Anda di halaman 1dari 3

Nama : Azizatil Puspita Sufiawati

Nim :1710817120003

International & National Joint Seminar

Smart City Governance Based on Digital Service

Seminar ini merupakan kolaborasi antara Universitas Brawijaya , Pemko Banjarmasin melalui Diskominfo
dan Universitas Lambung Mangkurat. seminar ini dibuka oleh Ibnu Sina, S,Pi, M.Si , Rektor Universitas
Lambung Mangkurat rof. Dr. H Sutarto Hadi, M.Si, M.Sc, Rektor Universitas Brawijaya Prof. Dr.Ir. Nuhfil
Hanani AR.,M.S dan Dekan Fakultas Administrasi Publik Universitas Brawijaya Prof.Dr.Bambang
Supriyono,MS.

Dalam sambutannya Walikota Banjarmasin memperkenalkan perkembangan Banjarmasin


menuju Smartcity, yaitu berapa fasilitas yang sudah tersedia di Banjarmasin diantaranya adalah Plaza
smartcity yaitu tempat di lantai III Manara Pandang Siring Banjarmasin, Plaza Smart City ini bisa
digunakan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan informasi yang dapat digunakan menyelesaikan
permasalahan dan mengoptimalkan potensi yang ada dengan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi, trasnportasi gratis umum yaitu BRT, e-kelurahan, e-perizinan, e-sampah yaitu aplikasi
dimana user menabung di bank sampah dan hasilnya terintegritas melalui aplikasi dan ayo
kebanjarmasin yang bisa didownload melalui playstore . Walikota Banjarmasin sangat mengapresiasi
seminar kali ini karena untuk membangun Banjarmasin sebagai smartcity maka harus didukung oleh
semua pihak termasuk akademisi.

Ketika sudah resmi dibuka maka mulailai sesi pemberian materi oleh narasumber, narasumber
yang pertama adalah Prof. Samrit Yossomsakdi, Ph.D dari burapha University Thailand berkata
pemerintah kita saat ini menempatkan penekanan besar pada distribusi pertumbuhan di semua wilayah
negara. ini terbukti dalam strategi nasional dua puluh tahun kami. rencana pembangunan ekonomi dan
sosial kedua belas, model mengemudi Thailand 4.0 serta ekonomi digital Thailand dan pembangunan
masyarakat. smart city adalah agenda nasional kami yang mendesak dengan tujuan mengurangi
ketidaksetaraan dan mendorong pertumbuhan di semua wilayah, kota pintar benar-benar layak huni,
efektif dalam organisasi dan manajemennya, dan sepenuhnya terintegrasi dalam layanan publiknya,
termasuk dasar-dasar penting.

Menurut Prof. Samrit Yossomsakdi Smart city adalah kota yang dikelola secara efisien dengan
layanan berkelanjutan yang melayani warganya sehingga semua orang aman dan bahagia. Sedangkan
Smart new city adalah daerah perkotaan yang baru dirancang untuk dikembangkan menjadi kota baru
yang cerdas, seperti kota yang ada, dengan penggunaan teknologi dan inovasi sesuai kebutuhan dengan
konteks spesifiknya.
Agenda digital 2018 thailand adalah infrastruktur digital, tenaga kerja digital, pengembangan
teknologi digital, keamanan dunia maya dan pemerintahan digital. Smartcity adalah kota keluar dengan
penduduk jangka panjang. untuk berkembang menjadi kota yang dapat ditinggali secara cerdas, kota
yang ada perlu menggabungkan dan mengintegrasikan teknologi dan inovasi sesuai kebutuhan
penghuninya yang bervariasi menurut konteks spesifiknya, seperti infrastruktur, layanan sosial, area
perumahan, dan sumber daya komersial.

kita telah menyadari bahwa teknologi menguntungkan bagi pembangunan kota, dan banyak membantu
pemerintah untuk melayani warganya apalagi lembaga sector publik. Perbedaan di kota yang cerdas
adalah bahwa berbagai departemen dan lembaga bekerja sama secara kolaboratif untuk berbagi
informasi, aplikasi, dan teknologi dalam cara-cara inovatif untuk menyelesaikan berbagai masalah. Hal
ini akan mendorong kemajuan ekonomi daerah tersebut.

Narasumber selanjutnya adalah ibu Profm Madya Dr Azizah dari University Utara Malaysia mengatakan
smart city tidak selalu tentang majunya teknologi tapi tentang bagaimana elemen-elemen tersebut
dapat terintegrasi dengan baik dalam satu system dan yang terpenting menjawab masalah yang ada
pada penduduk kota tersebut. Contohnya adalah New York sebagai smart city nomer 1 didunia, di
newyork semuanya terhubung dengan system sebagai contoh bus transportasi umumnya, sinyal bus
terintegrasi dengan lampu merah dan polisi sehingga lampu merahnya akan lebih cepat menyala
menjadi hijau sehingga membuat penduduk pengguna angkutan umum merasa lebih nyaman. Bukan
hanya diera sekarang dimana semua orang memiliki smartphone kota New York menjawab kebutuhan
public dengan menyediakan fasilitas fast charging dan free wifi di tengah tengah kota, bahkan tempt
duduk di taman sudah dilengkapi fasilitas tersebut dan semuanya gratis, fasilitas fast charging bukan
sedekar digunakan untuk memfasilitasi penduduknya tetapi juga untuk bisa menghitung berapa jumlah
orang yang memakainya dalam satu hari, data-data ini digunakan pemerintah untuk memetakan dan
memaksimalkan fasilitas public yang nanti akan dibangun.

Selanjutnya ada Assoc. Prof Andy Fefta Wijaya,Ph.D dari Uiversitas Brawijaya mengatakan jika sebuah
kota mau menuju smart city maka harus seiring dengan smart citizens, karena selain teknologi yang
dikembangkan jika penduduknya belum teredukasi dan tidak siap memakainya maka tujuan tersebut
tidak akan tercapat.

Lalu menurut Arief Budiman, Ph.D dari Universitas Lambung teknologi di Banjarmasin yang sudah ada
belum termaksimalkan akibat kurang promosi. Contoh saja aplikasi ayo kebanjarmasin yang tersedia di
app store, hanya didownload 100 orang dengan jangka 1 tahun rilis, padahal disana banyak fitur yang
dapat dimanfaatkan apalagi jika ingin berwisata. Disini pemerintah harus jeli dalam mengevaluasi
produknya, perlu ada kajian kenapa app yang diluncurkan pdahal memakan banyak materi, tenaga dan
waktu tidak bisa di gunakan secara maksimal. Apa karena aplikasinya yang kurang user friendly atau
memang pemerintah kurang promosi di social media yang merupakan tempat yang paling sering
dikunjungi user.
Documentasi :

Anda mungkin juga menyukai