D3 Pajak TK 1 PDF
D3 Pajak TK 1 PDF
“Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara tahun yang lalu”(psl 23 ayat 3)
b. Menurut M. Ichwan
Keuangan negara adalah rencana kegiatan secara kuantitatif (dengan angka-angka
diantaranya diwujudkan dalam jumlah mata uang), yang akan dijalankan untuk masa
mendatang lazimnya atu rahun mendatang.
c. Menurut Geodhart
Keuangan negara merupakan keseluruhan undang-undang yang ditetapkan secara
periodik yang memberikan kekuasaan pemerintah untuk melaksanakan pengeluaran mengenai
periode tertentu dan melanjutkan alat pembiayaan yang diperluka untuk menutup
pengeluaran tersebut.
d. Menurut Glen A. Welsch
Keuangan negara adalah suatu bentuk statement dari rencana dan kebijaksanaan
manajemen yang dipakai dalam suatu periode tertentu sebagai petunjuk dalam periode
tersebut.
e. Menurut Otto Eckstein
Keuangan negara adalah bidang yang mempelajari akibat-akibat dari anggaran belanja
negara atas ekonomi, khususnya akibat dari dicapainya tujuan-tujuan ekonomi yang pokok,
pertumbuhan , kemantapan, keadilan dan efisiensi. Juga dipelajari tentang ”bagaimana
seharusnya” : andaikata kita ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti misalnya
pertumbuhan yang lebih cepat atau distribusi pendapatan yang lebih adil, kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang bagaimanakah yang akan dapat mengarah ke tujuan-tujuan itu?
f. Menurut M. Subagio
Keuangan negara terdiri atas hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya itu.
g. Menurut Arifin P. Soeria Atmadja
Keuangan negara dalam arti luas meliputi APBN, APBD, keuangan negara pada Perjan,
Perum, dan sebagainya, sedangkan definisi keuangan negara dalam arti sempit hanya meliputi
setiap badan hukum yang berwenang mengelola dan mempertanggungjawabkannya.
h. Menurut M. Hadi
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu, baik uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara,
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban dimaksud.
i. Menurut A.Hamid S. Attamimi
Keuangan negara tidak hanya bersumber dari APBN saja, akan tetapi juga meliputi
keuangan negara yang berasal dari APBD, BUMN maupun BUMD dan pada hakekatnya seluruh
harta kekayaan negara merupakan keuangan negara.
j. Menurut UU No. 17 Tahun 2003.
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
5. Pengertian Perusahaan Milik Negara/ Daerah
Adalah perusahaan yang didirikan dengan seluruh atau sebagian besar modalnya ( minimal
51%) berasal dari negara atau daerah.
6. Pengertian APBN
APBN adalah rencana kerja keuangan pemerintah negara yang disetujui oleh DPR untuk
jangka waktu tertentu.
7. Pengertian Pendapatan, Penerimaan, Belanja, dan Pembiayaan
Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih
Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih
Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih
Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih
Penerimaan negara adalah uang yang masuk kekas negara
Presiden Republik
Indonesia
CEO
Dikuasakan Diserahkan
Dikuasakan
Dikuasakan Dikuasakan
Keterangan :
1. CEO : Chief Eksekutif Officer
2. CFO : Chief Financial Officer
3. COO : Chief Operating Officer
4. Dikuasakan : Tanggungjawab masih dipegang pemberi kuasa.
5. Diserahkan : Tanggungjawab diserahkan.
Dalam pasal ini terdapat kata kata bahwa Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan
Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisah. Jika dihubungkan dengan pasal
2 huruf g “kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah”. Maksudnya Menteri
Keuangan sebagai Wakil Pemerintah menjadi pemilik kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara atau dalam hal ini disebut BUMN. Hal ini karena kekayaan dari perusahaan negara (BUMN)
juga menjadi kompenen dalam penerimaan negara kategori Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
B. Ruang lingkup dan Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara
1. Fungsi presiden sebagai pemegang kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara
Presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan( pasal 6 UU No. 17/2003)
Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi,
dan prioritas dalam pengelolaan APBN, antara lain penetapan pedoman pelaksanaan
dan pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan rencana kerja
kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dan tunjangan, serta pedoman
pengelolaan Penerimaan Negara.
Kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusan/ kebijakan teknis yang berkaitan
dengan pengelolaan APBN, antara lain keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan
APBN, keputusan rincian APBN, keputusan dana perimbangan, dan penghapusan aset
dan piutang negara.
Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut perlu
dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses
penyusunan dan penetapan anggaran sebagai penjabaran aturan pokok yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Sehubungan dengan itu, dalam UU No. 17 Tahun 2003 ini disebutkan bahwa belanja
negara dan belanja daerah dirinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program,
kegiatan, dan jenis belanja. Hal tersebut berarti bahwa setiap pergeseran anggaran
antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja harus mendapat
persetujuan DPR/DPRD.Masalah lain yang tidak kalah pentingnya dalam upaya
memperbaiki proses penganggaran di sektor publik adalah penerapan anggaran
berbasis prestasi kerja. Mengingat bahwa sistem anggaran berbasis prestasi kerja/hasil
memerlukan kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi serta untuk menghindari
duplikasi dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian
PERTEMUAN 5
Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun
kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar
dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar
dalam perekonomian.
Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya
peningkatan output keseimbangan.
Kebijakan fiskal adalah salah satu perangkat kebijakan ekonomi makro dan merupakan
kebijakan utama pemerintah yang diimplementasikan melalui APBN.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka
dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (UUD 1945)
APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR.
(UU 17/2003)
3. Redistribusi pendapatan.
1. Alokasi
2. Distribusi
3. Stabilisasi
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas
perekonomian.
Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan.
Fungsi stabilitasasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Klasifikasi Anggaran :
1. Pada prinsipnya sebuah BA diberikan kepada organisasi atau lembaga negara yang
dibentuk untuk melaksanakan salah satu fungsi pemerintahan atau melaksanakan
tugas khusus dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden;
2. Dasar hukum pembentukannya (berupa UU, PP, Perpres) yang menyatakan bahwa
pimpinan organisasi atau lembaga berkenaan ditetapkan sebagai Pengguna
Anggaran;
3. Pengguna Anggaran merupakan pejabat setingkat Menteri/ Pimpinan Lembaga
Pemerintahan Non Kementerian (LPNK);
1. Memiliki unit-unit yang lengkap sebagai suatu entitas (unit perencanaan, pelaksana,
pengawasan, pelaporan dan akuntansi) merupakan syarat wajib;
2. Lokasi satker yang bersangkutan berada pada propinsi/ kabupaten/kota yang
berbeda dengan kantor pusatnya;
3. Karakteristik tugas/kegiatan yang ditangani bersifat kompleks/spesifik dan
berbeda dengan kantor pusatnya;
4. Volume kegiatan dan anggaran yang dikelola relatif besar.
5. Adanya penugasan secara khusus dari Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna
Anggaran Eselon I satker yang bersangkutan.
Sub fungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi dan terinci ke dalam 79
(tujuh puluh sembilan) sub fungsi.
Penggunaan fungsi dan sub fungsi bagi sebuah K/L disesuaikan dengan karakteristik
tugas dan fungsi masing-masing K/L.
Mulai tahun 2011, penghitungan alokasi anggaran untuk sebuah Fungsi atau Sub
Fungsi dikaitkan dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing K/L,
sehingga suatu program yang terdiri dari beberapa Kegiatan dapat menggunakan
lebih dari satu fungsi.
Klasifikasi menurut jenis belanja digunakan dalam dokumen penganggaran baik dalam
proses penyusunan anggaran, pelaksanan anggaran, dan
pertangungjawaban/pelaporan anggaran. Dalam rangka penyusunan anggaran, tujuan
penggunaan jenis belanja dimaksudkan untuk mengetahui pendistribusian alokasi
anggaran kedalam jenis–jenis belanja postur APBN.
Dalam penyusunan RKA-KL, penggunaan jenis belanja mengacu pada PMK tentang
Bagan Akun Standar (BAS) termasuk tambahan dan penyempurnaannya serta
penjelasan teknis sesuai dengan Buletin Teknis yang dikeluarkan oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintah (KSAP).
Jenis-jenis belanja yang digunakan dalam penyusunan RKA-KL terdiri dari : belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bantuan sosial, bunga utang, subsidi,
belanja hibah, dan belanja lain-lain.
Klasifikasi menurut jenis
1. Belanja Pegawai;
2. Belanja Barang dan jasa;
3. Belanja Modal;
4. Bunga;
5. Subsidi;
6. Hibah;
7. Bantuan Sosial;
8. Belanja Lain-Lain.
Jenis Belanja
Belanja Pegawai
Belanja Pegawai merupakan pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap
pegawai baik dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada
pegawai pemerintah dalam maupun luar negeri baik kepada pejabat negara, PNS
dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS
sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam rangka mendukung
tugas fungsi unit organisasi pemerintah selama periode tertentu, kecuali pekerjaan
yang berkaitan dengan pembentukan modal.
Belanja Barang
Belanja Barang merupakan pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan
jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan
maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk
diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.
Belanja ini terdiri dari belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan, belanja
perjalanan dinas, belanja barang BLU dan belanja barang untuk diserahkan kepada
masyarakat.
Belanja Modal
Belanja Modal merupakan pengeluaran anggaran dalam rangka memperoleh atau
menambah aset tetap dan/atau aset lainnya yang memberi manfaat ekonomis
lebih dari satu periode akuntansi (12 bulan) serta melebihi batasan nilai minimum
kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.
Aset Tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan suatu satuan kerja
atau dipergunakan oleh masyarakat umum/publik serta akan tercatat di dalam
Neraca satker K/L.
Belanja Pembayaran Bunga Utang/Kewajiban
Pembayaran Bunga Utang/Kewajiban merupakan pengeluaran pemerintah untuk
pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok
utang (principal outstanding) baik utang dalam maupun luar negeri yang dihitung
berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka panjang.
Selain itu belanja pembayaran bunga utang juga dipergunakan untuk pembayaran
denda/biaya lain terkait pinjaman dan hibah dalam maupun luar negeri, serta
imbalan bunga.
Jenis belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran BUN
Belanja Bantuan Sosial
Bantuan Sosial merupakan Pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa
yang diberikan oleh Pemerintah kepada masyarakat guna melindungi dari
kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi
dan/atau kesejahteraan masyarakat.
Belanja Lain-lain
Belanja Lain-lain merupakan pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat
pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan ke dalam pos-pos pengeluaran diatas.
Pengeluaran ini bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga
lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan
pemerintah, bersifat mendesak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Dalam rangka penerapan KPJM, maka K/L harus memper-hatikan kebutuhan anggaran
untuk setiap output yang dihasilkan serta tetap menjaga keselarasan dengan target
dalam RPJMN dan Renstra K/L dan budget constraint untuk setiap tahun.
PERTEMUAN 6
HUBUNGAN ANTARA RENCANA STRATEGIS, RENCANA OPERASIONAL, DAN RENCANA KERJA DAN
ANGGARAN
PROSES PERENCANAAN
ALUR APBN
SIKLUS ANGGARAN
• Siklus anggaran (budget cyclus) adalah suatu masa peredaran atau perputaran dari suatu
anggaran, yaitu mulai dari proses persiapan sampai pelaksanaan dan perhitungannya.
Budget cyclus tidak lain ialah masa atau jangka waktu mulai saat anggaran disusun sampai
dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan undang-undang. Adapun tahapan-
tahapannya adalah sebagai berikut :
Pagu Indikatif adalah ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan kepada Kementerian/Lembaga
sebagai pedoman dalam penyusunan Renja K/L.
Pagu Anggaran K/L adalah batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada
Kementerian/Lembaga dalam rangka penyusunan RKA-K/L.
Alokasi Anggaran K/L adalah batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada
Kementerian/Lembaga berdasarkan hasil pembahasan Rancangan APBN yang dituangkan dalam
kesimpulan rapat kerja pembahasan rancangan APBN antara Pemerintah dan Dewan Perwakilan
Rakyat.
Keluaran dari masing-masing kegiatan dalam satu program harus secara sinergis mendukung
pencapaian hasil yang diharapkan dari program yang bersangkutan . PP No. 20 th 2004 Ttg RKP Pasal
8 ayat (2)
SINKRONISASI PROGRAM/KEGIATAN
DASAR-DASAR PENGALOKASIAN
PERTEMUAN 7
PERBENDAHARAAN NEGARA
Dasar Hukum
1. UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
2. PMK No 190/PMK.05 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan APBN
• Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan
selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar
seluruh pengeluaran negara.
• Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang negara yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh
penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.
• Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh
gubernur/bupati/walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar
seluruh pengeluaran daerah.
• Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang
ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
• Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat dan/atau hak
Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.
• Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Daerah dan/atau
hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat
lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.
• Utang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Pusat dan/atau kewajiban
Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.
• Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Daerah dan/atau kewajiban
Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.
Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan atas nama
negara/daerah, menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan uang atau surat
berharga atau barang-barang negara/daerah.
Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi
bendahara umum negara.
Bendahara Umum Daerah adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi
bendahara umum daerah.
Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggung-jawabkan uang pendapatan negara/
daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/ APBD pada kantor/ satuan kerja kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah.
Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan
belanja negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja
kementerian negara/lembaga/ pemerintah daerah.
Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pengelolaan
keuangan kementerian negara/ lembaga yang bersangkutan.
Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian negara/ lembaga pemerintah non
kementerian negara/lembaga negara.
Pengguna Anggaran
Menteri/ pimpinan lembaga adalah Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang bagi kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya.
Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya, berwenang:
a. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
b. menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang;
c. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara;
d. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang;
e. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja;
f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah pembayaran;
g. menggunakan barang milik negara;
h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik negara;
i. mengawasi pelaksanaan anggaran;
j. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan; kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya.
Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah Pengguna Anggaran/Pengguna Barang bagi
satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya. Kepala satuan kerja perangkat daerah
dalam melaksanakan tugasnya selaku pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang satuan
kerja perangkat daerah yang dipimpinnya berwenang:
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mengangkat Kuasa Bendahara Umum
Negara untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangk a pelaksanaan anggaran
dalam wilayah kerja yang telah ditetapkan.
Kuasa Bendahara Umum Negara melaksanakan penerimaan dan pengeluaran Kas Negara
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c.
Kuasa Bendahara Umum Negara berkewajiban memerintahkan penagihan piutang negara
kepada pihak ketiga sebagai penerimaan anggaran.
Kuasa Bendahara Umum Negara berkewajiban melakukan pembayaran tagihan
pihakketiga sebagai pengeluaran anggaran.
Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah adal ah Bendahara Umum Daerah.
Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah
berwenang :
a. menyiapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
b. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
BENDAHARA PENERIMAAN/PENGELUARAN
Penyusunan
• DIPA disusun berdasarkan anggaran berbasis kinerja yang dirinci menurut klasifikasi fungsi,
organisasi, dan jenis belanja (Psl.30)
Pengesahan
• Fungsi pengesahan DIPA sebagai pernyataan kesiapan BUN dalam pelaksanaan anggaran
sesuai rencana penarikan dana. (Psl 35)
Revisi
• Pengaturan sebab sebab revisi DIPA karena alasan administratif, alokatif, perubahan
rencana penarikan dana, dan/atau perubahan rencana penerimaan dana (Psl.38)
• Penyetoran pendapatan negara melalui bank sentral atau bank umum dan badan lannya
(Psl 43)
• Kewajiban penyetoran ke kas negara tepat waktu dan adanya pengenaan sanksi
administratif berupa denda (Psl 46)
• Penetapan wajib pungut pajak kpd setiap PA/KPA dan/atau bendahara (Psl 47)
Pengelolaan PNBP
• Kewenangan dan tanggungjawab KPA untuk memperhitungkan PNBP yang terutang dari
pembayaran yang dilakukannya (Psl 53)
Hibah
Pelaksanaan Komitmen
• Pagu Anggaran yang sudah terikat komitmen tidak dapat digunakan untuk kebutuhan lain
(Psl.57)
• Proses pengadaan barang dan jasa sebelum tahun anggaran dimulai setelah RKA disetujui
oleh DPR (Psl.59)
• Izin pejabat yang berwenang atas perjanjian yang membebani anggaran lebih dari satu
tahun anggaran (Psl.61)
• Perjanjian menggunakan valas dapat membebani DIPA rupiah murni dengan nilai ekuivalen
valas (Psl.63)
• Kewajiban menyetorkan uang hak negara yg berasal dr komisi, rabat, potongan, dan
penerimaan lain (Psl.64)
Penyelesaian Tagihan
• Penyelesaian tagihan kepada negara dilaksanakan berdasarkan hak dan bukti yg sah untuk
memperoleh pembayaran (Psl.65)
• Kewajiban PPK utk mengesahkan bukti pembelian/pembayaran sebagai hak tagih kepada
negara (Psl.67)
• Penyampaian SPM oleh KPA dilengkapi dengan pernyataan kebenaran perhitungan dan
tagihan dan/atau data perjajian (Psl.67)
• Dalam menerbitkan SP2D, Kuasa BUN melakukan pengujian SPM yg diajukan oleh KPA
(Psl.73)
• Hak tagih kepada negara diselesaikan paling lambat 30 hari kalender (Psl.75)
Keuangan Publik
1. Pengantar dan Gambaran Umum Keuangan Publik
Keuangan publik adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari aktivitas finansial
pemerintah. Keuangan publik menjelaskan belanja publik dan teknik-teknik yang digunakan oleh
pemerintah untuk membiayai belanja tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa fokus
keuangan publik adalah mempelajari pendapatan dan belanja pemerintah, dan juga menganalisis
implikasi dari kegiatan pendapatan dan belanja pada alokasi sumber daya , distribusi pendapatan,
dan stabilisasi ekonomi.
1. Keuangan publik mencoba memberikan gambaran tentang pilihan publik yang menyangkut
aspek institusi publik, keseimbangan publik yang dicapai melalui proses pemilu.
2. Keuangan publik akan mencakup masalah-masalah bagaimana pemerintah memperoleh
pendapatannya.
3. Keuangan publik membahas aspek belanja publik yang merupakan aktivitas utama
pemerintah dalam penyediaan barang dan jasa publik untuk kesejahteraan masyarakat, dimana
akan dihubungkan dengan aspek efisiensi penyediaan jasa tersebut.
4. Aspek pembiayaan merupakan area pembahasan keuangan publik berikutnya.
5. Biasanya menyangkut kegiatan analisis hunumgan antaraa kebijakan pemerintah dengan
perekonomian yang dikelola oleh rumah tangga dan swasta.
3.2Fungsi Distribusi
Penyesuaian atas distribusi pendapatan dan kekayaan untuk menjamin pemerataan dan keadilan.
Penekanan utama dari teori funsgsi distribusi adalah bagaimana pendistribusian hasil produksi
kepada individu-individu atau keluarga-keluarga.
Konsep Keadilan
a. Konsep Keadilan Horizontal
Bahwa setiap orang memiliki kapasitas yang sama untuk menikmati pendapatan, atau paling
tidak kapasitasnya berada dalam suatu interval tertentu.
b. Konsep Keadilan Vertikal
Memperlakukan seseorang secara berbeda disesuaikan dengan kondisinya masing-masing.
c. Prinsip Kompensasi
Keadilan diterjemahkan sebagai optimalisasi pareto yang menyatakan bahwa tidak mungkin
merubah kondisi sessorang menjadi lebih baik, tanpa menyebabkan kondisi orang lain
sebaliknya (lebih buruk).
Faktor-faktor yang Menentukan Distribusi
1. Penjualan faktor produksi tenaga kerja dan modal
Distribusi pendapatan tenaga kerja dan modal terkait dengan investasi pendidikan yang
merupakan pengaruh dari tingkat upah yang dicapai.
2. Harga
3. Faktor-faktor institusi seperti, struktur gaji, hubungan keluarga, status sosial, ras, dll
4. Pola pernikahan
Distribusi Sebagai Suatu Kebijakan
Alternatif peralatan fiskal yang dapat diterapkan dalam fungsi distribusi :
(1) Skema pajak progresif, yaitu pengenaan pajak dimana rasio pajak terhadap penghasilan naik
dengan naiknya pendapatan
(2) Pajak penghasilan (biasanya progresif) digunakan untuk membiayai pelayanan umum
(3) Kombinasi anatara pajak atas barang mewah dengan subsidi terhadap barang tidak mewah
Redistribusi
Kebijakan redistribusi mempelajari sampai sejauh mana dan dengan cara bagaimanaa mengubah
keadaan distribusi yang telah ditentukan oleh pasar dan lembaga publik yang ada saat ini.
3.3Fungsi Stabilisasi
Dua komponen penting fungsi stabiilisasi
1. Kebijakan Moneter
- Cadangan wajib bank, tingkat diskonto, kebijakan pengendalian kredit dan kebijakan pasar
terbuka
2. Kebijakan Fiskal
- Menurunkan pajak, peredaran uang ketat, menambah pengeluaran publik, kebijakan defisit
anggaran, dll
1) Tujuan Alokasi, yakni dengan meningkatkan pelayanan pemerintah yang diikuti dengan
kenaikan pajak
2) Tujuan Distribusi, yakni dengan mendistribusikan pendapatan ke kelompok rendah dari
kelompok tinggi (atau sebaliknya).
3) Tujuan Stabilisasi, yakni dengan membuat kebijakan yang lebih ekspasioner yang diikuti
dengan menaikkan pengeluaran publiik atau dengan menurunkan pajak.
4.Teori Barang Publik (Public Good) dan Teori Barang Swasta (Private Good)
4.1 Pengertian Public Good dan Private Good
Barang Publik (Public Good)
Barang yang dihasilkan dengan/tanpa alokasi sumber daya dan dapat diperoleh tanpa
pengorbanan.
a. Karakteristik Barang Publik
1) Non Rivalry (sifat tidak bersaing)
Berarti bahwa barang tersebut dapat dikonsumsi sebanyak-banyaknya oleh seseorang tanpa
akan mengurangi jumlah barang yang tersedia untuk dikonsumsi orang lain.
2) Non Excludability (sifat tanpa pengecualian)
Bahwa tidak acara cara untuk mengecualikan siapapu untuk dapat memanfaatkan barang publik.
Barang Swasta (Private Good)
Barang yang dihasilkan dengan alokasi sumber daya dan tidak dapat diperoleh tanpa
pengorbanan
5. Eksternalitas
5.1 Pengertian Eksternalitas
Eksternalitas adalah biaya-biaya yang dibebankan pada pihak ketiga atau keuntungan yang
diperoleh oleh pihak ketiga di luar transaksi pasar, dimana biaya-biaya tersebut tidak dapat
dibebankan pada yang menimbulkannya atau keuntungan yang diperoleh seseorang tanpa dipungut
biaya bagi yang menikmati keuntungan tersebut.
2) Eksternalitas Negatif, merupakan biaya yang menjadi beban bagi pihak ketiga lebih besar
dibandingkan biaya yang dikeluarkan oleh pembeli ataupun penjual walaupun tidak tercermin
dalam harga pasar barang tersebut.
A. EKSTERNALITAS
Eksternalitas merupakan dampat positif atau negatif yang diterima oleh pihak ke-3 di luar
transaksi dimana dampat tersebut belum diperhitungkan dalam biaya.
Eksternalitas Produsen
Dari penjelasan diatas telah diuraikan bahwa eksternalitas merupakan suatu dampak yang
harus diterima oleh suatu pelaku ekonomi karena kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh pelaku ekonomi lainya dengan tanpa adanya kompensasi. Sehingga saat produsen
melakukan kegiatan ekonomi dan menimbulkan dampak terhadap pihak lain dengan tidak
memberikan kompensasi apapun, maka telah terjadi eksternalitas produsen.
Dampak Eksternalitas Produsen
Ditinjau dari dampaknya, eksternalitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu eksternalitas
positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan dari
suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu produsen terhadap pihak lain tanpa adanya
kompensasi dari pihak lain yang diuntungkan, sedangkan eksternalitas negatif adalah dampak
yang merugikan dari suau tindakan ekonomi yang dilakukan oleh produsen terhadap pihak lain
tanpa adanya kompensasi dari pihak yang merugikan dalam hal ini adalah produsen.
Dalam hal adanya eksternalitas dalam suatu aktivitas, maka akan timbul inefisiensi.
Inefisiensi akan timbul apabla tindakan seseorang mempengaruhi orang lain dan tidak terhitung
dalam sistem harga. Misalnya seorang pengusaha pemilik pabrik yang membuang limbah ke
sungai dan menyebabkan masyarakat pengguna air sungai tersebut menjadi sakit. Dalam
menentukan harga barang hasil produksinya pengusaha tersebut hanya memperhitungkan
analisa rugi-laba perusahaan tanpa memperhatikan pengaruh dampak negatifnya terhadap
masyarakat. Sehingga bagi seluruh masyarakat tidak tercapai efisiensi yang optimum.
Secara umum adanya eksternalitas tidak akan menganggu tercapainya efisiensimasyarakat
apabila semua dampak yang merugikan maupun yang menguntungkan dimasukkan dalam
perhitungsn produsen dalam menetapkan jumlah barang yang diproduksikan. Dalam hal ini
efisiensi akan tercapai apabila:
MSC = PMC + MEC
MSB = MPB + MEB
dari efisiensi seluruh masyarakat. Ini disebabkan karena pengusaha menentukan tingkat
produksi pada PMC=MPB sedangkan bagi masyarakat, tingkat produksi yang efisien akan
terjadi di mana MSB=MPB+MEB=MSC=PMC+MEC. Dengan asumsi MEC=0, maka akan
terlihat MSB>MPB sedangkan MSC=PMC. Selama MSB>MSC produksi seharusnya
ditingkatkan sampai MSB=MSC.
Diagram kurva menunjukkan kasus eksternalitas positif. Pengusaha akan
menentukan jumlah produksi pada OQ0 karena MPB=PMC. Adanya eksternalitas produksi
yang positif menyebabkan kurva MSC dibawah kurva PMC(MSC<PMC). Perpotongan antara
kurva MSC dan MPB terjadi di titik E dan jumlah produksi yang optimum sebesar OQ1, yang
lebih besar dari OQ0.Jadi dapat dilihat bahwa pada kasus eksternalitas positif, perhitungan
pengusaha yang tidak memperhitungkan dampak positif usahanya terhadap masyarakat
dalam menentukan tingkat produksi akan menyebabkan jumlah produksi menjadi terlalu
kecil.
Eksternalitas Dalam Konsumsi. Sejauh ini, eksternalitas yang telah kita bahas hanya
eksternalitas yang berkaitan dengan kegiatan produksi. Selain itu masih ada eksternalitas
yang terkandung dalam kegiatan konsumsi. Konsumsi minuman beralkohol, misalnya,
mengandung eksternalitas negatif jika si peminum lantas mengemudikan mobil dalam
keadaan mabuk atau setengah mabuk, sehingga membahayakan pemakai jalan lainnya.
Eksternalitas dalam konsumsi ini juga ada yang bersifat positif. Contohnya adalah konsumsi
pendidikan. Semakin banyak orang yang terdidik, masyarakat atau pemerintahnya akan
diuntungkan. Pemerintah akan lebih mudah merekrut tenaga-tenaga cakap, sehingga
pemerintah lebih mampu menjalankan fungsinya dalam melayani masyarakat.
B. Solusi Swasta Terhadap Eksternalitas
Kita telah menyimak bahwa keberadaan eksternalitas itu dapat mengakibatkan
alokasi sumber daya yang dilakukan oleh pasar menjadi tidak efisien. Namun sejauh ini kita
baru mengulas secara sekilas tentang cara-cara mengatasi eksternalitas tersebut. Dalam
prakteknya, bukan hanya pemerintah saja yang perlu dan dapat mengatasi eksternalitas itu,
melainkan juga pihak-pihak nonpemerintah, baik itu pribadi/kelompok maupun
perusahaan/ organisasi kemasyarakatan. Untuk mudahnya, kita sebut saja pihak-pihak
nonpemerintah tersebut sebagai pihak “pribadi” atau “swasta”. Pada dasarnya, tujuan yang
hendak dicapai oleh pemerintah maupun pihak swasta (perorangan dan kelompok),
berkenaan dengan penanggulangan eksternalitas itu sama saja, yakni untuk mendorong
alokasi sumber daya agar mendekati kondisi yang optimum secara sosial. Pada bagian
pembahasan berikut kita akan menelaah solusi-solusi atau upaya-upaya yang dilakukan oleh
pribadi atau swasta (private solutions) dalam mengatasi persoalan eksternalitas.
BARANG PUBLIK
5.1. Pengertian barang publik
Dalam ilmu ekonomi, barang publik adalah barang yang memiliki sifat non-rival dan non-
excludeable dalam kegiatan konsumsi atas barang tersebut. Suatu barang merupakan barang publik
murni (pure public goods) apabila memiliki 2 karakteristik yaitu nonrival in consumption dan
nonexcludable. Contoh barang publik murni adalah pertahanan nasional. Pertahanan nasional tidak
ada persaingan dalam mendapatkannya dan tidak dapat dikecualikan karena apabila suatu daerah
dilindungi oleh pertahanan nasional, maka semua orang di daerah tersebut dilindungi.
Non-rival in consumption artinya jumlah konsumsi seseorang atas suatu barang publik tidak
akan mempengaruhi kesempatan orang lain untuk mengonsumsi barang tersebut dalam jumlah
yang sama. Dengan kata lain, non-rival in consumption artinya tidak ada persaingan dalam konsumsi.
Sedangkan non-excludable artinya tidak ada kesempatan bagi seseorang untuk mengecualikan
orang lain untuk mengkonsumsi/menggunakan barang publik tersebut.
Namun dalam kenyataannya, sangat jarang sekali dapat kita temukan adanya barang publik
murni. Barang publik tidak murni (impure public goods) adalah barang publik yang memiliki sifat
excludable tetapi non rival in consumption. Contohnya adalah televisi kabel.
5.2. Penyediaan barang publik secara optimal (penjumlahan permintaan individu secara vertikal)
Penyediaan barang publik secara optimal dilakukan dengan cara menjumlahkan
permintaan individu-individu secara vertikal untuk mendapatkan nilai sosial (social value) dari
barang publik. Sedangkan penyediaan barang swasta secara optimal dilakukan dengan cara
menjumlahkan permintaan individu-individu secara horizontal untuk mendapatkan permintaan
pasar atas barang swasta.
Karena adanya barang publik, berapapun jumlah yang disediakan harus dikonsumsi
semuanya dengan sama. Jadi berapapun jumlah/kuantitas barang publik yang dipilih, penerapan
untuk masing-masing individu adalah sama. Untuk barang publik, kita menjumlahkan secara vertikal
harga yang masing-masing individu inginkan pada tingkat kuantitas tertentu. Level optimal produksi
masyarakat adalah pada titik perpotongan kurva penawaran dengan penjumlahan
permintaan/demand secara vertikal.
Secara matematis, kondisi yang memaksimalkan efisiensi sosial untuk barang publik adalah :
5.3. Penyediaan barang publik oleh privat (free rider problem, altruistic and social capital, warm
and glow )
Pada kenyataannya, sektor privat/swasta kurang mampu menyediakan barang publik
karena masalah free rider yaitu adanya pihak yang menerima manfaat atas penyediaan barang
publik tetapi tidak ikut memberikan kontribusi. Karena itulah seorang individu/swasta
memberikan kontribusi yang kurang untuk menyediakan barang publik dari kuantitas optimal secara
sosial. Namun, masalah free rider tidak menyebabkan ketidaklengkapan penyediaan barang publik
oleh swasta. Dalam beberapa kasus, sektor swasta dapat memerangi masalah free rider untuk
menyediakan barang publik. Misalnya, Pada tahun 1974, Ronald Coase melakukan penelitian
sejarah yang menunjukkan bahwa mercusuar (barang publik) di Inggris berhasil disediakan oleh
pihak swasta jauh sebelum pemerintah mengambil alih tugas tersebut. Pihak swasta merasa
diuntungkan karena mendapatkan izin dari pemerintah untuk membangun mercusuar dan
kemudian mengambil retribusi di pelabuhan dimana kapal-kapal berlabuh.
Untuk mencapai kondisi optimal untuk barang publik, biaya marginal harus ditetapkan sama
dengan jumlah tingkat substitusi marginal. Perlu diingat bahwa, utilitas marginal berkurang seiring
dengan peningkatan konsumsi atas suatu barang. Ada 3 faktor yang menentukan keberhasilan
penyediaan barang publik oleh pihak swasta yaitu :
a. Perbedaan permintaan antara individu yang satu dengan yang lain untuk kepentingan publik
Maksudnya adalah ada beberapa individu yang lebih peduli atau memiliki permintaan yang
sangat tinggi terhadap barang publik. Misalnya individu1 memiliki pendapatan lebih tinggi dari
individu2, maka individu1 akan membeli barang publik lebih banyak dari pada individu2. Begitu pula
apabila pendapatan keduanya sama, namun individu1 mendapatkan kepuasan lebih banyak dari
pada individu2, maka meskipun barang itu adalah barang publik, individu yang mendapatkan
kepuasan lebih, akan menyediakan lebih banyak lagi barang publik. Jadi, jika seseorang
mendapatkan kepuasan/manfaat lebih atau mempunyai banyak uang untuk membiayai barang
publik, ia akan memilih untuk membeli lebih banyak barang publik, meskipun ia harus berbagi
manfaat dengan orang lain.
b. Altruisme antara donor potensial untuk kepentingan publik
Altruisme dalam hal ini yaitu kepedulian/perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dan
diri mereka sendiri. Individu yang altruistik bersedia untuk berkontribusi untuk menyediakan barang
publik bahkan ketika ada free rider sekalipun. Sebagai contoh, seorang individu yang peduli tidak
hanya tentang biaya barang publik pada dirinya sendiri tetapi juga biaya untuk orang lain , sehingga
ia bersedia berkontribusi lebih banyak untuk menurunkan biaya orang lain.
c. Utilitas dari kontribusi sendiri seseorang untuk kepentingan publik
Warm Glow adalah sebuah model yang menganggap bahwa pihak swasta lebih
memedulikan tentang jumlah barang publik dan memberikan kontribusi khusus mereka terhadap
publik. Hal ini dimungkinkan karena mereka mendapat penghargaan karena kontribusinya atau
kontribusi mereka diketahui oleh publik/masyarakat sehingga masyarakat memuji mereka atas
tindakan terpuji mereka. Alasan lain adalah mereka mendapatkan manfaat psikologis langsung
ketika mereka berkontribusi untuk menyediakan barang publik untuk masyarakat.
5.4. Penyediaan barang publik oleh pemerintah (solve the problem of non-contributors, crowd-
out problem)
Pada prinsipnya pemerintah dapat memecahkan persoalan pengoptimalan penyediaan
barang publik, namun ada beberapa masalah yang dihadapi pemerintah yaitu :
1. Adanya masalah pendesakan/crowd-out
Yaitu apabila pemerintah menyediakan barang publik lebih, maka sektor swasta akan
menyediakan lebih sedikit/kurang.
2. Pengukuran biaya dan manfaat
Masalah lain dalam penyediaan pemerintah adalah pengukuran biaya dan manfaat dari
barang publik. Contohnya perluasan jalan raya menghemat perhitungan waktu dan mengurangi
kecelakaan lalu lintas. Namun terdapat masalah free rider dalam mengandalkan sektor swasta untuk
perbaikan ini. Manfaat yang diperoleh dari perbaikan jalan raya cukup kecil bagi pengemudi,
meskipun banyak dari pengemudi yang menggunakan jalan raya. Sehingga tidak ada seorangpun
pengemudi akan menginvestasikan sumber daya yang diperlukan untuk memperluas jalan raya.
3. Menentukan pilihan publik
Dalam praktiknya, ada tiga masalah yang dihadapi pemerintah dalam percobaan untuk
mengubah pilihan individu ke dalam keputusan tentang penyediaan barang publik. Pertama,
individu mungkin tidak akan memberitahukan pemerintah tentang penilaian mereka terhadap
barang publik, dikarenakan pemerintah mungkin membebankan biaya lebih apabila mereka
mengatakan penilaian mereka yang tinggi terhadap barang publik yang disediakan. Kedua,
meskipun individu dapat jujur tentang penilaian mereka, mereka mungkin memiliki pengetahuan
dan pengalaman terbatas tentang barang publik. Ketiga adalah tentang agregasi pilihan, yaitu
bagaimana pemerintah dapat dengan efektif menempatkan secara bersama-sama pilihan jutaan
warga negara dalam memutuskan pilihan tentang rencana publik.
Sedangkan manfaat utama yang didapatkan dari perbaikan jalan ini adalah :
Waktu yang dihabiskan pengemudi dan pemakai jalan di jalan akan berkurang 500.000 jam
per tahun
Jalan akan menjadi lebih aman, sehingga ada penurunan korban jiwa per tahun
Sehingga dalam hal ini, kita harus menghitung manfaat yang diperoleh dari waktu ke waktu
dikurangi dengan biaya dari waktu ke waktu.
Menghitung Current Costs
Biaya sosial marginal ( social marginal cost ) dari sumber daya seperti : aspal, pekerja dan
biaya pemeliharaan masa depan adalah biaya kesempatan (opportunity cost) , yaitu nilai dari input-
input itu di penggunaan selanjutnya. Jadi biaya pada masyarakat tidak ditentukan oleh biaya kas,
tetapi nilai kegunaannya di penggunaan berikutnya.
Jika sebuah barang dijual di pasar persaingan sempurna, maka biaya kesempatannya dalah
sama dengan harga (P). Dalam keseimbangan/ekuilibrium kompetitif, harga(P) sama dengan Social
Marginal Cost (SMC). Hal yang sama berlaku juga untuk pasar tenaga kerja yang kompetitif. Dalam
hal ini, upah yang diterima adalah sebesar harga pasar.
Namun dalam pasar tidak sempurna tidak demikian. Misalnya dalam hal pemerintah
menggaji pekerja konstruksi untuk membangun proyek. Pemerintah menggaji sebesar $20 untuk
setiap pekerja. Jika $20 adalah harga keseimbangan upah di sektor kontruksi, maka akan ada
beberapa pekerja yang senang hati untuk bekerja pada proyek itu. Bagi pengangguran, misalnya,
mereka menghargai leissure time mereka sebesar $10, apabila dibawah $10, mereka lebih senang
menganggur. Apabila misalnya pemerintah mempekerjakan 1 juta pekerja, dan setengah dari
pekerja berasal dari yang menganggur, maka :
Biaya kesempatan menyewa 1 juta pekerja adalah :
(500.000 pekerja kontruksi x $20) + (500.000 pekerja dari unemployment x $10)
= $15 juta
Karena pemerintah membayar $20 juta tunai, dan biaya kesempatannya sebenarnya hanya
$15 juta, maka transfer of rents atas pembayaran upah itu sebesar $5 juta. Rents adalah
pembayaran atas sumber daya yang melebihi nilai yang sebenarnya diperlukan dalam mendapatkan
sumber daya. Biaya tunai yang dibayar pemerintah terdiri dari 2 komponen : biaya kesempatan dan
transfer of rents. Hal yang sama juga berlaku juga apabila pemerintah membeli sumber daya dari
pasar monopoli. Karena monopoli menetapkan harga di atas biaya marginal, maka selisih antara
harga yang dibayarkan dan biaya marginal produksi adalah transfer of rents dari pemerintah kepada
pasar monopoli.
Menghitung Future Costs
Biaya terakhir adalah pemeliharaan yang menyangkut material dan pekerja. Kita harus
mengkombinasikan aliran biaya masa depan (pemeliharaan) dengan biaya pada suatu waktu terkait
dengan konstruksi. Kita harus membandingkan Present Discounted Value (PDV) dari biaya. PDV
menunjukkan bahwa nilai satu dollar di tahun selanjutnya seharga 1+r kali lebih sedikit dari pada
satu dollar sekarang, karena dollar itu dapat menghasilkan bunga r% jika diinvestasikan. Jadi biaya
perbaikan masa depan harus dihitung untuk membandingkannya dengan biaya konstruksi saat ini.
Social Discount Rate adalah nilai yang sesuai dari r untuk digunakan dalam menghitung PDV
untuk investasi sosial. Jika sebuah perusahaan swasta mau berinvestasi, discount rate yang sesuai
harus menunjukkan biaya kesempatan perusahaan lain dengan dana yang sama. Jika ada investasi
yang menghasilkan 10% per tahun dan perusahaan membayar pajak sebesar 50%, maka investasi
ini menghasilkan pengembalian net 5% setiap tahun. Jadi biaya kesempatan yang dibayar untuk
proyek itu adalah 5%. 5% adalah rate yang digunakan untuk memperhitungkan pembayaran terkait
proyek baru. Berbeda dengan pihak swasta, pemerintah tidak hanya menghitung biaya kesempatan
setelah biaya dikenakan pajak, karena pemerintah adalah pihak yang mengumpulkan pajak. Jadi
biaya kesempatan menyediakan proyek pemerintah adalah dengan discount rate penuh 10%.
6.2. Menghitung manfaat proyek publik
Manfaat pertama dari pembangunan proyek pembangunan jalan raya adalah menghemat
waktu produsen dan konsumen. Manfaat dirasakan produsen karena adanya penurunan biaya
pengadaan barang sebab produsen tidak membutuhkan waktu yang lebih lama lagi dalam
mengangkut barang. Penurunan biaya juga menyebabkan peningkatan pasokan sehingga akan
meningkatkan total surplus sosial. Peningkatan surplus sosial ini bermanfaat bagi masyarakat karena
biaya lebih rendah dalam memproduksi barang. Cara untuk menghitung manfaat penghematan
waktu ini adalah dengan beberapa ukuran penilaian masyarakat terhadap waktu.
Contingent Valuation : yaitu ukuran/pendekatan berbasis survei dengan meminta individu untuk
menilai sebuah pilihan yang pada saat itu tidak mereka pilih (atau belum tersedia bagi mereka)
Revealed Preference (Preferensi terungkap) : yaitu pendekatan agar individu mengungkapkan
penilaian mereka melalui tindakan yang mereka lakukan
Compensating Differentials (kompensasi perbedaan) : yaitu tambahan (ataupun pengurangan)
upah yang dibayarkan kepada pekerja untuk mengkompensasi mereka untuk fasilitas negatif
(ataupun positif) suatu pekerjaan, karena meningkatnya resiko kematian (atau kantor yang lebih
baik)
6.3. Putting it all together
7.2. Desentralisasi fiskal yang optimal (which activities should take place at which level of
government)
Model Tiebout mengimplikasikan bahwa ada tiga faktor yang menentukan penyediaan
barang publik:
1. Tax-benefit linkages: hubungan antara pajak yang dibayar oleh orang-orang dan barang
dan jasa yang mereka dapatkan dari pemerintah sebagai gantinya.
2. Kelebihan penyediaan barang publik
3. Skala ekonomi dalam menentukan penyediaan barang publik
Jika pajak dan manfaat dikaitkan, dan tidak ada kelebihan ataupun skala ekonomi maka
penyediaan barang publik mendekati optimal.
7.3. Tiebout voting with feet
Gagasan "Voting with feet" dari Charles Tiebout pertama kali diajukan pada tahun 1956
dalam jurnal “A Pure Theory of Local Expenditures” yang diterbitkan dalam The Journal of Political
Economy, sebagai cara pasar non-politik untuk memecahkan masalah free rider di pemerintahan
daerah. Model ini pada dasarnya menyiratkan bahwa orang akan memilih di mana mereka ingin
hidup berdasarkan barang dan jasa publik lokal yang ditawarkan di kota yang berbeda. Setiap orang
berbeda-beda dalam preferensi masing-masing terhadap layanan yang berbeda dan kesediaan
mereka untuk membayar untuk layanan ini. Mereka akan memilih tempat untuk hidup sesuai.
“Voting with feet” berarti meninggalkan situasi yang tidak disukai atau pergi ke situasi
yang lebih menguntungkan. Apabila seseorang merasa pelayanan publik di suatu daerah
menimbulkan biaya, misalnya adanya kebijakan membayar pajak, maka seseorang akan memilih
untuk pindah ke daerah lain yang lebih menguntungkan.
7.4. Transfer (block grant, matching grant, conditional block grant)
Bentuk Fiskal menurut Boex (2001), transfer berbentuk block grant, yaitu bantuan yang
diberikan sebagai suatu pembayaran kembali dari pengeluaran aktual pemerintah daerah.
Pengertian lain dari Block Grant yaitu pemberian bantuan dana untuk melaksanakan suatu kegiatan
tertentu, baik dalam bidang pendidikan,
pembangunan sosial politik, hukum atau pembangunan aspek lainnya dengan tujuan untuk
mempercepat laju pembangunan. Di Indonesia, DAU atau general purpose grant merupakan block
grants yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
Bentuk yang lain adalah matching grant, yaitu bantuan yang diberikan dengan proporsi
tertentu dari pengeluaran pemerintah daerah. Transfer Matching grant diberikan oleh pemerintah
pusat untuk menutup sebagian atau seluruh kekurangan pembiayaan suatu jenis urusan atau
program tertentu. Tujuan mengatasi eksternalitas akibat pelayanan publik disuatu daerah dapat
diselesaikan dengan matching grant.
Matching grants mempunyai keunggulan politis yang sangat penting dalam hal pelibatan
daerah, komitmen, akuntabilitas, dan pertanggungjawaban atas aktivitasnya. Beberapa grants
bahkan sangat penting untuk proyek investasi modal. Selain itu, matching grants dapat
menyamakan dalam hal perbedaan dan preferensi pembelanjaan di mana perbedaan ini tidak dapat
diamati oleh pemerintah pusat. Di negara berkembang, hanya sedikit yang berhasil menerapkan
matching grants. Alasannya, mereka lebih memperhatikan aspek redistribusi, bukan efisiensi dalam
menetapkan matching rates. Daerah miskin memperoleh bantuan lebih karena memang mereka
miskin, bukan karena matching ratenya yang tinggi untuk mendorong mereka menghasilkan jumlah
pelayanan yang optimal.
Sedangkan Conditional grant adalah donor khusus yang diberikan kepada pemerintah sub
nasional untuk tujuan-tujuan khusus. Ciri dari conditional grant adalah transfer yang syarat dan
ketentuannya telah ditentukan oleh pemerintah pusat dan seringkali tujuan dari transfer ini
dianggap penting oleh pemerintah pusat dan akan tetapi bisa saja dianggap tidak penting oleh
pemerintah daerah.
7.5. Flypaper effect
Flypaper effect adalah sebuah konsep dari bidang keuangan publik yang menunjukkan
bahwa grant dari pemerintah pusat ke daerah mengakibatkan peningkatan pengeluaran masyarakat
lokal lebih banyak dari pada peningkatan pendapatan daerah dalam jumlah yang sama. Flypaper
effect adalah suatu fenomena pada suatu kondisi ketika Pemerintah Daerah merespon belanja
daerahnya lebih banyak berasal dari transfer/grants atau spesifiknya pada transfer tidak bersyarat
atau unconditional grants daripada pendapatan asli dari daerahnya tersebut sehingga akan
mengakibatkan pemborosan dalam Belanja Daerah.
Penjelasan umum dari flypaper effect berfokus pada peran pejabat publik. Ini pertama kali
didalilkan oleh Niskanen bahwa pejabat publik cenderung memaksimalkan anggaran mereka
dengan model maksimalisasi anggaran. Sebagai pejabat publik yang memaksimalkan anggaran, para
birokrat tidak memiliki insentif untuk menginformasikan warga tentang jumlah dana hibah/grant
yang diterima oleh komunitas. Jika pejabat publik merahasiakan informasi ini, mereka dapat
mengelabui warga negara dalam pemungutan suara untuk tingkat dana yang lebih tinggi daripada
yang sebaliknya telah terjadi. Dalam hal ini, flypaper effect terjadi karena warga tidak menyadari
budget constraint yang sebenarnya.
Di temukannya fenomena Flypaper effect mengidentifikasikan bahwa Pemerintah Daerah
dalam memenuhi kebutuhan publik senantiasa cenderung lebih merespons atas pengeluaran atau
belanja daerahnya dari grants atau transfer dan lebih “berhemat” dalam optimalisasi pengeluaran
yang berasal dari pendapatan asli daerahnya yang merupakan hasil dari kenaikan Pendapatan
Domestik Bruto sehingga akan menciptakan kecenderungan pemborosan Belanja Daerah.
Pengetian dari desentralisasi fiskal adalah pemberian kewenangan kepada daerah untuk
menggali sumber-sumber pendapatan, hak untuk menerima transfer dari pemerintahan yang
lebih tinggi, dan menentukan belanja rutin dan investasi. Pelaksanaan desentralisasi fiskal di era
Reformasi secara resmi dimulai sejak 1 Januari 2001. Proses tersebut diawali dengan pengesahan
Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah serta UU Nomor 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (PKPD). Hingga
kini, kedua regulasi tersebut sudah mengalami beberapa kali revisi hingga yang terakhir UU Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Satu hal yang perlu diingat bahwa pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia adalah
desentralisasi dari sisi belanja (expenditure) bukan dari sisi pendapatan (revenue). Desentralisasi
fiskal dari sisi belanja (expenditure) didefinisikan sebagai kewenangan untuk mengalokasikan
belanja sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan pada masing-masing daerah. Fungsi dari
Pemerintah Pusat hanyalah memberikan advice serta monitoring pelaksanaan. Namun inilah yang
menjadikan pelaksanaan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah di Indonesia terasa semakin jauh
dari apa yang dicita-citakan sebelumnya.
Menanggapi hal tersebut, berbagai kebijakan yang sifatnya antisipasif dan reaktif terus
dijalankan dengan tetap mengutamakan aspek penguatan kapasitas Pemda dalam menjalankan
proses desentralisasi fiskal dan otonomi daerah tersebut. Melalui revisi UU Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah misalnya, pemerintah telah melakukan penguatan pembagian
kewenangan antara Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Dari aspek
penyempurnaan mekanisme pembiayaan, pemerintah juga memberikan perhatian yang tak kalah
seriusnya. Pengalokasian Dana Desa sebagai pemenuhan amanat UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, juga menjadi bukti terbaru komitmen tersebut. Begitupula konsistensi pemerintah untuk
menggunakan formula dalam perhitungan DAU serta keberanian menghilangkan aspek hold
harmless yang akan memberikan jaminan alokasi DAU di suatu daerah dipastikan tidak akan
mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, meskipun sesungguhnya memberikan tekanan
fiskal yang besar terhadap APBN. Dilihat dari sisi besaran alokasi anggaran dalam APBN, alokasi
Transfer ke Daerah senantiasa meningkat setiap tahunnya.
Sebagai sebuah konsekuensi politik, pelaksanaan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah
di Indonesia saat ini sudah berada pada kondisi point no return, sehingga aspek-aspek yang
dikedepankan lebih bersifat penguatan kapasitas serta quality improvement. Dengan demikian, ke
depannya, desentralisasi fiskal dan otonomi daerah diharapkan mampu membawa Indonesia
menuju kemakmuran yang inklusif dan berkelanjutan.
DAK
Pengertian DAK diatur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah, yang menyebutkan
bahwa: “Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.”
Pasal 162 UU No.32/2004 menyebutkan bahwa DAK dialokasikan dalam APBN untuk daerah
tertentu dalam rangka pendanaan desentralisasi untuk (1) membiayai kegiatan khusus yang
ditentukan Pemerintah Pusat atas dasar prioritas nasional dan (2) membiayai kegiatan khusus yang
diusulkan daerah tertentu.
DAU
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan salah satu transfer dana Pemerintah kepada
pemerintah daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. DAU bersifat “Block Grant” yang berarti penggunaannya diserahkan
kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomidaerah.
DAU dialokasikan untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota. Besaran DAU ditetapkan
sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) Netto yang ditetapkan dalam APBN.
Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan
imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota.
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi ( UU No 33 Tahun 2004 / PP No.55 Tahun 2005).
DBH bertujuan untuk memperbaiki keseimbangan vertikal antara pusat dan daerah dengan
memperhatikan potensi daerah penghasil. Untuk itu, DBH dialokasikan berdasarkan prinsip by origin
dan disalurkan sesuai dengan realisasi penerimaan negara yang dibagihasilkan (based on actual
revenue).
Belanja Administrasi Umum adalah semua pengeluaran pemerintah daerah yang tidak
berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik. Belanja administrasi umum terdiri atas empat
jenis, yaitu:
c. Belanja Modal
Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang menfaatnya melebihi satu
tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah
belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Belanja modal dibagi menjadi:
1. Belanja Publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh
masyarakat umum. Contoh belanja publik yaitu pembangunan jembatan dan jalan raya,
pembelian alat transportasi massa, dan pembelian mobil ambulans.
2. Belanja aparatur yaitu belanja yang menfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh
masyarakat akan tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur. Contoh belanja aparatur:
pembelian kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintahan, dan pembangunan
rumah dinas.
d. Belanja Transfer
Adanya harapan untuk mendapatkan pengembalian imbalan meupun keuntungan dari
pengalihan uang tersebut. Kelompok belanja ini terdiri atas pembayaran:
1. Angsuran Pinjaman
2. Dana Bantuan
3. Dana Cadangan
MANAJEMEN
1. Manajemen dan Manajer
1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen dibutuhkan untuk semua tipe organisasi guna mencapai suatu tujuan bersama
Fungsi-fungsi manajemen adalah universal, sama dimana saja, dalam seluruh organisasi dan
pada waktu kapan saja.
Dalam penerapannya dapat berbeda tergantung pada variabel-variabel seperti tipe organisasi
kebudayaan, dan tipe anggota (karyawan).
Sebagai ilmu pengetahuan manajer mencakup kaidah-kaidah, prinsip-prinsip dan konsep-
konsep yang cenderung benar dalam semua situasi manajerial.
Manajer Umum : mengatur, mengawasi dan bertanggung jawabatas satuan kerja keseluruhan
atau divisi operasi yan mencakup semua atau beberapa kegiatan-kegiatan fungsional satuan
kerja.
Manajer Fungsional : bertanggung jawab hanya atas satu kegiatan organisasi.
Dua fungsi utama manajemen :
a. Manajemen administratif, lebih berurusan dengan penetapan tujuan dan kemudian
perencanaan, penyusunan kepegawaian, dan pengawasan kegiatan untuk mencapai tujuan.
b. Manajemen operatif, lebih mencakup kegiatan memotivasi, supervisi dan
komunikasidengan para karyawanuntuk mengarahkan menuju hasil efektif.
2. Variabel-variabel ekonomi
Para manajer perusahaan harus melakukan peramalan ekonomi dan antisipasi
perubahan-perubahan harga.
3. Lingkungan sosial-kebudayaan
Merupakan penentu bagaimana hampir seluruh organisasi dan manajer akan
beroperasi.
Meliputi kepercayaan, nilai-nilai, sikap, pandangan serta pola kehidupan.
4. Variabel-variabel politik-hukum
Politik dan hukum dalam sutau periode tertentu akan menentukan operasi perusahaan.
5. Dimensi internasional
Komponen internasional memberikan kesempatan dan tantangan, serta mempunyai
potensi menjadi faktor yang berpengaruh langsung pada operasi perusahaan.
2.3 Lingkungan Internal
1. Pemilik atau Investor (pemegang saham)
Orang-orang yang memiliki hak milik hukum terhadap bisinis tersebut.
2. Manajer atau Dewan Direksi
Badan pengatur yang bertanggungjawab untuk mengawai manajemen perusahaan
secara umum.
3. Karyawan
Merupakan elemen utama dari lingkungan internal.
4. Lingkunga Kerja Fisik
3.4 Dunia Usaha
Latar belakang munculnya bisnis :
1. Apa gunanya menciptakan bisnis ini
2. Apa saja sumber daya yang dibutuhkan
3. Bagaimana cara untuk memuaskan pemangku kepentingan
4. Fungsi utama dari manajer
5. Bagaimana menangani kekhawatiran lingkungan
Tujuan Bisnis :
1. Profit
2. Mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan
3. Pertumbuhan perusahaan
4. Tanggung jawab sosial
Ruang lingkup kegiatan bisnis :
1. Aspek produksi
2. Aspek distribusi
3. Aspek konsumsi
4. Perencanaan
4.1 Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa
saja yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.
Aspek penting : (1) pembuatan keputusan. (2) proses pengembangan dan penyeleksian
sekumpulan kegaiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Empat Tahap Dasar Perencanaan :
1. Menetapkan tujuan dan serangkaian tujuan
2. Merumuskan keadaan saat ini
3. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan (SWOT)
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan
Tipe Rencana :
1) Rencana-Rencana Strategik
- Yang dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi yang lebih luas
- Mengimplementasi misi yang memberikan alasan khas keberadaan organisasi
- Strategi adalah program umum untuk pencapaian tujuan organisasi dalam
pelaksanaan misi.
2) Rencana-Rencana Operasional
- Merupakan penguraian lebih terperinci bagaimana rencana-rencana strategik
akan dicapai.
- Dua tipe rencana operasional :
1. Rencana Sekali Pakai
Adalah serangkaian kegiatan terperinci yang kemungkinan tidak
berulang dalam bentuk yang sama di waktu mendatang
Tipe-tipe pokok rencana sekali pakai :
a. Program
b. Proyek
c. Anggaran
2. Rencana Tetap
Merupakan pendekatan-pendekatan standar untuk penanganan situasi-
situasi yang diperkirakan dan terjadi berulang-ulang.
Tipe-tipe pokok rencana tetap :
a. Kebijaksanaan
b. Prosedur standar
c. Aturan
PERTEMUAN KE-5
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
a. Jenis-jenis tujuan
1. Stated goals, yakni laporan resmi tentang apa yang dikatakan organisasi dan apa yang
ingin diyakini oleh para pemangku kepentingan (stakeholders). Meskipun demikian,
tujuan yang direncanakan – yang dapat ditemukan dalam piagam organisasi, laporan
tahunan, atau pengumuman hubungan masyarakat atau di laporan publik yang dibuat
oleh para manajer – sering bertentangan dan dipengaruhi oleh apa yang dianggap
stakeholders harus dilakukan oleh organisasi.
2. Real goals, yakni tujuan yang sebenarnya dikejar oleh organisasi, dengan
memperhatikan apa yang dilakukan oleh setiap anggota organisasi.
b. Jenis-jenis rencana
Jenis Rencana
Fungsi organisasi
1. Untuk memberikan arahan dan pemusatan suatu kegiatan organisasi, mengenai
apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan oleh sebuah organisasi.
2. Untuk meningkatkan kemampuan suatu anggota organisasi dalam mendapatkan
sebuah sumber daya dan dukungan dari suatu lingkungan masyarakat.
3. Bisa memberikan sebuah pengetahuan yang baru kepada anggotanya.
Tujuan organisasi
1. Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemandirian, dan sumber daya yang
dimilikinya untuk mencapai suatu tujuan
2. Untuk mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien karena dilakukan bersama-
sama
3. Untuk mengembangkan sumber daya dan teknologi bersama-sama
4. Tempat untuk mendapatkan sebuah jabatan dan pembagian kerja
5. Tempat untuk mengelola lingkungan secara bersama-sama
6. Tempat untuk mencari keuntungan bersama-sama
7. Tempat untuk menggunakan kekuasaan dan pengawasan (motif kekuasaan)
8. Tempat untuk mendapatkan suatu penghargaan (motif penghargaan)
9. Tempat untuk menambah pergaulan dalam lingkungan
(Sumber fungsi dan tujuan organisasi: http://www.seputarilmu.com)
4. Mengembangkan alternatif
Pembuat keputusan menyusun daftar alternatif yang ada, yang dapat memecahkan
masalah, sehingga dalam langkah ini pembuat keputusan dituntut untuk kreatif
menemukan solusi.
5. Menganalisis alternatif
Pembuat keputusan mengevaluasi setiap kemungkinan dari beberapa alternatif,
sehingga ditemukan alternatif yang paling tinggi kemungkinannya untuk diterapkan.
7. Mengimplementasikan alternatif
Menerapkan keputusan ke dalam tindakan dengan memberlakukan kepada pihak yang
terpengaruh dan membuat mereka berkomitmen terhadapnya.
Pertemuan ke-6
PERENCANAAN
a. Pengertian perencanaan
Perencanaan erat kaitannya dengan mendefinisikan tujuan organisasi, menentukan
seluruh strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dan mengembangkan rencana untuk
mengintegrasikan, serta mengoordinasikan kegiatan kerja. Perencanaan berhubungan
dengan hasil akhir (apa) dan sarana (bagaimana).
d. Tipe-tipe perencanaan
1. Perencanaan Formal, tujuan khusus yang mencakup periode waktu khusus akan
didefinisikan. Tujuan ini ditulis dan dibagikan ke semua anggota organisasi untuk
mengurangi ketidakjelasan serta menciptakan pemahaman umum tentang apa yang
harus dilakukan. Terakhir, ada rencana khusus untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
2. Perencanaan Informal, perencaan yang tidak tertulis layaknya perencanaan formal,
fokus untuk tujuan jangka pendek, dan bersifat spesifik untuk hal-hal yang menyangkut
unit-unit dalam organisasi itu.
e. Perencanaan strategis
(Sumber: .1997. Manajemen Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN)
Strategi adalah penetapan tujuan jangka panjang yang dasar dari suatu organisasi,
dan pemilihan alternatif tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
tujuan tersebut.
Formulasi Tujuan
Pelaksanaan strategi
Meliputi :
Perencanaan dapat menyebabkan kekakuan : Prencanaan formal dapat mengunci
organisasi dalam suatu tujuan yang spesifik yang akan dicapai dalam jangka waktu
tertentu, namun terkadang tidak memperhatikan kemungkinan bahwa
lingkungannya suatu saat mungkin akan berubah
Rencana tidak dapat dikembangkan untuk lingkungan yang dinamis : Jika asumsi
dasar perencanaan – bahwa kingkungan tidak akan berubah- salah, maka dalam hal
ini dibutuhkan fleksibilitas manager dalam mengelola kondisi tersebut yang dapat
berarti bahwa rencana yang dilaksanakan tidak terikat pada rencana formal
Rencana formal tidak dapat mengganti intuisi dan kreativitas
Perencanaan memfokuskan perhatian manager pada persaingan dewasa ini bukan
kemampuan bertahan hidup besok
Perencanaan formal memperkuat kesuksesan, yang dapat menimbulkan kesalahan :
Kesuksesan yang diraih oleh manager melalui rencana formal yang diterapkan
sebelumnya membuat mereka enggan untuk menghadapi ketidaktahuan ataupun
keluar dari zona aman untuk berinovasi
Hanya perencanaan belumlah cukup : Hanya merencanakan untuk melakukan
sesuatu tidak akan membantu menyelesaikannya, tetapi manager perlu
mencanangkan rencana ke dalam gerakan dan melakukannya
b. Bagaimana manager dapat merencanakan secara efektif dalam lingkungan yang
dinamis
Manager harus mengebangkan rencana yang spesifik tetapi fleksibel untuk menanggapi
kondisi lingkungan yang mengalami perubahan terus-menerus.
Pertemuan ke-7
MANAJEMEN RISIKO
(Sumber: Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Risiko Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta)
a. Pengertian risiko
Risiko adalah kondisi dimana pembuat keputusan dapat mengestimasikan kemungkinan
hasil yang pasti.
Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, risiko adalah uncertainty about future
events.
Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mendefinisikan risiko pada tiga hal:
1. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus, dimana hasilnya dapat
diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambil keputusan,
2. Variasi dalam keuntungan, penjualan, atau variable keuangan lainnya,
3. Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi
perusahaan atau posisi keuangan, seperti risiko ekonomi, ketidakpastian politik,
dan masalah industri.
Sementara itu, manajemen risiko itu sendiri memiliki pengertian sebagai suatu bidang ilmu
yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam
memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan
manajemen secara komprehensif dan sistematis.
b. Jenis risiko
Risiko murni (pure risk). Risiko murni dapat dikelompokkan pada 3 (tiga) tipe risiko yaitu:
1. Risiko asset fisik. Merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada asset
fisik suatu perusahaan/organisasi. Contohnya kebakaran, banjir, gempa, tsunami,
gunung meletus, dll.
2. Risiko karyawan. Merupakan risiko karena apa yang dialami oleh karyawan yang
bekerja di perusahaan/organisasi tersebut. Contohnya kecelakaan kerja sehingga
aktivitas perusahaan terganggu.
3. Risiko legal. Merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau
kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. Contohnya perselisihan dengan
perusahaan lain sehingga adanya persoalan seperti ganti kerugian.
Risiko spekulatif (speculative risk). Risiko spekulatif ini dapat dikelompokkan kepada
empat tipe risiko yaitu:
1. Risiko pasar. Merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga di pasar.
Contohnya harga saham mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.
2. Risiko kredit. Merupakan risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi
kewajibannya kepada perusahaan. Contohnya timbulnya kredit macet, persentase
piutang meningkat.
3. Risiko likuiditas. Merupakan risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
kas. Contohnya kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu membayar
hutang secara tepat, menyebabkan perusahaan harus menjual asset yang
dimilikinya.
4. Risiko operasional. Merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional
yang tidak berjalan dengan lancer. Contohnya terjadi kerusakan pada computer
karena berbagai hal termasuk terkena virus.
pemerintah yang dipimpinnya dalam mncapai tujuan dari instansi pemerintah yang
bersangkutan. Penerapan tersebut bersifat mutlak dan harus dilakukan, demi keakuratan
penilaian atas risiko dari instansi pemerintah yang dipimpinnya, sehingga risiko atau
hambatan tersebut bias diatasi dan tujuan instansi pemerintah yang dipimpinnya terwujud.
Dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, tentang Daftar Uji
Pengendalian Intern Pemerintah pada Bagian II Penilaian Risiko disebutkan bahwa
“Pimpinan Instansi Pemerintah merumuskan pendekatan manajemen risiko dan kegiatan
pengendalian risiko yang diperlukan untuk memperkecil risiko dan Pimpinan Instansi
Pemerintah atau evaluator harus berkonsentrasi pada penetapan tujuan instansi,
pengidentifikasian dan analisis risiko serta pengelolaan risiko pada saat terjadi perubahan”.
(Sumber: https://akangheriyana.wordpress.com)
Pertemuan ke-8
KASUS II
a. Pengambilan keputusan
Jenis Keputusan
1. Masalah yang terstruktur dan keputusan yang terprogram
Masalah yang terstruktur adalah masalah yang jelas, dikenal dan mudah
didefinisikan, contohnya ketika pelanggan mengembalikan barang yang dibeli di
toko atau penanganan universitas terhadap mahasiswa yang ingin membatalkan
suatu kelas.
Keputusan yang terprogram, yaitu keputusan berulang yang dapat
ditangani dengan menggunakan pendekatan rutin atau kebiasaan. Contohnya
seorang pelayan menumpahkan minuman ke jaket pelanggan. Sang pelanggan kesal
dan manajer harus melakukan sesuatu. Karena bukan merupakan kejadian yang
tidak lazim, ada beberapa kebiasaan terstandarisasi yang mungkin untuk
menanganinya. Sebagai contoh, manajer menawarkan untuk membersihkan jas
dengan beban ditanggung restoran.
Karena masalahnya telah terstruktur, manajer tidak akan menghadapi
kesulitan dan membuang waktu terlibat dalam proses pembuatan keputusan.
b. Perencanaan
Pendekatan penetapan tujuan
Tujuan dapat ditetapkan melalui proses penetapan tujuan tradisional atau dengan
menggunakan manajemen menurut tujuan. Dalam penetapan tujuan tradisional,
tujuan ditetapkan oleh manajer puncak kemudian diturunkan ke bawah dan menjadi
subtujuan bagi setiap area organisasi. Persfektif tradisional ini mengasumsikan bahwa
manajer puncak mengetahui apa yang terbaik karena mereka melihat “gambaran
besarnya”. Dan tujuan ini diteruskan ke bawah ke masing-masing tingkat untuk
memandu setiap karyawan ketika bekerja guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Cara lain yang digunakan untuk menetapkan tujuan adalah manajemen menurut
tujuan (MBO), yakni sebuah proses penetapan tujuan yang disetujui bersama dan
menggunakan tujuan tersebut untuk mengevaluasi kinerja karyawan.
Mengembangkan rencana
Terdapat tiga faktor kontijensi yang mempengaruhi pilihan rencana, yakni:
1. Tingkatan organisasi, manajer tingkat yang lebih rendah melakukan perencanaan
operasional sementara manajer tingkat atas melakukan perencanaan strategis.
2. Tingkat ketidakpastian lingkungan, ketika ketidakpastian tinggi, rencana harus
spesifik tetapi fleksibel. Manajer harus mempersiapkan untuk mengubah atau
mengganti rencana setelah diimplementasikan.
3. Lamanya komitmen masa depan. Konsep komitmen mengatakan bahwa rencana
harus ditarik sejauh mungkin untuk memenuhi komitmen yang dibuat pada saat
rencana dikembangkan. Perencanaan yang terlalu lama atau terlalu singkat tidak
akan efisien dan efektif.
c. Manajemen risiko
Manfaat manajemen risiko: (seandainya diterapkan pada suatu perusahaan)
1. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap
keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati (prudent) dan selalu
menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
2. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-pengaruh
yang mungkin timbul, baik secara jangka pendek dan jangka panjang.
3. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari
risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya kerugian dari
segi finansial.
4. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum.
5. Dengan adanya konsep manajemen risiko (risk management concept) yang
dirancang secara detail maka artinya perusahaan telah membangun arah dan
mekanisme secara berkelanjutan.
BAB 1
C. Siklus Penagihan
BAB 2
C. Wewenang Pejabat
Kewenangan Pejabat dalam penagihan pajak diatur dalam Pasal 2 ayat (3) UU PPSP
yaitu :
a. Mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak
b. Menerbitkan :
1. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis
2. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus
3. Surat Paksa
4. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
5. Surat Perintah Penyanderaan
6. Surat Pencabutan Sita
7. Pengumuman Lelang
8. Surat Penentuan Harga Limit
9. Pembatalan Lelang dan
10. Surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak
Surat lain adalah surat yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak antara lain surat
permintaan tanggal dan jadwal waktu pelelangan ke kantor lelang, surat permintaan Surat
Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) kepada Badan Pertanahan Nasional/Kantor
Pertanahan, surat permintaan bantuan kepada kepolisian atau surat permintaan
pencegahan.
BAB 3
BAB 4
D. Surat Paksa
Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya Penagihan
Pajak. Surat paksa diterbitkan dalam hal :
1. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau
surat lain yang sejenis;
2. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan pengaihan seketika dan sekaligus; atau
3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
Dalam Surat Paksa terdapat 2 perintah. Perintah pertama ditujukan kepada
Penanggung Pajak agar melakukan pelunasan utang pajak dan biaya penagihan pajak dalam
jangka waktu 2 kali 24 jam. Dan kepada Jurusita yang melaksanakan Surat Paksa atau
Jurusita lain yang ditunjuk untuk melanjutkan pelaksanaan Surat Paksa untuk melakukan
penyitaan atas barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak apabila dalam waktu
2x24 jam Surat Paksa ini tidak dipenuhi Wajib Pajak atau Penanggung Pajak.
Paksa langsung dapat dilaksanakan tanpa bantuan putusan pengadilan dan tidak dapat
diajukan banding.
Surat paksa mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Surat paksa langsung dapat digunakan tanpa bantuan putusan peradilan
dan tidak dapat digunakan untuk mengajukan banding
2. Mempunyai kedudukan hukum yangsama dengan grosse akte, yaitu putusan
peradilan perdata yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
3. Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan biaya penagihannya
4. Dapat dilanjutkan dengan tindakan penagihan penyanderaan
Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat :
a. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib pajak dan Penanggung Pajak
b. Dasar penagihan
c. Besarnya utang pajak, dan
d. Perintah untuk membayar
undangan memungkinkan bagi Jurusita Pajak menyampaikan Surat Paksa dengan cara
sebagai berikut :
1. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dinyatakan pailit. Oleh sebab itu Jurusita Pajak
harus menyampaikan Surat Paksa itu kepada Kurator, Hakim Pengawas atau Balai Harta
Peninggalan.
2. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi. Maka
Jurusita Pajak harus menyampaikan Surat Paksa itu kepada Likuidator.
3. Adanya Surat Kuasa Khusus yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
kepada orang pribadi maupun badan untuk menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya.
4. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemui. Maka Jurusita Pajak
menyampaikan Surat Paksa itu melalui Pemerintah Daerah setempat.
5. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak dapat diketahui tempat tinggalnya, tempat
usaha, atau tempat kedudukannya. Sehingga Surat Paksa itu hanya ditempel di kantor
Pejabat yang menerbitkannya, mengumumkannya di media massa, atau dengan cara
lain sesuai ketentuan Menteri atau Kepala Daerah.
6. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak menolak Surat Paksa itu. Maka Jurusita Pajak hanya
meninggalkan Surat Paksa salinannya lalu menuliskan pada Berita Acara bahwa Wajib
Pajak atau Penanggung Pajak itu menolak Surat Paksa.
BAB 5
B. Objek Sita
Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 135 tahun 2000 disebutkan bahwa yang dapat
dijadikan Objek Sita adalah barang milik Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal,
tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannya
berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu. Barang-
barang yang dapat dijadikan objek sita dapat berupa :
a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan deposito, tabungan, saldo
rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi,
saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan
lain; dan atau
b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal dengan isi kotor tertentu.
Kapal dapat dianggap sebagai barang tidak bergerak jika minimum isi kotor 20m3
Terhadap Penanggung Pajak Orang Pribadi penyitaan dapat dilaksanakan atas
barang milik pribadi yang bersangkutan, isteri dan anak yang masih dalam tanggungan,
kecuali dikehendaki secara tertulis oleh suami atau isteri berdasarkan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan. TerhadapPenanggung Pajak Badan penyitaan dapat
dilaksanakan atas barang milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala
cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan yang
bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain. Diutamakn yang disita
terlebih dahulu adalah barang-barang milik perusahaan dan barang bergerak.
Terkait objek sita atas barang-barang tertentu karena sifatnya yang khusus
diberikan pengaturan tersendiri terkait tata cara penyitaannya. Barang-barang tersebut
adalah :
- Perhiasan emas, permata dan sejenisnya
- Uang tunai termasuk mata uang asing
- Kekayaan Penanggung Pajak yang disimpan di bank
- Surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek
- Surat berharga yang tidak diperdagangkan di bursa efek
- Piutang
- Penyertaan modal pada perusahaan lain
- Penyitaan barang tidak bergerak tanah dan bangunan
F. Penyitaan Tanpa Hadirnya Penanggung Pajak atau Wajib Pajak dan Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak atau wakilnya menolak menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita.
Walaupun Penanggung Pajak tidak hadir, penyitaan tetap dapat dilaksanakan
dengan syarat salah seorang saksi berasal dari Pemerintah Daerah setempat, hal tersebut
diatur dalam Pasal 4 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000. Saksi dari
Pemerintah Daerah tersebut sekurang-kurangnya Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa
adalah pegawai Pemerintah Daerah setempat sekurang-kurangnya golongan II/a di Kantor
Kelurahan/Desa atau di Kantor Kecamatan. Saksi dari Pemerintah Daerah setempat
berfungsi sebagai saksi legalisator. Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani Jurusita
Pajak dan saksi-saksi. Dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita harus memuat alasan
ketidakhadiran Penanggung Pajak. Dengan demikian, Berita Acara Pelaksanaan Sita
dimaksud tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.
Dalam hal penyitaan tidak dihadiri oleh Penanggung Pajak, barang sitaan yang
berupa barang bergerak dapat dititipkan kepada aparat yang menjadi saksi dalam
pelaksanaan sita tersebut atau disimpan di kantor Pejabat. Apabila barang sitaan berupa
barang tidak bergerak, penyimpanan dititipkan kepada aparat yang menjadi saksi dalam
pelaksanaan sita.
Dalam hal Penanggung Pajak hadir pada saat penyitaan, tapi menolak untuk
menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan, Berita Acara Pelaksanaan Sita tetap
mempunyai kekuatan mengikat, meskipun Penanggung Pajak menolak menandatangani
Berita Acara Pelaksanaan Sita. Dalam Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan tersebut di
jelaskan bahwa penyitaan telah dihadiri oleh Penanggung Pajak akan tetapi menolak
menandatangani Berita Acara. Dengan demikian pihak yang menandatangani Berita Acara
Pelaksanaan Sita adalah Jurusita dan saksi-saksi.
1. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU PPSP)
disebutkan:
a. Surat Paksa adalah surat perintah untuk membayar utang pajak.
b. Surat Paksa adalah surat perintah untuk membayar biaya penagihan pajak.
c. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
Surat Paksa adalah surat pemberitahuan kepada Penanggung Pajak agar melunasi utang
pajaknya.
2. Tahapan Tindakan Penagihan yang harus dilaksanakan oleh Jurusita Pajak adalah :
a. SKPKB - Surat Paksa - Surat Teguran - SPMP - Pengumuman Lelang - Pelaksanaan Lelang.
b. SKPKB - Surat Teguran - Surat Paksa - SPMP - Pengumuman Lelang - Pelaksanaan Lelang.
c. Surat Teguran - SKPKB - Surat Paksa - SPMP - Pengumuman Lelang - Pelaksanaan Lelang.
d. Surat Teguran - Surat Paksa - SKPKB - SPMP - Pengumuman Lelang.
3. Pernyataan yang paling tepat mengenai Surat Paksa Pengganti adalah...
a. Surat Paksa Pengganti tidak dapat diterbitkan lagi
b. Surat Paksa Pengganti dapat diterbitkan apabila diminta oleh Wajib Pajak
c. Surat Paksa Pengganti mempunyai kedudukan yang hampir sama dengan Surat Paksa
d. Surat Paksa Pengganti mempunyai kedudukan yang sama dengan Surat Paksa
4. Tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak , guna dijadikan jaminan
untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan disebut:
a. Penyitaan
b. Lelang
c. Pemblokiran
d. Penjualan
5. Penjualan secara lelang tidak berlaku terhadap barang-barang sitaan berupa:
a. Mobil
b. Uang
c. Rumah
d. Semua jawaban benar
6. Pengumuman lelang untuk barang tidak bergerak dilakukan sebanyak....kali:
a. Tidak perlu diumumkan
b. 1 (satu) kali
c. 2 (dua) kali
d. 3 (tiga) kali
7. Bagaimana apabila pelaksanaan lelang tidak dihadiri oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak?
a. Lelang ditunda sampai Penanggung Pajak hadir
b. Lelang tidak dapat dilanjutkan
c. Lelang ditunda untuk waktu yang tidak terlalu lama
d. Lelang tetap dilanjutkan
8. Hak Penanggung Pajak atas barang yang dilelang berpindah kepada pembeli dan kepada
pembeli diberikan:
a. Risalah lelang
b. Uang
c. Surat
d. Risalah penjualan
9. Pengumuman lelang dilakukan oleh Kepala KPP setelah memperoleh surat jawaban konfirmasi
dari:
a. Bupati
b. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Lelang Negara
c. Kepala Kanwil
d. Wajib Pajak
10. Pengumuman lelang dilaksanakan paling cepat .... hari setelah tanggal penyitaan:
a. 2 (dua) hari
b. 7 (tujuh) hari
c. 14 (empat belas) hari
d. 21 (dua puluh satu)
11. Apabila Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dan meninggalkan warisan yang belum
terbagi, maka yang menjadi Penanggung Pajak adalah :
a. RT/RW setempat yang mengetahui keberadaan warisan tersebut.
b. Kuasa yang ditunjuk oleh Wajib Pajak
c. Orang yang mengelola warisan tersebut, terutama bukan ahli waris dengan tujuan agar
lebih fair.
d. Salah satu ahli waris
12. Ketentuan mengenai Wakil Wajib Pajak. Wajib Pajak diwakili dalam hal Badan yang dinyatakan
pailit, oleh:
a. Kurator
b. Promotor
c. Likuidator
d. Kuasa Wajib Pajak
13. Mengingat Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap maka pemberitahuan kepada Penanggung Pajak oleh
Jurusita Pajak dilaksanakan:
a. dengan cara memberitahukan Surat Paksa
b. dengan cara membacakan Surat Paksa
Kunci Jawaban
1. C
2. B
3. D
4. A
5. B
6. C
7. D
8. A
9. B
10. C
11. D
12. A
13. B
14. A
15. B
16. C
17. B
18. D
19. A
20. C
BAB 4
K. Tata Cara Pemblokiran dan Penyitaan Kekayaan Penanggung Pajak yang Disimpan di Bank
1.) Pemblokiran
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
563/KMK.04/2000 tentang Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung
Pajak yang Tersimpan Pada Bank dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
berupa deposito, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu dilaksanakan sebagai berikut :
a. Pejabat mengajukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan
penyampaian Salinan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
b. Bank wajib memblokir seketika setelah menerima permintaan pemblokiran dari
Pejabat dan membuat berita acara pemblokiran serta menyampaikan salinannya
kepada Pejabat dan Penanggung Pajak
c. Jurusita Pajak setelah menerima berita acara pemblokiran dari bank
memerintahkan Penanggung Pajak untuk memberi kuasa kepada bank agar
memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan pada bank tersebut kepada
Jurusita Pajak
d. Dalam hal Penanggung Pajak tidak memberikan kuasa kepada bank sebagaimana
dimaksud dalam huruf c, Pejabat meminta Bank Indonesia melalui Menteri
Keuangan untuk memerintahkan bank untuk memberitahukan kekayaan
Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank yang dimaksud
e. Setelah saldo kekayaan yang tersimpan pada bank diketahui, Jurusita melaksanakan
penyitaan dan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita, menyampaikan salinan
Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada Penanggung Pajak dan bank yang
bersangkutan
f. Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran kepada bank setelah
Penanggung Pajak melunasi Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak
g. Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap kekayaan
Penanggung Pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabila utang pajak
dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak sekalipun telah
dilakukan pemblokiran
2.) Penyitaan
Setelah dilakukan pemblokiran maka tindakan penyitaan baru dapat dilaksanakan.
Adapun tahapan yang dilakukan dalam proses penyitaan sebagai berikut :
a. Jurusita Pajak setelah menerima berita acara pemblokiran memerintahkan kepada
Penanggung Pajak untuk memberi kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo
kekayaannya yang tersimpan pada bank tersebut kepada Jurusita Pajak
b. Dalam hal Penanggung Pajak tidakmemberikan kuasa kepada bank, Pejabat
meminta Gubernur Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk
memerintahkan bank memberitahukan saldo kekayaan Penanggung Pajak yang
tersimpan pada bank kepada Pejabat
c. Setelah saldo kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank diketahui,
Jurusita Pajak melaksanakan penyitaan
d. Jurusita Pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan ditandatangani oleh
Jurusita Pajak, saksi-saksi dan pimpinan bank atau pejabat bank yang ditunjuk
e. Jurusita Pajak menyampaikan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada
Penanggung Pajak dan pimpinan bank yang bersangkutan
f. Apabila dalam jangka waktu 14 hari sejak penyitaan,Penanggung Pajak tidak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, Pejabat segera meminta kepada
pimpinan bank untuk memindahbukukan harta kekayaan Penanggung Pajak yang
tersimpan pada bank ke kas negara atau kas daerah sejumlah yang tercantum
dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita
Pejabat dapat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran kepada bank, setelah
Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak atau dalam hal
jumlah yang diblokir lebih besar dari jumlah yang disita.
3.) Persyaratan dan tata cara pemberian perintah atau izin tertulis membuka rahasia bank
L. Tata Cara Penyitaan Surat Berharga Berupa Obligasi, Saham, dan Sejenisnya yang
Diperdagangkan di Bursa Efek
Penyitaan surat berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya yang
diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan sebagai berikut :
a. Pemblokiran Rekening Efek pada Kustodian dilakukan berdasarkan permintaan tertulis
dari Direktur Jenderal Pajak atau Pejabat yang ditunjuknya kepada Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dengan menyebutkan nama Pemegang Rekening atau
nomorPemegang Rekening sebagai Penanggung Pajak, sebab dan alasan perlunya
pemblokiran tersebut dilakukan
b. Berdasarkan permintaan Direktur Jenderal Pajak atau Pejabat yang ditunjuk
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dapat
menyampaikan perintah tertulis kepada Kustodian untuk melakukan pemblokiran
terhadap Rekening Efek Penanggung Pajak
c. Berdasarkan perintah tertulis dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal sebgaiman
dimaksud dalam huruf b, Kustodian melakukan pemblokiran
d. Dalam hal permintaan pemblokiran tersebut disertai dengan permintaan keterangan
tentang Rekening Efek pada Kustodian, maka permintaan tertulis dari Direktur Jenderal
Pajak harus memuat nama Pejabat yang berwenang mendapat keterangan tersebut
e. Kustodian yang melakukan pemblokiran dan memberikan keterangan tentang Rekening
Efek Pemegang Rekening membuat Berita Acara Pemblokiran dan Berita Acara
Pemberian Keterangan
f. Berita Acara Pemblokiran dan Berita Acara Pemberian Keterangan tersebut
disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak dan salinannya disampaikan kepada Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Pemegang Rekening sebagai Penanggung Pajak,
selambat-lambatnya 2 hari kerja setelah pemblokiran dan pemberian keterangan
tersebut dilakukan
g. Jurusita Pajak melaksanakan penyitaan atas Efek dan atau dana dalam Rekening Efek
pada Kustodian segera setelah menerima Berita Acara Pemblokiran dan Berita Acara
Pemberian Keterangan
h. Jurusita Pajak yang melakukan penyitaan harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita
yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Penanggung Pajak dan saksi-saksi
i. Dalam hal Penanggung Pajak tidak hadir, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani
oleh Jurusita Pajak dan saksi-saksi
j. Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada Penanggung Pajak, dan salinannya
disampaikan kepada Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Kustodian
k. Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap Rekening Efek
Penanggung Pajak kepada Kustodian, setelah Penanggung Pajak melunasi utang pajak
dan biaya penagihan pajak
l. Efek yang diperdagangkan di bursa yang telah disita, dijual di bursa melalui Perantara
Pedagang Efek Anggota Bursa atas permintaan Pejabat.
M. Tata Cara Penyitaan Surat Berharga Berupa Obligasi, Saham, dan Sejenisnya yang Tidak
Diperdagangkan di Bursa Efek
Penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya yang
tidak diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan sebagai berikut :
a. Melakukan inventarisasi dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai
nominalatau perkiraan nilai lainnya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar
yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita
b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita
c. Mmebuat Berita Acara Pengalihan Hak Surat Berharga atas nama dari penanggung Pajak
kepada Pejabat
Q. Pencabutan Sita
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun
200 diatur bahwa pencabutan sita dapat dilakukan dalam hal Penanggung Pajak telah
melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau
berdasarkan putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan
atau Bupati/Walikota. Yang dimaksud dengan putusan pengadilan adalah putusan hakim
dari peradilan umum. Pencabutan Sita dilakukan berdasarkan Surat Pencabutan Sita yang
diterbitkan oleh Pejabat. Surat Pencabutan Sita sekaligus berfungsi sebagai pencabutan
Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan oelh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak
diikuti dengan pengembalian penguasaan barang yang disita kepada Penanggung Pajak.
Sedangkan pencabutan sita terhadap objek sita yang lain diatur dengan uraian sebagai
berikut :
a. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau yang dipersamakan
dengan itu dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada
Penanggung Pajak dan tembusannya disampaikan kepada bank yang bersangkutan
b. Surat berharga berupa obilgasi, saham atau sejenisnya baik yang diperdagangkan
maupun yang tidak diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan dengan menyampaikan
Surat Pencabutan Sita kepada Penanggung Pajak dan tembusannya disampaikan kepada
pihak terkait yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Pengalihan Hak
atas Surat Berhara tersebut
c. Piutang dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada
Penanggung Pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak yang terkait yang
berutang yag sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Peretujuan
Pengalihan Hak Menagih Piutang
d. Penyertaan modal pada perusahaan lain dilaksanakan dengan menyampaikan Surat
Pencabutan Sita kepada Penanggung Pajak dan tembusannya disampaikan kepada
pihak terkait serta membuat Akta Pembatalan Pengalihan Hak.
V. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak atau Wakilnya tidak mau Menandatangani Berita Acara
Pelaksanaan Sita
Dalam hal Penanggung Pajak hadir pada saat penyitaan, tapi menolak untuk
menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan, Berita Acara Pelaksanaan Sita tetap
Bab 5
A. Pengertian Lelang
Lelang menurut Pasal 1 angka 17 UU Penagihan Pajak deng Surat Paksa adalah
setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran hutang secara lisan dan
atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli. Pelaksanaan
penjualan lelang dialkukan oleh Kantor Lelang.
Peraturan pelaksanaan dari Vendu Reglemen (Ketentuan Lelang) dan Vendu
Instructie (Instruksi Lelang) dibuatlah suatu Peraturan Menteri Keuangan Nomor
93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010. Dalam pasal 1 angka 1 Peraturan
Menteri Keuangan tersebut dijelaskan pengertian lelang yaitu penjualan barang yang
terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin
meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan
Pengumuman Lelang. Pengertian Pengumuman Lelang adalah pemberitahuan kepada
masyarakat tentang akan adanya Lelang dengan maksud untuk menghimpun peminat lelang
dan pemberitahuan kepada pihak yang berkepentingan.
Penjualan lelang mempunyai tujuan agar penjuaaln barang hasil sitaan menjadi
terbuak, dan dapat membentuk harga wajar, serta secara tidak langsung masyarakat dapat
ikut mengawasi pelaksanaan lelang tersebut. Dimaksudkan juga agar penjualan barang yang
merupakan wujud eksekusi dari tindakan penagihan dapat diketahui masyarakat dan dapat
menimbulkan efek jera bagi Penanggung Pajak, serta memberikan detterent effect bagi
masyarakat Wajib Pajak.
B. Pejabat Lelang
D. Syarat Lelang
Syarat lelang adalah syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan lelang, hal
tersebut diatur dalam Pasal 17 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010
diatur bahwa Penjual/Pemilik Barang dapat mengajukan syarat-syarat lelang tambahan
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, termasuk tetapi
tidak terbatas pada :
a. Jangka waktu bagi peserta lelang untuk melihat, meneliti secara fisik barang yang akan
dilelang
b. Jangka waktu pengambilan barang oleh Pembeli, dan/atau
c. Jadwal penjelasan lelang kepada peserta lelang sebelum pelaksanaan lelang
(aanwijzing)
F. Persiapan Lelang
Lelang harus dilakukan dengan sebelumnya melakukan pengumuman lelang dalam
jangka waktu paling cepat 14 hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan dan Penanggung
Pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Berdasarkan Surat Edaran
Bersama Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara dan Direktur Jenderal Pajak
Nomor SE-214/PJ/1999, SE-17/PN/1999 tentang Lelang Eksekusi Pajak diatur mengenai tata
cara pelelangan barang sitaan yaitu :
1. Jurusita menyiapkan Berkas-berkas Penagihan yang terdiri dari :
Salinan/fotokopi STP, Surat Tagihan Pajak Bumi dan Bangunan (STPPBB), Surat
Tagihan BPHTB (STB) , SKPKB, SKPKBT, SKBKB, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan atau Putusan Banding
Salinan/fotokopi Surat Teguran
Salinan/fotokopi Surat Paksa
Salinan/fotokopi Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan dan bukti bahwa sita telah
terdaftar(khusus untuk barang yang kepemilikannya terdaftar)
Salinan/fotokopi Berita Acara Pelaksanaan Sita
Perincian jumlah tagihan pajak yang berakhir dan biaya penagihan
Bukti Kepemilikan atas barang yang akan dilelang apabila ada. Dalam hal bukti
kepemilikan dimaksud tidak ada, harus ada pernyataan tertulis dari Pejabat selaku
pemohon lelang bahwa barang-barang terseut tidak disertai bukti kepemilikan
dengan disertai alasannya
Seluruh surat yang difotokopi harus dilegalisir
2. Permintaan jadwal waktu dan tempat pelelangan
Pejabat melakukan permintaan jadawal lelang dengan menggunakan formulir
permintaan jadwal waktu dan tempat pelelangan, ditujukan kepada Kepala Kantor
Lelang dengan dilampiri berkas-berkas penyitaan. Dalam surat permintaan jadwal
lelang juga menyebutkan secara rinci nama Penanggung Pajak dan daftar barang yang
akan dilelang.
G. Pengumuman Lelang
Pengumuman lelang adalah pemberitahuan kepada masyarakat tentang akan
adanya Lelang dengan maksud untuk menghimpun peminat lelang dan pemberitahuan
kepada pihak yang berkepentingan. Pengumuman Lelang dilakukan setelah endapat
kepastian tempat, hari, tanggal, dan jam lelang dari Kantor Lelang.
Kepala Kantor mengumumkan setelah 14 hari setelah penyitaan, melalui surat kabar
harian, selebaran atau tempelan yang mudah dibaca oleh umum dan atau media
elektronik termasuk internet di wilayah kerja Kantor Lelang tempat barang yang
akan dijual
H. Pelaksanaan Lelang
Pelaksanaan lelang dilakukan dengan uraian sebagai berikut :
1.) Penjualan secara lelang terhadap barang yang disita dilaksanakan paling singkat 14 hari
setelah pengumuman lelang melalui media masaa
2.) Kepala Kantor bertindak sebagai penjual barang yang disita mengajukan permohonan
lelang kepada Kantor Lelang sebelum pelaksanaan lelang
3.) Kepala Kantor menentukan nilai limit dan diserahkan kepada Pejabat Lelang selambat-
lambatnya pada saat akan dimulainya pelaksanaan lelang
4.) Kepala Kantor atau yang mewakilinya menghadiri pelaksanaan lelang untuk :
Menentukan dilepas atau tidaknya barang yang dilelang apabila harga penawaran
yang diajukan oelh calon pembeli lebih rendah dari harga limit yang ditentukan
Menghentikan lelang apabila hasil lelang sudah cukup untuk melunasi utang pajak
dan atau biaya penagihan pajak
Menandatangani asli Risalah Lelang
5.) Kepala Kantor, Kepala Seksi Penagihan dna Jurusita Pajak, termasuk istri, keluarga
sedarah, dan semenda dalam keturunan garis lurus, serta anak angkat, tidak
diperbolehkan membeli barang sitaan yang dielang.
6.) Lelang tetap dapat dilaksanakan meskipun :
WP sedang mengajukan keberatan dan belum memperoleh keputusan keberatan
WP/PP tidak hadir
7.) Lelang tidak dilaksanakan dalam hal :
WP/PP telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak
Terdapat putusan pengadilan
Objek lelang musnah
8.) Pejabat harus menghentikan pelaksanaan lelang meskipun barang yang akan dilelang
masih ada apabila hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya
penagihan pajak dan utang pajak. Sisa barang dan kelebihan hasil lelang harus
dikembalikan kepada Penanggung Pajak paling lambat 3 hari setelah pelaksanaan lelang
9.) Pengguanaan hasil lelang terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak dan
sisanya untuk membayar utang pajak
10.) Biaya penagihan pajak ditambaha 1% dari :
Hasil penjualan barang yang dikecualikan dari penjualan secara lelang
Pokok lelang dari penjualan secara lelang
I. Akibat Lelang
a. Hak Penanggung Pajak atas barang yang dilelang berpindah kepada pembeli dan
kepadanya diberikan Risalah Lelang yang merupakan bukti otentik sebagai dasar
pendaftaran dan pengalihan hak
b. Apabila setelah pelaksanaan lelang Wajib Pajak memperoleh keputusan keberatan atau
putusan banding yang mengakibtakan utang pajak menjadi berkurang atau nihil
sehingga menimbulkan kelebihan pembayaran pajak. Wajib Pajak tidak dapat meminta
atau tidak berhak menuntut pengembalian barang yang telah dilelang
c. Kepala Kantor mengembalikan pembayaran pajak dalam bentuk uang
J. Pembatalan Lelang
Pembatalan lelang berdasarkan Pasal 24 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
174/PMK.06/2010 diatur bahwa lelang hanya dapat dibatalkan dengan permintaan Penjual
atau penetapan provisional atau putusan dari lembaga peradilan umum. Pembatalan lelnag
disampaikan secara tertulis dan sudah harus diterima oleh Pejabat Lelang paling lama 3 hari
kerja sebelum pelaksanaan lelang, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan. Dalam hal terjadi pembatalan sebelum lelang, penjual harus mengumumkan
pembatalan pelaksanaan, paling lama 2 hari sebelum pelaksanaan lelang, kecuali ditentukan
lain oleh peraturan perundang-undangan. Pengumuman harus diumumkan dalam surat
kabar harian yang sama dalam hal Pengumuman Lelang dilakukan melalui surat kabar
harian. Pembatalan lelang sebelum pelaksanaan lelang diluar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 dilakukan oleh Pejabat Lelang dalam hal :
a. SKT untuk pelaksanaan lelang tanah atau tanah dan bangunan belum ada
b. Barang yang akan dilelang dalam status sita pidana, khusus Lelang Eksekusi
c. Terdapat gugatan atas rencana pelaksanaan Lelang Eksekusi berdasarkan Pasal 6 UUHT
dari pihak lain selain debiitor/suami atau istri debitor/tereksekusi.
d. Barang yang akan dilelang dalam status sita jaminan/sita eksekusi/sita pidana, khusus
Lelang Noneksekusi
e. Tidak memnuhi legalitas formal subjek dan objek lelang karena terdapat perbedaan
data pada dokumen persyaratan lelang
f. Penjual tidak dapat memperlihatkan atau menyerahkan asli dokumen kepemilikan
kepada Pejabat Lelang
g. Penjual tidak hadir pada saat pelaksanaan lelang,kecuali lelang yang dilakukan melalui
internet
h. Pengumuman Lelang yang dilaksanakan penjual tidak dilaksanakan sesuai peraturan
perundang-undangan
i. Keadaan memaksa (force majeur)/kahar
j. Nilai limit yang diumumkan dalam Pengumuman Lelang tidak sesuai dengan surat
penetapan Nilai Limit yang dibuat oleh penjual/pemilik barang atau
k. Penjual tidak menguasai secara fisik barang bergerak yang dilelang.
Bab 6
B. Tata Cara Penjualan Barang yang Dikecualikan dari Penjualan secara Lelang
Dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 diatur apabila dalam
jangka waktu 14 hari sejak tanggal pelaksanaan Penyitaan, Penanggung Pajak tidak melunasi
tunggakan utang pajak, maka pejabat segera menggunakan, menjual dan atau
memindahbukukan barang sitaan untuk pelunasan biaya penagihan pajak dan utang pajak.
Pelunasan tunggakan utang pajak dengan barang sitaan yang penjualannya tidak
melalui lelang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Uang tunai disetor ke kas negara atau kas daerah
b. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk yang disamakan
dengan itu dipindahkan ke kas negara atau kas daerah atas permintaan pejabat kepada
bank yang bersangkutan
c. Obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang diperdagangkan di bursa efek dijual
di bursa efek atas permintaan pejabat
d. Obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek
segera dijual oleh pejabat
e. Piutang yang hak menagihnya beralih kepada Pejabat berdasarkan berita acara
persetujuan pengalihan hak, dijual oleh pejabat kepada pembeli
f. Penyertaan modal pada perusahaan lain yang penguasaanya beralih kepada
Pejabat berdasarkan akte persetujuan pengalihan hak, dijual oleh pejabat kepada
pembeli
g. Hasil penjualan barang sitaan sebagaimana dimaksud pada huruf c, huruf d, dan huruf
e disetor ke kas negara atau kas daerah
Penentuan harga jual barang sitaa, tergantung harga pasar yang berlaku pada
tanggal transaksi penjualan. Untuk barang yang tidak mempunyai patokan hrga pasar, maka
pejabat dapat meminta bntuan kepada Jasa Penilai. Penjualan atas barang sitaan diikuti
dengan pembuatan Berita Acara Pengalihan Hak dari Pejabat kepada pembeli yang
fungsinya dipersamakan dengan Risalah Lelang.
C. Larangan bagi Pejabat dan Jurusita Pajak terhadap Barang yang Disita
Dalam UU No. 19/2000 Pasal 26 ayat (4) dan (5) disebutkan bahwa Jurusita dlarang
untuk :
a. Membeli barang sitaan yang dilelang
b. Membeli barang sitaan yang dilelang, berlaku juga terhadap istri, keluarga sedarah dan
semenda dalam keturunan garis lurus, serta anak angkat.
Bab 7
sebesar Rp 100.000.000 dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.
Penjelasan Pasal 29 UU PPSP menegaskan bahwa pelaksanaan pencegahan sebagai
upaya penagihan pajak diberikan syarat-syarat, baik yang bersifat kuantitatif, yakni
harus memenuhi utang pajak dalam jumlah tertentu, maupun yang bersifat kualitatif,
yakni diragukan itikad baikya dalam melunasi utang pajak sehingga pencegahan hanya
dilaksanakan secara sangat selektif dan hati-hati. Pencegahan Penanggung Pajak tidak
mengakibatkan hapusnya utang pajak.
2.) Syarat Penyanderaan
Pasal 33 UU PPSP dan diatur lebih lanjut dalam Pasal 3 PP No. 137/2000 diatur
mengenai persyaratan penyanderaan yaitu :
a. Penyanderaan hanya dapng pajak sekurangat dilakukan terhadap Penanggung
Pajak yang mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp 100.000.000
dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.
b. Penyanderaan hanyadapat dilaksanakn berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan
yang diterbitkna oleh Pejabat setelah mendapat izin tertulis dari Menteri atau
Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1.
konfirmasi atas SSP lembar ke-3 yang diterima KPP kepada Kantor Penerima
Pembayaran (Bank Persepsi atau Kantor Pos). Hasil konfirmasi tersebut langsung
diinformasikan ke Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan Pajak. Surat permintaan
pencabutan pencegahan dibuat dengan menyertakan data-data pendukung sebagai
berikut :
- Fotokopi Keputusan Menteri Keuangan Pencegahannya
- Fotokopi SSP/Bukti Pbk/Putusan Keberatan dan/atau Banding
- Fotokopi MPN/MP3
- Fotokopi Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak (print out data tunggakan pajak).
2.) Penyanderaan
a. Permohonan izin penyanderaan diajukan oleh Kepala Kantor kepada Menteri
Keuangan melalui Direktur Jenderal Pajak u.p. Direktur Pemeriksaan Penyidikan dan
Penagihan Pajak dengan tembusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
yang bersangkutan dengan memuat:
1. Identitas Penanggung Pajak yang akan disandera
2. Jumlah utang pajak yang belum dilunasi, disertai Kartu Pengawasan Tunggakan
Pajak Penanggung Pajak yang bersangkutan sampai dengan tanggal usulan
penyanderaan (KP.RIKPA 4.3.1) dan upaya hukum yang
ditempuh Wajib Pajak/Penanggung Pajak (Keberatan/Peninjauan Kembali,
Banding, Gugatan, Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung).
3. Tindakan penagihan pajak, meliputi penagihan pajak persuasif dan represif,
yang telah dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak/Pajak Bumi dan Bangunan
dan melampirkan fotokopi Surat Paksa dan Berita Acara Penyampaian Surat
Paksa.
4. Uraian tentang adanya petunjuk bahwa Penanggung Pajak diragukan itikad
baiknya dalam pelunasan utang pajak, meliputi:
- Penanggung Pajak tidak merespons himbauan untuk melunasi utang pajak;
- Penanggung Pajak tidak menjelaskan/tidak bersedia melunasi utang pajak
baik sekaligus maupun angsuran;
- Penanggung Pajak tidak bersedia menyerahkan hartanya untuk melunasi
utang pajak;
- Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selamalamanya atau
berniat untuk itu;
- Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang
dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan
perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia;
- Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya atau
menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau
melakukan perubahan bentuk lainnya.
b. Direktur Jenderal Pajak u.p. Direktur Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak
setelah menerima izin tertulis dari Menteri Keuangan,segera mengirimkan izin
tertulis tersebut kepada Kepala Kantor yang bersangkutan dengan kurir atau pos
kilat tercatat atau pos kilat khusus.
c. Kepala Kantor menerbitkan Surat Perintah Penyanderaan seketika setelah
diterimanya izin tertulis dari Menteri Keuangan yang dikirim melalui Direktur
Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Pajak, dengan menggunakan formulir Surat Perintah Penyanderaan.
d. Jurusita Pajak menyampaikan Surat Perintah Penyanderaan langsung kepada
Penanggung Pajak dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang penduduk Indonesia yang
telah dewasa, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat
dipercaya.
e. Dalam melaksanakan penyanderaan Jurusita Pajak dapat meminta bantuan
Kepolisian atau Kejaksaan.
f. Dalam hal Penanggung Pajak yang akan disandera tidak dapat
ditemukan,bersembunyi atau melarikan diri, Jurusita Pajak melalui Kepala Kantor
Izin perpanjangan jangka waktu penyanderaan dapat sekaligus diberikan oleh Menteri
Keuangan yang berwenang pada waktu memberikan izin penyanderaan. Apabila izin
perpanjangan penyanderaan sekaligus diberikan maka tidak diperlukan permohonann
izin baru.
Pendidikan Kewarganegaraan
Pertemuan 1
Pendidikan Kewarganegaraan pada umumnya telah kita pelajari sejak duduk di bangku Sekolah
Dasar. Pendidikan Kewarganegaraan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah
suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerus, selaku warga
masyarakat, bangsa, dan negara, secara berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi hari
depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa,
negara, dan hubungan internasionalnya.
Poin – poin yang seharusnya kita ketahui mengenai PKN sebagai seorang mahasiswa :
PKn sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia, meskipun dengan berbagai
macam istilah;
Matkul tersebut sering disebut sebagai civic education, citizenship education, democracy
education;
Matkul ini memiliki peran yang strategis dalam mempersiapkan warga negara yang cerdas,
bertanggung jawab, dan berkeadaban.
1) Landasan Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki landasan yang menjadi dasar mengapa ini menjadi pelajaran
yang perlu dipahami dan diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,antara lain :
Landasan Hukum
1. UUD 1945
a. Pembukaan UUD 1945, Alinea II dan Alinea IV (cita-cita, tujuan dan aspirasi Bangsa
Indonesia tentang kemerdekaanya).
b. Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan Warganegara di dalam hukum dan pemerintahan.
c. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban Warganegara dalam upaya bela negara.
d. Pasal 30 (1), hak dan kewajiban Warganegara dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
e. Pasal 31 (1), hak Warganegara mendapatkan pendidikan.
2. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Landasan Ilmiah
Warga negara dituntut agar menjadi rakyat yang berguna bagi bangsa dan negaranya sehingga
mampu mengantisipasi perkembangan zaman dan perubahan masa depan bangsanya. Oleh karena
itu, diperlukan penguasaan IPTEK yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan,moral,kemanusiaan dan
budaya bangsa. Nilai tersebut yang menjadi hal utama dan acuan dalam mengemban hidup yang
berbangsa dan bernegara yang mencerminkan dari tujuan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Tujuan utama PKn adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran
bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan
filsafat bangsa Pancasila.
Untuk mengukur tingkat keberhasikan perwujudan Visi Indonesia 2020 diperlukan indikator-
indikator utama sebagai berikut:
Religius
terwujudnya masyarakat yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia sehingga ajaran agama,
khususnya yang bersifat universal dan nilai-nilai luhur budaya terutama kejujuran, dihayati
dan diamalkan dalam perilaku keseharian;
terwujudnya toleransi antar dan antara umat beragama;
terwujudnya penghormatan terhadap martabat kemanuasiaan.
Manusiawi
terwujudnya masyarakat yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab;
terwujudnya hubungan harmonis antar manusia Indonesia tanpa membedakan latar
belakang budaya, suku, ras, agama dan lain-lain;
berkembangnya dinamika kehidupan bermasyarakat ke arah peningkatan harkat dan
martabat manusia.
terwujudnya keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam perilaku kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Bersatu
Sejahtera
Pertemuan 2
1) Pengertian dan Pemahaman tentang Bangsa dan Negara
Pengertian Bangsa :
Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan
sejarah, serta berpemerintahan sendiri;
Bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan
wilayah tertentu di muka bumi (KBBI, 1989);
Pengertian Negara :
Negara adalan suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang
bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan
yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia
tersebut;
Negara adalah satu perserikatan yg melaksanakan satu pemerintahan melalui hukum yang
mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa untuk ketertiban sosial.
Masyarakat ini berada dalam satu wilayah tertentu yang membedakannya dari kondisi
masyarakat lain di luarnya.
Berdirinya NKRI melalui suatu proses perjuangan yang panjang, atau melalui rangkaian
tahap-tahap yang berkesinambungan
Proklamasi baru merupakan pengantar menuju pintu gerbang “Indonesia sebagai bangsa
yang merdeka”
Beridirinya NKRI merupakan kehendak seluruh bangsa Indonesia
3) Warga Negara dan Kewarganegaraan
Warga Negara
Pasal 26 UUD 1945:
Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Penduduk .........
Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang
Dalam pasal 2 UU No. 12 Tahun 2006 dinyatakan bahwa:
Warga Negara Indonesia adalah:
a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan
perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini
berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia;
c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan
ibu warga negara asing;
d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu
Warga Negara Indonesia;
e. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia, tetapi
ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;
f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia
dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia;
g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia;
h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui
oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;
i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak belas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan
ibunya tidak diketahui;
k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu
Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan
antara negara dengan warga negara
Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
Kewarganegaraan dalam arti formal dan materiil
Penentuan kewarganegaraan
Berdasarkan kelahiran
Asas Ius Solli
Asas Ius Sanguinis
Berdasarkan perkawinan
Asas kesatuan hukum
Asas persamaan derajat
4) Hak dan Kewajiban Warga Negara
UU No. 12 Tahun 2006
UU No. 3 Tahun 2002
UUD 1945
Pendidikan Kewarganegaraan
Pertemuan 3
Perumusan Pancasila
A. Nilai-nilai Pancasila pada bangsa Indonesia
I. Zaman Prasejarah
Sebelum kebudayaan Hindu masuk dan berkembang di Indonesia, berbagai suku telah
mengenal unsur-unsur pembentuk Pancasila;
Nilai-nilai kehidupan sebagai embrio nilai-nilai Pancasila sudah nampak;
Nilai-nilai Pancasila dalam hidup masyarakat sebagai suatu kenyataan di zaman tersebut :
1. Sila Pertama:
Orang-orang Indonesia telah mengenal pengakuan dan pemujaan pada suatu kekuatan yang
mengatasi manusia dalam segala aspeknya, bukan sekadar animisme;
Di Kalimantan orang mengenal sebutan TUH, di Jawa orang mengenal HYANG PARING
GESANG, di Tapanuli orang mengenal OMPU DEBATA.
2. Sila Kedua:
Rasa kemanusiaan ditunjukkan dengan kesediaan bangsa Indonesia untuk bergaul dengan berbagai
orang dari negeri jauh untuk masuknya kebudayaan luar.
3. Sila Ketiga dan Sila Keempat
Pada masa awal peradaban, di Indonesia manusia hidup dalam kesatuan-kesatuan kecil
yang kemudian disebut suku;
Ikatan suku ini dijiwai oleh semangat kekeluargaan yang besar yang disebut dengan istilah
komunal (comunal);
Masyarakat suku tersebut menggunakan cara berunding, berembuk, atau musyawarah
untuk menghadapi suatu persoalan;
Semangat kekeluargaan itu nampak dalam pembangunan dengan istilah gotong-royong
atau mapalus (Manado);
Dengan itu, mereka melakukan kesatuan karya untuk kesejahteraan sosial;
4. Sila Kelima
Organisasi masyarakat, betapapun kecilnya, bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan
bagi para warganya;
Hak milik atas tanah yang bersifat komunal tidak terlepas dari tujuan tersebut;
Demikian juga dengan pembuatan rumah-rumah besar untuk keluarga dimaksudkan untuk
terwujudnya kesejahteraan bersama.
II. Zaman Kerajaan Hindu-Buddha
Pengaruh Hindu menyentuh berbagai aspek kehidupan;
Dengan pengaruh tersebut, kepercayaan orang Indonesia mengalami perkembangan.
Mereka secara lebih nyata memuja kekuatan yang mengatasi manusia, yang tidak lagi tanpa
bentuk, melainkan sudah tercitra, seperti Brahma, Wisnu, dan Shiwa, atau Adi Budha dalam
paham Budha;
Pergaulan antar bangsa yang makin intensif, antaranya dengan orang India dan China,
menunjukkan kemanusiaan yang makin berkembang. Orang-orang Indonesia menerima
kehadiran orang-orang asing itu berkarya di sini. Yang kemudian terjadi perkawinan antar
bangsa;
Pengaruh Hindu menyebabkan timbulnya ikatan masyarakat baru: Kerajaan. Batas wilayah
kerajaan lebih nyata daripada batas wilayah kesukuan. Sikap mempertahankan daerah
sendiri yang disebut tanah air sering diperlihatkan dengan peperangan;
Meskipun kedudukan orang yang satu dibatasi oleh aturan sosial tertentu, yaitu Kasta, akan
tetapi prinsip musyawarah masih berjalan.;
Meski berkembang sikap mengabdi kepada raja, yang dianggap dewa atau keturunannya,
kesejahteraan umum nampak tetap menjadi perhatian, bahkan dari para raja
Keberadaan orang Indonesia bersama-sama bangsa asing, khususnya dari India dan China
penganut agama Hindu dan Budha memperlihatkan sikap persaudaraan mereka;
Begitu juga keberadaan pemeluk agama Hindu dan Budha di daerah yang berdekatan atau
bahkan dalam suatu daerah (negara) menunjukkan sikap toleransi, hal itu terlihat dari letak
bangunan candi Hindu dan Budha di Jawa yang berdekatan;
Juga terlihat arah sinkretisme antara kedua agama, seperti terlihat dari hiasan pada Candi
Borobudur dan Candi Mendut;
Puncak sinkretisme itu adalah gambaran Mpu Tantular dalam Sutasoma (± 1360) yang
menyatakan bahwa pada zaman kerajaan Majapahit hiduplah suasana: bhineka tunggal ika,
tan hana dharma mangrwa.
III. Zaman Kedatangan Islam
Pengaruh Islam di Indonesia nampak pada akhir abad XIII, seperti tertulis pada nisan Sultan
Malik al Saleh dari Pasai;
Akan tetapi pengaruh agama Islam ke Indonesia sudah lebih awal;
Perkembangan Islam di Indonesia baru menjadi luas setelah runtuhnya kerajaan Majapahit
pada abad XV;
Pengaruh pertama dari penyebaran Islam di Indonesia adalah berkembangnya agama baru
yang mengubah pemujaan dewa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
Orang-orang pemeluk Islam dapat bekerjasama dengan pemeluk agama lain....sikap
toleransi.
IV. Zaman Penjajahan Belanda dan Jepang
Orang-orang Barat mulai memasuki Indonesia pada awal abad XVI;
Sikap persahabatan berubah menjadi memusuhi dari bangsa Indonesia yang ditunjukkan
dengan peperangan yang terjadi terhadap orang asing sejak abad XVI;
Dengan politik “devide et impera”, bangsa Belanda dapat menguasai Indonesia;
Penjajahan Inggris berlangsung antara tahun 1811 – 1816;
Bangsa Indonesia menyadari bahwa untuk menjadi bangsa yang merdeka harus bersatu;
Kebangkitan nasionla ditandai dengan berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908.
Perkumpulan BU mempelopori berdirinya perkumpulan yang lain, yaitu:
Yang bercorak nasionalisme:
a. Indische Partij (1912);
b. Indische Vereeniging (1908) yang kemudian berubah menjadi Indonesiche Vereeniging
(1922);
c. Perhimpunan Indonesia (1925);
d. Partindo dan PNI Baru (1931);
e. Persatuan Bangsa Indonesia/PBI (1924) yang kemudian berfusi dengan BU menjadi Prindra
(1935).
Yang bercorak Islam:
a. Sarekat Dagang Islam (1911) yang kemudian menjadi Sarekat Islam (1912) dan Partai
Sarekat Islam (1930);
b. Muhammadiyah (1912);
c. Partai Islam Indonesia (1932)
Yang bercorak Marxistis:
a. ISDV (Indische Social Democratische Partij) 1914, yang berubah menjadi PKI pada tahun
1920.
Dari anggaran dasar berbagai pergerakan tersebut, diketahui bahwa sifat kebangsaan
mereka yang berperikemanusiaan, tanpa membedakan suku, ras, dan agama.
Tujuan: untuk mewujudkan keadilan sosial dalam bentuk pemerintahan yang demokratis.
V. Masa Kebangkitan Nasional
Pada abad Xxdi panggung politik internasional terjadi pergolakan kebangkitan Dunia Timur
dengan suatu kesasaran atas kekuatan sendiri;
Republik Philipina (1898), yang dipelopori Joze Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di
Tsunia (1905), gerakan Sun Yat Sen dengan Republik China-nya (1911), Partai Kongres di
India dengan tokoh Tilak dan Ghandi;
Adapun di Indonesia bergolak akan kebangkitan akan kesadaran berbangsa, yaitu
Kebangkitan Nasional (1908) dipelopori Dr. Wahidin Sudirohusodo dengan Budi Utomo-nya,
merupakan awal gerakan nasional untuk mewujudkan suatubangsa yang memiliki
kehormatan akan kemerdekaan dan kekuatannya sendiri;
Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 merupakan pelopor pergerakan
nasional, setelah itu lahir organisasi-organisasi pergerakan lainnya, seperti: Serikat Dagang
Islam/SDI (1909) yang kemudian berubah menjadi pergerakan politik dengan nama Sarekat
Islam (SI- 1911) dibawah HOS Tjokroaminoto;
Disusul kemudian: Indische Partij (1913) yang dipimpin oleh 3 serangkai: Douwes Dekker,
Ciptomangunkusumo, dan Suwardi Suryoningrat (Ki Hadjar Dewamtara);
VI. Masa Orde Lama
Pada masa orde lama yaitu pada masa kekuasaan presiden Soekarno, Pancasila mengalami
ideologisasi, Pada masa ini Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan,
kepribadian bangsa Indonesia.
Presiden Soekarno, pada masa itu menyampaikan ideologi Pancasila berangkat dari mitologi
atau mitos, yang belum jelas bahwa pancasila dapat mengantarkan bangsa Indonesia ke
arah kesejahteraan. Tetapi Soekarno tetap berani membawa konsep Pancasila ini untuk
dijadikan ideologi bangsa Indonesia;
Pada masa ini, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi
dunia yang ketika itu diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada di dalam
suasana transisional dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat merdeka. Masa ini adalah
masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan;
Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama,
yakni:
Periode 1945-1950
Pada masa ini, dasar yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensil, namun dalam
prakteknya sistem ini tidak dapat terwujud. Persatuan rakyat Indonesia mulai mendapatkan
tantangan, dan muncul upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar Negara dengan
faham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun pada tahun 1948 dan olen DI/TII yang
ingin mendirikan Negara Islam.
Periode 1950-1959
Pada periode ini, penerapan pancasila diarahkan sebagai ideologi liberal yang pada nyatanya tidak
dapat menjamin stabilitas pemerintahan. Walaupun dasar Negara tetap Pancasila, tetapi rumusan
sila keempat tidak berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak. Dalam bidang
politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling
demokratis.
Periode 1956-1965
Periode ini dikenal sebagai demokrasi terpimpin, akan tetapi demokrasi justru tidak berada
kekuasaan rakyat tetapi berada pada kekuasaaan pribadi presiden Soekarno. Maka terjadilah
berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi, akibatnya presiden
Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik konfrontasi, dan
menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis (NASAKOM), yang ternyata tidak cocok dengan
kehidupan Negara Indonesia.
1. Perikebangsaan
2. Perikemanusiaan
3. Periketuhanan
4. Perikerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
1. Ketuhanan YME
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadila sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Mr. Soepomo
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Mengusulkan Pancasila sebagai Filsafat Negara dan Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
(Filosofische Grondslag) setingkat dengan aliran-aliran besar dunia (Weltanschauung);
Membandingkan Pancasila dengan ideologi-ideologi besar dunia: liberalisme, komunisme,
khauvinisme, kosmopolitanisme, dan San Min Chui
Setelah sidang I selesai, dibentuk panitia kecil yang terdiri atas 8 orang, dinamakan Panitia
Delapan yang diketuai oleh Ir. Soekarno;
Fungsi Panitia Delapan adalah: mengumpulkan dan menggolong-golongkan usul para
anggota;
Pada 25 Juni 1945 P8 mengadakan pertemuan dengan 38 orang anggota BPUPKI dengan
tujuan untuk mencari titik temu antara golongan faham kebangsaan dengan golongan
Islam;
P8 kemudian membentuk panitia lebih kecil lagi yang terdiri dari 9 orang, yang dinamakan
Panitia Sembilan.
PPKI dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945 dengan Ir. Soekarno sebagai Ketua dan Drs.
Muhammad Hatta sebagai Wakil Ketua, dan 21 anggota;
Pada tanggal 8 Agustus 1945, Ketua dan Waka, serta mantan Ketua BPUPKI diminta
menemui Jenderal Besar Terauchi, Panglima Besar Tentara Jepang Daerah Selatan di Dalat
(dekat Saigon);
Tanggal 12 Agustus 1945, Jenderal Besar Terauchi menyatakan:
1. Pemerintah di Tokyo menyetujui kemerdekaan Indonesia;
2. Kapa diumumkannya terserah kepada PPKI
Pada tanggal 17 Agustus 1945, hari Jum’at jam 10.00 di Jl. Pegangsaan Timur No. 56
diproklamasikan kemerdekaan Indonesia;
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI dinyatakan sebagai Badan Nasional (anggotanya
ditambah 6 orang, menjadi 27 orang);
Pada 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang I dengan keputusan:
1. Menetapkan dan mengesahkan Pembukaan UUD 1945;
2. Menetapkan dan mengesahkan (Batang Tubuh) UUD 1945;
3. Menetapkan Ketua PPKI dan Wakil Ketua sebagai Presiden dan Wakil Presiden;
4. Menyatakan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Sesuai dengan Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945: keanggotaan KNIP terdiri dari anggota
PPKI ditambah dengan pemimpin-pemimpin rakyat dari semua golongan dan lapisan
masyarakat, yang kemudian dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945, diketuai oleh Mr.
Kasman Singodimedjo.
Pertemuan 4
A. Pengertian Filsafat dan Pengertian Pancasila
Pengertian Filsafat
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari
bahasa Yunani yaitu philosophia – philien: cinta dan sophia/sophos: kebijaksanaan. Jadi bisa
dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan.
Seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Filsafat mempunyai 2 arti:
Filsafat sebagai produk:
a. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep pemikiran para filsuf jaman dahulu,
berupa aliran-aliran: rasionalisme, materialisme, pragmatisme, dll;
b. Filsfat sebagai jenis problema yang dihadapi manusia, dhi. Manusia mencari
kebenaran yang bersumber dari akal manusia.
Filsafat sebagai suatu proses = bentuk aktifitas berfilsafat, yaitu sebagai suatu kumpulan
dogma yang diyakini dan sebagai suatu nilai tertentu, dengan menggunakan metode
tertentu
Cabang-cabang filsafat:
1. Metafisika, membahas hal-hal yang bereksistensi di balik fisis: ontologi, kosmologi,
antropologi
2. Epistemologis, berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan
3. Metodologi, berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan
4. Logika, berkaitan dengan filsafat berpikir yaitu rumus-rumus dan dalil-dalil berpikir yang
benar
5. Etika, berkaitan dengan moralitas, tingkah laku
6. Estetika, berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang
Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung
dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni
diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
B. Kesatuan sila dalam Pancasila sebagai suatu Sistem Falsafah
Penyusunan sila sila Pancasila sebagai suatu sistem falsafah
Suatu kesatuan bagian-bagian;
Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri;
Bagian-bagian itu saling berhubungan dan saling ketergantungan;
Keseluruhan dari sistem tersebut untuk mencapai suatu tujuan;
Terjadi dalam suatu lingkungan yang komplek.
Pancasila terdiri atas bagian-bagian, yaitu sila-sila Pancasila
Sila-sila dari Pancasila tersebut merupakan kesatuan yang sistematis
Bisa kita lihat dari :
1. Susunan sila-sila yang bersifat organis
Isi sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan, tiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas
dari sila-sila yang lainnya. Hakikat onotlogis manusia monopluralistis yg terdiri atas unsur-unsur:
jasmani-rohani, sifat kodrat makhluk individu – makhluk sosial, kedudukan kodrat manusia pribadi
yang berdiri sendiri – makhluk Tuhan YME.
2. Susunan sila-sila Pancasila yang bersifat hirarkhis dan berbentuk piramidal
Pengertian ini menggambarkan hubungan hirarkhis sila-sila Pancasila dalam urut-urutan luas
(kuantitas) dan juga dalam isi sifatnya (kualitas). Di antara ke lima sila ada hubungan yang mengikat
yang satu kepada yang lainnya, merupakan suatu kesatuan yang bulat.
Sila I
Sila II
Sila III
Sila IV
Sila V
3. Rumusan hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling
mengkualifikasi
Hal ini berarti bahwa kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal dan hirarkhis piramidal
mempunyai sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi, artinya dalam setiap sila terkandung
keempat sila yang lainnya.
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukannya hanya bersifat formal logis saja, namun
secara filosifis juga meliputi kesatuan dasar:
Menurut Prof. Notonagoro: “Nilai-nilai Pancasila adalah nila-nilai kerohanian yang mengakui nilai
material dan nilai vital”
D. Macam-macam Ideologi
Pancasila sebagai dasar (filsafat) negara diwujudkan dengan pembentukan sistem hukum
nasional dalam suatu tertib hukum (legal order) dimana Pancasila menjadi norma dasarnya;
Menurut teori jenjang norma (Stufentheorie) dari Hans Kelsen:
o Dasar negara berkedudukan sebagai norma dasar (grundnorm) dari suatu negara
atau disebut juga sebagai norma fundamental negara (Staatsfundamental
norm);
o Grundnorm merupakan norma hukum tertinggi dalam negara;
o Di bawah grundnorm terdapat norma-norma hukum yang tingkatannya lebih
rendah;
o Norma hukum yang bertingkat-tingkat itu membentuk susunan hirarkhis yang
disebut tertib hukum;
o Suatu norma yang lebih rendah berdasar dan bersumber dari norma yang lebih
tinggi, sehingga norma tertinggi dikatakan sebagai norma dasar (grundnorm);
o Norma tertinggi ini ditetapkan oleh masyarakat sebagai norma dasar tempat
bergantung norma-norma yang lebih rendah.
Teori Hans Kelsen ini dikembangkan oleh muridnya Hans Nawiasky:
o Norma tertinggi dalam negara sebagai Norma Fundamental Negara (Staats
Fundamentalnorm);
o Norma dalam negara itu selain berjenjang, bertingkat, dan berlapis, juga
membentuk kelompok norma hukum;
o Norma hukum negara terdiri atas 4 kelompok besar:
o Staatsfundamentalnorm;(I)
o Staatsgrundgesetze atau norma dasar/pokok negara;(II)
o Formalgesetze atau undang-undang;(III)
o Verordnung dan Autonomie Satzungen atau aturan pelaksana dan aturan
otonom(IV)
II
III
IV
Pertemuan 5
IDENTITAS NASIONAL
A. Latar belakang
Setiap orang dilahirkan dengan kehendak untuk bergaul dengan sesama hingga
membentuk bangsa. Namun, karena ada bangsa yang unggul, bangsa yang primitif
terpengaruhi dan kehilangan jati diri. Namun, jika masyarakatnya masih teguh, jati diri
bangsa akan tetap melekat.
B. Pengertian
1.) Integrasi nasional : penyatuan masyarakat-masyarakat kecil yang berbeda menjadi
lebih utuh untuk menjadi bangsa
2.) Identitas nasional : jati diri yang membentuk bangsa yang terdiri atas berbagai suku,
adat-istiadat, kebudayaan, agama, serta berdiam di suatu wilayah.
3.) Jati diri : totalitas penampilan bangsa untuk mendapatkan hal yang membedakan
kita dengan bangsa lain.
Aspek Nasionalisme
1.) Kognitif : ada pengetahuan akan situasi kolonial pada segala porsi
2.) Nilai : menunjukkan keadaan yang dianggap berharga untuk memperoleh hidup
bebas dari kolonialisme
3.) Afektif : tindakan kelompok yang dapat menyenanggkan atau menyusahkan
pelakunya.
G. Integrasi Nasional
Pengertian
- Howard Wriggins : Integritas nasional berarti penyatuan bagian yang
berbeda-beda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih
utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang jumlahnya banyak
menjadi satu kesatuan bangsa.
- Sumarsono dkk : komunitas dan interaksi suku bangsa yang mendiami bumi
Nusntara sejak tahun 1928 dalam semangat Sumpah Pemuda, aspirasi ini
terwujud secara sah dan diakui oleh bangsa-bangsa lain di dunia melalui
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Pertemuan 5
KONSTITUSI DAN NEGARA
A. Sistem Konstitusi
Konstitusi merupakan pedoman dalam menjalankan pemerintahan.
Isi konstitusi bercirikan dua pokok :
a. Konstitusi membatasi kekuasaan pemerintahan atau penguasa agar tidak
sewenang-wenang terhadap warganya.
b. Konstitusi menjamin hak-hak dasar dan kebebasan warga negara.
Menurut Adnan Buyung Nasution, negara konstitusional adalah negara yang
mengakui hak-hak warga negara serta membatasi dan mengatur kekuasaannya
secara hukum.
Negara konstitusional bukan sekedar negara yang memiliki konstitusi. Dalam negara
konstitusional, konstitusi yang digunakan harus memiliki kedua ciri di atas.
B. Konstitusi Negara
1. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Prancis, constituer yang artinya membentuk.
Konstitusi berarti pembentukan dasar pembentukan negara yang kemudian
disamakan dengan hukum dasar atau undang-undang dasar.
Definisi konstitusi :
1.) Herman Heller
a. Konstitusi dalam pengertian politik sosiologis
Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan.
b. Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat
yang selanjutnya dijadikan dasar suatu kesatuan kaidah hukum.
c. Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang
tertinggi
2.) Prof. Prayudi Atmosudirdjo
a. Konstitusi suatu negara adalah hasil produk sejarah dan proses perjuangan
bangsa yang bersangkutan.
b. Konstitusi suatu negara adalah rumusan dari filsafat, cita-cita, kehendak,
dan perjuangan bangsa Indonesia.
c. Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran, mentalis, dan kebudayaan
suatu bangsa.
Konstitusi Indonesia = UUD NKRI 1945
Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa : Undang-undang Dasar suatu negara ialah
hanya sebagian dari hukum dasar negara itu. Undang-undang Dasar ialah hukum
dasar yang tertulis, sedang di samping Undang-undang Dasar tersebut berlaku juga
hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.
Konstitusi dapat diartikan secara luas dan sempit
1.) secara luas : hukum dasar tertulis dan tidak tertulis (konvensi)
2.) secara sempit : konstitusi adalah hukum dasar tertulis yakni undang-undang
dasar
2. Kedudukan Konstitusi
a. Konstitusi sebagai hukum dasar
Pertemuan 7
DEMOKRASI INDONESIA
A. Pengertian Demokrasi
- Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, democratia, demos berarti rakyat dan
cratein berarti kekuasaan/pemerintahan. Pada masa Athena, demokrasi
yang dilakukan adalah demokrasi langsung. Perkembangan zaman
menjadikan demokrasi langsung sulit dilakukan. Oleh karena itu, muncullah
demokrasi perwakilan.
B. Ciri-ciri Demokrasi
1) Kekuasaan legislatif dan eksekutif dilaksanakan oleh warga negara yang dipilih oleh
rakyat.
2) Secara berkala dilaksanakan pemilu untuk pergantian pemerintahan.
3) Minimal terdapat 2 partai politik.
4) Hak menyatakan pendapat secara tertulis maupun lisan.
5) Kesamaan kedudukan warga negara di muka hukum dan pemerintahan.
C. Macam-macam Demokrasi
1) Demokrasi Sederhana : dilakukan atas dasar gotong royong, diawali dengan
pembicaraan sampai terjadi kesepakatan bulat.
2) Referendum : suara rakyat didengar dengan pemungutan suara secara langsung di suatu
tempat (demokrasi langsung).
3) Demokrasi barat (demokrasi liberal) : disebut juga demokrasi liberalis karena yang
menguasai pendapat umum adalah yang dapat mempengaruhi melalui uang, media
massa, dan teknologi.
4) Demokrasi timur/rakyat : dianut RRC, Rusia. Demokrasi dianggap sebagai manusia yang
dibentuk menjadi sempurna melalui jalan paksa (komunis).
5) Demokrasi semu :
a. Demokrasi terpimpin : demokrasi yang berhubungan dengan adanya jarak antara
pemimpin dan rakyat. Pemimpin mendidik rakyatnya.
b. Demokrasi tengah : fasisme dan nazizme. Diktator menganggap ia dapat bertindak
sebagai wakil rakyat karena mengetahui isi kalbu rakyatnya.
6) Demokrasi Pancasila : demokrasi yang berlandaskan Pancasila.
E. Demokrasi di Indonesia
a. Demokrasi Pancasila : demokrasi yang dijiwai oleh seluruh sila-sila Pancasila. Nilai-
nilainya adalah kedaulatan rakyat, republik, negara Indonesia berdasarkan hukum,
pemerintahan yang konstitusional, sistem perwakilan, prinsip musyawarah, dan
prinsip ketuhanan.
b. Pemilihan umum : diatur dalam Pasal 22E,
1) Dilaksanakan secara LUBERJURDIL setiap lima tahun.
2) Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden, dan Wakil Presiden.
3) Peserta pemilu untuk memilih anggoota DPR adalah parpol.
4) Peserta pemilu untuk memilih anggoota DPD adalah perseorangan.
5) Pemilu diselenggaran oleh KPU yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
c. Mekanisme dalam Sistem Politik Demokrasi Indonesia
1) Bentuk negar kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas.
2) Bentuk pemerintahan republik, sistem pemeirntahan presidensiil.
3) Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
4) Kabinet/para menteri diangkat/diberhentikan dan bertanggung jawab kepada
presiden. Presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR ataupun DPR.
5) Parlemen terdiri atas dua (bikameral) badan, yakni DPR dan DPD.
6) Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR, DPD, DPRD
provinsi, kabupaten/kota, dan kepala daerah.
7) Lembaga negara lainnya adalah BPK dan KY.
d. Asas-asas Demokrasi Pancasila
1. Asas kekuasaan
- Tercantum dalam pasal 1 ayat 2 : kedaulatan beradad di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UUD.
- kekuasaan pemerintahan di Indonesia tidak bersifat absolutisme
- kekuasaan terbagi atas eksekutif, legislatif, dan yudikatif
- Mekanisme pelaksanaan asas kekuasaan di Indonesia :
1) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum
2) Pemerintahan berdasarkan sistem konstitusional
3) Kekuasaan tertinggi di tangan rakyat
4) Presiden adalah penyelnggara pemerintahan negara yang tertinggi di
samping MPR dan DPR
5) Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
6) Menteri negara adalah pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab
kepada DPR
7) Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
2. Asas pengambilan keputusan
- Pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah untuk mufakat.
- Jika musyawarah tidak mencapai mufakat, dilakukan dengan voting.
- Pengambilan keputusan dilakukan dengan bebas, terbuka, dan bertanggung
jawab.
3. Asas Pengawasan
- dijalankan oleh DPR, meliputi pengawasan kebijakan dan pelaksanaan
pemerintahan, menindaklanjut pengawasan oleh DPD menganai otonomi
daerah.
- DPR memiik 3 fungsi :
1) legislasi : membentuk uu yang dibahas dengan presiden
F. Demokratisasi
- Demokratisasi ialah penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip demokrasi pada
setiap kegiatan politik ketatanegaraan.
- Tujuan demokratisasi adalah membentuk kehidupan politik yang bercirikan demokrasi.
- Tahapan demokratisasi :
1) tahap pertama : pergantian dari penguasa non-demokratis ke yang demokratis.
2) tahap kedua : pembentukan lembaga-lembaga dan tertib politik demokrasi.
3) tahap ketiga : konsolidasi demokrasi.
4) tahap keempat : praktek demokrasi sebagai budaya politik bernegara.
- Dua indikator berhasilnya demokrasi :
1) tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai demokrasi yang menjadi sikap masyarakat
dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.
2) terbentuknya lembaga-lembaga demokrasi dalam sistem politik dan
ketatanegaraan.
- Kultur demokrasi menurut Henry B. Mayo
1) menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela
2) menjamin perubahan secara damai dalam masyarkat yang selalu berubah
3) pergantian penguasa dengan teratur
4) penggunaan paksaan sesedikit mungkin
5) pengakuan dan penghormatan terhadap nilai keanekaragamaan
6) menegakkan keadilan
7) memajukan ilmu pengathuan
8) pengakuan dan penghormatan terhadap kebabasan.
- Lembaga demokrasi menurut Miriam Budiarjo :
1) Pemerintahan yang bertanggung jawab
2) DPR yang mewakili kepentingan rakyat, dipilih melalui pemilu yang bebas dan
rahasia.
3) Organisasi politik mencakup lebih dari satu partai.
4) Pers dan media massa yang bebas sebagai sarana menyatakan pendapat.
5) Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin HAM.
G. Pendidikan Demokrasi
- Menurut Gabriel Almond dan Sydeny, masyarakat demokratis akan terwujud bila di
negara tersebut terdapat institusi demokrasi dan berjalannya perilaku demokrasi.
- Institusi demokrasi : tersedianya lembaga-lembaga politik demokrasi, contohnya ialah
media massa, organisasi politik, dan lembaga masyarakat.
- Perlikau demokrasi : masyarakat berperilaku baik didasari nilai-nilai Pancasila.
PENGANTAR AKUNTANSI 2
CHAPTER 10 LIABILITIES
Hutang wesel (notes payable). Perusahaan mencatat obligasi dalam bentuk wesel
tertulis, dinamakan hutang wesel. Hutang wesel lebih sering digunakan dibanding
hutang dagang karena hutang wesel memberikan pemberi pinjaman hutang sebuah
bukti obligasi yang resmi apabila mereka menagih hutang. Hutang wesel biasanya
mewajibkan peminjam hutang membayar bunga. Notes payable dikeluarkan untuk
berbagai periode waktu. Untuk pembayaran selama satu tahun dari tanggal laporan
posisi keuangan diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar.
a. Jurnal pada saat diterima pinjaman
Cash xxx
Notes Payable xxx
b. Jurnal penyesuaian akhir bulan/periode akuntansi untuk bunga yang belum
dibayar
Interest expense xxx
Interest payable xxx
c. Jurnal pada saat pelunasan/jatuh tempo
Notes Payable xxx
Interest Payable xxx
Cash xxx
Contoh :
a. Tgl 30 November 2016, dibeli barang dagangan di Toko Aris seharga 6.000.000
dengan syarat 2/10 n/30
b. Tgl 1 Desember 2016, diserahkan promes 30 hari kepada Toko Aris sebagai
pembayaran utang 6.000.000, bunga 12% pertahun
c. Tgl 1 Januari 2017, promes dilunasi
Buatlah jurnal tgl 30 November, 1, 31 Desember, 1 Januari.
Hutang pajak penjualan (sales tax payable). Sebagai seorang konsumer, kita pasti sering
dikenakan pajak di tempat perbelanjaan ketika kita membeli sebuah produk. Biasanya
ritel akan memungut pajak atas pembelian kita sekian persen dari harga jual. Secara
berkala (biasanya per bulan), peritel akan membayarkan hutang pajak tersebut kepada
negara.
Contoh :
Penjualan sebesar Rp. 525.000 mencakup pajak penjualan 5% dari penjualan. Buatlah
ayat jurnalnya ?
Account Receivable 525.000
Sales 500.000
Sales Tax Payable 25.000
Contoh :
Pak Amir menerima sewa di muka atas tempat kos sebesar Rp. 18.000.000 pada tanggal
1 Mei 2016 untuk 2 tahun. Buatlah jurnal tgl 1 Mei dan 31 Desember.
Current maturity of long debt yaitu hutang jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun
berjalan. Dalam IFRS tidak ada ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan, namun dalam
praktek di Indonesia diperlukan ayat jurnal penyesuaian.
Contoh :
Pada tanggal 1 Januari 2016, Aiko meminjam uang sebesar Rp. 120.000.000 ke bank,
tingkat bunga 5% per tahun. Dengan jangka waktu pelunasan 5 tahun. Dimulai dari
tanggal 1 Januari 2017 Aiko harus membayar cicilan utang sebesar pokok utang
ditambah dengan bunga. Buatlah jurnal tgl 1 September, 31 Desember.
PENGANTAR AKUNTANSI 2
CHAPTER 10 LIABILITIES
Contoh:
Cari PV bonds dengan nilai nominal Rp 100.000.000 berjangka waktu 5
tahun, bunga kontrak 6% dan dibayarkan tahunan.
Langkah 1 : PV nominal bonds Rp 100.000. x 0,74726* = Rp 74.726.000
Langkah 2 : PV bunga bonds ( 6% x Rp 100.000) x 4,21236* = Rp 25.274.000
Langkah 3 : PV Bonds = Rp 100.000.000
*dapat dilihat di tabel 3 Appendix E (E-8)
*dapat dilihat di tabel 4 Appendix E (E-10)
c. Pencatatan obligasi
Perusahaan mencatat transaksi obligasi ketika:
- Penerbitan (penjualan),
Contoh :
Pada January 1, 2017, Candlestick Inc. menerbitkan Rp 100.000.000, 5
tahun, 10% bonds pada 100%. Bunga dibayar setiap January 1 dan July 1. Buatlah
jurnal tanggal 1 Januari, 1 Juli dan 31 Desember 2017 !!!
Contoh :
Pada January 1, 2017, Candlestick Inc. menerbitkan Rp 100.000.000, 5
tahun, 10% bonds pada 97% Bunga dibayar setiap January 1 dan July 1. Buatlah
jurnal tanggal 1 Januari, 1 Juli dan 31 Desember 2017 !!!
d. Penebusan Obligasi
Saat jatuh tempo
Bonds payable xxx
Cash xxx
Ketika obligasi dilunasi sebelum jatuh tempo, maka perlu :
- Menghilangkan nilai tercatat obligasi pada tanggal penebusan;
- Mencatat pembayaran kas; dan
- Mengakui keuntungan atau kerugian atas penebusan.
Nilai tercatat obligasi adalah nilai nominal obligasi disesuaikan dengan diskonto
atau premium obligasi yg diamortisasi sampai dengan tanggal penebusan.
a. Jurnal saat rugi penebusan obligasi
Bonds payable xxx
Loss on bond redemption xxx
Cash xxx
b. Jurnal saat laba penebusan obligasi
Bonds payable xxx
Gain on bond redemption xxx
Cash xxx
Contoh :
Candlestick, Inc. telah menjual obligasi 100.000.000 pada premium. Pada
akhir periode kedelapan, Candlestick menghentikan obligasinya pada 103 setelah
membayar bunga setengah tahunan. Nilai tercatat obligasi pada tanggal penebusan
adalah €101.623.00. Candlestick membuat jurnal berikut untuk mencatat
pelunasan pada akhir periode bunga kedelapan (1 January 2018).
Contoh :
Candlestick, Inc. telah menjual obligasi 100.000.00 pada diskonto. Pada
akhir periode kedelapan, Candlestick menghentikan obligasinya pada 95 setelah
membayar bunga setengah tahunan. Nilai tercatat obligasi adalah 98.000.000.
Candlestick membuat jurnal berikut untuk mencatat pelunasan pada akhir periode
bunga kedelapan (1 January 2018).
Contoh :
Mongkok Technology Inc. mengeluarkan HK$500,000, 12%, 20-tahun
hutang hipotik pada 31 December 2014. Pembayaran angsuran dilakukan setengah
tahunan, yaitu sebesar HK$3,231. Jadwal pembayaran angsuran selama dua tahun
pertama adalah sbb:
Analysis
Dua rasio yang memberikan informasi tentang kemampuan membayar
utang dan solvabilitas jangka panjang adalah:
- Debt to Total Assets Ratio
- Times Interest Earned Ratio
Contoh :
LG’s (KOR) mempunyai total kewajiban 39,048 billion, total aset 64,782
billion, beban bunga 778 billion, pajak penghasilan 1,092 billion, dan laba bersih
2,967 billion.
Maka LG memiliki utang yg relatif tinggi thd total asset (persentase 60,3%). Cakupan
bunga dari 6,22 kali dianggap aman.
Pengantar Akuntansi 2
Kelebihan Kekurangan
Menyatukan keahlian dan sumber daya dari Mutual Agency
dua atau lebih orang
Kemudahan dalam informasi Limited Life
Bebas dari aturan pemerintah dan pembatasan Unlimited Liability
Mudah mengambil keputusan
Income Ratio
Persetujuan dalam partnerships seharusnya menspesifikasikan dasar dalam pembagian laba atau
rugi. Berbagai tipe rasio diantaranya :
Rasio tetap
Rasio yang berdasar pada modal
Gaji yang diberikan pada para anggota dan sisa dibagi berdasar rasio tetap
Bunga modal yang diberi kepada anggota dan sisa dibagi berdasar rasio tetap
Gaji dan bunga modal diberi kepada para anggota,lalu sisa dibagi berdasar rasio tetap
Sebagai contoh :
Sara King dan Ray Lee adalah pemilik dari partnerships Kingslee Company. Persetujuan perjanjian
dari keduanya antara lain : (1) gaji sebesar € 8,400 kepada King dan sebesar € 6,000 kepada Lee, (2)
bunga sebesar 10% dari modal awal keduanya di awal tahun, dan (3) sisanya dibagi sama rata kepada
keduanya. Modal awal King sebesar € 28,000 dan Lee € 24,000. Di tahun 2017, partnerships net
income sebesar $ 22,000. Buatlah rincian pembagian dari net incomenya!
Maka jurnalnya :
Income Summary 18,000
Sara King, Capital 10,400
Ray Lee, Capital 7,600
Laporan keuangan yang disusun pada persekutuan sama dengan bentuk perusahaan lainnya, yaitu
laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas dan laporan perubahan modal. Pada Laporan Keuangan,
perincian pembagian laba harus diungkapkan atau disajikan, biasanya ditambahkan pada laporan
laba rugi atau dibuat sebagai lampiran. Laporan perubahan modal pada persekutuan terdiri dari
beberapa sekutu yang modalnya dirinci untuk setiap anggota sekutu.
Dalam kejadian pertama tidak ada Defisit dari modal para partner,
Ace Company setuju untuk bubar dengan aturan sebagai berikut. (1) Penjualan non-cash assets
kepada Jackson Enterprises sebesar € 75,000 dalam kas. (2) Partnerships akan membayar utang-
utang mereka. (3) Pembagian laba/rugi yaitu 3:2:1.
Langkah 1 : Mencatat dari penjualan Non-cash Assets
Cash 75,000
Accumulated Depreciation—Equipment 8,000
Accounts Receivable 15,000
Inventory 18,000
Equipment 35,000
Gain on Realization 15,000
Cash 31,000
Langkah 4 : Mencatat pembagian dari sisa kas kepada partner sesuai dengan modal mereka
Cash 1,800
W. Eaton, Capital 1,800
Sebagai contoh : Michael Armstrong Hsb menerbitkan 5000 saham dengan nilai sebesar € 6. Buatlah
jurnal penerbitan sahamnya apabila diterbitkan dengan nilai (a) € 6 per saham dan (b) dengan nilai
€ 9 per saham
a. Cash 30,000
Share Capital – Ordinary 30,000
b. Cash 45,000
Share Capital – Ordinary 30,000
Share Premium – Ordinary 15,000
Penerbitan saham juga dapat dilakukan secara noncash atau berupa jasa yang dapat dikategorikan
sebagai biaya.
Sebagai contoh : Seorang pengacara bernama Poltak membantu PT Medan Jaya dalam bidang
penanganan hukum. Poltak menagih sebesar € 7,000 atas jasa yang diberikannya. Hal ini membuat
perusahaan menerbitkan saham sebanyak 3000 dengan harga € 2 per saham. Pada saat pertukaran,
tidak ada harga pasar yang ditetapkan untuk saham. Buatlah jurnal pencatatan transaksinya!
PT Sumatera Berlian yang bersifat go public menerbitkan 10,000 saham atas tanah yang diiklankan
dengan harga jual € 120,000 dengan nilai tetap € 7 per saham dan pada bursa efek/pertukaran
bernilai € 10 per saham. Buatlah jurnal dari transaksi tersebut.
Land 100,000
Saham treasuri merupakan kepemilikan saham yang ditarik/dibeli kembali dari pemegang saham
namun tidak keluar dari perusahaan.
Menjual kembali saham kepada petugas dan karyawan di bawah bonus dan berbagi rencana
kompensasi.
Meningkatkan nilai pasar saham.
Memiliki saham tambahan yang tersedia untuk digunakan dalam akuisisi perusahaan lain.
Meningkatkan laba per saham.
Menghilangkan pemegang saham yg bermusuhan dengan membeli saham mereka.
Pencatatannya : mendebit akun Treasury Shares senilai dengan nominalnya. Akun ini bersifat contra
equity dan mengurangi equity
Sebagai contoh : Pada 1 Februari 2017, Mead membeli kembali 4000 sahamnya dengan nilai HK$ 80
per saham. Saham muia mula sebanyak 100000 saham.
Cash 320,000
Pelepasan saham treasuri dapat terjadi dalam dua kondisi yaitu apabila dibawah harganya atau
diatas harganya.
- Above Cost
Pada 1 Juli, Mead menjual 1000 saham treasurinya dengan nilai HK$ 100 , yang sebelumnya dibeli
kembali seharga HK$ 80.
Cash 100,000
Treasury Shares(1000 x 80) 80,000
Share Premium – Treasury 20,000
- Below Cost
Pada 1 Oktober, Mead menjual 800 saham treasurinya seharga HK$ 70 per saham
Cash 56,000
Share Premium – Treasury 8,000
Treasury Shares 64,000
Pada 1 Desember, Mead menjual sisa saham treasurinya sebanyak 2200 dengan nilai HK$ 70 per
shamnya.
Cash 154,000
Batas
Share Premium – Treasury 12,000 keseimbangan
Retained Earnings 10,000
Treasury Shares 176,000
Catatan : Perseroan tidak mengakui keuntungan dalam hal ada insentif dalam treasuri ataupun
kerugian yang menjadi beban
4. Perbedaan saham biasa dan saham preferen
Umumnya secara garis besar perlakuan saham preferen tidak berbeda jauh dengan saham biasa.
Hanya saja saham preferen mendahulukan dalam hal pembagian dividen juga laba. Saham preferen
juga mendapat prioritas dalam kepemilikan suatu aset/harta ketika terjadi likuidasi di dalam suatu
perseroan.
Sebagai contoh : Marvel Corporation menerbitkan 26000 saham preferen dengan nilai pari sebesar
€ 20 dan dijual di bursa sebesar € 25. Buatlah pencatatan transaksi tersebut!
Cash 650,000
Share Capital – Preference(26000 x 20) 520,000
Share Premium – Preference 130,000
Cumulative dividend
pemegang saham preferren harus membayar deviden tahun lalu dengan deviden tahun ini
sebelum pemegang saham biasa menerima devidennya
Dividends in arrears
deviden preferren tidak ditentukan periodenya dalam periode yang sudah ditentukan
Tidak mempertimbangkan kewajiban, tetapi jumlah deviden harus diungkapkan dalam
laporan keuangan
Jika Scientific-Leasing mempunyai 5,000 lembar saham, 7%, $100 par value saham kumulatif
preferren, kemudian dividen tahunannya adalah $ 35,000 (5,000 lbr x $7 per lbr). Jika deviden
tertunggak selama duatahun, pemegang saham preferen akan menerima sebelum
devidendibayarkan ke pemegang saham biasa.
Dividends in arrears ($35,000 x 2) $ 70,000
Current-year dividends $ 35,000
Total preferred dividends $105,000
Preferensi dalam likuidasi
Sebagian besar saham preferen memiliki preferensi atas aset perusahaan jika perusahaan
gagal.
Menyediakan keamanan bagi pemegang saham preferensi.
Preferensi untuk aset mungkin untuk nilai nominal saham atau nilai likuidasi tertentu.
5. Penjurnalan dividen kas dan dividen saham
Dalam pembagian dividen maka suatu perseroan setidaknya memiliki
1. Retained Earnings
2. Kas yang memadai
3. Adanya RUPS dari para pemegeang saham
Untuk pembagian dividen dalam bentuk kas,terdapat 3 tahapan yaitu Declaration Date, Date of
Record, dan Payment Date. Untuk lebih jelasnya lihat contoh berikut.
Pada 1 Desember, Direktur Utama PT Bajaxx mendeklarasikan dividen tunai € 1 per saham sebanyak
50000 saham dengan nilai tetap € 10 per saham. Dividen terutang dibayar pada 20 Januari yang
dicatat pada tgl 22 Desember. Jurnalnya :
1 Desember (Declaration Date)
Cash Dividends 50,000
Dividends Payable 50,000
22 Desember (Date of Record) No Entry
20 Januari (Payment Date)
Dividends Payable 50,000
Cash 50,000
Dividen saham juga dapat dilakukan dalam perseroan. Beberapa alasannya diantara lain :
1. Memenuhi harapan dividen pemegang saham tanpa menghabiskan uang.
2. Meningkatkan daya jual saham korporasi.
3. Menegaskan bagian dari ekuitas telah diinvestasikan kembali secara permanen dalam bisnis.
Sebagai contoh : Danshui Ltd. Mempunyai keseimbangan dalam Retained Earnings sebesar
NT$ 3,000,000. Perusahaan mendeklarasikan bahwa 10% dari 50000 dividen saham dengan nilai
pari yaitu NT$ 100. Nilai pasar terhadap saham saat it sebesar NT$ 150 per sahamnya.
Pendeklarasian 10% dividen saham
Share Dividends (50000 x 10% x 150) 750,000
Ordinary Share Dividends Distributable 500,000
Share Premium – Ordinary 250,000
Pada saat penerbitan saham
Ordinary Share Dividends Distributable 500,000
Share Capital – Ordinary 500,000
Pengaruh dari Dividen Saham
Dalam contoh yaitu : Ade Zheng Fa Ltd. memiliki Retained Earnings sebesar ¥ 7,300,000 pada 1
Januari 2017. Selama tahun tersebut Ia memperoleh Net Income sebesar ¥ 2,700,000. Perusaan
melalui RUPS mendeklarasikan akan membayar dividen tunai sebesar ¥ 260,000. Perusahaan juga
mencatat penyesuaian terhadap kesalahan matematis dari penyusutan sebesar ¥ 180,000. Buatlah
Laporan Retained Earnings yang sesuai!
Ade Zheng Fa Ltd.
Retained Earnings Statement
For the Year Ended December 31,2017
Balance, 1 Januari ¥ 7,300,000
Add : Net Income ¥ 2,700,000
Less : Dividends (¥ 260,000)
Balance, 31 Desember ¥ 9,740,000
7. Penyajian dan analisis komprehensif equity section
Presentation
Analysis
Pengembalian ekuitas pemegang saham biasa dapat dihitung sebagai berikut :
Book Value per share : Ekuitas pemegang saham biasa memiliki kekayaan bersih perusahaan.
Pajak Penghasilan
Bab 1. Pendahuluan
Menurut UU KUP Pasal 1 angka 1, PAJAK adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak Penghasilan seperti yang dijelaskan dalam UU PPh Pasal 1 dikenakan terhadap Subjek Pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Nama Undang-undang (Ordonansi) Objek Pajak Subjek Pajak Masa Berlaku
Patent Recht Penghasilan Badan/Orang 1878-1907
Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1908 Penghasilan Badan/Orang 1908-1920
Ordonansi Pajak Pendapatan 1908 Eropa atau
yang
disamakan
Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1920 Penghasilan Badan Badan 1921-1925
Ordonansi Pajak Pendapatan 1920 Orang Orang 1921 - 1932
Ordonantie Op De Vennotschap Belasting Laba Badan 1926-1963
1925 Ordonansi Pajak Perseroan 1925 (PPs)
Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1932 Pendapatan Orang Pribadi 1933-1944
Ordonansi Pajak Pendapatan 1932
Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1944 Pendapatan Orang Pribadi 1945-1983
Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 (PPd)
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1967 merupakan tata cara pemungutan PPd dan PPs
Undang-undang Pajak atas Bunga Dividend an Royalty (PBDR) merupakan bagian dari PPd dan PPs
Perubahan terhadap ketentuan Pajak Penghasilan dilakukan pada tahun 1983, dengan
diundangkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang mulai
berlaku sejak 1 Januari 1984. Undang-undang Pajak Penghasilan telah mengalami perubahan
sebanyak 4 kali, yaitu :
1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1992
2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1995
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2001.
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2009
Undang undang yang masih berlaku sampai sekarang adalah point 4.
Sebelum diberlakkannya UU Nomor 7 tahun 1983 tentang PPh, wewenang menentukan
besarnya pajak terutang berada fiskus (official assessment). Penetapan jumlah pajak terutang
dilakukan dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak dengan ketentuan formal dan ketentuan
materialnya diatur dalam Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 untuk OP dan Ordonansi Pajak
Perseroan 1925 untuk badan.
Setelah diakukannya tax reform tahun 1983, pengenaan Pajak Penghasilan diatur dalam 2 Undang-
undang yaitu
1. UU Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan sebagai ketentuan formal
2. UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagai ketentuan material.
Tujuan utama diilakukan reformasi di bidang perpajakan pada tahun 1983 adalah untuk
mencapai pertumbuhan penerimaan pajak yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal itu tidak
mungkin dicapai dengan menggunakan sistem official assessment, mengingat keterbatasan sumber
daya aparat pajak dan sarana prasarana yang tidak mengimbangi peningkatan jumlah wajib pajak
yang mengikuti perkembangan ekonomi.
Pengenaan Pajak Penghasilan sekarang menggunakan dasar penghasilan dalam arti yang luas
(tambahan kemampuan ekonomis, akan dibahas di bab 3). Ruang lingkup penghasilan yang
dikenakan Pajak Penghasilan adalah penghasilan dari dalam maupun luar negeri untuk Subjek Pajak
Dalam Negeri (world wide income) dan penghasilan yang diperoleh di Indonesia untuk Subjek Pajak
Luar Negeri.
2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari
badan pemerintah yang memenuhi kriteria
- Pembentukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan
- Pembiayaa bersumer dari APBN atau APBD
- Penerimaan dimasukan dalam APBN atau APBD
- Pembukuan ddiperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara
1. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia
2. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
Bentuk Usaha Tetap menurut pasal 2 ayat (5) UU PPh adalah :
1. bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia,
2. Orang Pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, dan
3. badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia
BUT diperlakukan sebagaimana Wajib Pajak Badan. Dan tempat tinggal orang pribadi dan tempat
kedidikan badan ditetapkan DJP menurut keadaan yang sebenarnya.
Mulai berlakunya kewajiban pajak subjektif Subjek Pajak Dalam Negeri
Pajak 3 ayat (1) dan ayat (2) UU PPh mengatur bahwa yang tidak termasuk subjek pajak adalah
1. Kantor perwakilan negara asing
2. Pejabat-Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara
asing dan orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau
pekerjaaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan timbal balik.
3. Organisasi Intenasional dengan syarat
- Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
- Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari
iuran para anggota
4. Pejabat-perwakilan organisasi Internasional angka 3, dengan syarat bukan WNI, tidak
menjalankan usaha, kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
*Organisasi di point angka 3 ditetapkan dengan PMK.
Ex : Bunga, dividen, royalti, penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha
dan sewa.
4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah
Penghasilan yang dikenai PPh Final
Pasal 4 ayat (2) menjelaskan bahwa penghasilan dibawah ini dikenai pajak bersifat final:
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi, surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi.
2. Penghasilan berupa hadiah undian
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivative yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan
5. Penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah
(contoh :PP 46 Tahun 2013)
Bukan Objek Pajak
Pasal 4 ayat (3) mengatur tentang penghasilan yang bukan merupakan objek pajak.
1.
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan peraturan pemerintah.
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial, termasuk yayasan,
koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
2. Warisan
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam pasal
2 ayat (1) huruf b (subjek pajak badan) sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal.
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara final
atau wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus sebagaimana dimaksud
dalam pasal 15.
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa.
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib
pajak dalam negeri, koperasi, BUMN atau BUMD, dan penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan dan
b. Bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan
saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal
yang disetor.
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pension sebagaimana dimaksud pada
nomor 7 diatas, dalam bidang bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan Menteri
Keuangan
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi;
10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 (lima) tahun
pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha;
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
a. merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; dan
b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
Pasal 4 ayat (1) UU PPh menyatakan bahwa yang termasuk dalam objek pajak adalah sebagai
berikut :
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk apapun
kecuali natura dan/atau kenikmatan (baca penjelasan tentang pasal 4 ayat 3 diatas)
2. Hadiah dan Penghargaan.
3. Laba Usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. (perbedaan book value)
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak
6. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian uang
(bedakan dengan pasal 4 ayat (2))
7. Diciden dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
8. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta (yang belum tersebutkan
di pasal 4 ayat (2))
10. Penerimaan atau pembayaran berkala
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
diteapkan dengan Peraturan Pemerintah
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. Premi asuransi
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
16. Penghasilan daru usaha berbasis syariah
17. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU KUP
18. Surplus BI
Biaya-Biaya yang Diperbolehkan Dikurangkan dari Penghasilan (Deductible Expenses)
1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya
pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan lain yang diberikan dalam bentuk uang, bunga,
sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi,
dan pajak kecuali PPh.
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun. Metode penyusutan yang boleh digunakan menurut UU PPh adalah
metode garis lurus (untuk semua harta tetap berwujud) dan metode saldo menurun (hanya
untuk kelompok harta berwujud bukan bangunan saja). Penyusutan dapat dimulai pada:
a. Tahun dilakukannya pengeluaran. Untuk harta yang masih dalam pengerjaan,
penyusutannya dimulai pada tahun pengerjaan harta tersebut selesai.
b. Dengan ijin Dirjen Pajak, penyusutan dapat dimulai pada tahun harta berwujud mulai
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada tahun
harta tersebut mulai menghasilkan.
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri Keuangan.
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing.
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.
7. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan.
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:
a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba/rugi komersial.
b. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara (BPULN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan.
c. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus.
d. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Dirjen Pajak.
Apabila suami-isteri mengadakan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis atau
jika isteri menghendaki untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri, penghitungan
pajaknya dilakukan berdasarkan penjumlahan penghasilan neto suami-isteri dan masing masing
memikul beban Pajak sebanding dengan besarnya penghasilan neto.
Untuk Penghasilan Anak yang belum dewasa, dari manapun sumbernya dan apapun sifat
pekerjaannya digabung dengan penghasilan orang tuannya. Anak belum dewasa adalah anak yang
belum berumur 18 tahun dan belum pernah menikah.
Sita Rianti adalah karyawati pada perusahaan PT. Onix Komunika dengan status menikah dan
mempunyai tiga anak. Suami Sita merupakan pegawai negeri sipil di Kementrian Komunikasi &
Informatika. Sita menerima gaji Rp 6.000.000,- per bulan.
PT. Onix Komunika mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan membayarkan
iuran pensiun dari BPJS sebesar 1% dari perhitungan gaji, yakni sebesar Rp 30.000,- per bulan. Di
samping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua (JHT) karyawannya setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Sita membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar
2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK) dibayar oleh
pemberi kerja dengan jumlah masing-masing sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji.
Pada bulan Juli 2016 di samping menerima pembayaran gaji, Sita juga menerima uang lembur
(overtime) sebesar Rp 2.000.000,-.
*Berlaku bagi WP dengan NPWP, tanpa NPWP maka perlu dikalikan 120% : Rp 147.538,00 x 120% =
Rp 177.046,00
Penjelasan :
Diasumsikan gaji pokok sebesar Rp 6.000.000,-.
(i) Tunjangan lainnya seperti tunjangan transportasi, uang lembur, akomodasi, komunikasi, dan
tunjangan tidak tetap lainnya. Umumnya tunjangan tersebut dapat diberikan oleh perusahaan atau
tidak, tergantung dari kebijakan perusahaan itu sendiri.
(ii) Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) berkisar antara 0.24% - 1.74% sesuai kelompok jenis usaha
seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2007. Di OnlinePajak, tarif iuran
JPP yang diterapkan adalah tarif JKK yang paling umum dipakai perusahaan-perusahaan yaitu 0.24%.
(iii) Biaya Jabatan sebesar 5% dari Penghasilan Bruto, setinggi-tingginya Rp 500.000,- sebulan, atau
Rp 6.000.000,- setahun
(iv) Jaminan atau Iuran Pensiun ditentukan oleh lembaga keuangan yang pendiriannya disahkan
dalam Peraturan Menteri Keuangan dan ditunjuk oleh perusahaan. Jumlah persentase yang
diterapkan di sini adalah 1%.
(v) Penghasilan Neto: Jika pegawai merupakan pegawai lama (lebih dari satu tahun) atau pegawai
baru yang mulai bekerja pada bulan Januari tahun itu, maka penghasilan neto dikalikan 12 untuk
memperoleh nilai penghasilan neto setahun, namun jika pegawai merupakan pegawai baru yang
mulai bekerja pada bulan Mei misalkan, maka penghasilan neto setahun dikalikan 8 (diperoleh dari
penghitungan bulan dalam setahun: Mei-Desember = 8 bulan). Pada contoh ini diasumsikan
pegawai merupakan pegawai baru yang mulai bekerja pada bulan Januari.
(vi) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berfungsi untuk mengurangi penghasilan bruto, agar
diperoleh nilai Penghasilan Kena Pajak yang akan dihitung sebagai objek pajak penghasilan milik
wajib pajak.
Pada contoh ini WP sudah menikah dan memiliki 3 tanggungan anak, namun karena suami WP
menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP WP Sita adalah PTKP untuk dirinya sendiri
(TK/0).
(vii) Penghasilan Kena Pajak harus dibulatkan ke bawah hingga nominal ribuan penuh, atau 3 angka
di belakang (ratusan rupiah) adalah 0. Contoh: 56.901.200,00 menjadi 56.901.000,00.
Contoh Pengitungan PPh OP sebagai pengusaha pribadi salah satunya adalah memikil kegiatan
usaha bengkel :
1. PPh Pasal 21
Pengusaha bengkel, baik orang pribadi maupun badan harus melakukan pemotongan PPh Pasal 21
atas gaji, honor dan imbalan sejenisnya kepada para pegawai bengkel. Pegawai bengkel biasanya
terdiri dari dua jenis pegawai, yaitu mekanis/montir dan pegawai administrasi. Tata cara
pemotongan PPh Pasal 21 adalah sebagaimana diatur dalam PER-31/PJ/2012. Berikut ini diberikan
beberapa contoh:
a. Pemotongan PPh Pasal 21 montir
Tuan Endri memiliki sebuah bengkel di jalan Arjuna No. 25 dengan merk Endri Motor. Salah satu
karyawannya, Tuan Adin, setiap bulan kepadanya dibayarkan penghasilan sebagai berikut:
Gaji pokok Rp2.000.000,- sebulan
Komisi untuk setiap motor yang diperbaiki sebesar Rp15.000,- per motor. Selama bulan
Januari 2015 tercatat Tuan Adin telah memperbaiki motor sebanyak 60 motor
Tuan Adin belum menikah
Berdasarkan informasi di atas, penghitungan PPh Pasal 21 Tuan Adin adalah sebagai berikut:
Gaji Pokok sebulan Rp2.000.000,-
Komisi bulan Januari Rp900.000,-
Jumlah Penghasilan bruto sebulan Rp2.900.000,-
Pengurangan Biaya jabatan 5% x Rp2.900.000,- Rp145.000,-
Penghasilan neto sebulan Rp2.755.000,-
Penghasilan neto setahun Rp33.060.000,-
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) TK/0 Rp24.300.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp8.760.000,-
PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp8.760.000,- Rp438.000,-
PPh Pasal 21 terutang sebulan Rp438.000,-/12 Rp36.500,-
b. Pemotongan PPh Pasal 21 atas pegawai administrasi
Tuan Dimmy bekerja sebagai petugas administrasi pada bengkel Mitra Motor yang dikelola oleh PT
Krisna Sanjaya. Tugas Tuan Dimmy adalah mencatat pendaftaran service motor, dan melayani
pembayaran jasa bengkel maupun penjualan spare part motor. Setiap bulan kepada Tuan Dimmy
dibayarkan penghasilan berupa gaji pokok sebesar Rp1.500.000,-. Tidak ada penghasilan lain yang
dibayarkan kepada Tuan Dimmy. Tuan Dimmy belum menikah meski usianya telah menginjak senja
(*lho)
Berdasarkan informasi di atas, penghitungan PPh Pasal 21 Tuan Dimmy adalah sebagai berikut:
Gaji Pokok sebulan Rp1.500.000,-
Jumlah Penghasilan bruto sebulan Rp1.500.000,-
Pengurangan Biaya jabatan 5% x Rp1.500.000,- Rp75.000,-
Penghasilan neto sebulan Rp1.425.000,-
Penghasilan neto setahun Rp17.100.000,-
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) TK/0 Rp24.300.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp0,-
PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp8.760.000,- Rp0,-
PPh Pasal 21 terutang sebulan Rp438.000,-/12 Rp0,-
Mengingat penghasilan Tuan Dimmy masih di bawah PTKP, kepada Tuan Dimmy tidak dilakukan
pemotongan PPh Pasal 21.
c. Pemotongan PPh Pasal 21 atas THR/Bonus
Melanjutkan contoh pada huruf a, misalnya pada bulan Januari 2015, kepada Tuan Adin selain
dibayarkan penghasilan sebagaimana diatas, dibayarkan pula bonus kinerja selama tahun 2014
sebesar Rp2.500.000,-
Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas bonus tersebut, langkah-langkahnya adalah:
• Hitung PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus setahun/disetahunkan
sebesar Rp100.000.000,- untuk service rutin kendaraan operasional PT Zakia Lestari. PT Angga
Wicaksana memiliki peredaran bruto di atas Rp4,8 miliar, sehingga tidak menghitung pajaknya
dengan menggunakan PP No 46/2013. Maka atas pembayaran yang dilakukan PT Zakia Lestari
kepada PT Angga Wicaksana harus dipotong PPh Pasal 23 sebesar 2%, yaitu:
2% x Rp100.000.000,- = Rp2.000.000,-
3. PPh Pasal 25
PPh Pasal 25 merupakan angsuran PPh yang terutang selama satu tahun pajak. Normalnya, PPh
Pasal 25 dihitung berdasarkan jumlah PPh yang terutang selama setahun pada tahun kemarin.
Namun dalam hal-hal tertentu PPh Pasal 25 dihitung dengan cara yang berbeda, misalnya PPh Pasal
25 bagi Wajib Pajak yang baru pertama kali memperoleh penghasilan, atau bagi Wajib Pajak
perbankan, dll.
Contoh:
PT Rujukan Semesta, berdasarkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh tahun 2014, terutang
PPh sebesar Rp12.000.000,- selama setahun. PPh tersebut dihitung dari penghasilan teratur yang
diperoleh PT Rujukan Semesta selama tahun 2014. Maka PPh Pasal 25 tahun 2015 yang akan
terutang mulai masa April 2015 adalah:
1/12 x Rp12.000.000,- = Rp1.000.000.-
Dalam hal PT Rujukan Semesta pada tahun 2015 menghitung pajaknya menggunakan PP No 46/2013,
maka PPh Pasal 25 cukup dilaporkan nihil.
4. PPh Pasal 4 ayat (2)
Apabila bengkel (baik dikelola perseorangan maupun dikelola perusahaan yang telah beroperasi
komersial lebih dari 1 tahun) memiliki peredaran bruto kurang dari Rp4,8 miliar setahun sebelumnya,
maka bengkel harus menghitung pajaknya dengan menggunakan PP No 46/2013 yaitu 1% dari setiap
peredaran bruto setiap bulannya di setiap tempat kegiatan usaha. Pajak ini bersifat final, sehingga
dikenakan langsung dari peredaran usaha/omset tanpa memperhatikan beban yang dikeluarkan
oleh bengkel. Contoh:
Didik Motor merupakan bengkel yang dikelola oleh Tuan Sanda. Selama tahun 2014 peredaran dari
jasa service dan penjualan spare part yang dilakukan tidak melebihi Rp4,8 miliar setahun. Sehingga
mulai Januari 2015, Didik Motor harus menghitung pajaknya dengan menggunakan PP No 46/2013.
Selama Januari 2015, peredaran usaha dari jasa service sebesar Rp200.000.000,- dan penjualan
sparepart sebesar Rp50.000.000,- sehingga total penghasilan yang diterima Didik Motor selama
Januari 2015 adalah sebesar Rp250.000.000,-
Maka PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus disetor adalah 1% x Rp250.000.000,- = Rp2.500.000,-
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 25 ayat (7)
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 tentang Penghitungan Besarnya
Angsuran Pajak Penghasilan Dalam Tahun Pajak Berjalan Yang Harus Dibayar Sendiri Oleh Wajib
Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, Wajib Pajak Masuk Bursa dan Wajib Pajak Lainnya yang berdasarkan Ketentuan
Diharuskan Membuat Laporan Keuangan Berkala Termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi
Pengusaha Tertentu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
208/PMK.03/2009
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2010 tentang Pelaksanaan Pengenaan
Pajak Penghasilan Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
(Aturan tersebut di atas dapat diunduh di http://ortax.org/ortax/?mod=aturan)
A. Pengertian Wajib Pajak Pengusaha Tertentu
Yang dimaksud dengan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP OPPT) adalah
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai pedagang pengecer yang
mempunyai 1 (satu) atau lebih tempat usaha. Pedagang pengecer adalah orang pribadi yang
melakukan penjualan barang baik secara grosir maupun eceran; dan/atau penyerahan jasa.
Besarnya angsuran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 untuk WP OPPT ditetapkan sebesar
0,75% dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha tersebut.
Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 tersebut dilakukan melalui Bank Persepsi atau Bank
Devisa Persepsi atau Kantor Pos Persepsi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang
mencantumkan NPWP masing-masing tempat usaha. Pembayaran angsuran PPh Pasal 25
tersebut bersifat tidak final yaitu merupakan kredit pajak atas Pajak Penghasilan yang
terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan.Jatuh tempo pembayaran PPh Pasal 25
adalah paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Misalnya lagi Tn Y mempunyai tempat tinggal di wilayah KPP A dan tempat usaha sebagai
Pedagang Pengecer di wilayah KPP B maka Tn Y wajib mendaftarkan NPWP di KPP A sebagai
NPWP domisili dan juga mendaftarkan NPWP di KPP B sebagai NPWP Cabang/ NPWP Lokasi.
Di KPP A Tn Y tidak memiliki kewajiban PPh Pasal 25 sedangkan di KPP B Tn Y memiliki
kewajiban PPh Pasal 25.Pembayarannya adalah 0,75% dari peredaran
bruto/omzet/penjualan kotor/pendapatan kotor. Sedangkan pelaporan SPT Tahunan
dilakukan di KPP A.
Misalnya, ada lagi Tn Z mempunyai tempat tinggal di KPP A, mempunyai 2 tempat usaha
sebagai Pedagang Pengecer di KPP B dan 1 tempat usaha di wilayah KPP C maka di KPP A Tn
Z diterbitkan NPWP Domisili, tidak ada kewajiban PPh Pasal 25. Di KPP B diterbitkan 2 NPWP
Cabang atas masing-masing tempat usaha, memiliki kewajiban PPh Pasal 25 sebesar 0,75%
dari peredaran bruto dari masing-masing tempat usaha. Di KPP C diterbitkan 1 NPWP
Cabang atas 1 tempat usaha, PPh Pasal 25 sebesar 0,75% dari peredaran bruto.
E. Sanksi
Pembayaran PPh Pasal 25 yang dilakukan:
2. setelah tanggal jatuh tempo pembayaran tetapi belum melewati batas akhir pelaporan, dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a) Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; atau
3. setelah tanggal jatuh tempo pembayaran dan pelaporan, dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a) dan denda sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009.