Referensi
Instrumentation : Devices and Systems. CS Rangan, GR
Sarma, VSV Mani. Tata McGraw-Hill 1992
Measurement, Instrumentation and Sensors
Handbooks. John G. Webster. CRC Press. 1999
Measurement and Instrumentation Principles. Alan S.
Morris. Butterworth-Heinemann Publ.. 2001
Electronic Portable Instruments : Design and
Applications. Halit-Eren. CRC Press. 2004
Handbook of Modern Sensors : Physics, Designs, and
Applications. Jacob Fraden. Springer Verlag. 2004
Penilaian
Quiz (30 %, 3-4 x)
UTS (30%)
Tugas (30%, 2 x)
UAS (10%)
Silabus
Chap 1. Pendahuluan :
Chap 1. Pendahuluan
Mahasiswa mampu :
1.
2.
Flow-meter
kWh-meter
Spectrometer
Alat Ukur Kadar Air
Recording
Indicating
back
Standar
standar merupakan ukuran kuantiti yang akurat dari
sebuah besaran fisik
Standar digunakan untuk menentukan nilai sebuah
kuantiti besaran fisik lain dengan cara metoda
perbandingan (comparison method).
Semua standar disimpan di International Bureau of
Weight and Measures (BIMP), Paris.
4 Kategori standar:
International Standard
Primary Standard
Secondary Standard
Working Standard
Standar
International Std
Didefinisikan berdasarkan kesepakatan internasional (International
Agreement)
Merepresentasikan akurasi terdekat yang mungkin dicapai oleh
ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
Primary Std
Disimpan pada Institusi/Laboratorium Standar nasional (berbeda
pda setiap negara)
Fungsi : Kalibrasi dan verfikasi standar sekunder (secondary std
Setiap laboratorium memiliki standar sekunder sendiri yang secara
periodik diperiksa dan disertifikasi oleh Lab./Institusi Standar
Nasional
Di Indonesia (seharusnya) fungsi ini dilaksanakan oleh BSN.
(malaysia : SIRIM).
Standar
Secondary Standard
Standar sekunder adalah standar acuan dasar yang digunakan oleh
pengukuran dan kalibrasi laboratorium di industri .
Setiap industri memiliki standar sekunder sendiri
Setiap laboratorium berkala mengirimkan standar sekunder ke
laboratorium standar nasional untuk dikalibrasi dan dibandingkan
terhadap standar primer
Setelah perbandingan dan kalibrasi, Standar National Laboratory
mengembalikan standar sekunder ke laboratorium industri tertentu
dengan sertifikasi akurasi pengukuran dalam hal standar primer
Working Std
Digunakan untuk memeriksa dan mengkalibrasi alat laboratorium
untuk akurasi dan kinerja .
Sebagai contoh, produsen komponen elektronik seperti kapasitor ,
resistor dan lebih banyak menggunakan standar yang disebut
standar kerja untuk memeriksa nilai-nilai komponen yang
diproduksi.
Standar Satuan
Standar Satuan
Standar Satuan
Standar Satuan
back
Komponen Instrumen
Eksitasi
Sensor/
Transducer
Signal
Conditioner
Variable Conv.
Elements
Signal
Processing
Keluaran
Pengukuran
Output Display/
Recording
Signal
Present./
Recording
Comm.
Equipment
Transmisi
Sinyal
Comm.
Equipment
Komponen Instrumen
Variabel Fisik yang diukur (measured variable) atau
seringkali disebut dengan measurand merujuk
kepada nilai variabel (suhu, berat, tekanan dll.) yang
akan ditampilkan oleh instrumen pengukuran
Stimulan merujuk kepada fenomena fisik apa yang
akan diamati untuk mengukur variabel tersebut .
Komponen Instrumen
Pemilihan stimulan tergantung pada kondisi, situasi
dan lingkungan dari obyek yang diukur.
Misalnya untuk mengukur suhu tungku pelebur biji
besi dengan suhu 750oC sukar didekati karena energi
panas yang tinggi menyebabkan benda disekitarnya
dapat meleleh, atau
mengukur suhu tranformator tegangan ekstra tinggi
500 kV sukar didekati karena lingkungannya
membangkitkan gelombang EM yang dapat
menginduksi peralatan.
Biasanya digunakan Stimulan energi optik yang
diukur secara jarak jauh dengan melihat pola warna
yang setara dengan suhu
Komponen Instrumen
Eksitasi
Sensor/
Transducer
Signal
Conditioner
Variable Conv.
Elements
Signal
Processing
Keluaran
Pengukuran
Output Display/
Recording
Signal
Present./
Recording
Comm.
Equipment
Transmisi
Sinyal
Comm.
Equipment
Komponen Instrumen
Sensor : perangkat yang merubah besaran variabel fisik
yang diukur (measurand/ Stimulus) menjadi besaran
sinyal elektrik. Sinyal elektrik yang dihasilkan berupa V,
I, Muatan (C) yang dapat disalurkan (Chanelled),
diperkuat (amplified) atau dimodifikasi (modified) oleh
Perangkat Elektronik. Besaran sinyal elektrik ini lebih
lanjut dapat dideskripsikan dalam nilai Amplitudo,
Frekuensi, Fasa, Kode Digital.
Contoh Sensor : Thermocouple, Strain gauge
Komponen Instrumen
Transducer : Perangkat yang merubah besaran energi
measurand ke bentuk besaran energi yang lain.
Transducer merupakan bentuk umum dari Sensor
(merubah besaran ke energi listrik). Aktuator dapat
juga disebut Transducer misalnya Motor merubah
besaran energi listrik menjadi energi mekanik. Pada
berbagai pengukuran measurand sejumlah transducer
seringkali diperlukan (sering disebut dengan sensing
element) sebelum diubah menjadi besaran elektrik
Komponen Instrumen
Contoh Transducer
Kincir angin : merubah gaya dorong fluida (tekanan udara) jadi
gaya putar mekanik
Turbin : merubah gaya dorong fluida (aliran liquid) menjadi gaya
putar mekanik
Pompa : gaya putar mekanik menjadi gaya dorong fluida
Misalnya mengukur kecepatan angin; transducer 1 : kincir (fluida
to mechanical rotation), transducer 2 : four link bar (mechanical
rotation to mechanical translation, sensor : mechanical translation
to resistance /capacitance,
Komponen Instrumen
Eksitasi
Sensor/
Transducer
Signal
Conditioner
Variable Conv.
Elements
Signal
Processing
Keluaran
Pengukuran
Output Display/
Recording
Signal
Present./
Recording
Comm.
Equipment
Transmisi
Sinyal
Comm.
Equipment
Komponen Instrumen
Elemen Pengkonversi Variabel (Variable Conversion
Element) berfungsi untuk merubah output sensor yang
awalnya berasal dari bentuk non - tegangan,
dikonversikan ke bentuk Sinyal tegangan untuk keperluan
pengukuran dapat dilakukan oleh
Kebanyakan sensor, menghasilkan besaran output dalam
bentuk sinyal non-tegangan sehingga tidak dapat diukur
langsung oleh instrumen pengukuran yang biasanya
berbasis tegangan. Bentuk sinyal non tegangan antara lain
arus, resistansi, kapasitansi, induktansi atau variasi dari
fasa dan frekuensi sebuah sinyal AC.
Komponen Instrumen
Contoh Elemen Pengkonversi Variabel (Variable
Conversion Element)
Rangkaian Jembatan (Bridge Circuit) merupakan salah
satu rangkaian penting elemen pengkonversi variabel,
dimana output tegangan dari rangkaian jembatan ini akan
berubah dengan akurat sesuai perubahan dari parameter
non-tegangan yang diukur.
Frequency to Voltage Converter (f to V, f/V converter)
Komponen Instrumen
Eksitasi
Sensor/
Transducer
Signal
Conditioner
Variable Conv.
Elements
Signal
Processing
Keluaran
Pengukuran
Output Display/
Recording
Signal
Present./
Recording
Comm.
Equipment
Transmisi
Sinyal
Comm.
Equipment
Komponen Instrumen
Pemrosesan sinyal berkaitan dengan peningkatan kualitas
sinyal hasil pembacaan dari sensor
Selain itu bertujuan untuk menghilangkan derau (noise
rejection) akibat desain sistem pengukuran pada sensor
yang belum sempurna
Namun terdapat banyak fungsi lainnya, selain
penghilangan derau, yang tergantung dari sinyal mentah
(raw signal) yang berasal dari output sensor/tansducer
yang memerlukan koreksi seperti apa, misalnya penapisan
(filtering), penguatan (amplifying), peredaman
(atenuation), linierisasi dan penghapusan (remove) bias
pada sinyal mentah tersebut.
Komponen Instrumen
Teknik pemrosesan sinyal, dapat dikategorikan dalam 2
tipe yaitu pengolahan sinyal analog (tradisional) dan
pengolahan sinyal digital
Pemrosesan sinyal digital secara inheren lebih akurat
daripada teknik analog, tetapi dapat saja lebih rendah
karena dalam kasus pengukuran yang berasal dari sensor
dan transduser yang menghasilkan sinyal analog, tahap
konversi analog-to-digital dapat menghasilkan kesalahan
konversi.
Pengolahan analog relatif lebih cepat dari daripada
pengolahan secara digital
Komponen Instrumen
Beberapa terminologi pengolahan sinyal analog
Active Analog Filter (op-amp based) vs Passive Analog
Filter (RLC-based)
Rangkaian Pengolahan Sinyal Analog lainnya : penguatan,
peredaman, penguatan diferensial, linearisasi sinyal,
penghilang bias, integrator, differensiator, pengali,
penjumlah, pembanding, voltage follower, phase-sensitive
detector.
Komponen Instrumen
Beberapa Terminologi Pengolahan sinyal digital
Pencuplikan sinyal (Signal sampling)
Sample and hold circuit
ADC
DAC
Digital Filtering
Repeater
Komponen Instrumen
Eksitasi
Sensor/
Transducer
Signal
Conditioner
Variable Conv.
Elements
Signal
Processing
Keluaran
Pengukuran
Output Display/
Recording
Signal
Present./
Recording
Comm.
Equipment
Transmisi
Sinyal
Comm.
Equipment
Komponen Instrumen
Peralatan komunikasi berfungsi untuk mengirim data (nilai
/hasil pengukuran) ke tempat yang lain melalui media
(guided, un-guided)
Pengertian yang perlu dipahami adalah terminologi Sinyal
dan Data
Komponen Instrumen
Data
Sesuatu/kesatuan yang membawa arti (Entities that convey
meaning).
Data Analog
Data Digital
Bernilai Diskrit
Contoh : character, level/numeric sebuah measurand, text
Komponen Instrumen
Sinyal
Representasi data dalam bentuk besaran elektrik/ elektromagnetik/
optik/pneumatic (Electric/electromagnetic/optic/pneumatic
representations of data) yang dirambatkan/disalurkan melewati
Sinyal Analog
Sinyal Digital
Komponen Instrumen
Data Analog Sinyal Analog
Data Analog
Data Digital
Tanpa
Gelombang
Carrier
ASK
Dengan
Gelombang
Carrier
FSK
PSK
PM
AM : Amplitude Modulation
FM : Frequency Modulation
PM : Phase Modulation
Komponen Instrumen
Data Analog Sinyal Digital
Data analog dimodulasikan ke data digital
melalui proses kuantisasi dan digitasi
Data digital kemudian di transmisikan dengan
skema encoding sinyal digital (misalnya NRZL,
NRZI dlsb.)
Di receiver
o sinyal digital di decode ke data digital
o Data Digital kemudian dikonversikan ke
data analog signal
o Codec (Data analog -> data digital -> sinyal
digital -> data digital -> data analog)
Terdapat dua jenis modulasi : PCM dan Mod
Instrumen Elektronik
Keuntungan Pengukuran secara elektronik
Sensitivitas tinggi
Menaikan input impedance sehingga efek pembebanan lebih rendah
Kemampuan memantau secara jarak jauh
Analog Instrument
Digital Instrument
Digital Instrument
back
3.
Menjelaskan Tipe-instrumen
Menjelaskan Karakteristik statik dan
dinamik dari instrument
Menghitung dan menganalisis galat
(error) pengukuran, akurasi, presisi and
galat batas (limiting error).
Tipe Instrumen
Null-type vs deflection type instrument
Tipe Instrumen
Analog-type vs digital-type instrument
Tipe Instrumen
Indicating-type instrument vs signal-output type instrument
Pemilihan Instrumen
Tergantung dari karakteristik (statik/dinamik) yang diinginkan
Tergantung dari tipe instrumen yang diinginkan
Durability
Maintainability
Tergantung dari harga (semakin bagus karakteristik maka semakin
mahal)
Resolusi (resolution)
Kisaran (Range or Span)
Akurasi (accuracy)
Presisi (precision)
Kesalahan/galat (error)
Linieritas (linearity)
Sensitifitas Pengukuran (sensitivity of Measurement)
Ambang batas (Threshold)
Sensitifitas terhadap gangguan (sensitivity to disturbance)
Histerisis (hysterisis)
Dead space
Karakteristik Performansi
Resolution nilai perubahan terkecil pada variabel pengukuran yang
mana instrumen akan memberi tanggapan (respond). Dinyatakan
dalam nilai absolut atau prosentase terhdp skala penuh
Range atau Span menunjukan kisaran (range) dari nilai minimum
sampai dengan nilai maksimum yang dapat diukur oleh instrumen
Accuracy derajat kepastian (exactness) atau kedekatan (closeness)
pengukuran dibandingkan terhadap nilai yang diharapkan/diinginkan
(expected/desired value).
Precision sebuah ukuran konsistensi atau keterulangan
(repeatability) sebuah pengukuran, sebagai contoh pembacaan
berturut-turut yang tidak berbeda.
Expected value Nilai yang dirancang atau nilai paling mungkin
yang diharapkan untuk diperoleh.
Error deviasi/simpangan dari nilai sebenarnya (true/actual value)
dari nilai yang diinginkan (desired value).
Yn X n
100
% kesalahan =
Yn
Accuracy (Akurasi)
Yn X n
Akurasi relatif, A 1
Yn
% Akurasi, a = 100% - % kesalahan
= A 100
* Terminologi Toleransi (tolerance) terkait erat dengan akurasi,
yang didefinisikan sebagai kesalahan maksimum yang
terhadap sebuah nilai yang telah ditetapkan/ diharapkan, yang
biasanya dinyatakan dalam prosentasi kesalahan terhadap
nilai yang diharapkan, misalnya Toleransi dari Nilai resistansi
sebuah Resistor 1000 Ohm adalah + 5 %, berarti nilai
aktualnya diantara 950 1050 Ohm
Precision (Presisi)
Kepresisian sebuah pengukuran adalah indikasi
numerik atau kuatitatif dari sebuah kedekatan
variabel dengan sekelompok (set) pengukuran yang
diulang dari variabel yang sama sesuai dengan nilai
rata-rata dari sekelompok pengukuran tsb.
Xn Xn
Presisi, P = 1
Xn
dimana X n - nilai pengukuran ke n
Contoh 1.1
Nilai tegangan yang diharapkan pada resistor adalah 80
Volt. Namun hasil pengukuran menunjukan 79 Volt.
Hitunglah ,
kesalahan absolut
ii. % kesalahan
iii. Akurasi relatif
iv. % akurasi
i.
Yn X n
100
ii. % kesalahan =
Yn
iii. Akurasi relatif, A 1
Yn X n
Yn
80 79
100 = 1.25%
80
= 0.9875
Contoh 1.2
Dari nilai pada Tabel 1.1 hitunglah
kepresisian dari pengukuran ke 6 ?
Solusi
Nilai rata-rata sekelompok pengukuran
yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 :
98 101 .... 99 1005
Xn
100.5
10
10
maka presisi dari pengukuran ke-6
100 100 .5
0.5
1
0.995
Presisi =
100 .5
100 .5
Table 1.1
No
Xn
98
101
102
97
101
100
103
98
106
10
99
Solusi
LE untuk daya = 2.143% + 2.813% = 4.956%
Latihan
Sebuah Voltmeter adalah akurat
sebesar 98% dari pembacaan skala
penuhnya.
i.
ii.
X 1 98 ===>> 2 s.f
X 2 98.5 ===>> 3 s.f
maka
V1 = 6.31 V
V2 = 8.736 V
VT = 15.046 V
15.05 V
Contoh 1.6
V2
8.736V
R2
P1 V1 I 6.31V 0.0148 A
= 0.09339
= 0.0934 ===> 3 s.f
Resolusi (resolution)
Kisaran (Range or Span)
Akurasi (accuracy)
Presisi (precision)
Kesalahan/galat (error)
Linieritas (linearity)
Sensitifitas Pengukuran (sensitivity of Measurement)
Ambang batas (Threshold)
Sensitifitas terhadap gangguan (sensitivity to disturbance)
Histerisis (hysterisis)
Dead space
Karakteristik Performansi
Linearity menunjukkan hubungan yang proporsional antara output
pembacaan dari instrumen dengan nilai yang diukur (berbentuk garis
lurus
Karakteristik Performansi
Ambang batas (Threshold) jika variabel yang diukur (measurand) oleh
instrumen naik secara bertahap mulai dari nol, variabel yang diukur perlu
mencapai nilai tertentu yang cukup untuk dideteksi oleh instrument untuk
menghasilkan nilai pembacaan pada instrument
Sensitifitas Terhadap Gangguan ukuran perubahan pembacaan yang
terjadi ketika nilai yang diukur (measurand) berubah pada nilai output
pembacaan tertentu diluar kondisi lingkungan yang telah ditetapkan
(standard/ ambient)
Semua kalibrasi dan Spesifikasi Instrument hanya valid pada kondisi lingkungan (suhu,
tekanan, kelembaban dll.) yang terkendali.
Perubahan dari lingkungan diluar dari yang ditetapkan akan merubah instrument dalam dua
arah yaitu : 1) zero drift atau bias 2) sensitivity drift
Zero Drift : Pembacaan nilai nol (zero) pada instrument mengalami perubahan sehingga
mengalami kesalahan yang tetap pada seluruh kisaran (range) pembacaan dapat
diperbaiki dengan kalibrasi ulang
Zero drift coefficient : menunjukkan perubahan zero drift terhadap kondisi ambient (standar)
yang linier akibat terjadi perubahan kondisi suhu
Sensitivity Drift : sejumlah komponen dalam instrument sangat sensitif terhadap fluktuasi
lingkungan, umumnya perubahan suhu atau tekanan. Perubahan nilai komponen ini
menyebabkan pembacaan nilai pembacaan mengalami defleksi terhadap linieritas
pengukuran
Karakteristik Performansi
Contoh 1.7 : Zero drift dan sensitivity drift
Kesetimbangan pegas untuk penunjuk ukuran (gage) yang dikalibrasi pada suhu 20C, memiliki
karakteristik defleksi/beban sbb :
Beban (kg)
Defleksi (mm)
20
40
60
Instrumen ini digunakan pada suhu 30C memiliki karakteristik defleksi/beban menjadi sbb :
Beban (kg)
Defleksi (mm)
27
49
71
Hitunglah berapa nilai zero drift and sensitivity drift per C perubahan suhu ambien ?.
Solusi :
Pd suhu 20C karakteristik defleksi thd beban berupa garis lurus Sensitifitas = 20 mm/kg
Pd suhu 30C karakteristik defleksi thd beban masih berupa garis lurus Sensitifitas=22 mm/kg
Bias (Zero drift) = 5 mm (no-load deflection)
Sensitivity Drift = 2 mm/kg
Zero drift/C = 5/10 = 0,5 mm/C
Sensitivity drift/C = 2/10 = 0,2 (mm/kg)/C
Pengaruh gangguan a)zero drift b)sensitivity drift c)zero drift + sensitivity drift
Karakteristik Performansi
Hysteris variabel yang diukur (measurand) oleh instrumen pada arah membesar
(naik/maju) dan mengecil (turun/mundur) menghasilkan nilai pembacaan pada
instrument tidak saling berimpit (coincident)
Efek hysterisis isi terjadi pada instrumen yang menggunakan pegas (spring) mekanik
sebagai transducernya seperti pada alat ukur torsi, atau lilitan kabel elektrik yang
melingkari inti besi seperti misalnya alat ukur pergeseran posisi (displacement) yang
menggunakan transducer LVDT
Nilai Hysterisis dinyatakan dengan prosentase terhadap skala penuh mesurand
variable atau skala penuh pembacaan instrument
Karakteristik Performansi
Dead space didefinisikan sebagai kisaran (range) dari perbedaan variabel yang
diukur (measurand/input) yang tidak menghasilkan nilai pembacaan pada instrumen
(output)
Contoh instrument Orde Nol adalah transducer potensiometer yang digunakan untuk
mendeteksi displacement yang berubah terhadap nilai resistansi dimana nilai
pembacaan instrument adalah nilai tegangan dari resistansi tersebut
Jika ekspresi d/dt dinyatakan dalam operator s (Laplace Operator) maka pers. diatas
berbentuk :
=
; dimana :
1+
=
;
= 1
Jika ekspresi d/dt dinyatakan dalam operator s (Laplace Operator) maka pers. diatas
berbentuk :
+1
2+2
; dimana :
=
2
1
=
22
2.
3.
Instrumental error
Environmental error
Observational error
3) Random Error
Observational error
- disebabkan oleh pengamat (observer)
- Yang paling umum : parallax error and estimation error
(ketika membaca skala)
X0 = Ei.Km.Ks
meningkatkan jumlah pembacaan dengan syarat pada kondisi masukan lingkungan yang
sama
menggunakan statistik untuk mendapatkan aproksimasi terbaik dari nilai benar (true
value)
Mean (Rata-rata)
Median (nilai Tengah)
Variansi
Standard Deviasi
+2
+...+
+2 +...+
1
398
420
394
416
404
408
400
420
396
413
430
-11
+11
-15
+7
-5
-1
-9
+11
-13
+4
+21
(deviasi)2
121
121
225
49
25
81
121
169
16
441
Median = 408
Sebaran = 34
(deviasi)2=1370
n = 11
V = 137
= 11,7
Pengukuran
409
406
402
407
405
404
407
404
407
407
408
-3
-4
+1
-1
-2
+1
-2
+1
+1
+2
(deviasi)2
16
Median = 407
Sebaran = 6
(deviasi)2=42
n = 11
V = 4,2
= 2,05
Pengukuran
409
406
402
407
405
404
407
404
407
407
408
410
405
406
408
406
409
406
405
409
406
407
406
Nilai Rata-rata = 406
Median = 406,5
Sebaran = 8
(deviasi)2=77
n = 23
V = 3,53
= 1,88
Nilai F(z) pada tabel ini menunjukkan luas dari kurva sampai dengan nilai
z dan hanya untuk nilai z > 0
Untuk nilai z < 0 maka F(-z) = 1 F(z)
Untuk E = + , maka Z = +1
Menggunakan Tabel 3.1 Standar deviasi diperoleh
(Perhitungan ini dimungkinkan karena frequency distribution curve
dinormalisasi sdmk rupa sehingga luas dari kurva adalah satu (1))
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka jumlah pengukuran yang
mengalami random error di luar batas + adalah :
Sedangkan jumlah pengukuran yang mengalami random error di dalam
batas + adalah : 68 %
68,0
32 %
+ 2
95,4
5,6 %
+ 3
99,7
0,3 %
= /
( semakin mengecil sejalan dengan n yang semakin membesar)
Nilai pengukuran yang diperoleh dari dari sejumlah pengukuran n (terbatas /
tak terhingga) x1, x2, ..... xn dapat diekspresikan dalam bentuk
=
Sebagai contoh pengukuran panjang batang yang lalu, n=23, =1,88 dan
= 0,39 maka panjang batang dapat diekspresikan sebagai 406,5 + 0,4 (68
% confidence limit). Namun biasanya hasil pengukuran diekspresikan dalam
95 % confidence limit (batas + 2) Maka dalam kasus ini 2=3,76, 2=0,78
dan hasil pengukuran adalah 406,5 + 0,8 (95 % confidence limit)
= (1,96 + )
Cara sederhana : dengan menggambar data hasil pengukuran dalam bentuk histogram apakah
mengikuti pola distribusi normal (distribusi bentuk Bell). Seringkali dihasilkan bentuk histogram
yang tidak mirip karena data pengukuran terbatas. Hal ini diserahkan kepada cara pertimbangan
dari penganalisis data dalam menilai (judgement) sekelompok data tersebut sepanjang pola
distrubusi mengikuti pola distribusi normal
Dengan memplot pada kertas khusus : dengan cara membagi dalam kisaran2 pengukuran dan
menggambarkan nilai komulatif probablitas yang akan menghasilkan grafik lurus. Sebagai
contoh untuk pengukuran data random yang lalu dengan jumlah data n =23
Penggabungan (Aggregation)
Kesalahan Pengukuran
Pengaruh kesalahan sistematic dan random
Jika kesalahan dipengaruhi oleh kesalahan sistematik (+ x) dan kesalahan
random (+ y) terdapat beberapa cara untuk mengekspresikan kedua
kesalahan tersebut
Kesalahan total merupakan jumlah kesalahan sistematik dan kesalahan random sbb :
= ( + )
Kesalahan total merupakan kecenderungan kesalahan maksimum (likely maximum error) dari
kesalahan sistematik dan kesalahan random, yang diekspresikan sbb :
2 + 2
Standar ANSI dan ASME mengikuti ketentuan likely maximum error dengan pertimbangan
bahwa kesalahan sistematik dan kesalahan random tidak saling bergantungan (independent)
sehingga tidak ada kecenderungan maksimum/minimum kesalahan sistematik dan kesalahan
error terjadi pada satu saat bersamaan
Penggabungan (Aggregation)
Kesalahan Pengukuran
Penggabungan kesalahan dari Pengukuran Terpisah
Kesalahan (error) Pada Penjumlahan (Sum)
jika terdapat data pengukuran yang terpisah yaitu y + ay dan z + bz akan dijumlahkan
maka hasil penjumlahan dan kesalahan yang terjadi yang terjadi dapat dinyatakan
dalam berbagai cara :
Cara 1 : biasa
Smax = (y + ay )+ (z + bz ) dan Smin = (y - ay )+ (z - bz ) atau
S = (y + z) + (ay + bz)
cara 1 tidak nyaman untuk menyatakan error dalam bentuk pecahan/prosentase dari S
Cara 2 : kesalahan absolut (absolute error)
() =
()2 +()2
Penggabungan (Aggregation)
Kesalahan Pengukuran
Penggabungan kesalahan dari Pengukuran Terpisah
Kesalahan (error) Pada Pengurangan (difference)
jika terdapat data pengukuran yang terpisah yaitu y + ay dan z + bz akan dikurangi
maka hasil pengurangan dan kesalahan nilai yang terjadi yang terjadi dapat dinyatakan
dengan (sesuai dengan cara 2 pada penjumlahan yl. Dengan asumsi dua data tersebut
tidak saling berkorelasi atau independent) :
S = (y - z) + e atau S = (y - z)(1 + f ) dimana f = e/(y - z)
dengan e (sama dengan pada penjumlahan yang lalu)
() =
()2 +()2
Contoh : Kecepatan alir fluida dilakukan dengan mengukur selisih tekanan pada dua sisi
dari orifice-plate. Jika tekanan masing-masing sisi adalah 10 Bar dan 9,5 Bar dengan
masing kesalahan pengukuran adalah + 0,1%. Nilai dan e dan f dapat dihitung sbb :
Sdiff = 0,5 + 2,8% (error menjadi relatif besar karena ada proses pengurangan)
Penggabungan (Aggregation)
Kesalahan Pengukuran
Penggabungan kesalahan dari Pengukuran Terpisah
Kesalahan (error) Pada Perkalian (product)
jika terdapat data pengukuran yaitu y + ay dan z + bz [ ay dan ab merupakan bilangan
pecahan atau prosentase dari y dan z, bukan nilai absolut] akan dikalikan maka hasil
perkalian dan kesalahan nilai yang terjadi dapat dinyatakan dengan :
() =
2 + 2
Contoh : Kesalahan perhitungan Daya dari listrik yang merupakan perkalian antara Arus
dan Tegangan,yang masing2 memiliki kesalahan + 1% dan +2% adalah :
Penggabungan (Aggregation)
Kesalahan Pengukuran
Penggabungan kesalahan dari Pengukuran Terpisah
Kesalahan (error) Pada Pembagian (quotient)
jika terdapat data pengukuran yaitu y + ay dan z + bz [ ay dan ab merupakan bilangan
pecahan atau prosentase dari y dan z, bukan nilai absolut] akan dibagi satu sama lain
maka hasil pembagian dan kesalahan nilai yang terjadi dapat dinyatakan dengan :
() =
2 + 2
Contoh : Berat jenis bahan yang dihitung dari massa dan volume beban yang masing2
memiliki kesalahan + 2% dan +3% adalah :
Penggabungan (Aggregation)
Kesalahan Pengukuran
Kesalahan Total dari Kombinasi Berbagai Pengukuran
Seringkali diperlukan sejumlah pengukuran pada variabel berbeda diperlukan untuk
menghasilkan sebuah nilai pengukuran mealaui proses aritmatika. Sebagai contoh berat
jenis sebuah benda padat berbentuk kubus dapat dihitung dengan mengukur massa
dibagi dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi kubus. Kesalahan yang terlibat dalam
tahapan pengolahan aritmatikanya akan kumulatif. Pada contoh ini, kesalahan total
akibat 2 kali tahapan perkalian (untuk mendapatkan volume) dijumlahkan, kemudian
dilakukan perhitungan total kesalahan dengan pada saat proses pembagian antara
massa dan volume (untuk mendapatkan berat jenis) dengan menjumlah kesalahan
sebelumnya dengan kesalahan dari massa
Sebagai contoh diketahui panjang (a), lebar (b), tinggi (c) dan massa (m) kubus adalah
sbb :
Solusi unttuk menghitung Volume adalah sbb :
Mahasiswa mampu :
1.