𝛼 𝐷 2
= [0,131 + 1,847 ( )]
𝜋 2R o
𝑚2 𝑘𝑔
Untuk air pada 20 °C, viskositas kinematik = 1E-6 , densitas = 999 𝑚3
𝑠
4. Prosedur Percobaan
a. Menutup katup pembuangan yang terletak di bawah tangki
b. Mengisi ¾ air dalam tangki
c. Menghubungkan steker listrik ke stop kontak
d. Memutar pasokan listrik saklar utama dalam posisi horizontal
e. Lampu indikator akan menyala
f. Menghubungkan konektor ke pipa yang digunakan konektor (+) pada
up stream dan konektor (-) pada down stream
g. Menghilangkan udara yang ada dalam selang dengan cara membuka
dua katup buangan dan kemudian menutupnya
h. Untuk mendapatkan beda tekan sama dengan nol melakukan:
1. Menutup valve yang ada di atas tangki
2. Untuk mendapatkan beda tekan nol membuat laju alir nol,
indikator menunjukkan missal x mbar, nilai ini sama dengan 0
atmosfer
3. Menggunakan harga x baar untuk faktor pengurangan setiap
pengukuran
i. Membuka valve dan menentukan laju alir yang digunakan
5. Data Pengamatan
Pipa (P2-P3)
Pipa (P15-P16)
Secara Digital
1. Pipa ( P2 – P3 ) 1800
A. Laju alir 500 L/h
Secara Praktek
∆P = 2 mbar
1 bar 1,0𝑥105 𝑝𝑎
= 2 mbar x 1000 𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑥 = 300 Pa
1𝑏𝑎𝑟
Secara Teori
Laju Alir Volume/ Debit
𝐿 1 𝑑𝑚3 1 𝑚3 1ℎ
Q= 500 ℎ X 𝑥 103 𝑑𝑚3 𝑥 3600 𝑠 = 1,38 x 10-4 m3/s
1L
Kecepatan
𝑄 1,388 x 10−4 𝑚3 /s
V = 𝐴= = 0,2461 m/s
5,64 x 10−4m2
ζ=
Penurunan Tekanan
2
1 𝑘𝑔 (0,2461)2 𝑚 ⁄ 2
𝑠
=2 𝑥 999 ⁄𝑚3 𝑥 0,46 𝑥 = 6,43 Pa
2
B. Laju alir 1000 L/h
Secara Praktek
∆P = 4 mbar
1 bar 1,0𝑥105 𝑝𝑎
= 4 mbar x 1000 𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑥 = 400 Pa
1𝑏𝑎𝑟
Secara Teori
Laju Alir Volume/ Debit
𝐿 1 𝑑𝑚3 1 𝑚3 1ℎ
Q= 1000 ℎ X 𝑥 103 𝑑𝑚3 𝑥 3600 𝑠 = 2,7778 x 10-4 m3/s
1L
Kecepatan
𝑄 2,7778 x 10−4 𝑚3 /s
V= = = 0,4925 m/s
𝐴 5,64 x 10−4m2
ζ=
Penurunan Tekanan
2
1 𝑘𝑔 (0,4925)2 𝑚 ⁄ 2
𝑠
=2 𝑥 999 ⁄𝑚3 𝑥 0,46 𝑥 = 28,06 Pa
2
Secara Teori
Laju Alir Volume/ Debit
𝐿 1 𝑑𝑚3 1 𝑚3 1ℎ
Q= 1500 ℎ X 𝑥 103 𝑑𝑚3 𝑥 3600 𝑠 = 4,1667 x 10-4 m3/s
1L
Kecepatan
𝑄 4,1667 x 10−4 𝑚3 /s
V = 𝐴= 5,64 x 10−4m2
= 0,7387 m/s
Koefisien Kehilangan Tekanan
ζ=
Penurunan Tekanan
2
1 𝑘𝑔 (0,7387)2 𝑚 ⁄ 2
𝑠
=2 𝑥 999 ⁄𝑚3 𝑥 0,46 𝑥 = 68,08 Pa
2
1. Pipa P13-14
A. Laju alir/debit 500 L/hr
Secara Praktek
7 cmH2O
10 mmH20 o,07353bar 0,00153bar 1000bar
=7 cmH2O x × × 1mmhg bar × = 6,847 mbar
1 cmH2O 1mmH2o 1 bar
Secara Teori
Laju Alir Volume/ Debit
L 1 dm3 1 m3 1h
Q= 500 h X x 103 dm3 x 3600 s = 1,388 x 10-4 m3/s
1L
Kecepatan
Q 1,388 x 10−4 m3 /s
V = A= = 0,246 m/s
5,6 x 10−4m2
1 2 1 2
ϛ = (𝐶 − 1) = (0,6942 − 1) = 0,1944
Penurunan Tekanan
𝑉2
∆P = ½ ρ ϛ 𝐿
𝐷
2
1 𝑘𝑔 (0,24637)2 𝑚 ⁄ 2
𝑠
= 2 . 999 𝑚3 . 0,1944. 0,35 = 118,52 kg / ms2
0,01733
= 0,001 mbar
118,52 kg / ms2 = 1,1832 mbar
1 pa
Secara Praktek
20 CmH2O
10 mmH20 o,07353bar 0,00153bar 1000bar
=20 CmH2O x 1CmH2O
× 1mmH2o
× 1mmhg bar × 1 bar
= 19,5643
Secara Teori
Laju Alir Volume/ Debit
L 1 dm3 1 m3 1h
Q= 1000 h X x 103 dm3 x 3600 s = 2,77x 10-4 m3/s
1L
Kecepatan
Q 2,77 x 10−4 m3 /s
V = A= = 0,495 m/s
5,64 x 10−4m2
= 479,881
0,001 mbar
479,881 = 4,79881
1 pa
Kecepatan
Q 4,1667 x 10−4 m3 /s
V = A= = 0,7441 m/s
5,64 x 10−4m2
2
1 𝑘𝑔 (0,24637)2 𝑚 ⁄ 2
𝑠
= 2 . 999 𝑚3 . 0,1944. 0,35 = 1084,39166 kg / ms2
0,01733
0,001 mbar
1084,39166 kg / ms2 = 10,843mbar
1 pa
2. Pipa P15-16
A. Laju alir 500 L/h
Secara Praktek
0,45 CmH2O
10 mmH20 o,07353bar 0,00153bar 1000bar
0,45 CmH20 × × 1mmhg bar × = 0,44
1cmH2O 1mmH2o 1 bar
Secara Teori
Laju Alir Volume/ Debit
L 1 dm3 1 m3 1h
Q= 500 h X x 103 dm3 x 3600 s = 1,388 x 10-4 m3/s
1L
Kecepatan
Q 1,388 x 10−4 m3 /s
V = A= = 0,2461 m/s
5,64 x 10−4m2
Penurunan Tekanan
1 v2
∆P = ×ζ×× ×L
2 D
2
1 kg (0,2461)2 m ⁄ 2
s
=2 x 0,3402 × 999 ⁄m3 x × 0,35
0,0268 m
10−3 mbar
= 133,8835 Pa × = 1,33 mbar
1 pa
Q = 1000 L/h
1 dm3 1 m3 1h
1000L/h x x 103 dm3 x 3600 s = 2,7778 x 10-4 m3/s
1L
Kecepatan
Q 2,7778 x 10−4 m3 /s
V=A= = 0,4925 m/s
5,64 x 10−4m2
S1 2
ζ = [1 − ]
S2
2
2,35 × 10−4
ζ = [1 − ] = 0,3402
5,64 × 10−4
10−3 mbar
= 541.786 Pa × = 5,41786 mbar
1 pa
Q = 1500 L/h
1 dm3 1 m3 1h
1500L/h x x 103 dm3 x 3600 s = 4,167 x 10-4 m3/s
1L
Kecepatan
Q 4,167 x 10−4 m3 /s
V=A= = 0,744 m/s
5,64 x 10−4m2
S1 2
ζ = [1 − ]
S2
2
2,35 × 10−4
ζ = [1 − ] = 0,3402
5,64 × 10−4
1 v2
∆P = ×ζ×× ×L
2 D
2
1 kg⁄ (0,4925)2 m ⁄ 2
s
= 2 x 0,3402 × 999 m3 x × 0,35
0,0268 m
10−3 mbar
= 1223,278Pa × = 12,24278 mbar
1 pa
8. Analisa Percobaan
Praktikum kali ini yaitu penurunan tekanan dalam pipa aliran fluida II
yang bertujuan untuk dapat mempelajari kehilangan tekanan dalam
singularitas akibat belokan pipa secara praktek dan teori ialah tentang
penurunan tekanan pada sambungan pipa dan perubahan luas penampang
pipa. Pada praktikum kali ini, penurunan tekanan yang diukur yaitu pada
belokan pipa P2-P3, pipa P13-14 , dan pipa P15-P16 dan juga perubahan luas
penampang pipa yaitu perbesaran pipa dan pengecilan pipa. Kehilangan
tekanan adalah kehilangan energi akibat gesekan fluida terhadap sambungan
pipa. Pengukuran kehilangan tekanan pada praktikum ini dilakukan secara
digital dan dengan menggunakan manometer. Di mana secara digital
menggunakan detector valve dan mentransdusikan dalam bentuk sinyal listrik
dan kemudian terbaca secara digital nilai dari penurunan tekanannya.
Selanjutnya dilakukan pengukuran penurunan tekanan secara manual
menggunakan manometer H2O. Penurunan tekanan yang terjadi pada
pengukuran manual dapat diketahui dari selisih P2- P1.
Pada praktikum ini menggunakan variasi sambungan/ belokan dan
variasi debit air yaitu 500 L/hr, 1000 L/hr, dan 1500 L/hr. Variasi debit
tersebut untuk mengetahui besarnya penurunan tekanan dengan adanya
perbedaan kecepatan aliran fluida yang berhubungan langsung dengan
besarnya gaya gesek yang terjadi. Selanjutnya dari hasil perhitungan, dapat
diketahui bahwa pada sambungan P2-P3 apabila laju alir fluida semakin besar
maka nilai penurunan tekanan / rugi tekan akibat gesekan yang terjadi akan
semakin besar. Sesuai dengan prinsip Bernouli bahwa dalam suatu aliran
fluida peningkatan kecepatan fluida berbanding lurus dengan penurunan
tekanan yang terjadi. Pada sambungan pipa P13-P14m juga sama halnya
bahwa semakin besar laju alir fluida maka penurunan tekanannya juga
semakin besar, dimana penurunan tekanan tersebut terjadi akibat adanya
gesekan fluida terhadap pipa pada sambungan pipa tersebut. Diketahui juga
adanya penurunan tekanan saat terjadi perubahan luas penampang pipa.
Hubungan perbandingan lurus terjadi juga pada perbesaran pipa dan
pengecilan pipa. Apabila laju alir fluida semakin besar maka gaya gesek dan
penurunan tekanan yang terjadi juga semakin besar. Dapat dianalisa bahwa
besar atau kecilnya penurunan tekanan ini disebabkan oleh adanya koefisien
gesek, semakin besar koefisien gesek maka semakin besar kerugian geseknya
dan semakin kecil koefisien gesek maka semakin kecil kerugian geseknya.
Koefisien gesek ini berarti suatu nilai (biasanya berkisar antara 0-1) yang
berlaku tetap untuk satu benda yang menentukan energi yang harus
dikeluarkan untuk memindahkan suatu benda dan artinya adalah semakin
besar koefisien gesek maka semakin besar energi yang harus digunakan untuk
memindahkan fluida tersebut.
Pada percobaan pipa P2-P3 dan P13-P14, dapat diketahui bahwa
kerugian gesek yang terjadi lebih besar penurunan tekanannya pada P13-P14
dikarenakan pada pipa P13-P14 diameter penampangnya lebih kecil daripada
penampang belokan pipa p2-p3 , yaitu dengan diameter 17,3 mm, sehingga
kerugian geseknya akan semakin besar dengan kecilnya luas penampang pipa.
Hal demikian juga dijelaskan oleh adanya kerugian gesek pada perbesaran dan
pengecilan pipa yaitu bahwa saat pengecilan pipa kerugian tekanan akan
semakin besar dan pada pembesaran pipa kerugian tekanan akan semakin
kecil dikarenakan oleh kecilnya penampang pipa sehingga kecepatan fluida
naik dan semakin besar gaya gesek yang terjadi.
Kehilangan tekanan yang paling besar adalah pada pipa P13- P14 hal
ini dikarenakan diameter pada pipa P13-P14 lebih kecil dibandingkan pada
pipa P2-P3 dan P14-P15, karena semakin kecil diameter pipa maka akan
semakin besar nilai koefisien gesek dan juga menyebabkan penurunan tekanan
yang terjadi akan semakin besar.
9. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum penurunan tekanan dalam pipa aliran fluida II
dapat disimpulkan bahwa :
Apabila laju alir fluida/ debit semakin besar maka kehilangan tekanannya juga
semakin besar dikarenakan semakin besar laju alir fluida maka gesekannya akan
semakin besar.
Kehilangan tekanan dalam suatu aliran fluida dalam pipa dapat disebabkan
oleh adanya sambungan pipa yang menyebabkan adanya gesekan fluida terhadap
pipa.
Nilai koofisien kehilangan tekanan berbanding lurus dengan besarnya
kehilangan tekanan, hal ini dikarenakan semakin besar nilai koefisien gesek maka
semakin besar energi yang diperlukan untuk melakukan gerakan pada fluida.
Penurunan tekanan pada pengecilan pipa akan lebih besar dibandingkan pada
pembesarana pipa hal ini juga dipengaruhi oleh diameter penampanmg pipa,
semakin kecil diameter maka semakin besar gaya geseknya begitupun sebaliknya.