Anda di halaman 1dari 7

PERTEMUAN KE-15

ESTIMASI DAN PENJADWALAN PENGUJIAN

15.1 TUJUAN PEMBELAJARAN :


Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut:
15.1. Memahami Teknik Estimasi Usaha Tes
15.2. Memahami Faktor-Faktor Estimasi
15.3. Memahami Estimasi Usaha Tes
15.4. Memahami Penjadwalan Usaha Tes

15.2 URAIAN MATERI


Tujuan Pembelajaran 15.1:
Teknik Estimasi Usaha Tes

Dalam bukunya, “Software Engineering Economics”, Barry Boehm


mengidentifikasikansejumlah teknik estimasi yang dapat digunakan pada proyek
testing, yaitu:
1. Bottom-Up atau Micro-Estimating
Mengembangkan rencana kerja tes detil, dan membuat estimasi waktu
dan sumber daya untuk tiap tugas terkecil dari rencana kerja.
2. Top-Down atau Global-Estimating
Estimasi dimulai dari gambaran besar, dengan membandingkan cakupan
dan usaha keseluruhan tes dengan usaha-usaha lain yang mirip dan
menetapkan waktu sumber daya yang dibutuhkan. Menyediakan sanity-
check atau cross-check bagi estimasi yang dikembangkan dengan metode
lain.
3. Formulae atau Models
Sesuai dengan namanya, teknik ini menggunakan suatu formulasi untuk
estimasi. Biasanya membutuhkan karakteristik tertentu dari produk dan
lingkungan tes yang diukur dan dirumuskan ke dalam suatu bentuk
formula. Karakteristik yang diukur, tegantung pada formula, dapat
berupa jumlah window, query atau table yang dites, efisiensi lingkungan
tes dan jumlah defect. Dimana masukan karakteristik ini akan sulit untuk
dibuat. Pembuat formula atau model tergantung pada pengalaman
terhadap sistem yang akan dimodelkan. Hal yang perlu dipertimbangkan
dalam formulasi adalah penentuan ketepatan kalibrasi dan ketepatan
model itu sendiri terhadap sistem yang dimodelkan.
4. Parkinson’s Law
Estimasi tidak hanya berupa proses kalkulasi kuantitatif, kadang
faktor manusia harus dimasukan, seperti kemampuan negosiasi.
Pendekatan ini dilakukan dengan menetapkan estimasi terhadap nilai
psikologis maksimum yang dapat diterima oleh pihak bersangkutan
(misal dinamakan market-based pricing / after C.
5. Pricing to Win
Pendekatan ini merupakan lawan dari Parkinson’s Law, dengan
menetapkan nilai estimasi terhadap nilai yang terendah. Bila pada
teknik estimasi Parkinson’s Law digunakan nilai maksimal secara
psikologis, teknik pricing to win menggunakan nilai minimal yang
dimungkinkan dalam menetapkan nilai estimasi.Teknik Parkinson’s Law
biasa digunakan untuk negosiasi dengan pihak luar (misal klien),
sedangkan pricing to win digunakan untuk memberikan nilai
estimasi ke dalam (misal programer), sehingga proyek mempunyai
selisih waktu bilamana terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (strategic
time).
6. Cost Averaging
Tak ada satupun teknik estimasi yang cukup akurat. Oleh karena itu
penerapan beberapa teknik estimasi biasa digunakan untuk mencari
nilai estimasi alternatif yang lebih baik. Masalah pada teknik ini
adalah terdapatnya peningkatan beban kerja dalam mengestimasi. Salah
satu variasi dari pendekatan ini, adalah menggunakan satu teknik
estimasi dengan menetapkan serangkaian asumsi masukan yang
berbeda. Kalkulasi dilakukan denganmenetapkan nilai:
• Skenario paling optimistik ( a )
• Skenario paling mungkin terjadi ( b )
• Skenario paling pesimistik ( c )

Kemudian hasil di atas dirata-rata dengan rumusan: [ { a + 4b + c } / 6 ],


Nilai 4, merupakan nilai bobot prioritas terhadap nilai b. Nilai a
dan c, masing-masing berbobot 1. Nilai-nilai bobot ini dapat diubah
berdasarkan analisa terhadap pengalaman- pengalaman pengerjaan
proyek-proyek sebelumnya (data historis).
7. Consensus of Experts
Pendekatan ini dengan menggunakan orang yang telah berpengalaman
dan ahli untuk melakukan estimasi. Teknik ini dapat dilakukan bila
terdapat minimal 2 orang ahli dalam melakukan estimasi, dimana
masing-masing akan melakukan estimasi, dan hasilnya akan dianalisa
bersama dalam suatu konsensus untuk mendapatkan nilai estimasi yang
terbaik.
8. SWAG
Teknik ini dilakukan dengan membuat estimasi perencanaan kerja
dalam rentan waktu tertentu (dari minimum (optimistik skenario)
sampai maksimum (pesimistik skenario)) Update nilai tugas selanjutnya
sesuai dengan pencapaian waktu (real) dalam pelaksanaan tiap tugas
yang telah diselesaikan.
9. Re-Estimating by Phase
Estimasi tidak dipandang sebagai suatu aktivitas sekali proses jadi,
namun sebagai proses yang dapat diperbaiki pada setiap fase
pengembangan.

Tujuan Pembelajaran 15.2:


Faktor-Faktor Estimasi

Beberapa faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam proses


estimasi, antara lain:
1. Kompleksitas dan ukuran produk
• Jumlah dan kompleksitas fungsi, opsi, dan kondisi.
• Jumlah dan kompleksitas komponen (program, obyek, modul,
window, query, layar, laporan, dll).
• Jumlah dan komplesitas table, data file, dan data field.
• Jumlah dari antarmuka eksternal (ke / dari aplikasi lain, WAN,
Server, dll).
• Cakupan dan tipe testing yang dibutuhkan (seperti:
performansi, kegunaan, keamanan & kendali, dll).

2. Kesiapan testing produk


• Kemapanan produk (Nomor versi, prosentase kode yang
diubah pada rilis bersangkutan)
• Ekstensi dan kredibilitas testing yang telah dilakukan.
• Efektifitas dari kendali proses perubahan dan versi.
• Stabilitas tim dan lingkungan pengembangan/perawatan.

3. Resiko produk
• Tingkat cakupan yang dibutuhkan untuk blackbox testing atau
ekstensi yang dibutuhkan testing.
• Prosentase cakupan dari program, modul dan jalur kode yang dites.
• Tingkat kepentingan integritas data produk.
• Penggunaan dan ekstensi dari pilot/field testing.
• Penggunaan dan ekstensi dari volume testing.
• Penggunaan dan ekstensi dari regression testing.
• Tingkat dimana deadline dan anggaran akan mempengaruhi strategi
testing.

4. Efisiensi infrastruktur pendukung dan proses eksekusi tes


• Tingkat otomatisasi yang direncanakan.
• Keberadaan dan ekstensi yang diantisipasi dari penggunaan alat
bantu otomatisasi.
• Jumlah sistem operasi yang harus dites.
• Stabilitas, kekomplitan dan kesiapan lingkungan tes.

5. Kemampuan tester dan keberadaan sumber daya


• Pengalaman testing tertentu.
• Keterbiasaan terhadap sistem yang dites.
• Keterbiasaan terhadap lingkungan tes, alat bantu tes dan metode.
• Waktu yang ada untuk tes terhadap tuntutan yang lain.
• Faktor manusia, seperti produktivitas, motivasi dan tingkat energi
individu.
• Kemampuan untuk mendelegasikan beberapa usaha tes pada grup
yang lain (seperti pengembang, pengguna).

Tujuan Pembelajaran 15.3:


Estimasi Usaha Tes

Faktor-faktor kunci yang diperhitungkan dalam melakukan usaha tes


bervariasi di tiap tahapan dari siklus hidup tes. Adapun faktor-faktor kunci di
tiap fase tersebut, beserta beberapa data industri praktis yang merupakan data
efektif secara umum yang terdapat pada organisasi software, dan dapat digunakan
sebagai acuan awal dalam melakukan estimasi.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Perencanaan tes
Faktor-faktor kunci yang diperhitungkan dalam perencanaan pengujian
adalah:
• Jumlah test cases yang dibutuhkan untuk testing.
• Waktu rata-rata per test case untuk persiapan test cases
2. Eksekusi tes
Faktor-faktor kunci yang diperhitungkan dalam eksekusi pengujian
adalah:
• Jumlah siklus tes (seperti seberapa sering siklus/pengulangan dari
suatu test case).
• Jumlah test cases yang dieksekusi per siklus atau batch tes.
• Waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan per tes.
3. Debugging dan Perbaikan
Faktor kunci yang digunakan untuk estimasi adalah:
• Jumlah defects/bugs yang diperbaiki.
• Waktu perbaikan untuk tiap defect/bug.
4. Pendekatan Rasio
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh IBM terhadap ratusan
proyek pengembangan software, didapatkan rasio umum dari 100 jam
waktu yang dibutuhkan untuk coding.
5. Alokasi Sumber Daya
Alokasi sumber daya untuk proyek testing bervariasi, tergantung pada (1)
apakah test cases telah ada dan didisain untuk siap digunakan kembali,
dan (2) apakah testing diotomatisasi.
6. Testing Tipe Khusus
Aturan berikut ini akan berguna dalam estimasi keseluruhan usaha tes.
Tabel di bawah ini menyediakan panduan untuk tes khusus, dalam
bentuk prosentase dari usaha yang dialokasikan untuk testing terhadap
kebenaran dan kekomplitan fungsional dasar sistem.

Tujuan Pembelajaran 15.3:


Penjadwalan Usaha Tes

Langkah umum dalam membuat jadual tes:


1. Membuat sekumpulan obyektifitas tes yang digunakan
2. Menentukan langkah kerja atau aktivitas yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tiap obyektifitas
3. Memastikan tiap tingkat dasar tugas mempunyai hasil konkrit dan dapat
diinspeksi
4. Menentukan hubungan ketergantungan antar tugas, bersama dengan
faktor lain yang mempengaruhi aliran kerja
5. Mengidentifikasi tipe sumber daya yang dibutuhkan tiap tugas
6. Mengestimasi kuantitas sumber daya yang dibutuhkan tiap tugas
7. Mengidentifikasi tipe dan kuantitas sumber daya yang ada untuk testing
proyek
8. Menyesuaikan atau mengalokasikan sumber daya yang ada pada
sumber daya yang dibutuhkan tiap tugas
9. Menyeimbangkan sumber daya, untuk memperhalus tiap puncak
dan lembah dalam grafik penggunaan sumber daya
10. Menentukan siapa yang secara spesifik diperhitungkan untuk
menyelesaikan tiap tugas dengan sukses
11. Menjadualkan tanggal mulai dan selesai tiap tugas.

15.3 LATIHAN SOAL/TUGAS

1. Buat estimasi dan jadwal pengujian terhadap sistem informasi akademik


di universitas Pamulang

15.4 DAFTAR PUSTAKA


1. Chemuturi, M. (2011). Mastering Software Quality Assurance. Best
Practices, Tools And Techniques For Software Developers. J. Ross
Publishing
2. Lewis, E. W. (2009). Software Testing and Continuous Quality
Improvement. CRC Press
3. Naik, K. & Tripathy, P. (2008). Software Testing and Quality Assurance.
Theory and Practice. John Wiley & Sons

Anda mungkin juga menyukai