Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS PERENCANAAN PERSEDIAAN FARMASI RUMAH SAKIT

Analisis ABC atau Pareto Analysis


Sejarah: dikembangkan pertama kali oleh Vilfredo Pareto (1907), yang meyakini bahwa 80-
85% dari jumlah uang yang beredar di Italia adalah hanya dimiliki oleh sebagian kecil
populasi (15-20% orang).
Inti dari analisa ABC adalah mengelompokkan item barang/alat kesehatan atau obat ke dalam
tiga jenis klasifikasi berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang. Ketiga jenis klasifikasi
tersebut adalah:
1. Kelompok A
Persediaan yang jumlah nilai rencana pengadaan perbekalan kesehatannya menunjukkan
penyerapan dana pertahunnya tinggi (60-90% dari jumlah dana perbekalan kesehatan
secara keseluruhan).
2. Kelompok B
Persediaan yang jumlah nilai rencana pengadaan perbekalan kesehatannya menunjukkan
penyerapan dana pertahunnya sedang (20-30% dari jumlah dana perbekalan kesehatan
secara keseluruhan).
3. Kelompok C
Persediaan yang jumlah nilai rencana pengadaan perbekalan kesehatannya menunjukkan
penyerapan dana pertahunnya rendah (10-20% dari jumlah dana perbekalan kesehatan
secara keseluruhan).
Prosedur analisis ABC:
a. Mengumpulkan kebutuhan perbekalan farmasi yang diperoleh dari salah satu metode
perencanaan, daftar harga perbekalan farmasi, dan biaya yang diperlukan untuk tiap nama
dagang. Kemudian dikelompokkan ke dalam kategori/jenis-jenis, dan dijumlahkan biaya
perklasifikasi perbekalan farmasi.
b. Anggaran total dijumlahkan, dihitung masing-masing persentase jenis perbekalan farmasi
terhadap anggaran keseluruhan.
c. Diurutkan kembali perbekalan farmasi diatas mulai dari persentase tertinggi.
d. Dihitung persentase kumulatif, dimulai dengan ururtan 1 dan seterusnya.
Dilihat dari volumenya:
Obat kelompok A termasuk dalam kumulasi 70%
Obat kelompok B termasuk dalam kumulasi > 70% s/d 90%
Obat kelompok C termasuk dalam kumulasi > 90% s/d 100%
(Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2008)
e. Identifikasi perbekalan farmasi yang menyerap ±70% anggaran total sesuai klasifikasi
diatas.
Contoh:
1. Berikan harga dasar perolehan masing-masing item obat:
Jumlah Harga Persen Klasifikasi
Nama Obat Satuan Nilai (N)
(D) (Rp) (P) Nilai (N%) ABC
Asam Mefenamat Tab Box/100 720 32,000 23040000 13.46 B
Eritromisin Tab Box/60 450 49,000 22050000 12.88 B
Etambutol Box/100 400 52,000 20800000 12.15 C
Pyrazinamid Box/100 400 45,000 18000000 10.52 C
Dekstrometorphan Tab Kaleng/1000 725 9,000 6525000 3.81 C
Parasetamol Tab Kaleng/1000 1300 7,000 9100000 5.32 C
Amoksisillin Tab Box/100 1500 35,000 52500000 30.68 A
Kotrimoksazol Tab Box/100 150 45,000 6750000 3.94 C
Glibenklamid Box/100 50 60,000 3000000 1.75 C
Klonidin Box/100 125 75,000 9375000 5.48 C
171140000 100

2. Menghitung nilai item obat (warna hijau) dengan mengalikan jumlah (D) dengan harga.
Kemudian mencari % nilai (warna coklat).
3. Membuat klasifikasi
Dengan mengambil nilai persentase (N%) terkecil ditambah dengan nilai persentase
(N%) terbesar.
N% terkecil = 1,75  Glibenklamid
N% terbesar = 30,6  Amoksisillin tablet.
(N% terkecil + N% terbesar) 1,75+30,6
Range = = = 10,8
3 3
Klasifikasi C  1,75 s/d 12,5 (1,75 + 10,8)
Klasifikasi B  12,5 s/d 23,3 (12,5 + 10,8)
Klasifikasi A  23,3 s/d 34,1 (23,3 + 10,8)
Analisis VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang terbatas adalah
dengan mengelompokkan obat yang didasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada
kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat dikelompokkan kedalam tiga
kelompok berikut:
a. Kelompok V (vital):
Merupakan kelompok obat yang vital, yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:
- Obat penyelamat (life saving drugs).
- Obat untuk pelayanan kesehatan pokok (vaksin, dll).
- Obat untuk mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian terbesar.
b. Kelompok E (esensial):
Obat-obat yang banyak diminta untuk digunakan dalam tindakan atau pengobatan
penyakit terbanyak yang ada di suatu daerah atau rumah sakit.
c. Kelompok N (non-esensial):
Obat-obat pelengkap agar tindakan atau pengobatan lebih baik.
Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk :
a. Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang tersedia. Obat-obatan
yang perlu ditambah atau dikurangi dapat didasarkan atas pengelompokan obat menurut
VEN.
b. Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok V agar diusahakan
tidak terjadi kekosongan obat. Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan lebih
dahulu kriteria penentuan VEN. Kriteria sebaiknya disusun oleh suatu tim. Dalam
menentukan kriteria perlu dipertimbangkan kondisi dan kebutuhan masing-masing
wilayah.
Kriteria yang disusun dapat mencakup berbagai aspek antara lain:
• Klinis
• Konsumsi
• Target kondisi
• Biaya
Langkah-langkah menentukan VEN
• Menyusun kriteria menentukan VEN
• Menyediakan data pola penyakit
• Merujuk pada pedoman pengobatan
Kombinasi analisis ABC dan VEN
Jenis obat yang termasuk kategori A (dalam analisis ABC) = kategori V (dalam analisis
VEN). Sebaliknya, obat yang termasuk kategori C (dalam analisis ABC) = kategori N (dalam
analisis VEN).
Metode kombinasi digunakan untuk menetapkan prioritas pengadaan obat, dimana anggaran
yang ada tidak sesuai kebutuhan. Berikut mekanismenya:
1. Obat dengan kategori NC  prioritas utama untuk dikurangi atau dihilangkan dari
rencana kebutuhan. Kemudian NB, dan NA.
2. Jika langkah 1 dana yang tersedia masih kurang, maka dilakukan pengurangan obat pada
kategori EC, EB, dan EA.

Daftar Pustaka
“Buku yang dipegang Fathiyah”
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman
Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan
Dasar.

Anda mungkin juga menyukai