alat ukur digunakan untuk mengukur suatu
kondisi yang tidak berubah karena waktu atau hanya berubah secara lambat. Karakteristik
statik dari alat ukur ialah sebagai berikut :
1) Kalibrasi
Kalibrasi adalah proses verifikasi akurasi suatu instrument dengan sebuah standar acuan
tertentu. Sebagai contoh adalah dalam mengukur suhu dengan akurasi ± 0.50C. Namun,
alat ukur hanya tersedia yang memiliki akurasi ± 10C. Alat ukur tersebut harus terlebih
dahulu dikalibrasi sebelum dipakai Artinya, fungsi transfer individualnya perlu
ditemukan saat kalibrasi. Biasanya menghasilkan output: voltage, current, frequency,
pressure, flow.
Langkah-langkah penting dalam kalibrasi:
a. Uji konstruksi instrumen dan tentukan semua input yang mungkin
b. Tentukan input yang akan diterapkan untuk kalibrasi instrument
c. Siapkan peralatan yang mengijinkan semua input bervariasi di dalam rentang (range)
yang diperlukan.
d. Dengan menjaga beberapa input konstan, variasikan input lain, catat outputnya,
susun hubungan (persamaan) input-output
2) Akurasi
Akurasi pada kenyataannya dapat diketahui dari ketidakakuratan sensor.
Ketidakakuratannya dapat diukur dari deviasi terbesar yang dihasilkan sensor dalam
pengukuran. Deviasi dapat diartikan sebagai perbedaan antara nilai perhitungan dengan
nilai eksperimen. Dalam praktiknya, akurasi dinyatakan dalam batas error (limit of error)
dari alat ukur atau sistem di bawah kondisi operasi tertentu yang mungkin sudah/belum
ditentukan.
3) Presisi (precision)
Derajat kebenaran (degree of exactness) dari sebuah istrumen
Contoh: sebuah resistor mempunyai nilai tahanan (nyata) 1592154 Ω Jika diukur dengan
multimeter, terbaca 1,5 MΩ. Pengamat tidak dapat membaca nilai yang sesungguhnya
(pada skala). Meskipun tidak ada kesalahan pembacaan, namun kesalahan atau error
muncul akibat dari skala bacaan (disebut precision error).
4) Reproducibility
Kedekatan hasil pengukuran output yang dilakukan berulang-ulang, dengan input dan
kondisi operasi yang sama dalam periode waktu tertentu.
Perfect Reproducibility: instrumen tidak mempunyai drift (kalibrasinya tidak bergeser
dalam periode waktu panjang: minggu, bulan, tahun)
5) Drift
Sebuah perubahan yang tidak diinginkan atau variasi output secara gradual dalam
periode waktu. Jadi jika drift terjadi, korelasi antara inputoutput tidak dapat dibuat. Drift
biasanya muncul jika instrumen sudah kuno.

6) Sensivity
Sensitifitas dari sebuah pengukuran adalah ukuran perubahan pada output instrumen
yang terjadi ketika nilai yang diukur berubah.

7) Resolution
Nilai inkremen terkecil dari sebuah input atau output yang dapat dideteksi. Jika
inkremennya kecil maka disebut fine resolution, sebaliknya jika inkremennya besar
maka disebut coarse resolution.
8) Dead Zone
Rentang terbesar dari variabel terukur yang tidak dapat direspon oleh instrumen,
kadang-kadang disebut dead spot atau hysteresis. Dead zone biasanya terjadi pada
instrumen penunjuk (indicating) atau pencatat (recording). Dalam range tersebut, sinyal
output masih “bertahan” di dekat nilai tertentu (biasanya di sekitar nol) dalam suatu
zona deadband.
9) Backlash
Disebut juga mechanical hystersis: kehilangan gerak yang mungkin terjadi pada elemen
mekanik (gear, linkage, atau peralatan transmisi mekanik lainnya) karena terputus
hubungan (kait-nya tidak kuat).
10) True Value
Nilai variabel terukur yang terbebas dari error
True value = Instrument reading – Static error
11) Static Error
Perbedaan numeris antara nilai sesungguhnya dengan nilai yang diukur oleh instrument

12) Mistake
Kesalahan yang disebabkan oleh manusia (ketidak-telitian membaca, penerapan
instrumen yang kurang tepat, kesalahan komputasi)
13) Systematic Error
Kadang-kadang disebut bias; deviasi seragam dari titik titik pengukuran sebuah
instrumen. Ada 2 jenis:
a. Instrumental error: disebabkan oleh instrumen (friksi pada bearing, tegangan
pegas/spring)
dihindari dengan:
- pemilihan instrumen yang tepat
- penerapan faktor koreksi setelah penentuan besarnya error
- kalibrasi instrumen terhadap alat standar.
b. Enviromental error: disebabkan oleh kondisi eksternal (efek suhu, humiditas, tekanan
barometrik)
dihindari dengan:
- menyediakan penyejuk ruangan (AC)
- melapisi komponen tertentu dalam intrumen
- menggunakan perlindungan (shield) magnetic
14) Random Error
Error yang tidak diketahui penyebabnya. Error ini biasanya kecil, dan mungkin dapat
ditangani secara matematis menurut hukum probabilitas.
15) Sources of Error
- Pengetahuan yang tidak cukup tentang parameter proses dan kondisi perancangan.
- Perancangan yang pas-pasan (poor design)
- Perubahan parameter proses
- Perawatan yang tidak baik (poor maintenance)
- Error karena manusia yang mengoperasikan instrument
- Keterbatasan perancangan
16) Kalibrasi Error
Kalibrasi error adalah toleransi ketidakakuratan yang diizinkan oleh (pabrik) pembuat
sensor yang bersifat sistemik. Artinya, ditambahkan ke semua fungsi transfer yang
sebenarnya. Hal tersebut akan menggeser keakuratan. Besarnya kalibrasi error ini tidak
harus sama dalam rentang tertentu dan dapat berubah tergantung pada jenis kesalahan
pada kalibrasi.

17) Hysteresis
Perbedaaan pembacaan instrument, jika input terus bertambah dari harga negative
disebut maximum input hysteris tapi jika input berkurang dari nilai positif disebut
maximum output hysteris
18) Threshold
Threshold adalah nlai minimum dari input yang masih memberikan output, dibawah nilai
threshold akan menunjukkan nilai nol
19) Sensitivity to disturbance
Perubahan output instrumen yang terjadi karena perubahan karakter statis sebagai
akibat perubahan kondisi lingkungan. Perubahan ini ada dua hal yang utama yaitu:
- Zero drift atau bias : efek dimana pembacaan nol dari sebuah instrumen dimodifikasi
oleh perubahan lingkungan.
- Sensitifitas drift : nilai sensitifitas instrument karena hasil pengukuran yang berubah
ubah sebagaimana perubahan kondisi lingkungan.
2.2. Karakteristik Dinamis
Instrumen jarang menanggapi secara spontan perubahan variabel terukur. Malah,
ada juga yang menunjukkan sifat lambat (slowness/sluggishness) karena sesuatu seperti:
massa, kapasitas termal, kapasitas fluida, atau kapasitas elektrik. Karakteristik dinamik dari
alat ukur ialah sebagai berikut :
1. Pure Delay (keterlambatan)
Sering dijumpai ketika instrumen menunggu beberapa reaksi untuk menanggapi
perubahan variabel terukur. Instrumen industri selalu digunakan untuk mengukur
kuantitas yang berfluktuasi. kelakuan dinamik dari sebuah instrumen sangat penting
untuk dipelajari (lebih penting d.p. kelakuan statik). Kelakuan dinamik dari intrumen
dapat dipelajari dengan melakukan variasi var. terukur a.l. step change, linear change,
sinusoidal change.
2. Speed of Response
Kecepatan instrumen dalam menanggapi perubahan variabel terukur.
3. Fidelity
Tingkat kepercayaan instrumen dalam menanggapi perubahan variable terukur tanpa
error dinamik.

4. Lag
Keterlambatan dalam menanggapi perubahan variabel terukur.
5. Dynamic Error
Perbedaan antara nilai nyata yang bervariasi karena waktu dengan nilai yang
ditunjukkan oleh instrument
6. Respon Dinamik Instrumen Order Nol

7. Respon Dinamik Instrumen Order Satu


8. Respon Dinamik Instrumen Order Dua
Daftar Pustaka
- Morris, A. S. (2001). Measurement and Instrumentation Principles (3 rd ed). Oxford, U.K:
Butterworth-Heinemann.
- Webster John G. dan Halit Eren. Measurement, Instrumentation, and Sensors Handbook (2 nd
ed). Boca Raton: Taylor & Francis Group
- Dasar-dasar Instrumentasi Proses (2008, November 2). Diakses dari website ydhermawan:
https://ydhermawan.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai