Anda di halaman 1dari 28

SISTEM PENUNJANG

KEPUTUSAN
Model

Karakter utama dari Sistem Penunjang Keputusan adalah adanya


kemampuan pemodelan. Model adalah representasi sederhana atau
penggambaran dari kenyataan. Ada 3 jenis model:
1. Iconic merupakan replika fisik dari sistem, biasanya dalam skala
tertentu dari bentuk aslinya.
2. Analog, tak seperti sistem yang sesungguhnya tetapi berlaku seperti
itu. Lebih abstrak daripada model Iconic dan merupakan
representasi simbolis dari kenyataan.
3. Matematis (Kuantitatif). Kompleksitas hubungan dalam sistem
organisasi tak dapa direpresentasikan dengan menggunakan Iconic
atau Analog. Karenakalaupun bisa akan memakan waktu lama dan
sulit. Analisis sistem penunjang keputusan menggunakan
perhitungan numerik yang dibantu dengan model matematis atau
model kuantitatif lainnya.
2
Proses Pemodelan

Berikut ini proses yang terjadi pada pemodelan:


• Trial and error dengan sistem nyata tapi tidak berjalan bila:
1. Terlalu banyak alternatif untuk dicoba.
2. Akibat samping dari error yang terjadi besar pengaruhnya.
3. Lingkungan itu sendiri selalu berubah.
• Simulasi
• Optimisasi
• Heuristic

3
Proses Pemodelan
• Proses pengambilan keputusan.

4
4 Fase Pengambilan Keputusan

1. Fase Kecerdasan (Intelligence Phase)


2. Fase Desain (Design Phase)
3. Fase Pemilihan (Choice Phase)
4. Fase Implementasi (Implementation Phase)

5
Fase Kecerdasan (Intelligence Phase)

Pada fase ini, pembuat keputusan berupaya mencari dan memeriksa


keputusan-keputusan yang perlu dibuat, dan masalah-masalah yang
perlu diatasi, atau peluang-peluang yang perlu dipertimbangkan. Pada
fase ini yang dilakukan adalah mengenali kondisi pengambilan
keputusan seperti:
• Mengidentifikasi permasalahan dan kesempatan pada pengambilan
keputusan
• Menganalisa ruang lingkup pengambilan keputusan terkait dengan
permasalahan yang dihadapi.
• Menganalisa jenis permasalahan yang dihadapi apakah
permasalahan terprogram atau tidak terprogram.
• Melakukan dekomposisi permasalahan.

6
Fase Desain (Design Phase)

Pada fase ini yang dilakukan adalah membuat model permasalahan


dan menganalisanya serta merancang metode yang tepat untuk
mengambil keputusan.
Tugas-tugas yang ada pada tahap ini adalah:
• Komponen-komponen model
• Struktur model
• Seleksi prinsip-prinsip pemilihan (kriteria evaluasi)
• Pengembangan (penyediaan) alternatif
• Prediksi hasil
• Pengukuran hasil
• Skenario

7
• Komponen-komponen model

Struktur umum dari model:

Uncontrollable
Variables

Decision
Relationship Result Variables
Variables

8
• Komponen-komponen model
Variabel dan
Area Variabel Keputusan Variabel Hasil Parameter yang
Tidak Terkendali
Investasi • Alternatif dan jumlah • Jumlah keuntungan • Tingkat inflasi
Keuangan investasi • Tingkat pengembalian • Kompetisi
• Periode investasi • Penghasilan persaham
• Waktu investasi
Pemasaran • Anggaran iklan • Saham • Pemasukan dari
• Barang campuran • Kepuasan pelanggan pelanggan
• Tindakan
pesaing
Pabrik • Hasil barang dan • Total biaya • Kapasitas mesin
jumlahnya • Level kualitas • Teknologi
• Tingkat penyimpanan • Kepuasan karyawan • Harga material
Akuntansi • Penggunaan komputer • Biaya pemrosesan data • Teknologi
• Waktu audit • Tingkat kesalahan komputer
• Persentase pajak
Transportasi • Jadwal pengiriman • Jumlah biaya • Jarak pengiriman
transportasi • Peraturan

Jasa • Tingkat kepegawaian • Kepuasan pelanggan • Permintaan


layanan
9
• Struktur model

Komponen-komponen dari model bekerja bersama-sama dengan


sekumpulan pernyataan matematika seperti: persamaan dan
pertidaksamaan

10
• Seleksi prinsip-prinsip pemilihan (kriteria
evaluasi)

Ada 2 tipe prinsip pemilihan, Normatif dan Deskriptif

1. Model Normatif
Mengaplikasikan bahwa alternatif yang terpilih adalah yang terbaik
dari semua alternatif yang mungkin. Untuk mendapatkannya, harus
mengecek semua alternatif dan membuktikan bahwa satu yang terpilih
adalah benar-benar yang terbaik. Proses ini disebut dengan optimisasi.
Pada operasionalnya, optimisasi dapat dicapai dalam 1 diantara 3 cara:
• Dapatkan level tertinggi pada tujuan yang ingin dicapai (maksimal)
dari kumpulan resource yang ada.
• Temukan alternatif dengan rasio tertinggi pada tujuan biaya yang
ingin dicapai atau dengan kata lain memaksimalkan produktivitas.
• Temukan alternatif dengan biaya rendah (atau resource lain) yang
dapat memenuhi level tujuan yang dibutuhkan.

11
• Seleksi prinsip-prinsip pemilihan (kriteria
evaluasi)

Model optimisasi untuk model naratif:


• Assignment (best matching of objects)
• Dynamic programming
• Goal programming
• Investment (maximize rate of return)
• Linear programming
• Maintenance (minimize cost of maintenance)
• Network models for planning and schedulling
• Simple inventory models

12
• Seleksi prinsip-prinsip pemilihan (kriteria
evaluasi)

Teori keputusan normatif didasarkan pada asumsi berikut:


• Manusia berpikir ekonomis dalam hal memaksimlkan tujuannya;
sehingga pengambil keputusan akan berfikir rasional
• Dalam pengambilan keputusan, semua alternatif tindakan dan
konsekuensinya, atau paling tidak probablitas dan nilai konsekuensi
tersebut sudah diketahui
• Pengambil keputusan mempunyai tugas atau acuan yang
memungkinkan mereja merangking konsekuensi analisis yang
diinginkan

13
• Seleksi prinsip-prinsip pemilihan (kriteria
evaluasi)
2. Model Deskriptif
• Information flow
• Scenario analysis
• Financial planning
• Inventory management
• Markov analysis (prediction)
• Simulation (different types)
• Technological forecasting
Kebanyakan pengambil keputusan berkeinginan untuk
mendapatkan solusi yang memuaskan, sesuatu yang mendekati
terbaik. Pada mode “kepuasan”, pengambil keputusan menyusun
aspirasi, tujuan, level kinerja yang diinginkan dan mencari alternatif-
alternatif sampai suatu hal ketemu yang memenuhi level ini. Alasan
yang umum untuk mode ini adalah keterbatasan waktu atau derajat
optimisasi yang dicapai dengan memperhitungkan harga yang harus
dibayar untuk mendaptkan informasi yang dibutuhkan.
14
• Pengembangan (penyediaan) alternatif

Penyediaan berbagai alternatif tergantung juga pada ketersediaan


dan biaya atas suatu informasi dan membutuhkan pakar dibidangnya.
Ini adalah bagian formal terkecil dalam suatu pemecahan masalah.
Kreativitas dapat digunakan disini, dan dapat dikembangkan dengan
bertukar pendapat, sesi tanya jawab dalam kelompok, pengisian daftar-
daftar, dan training khusus.

15
• Prediksi hasil
Pengambilan keputusan sering kali diklasifikasikan pada hal-hal
mana seorang pengambil keputusan mengetahui (percaya) hasil yang
akan terjadi. Pengetahuan ini dibagi dalam 3 kategori, mulai dari
pengetahuan komplit di sisi kiri dan makin ke kanan makin tak jelas.
Increasing Knowledge

Complete, Ignorance, Total


Knowledge, Risk
Uncertainty
Certainty

Decreasing Knowledge

Secara khusus kategorinya adalah:


• Certainty
• Risk
• Uncertainty
16
• Pengukuran hasil

Nilai dari berbagai alternatif dapat dilihat pada pencapaian tujuan.


Terkadang suatu hasil dinyatakan secara langsung dengan istilah
tujuan itu sendiri. Sebagai contoh, profit dari hasil, dimana
memaksimalkan profit adalah tujuan.

17
• Skenario

Skenario memegang peranan yang penting, karena:


• Membantu mengidentifikasi berbagai kesempatan potensial
dan/atau daerah permasalahan
• Menyediakan fleksibilitas dalam perencanaan
• Mengidentifikasi titik puncak perubahan yang seharusnya dimonitor
manajer
• Membantu memvalidasi asumsi dasar yang digunakan dalam
pemodelan
• Membantu meneliti sensitivitas dan solusi yang ditawarkan dalam
perubahan yang terjadi pada skenario

18
Fase Pemilihan (Choice Phase)
Pendekatan pencarian pilihan ada dua:
• Teknik analitis. Menggunakan perumusan matematis
• Algoritma. Langkah demi langkah proses

19
Fase Pemilihan (Choice Phase)

Sedangkan diagram proses yang menggunakan algoritma adalah:

20
Fase Implementasi (Implementation Phase)

Pada fase ini yang dilakukan adalah menerapkan model dan


metode untuk menyelesaikan proses pengambilan keputusan.
Fase 1-3 dianggap sebagai pengambilan keputusan formal yang
berakhir dengan satu rekomendasi. Sedangkan keseluruhan proses (fase
1-4) sebagai pemecahan masalah, dengan fase pemilihan sebagai
pengambil keputusan riil.

21
Evaluasi: Multiple Goals, Analisis Sensitivitas,
“What-If”, dan Pencarian Tujuan
Berbagai metode yang menangani tujuan yang banyak dapat
digunakan pada saat bekerja dengan manager support sistem.
Umumnya adalah:
• Penggunaan teori utilitas
• Goal programming
• Penyataan goal sebagai constraint, menggunakan linear
programming.
• Menggunakan point system

22
Multiple Goals

Analisis multiple goal melibatkan kesulitan-kesulitan seperti:


• Beberapa partisipan memandang kepentingan (prioritas) dari
berbagai goal dengan cara berbeda.
• Pengambil keputusan merubah kepentingan yang dijadikan tujuan
seiring dengan berjalannya waktu atau untuk situasi pengambil
keputusan yang berbeda.
• Goal dan subgoal dipandang secara berbeda pada level organisasi
yang berbeda-beda dan pada departemen yang berbeda pula
• Goal itu sendiri bersifat dinamis dalam menghadapi perubahan di
organisasi dan lingkungannya. Hubungan antara berbagai alternatif
dan akibatnya pada tujuan sulit untuk dikuantifikasikan
• Permasalahan yang kompleks dipecahkan oleh kelompok-kelompok
pengambil keputusan.

23
Analisis Sensitivitas

Mengecek hubungan antara:


• Efek dari ketidakpastian dalam memperkirakan variabel eksternal
• Efek dari interaksi yang berbeda diantara berbagai variabel
• Banyaknya keputusan yang dihasilkan pada kondisi yang berubah-
ubah
• Akibat perubahan di variabel eksternal dan parameter pada variabel
hasil
• Akibat perubahan di variabel keputusan pada variabel hasil
• Revisi model untuk mengeliminasi sensitivitas yang terlalu besar
• Penambahan detai mengenai berbagai variabel atau skenario yang
sensitif
• Perubahan sistem di dunia nyata untuk mengurangi sensitivitas
aktual

24
Analisis Sensitivitas

Dua tipe analisis sensitivitas:


1. Automatic sensitivity analysis
Terdapat model kuantitatif standar seperti linear programming.
Sebagai contoh, hal ini bisa memberitahu manajer pada range mana
variable input yang pasti (misal, unit cost) berbeda, tanpa menimbulkan
akibat yang signifikan pada solusi yang ditawarkan. Biasanya terbatas
pada satu perubahan di saat yang bersamaan, dan hanya untuk varibel
yang pasti. Namun demikian hal ini sangat berguna disebabkan
kemampuannya yang cepat untuk menentukan range dan batas (dan
dnegan atau tanpa perubahan kecil pada hasil komputasi).
2. Trial and Error
Akibat perubahan pada satu/beberapa variabel dapat ditentukan
melalui pendekatan trial and error. Kita dapat melakukan perubahan
pada input data dan mencoba kembali pemecahan masalah. Dengan
mengulang hal ini beberapa kali, solusi yang makin lama makin baik
akan ditemukan. 2 pendekatan metode ini adalah “what-if” dan goal
25
seeking.
“What-If” Analysis

Analisis ini berangkat dari pertanyaan: “Apa yang akan terjadi pada
solusi yang dihasilkan jika suatu variabel input, asumsi, atau nilai
sebuah parameter berubah?’
contoh:
• Apa yang akan terjadi pada biaya inventory total jika biaya
pengangkutan ke inventory meningkat 10 persen ?

26
Goal Seeking

Analisis ini mengecek input yang diperlukan untuk mendapatkan


level yang diinginkan pada suatu output (goal). Merepresentasikan
pendekatan solusi “backward”.
Contoh :
• Berapakah banyak perawat yang diperlukan untuk mengurangi waktu
tunggu pasien di kamar gawat darurat sampai nilainya kuran 10
menit ?

Menghitung BEP (Break Event Point) menggunakan Goal Seeking


Caranya dengan menemukan jumlah produksi yang diperlukan untuk
menghasilkan keuntungan nol.
Analisis sensitivitas penting dilakukan, sebab hal ini dapat
meningkatkan kepercayaan pada model dan hal itu meningkatkan
keberhasilan implementasi analisis kuantitatif.

27
Thanks

Anda mungkin juga menyukai