Anda di halaman 1dari 177

SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 3

Hukum Keuangan Negara


A. Pengertian dan istilah istilah hukum keuangan negara dalam undang-undang
1. Kronologi peraturan perundangan di bidang keuangan negara.
 Secara kronologis keberadaan peraturan perundangan di bidang Keuangan Negara adalah
dirunut sejak Indonesia menyatakan kemerdekaannya, peraturan perundangan tersebut terdiri
dari Indische Comptabiliteitswet (ICW), Indische Bedrijvenwet (IBW) dan Reglement voor het
Administratief Beheer (RAB). ICW ditetapkan pada tahun 1864 dan mulai berlaku tahun 1867,
Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 No. 419 jo. Stbl. 1936 No. 445 dan Reglement voor het
Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 No. 381.
 Berdasarkan pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 (pra amandemen) disebutkan bahwa :
“Segala badan Negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-undang dasar ini”
Sehingga peraturan-perundangan pada masa kolonial seperti
o ICW
o IBW
o RAB
dinyatakan masih tetap berlaku.
 Hal ini mengandung makna bahwa sebelum diberlakukannya paket UU di bidang Keuangan
Negara pada tahun 2005, Indonesia secara praktis masih menggunakan ICW, IBW, RAB, IAR dsb
dengan beberapa perubahannya. Misalnya ICW disahkan dengan (terakhir) UU No.9 Tahun
1968 tentang Undang-undang Perbendaharaan Indonesia

2. Dasar hukum berlakunya hukum keuangan negara


 Rujukan Dasar Hukum berlakunya Hukum Keuangan Negara yang utama adalah Undang-
undang Dasar 1945. Pada Bab VIII Hal Keuangan, pada pasal 23 dinyatakan: “Anggaran
pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan
setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.(psl 23 ayat 1)
 Dan juga dijelaskan bahwa
“Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang” (pasal 23C)

“Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara tahun yang lalu”(psl 23 ayat 3)

3. Undang undang di bidang keuangan negara


 Beberapa ketentuan di bidang pengelolaan keuangan negara yang perlu diketahui adalah
sebagai berikut:
 UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara
 UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
 UU No. 25/2004 tentang pemeriksaan dan pertanggung jawaban pengelolaan keuangan
negara
 UU APBN
 UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 Keppres 80/2003 tentang pengedaan barang /jasa instansi pemerintah, PP No. 8 /2006
tentang Revisi Keppres 80/2003 , terakhir Perpres No. 54/2010
 PP 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
 PP 21/ 2004 tentang RKA-KL A

4. Pengertian Keuangan Negara


a. Menurut Van Der Kamp
Keuangan Negara adalah semua hak yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula
segala sesuatu baik berupa uang atau barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan
dengan hak-hak tersebut.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 4

b. Menurut M. Ichwan
Keuangan negara adalah rencana kegiatan secara kuantitatif (dengan angka-angka
diantaranya diwujudkan dalam jumlah mata uang), yang akan dijalankan untuk masa
mendatang lazimnya atu rahun mendatang.
c. Menurut Geodhart
Keuangan negara merupakan keseluruhan undang-undang yang ditetapkan secara
periodik yang memberikan kekuasaan pemerintah untuk melaksanakan pengeluaran mengenai
periode tertentu dan melanjutkan alat pembiayaan yang diperluka untuk menutup
pengeluaran tersebut.
d. Menurut Glen A. Welsch
Keuangan negara adalah suatu bentuk statement dari rencana dan kebijaksanaan
manajemen yang dipakai dalam suatu periode tertentu sebagai petunjuk dalam periode
tersebut.
e. Menurut Otto Eckstein
Keuangan negara adalah bidang yang mempelajari akibat-akibat dari anggaran belanja
negara atas ekonomi, khususnya akibat dari dicapainya tujuan-tujuan ekonomi yang pokok,
pertumbuhan , kemantapan, keadilan dan efisiensi. Juga dipelajari tentang ”bagaimana
seharusnya” : andaikata kita ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti misalnya
pertumbuhan yang lebih cepat atau distribusi pendapatan yang lebih adil, kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang bagaimanakah yang akan dapat mengarah ke tujuan-tujuan itu?
f. Menurut M. Subagio
Keuangan negara terdiri atas hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya itu.
g. Menurut Arifin P. Soeria Atmadja
Keuangan negara dalam arti luas meliputi APBN, APBD, keuangan negara pada Perjan,
Perum, dan sebagainya, sedangkan definisi keuangan negara dalam arti sempit hanya meliputi
setiap badan hukum yang berwenang mengelola dan mempertanggungjawabkannya.
h. Menurut M. Hadi
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu, baik uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara,
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban dimaksud.
i. Menurut A.Hamid S. Attamimi
Keuangan negara tidak hanya bersumber dari APBN saja, akan tetapi juga meliputi
keuangan negara yang berasal dari APBD, BUMN maupun BUMD dan pada hakekatnya seluruh
harta kekayaan negara merupakan keuangan negara.
j. Menurut UU No. 17 Tahun 2003.
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
5. Pengertian Perusahaan Milik Negara/ Daerah
 Adalah perusahaan yang didirikan dengan seluruh atau sebagian besar modalnya ( minimal
51%) berasal dari negara atau daerah.
6. Pengertian APBN
 APBN adalah rencana kerja keuangan pemerintah negara yang disetujui oleh DPR untuk
jangka waktu tertentu.
7. Pengertian Pendapatan, Penerimaan, Belanja, dan Pembiayaan
 Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih
 Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih
 Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih
 Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih
 Penerimaan negara adalah uang yang masuk kekas negara

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 5

 Penerimaan daerah adalah uang yang masuk kekas daerah


 Pembiayaan adalah setiap pengeluaran yang akan diterima kembali atau setiap pemeriamaan
yang perlu dibayar kembali pada tahun anggaran berikutnya
8. Pengertian Tahun Anggaran
 Tahun anggaran adalah tahun pelaksanaannya dari suatu anggaran yang telah ditetapka
bersama pemerintah dengan DPR. Saat ini tahun anggaran sama dengan tahun fiskal yaitu
dimulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun yang berjalan .
9. Pengertian Surplus Penerimaan
 Surplus penerimaan adalah keadaan dimana pendapatna negara lebih besar dari belanja
negara, dimana dengan surplus ini dapat di gunakan untuk pembiayaan suatu negara.
10. Reformasi Keuangan Negara
 Sebelum tahun 2003, keuangan negara indonesia masih menggunakan ketentuan
perundangan peninggalan bekolonial belanda yang masih berlaku menurut aturan peralihan
UUD 1945. Peraturan peninggalan belanda tersebut antara lain :
1. Indische Comptabiliteitswet, biasa disingkat ICW stbl 1925 No. 448.
2. Indische Bedrijvenwet, biasa disingkat IBW stbl 1927 No. 419.
3. Regleme voorhet Administratief Beheer, biasa disingkat RAB stbl 1933 No. 381.
 Sedangkan untuk pemeriksaan pertanggung jawaban keuangan negara juga masih
menggunakan peraturan perundangan belanda yaitu instructie en verdere bepalingen voor de
algemeene Rekenkamer, biasa disingkat IAR stbl 1933 No. 320.
 Peraturan perundangan yang lama tersebut tidak lagi dipakai karena dianggap tidak lagi
mampu mengikuti dinamika perkembangan kenegaraan di indonesia. oleh karena itu, meski
secara formal paket perundangan peninggalan belanda tersebut masih berlaku, tetapi secara
materiil sebagian dari ketentuan lama tidak lagi digunakan.
 Beberapa hal yang menjadi dasar diberlakukan peraturan perundang-undangan yang baru
sebagai pengganti peraturan perundang-undangan belanda yang lama adalah adanya
beberapa kelemahan yang timbul dari perangkat perundangan-undangan lama tersebut,
antara lain;
 kelemahan di bidang peraturan perundang-undangan
 kelemahan di bidang perencanaan dan penganggaran
 kelemahan di bidang perbendaharaan
 kelemahan di bidang auditing.
 Kelemahan tersebut sebenarnya memang sudah dirasakan sebelumnya, tetapi
penggunaannya masih dilakukan karena solusi yang ditemukan masih bersifat parsial.
 Kelemahan yang ada dalam aturan lama ditutup dengan membuat aturan baru yang dibuat
khusus untuk mengganti pasal dari aturan lama yang menyebabkan kelemahan. aturan yang
lama masih tetap berlaku, tetapi khusus untuk pasal yang diamandemenkan berlaku
ketentuan yang baru dan pada saat tahun 2003-2004 pemerintah melakukan perombakan
peraturan keuangan negara dengan mengganti seluruh peraturan yang lama dan pada tahun
tersebut bersama dengan DPR mengeluarkan satu paket peraturan perundang-undangan
bidang keuangan yang terdiri dari :
 UU No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara.
 UU No. 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara.
 UU No. 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 6

A. Struktur Tata Kerja

Presiden Republik
Indonesia
CEO

Dikuasakan Diserahkan
Dikuasakan

Menteri Keuangan Kementerian/Lembaga Gubernur (Daerah 1)


CFO COO Bupati/Walikota
Bendahara Umum Negara Pengguna Anggaran / (Daerah 2)
Barang (PA/B)

Dikuasakan Dikuasakan

Kepala KPPN Satuan Kerja


Kuasa Bendahara Umum Kuasa Pengguna Anggaran
Negera ~KPA~

Keterangan :
1. CEO : Chief Eksekutif Officer
2. CFO : Chief Financial Officer
3. COO : Chief Operating Officer
4. Dikuasakan : Tanggungjawab masih dipegang pemberi kuasa.
5. Diserahkan : Tanggungjawab diserahkan.

BAB II KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


Pasal 6 Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(1) Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara
sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.
(2) Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) :
a. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah
dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;
b. Dikuasakan kepada meneteri/pimpinan lemabaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinya;
c. Diserahkan kepada Gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah
untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
d. Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain
mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.

Dalam pasal ini terdapat kata kata bahwa Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan
Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisah. Jika dihubungkan dengan pasal
2 huruf g “kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah”. Maksudnya Menteri
Keuangan sebagai Wakil Pemerintah menjadi pemilik kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara atau dalam hal ini disebut BUMN. Hal ini karena kekayaan dari perusahaan negara (BUMN)
juga menjadi kompenen dalam penerimaan negara kategori Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
B. Ruang lingkup dan Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara
1. Fungsi presiden sebagai pemegang kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara
Presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan( pasal 6 UU No. 17/2003)

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 7

 Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi,
dan prioritas dalam pengelolaan APBN, antara lain penetapan pedoman pelaksanaan
dan pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan rencana kerja
kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dan tunjangan, serta pedoman
pengelolaan Penerimaan Negara.
 Kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusan/ kebijakan teknis yang berkaitan
dengan pengelolaan APBN, antara lain keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan
APBN, keputusan rincian APBN, keputusan dana perimbangan, dan penghapusan aset
dan piutang negara.

2. Pengertian kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara


 Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan
bernegara. (antara laindirekam dalam bunyi pasal 7 ayat 1 UU 17 Th 2003 ttg Keu Neg)
 Tujuan bernegara tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 :”……….melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…..”
 Tujuan Negara (tujuan bernegara) yang tercermin dalam pembukaan UUD 1945 tersebut
yakni “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa” diperlukan
adanya biaya atau dana yang memadai, karena wujud “perlindungan bangsa” tersebut
bisa berupa peningkatan anggaran “Hankam” maupun “Kepolisian”; begitu juga wujud
“mencerdaskan kehidupan bangsa” dapat berupa peningkatan anggaran “pendidikan”
dsb.
 Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (diatas) setiap tahun disusun APBN dan APBD.

3. Pengertian Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Daerah


 Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara oleh Presiden sebagian diserahkan kepada
gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola
keuangan daerah dan mewakili pemerintah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan.
4. Hukum Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan dan Tujuan Bernegara
Tercermin dalam pasal 2 dan pasal 7 ayat 1 UU 17 Tahun 2003 . Hal ini karena tujuan
bernegara sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 , hanya dapat
direalisasikan melalui tugas layanan umum pemerintahan yang dijalankan melalui
kekuasaan atas pengelolaan keuangan negera.

5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


a. Pengertian kebijakan anggaran/ kebijakan fiskal
Suatu instrumen kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam rangka memengaruhi
tingkat kegiatan ekonomi melalui pengendalian pajak dan pengeluaran pemerintah
b. Fungsi, Asas-asas, Prinsip-Prinsip dan Klarifikasi Anggaran.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,
dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi
kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus
penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun
anggaran berikutnya.
 Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan,
Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
 Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila
suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat
membuat rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 8

Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk


menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat
untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk
keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak.
 Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan
efesiensi dan efektivitas perekonomian.
 Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
 Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian
 Asas asas yang digunakan dalam suatu anggaran adalah sebagai berikut:
1. Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.
2. Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
3. Penajaman prioritas pembangunan
4. Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara
 Prinsip dalam suatu anggaran adalah sebagai berikut:
Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada tiga, yaitu:
1. Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran.
2. Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
3. Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan
denda.
Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah:
a. Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.
b. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.
c. Semaksimah mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.

c. Penyusunan, Perencanaan dan Penetapan APBN (Sispena, RKP, RKA-KL)


Ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN/APBD dalam UU No. 17
Tahun 2003 meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah,
penegasan peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan
anggaran, pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran,
penyempurnaan klasifikasi anggaran, penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka
pengeluaran jangka menengah dalam penyusunan anggaran.Anggaran adalah alat
akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen kebijakan
ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan
bernegara.

Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut perlu
dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses
penyusunan dan penetapan anggaran sebagai penjabaran aturan pokok yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Sehubungan dengan itu, dalam UU No. 17 Tahun 2003 ini disebutkan bahwa belanja
negara dan belanja daerah dirinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program,
kegiatan, dan jenis belanja. Hal tersebut berarti bahwa setiap pergeseran anggaran
antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja harus mendapat
persetujuan DPR/DPRD.Masalah lain yang tidak kalah pentingnya dalam upaya
memperbaiki proses penganggaran di sektor publik adalah penerapan anggaran
berbasis prestasi kerja. Mengingat bahwa sistem anggaran berbasis prestasi kerja/hasil
memerlukan kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi serta untuk menghindari
duplikasi dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 9

negara/lembaga/perangkat daerah, perlu dilakukan penyatuan sistem akuntabilitas


kinerja dalam sistem penganggaran dengan memperkenalkan sistem penyusunan
rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/perangkat daerah.Dengan
penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga/perangkat daerah
tersebut dapat terpenuhi sekaligus kebutuhan akan anggaran berbasis prestasi kerja
dan pengukuran akuntabilitas kinerja kementerian/lembaga/perangkat daerah yang
bersangkutan.Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran
berbasis kinerja di sektor publik, perlu pula dilakukan perubahan klasifikasi anggaran
agar sesuai dengan klasifikasi yang digunakan secara internasional. Perubahan dalam
pengelompokan transaksi pemerintah tersebut dimaksudkan untuk memudahkan
pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, memberikan gambaran yang objektif dan
proporsional mengenai kegiatan pemerintah, menjaga konsistensi dengan standar
akuntansi sektor publik, serta memudahkan penyajian dan meningkatkan kredibilitas
statistik keuangan pemerintah.

Sebelum diberlakukannya UU No. 17 Tahun 2003, anggaran belanja pemerintah


dikelompokkan atas anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan.
Pengelompokan dalam anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan
yang semula bertujuan untuk memberikan penekanan pada arti pentingnya
pembangunan dalam pelaksanaannya telah menimbulkan peluang terjadinya duplikasi,
penumpukan, dan penyimpangan anggaran.Sementara itu, penuangan rencana
pembangunan dalam suatu dokumen perencanaan nasional lima tahunan yang
ditetapkan dengan undangundang dirasakan tidak realistis dan semakin tidak sesuai
dengan dinamika kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dalam era globalisasi.

Perkembangan dinamis dalam penyelenggaraan pemerintahan membutuhkan


sistem perencanaan fiskal yang terdiri dari sistem penyusunan anggaran tahunan yang
dilaksanakan sesuai dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term
Expenditure Framework) sebagaimana dilaksanakan di kebanyakan negara maju.

Walaupun anggaran dapat disusun dengan baik, jika proses penetapannya


terlambat akan berpotensi menimbulkan masalah dalam pelaksanaannya. Oleh karena
itu, dalam undang-undang ini diatur secara jelas mekanisme pembahasan anggaran
tersebut di DPR/DPRD, termasuk pembagian tugas antara panitia/komisi anggaran dan
komisi-komisi pasangan kerja kementerian negara/lembaga/perangkat daerah di
DPR/DPRD.

d. Kebijakan APBN (Unified Budget) dan Pilar-Pilarnya


Kebijakan APBN (Unified Budget, PBK, KPJM )
Penganggaran Terpadu (unified budget) : pendekatan penganggaran yang
dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di
lingkungan K/L untuk menghasilkan dokumen RKA-KL sesuai dengan klasifikasi
anggaran menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) : Penerapan PBK pada dasarnya mengubah
pola pengalokasian anggaran dari semula berbasis input menjadi berbasis output
sehingga fokus pengukuran kinerja thd Program/Kegiatan juga akan bergeser dari
semula didasarkan atas besarnya jumlah alokasi sumber daya menjadi hasil yang
dicapai dari penggunaan sumber daya.
Kerangka Pembangunan Jangka Menengah (KPJM) Secara umum penyusunan
KPJM yang komprehensif memer-lukan suatu tahapan proses penyusunan
perencanaan jangka menengah meliputi: penyusunan kerangka asumsi makro,
penetapan target-target fiskal, total resource envelopes, pendistribusian total pagu
belanja masing-masing K/L, dan penjabaran pengeluaran K/L ke masing-masing
Program dan Kegiatan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 10

PERTEMUAN 5

1. Pegertian Kebijakan Anggaran/Kebijakan Fiskal

 Kebijakan fiskal sering didefinisikan sebagai pengelolaan anggaran pemerintah untuk


mempengaruhi suatu perekonomian, termasuk kebijakan perpajakan yang dipungut dan
dihimpun, pembayaran transfer, pembelian barang-barang dan jasa-jasa oleh pemerintah,
serta ukuran defisit dan pembiayaan anggaran, yang mencakup semua level pemerintahan
(Govil, 2009).

 Kebijakan fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk mengelola pengeluaran dan


perpajakan atau penggunaan instrumen-instrumen fiskal untuk mempengaruhi bekerjanya
sistem ekonomi agar memaksimumkan kesejahteraan ekonomi (Tanzi, 1991).

 Kebijakan fiskal merupakan instrumen Pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian


dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat, melalui pengelolaan APBN yang
optimal. (Nota Keuangan & RAPBN 2015)

Kebijakan Fiskal vs Kebijakan Moneter

 Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun
kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.

 Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar
dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar
dalam perekonomian.

 Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya
peningkatan output keseimbangan.

Hubungan Kebijakan Fiskal dengan Keuangan Negara

 Kebijakan fiskal adalah salah satu perangkat kebijakan ekonomi makro dan merupakan
kebijakan utama pemerintah yang diimplementasikan melalui APBN.

 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka
dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (UUD 1945)

 APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR.
(UU 17/2003)

 Pemerintah menyusun APBN setiap tahun dalam rangka penyelenggaraan fungsi


pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara.

Fungsi Kebijakan Fiskal

 Tujuan Kebijakan Fiskal (Tanzi, 1991) :

1. Koreksi atas ketidakseimbangan sementara,

2. Stimulasi terhadap pertumbuhan ekonomi, dan

3. Redistribusi pendapatan.

 Fungsi Kebijakan Fiskal (Musgrave, 1959) :

1. Alokasi

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 11

 Pemerintah melakukan intervensi terhadap perekonomian dalam


mengalokasikan sumber daya ekonominya

2. Distribusi

 Berkaitan dengan bagaimana barang-barang yang diproduksi oleh


masyarakat didistribusikan diantara anggota-anggotanya, berkaitan
dengan isu-isu seperti pemerataan

3. Stabilisasi

 Tanggung jawabnya adalah menjamin perekonomian tetap pada


kesempatan kerja penuh (full employment) dengan harga yang stabil.

2. Fungsi, Asas-asas, Prinsip-prinsip dan Klarifikasi Anggaran

Fungsi APBN menurut UU 17/2003

 Pasal 3 ayat (4) UU 17/2003 : APBN/APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan,


pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.

 Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

 Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

 Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.

 Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas
perekonomian.

 Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan.

 Fungsi stabilitasasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Klasifikasi Anggaran :

a. Klasifikasi Menurut Organisasi : merupakan pengelom-pokan alokasi anggaran belanja


sesuai dengan struktur organisasi Kementerian Negara/Lembaga (K/L). Yang dimaksud
organisasi adalah K/L yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan UUD
1945 dan/atau peraturan perundangan yang berlaku.

Kriteria pembentukan Bagian Anggaran (BA) :

1. Pada prinsipnya sebuah BA diberikan kepada organisasi atau lembaga negara yang
dibentuk untuk melaksanakan salah satu fungsi pemerintahan atau melaksanakan
tugas khusus dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden;
2. Dasar hukum pembentukannya (berupa UU, PP, Perpres) yang menyatakan bahwa
pimpinan organisasi atau lembaga berkenaan ditetapkan sebagai Pengguna
Anggaran;
3. Pengguna Anggaran merupakan pejabat setingkat Menteri/ Pimpinan Lembaga
Pemerintahan Non Kementerian (LPNK);

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 12

4. Unit kesekretariatan yang dibentuk untuk membantu pelaksanaan tugas-tugas


lembaga dimaksud setingkat eselon I dan memiliki entitas yang lengkap (unit
perencanaan, pelaksana, pengawasan, pelaporan dan akuntansi) serta telah ada
penetapan dari Kantor MENPAN; Struktur organisasi yang telah ditetapkan sudah
ada pejabat yang definitif;
5. Sumber dana untuk membiayai pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang menjadi
tanggung jawabnya seluruhnya/sebagian berasal dari APBN;
6. Usulan sebagai BA mendapat persetujuan dari K/L induknya termasuk pengalihan
anggaran yang dialokasikan dari K/L yang bersangkutan.

Kriteria pembentukan Satker sebagai KPA:

1. Memiliki unit-unit yang lengkap sebagai suatu entitas (unit perencanaan, pelaksana,
pengawasan, pelaporan dan akuntansi)  merupakan syarat wajib;
2. Lokasi satker yang bersangkutan berada pada propinsi/ kabupaten/kota yang
berbeda dengan kantor pusatnya;
3. Karakteristik tugas/kegiatan yang ditangani bersifat kompleks/spesifik dan
berbeda dengan kantor pusatnya;
4. Volume kegiatan dan anggaran yang dikelola relatif besar.
5. Adanya penugasan secara khusus dari Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna
Anggaran Eselon I satker yang bersangkutan.

b. Klasifikasi Menurut Fungsi : merupakan pengelompokan alokasi anggaran belanja menurut


fungsi dan sub fungsi yang mencerminkan tugas-tugas pemerintahan.

 Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang


dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Klasifikasi fungsi
yang digunakan dalam APBN terdiri dari 11 (sebelas) fungsi.

 Sub fungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi dan terinci ke dalam 79
(tujuh puluh sembilan) sub fungsi.

 Penggunaan fungsi dan sub fungsi bagi sebuah K/L disesuaikan dengan karakteristik
tugas dan fungsi masing-masing K/L.

 Mulai tahun 2011, penghitungan alokasi anggaran untuk sebuah Fungsi atau Sub
Fungsi dikaitkan dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing K/L,
sehingga suatu program yang terdiri dari beberapa Kegiatan dapat menggunakan
lebih dari satu fungsi.

Klasifikasi Menurut Fungsi

1. Pelayanan Umum Pemerintahan;


2. Pertahanan;
3. Hukum, Ketertiban dan Keamanan;
4. Ekonomi;
5. Lingkungan Hidup;
6. Perumahan dan Pemukiman;
7. Kesehatan;
8. Pariwisata dan Budaya;
9. Agama;
10. Pendidikan;
11. Perlindungan Sosial.

c. Klasifikasi Menurut Ekonomi : merupakan pengelom-pokan alokasi anggaran belanja


menurut jenis belanja sesuai dengan karakteristik transaksi dan peruntukannya.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 13

 Klasifikasi menurut jenis belanja digunakan dalam dokumen penganggaran baik dalam
proses penyusunan anggaran, pelaksanan anggaran, dan
pertangungjawaban/pelaporan anggaran. Dalam rangka penyusunan anggaran, tujuan
penggunaan jenis belanja dimaksudkan untuk mengetahui pendistribusian alokasi
anggaran kedalam jenis–jenis belanja  postur APBN.
 Dalam penyusunan RKA-KL, penggunaan jenis belanja mengacu pada PMK tentang
Bagan Akun Standar (BAS) termasuk tambahan dan penyempurnaannya serta
penjelasan teknis sesuai dengan Buletin Teknis yang dikeluarkan oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintah (KSAP).
 Jenis-jenis belanja yang digunakan dalam penyusunan RKA-KL terdiri dari : belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bantuan sosial, bunga utang, subsidi,
belanja hibah, dan belanja lain-lain.
Klasifikasi menurut jenis
1. Belanja Pegawai;
2. Belanja Barang dan jasa;
3. Belanja Modal;
4. Bunga;
5. Subsidi;
6. Hibah;
7. Bantuan Sosial;
8. Belanja Lain-Lain.

Jenis Belanja

 Belanja Pegawai
Belanja Pegawai merupakan pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap
pegawai baik dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada
pegawai pemerintah dalam maupun luar negeri baik kepada pejabat negara, PNS
dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS
sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam rangka mendukung
tugas fungsi unit organisasi pemerintah selama periode tertentu, kecuali pekerjaan
yang berkaitan dengan pembentukan modal.
 Belanja Barang
Belanja Barang merupakan pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan
jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan
maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk
diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.
Belanja ini terdiri dari belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan, belanja
perjalanan dinas, belanja barang BLU dan belanja barang untuk diserahkan kepada
masyarakat.
 Belanja Modal
Belanja Modal merupakan pengeluaran anggaran dalam rangka memperoleh atau
menambah aset tetap dan/atau aset lainnya yang memberi manfaat ekonomis
lebih dari satu periode akuntansi (12 bulan) serta melebihi batasan nilai minimum
kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.
Aset Tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan suatu satuan kerja
atau dipergunakan oleh masyarakat umum/publik serta akan tercatat di dalam
Neraca satker K/L.
 Belanja Pembayaran Bunga Utang/Kewajiban
Pembayaran Bunga Utang/Kewajiban merupakan pengeluaran pemerintah untuk
pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok
utang (principal outstanding) baik utang dalam maupun luar negeri yang dihitung
berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka panjang.
Selain itu belanja pembayaran bunga utang juga dipergunakan untuk pembayaran
denda/biaya lain terkait pinjaman dan hibah dalam maupun luar negeri, serta
imbalan bunga.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 14

Jenis belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran BUN
 Belanja Bantuan Sosial
Bantuan Sosial merupakan Pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa
yang diberikan oleh Pemerintah kepada masyarakat guna melindungi dari
kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi
dan/atau kesejahteraan masyarakat.
 Belanja Lain-lain
Belanja Lain-lain merupakan pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat
pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan ke dalam pos-pos pengeluaran diatas.
Pengeluaran ini bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga
lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan
pemerintah, bersifat mendesak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.

3. Tiga Pilar Sistem Penganggaran

1. Penganggaran Terpadu (unified budget) : pendekatan penganggaran yang dilakukan


dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan K/L
untuk menghasilkan dokumen RKA-KL sesuai dengan dengan klasifikasi anggaran menurut
organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
 Pengintegrasian seluruh proses perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar
tidak terjadi duplikasi dalam penyediaan dana untuk K/L baik yang bersifat investasi
maupun untuk keperluan biaya operasional.
 Dapat mewujudkan Satker sebagai satu-satunya entitas akuntansi yang bertanggung
jawab terhadap aset dan kewajiban yang dimilikinya, serta adanya akun yang standar
(dahulu dikenal sebagai MAK) untuk satu jenis belanja.
 Penyusunan RKA-KL untuk tahun 2011 menggunakan hasil restrukturisasi program
dan kegiatan serta penataan bagian anggaran dan satker sebagai pengelola anggaran
dalam kaitannya dengan klasifikasi anggaran menurut organisasi.
2. Penganggaran Berbasis Kinerja (performance based budgeting) : pendekatan
penganggaran yang dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan
dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan
keluaran tersebut.
 Penerapan PBK pada dasarnya mengubah pola pengalokasian anggaran dari semula
berbasis input menjadi berbasis output sehingga fokus pengukuran kinerja thd
Program/Kegiatan juga akan bergeser dari semula didasarkan atas besarnya jumlah
alokasi sumber daya menjadi hasil yang dicapai dari penggunaan sumber daya.
 Dalam pengalokasian anggaran untuk sebuah output kegiatan harus tergambar secara
jelas asumsi yang digunakan baik kuantitas dan kualitas komponen input yang
digunakan serta relevansi masing-masing komponen input sebagai tahapan dalam
rangka pencapaian output kegiatan.
 Untuk mengetahui tingkat capaian kinerja sebuah Program atau Kegiatan, maka perlu
dilakukan evaluasi kinerja dengan mengacu pada indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Indikator kinerja dapat berupa indikator input, indikator output atau
indikator outcome.
3. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (medium term expenditure framework) :
pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang
menimbulkan implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran.
 Secara umum penyusunan KPJM yang komprehensif memer-lukan suatu tahapan
proses penyusunan perencanaan jangka menengah meliputi: penyusunan kerangka
asumsi makro, penetapan target-target fiskal, total resource envelopes,
pendistribusian total pagu belanja masing-masing K/L, dan penjabaran pengeluaran
K/L ke masing-masing Program dan Kegiatan.
 Dalam penghitungan prakiraan maju, proses estimasi seringkali dipisah antara
kebijakan yang sedang berjalan (on going policies) dan prakiraan atas biaya dari
kebijakan baru (new policies).

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 15

 Dalam rangka penerapan KPJM, maka K/L harus memper-hatikan kebutuhan anggaran
untuk setiap output yang dihasilkan serta tetap menjaga keselarasan dengan target
dalam RPJMN dan Renstra K/L dan budget constraint untuk setiap tahun.

PERTEMUAN 6

HUBUNGAN ANTARA RENCANA STRATEGIS, RENCANA OPERASIONAL, DAN RENCANA KERJA DAN
ANGGARAN

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 16

Lampiran 3 – PP 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan RKA-KL

PROSES PERENCANAAN

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 17

SIKLUS PENYUSUNAN APBN

ALUR APBN

SIKLUS ANGGARAN

• Siklus anggaran (budget cyclus) adalah suatu masa peredaran atau perputaran dari suatu
anggaran, yaitu mulai dari proses persiapan sampai pelaksanaan dan perhitungannya.

• Menurut Harjono Sumosudirdjo :

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 18

Budget cyclus tidak lain ialah masa atau jangka waktu mulai saat anggaran disusun sampai
dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan undang-undang. Adapun tahapan-
tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan anggaran oleh Pemerintah

2. Pembahasan anggaran di DPR yang berakhir dengan pengesahan anggaran dengan


undang-undang

3. Pelaksanaan anggaran oleh Pemerintah

4. Pengawasan atas pelaksanaan anggaran

5. Pengesahan perhitungan anggaran dengan undang-undang.

Proses Penyusunan Pagu Indikatif

Pagu Indikatif adalah ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan kepada Kementerian/Lembaga
sebagai pedoman dalam penyusunan Renja K/L.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 19

Proses Penyusunan Pagu Anggaran

Pagu Anggaran K/L adalah batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada
Kementerian/Lembaga dalam rangka penyusunan RKA-K/L.

Proses Penyusunan Alokasi Anggaran

Alokasi Anggaran K/L adalah batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada
Kementerian/Lembaga berdasarkan hasil pembahasan Rancangan APBN yang dituangkan dalam
kesimpulan rapat kerja pembahasan rancangan APBN antara Pemerintah dan Dewan Perwakilan
Rakyat.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 20

SINKRONISASI PROGRAM/KEGIATAN DALAM RKA-KL

Keluaran dari masing-masing kegiatan dalam satu program harus secara sinergis mendukung
pencapaian hasil yang diharapkan dari program yang bersangkutan . PP No. 20 th 2004 Ttg RKP Pasal
8 ayat (2)

SINKRONISASI PROGRAM/KEGIATAN

 Penempatan program-program pada fungsi/subfungsi yang sesuai, misalnya semua program


pendidikan dan latihan ditempatkan pada Fungsi/Subfungsi Pendidikan;
 Penyesuaian/penambahan program-program kementerian negara/lembaga agar lebih
konsisten dengan tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga;
 Ditetapkannya Program Penyelenggaran Pimpinan Kepemerintahan dan Kenegaraan di
semua Kementerian Negara/Lembaga untuk menampung kegiatan eks Administrasi Umum;
 Penempatan kegiatan-kegiatan pada program yang benar-benar sesuai, sehingga
keluaran/output kegiatan akan menunjang tercapainya hasil/sasaran/output dari program;
 Nomenklatur kegiatan dan subkegiatan lebih sederhana yang sedapat mungkin
menggambarkan keluaran/output yang hendak dicapai;
 Dikelompokkannya kegiatan-kegiatan ke dalam (a) kegiatan yang terkait dengan program
tertentu dan (b) kegiatan yang dapat terkait dengan semua program.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 21

PRIORITAS DALAM PENYUSUNAN RKA-KL

 Program dan kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran Priotitas Pembangunan


Nasional dan/atau Prioritas Kementerian Negara/Lembaga.
 Kebutuhan anggaran yang bersifat mengikat
 Kebutuhan dana Pendamping untuk kegiatan-kegiatan yang anggarannya bersumber dari
pinjaman dan hibah luar negeri.
 Kebutuhan anggaran untuk kegiatan lanjutan yang bersifat tahun jamak (multi years)
 Penyediaan dana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan percepatan pemulihan pasca
konflik dan pasca bencana di berbagai daerah.

DASAR-DASAR PENGALOKASIAN

 Visi dan Misi kementerian negara/lembaga.


 Skala Prioritas. RKA-KL disusun berdasarkan skala prioritas dengan mengacu pada:
 Rencana Kerja Pemerintah (RKP) hasil pembahasan dgn DPR
 Pagu Sementara/Pagu Definitif
 Hasil Kesepakatan DPR dengan kementerian negara/lembaga
 Tupoksi unit organisasi kementerian negara/lembaga
 Pengalokasian anggaran kedalam kegiatan/subkegiatan dalam RKA-KL tidak dapat
mengakibatkan :
 pergeseran anggaran antar program
 pengurangan belanja mengikat
 perubahan pagu sumber pendanaan/sumber pembiayaan
(RM/PLN/HLN/PNBP)
yang ditetapkan dalam Surat Edaran Menteri Keuangan tentang Pagu Sementara.
 Perhitungan alokasi biaya didasarkan pada indeks satuan biaya yang ditetapkan.

PENGALOKASIAN MENURUT PROGRAM

 Program-program dikaitkan dengan fungsi/subfungsi yang sesuai, sehingga setiap program


berada pada subfungsi tertentu.
 Program-program dan alokasi anggarannya dalam Pagu Sementara tidak dapat ditambah
atau dikurangi, kecuali atas persetujuan/rekomendasi DPR-RI/ Ketua Komisi Mitra Kerja
kementerian negara/lembaga terkait yang ditunjukkan dengan dokumen tertulis.
 Alokasi anggaran pada masing-masing program tidak dapat digeser/diubah antar sumber
pendanaan/sumber pembiayaan
 Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan (Kode 000019)
adalah program yang dapat terkait dengan semua fungsi pada subfungsi lain-lain (Kode
0090), khususnya dalam rangka pengalokasian anggaran untuk belanja-belanja yang
sifatnya mengikat, sehingga kode program tersebut adalah xx 9019. Dalam program xx9019
tersebut dimungkinkan untuk adanya kegiatan-kegiatan/belanja-belanja yang tidak
mengikat.

PENGALOKASIAN MENURUT KEGIATAN

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 22

PERTEMUAN 7

PERBENDAHARAAN NEGARA

 Dasar Hukum
1. UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
2. PMK No 190/PMK.05 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan APBN

• Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara,


termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.

• Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan
selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar
seluruh pengeluaran negara.

• Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang negara yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh
penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.

• Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh
gubernur/bupati/walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar
seluruh pengeluaran daerah.

• Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang
ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 23

• Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat dan/atau hak
Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.

• Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Daerah dan/atau
hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat
lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.

• Utang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Pusat dan/atau kewajiban
Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.

• Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Daerah dan/atau kewajiban
Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.

• Ruang lingkup Perbendaharaan Negara

a. pelaksanaan pendapatan dan belanja negara;


b. pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah;
d. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara;
e. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran daerah;
f. pengelolaan kas;
g. pengelolaan piutang dan utang negara/daerah;
h. pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah;
i. penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemen keuangan negara/
daerah;
j. penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD;
k. penyelesaian kerugian negara/daerah;
l. pengelolaan Badan Layanan Umum;
m. perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.

 Asas-asas Umum Perbendaharaan Negara


a. UU tentang APBN merupakan dasar bagi Pemerintah Pusat untuk melakukan
penerimaan dan pengeluaran negara.
b. Perda tentang APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan
penerimaan dan pengeluaran daerah.
c. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban
APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut tidak tersedia atau
tidak cukup tersedia.
d. Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai
dengan program pemerintah pusat, dibiayai dengan APBN.
e. Semua pengeluaran daerah, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai
dengan program pemerintah daerah, dibiayai dengan APBD.
f. Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau tidak
terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri yang selanjutnya diatur dalam
peraturan pemerintah.
g. Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan pelaksanaan
APBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaan denda dan/atau bunga.

 Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran


kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah.
 Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik
negara/daerah.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 24

 Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan atas nama
negara/daerah, menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan uang atau surat
berharga atau barang-barang negara/daerah.
 Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi
bendahara umum negara.
 Bendahara Umum Daerah adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi
bendahara umum daerah.
 Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggung-jawabkan uang pendapatan negara/
daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/ APBD pada kantor/ satuan kerja kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah.
 Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan
belanja negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja
kementerian negara/lembaga/ pemerintah daerah.
 Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pengelolaan
keuangan kementerian negara/ lembaga yang bersangkutan.
 Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian negara/ lembaga pemerintah non
kementerian negara/lembaga negara.

PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA

Pengguna Anggaran

 Menteri/ pimpinan lembaga adalah Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang bagi kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya.
 Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya, berwenang:
a. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
b. menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang;
c. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara;
d. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang;
e. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja;
f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah pembayaran;
g. menggunakan barang milik negara;
h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik negara;
i. mengawasi pelaksanaan anggaran;
j. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan; kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya.

 Gubernur/bupati/walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah:


a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
b. menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran dan Bendahara Penerimaan dan/atau
Bendahara Pengeluaran;
c. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah;
d. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang
daerah;
e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah;
f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran.

 Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah Pengguna Anggaran/Pengguna Barang bagi
satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya. Kepala satuan kerja perangkat daerah
dalam melaksanakan tugasnya selaku pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang satuan
kerja perangkat daerah yang dipimpinnya berwenang:

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 25

a. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;


b. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;
c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
d. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
e. mengelola utang dan piutang;
f. menggunakan barang milik daerah;
g. mengawasi pelaksanaan anggaran;
h. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan; satuan kerja perangkat daerah
yang dipimpinnya.

BENDAHARA UMUM NEGARA

 Menteri Keuangan adalah Bendahara Umum Negara.


 Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang:
a. menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara;
b. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
c. melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara;
d. menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara;
e. menunjuk bank dan/ atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan
penerimaan dan pengeluaran anggaran negara;
f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan anggaran
negara;
g. menyimpan uang negara;
h. menempatkan uang negara dan mengelola/ menatausahakan investasi;
i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna Anggaran atas
beban rekening kas umum negara;
j. melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas nama pemerintah;
k. memberikan pinjaman atas nama pemerintah;
l. melakukan pengelolaan utang dan piutang negara;
m. mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi
pemerintahan;
n. melakukan penagihan piutang negara;
o. menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara;
p. menyajikan informasi keuangan negara;
q. menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik
negara;
r. menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam rangka
pembayaran pajak;
s. menunjuk pejabat Kuasa Bendahara Umum Negara

 Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mengangkat Kuasa Bendahara Umum
Negara untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangk a pelaksanaan anggaran
dalam wilayah kerja yang telah ditetapkan.
 Kuasa Bendahara Umum Negara melaksanakan penerimaan dan pengeluaran Kas Negara
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c.
 Kuasa Bendahara Umum Negara berkewajiban memerintahkan penagihan piutang negara
kepada pihak ketiga sebagai penerimaan anggaran.
 Kuasa Bendahara Umum Negara berkewajiban melakukan pembayaran tagihan
pihakketiga sebagai pengeluaran anggaran.

BENDAHARA UMUM DAERAH

 Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah adal ah Bendahara Umum Daerah.
 Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah
berwenang :
a. menyiapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
b. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 26

c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;


d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas
daerah;
e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;
f. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau
lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk;
g. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD;
h. menyimpan uang daerah;
i. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/ menatausahakan investasi;
j. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna Anggaran atas
beban rekening kas umum daerah;
k. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah
daerah;
l. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;
m. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;
n. melakukan penagihan piutang daerah;
o. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
p. menyajikan informasi keuangan daerah;
q. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik
daerah.

BENDAHARA PENERIMAAN/PENGELUARAN

 Menteri/ pimpinan lembaga/ gubernur/ bupati/ walikota mengangkat Bendahara


Penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan pada kantor/satuan kerja di lingkungan kementerian negara/lembaga/satuan
kerja perangkat daerah.
 Menteri/ pimpinan lembaga/ gubernur/ bupati/ walikota mengangkat Bendahara
Pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
belanja pada kantor/satuan kerja di lingkungan kementerian negara/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah.
 Jabatan Bendahara Penerimaan/Pengeluaran tidak boleh dirangkap oleh Kuasa Pengguna
Anggaran atau Kuasa Bendahara Umum Negara.
 Bendahara Penerimaan/Pengeluaran dilarang melakukan, baik secara langsung maupun
tidak langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau
bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/ penjualan tersebut.

PERTEMUAN 8 PELAKSANAAN ANGGARAN

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 27

1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Penyusunan

• Kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga untuk menyusun DIPA (Psl.29)

• DIPA disusun berdasarkan anggaran berbasis kinerja yang dirinci menurut klasifikasi fungsi,
organisasi, dan jenis belanja (Psl.30)

Pengesahan

• Kewenangan Menkeu selaku BUN untuk mengesahkan DIPA

• Kewenangan pengujian kesesuaian isi DIPA sebelum pengesahan

• Fungsi pengesahan DIPA sebagai pernyataan kesiapan BUN dalam pelaksanaan anggaran
sesuai rencana penarikan dana. (Psl 35)

Revisi

• Pengaturan sebab sebab revisi DIPA karena alasan administratif, alokatif, perubahan
rencana penarikan dana, dan/atau perubahan rencana penerimaan dana (Psl.38)

2. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Negara

Penyetoran pendapatan Negara

• Penyetoran pendapatan negara melalui bank sentral atau bank umum dan badan lannya
(Psl 43)

• Kewajiban penyetoran ke kas negara tepat waktu dan adanya pengenaan sanksi
administratif berupa denda (Psl 46)

• Penetapan wajib pungut pajak kpd setiap PA/KPA dan/atau bendahara (Psl 47)

Pengelolaan PNBP

• Tanggungjawab Menteri/Pimpinan Lembaga yang memiliki sumber PNBP untuk melakukan


pemungutan PNBP (Psl 48)

• Kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga untuk menetapkan pejabat yang bertugas


melakukan pemungutan PNBP (Psl 48)

• Kewenangan dan tanggungjawab KPA untuk memperhitungkan PNBP yang terutang dari
pembayaran yang dilakukannya (Psl 53)

Hibah

• Tanggungjawab Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal atas pelaksanaan pendapatan


hibah (Psl 56)

• Keharusan pendapatan hibah dikelola dalam APBN (Psl 56)

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 28

3. Pelaksanaan Anggaran Belanja

Pelaksanaan Komitmen

• Pagu Anggaran yang sudah terikat komitmen tidak dapat digunakan untuk kebutuhan lain
(Psl.57)

• Proses pengadaan barang dan jasa sebelum tahun anggaran dimulai setelah RKA disetujui
oleh DPR (Psl.59)

• Izin pejabat yang berwenang atas perjanjian yang membebani anggaran lebih dari satu
tahun anggaran (Psl.61)

• Perjanjian menggunakan valas dapat membebani DIPA rupiah murni dengan nilai ekuivalen
valas (Psl.63)

• Kewajiban menyetorkan uang hak negara yg berasal dr komisi, rabat, potongan, dan
penerimaan lain (Psl.64)

Penyelesaian Tagihan

• Penyelesaian tagihan kepada negara dilaksanakan berdasarkan hak dan bukti yg sah untuk
memperoleh pembayaran (Psl.65)

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 29

• Kewenangan bendahara pengeluaran utk melakukan pembayaran atau menolak perintah


bayar dr KPA (Psl.66)

• Kewajiban PPK utk mengesahkan bukti pembelian/pembayaran sebagai hak tagih kepada
negara (Psl.67)

• Penyampaian SPM oleh KPA dilengkapi dengan pernyataan kebenaran perhitungan dan
tagihan dan/atau data perjajian (Psl.67)

• Pembayaran dapat dilakukan sebelum barang/jasa dengan menyampaikan jaminan atas


pembayaran (Psl.68)

• Kewajiban memperhitungkan kewajiban apabila pihak ketiga masih mempunyai utang


kepada negara (Psl.69)

• Tanggung jawab PPK menatausahakan komitmen dan kewajiban menyampaikan data


komitmen kepada kuasa BUN (Psl.71)

• Dalam menerbitkan SP2D, Kuasa BUN melakukan pengujian SPM yg diajukan oleh KPA
(Psl.73)

• Hak tagih kepada negara diselesaikan paling lambat 30 hari kalender (Psl.75)

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 31

Keuangan Publik
1. Pengantar dan Gambaran Umum Keuangan Publik
Keuangan publik adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari aktivitas finansial
pemerintah. Keuangan publik menjelaskan belanja publik dan teknik-teknik yang digunakan oleh
pemerintah untuk membiayai belanja tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa fokus
keuangan publik adalah mempelajari pendapatan dan belanja pemerintah, dan juga menganalisis
implikasi dari kegiatan pendapatan dan belanja pada alokasi sumber daya , distribusi pendapatan,
dan stabilisasi ekonomi.

A. Alasan mempelajari keuangan publik


a. Keuangan publik erat kaitannya dalam proses pengambilan keputusan berdasar asas
demokrasi (Politik Anggaran)
b. Sektor publik telah mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu dalam jumlah yang
sangatbesarnilainya.
c. Masyarakat akan mneruh perhatian lebih pada aktivitas belanja publik setelah mereka
membayar pajak, sebagai akibat berkurangnya porsi pengeluaran pribadi
B. Pentingnya sektor publik
Pemerintah bertanggung jawab melakukan kegiatan publik utama
1) Penyediaan pertahanan nasional
2) Menjaga keadilan sosial
3) Melaksanakan pekerjaan umum yang tidak dilakukan oleh swasta
 Menurut John Stuart Mill :
1) Pemerintah harus menjaga kedamaian dan melindungi masyarakat dari serangan dari
luar maupun dari dalam
2) Pemerintsh bersifat inferior terhadap industri dan perdagangan. Kegiatan ini biasanya
dilakukan oleh swasta.
Individu lebih percaya diri ketika mekakukan sesuatu untuk kepentingannya sendiri.
 Kelemahan-kelemahan mekanisme pasar
1) adanya barang publik yang tidak dapat disedikan oleh pasar.
2) adanya perbedaan biaya (biaya pribadi dan biaya sosial) manfaat pribadi dan manfaat sosial)
sehingga perlu adanya pemerintah untuk mengelola manfaat dan biaya
3) Adanya resiko yang sangat besar yang tidak mungkin dikelola oleh swata
4) Adanya sifat monopoli dalam bidang usaha tertentu.
5) Adanya inflasi dan deflasi yang tidak dapat diselesaikan secara sistematik oleh mekanisme
pasar
6) Adanya distribusi pendapatan yang tidak merata diantara pelaku ekonomi pasar
 Kriteria dalam menilai pentingnya sektor publik
1) Komposisi output pengeluaran publik haruslah sesuai dengan keinginan konsumen,
2) Adanya preferensi pengambilan keputusan yang terdesentralisasi,
3) Tidak menyerahkan ekonomi hanya pada kekuatan pasar, karena mekanisme pasar tidak
dapat melaksanakan semua fungsi ekonomi.
4) Karakteristik kebijakan publik mempunyai sifat mengarahkan, mengoreksi dan melengkapi
peranan mekanisme pasar
1.2 Karakteristik Kebijakan Publik
1. Untuk mencapai efisiensi pasar
2. Peraturan pemerintah
3. Pertukaran barang dan jasa
4. Timbulnya masalah eksternalitas yang perlu dipecahkan oleh pemerintah melalui anggaran,
subsisdi, dan pajak
5. Perlunya peran sosial yang dilakuakn pemerintahdalam bentuk distribusi pendapatan dan
kesejahteraan dalam mekanisme pasar
6. Untuk menjamin kesempatan kerja, stabilitas harga dan tingkat pertumbuhan ekonomi
1.3 Ruang Lingkup Keuangan Publik

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 32

1. Keuangan publik mencoba memberikan gambaran tentang pilihan publik yang menyangkut
aspek institusi publik, keseimbangan publik yang dicapai melalui proses pemilu.
2. Keuangan publik akan mencakup masalah-masalah bagaimana pemerintah memperoleh
pendapatannya.
3. Keuangan publik membahas aspek belanja publik yang merupakan aktivitas utama
pemerintah dalam penyediaan barang dan jasa publik untuk kesejahteraan masyarakat, dimana
akan dihubungkan dengan aspek efisiensi penyediaan jasa tersebut.
4. Aspek pembiayaan merupakan area pembahasan keuangan publik berikutnya.
5. Biasanya menyangkut kegiatan analisis hunumgan antaraa kebijakan pemerintah dengan
perekonomian yang dikelola oleh rumah tangga dan swasta.

Kriteria mengevaluasi kebijakan publik


1) Equity & Fairness (Keadilandankewajaran)
Kewajaran dalam persepsi sosial dan fair tidaknya suatu kebijakan publik terhadap isu hak
kepemilikan
2) Economic Efficiency (EfisiensiEkonomi)
Kebijakan publik dapat dianalisis dari sudut Pareto Efficiency yaitu melalui realokasi sumber
daya sehingga mencapai kondisi dimana seseorang atau beberapa orang mengalami
kepuasan lebih baik tanpa menyebabkan pihak lain terbebani
3) Paternalism (Sistem Paternal)
Kebijakan publik dapat dievaluasi dari asumsi bahwa pemerintah adalah pihak yang paling
mengetahui permasalahan penduduk suatu negara dan pemerintah bebas menentukan
kebijakan apa saja
4) Freedom of choice (KebebasanIndividu)
Apakah kebijakan pemerintah dapat mendorong kebebasan individu dalam bertransaksi
ekonomi
5) Stabilization (Stabilisasi)
1. Apakah kebijakan yang diambil pemerintah mampu meningkatkan pengeluaran
agregat?
2. Apakah ekonomi sektor swasta - yang dapat memberi pekerjaan pada setiap orang
- perlu diintervensi pemerintah?
6) Trade Off
1. Apakah pilihan kebijakan tidak akan mengorbankan tujuan lainnya?
2. Apakah manfaat agregat dapat melampaui beban agregat?

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 33

2.Campur Tangan Pemerintah dalam Perekonomian


2.1 Kegagalan Pasar (Market Failure)
Kegagalan pasar atau market failure terjadi ketika mekanisme pasar gagal mengalokasikan sumber
daya secara efisien.
 Faktor-faktor penyebab kegagalan pasar, meliputi :
1. Kegagalan dari persaingan (failure of competition)
2. Adanya barang publik (public good)
Barang publik adalah barang yang memiliki sifat non-rival (konsumsi atasa barang tersebut
oleh suatu individu tidak akan mengurangi jumlah barang yang tersedia untuk dikonsumsi
oleh individu lain) dan non-eksklusif (semua orang berhak menikmati manfaat dari barang
tersebut)
3. Eksternalitas
Eksternalitas adalah efek pada pihak ketiga yang disebabkan oleh produksi atau konsumsi
barang dan jasa
4. Adanya pasar tidak lengkap (incomplete market)
5. Adanya kegagalan informasi
6. Adanya pengangguran, inflasi, dan ketidakseimbangan (unemployment, and other
macroeconomics disturbances)
Cara mengatasi kegagalan pasar (tanggapan pemerintah dalam merespon kegagalan pasar):
1. Undang-undang
2. Penyediaan langsung barang dan jasa untuk publik
3. Perpajakan
4. Subsidi
5. Izin perdagangan
6. Perpanjangan hak milik
7. Iklan
8. Kerjasama internasional antara pemerintah

2.2 Kegagalan Pemerintah (Government Failure)


Kegagalan pemerintah adalah kondisi dimana pemerintah gagal melaksanakan peran dan fungsinya,
misal redistribusi dan alokasi dalam menginterverensi mekanisme pasar, sehingga mekanisme pasar
tersebut tidak dapat mengalokasikan sumber dayanya secara efisien. Dalam hal ini pemerintah tidak
dapat mengatur, mengendalikan serta mempertahankan kebijakan-kebijakan yang dibuatnya untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
 Faktor-faktor penyebab terjadinya Kegagalan Pemerintah, meliputi :
1. Informasi yang terbatas
2. Pengawasan yang terbatas atas reaksi swasta
3. Pengawasan yang terbatas atas perilaku birokrat
4. Hambatan dalam proses politik
5. Aksi pencarian keuntungan (rent seeking)

3.Fungsi dan Peran Pemerintah dalam Perekonomian


3.1Fungsi Aalokasi
Fungsi penyediaan barang publik atau proses alokasi sumber daya untuk digunakan sebagai barang
pribadi atau barang publik dan bagaimana komposisi barang publik ditetapkan.
 Latar belakang adanya Fungsi Alokasi
1. Sebagai akibat dari kegagalan mekanisme pasar dimana hubungan yang seharusnya terjadi
antara produsen dan konsumen dalam suatu pasar tidak berjalan.
2. Sebagai akibat dari kegagalan mekanisme pasar yang lain dimana proses politik akan
menggantikan mekanisme pasar.

3.2Fungsi Distribusi

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 34

Penyesuaian atas distribusi pendapatan dan kekayaan untuk menjamin pemerataan dan keadilan.
Penekanan utama dari teori funsgsi distribusi adalah bagaimana pendistribusian hasil produksi
kepada individu-individu atau keluarga-keluarga.
 Konsep Keadilan
a. Konsep Keadilan Horizontal
Bahwa setiap orang memiliki kapasitas yang sama untuk menikmati pendapatan, atau paling
tidak kapasitasnya berada dalam suatu interval tertentu.
b. Konsep Keadilan Vertikal
Memperlakukan seseorang secara berbeda disesuaikan dengan kondisinya masing-masing.
c. Prinsip Kompensasi
Keadilan diterjemahkan sebagai optimalisasi pareto yang menyatakan bahwa tidak mungkin
merubah kondisi sessorang menjadi lebih baik, tanpa menyebabkan kondisi orang lain
sebaliknya (lebih buruk).
 Faktor-faktor yang Menentukan Distribusi
1. Penjualan faktor produksi tenaga kerja dan modal
Distribusi pendapatan tenaga kerja dan modal terkait dengan investasi pendidikan yang
merupakan pengaruh dari tingkat upah yang dicapai.
2. Harga
3. Faktor-faktor institusi seperti, struktur gaji, hubungan keluarga, status sosial, ras, dll
4. Pola pernikahan
 Distribusi Sebagai Suatu Kebijakan
Alternatif peralatan fiskal yang dapat diterapkan dalam fungsi distribusi :
(1) Skema pajak progresif, yaitu pengenaan pajak dimana rasio pajak terhadap penghasilan naik
dengan naiknya pendapatan
(2) Pajak penghasilan (biasanya progresif) digunakan untuk membiayai pelayanan umum
(3) Kombinasi anatara pajak atas barang mewah dengan subsidi terhadap barang tidak mewah
 Redistribusi
Kebijakan redistribusi mempelajari sampai sejauh mana dan dengan cara bagaimanaa mengubah
keadaan distribusi yang telah ditentukan oleh pasar dan lembaga publik yang ada saat ini.

3.3Fungsi Stabilisasi
 Dua komponen penting fungsi stabiilisasi
1. Kebijakan Moneter
- Cadangan wajib bank, tingkat diskonto, kebijakan pengendalian kredit dan kebijakan pasar
terbuka
2. Kebijakan Fiskal
- Menurunkan pajak, peredaran uang ketat, menambah pengeluaran publik, kebijakan defisit
anggaran, dll
1) Tujuan Alokasi, yakni dengan meningkatkan pelayanan pemerintah yang diikuti dengan
kenaikan pajak
2) Tujuan Distribusi, yakni dengan mendistribusikan pendapatan ke kelompok rendah dari
kelompok tinggi (atau sebaliknya).
3) Tujuan Stabilisasi, yakni dengan membuat kebijakan yang lebih ekspasioner yang diikuti
dengan menaikkan pengeluaran publiik atau dengan menurunkan pajak.

4.Teori Barang Publik (Public Good) dan Teori Barang Swasta (Private Good)
4.1 Pengertian Public Good dan Private Good
 Barang Publik (Public Good)
Barang yang dihasilkan dengan/tanpa alokasi sumber daya dan dapat diperoleh tanpa
pengorbanan.
a. Karakteristik Barang Publik
1) Non Rivalry (sifat tidak bersaing)
Berarti bahwa barang tersebut dapat dikonsumsi sebanyak-banyaknya oleh seseorang tanpa
akan mengurangi jumlah barang yang tersedia untuk dikonsumsi orang lain.
2) Non Excludability (sifat tanpa pengecualian)

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 35

Bahwa tidak acara cara untuk mengecualikan siapapu untuk dapat memanfaatkan barang publik.
 Barang Swasta (Private Good)
Barang yang dihasilkan dengan alokasi sumber daya dan tidak dapat diperoleh tanpa
pengorbanan

4.2 Perbedaan Barang Publik Vs Barang Swasta


1. Pertukaran barang pribadi dalam mekanisme pasar tidak akan menghasilkan eksternalitas,
sedangkan pertukaran barang publik selain dapat menghasilkan mannfaat eksternal juga
akan dapat menyebabkan beban eksternal bagi pihak lain.
2. Biaya marjinal untuk distribusi barang publik kepada konsumen adalah nol (efek nonrival
consumption)
4.3 Teori Barang Swasta (Private Good)
1. Efisiensi Konsumen
 Merupakan alokasi barang konsumsi di antara konsumen.
2. Efisiensi Produsen
 Adalah terjadinya keseimbangan pada produsen
3. Pareto Optimal
 Akan tercapai jika ada keseimbangan antara efisiensi konsumen dan efisiensi produsen.
4.4 Efisiensi Pareto
 Didefinisikan sebagai suatu pengaturan ekonomi tertentu adalah efisien jika di sana tidak
dapat dilakukan pengaturan kembali yang akan menyebabkan seseorang menjadi lebih baik
tanpa merugikan posisi orang lain.
4.5 Teori Brang Publik
1) Teori Pigou
 Barang publik haris disediakan sampai suatu tingkat dimana kepuasan marginal akan barang
publik sama dengan ketidakpuasan marginal akan pajak yang dipungut untuk menyediakan
barang publik.
 Penyediaan dan pembiayaan optimal barang publik :
KBP = KMP
Kepuasan Batas Barang Publik = Ketidakpuasan Batas Membayar Pajak
2) Teori Bowen
 Teori yang didasarkan pada teori harga sama halnya pada penentuan harga swasta.
 Barang publik sebagai suatu barang dimana pengecualian tidak dapat ditentukan, jadi sekali
suatu barang publik sudah tersedia makan tidak ada seorang pun yang dapat dikecualikan dari
manfaat barang publik tersebut.
3) Teori Erick Lindahl
 Hampur sama dengan teori Bowen, hanya saja pembayaran konsumen tidak dalam bentuk
harga absolut akan tetapi berupa presentase dari total biaya penyediaan barang publik.
4) Teori Samuelson
 Adanya barang publik yang mempunyai dua karakteristik (non-rivalry dan non-
exclusionary), tidaklah berarti bahwa perekonomian tidak dapat mencapai kondisi Pareto
Optimal atau tingkat kesejahteraan masyarakat yang optimal.
5) Teori Anggaran
 Dimana setiap orang membayar atas penggunaan barang-barang publik dengan jumlah
yang sama, yaitu sesuai dengan sistem harga untuk barang-barang swasta.

5. Eksternalitas
5.1 Pengertian Eksternalitas
Eksternalitas adalah biaya-biaya yang dibebankan pada pihak ketiga atau keuntungan yang
diperoleh oleh pihak ketiga di luar transaksi pasar, dimana biaya-biaya tersebut tidak dapat
dibebankan pada yang menimbulkannya atau keuntungan yang diperoleh seseorang tanpa dipungut
biaya bagi yang menikmati keuntungan tersebut.

5.2 Dampak Eksternalitas


1) Eksternalitas Postif, merupakan suatu keuntungan atas suatu barang yang diperoleh pihak
ketiga lebih dari keuntungan yang diperoleh pembeli atau penjual walaupun tidak tercermin
dalam harga pasar barang tersebut.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 36

2) Eksternalitas Negatif, merupakan biaya yang menjadi beban bagi pihak ketiga lebih besar
dibandingkan biaya yang dikeluarkan oleh pembeli ataupun penjual walaupun tidak tercermin
dalam harga pasar barang tersebut.

5.3 Jenis-jenis Eksternalitas


1) Efek atau dampak satu produsen terhadap produsen lain ( effects of producers on other
producers)
2) Efek atau dampak samping kegiatan produsen terhadap konsumen (effects of producers on
consumers)
3) Efek atau dampak dari suatu konsumen terhadap konsumen lain (effects of consumers on
consumers)
4) Efek atau dampak dari suatu konsumen terhadap produsen (effects of consumers on
producers)
5.4 Cara-cara mengatasi Eksternalitas
1) Ketegasan mengenai hak pemilikan (Teori Coase)
2) Pajak Pigovian (pajak yang khusus diterapkan untuk mengoreksi damapk suatu eksternalitas
negatif)
3) Pemberian subsidi
4) Pemberian Hak Polusi melalui lelang
5) Internalisasi eksternalitas, memasukkan biaya sosial ke dalam biaya produksi
6) Peraturan pemerintah untuk mengatasi eksternalitas

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 37

A. EKSTERNALITAS
Eksternalitas merupakan dampat positif atau negatif yang diterima oleh pihak ke-3 di luar
transaksi dimana dampat tersebut belum diperhitungkan dalam biaya.
Eksternalitas Produsen
Dari penjelasan diatas telah diuraikan bahwa eksternalitas merupakan suatu dampak yang
harus diterima oleh suatu pelaku ekonomi karena kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh pelaku ekonomi lainya dengan tanpa adanya kompensasi. Sehingga saat produsen
melakukan kegiatan ekonomi dan menimbulkan dampak terhadap pihak lain dengan tidak
memberikan kompensasi apapun, maka telah terjadi eksternalitas produsen.
Dampak Eksternalitas Produsen
Ditinjau dari dampaknya, eksternalitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu eksternalitas
positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan dari
suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu produsen terhadap pihak lain tanpa adanya
kompensasi dari pihak lain yang diuntungkan, sedangkan eksternalitas negatif adalah dampak
yang merugikan dari suau tindakan ekonomi yang dilakukan oleh produsen terhadap pihak lain
tanpa adanya kompensasi dari pihak yang merugikan dalam hal ini adalah produsen.
Dalam hal adanya eksternalitas dalam suatu aktivitas, maka akan timbul inefisiensi.
Inefisiensi akan timbul apabla tindakan seseorang mempengaruhi orang lain dan tidak terhitung
dalam sistem harga. Misalnya seorang pengusaha pemilik pabrik yang membuang limbah ke
sungai dan menyebabkan masyarakat pengguna air sungai tersebut menjadi sakit. Dalam
menentukan harga barang hasil produksinya pengusaha tersebut hanya memperhitungkan
analisa rugi-laba perusahaan tanpa memperhatikan pengaruh dampak negatifnya terhadap
masyarakat. Sehingga bagi seluruh masyarakat tidak tercapai efisiensi yang optimum.
Secara umum adanya eksternalitas tidak akan menganggu tercapainya efisiensimasyarakat
apabila semua dampak yang merugikan maupun yang menguntungkan dimasukkan dalam
perhitungsn produsen dalam menetapkan jumlah barang yang diproduksikan. Dalam hal ini
efisiensi akan tercapai apabila:
MSC = PMC + MEC
MSB = MPB + MEB

MPB : marginal private benefit


MSC : marginal social cost
MSB : marginal social benefit
MEC : marginal external cost
PMC : marginal private cost
MEB : marginal external benefit
 Eksernalitas produksi negatif
Efisiensi ekonomi akan tercapai apabila MSC = MSB, padahal dalam kenyataannya
seorang pengusaha tidak pernah memperhitungkan MEC dan MEB dalam menentukan
harga dan jumlah barang yang dihasilkannya sehingga dapat dituliskan bahwa PMC =
MPB (MEC & MEB = 0). Apabila dalam melakukan kegiatan produksi timbul suatu
eksternalitas negatif, akan menjadi PMC<MSC, sehingga ada kecenderungan pengusaha
berproduksi pada tingkat yang terlalu besar karena perhitungan biayanya menjadi terlalu
murah dibandingkan dengan biaya yang harus dipikul oleh masyarakat. Jadi di sini kita lihat
bahwa pada kasus eksternalitas negatif MSC = PMC + MEC > MSB, sehingga produksi
haruslah dikurangi agar efisiensi produksi ditinjau dari masyarakat mencapai optimum.

Diagram kurva menunjukkan manfaat masyarakat (MSB) atas produksi. Tingkat


output yangoptimum terjadi pada tingkat produksi sebesar OQ1. Seorang pengusaha akan
cenderung menetapkan tingkat produksi sebesar OQ2, yaitu dimana kurva permintaan
(MSB) memotong kurva PMC, sehingga tampak bahwa jumlah yang diproduksi terlalu
banyak dibandingkan tingkat produksi yang optimum.
 Eksternalitas produksi positif
Dalam kasus eksternalitas positif pengusaha tidak akan memeperhitungkan
eksternalitas positif yang diakibatkan oleh usahanya terhadap pihak lain atau MEB (MEB=0)
sehingga akan menyebabkan kecenderungan tingkat produksi yang terlalu rendah dilihat

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 38

dari efisiensi seluruh masyarakat. Ini disebabkan karena pengusaha menentukan tingkat
produksi pada PMC=MPB sedangkan bagi masyarakat, tingkat produksi yang efisien akan
terjadi di mana MSB=MPB+MEB=MSC=PMC+MEC. Dengan asumsi MEC=0, maka akan
terlihat MSB>MPB sedangkan MSC=PMC. Selama MSB>MSC produksi seharusnya
ditingkatkan sampai MSB=MSC.
Diagram kurva menunjukkan kasus eksternalitas positif. Pengusaha akan
menentukan jumlah produksi pada OQ0 karena MPB=PMC. Adanya eksternalitas produksi
yang positif menyebabkan kurva MSC dibawah kurva PMC(MSC<PMC). Perpotongan antara
kurva MSC dan MPB terjadi di titik E dan jumlah produksi yang optimum sebesar OQ1, yang
lebih besar dari OQ0.Jadi dapat dilihat bahwa pada kasus eksternalitas positif, perhitungan
pengusaha yang tidak memperhitungkan dampak positif usahanya terhadap masyarakat
dalam menentukan tingkat produksi akan menyebabkan jumlah produksi menjadi terlalu
kecil.
Eksternalitas Dalam Konsumsi. Sejauh ini, eksternalitas yang telah kita bahas hanya
eksternalitas yang berkaitan dengan kegiatan produksi. Selain itu masih ada eksternalitas
yang terkandung dalam kegiatan konsumsi. Konsumsi minuman beralkohol, misalnya,
mengandung eksternalitas negatif jika si peminum lantas mengemudikan mobil dalam
keadaan mabuk atau setengah mabuk, sehingga membahayakan pemakai jalan lainnya.
Eksternalitas dalam konsumsi ini juga ada yang bersifat positif. Contohnya adalah konsumsi
pendidikan. Semakin banyak orang yang terdidik, masyarakat atau pemerintahnya akan
diuntungkan. Pemerintah akan lebih mudah merekrut tenaga-tenaga cakap, sehingga
pemerintah lebih mampu menjalankan fungsinya dalam melayani masyarakat.
B. Solusi Swasta Terhadap Eksternalitas
Kita telah menyimak bahwa keberadaan eksternalitas itu dapat mengakibatkan
alokasi sumber daya yang dilakukan oleh pasar menjadi tidak efisien. Namun sejauh ini kita
baru mengulas secara sekilas tentang cara-cara mengatasi eksternalitas tersebut. Dalam
prakteknya, bukan hanya pemerintah saja yang perlu dan dapat mengatasi eksternalitas itu,
melainkan juga pihak-pihak nonpemerintah, baik itu pribadi/kelompok maupun
perusahaan/ organisasi kemasyarakatan. Untuk mudahnya, kita sebut saja pihak-pihak
nonpemerintah tersebut sebagai pihak “pribadi” atau “swasta”. Pada dasarnya, tujuan yang
hendak dicapai oleh pemerintah maupun pihak swasta (perorangan dan kelompok),
berkenaan dengan penanggulangan eksternalitas itu sama saja, yakni untuk mendorong
alokasi sumber daya agar mendekati kondisi yang optimum secara sosial. Pada bagian
pembahasan berikut kita akan menelaah solusi-solusi atau upaya-upaya yang dilakukan oleh
pribadi atau swasta (private solutions) dalam mengatasi persoalan eksternalitas.

Jenis-jenis Solusi Swasta


Inefisiensi pasar akibat eksternalitas tidak perlu selalu harus atau bisa diatasi
dengan penegakan atau peningkatan standar moral, atau ancaman penerapan sanksi sosial.
Misalnya, mengapa orang-orang secara sadar tidak mau membuang sampah sembarangan?
Peraturan resmi yang mengatur tentang sampah memang ada, namun di banyak tempat,
peraturan semacam itu tidak dijalankan secara sungguh-sungguh. Kita tidak mau
membuang sampah disembarang tempat juga bukan karena takut dengan peraturan-
peraturan semacam itu, namun karena kita mengetahui atau menyadari bahwa tidaklah
baik dan tidak patut sejak kita masih kanak-kanak, bahwa kita boleh melakukan sesuatu
moral inilah yang kemudian membatasi perilaku dan tindakan kita, agar sedapat mungkin
tidak merugikan orang lain. Dalam bahasa ekonomi, ajaran agama itu meminta kita untuk
melakukan internalisasi eksternalitas.
Contoh lain solusi swasta, adalah derma atau amal yang seringkali sengaja
diorganisasikan untuk mengatasi suatu eksternalitas. Contohnya adalah Sierra Club, sebuah
organisasi sosial swasta yang sengaja dibentuk untuk turut melestarikan lingkungan hidup.
Organisasi ini mengandalkan pemasukannya dari donasi pihak-pihak yang bersimpati atau
iuran anggota. Hal ini sebagai contoh untuk eksternalitas negatif. Sedangkan untuk
eksternalitas positif, kita mengetahui banyak perguruan tinggi yang membentuk yayasan
yang menghimpun sumbangan dari para alumni, perusahaan, atau pihak-pihak lain, untuk
kemudian disalurkan sebagai beasiswa.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 39

Pasar swasta terkadang juga mampu mengatasi masalah eksternalitas, dengan


membiarkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengatasinya. Motif utama mereka
memang untuk memenuhi kepentingannya sendiri, namun dalam melakukan suatu
tindakan , mereka juga sekaligus mengatasi eksternalitas. Sebagai contoh, kita lihat saja apa
yang akan dilakukan oleh seorang petani apel dan seorang peternak lebah yang hidup
berdekatan. Pada saat lebah-lebah itu mencari madu dari satu bunga apel ke bunga lainnya,
mereka membantu penyerbukan dan mempercepat pohon-pohon apel itu berbuah. Ini
menguntungkan si petani apel. Sedangkan si peternak juga untung karena ia tidak perlu
memberi makan lebah-lebahnya. Namun jika kerja sama terselubung yang saling
menguntungakan itu tidak dipehitungkan, maka kedua belah pihak bisa merugi. Jika pohon
apel yang ditanam si petani terlalu sedikit, maka lebah-lebah itu akan kekurangan makanan.
Sebaliknya, jika lebah yang dipelihara si peternak terlalul sedikit, maka proses penyerbukan
tidak lancar. Eksternalitas ini dapat diinternalisasikan dengan cara penggabungan kedua
usaha. Si petani membeli seluruh atau sebagian usaha peternakan lebah, atau sebaliknya si
peternak membeli seluruh atau sebagian pohon apel. Jika kedua usaha itu disatukan, maka
pengelolanya akan lebih mudah menentukan berapa banyak pohon apel yang harus
ditanam, dan berapa ekor lebah yang harus dipelihara, demi membuahkan hasil yang
maksimal. Dalam kenyataannya, niat untuk mengupayakan internalisasi eksternalisasi
seperti itulah, yang merupakan penyebab mengapa banyak perusahaan yang menekuni
lebih dari satu bidang/ jenis usaha sekaligus. Cara lain di pasar swasta dalam mengatasi
eksternalitas adalah, penyusunan kontrak atau perjanjian di antara pihak-pihak yang
menaruh kepentingan.
Teorema Coase
Ada sebuah pemikiran yang disebut teorema Coase (Coase therem) mengambil
nama perumusnya, yakni ekonom Ronald Coase-yang menyatakan bahwa solusi swasta bisa
sangat efektif seandainya memenuhi satu syarat. Syarat itu adalah pihak-pihak yang
berkepentingan dapat melakukan negosiasi atau merundingkan langkah-langkah
penanggulangan masalah eksternalitas yang ada diantara mereka, tanpa menimbulkan
biaya khusus yang memberatkan alokasi sumber daya yang sudah ada. Menurut teorema
Coase, hanya jika syarat itu terpenuhi, maka pihak swasta itu akan mampu mengatasi
masalah eksternalitas dan meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya.
Penyebab Gagalnya Solusi Swasta
Logika teorema Coase memang meyakinkan, namun tidak selamanya sesuai dengan
kenyataan yang ada. Dalam prakteknya, kita tahu bahwa pelaku-pelaku ekonomi
swasta/pribadi seringkali gagal memperoleh pemecahan yang efisien, atas suatu masalah
yang bersumber dari eksternalitas. Teorema Coase ternyata hanya berlaku, jika pihak-pihak
yang berkepentingan tidak dihadapkan pada kendala untuk mencapai dan melaksanakan
kesepakatan. Itu berarti, peluang kesepakatan memang selalu terbuka, namun hal itu tidak
selalu bisa diwujudkan.

C. Kebijakan Publik Untuk Mengatasi Eksternalitas


Regulasi
Mengatasi suatu eksternalitas dengan melarang atau mewajibkan perilaku tertentu
dari pihak-pihak tertentu yang disebut regulasi atau pendekatan komando dan kontrol
untuk melenyapkan eksternalitas. Seperti pemerintah dapat menindak pihak-pihak tertentu
yang mencemari lingkungan dengan limbah produksinya.
Pajak Pigovian Dan Subsidi
Pajak Pigovian adalah pajak yang khusus diterapkan untuk mengoreksi dampak dari
suatu eksternalitas negatif. Disebut pajak pigou karena ditemukan oleh ekonom yang
bernama Arthur Pigou (1877-1959). Bentuk dari pajak tersebut adalah ketika ada dua pabrik
yaitu pabrik baja dan pabrik kertas yang masing-masing membuang limbah 500 ton per
tahun, maka hanya dua pilihan yang mereka lakukan. Pertama, Badan Perlindungan
Lingkungan Hidup (EPA, Environmental Protection Agency) akan mewajibkan semau pabrik
untuk mengurangi limbahnya hingga 300 ton per tahun atau yang kedua, mereka akan
dikenai pajak sebesar $50,000 untuk setiap ton limbah yang dibuang oleh setiap pabrik.
Memberi subsidi untuk kegiatan-kegiatan yang memunculkan eksternalitas positif.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 40

Pertemuan Minggu ke-5

BARANG PUBLIK
5.1. Pengertian barang publik
Dalam ilmu ekonomi, barang publik adalah barang yang memiliki sifat non-rival dan non-
excludeable dalam kegiatan konsumsi atas barang tersebut. Suatu barang merupakan barang publik
murni (pure public goods) apabila memiliki 2 karakteristik yaitu nonrival in consumption dan
nonexcludable. Contoh barang publik murni adalah pertahanan nasional. Pertahanan nasional tidak
ada persaingan dalam mendapatkannya dan tidak dapat dikecualikan karena apabila suatu daerah
dilindungi oleh pertahanan nasional, maka semua orang di daerah tersebut dilindungi.
Non-rival in consumption artinya jumlah konsumsi seseorang atas suatu barang publik tidak
akan mempengaruhi kesempatan orang lain untuk mengonsumsi barang tersebut dalam jumlah
yang sama. Dengan kata lain, non-rival in consumption artinya tidak ada persaingan dalam konsumsi.
Sedangkan non-excludable artinya tidak ada kesempatan bagi seseorang untuk mengecualikan
orang lain untuk mengkonsumsi/menggunakan barang publik tersebut.
Namun dalam kenyataannya, sangat jarang sekali dapat kita temukan adanya barang publik
murni. Barang publik tidak murni (impure public goods) adalah barang publik yang memiliki sifat
excludable tetapi non rival in consumption. Contohnya adalah televisi kabel.
5.2. Penyediaan barang publik secara optimal (penjumlahan permintaan individu secara vertikal)
Penyediaan barang publik secara optimal dilakukan dengan cara menjumlahkan
permintaan individu-individu secara vertikal untuk mendapatkan nilai sosial (social value) dari
barang publik. Sedangkan penyediaan barang swasta secara optimal dilakukan dengan cara
menjumlahkan permintaan individu-individu secara horizontal untuk mendapatkan permintaan
pasar atas barang swasta.

Misalnya : Pada figur pertama, Ben


bersedia membayar pada quantity
pertama dengan harga $2 dan
quantity kelima. Sedangkan Jerry
bersedia membayar $4 untuk
quantity pertama dan $2 untuk
quantity kelima. Maka dalam pasar
penawaran swasta, jumlah optimal
dari rudal adalah 5, yaitu dalam
keadaan kondisi MSB dan MSC = $3

Kurva penjumlahan vertikal pada barang publik

Karena adanya barang publik, berapapun jumlah yang disediakan harus dikonsumsi
semuanya dengan sama. Jadi berapapun jumlah/kuantitas barang publik yang dipilih, penerapan
untuk masing-masing individu adalah sama. Untuk barang publik, kita menjumlahkan secara vertikal
harga yang masing-masing individu inginkan pada tingkat kuantitas tertentu. Level optimal produksi
masyarakat adalah pada titik perpotongan kurva penawaran dengan penjumlahan
permintaan/demand secara vertikal.
Secara matematis, kondisi yang memaksimalkan efisiensi sosial untuk barang publik adalah :

MRSa m,c + MRSbm,c =MC


Catatan : Social Marginal Benefit atas kuantitas selanjutnya adalah penjumlahan MRS atau tingkat
substitusi marginal semua individu. Sedangkan Social Marginal Cost sama dengan MC atau biaya
merginal produksi dari sebuah barang publik.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 41

5.3. Penyediaan barang publik oleh privat (free rider problem, altruistic and social capital, warm
and glow )
Pada kenyataannya, sektor privat/swasta kurang mampu menyediakan barang publik
karena masalah free rider yaitu adanya pihak yang menerima manfaat atas penyediaan barang
publik tetapi tidak ikut memberikan kontribusi. Karena itulah seorang individu/swasta
memberikan kontribusi yang kurang untuk menyediakan barang publik dari kuantitas optimal secara
sosial. Namun, masalah free rider tidak menyebabkan ketidaklengkapan penyediaan barang publik
oleh swasta. Dalam beberapa kasus, sektor swasta dapat memerangi masalah free rider untuk
menyediakan barang publik. Misalnya, Pada tahun 1974, Ronald Coase melakukan penelitian
sejarah yang menunjukkan bahwa mercusuar (barang publik) di Inggris berhasil disediakan oleh
pihak swasta jauh sebelum pemerintah mengambil alih tugas tersebut. Pihak swasta merasa
diuntungkan karena mendapatkan izin dari pemerintah untuk membangun mercusuar dan
kemudian mengambil retribusi di pelabuhan dimana kapal-kapal berlabuh.
Untuk mencapai kondisi optimal untuk barang publik, biaya marginal harus ditetapkan sama
dengan jumlah tingkat substitusi marginal. Perlu diingat bahwa, utilitas marginal berkurang seiring
dengan peningkatan konsumsi atas suatu barang. Ada 3 faktor yang menentukan keberhasilan
penyediaan barang publik oleh pihak swasta yaitu :
a. Perbedaan permintaan antara individu yang satu dengan yang lain untuk kepentingan publik
Maksudnya adalah ada beberapa individu yang lebih peduli atau memiliki permintaan yang
sangat tinggi terhadap barang publik. Misalnya individu1 memiliki pendapatan lebih tinggi dari
individu2, maka individu1 akan membeli barang publik lebih banyak dari pada individu2. Begitu pula
apabila pendapatan keduanya sama, namun individu1 mendapatkan kepuasan lebih banyak dari
pada individu2, maka meskipun barang itu adalah barang publik, individu yang mendapatkan
kepuasan lebih, akan menyediakan lebih banyak lagi barang publik. Jadi, jika seseorang
mendapatkan kepuasan/manfaat lebih atau mempunyai banyak uang untuk membiayai barang
publik, ia akan memilih untuk membeli lebih banyak barang publik, meskipun ia harus berbagi
manfaat dengan orang lain.
b. Altruisme antara donor potensial untuk kepentingan publik
Altruisme dalam hal ini yaitu kepedulian/perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dan
diri mereka sendiri. Individu yang altruistik bersedia untuk berkontribusi untuk menyediakan barang
publik bahkan ketika ada free rider sekalipun. Sebagai contoh, seorang individu yang peduli tidak
hanya tentang biaya barang publik pada dirinya sendiri tetapi juga biaya untuk orang lain , sehingga
ia bersedia berkontribusi lebih banyak untuk menurunkan biaya orang lain.
c. Utilitas dari kontribusi sendiri seseorang untuk kepentingan publik
Warm Glow adalah sebuah model yang menganggap bahwa pihak swasta lebih
memedulikan tentang jumlah barang publik dan memberikan kontribusi khusus mereka terhadap
publik. Hal ini dimungkinkan karena mereka mendapat penghargaan karena kontribusinya atau
kontribusi mereka diketahui oleh publik/masyarakat sehingga masyarakat memuji mereka atas
tindakan terpuji mereka. Alasan lain adalah mereka mendapatkan manfaat psikologis langsung
ketika mereka berkontribusi untuk menyediakan barang publik untuk masyarakat.
5.4. Penyediaan barang publik oleh pemerintah (solve the problem of non-contributors, crowd-
out problem)
Pada prinsipnya pemerintah dapat memecahkan persoalan pengoptimalan penyediaan
barang publik, namun ada beberapa masalah yang dihadapi pemerintah yaitu :
1. Adanya masalah pendesakan/crowd-out
Yaitu apabila pemerintah menyediakan barang publik lebih, maka sektor swasta akan
menyediakan lebih sedikit/kurang.
2. Pengukuran biaya dan manfaat

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 42

Masalah lain dalam penyediaan pemerintah adalah pengukuran biaya dan manfaat dari
barang publik. Contohnya perluasan jalan raya menghemat perhitungan waktu dan mengurangi
kecelakaan lalu lintas. Namun terdapat masalah free rider dalam mengandalkan sektor swasta untuk
perbaikan ini. Manfaat yang diperoleh dari perbaikan jalan raya cukup kecil bagi pengemudi,
meskipun banyak dari pengemudi yang menggunakan jalan raya. Sehingga tidak ada seorangpun
pengemudi akan menginvestasikan sumber daya yang diperlukan untuk memperluas jalan raya.
3. Menentukan pilihan publik
Dalam praktiknya, ada tiga masalah yang dihadapi pemerintah dalam percobaan untuk
mengubah pilihan individu ke dalam keputusan tentang penyediaan barang publik. Pertama,
individu mungkin tidak akan memberitahukan pemerintah tentang penilaian mereka terhadap
barang publik, dikarenakan pemerintah mungkin membebankan biaya lebih apabila mereka
mengatakan penilaian mereka yang tinggi terhadap barang publik yang disediakan. Kedua,
meskipun individu dapat jujur tentang penilaian mereka, mereka mungkin memiliki pengetahuan
dan pengalaman terbatas tentang barang publik. Ketiga adalah tentang agregasi pilihan, yaitu
bagaimana pemerintah dapat dengan efektif menempatkan secara bersama-sama pilihan jutaan
warga negara dalam memutuskan pilihan tentang rencana publik.

Pertemuan Minggu ke-6


ANALISIS BIAYA-MANFAAT
6.1. Menghitung biaya proyek publik
Tujuan dari analisis biaya-manfaat adalah untuk menghitung biaya dan manfaat sehingga
dapat dianalisis untuk mengambil keputusan. Misalnya, pemerintah mempertimbangkan apakah
harus memperbaiki jalan tol buruk yang memperlambat lalu lintas dan menimbulkan resiko
kecelakaan. Dalam hal ini, kita harus menganalisis berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan
dalam pembangunan jalan tol tersebut dan berapa banyak manfaat yang diperoleh atas
pembangunan jalan tol tersebut. Contohnya untuk membuat perbaikan itu, diperlukan input
berikut :
 1 juta kantong aspal
 1 juta jam kerja konstruksi ( 500 pekerja untuk 2.000 jam masing masing)
 $10 juta per tahun untuk biaya pemeliharaan di masa depan.

Sedangkan manfaat utama yang didapatkan dari perbaikan jalan ini adalah :
 Waktu yang dihabiskan pengemudi dan pemakai jalan di jalan akan berkurang 500.000 jam
per tahun
 Jalan akan menjadi lebih aman, sehingga ada penurunan korban jiwa per tahun

Sehingga dalam hal ini, kita harus menghitung manfaat yang diperoleh dari waktu ke waktu
dikurangi dengan biaya dari waktu ke waktu.
Menghitung Current Costs
Biaya sosial marginal ( social marginal cost ) dari sumber daya seperti : aspal, pekerja dan
biaya pemeliharaan masa depan adalah biaya kesempatan (opportunity cost) , yaitu nilai dari input-
input itu di penggunaan selanjutnya. Jadi biaya pada masyarakat tidak ditentukan oleh biaya kas,
tetapi nilai kegunaannya di penggunaan berikutnya.
Jika sebuah barang dijual di pasar persaingan sempurna, maka biaya kesempatannya dalah
sama dengan harga (P). Dalam keseimbangan/ekuilibrium kompetitif, harga(P) sama dengan Social
Marginal Cost (SMC). Hal yang sama berlaku juga untuk pasar tenaga kerja yang kompetitif. Dalam
hal ini, upah yang diterima adalah sebesar harga pasar.
Namun dalam pasar tidak sempurna tidak demikian. Misalnya dalam hal pemerintah
menggaji pekerja konstruksi untuk membangun proyek. Pemerintah menggaji sebesar $20 untuk

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 43

setiap pekerja. Jika $20 adalah harga keseimbangan upah di sektor kontruksi, maka akan ada
beberapa pekerja yang senang hati untuk bekerja pada proyek itu. Bagi pengangguran, misalnya,
mereka menghargai leissure time mereka sebesar $10, apabila dibawah $10, mereka lebih senang
menganggur. Apabila misalnya pemerintah mempekerjakan 1 juta pekerja, dan setengah dari
pekerja berasal dari yang menganggur, maka :
Biaya kesempatan menyewa 1 juta pekerja adalah :
(500.000 pekerja kontruksi x $20) + (500.000 pekerja dari unemployment x $10)
= $15 juta
Karena pemerintah membayar $20 juta tunai, dan biaya kesempatannya sebenarnya hanya
$15 juta, maka transfer of rents atas pembayaran upah itu sebesar $5 juta. Rents adalah
pembayaran atas sumber daya yang melebihi nilai yang sebenarnya diperlukan dalam mendapatkan
sumber daya. Biaya tunai yang dibayar pemerintah terdiri dari 2 komponen : biaya kesempatan dan
transfer of rents. Hal yang sama juga berlaku juga apabila pemerintah membeli sumber daya dari
pasar monopoli. Karena monopoli menetapkan harga di atas biaya marginal, maka selisih antara
harga yang dibayarkan dan biaya marginal produksi adalah transfer of rents dari pemerintah kepada
pasar monopoli.
Menghitung Future Costs
Biaya terakhir adalah pemeliharaan yang menyangkut material dan pekerja. Kita harus
mengkombinasikan aliran biaya masa depan (pemeliharaan) dengan biaya pada suatu waktu terkait
dengan konstruksi. Kita harus membandingkan Present Discounted Value (PDV) dari biaya. PDV
menunjukkan bahwa nilai satu dollar di tahun selanjutnya seharga 1+r kali lebih sedikit dari pada
satu dollar sekarang, karena dollar itu dapat menghasilkan bunga r% jika diinvestasikan. Jadi biaya
perbaikan masa depan harus dihitung untuk membandingkannya dengan biaya konstruksi saat ini.
Social Discount Rate adalah nilai yang sesuai dari r untuk digunakan dalam menghitung PDV
untuk investasi sosial. Jika sebuah perusahaan swasta mau berinvestasi, discount rate yang sesuai
harus menunjukkan biaya kesempatan perusahaan lain dengan dana yang sama. Jika ada investasi
yang menghasilkan 10% per tahun dan perusahaan membayar pajak sebesar 50%, maka investasi
ini menghasilkan pengembalian net 5% setiap tahun. Jadi biaya kesempatan yang dibayar untuk
proyek itu adalah 5%. 5% adalah rate yang digunakan untuk memperhitungkan pembayaran terkait
proyek baru. Berbeda dengan pihak swasta, pemerintah tidak hanya menghitung biaya kesempatan
setelah biaya dikenakan pajak, karena pemerintah adalah pihak yang mengumpulkan pajak. Jadi
biaya kesempatan menyediakan proyek pemerintah adalah dengan discount rate penuh 10%.
6.2. Menghitung manfaat proyek publik
Manfaat pertama dari pembangunan proyek pembangunan jalan raya adalah menghemat
waktu produsen dan konsumen. Manfaat dirasakan produsen karena adanya penurunan biaya
pengadaan barang sebab produsen tidak membutuhkan waktu yang lebih lama lagi dalam
mengangkut barang. Penurunan biaya juga menyebabkan peningkatan pasokan sehingga akan
meningkatkan total surplus sosial. Peningkatan surplus sosial ini bermanfaat bagi masyarakat karena
biaya lebih rendah dalam memproduksi barang. Cara untuk menghitung manfaat penghematan
waktu ini adalah dengan beberapa ukuran penilaian masyarakat terhadap waktu.
Contingent Valuation : yaitu ukuran/pendekatan berbasis survei dengan meminta individu untuk
menilai sebuah pilihan yang pada saat itu tidak mereka pilih (atau belum tersedia bagi mereka)
Revealed Preference (Preferensi terungkap) : yaitu pendekatan agar individu mengungkapkan
penilaian mereka melalui tindakan yang mereka lakukan
Compensating Differentials (kompensasi perbedaan) : yaitu tambahan (ataupun pengurangan)
upah yang dibayarkan kepada pekerja untuk mengkompensasi mereka untuk fasilitas negatif
(ataupun positif) suatu pekerjaan, karena meningkatnya resiko kematian (atau kantor yang lebih
baik)
6.3. Putting it all together

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 44

Menggabungkan biaya dan keuntungan dari program perbaikan. Misalnya program


perbaikan jalan raya membutuhkan cost (aspal, tenaga kerja, perbaikan) sebesar $258. Keuntungan
apabila menjalankan program ini adalah dapat menurunkan 500.000 jam berkendara dan
menurunkan 5 kali tingkat kecelakaan per tahun. Dengan asumsi bahwa kita menilai peningkatan
waktu produsen dan konsumen di nilai yang sama, yaitu sebesar $19. Hal tersebut meningkatkan
pemanfaatan waktu sebesar $9,5 juta per tahun. Dan apabila kita berasumsi jika kita dapat menilai
hidup dengan nilai rata-rata $7 juta per tahun, maka ada peningkatan kualitas keamanan hidup
sebesar $35 juta per tahun, sehingga total keuntungan adalah $44,5 juta per tahun.
Apabila tingkat potongan keuntungan sebesar 7%, maka total benefit over time adalah
$635,7. Keuntungan tetap lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk program ini. Dengan adanya
manfaat sosial dari perbaikan jalan ini, maka pemerintah harus dapat menyediakannya.
6.4. Kekurangan dan kelebihan analisis biaya-manfaat
Kelebihan dari cost benefit analysis adalah :
1) Terjaminnya penggunaan sumber ekonomi ecara efisien
2) Dapat meningkatkan faktor-faktor produksi
3) Dapat tercapainya kesejahteraan masyarakat yang maksimum

Kekurangan dari cost benefit analysis adalah :


1) Membutuhkan perhitungan manfaat secara kuantitatif
2) Tidak mempunyai fleksibilitas, sehingga dikatakan bahwa analisis manfaat dan biaya
dilaksanakan terlalu jauh
3) Adanya ketidakpastian dan masalah mengenai distribusi

Pertemuan Minggu ke-7


DESENTRALISASI FISKAL
7.1. Pengertian desentralisasi fiskal (desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan)
Pengetian dari desentralisasi fiskal adalah pemberian kewenangan kepada daerah
untuk menggali sumber-sumber pendapatan, hak untuk menerima transfer dari pemerintahan
yang lebih tinggi, dan menentukan belanja rutin dan investasi. Menurut pasal 1 Butir 7 UU No.
32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, desentralisasi didefinisikan sebagai penyerahan wewenang
pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelaksanaan desentralisasi dalam
rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah didanai dari APBD. Dalam urusan
pemerintahannya diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana
dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
Sementara, pengertian dekonsentrasi menurut pasal 1 Butir 8 UU No. 32 / 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada wilayah provinsi dalam kedudukannya sebagai
wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada
gubenur sebagai wakil pemerintah di wilayah provinsi.
Tugas pembantuan menurut pasal 1 Butir 9 UU No. 32 / 2004 tentang Pemerintahan
Daerah yaitu penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi
kepada kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa
untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Pemberian tugas pembantuan dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan,
dan pelayanan umum. Tujuan pemberian tugas pembantuan adalah memperlancar pelaksanaan
tugas dan penyelesaian permasalahan, serta membantu penyelenggaraan pemerintahan, dan
pengembangan pembangunan bagi daerah dan desa.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 45

7.2. Desentralisasi fiskal yang optimal (which activities should take place at which level of
government)
Model Tiebout mengimplikasikan bahwa ada tiga faktor yang menentukan penyediaan
barang publik:
1. Tax-benefit linkages: hubungan antara pajak yang dibayar oleh orang-orang dan barang
dan jasa yang mereka dapatkan dari pemerintah sebagai gantinya.
2. Kelebihan penyediaan barang publik
3. Skala ekonomi dalam menentukan penyediaan barang publik

Jika pajak dan manfaat dikaitkan, dan tidak ada kelebihan ataupun skala ekonomi maka
penyediaan barang publik mendekati optimal.
7.3. Tiebout voting with feet
Gagasan "Voting with feet" dari Charles Tiebout pertama kali diajukan pada tahun 1956
dalam jurnal “A Pure Theory of Local Expenditures” yang diterbitkan dalam The Journal of Political
Economy, sebagai cara pasar non-politik untuk memecahkan masalah free rider di pemerintahan
daerah. Model ini pada dasarnya menyiratkan bahwa orang akan memilih di mana mereka ingin
hidup berdasarkan barang dan jasa publik lokal yang ditawarkan di kota yang berbeda. Setiap orang
berbeda-beda dalam preferensi masing-masing terhadap layanan yang berbeda dan kesediaan
mereka untuk membayar untuk layanan ini. Mereka akan memilih tempat untuk hidup sesuai.
“Voting with feet” berarti meninggalkan situasi yang tidak disukai atau pergi ke situasi
yang lebih menguntungkan. Apabila seseorang merasa pelayanan publik di suatu daerah
menimbulkan biaya, misalnya adanya kebijakan membayar pajak, maka seseorang akan memilih
untuk pindah ke daerah lain yang lebih menguntungkan.
7.4. Transfer (block grant, matching grant, conditional block grant)

Bentuk transfer fiskal :

Bentuk Fiskal menurut Boex (2001), transfer berbentuk block grant, yaitu bantuan yang
diberikan sebagai suatu pembayaran kembali dari pengeluaran aktual pemerintah daerah.
Pengertian lain dari Block Grant yaitu pemberian bantuan dana untuk melaksanakan suatu kegiatan
tertentu, baik dalam bidang pendidikan,
pembangunan sosial politik, hukum atau pembangunan aspek lainnya dengan tujuan untuk
mempercepat laju pembangunan. Di Indonesia, DAU atau general purpose grant merupakan block
grants yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.

Bentuk yang lain adalah matching grant, yaitu bantuan yang diberikan dengan proporsi
tertentu dari pengeluaran pemerintah daerah. Transfer Matching grant diberikan oleh pemerintah
pusat untuk menutup sebagian atau seluruh kekurangan pembiayaan suatu jenis urusan atau
program tertentu. Tujuan mengatasi eksternalitas akibat pelayanan publik disuatu daerah dapat
diselesaikan dengan matching grant.

Matching grants mempunyai keunggulan politis yang sangat penting dalam hal pelibatan
daerah, komitmen, akuntabilitas, dan pertanggungjawaban atas aktivitasnya. Beberapa grants
bahkan sangat penting untuk proyek investasi modal. Selain itu, matching grants dapat
menyamakan dalam hal perbedaan dan preferensi pembelanjaan di mana perbedaan ini tidak dapat
diamati oleh pemerintah pusat. Di negara berkembang, hanya sedikit yang berhasil menerapkan
matching grants. Alasannya, mereka lebih memperhatikan aspek redistribusi, bukan efisiensi dalam
menetapkan matching rates. Daerah miskin memperoleh bantuan lebih karena memang mereka
miskin, bukan karena matching ratenya yang tinggi untuk mendorong mereka menghasilkan jumlah
pelayanan yang optimal.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 46

Sedangkan Conditional grant adalah donor khusus yang diberikan kepada pemerintah sub
nasional untuk tujuan-tujuan khusus. Ciri dari conditional grant adalah transfer yang syarat dan
ketentuannya telah ditentukan oleh pemerintah pusat dan seringkali tujuan dari transfer ini
dianggap penting oleh pemerintah pusat dan akan tetapi bisa saja dianggap tidak penting oleh
pemerintah daerah.
7.5. Flypaper effect
Flypaper effect adalah sebuah konsep dari bidang keuangan publik yang menunjukkan
bahwa grant dari pemerintah pusat ke daerah mengakibatkan peningkatan pengeluaran masyarakat
lokal lebih banyak dari pada peningkatan pendapatan daerah dalam jumlah yang sama. Flypaper
effect adalah suatu fenomena pada suatu kondisi ketika Pemerintah Daerah merespon belanja
daerahnya lebih banyak berasal dari transfer/grants atau spesifiknya pada transfer tidak bersyarat
atau unconditional grants daripada pendapatan asli dari daerahnya tersebut sehingga akan
mengakibatkan pemborosan dalam Belanja Daerah.
Penjelasan umum dari flypaper effect berfokus pada peran pejabat publik. Ini pertama kali
didalilkan oleh Niskanen bahwa pejabat publik cenderung memaksimalkan anggaran mereka
dengan model maksimalisasi anggaran. Sebagai pejabat publik yang memaksimalkan anggaran, para
birokrat tidak memiliki insentif untuk menginformasikan warga tentang jumlah dana hibah/grant
yang diterima oleh komunitas. Jika pejabat publik merahasiakan informasi ini, mereka dapat
mengelabui warga negara dalam pemungutan suara untuk tingkat dana yang lebih tinggi daripada
yang sebaliknya telah terjadi. Dalam hal ini, flypaper effect terjadi karena warga tidak menyadari
budget constraint yang sebenarnya.
Di temukannya fenomena Flypaper effect mengidentifikasikan bahwa Pemerintah Daerah
dalam memenuhi kebutuhan publik senantiasa cenderung lebih merespons atas pengeluaran atau
belanja daerahnya dari grants atau transfer dan lebih “berhemat” dalam optimalisasi pengeluaran
yang berasal dari pendapatan asli daerahnya yang merupakan hasil dari kenaikan Pendapatan
Domestik Bruto sehingga akan menciptakan kecenderungan pemborosan Belanja Daerah.

Pertemuan Minggu ke-8


DESENTRALISASI FISKAL (LANJUTAN)
8.1. Desentralisasi Fiskal di Indonesia

Pengetian dari desentralisasi fiskal adalah pemberian kewenangan kepada daerah untuk
menggali sumber-sumber pendapatan, hak untuk menerima transfer dari pemerintahan yang
lebih tinggi, dan menentukan belanja rutin dan investasi. Pelaksanaan desentralisasi fiskal di era
Reformasi secara resmi dimulai sejak 1 Januari 2001. Proses tersebut diawali dengan pengesahan
Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah serta UU Nomor 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (PKPD). Hingga
kini, kedua regulasi tersebut sudah mengalami beberapa kali revisi hingga yang terakhir UU Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Awalnya, pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia ditujukan untuk menciptakan aspek


kemandirian di daerah. Sebagai konsekuensinya, daerah kemudian menerima pelimpahan
kewenangan di segala bidang, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan,
keamanan, yustisi, moneter dan fiskal serta keagamaan. Pelimpahan kewenangan tersebut juga
diikuti dengan penyerahan sumber-sumber pendanaan berupa penyerahan basis-basis perpajakan
maupun bantuan pendanaan melalui mekanisme Transfer ke Daerah sesuai asas money follows
function. Masih adanya mekanisme Transfer ke Daerah didasarkan kepada pertimbangan
mengurangi ketimpangan yang mungkin terjadi baik antar daerah (horisontal imbalances) maupun
antara pemerintah pusat dan daerah (vertical imbalances).

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 47

Satu hal yang perlu diingat bahwa pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia adalah
desentralisasi dari sisi belanja (expenditure) bukan dari sisi pendapatan (revenue). Desentralisasi
fiskal dari sisi belanja (expenditure) didefinisikan sebagai kewenangan untuk mengalokasikan
belanja sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan pada masing-masing daerah. Fungsi dari
Pemerintah Pusat hanyalah memberikan advice serta monitoring pelaksanaan. Namun inilah yang
menjadikan pelaksanaan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah di Indonesia terasa semakin jauh
dari apa yang dicita-citakan sebelumnya.

Menanggapi hal tersebut, berbagai kebijakan yang sifatnya antisipasif dan reaktif terus
dijalankan dengan tetap mengutamakan aspek penguatan kapasitas Pemda dalam menjalankan
proses desentralisasi fiskal dan otonomi daerah tersebut. Melalui revisi UU Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah misalnya, pemerintah telah melakukan penguatan pembagian
kewenangan antara Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Dari aspek
penyempurnaan mekanisme pembiayaan, pemerintah juga memberikan perhatian yang tak kalah
seriusnya. Pengalokasian Dana Desa sebagai pemenuhan amanat UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, juga menjadi bukti terbaru komitmen tersebut. Begitupula konsistensi pemerintah untuk
menggunakan formula dalam perhitungan DAU serta keberanian menghilangkan aspek hold
harmless yang akan memberikan jaminan alokasi DAU di suatu daerah dipastikan tidak akan
mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, meskipun sesungguhnya memberikan tekanan
fiskal yang besar terhadap APBN. Dilihat dari sisi besaran alokasi anggaran dalam APBN, alokasi
Transfer ke Daerah senantiasa meningkat setiap tahunnya.
Sebagai sebuah konsekuensi politik, pelaksanaan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah
di Indonesia saat ini sudah berada pada kondisi point no return, sehingga aspek-aspek yang
dikedepankan lebih bersifat penguatan kapasitas serta quality improvement. Dengan demikian, ke
depannya, desentralisasi fiskal dan otonomi daerah diharapkan mampu membawa Indonesia
menuju kemakmuran yang inklusif dan berkelanjutan.

8.2. Desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan


Menurut pasal 1 Butir 7 UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, desentralisasi
didefinisikan sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah
otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pelaksanaan desentralisasi dalam rangka penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah didanai dari APBD. Dalam urusan pemerintahannya diserahkan kepada
daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian
sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
Apabila dilihat dalam konteks yang lebih luas, sebenarnya dana Pemerintah yang bergulir
ke daerah pada dasarnya tidak hanya yang dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Di daerah, Pemerintah juga mengalokasikan dana untuk membiayai program dan kegiatan yang
menjadi kewenangan Pemerintah di daerah dalam bentuk Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas
Pembantuan. Jumlah dana tersebut akan menjadi lebih besar lagi apabila ditambahkan dengan dana
yang digulirkan ke daerah melalui program nasional yang menjadi Bagian Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga, seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), serta program nasional melalui subsidi yang sebagian besar juga
dibelanjakan di daerah, seperti subsidi energi dan subsidi non-energi.
Sementara, pengertian dekonsentrasi menurut pasal 1 Butir 8 UU No. 32 / 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada wilayah provinsi dalam kedudukannya sebagai
wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada
gubenur sebagai wakil pemerintah di wilayah provinsi.
Tugas pembantuan menurut pasal 1 Butir 9 UU No. 32 / 2004 tentang Pemerintahan
Daerah yaitu penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi
kepada kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa
untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Pemberian tugas pembantuan dimaksudkan untuk

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 48

meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan,


dan pelayanan umum. Tujuan pemberian tugas pembantuan adalah memperlancar pelaksanaan
tugas dan penyelesaian permasalahan, serta membantu penyelenggaraan pemerintahan, dan
pengembangan pembangunan bagi daerah dan desa
Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan,
pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang
didesentralisasikan. Urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur disertai dengan
pendanaan sesuai dengan urusan yang didekonsentrasikan.

8.3. Transfer (DAU, DAK, Bagi Hasil)


Transfer ke Daerah merupakan instrumen utama dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal.
Transfer ke Daerah terdiri atas Dana Perimbangan, Dana Insentif Daerah, serta Dana Otonomi
Khusus dan Dana Keistimewaan DIY. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari
Penerimaan Negara yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Sementara itu, Dana Insentif Daerah (DID) dialokasikan kepada
provinsi dan kabupaten/kota untuk memberikan reward atas kinerja daerah. Sedangkan Dana
Otonomi Khusus adalah dana yang bersumber dari Pendapatan Negara yang dialokasikan untuk
membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah. Sementara itu, Dana Keistimewaan DIY
adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan untuk penyelenggaraan
urusan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 13
Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Transfer ke Daerah tahun 2016 terdiri atas: (1) Dana Perimbangan, yang terdiri dari (i) Dana
Transfer Umum (DBH dan DAU), dan (ii) Dana Transfer Khusus (DAK Fisik dan DAK Nonfisik); (2) Dana
Insentif Daerah; serta (3) Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan D.I.Yogyakarta. Dana
Perimbangan terdiri atas Dana Transfer Umum dan Dana Transfer Khusus.

DAK
Pengertian DAK diatur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah, yang menyebutkan
bahwa: “Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.”

Pasal 162 UU No.32/2004 menyebutkan bahwa DAK dialokasikan dalam APBN untuk daerah
tertentu dalam rangka pendanaan desentralisasi untuk (1) membiayai kegiatan khusus yang
ditentukan Pemerintah Pusat atas dasar prioritas nasional dan (2) membiayai kegiatan khusus yang
diusulkan daerah tertentu.

DAU

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan salah satu transfer dana Pemerintah kepada
pemerintah daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. DAU bersifat “Block Grant” yang berarti penggunaannya diserahkan
kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomidaerah.

DAU dialokasikan untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota. Besaran DAU ditetapkan
sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) Netto yang ditetapkan dalam APBN.
Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan
imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota.

DBH ( Dana Bagi Hasil)

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 49

Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi ( UU No 33 Tahun 2004 / PP No.55 Tahun 2005).
DBH bertujuan untuk memperbaiki keseimbangan vertikal antara pusat dan daerah dengan
memperhatikan potensi daerah penghasil. Untuk itu, DBH dialokasikan berdasarkan prinsip by origin
dan disalurkan sesuai dengan realisasi penerimaan negara yang dibagihasilkan (based on actual
revenue).

Sumber Dana Bagi Hasil yaitu :


1. Pajak, terdiri dari :
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);
 Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 dan pasal 25/29 orang pribadi
2. Sumber Daya Alam yang terdiri dari :
 Kehutanan;
 Pertambangan umum;
 Perikanan;
 Pertambangan minyak bumi;
 Pertambangan gas bumi;
 Pertambangan panas bumi.

8.4. Pendapatan Daerah


Secara umum struktur APBD terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayan
Daerah. Pendapatan Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-
lain Pendapatan yang Sah sedangkan Belanja terdiri dari Belanja Langsung dan Belanja Tidak
Langsung. Pembiayaan Daerah terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.
a. Pendapatan asli daerah
yaitu penerimaan-penerimaan yang diperoleh dari pungutan-pungutan daerah, seperti: pajak
daerah, restribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah, keuntungan dari perusahaan-
perusahaan milik daerah, dan lain-lain.
b. Dana perimbangan
adalah dana yang dialokasikan dalam APBN untuk daerah. Dana perimbangan meliputi dana bagi
hasil, dana alokasi umum, dan alokasi khusus.
1) Dana bagi hasil, yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah sebagai bagi
hasil dari pengelolaan sumber daya alam di daerah oleh negara.
2) Dana alokasi umum, yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan
tujuan sebagai wujud dari pemerataan kemampuan keuangan antara daerah.
3) Dana alokasi khusus, yaitu dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus daerah yang disesuaikan dengan prioritas
nasional.
c. Pinjaman daerah.
d. Penerimaan lain-lain yang sah.

8.5. Belanja Daerah


Menurut Undang-Undang No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
“Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih”. Secara umum Belanja dalam APBD dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu:
a. Belanja Administrasi Umum

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Keuangan Publik 50

Belanja Administrasi Umum adalah semua pengeluaran pemerintah daerah yang tidak
berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik. Belanja administrasi umum terdiri atas empat
jenis, yaitu:

1. Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk orang/personel yang


tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau dengan kata lain merupakan biaya
tetap pegawai.
2. Belanja Barang, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk penyediaan barang dan
jasa yang tidak berhubungan langsung dengan pelayanan publik.
3. Belanja Perjalanan Dinas, merupakan pengeluaran pemerintah untuk biaya perjalanan
pegawai dan dewan yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik.
4. Belanja Pemeliharaan, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk pemeliharaan
barang daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik.

b. Belanja Operasi, Pemeliharaan sarana dan Prasarana Publik


Belanja ini merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah yang berhubungan dengan
aktivitas atau pelayanan publik. Kelompok belanja ini meliputi:

1. Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk orang/personel yang


berhubungan langsung dengan suatu aktivitas atau dengan kata lain merupakan belanja
pegawai yang bersifat variabel.
2. Belanja Barang, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk penyediaan barang dan
jasa yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik.
3. Belanja Perjalanan, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk biaya perjalanan
pegawai yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik.
4. Belanja Pemeliharaan, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk pemeliharaan
barang daerah yang mempunyai hubungan langsung dengan pelayanan publik.

c. Belanja Modal
Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang menfaatnya melebihi satu
tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah
belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Belanja modal dibagi menjadi:

1. Belanja Publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh
masyarakat umum. Contoh belanja publik yaitu pembangunan jembatan dan jalan raya,
pembelian alat transportasi massa, dan pembelian mobil ambulans.
2. Belanja aparatur yaitu belanja yang menfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh
masyarakat akan tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur. Contoh belanja aparatur:
pembelian kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintahan, dan pembangunan
rumah dinas.

d. Belanja Transfer
Adanya harapan untuk mendapatkan pengembalian imbalan meupun keuntungan dari
pengalihan uang tersebut. Kelompok belanja ini terdiri atas pembayaran:

1. Angsuran Pinjaman
2. Dana Bantuan
3. Dana Cadangan

e. Belanja Tak Tersangka


Belanja tak tersangka adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk
membiayai kegiatan-kegiatan tak terduga dan kejadian-kejadian luar biasa.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 52

MANAJEMEN
1. Manajemen dan Manajer
1.1 Pengertian Manajemen
 Manajemen dibutuhkan untuk semua tipe organisasi guna mencapai suatu tujuan bersama
 Fungsi-fungsi manajemen adalah universal, sama dimana saja, dalam seluruh organisasi dan
pada waktu kapan saja.
 Dalam penerapannya dapat berbeda tergantung pada variabel-variabel seperti tipe organisasi
kebudayaan, dan tipe anggota (karyawan).
 Sebagai ilmu pengetahuan manajer mencakup kaidah-kaidah, prinsip-prinsip dan konsep-
konsep yang cenderung benar dalam semua situasi manajerial.

1.2 Alasan utama diperlukannya Manajemen


1. Untuk mencapai tujuan
2. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan ynag saling bertentangan
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas
 Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Manajer
dikatakan efisien jika mencapai keluaran yang lebih tinggi (hasil, produktivitas, perfomance)
dibandingkan masukan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin, dan waktu) yang digunakan.
Melakukan pekerjaan dengan benar (doing things right).
 Efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat
untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Manajer dikatakan efektif jika dapat memilih
pekerjaan yang harus dilakukan atau metode (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan.
Melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things).

1.3 Definisi Manajemen


1. Mary Parker Follett : manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain.
2. Stoner : Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
3. Manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja dengan orang-orang untuk menentukan,
menginterpretasi, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi
perencanaan, pengorganisasian,penyusunan personalia, pengarahan dan kepemimpinan,
dan pengawasan.

 Manajemen sebagai Ilmu dan Seni


Merupakan ilmu pengetahuan yang memerlukan disiplin ilmu-ilmu pengetahuan yang lain dalam
penerapannya.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 53

 Manajemen sebagai Profesi


Manajemen telah berkembang menjadi bidang yang semakin profesional melalui perkembvangan
yang menyolok progran-program latihan manajemen di universitas atau lembagan
manajemen swasta, dan melalui pengembangan para eksekutif oragnisasi
(perusahaan).
 Pengertian-pengertian yang berbeda dengan istilah manajemen
1. Manajemen berbeda dengan kewirausahaan
2. Manajemen berbeda dengan supervisi
 Aplikasi-aplikasi yang berbeda dengan istilah Manajamen
1. Pengelompokan pekerjaan
2. Seorang indiividu
3. Suatu disiplin akademik
4. Suatu proses

1.4 Tingkatan Manajemen


1. Manajer lini-pertama (first line management)
Tingkatan paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga
operasional. Para manajer ini sisebut dengan kepala atau pimpinan (leader), mandor
(foremen), dan penyelia (supervisors).
2. Manajer menengah (middle management)
Membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan karyawan
operasional. Sebutan lain untuk manajer menengah adalah manajer departemen, kepala
pengawas (superintendents).
3. Manajer puncak (top management)
Bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi. Sebutannya adalah direktur,
presiden, kepala divisi, wakil presiden senior, dsb.

 Manajer Umum : mengatur, mengawasi dan bertanggung jawabatas satuan kerja keseluruhan
atau divisi operasi yan mencakup semua atau beberapa kegiatan-kegiatan fungsional satuan
kerja.
 Manajer Fungsional : bertanggung jawab hanya atas satu kegiatan organisasi.
 Dua fungsi utama manajemen :
a. Manajemen administratif, lebih berurusan dengan penetapan tujuan dan kemudian
perencanaan, penyusunan kepegawaian, dan pengawasan kegiatan untuk mencapai tujuan.
b. Manajemen operatif, lebih mencakup kegiatan memotivasi, supervisi dan
komunikasidengan para karyawanuntuk mengarahkan menuju hasil efektif.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 54

1.5 Fungsi Manajemen


1. Perencanaan, adalah :
 Pemilihan atuau penetapan tujuan-tujuan organisasi
 Penentuan strategi, kenijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem,
anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2. Pengorganisasian, adalah :
 Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi
 Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat
membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan
 Penugasan tanggung jawab tertentu
 Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan
tugasnya
3. Penyusunan Personalia
Adalah penarikan (recruitment), latihan dan pengembangan, serta penempatan dan pemberian
orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif.
4. Pengarahan
Untuk membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan harus
mereka lakukan. Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaan pemimpin serta
kegiatan-kegiatan kepemimpinan.
5. Pengawasan
Adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah
dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.

1.6 Tugas Manajemen


1. Manajer bekerja dengan dan melalui orang lain
2. Manajer memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan
menetapkan prioritas-prioritas
3. Manajer bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan
4. Manajer harus berpikir secara analitis dan konseptual
5. Manajer adalah seorang mediator
6. Manajer adalah seorang politisi
7. Manajer adalah seorang diplomat
8. Manajer mengambil keputusan-keputusan yang sulit

1.7 Peran Manajer


1). Peranan antar pribadi : pemuka simbolis, pemimpin, perantara
2). Peranan informasional : monitoring aliran informasi, penerus informasi, perwakilan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 55

3). Peranan pembuatan keputusan : wiraswasta, penangkal kesulitan, pengalokasian sumber


daya, negotiator.
2. Lingkungan Organisasi
2.1 Faktor-Faktor Lingkungan Organisasi
A. Faktor-faktor Lingkungan Eksternal
 Lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur di luar organisasi, yang sebagian besar tak
dapat dikendalikan dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan.
 Lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur yang berpengaruh langsung (lingungan
ekstern mikro) dan yang berpengaruh tidak langsung (lingkungan ekstern makro).
2.2 Lingkungan Eksternal
A. Lingkungan Ekstern Mikro
1. Para pesaing ( Competitors)
 Dengan pemahaman akan lingkungan persaingan yang dihadapi, organisasi dapat
mengetahui posisi persaingannya, sehingga lebih mampu mengoptimalkan operasi-
operasinya.
2. Pelanggan (Customers)
 Strategi, kebijaksanaan, dan taktik-taktik pemasaran perusahaan sangat tergantung
pada situasi pasar dan langganan.
 Analisa langganan berguna untuk mengantisipasi perubahan perilaku pasar atau
langganan dan mengarahkan pengalokasian sumber daya sesuai kebutuhan dan
keinginan pelanggan.
3. Penyedia (Suppliers)
 Setiap organisasi sangat tergantung pada para penyedia bahan-bahan dan peralatan-
peralatan.
4. Pemerintah
 Pembuat kebijakan
 Penyedia dan kreditur yang besar bagi perusahaan
 Konsumen
5. Lembaga keuangan
 Organsasi tergantung pada macam-macam lembaga keuangan seperti bank,
perusahaan asuransi, pasar modal, pegadaian dll
6. Pasar tenaga kerja
 Kondisi pasar tenaga kerja berpengaruh dalam pemenuhan sejumlah karyawan
(personalia) bagi perusahaan
B. Lingungan Ekstern Makro
1. Perkembangan teknologi
 Kemajuan teknologi memainkan peran penting pada penentuan produk dan jasa yang
akan diproduksi, peralatan yang digunakan, dan bagaimana operasi akan dikelola.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 56

2. Variabel-variabel ekonomi
 Para manajer perusahaan harus melakukan peramalan ekonomi dan antisipasi
perubahan-perubahan harga.
3. Lingkungan sosial-kebudayaan
 Merupakan penentu bagaimana hampir seluruh organisasi dan manajer akan
beroperasi.
 Meliputi kepercayaan, nilai-nilai, sikap, pandangan serta pola kehidupan.
4. Variabel-variabel politik-hukum
 Politik dan hukum dalam sutau periode tertentu akan menentukan operasi perusahaan.
5. Dimensi internasional
 Komponen internasional memberikan kesempatan dan tantangan, serta mempunyai
potensi menjadi faktor yang berpengaruh langsung pada operasi perusahaan.
2.3 Lingkungan Internal
1. Pemilik atau Investor (pemegang saham)
 Orang-orang yang memiliki hak milik hukum terhadap bisinis tersebut.
2. Manajer atau Dewan Direksi
 Badan pengatur yang bertanggungjawab untuk mengawai manajemen perusahaan
secara umum.
3. Karyawan
 Merupakan elemen utama dari lingkungan internal.
4. Lingkunga Kerja Fisik
3.4 Dunia Usaha
 Latar belakang munculnya bisnis :
1. Apa gunanya menciptakan bisnis ini
2. Apa saja sumber daya yang dibutuhkan
3. Bagaimana cara untuk memuaskan pemangku kepentingan
4. Fungsi utama dari manajer
5. Bagaimana menangani kekhawatiran lingkungan
 Tujuan Bisnis :
1. Profit
2. Mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan
3. Pertumbuhan perusahaan
4. Tanggung jawab sosial
 Ruang lingkup kegiatan bisnis :
1. Aspek produksi
2. Aspek distribusi
3. Aspek konsumsi

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 57

4. Perencanaan
4.1 Pengertian Perencanaan
 Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa
saja yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.
 Aspek penting : (1) pembuatan keputusan. (2) proses pengembangan dan penyeleksian
sekumpulan kegaiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
 Empat Tahap Dasar Perencanaan :
1. Menetapkan tujuan dan serangkaian tujuan
2. Merumuskan keadaan saat ini
3. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan (SWOT)
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan

4.2 Alasan perlunya perencanaan


1) Protective benefits, yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pembuatan keputusan
2) Positive benefits, dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan

4.3 Hubungan Perencanaan dengan Fungsi Lain


1) Pengorganisasian dan Penyusunan Personalia
 Perencanaan menunjukkan cara dan perkiraan bagaimana menggunakan sumber
daya untuk mencapai efektifitas yang tinggi.
2) Pengarahan
 Perencanaan menentukan kombinasi yang paling baik dari faktor-faktor, sumber-
sumber dan hubungan-hubungan yang diperlukan untuk mengarahkan dan
memotivasi karyawan. Fungsi pengarahan meliputi penerapan unsur-unsur tersebut
menjadi pengaruh.
3) Pengawasan
 Pengarahan adalah penting sebagai produk perencanaan efektif
 Bertindak sebagai kriteria penilaian pelaksanaan kerja terhadap rencana.

4.4 Tipe-Tipe Perencanaan


 Cara pengklasifikasian perencanaan akan menentukan isi rencana dan bagaimana
perencanaan itu dilakukan
 Dasar pengklasifikasian rencana :

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 58

1) Bidang fungsional, mencakup rencana produksi, pemasaran, keuangan dan


personalia.
2) Tingkatan organisasional, termasuk keseluruhan organisasi atau satuan-satian kerja
organisasi
3) Karakteristik (sifat) organisasi, meliputi faktor-faktor kompleksitas, fleksibilitas,
keformalan, kerahasiaan, biaya, rasionalitas, kuantitatif, kualitatif.
4) Waktu, menyangkut rencana jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
5) Unsur-unsur rencana, dalam wujud anggaran, program, prosedur, kebijaksanaan,
dsb

 Tipe Rencana :
1) Rencana-Rencana Strategik
- Yang dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi yang lebih luas
- Mengimplementasi misi yang memberikan alasan khas keberadaan organisasi
- Strategi adalah program umum untuk pencapaian tujuan organisasi dalam
pelaksanaan misi.

2) Rencana-Rencana Operasional
- Merupakan penguraian lebih terperinci bagaimana rencana-rencana strategik
akan dicapai.
- Dua tipe rencana operasional :
1. Rencana Sekali Pakai
 Adalah serangkaian kegiatan terperinci yang kemungkinan tidak
berulang dalam bentuk yang sama di waktu mendatang
 Tipe-tipe pokok rencana sekali pakai :
a. Program
b. Proyek
c. Anggaran
2. Rencana Tetap
 Merupakan pendekatan-pendekatan standar untuk penanganan situasi-
situasi yang diperkirakan dan terjadi berulang-ulang.
 Tipe-tipe pokok rencana tetap :
a. Kebijaksanaan
b. Prosedur standar
c. Aturan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 59

5. Perencanaan Strategik (Strategic Planning)


5.1 Perencanaan Strategis
 Perencanaan strategis merupakan proses perencanaan jangka panjang yang disusun
dan digunakan untuk menentukan dan mencapai tujuan tujuan organisasi.
 Proses Perencanaan Strategik
1. Penentuan misi dan tujuan
2. Pengembangan profil perusahaan
3. Analisa lingkungan eksternal
4. Analisa internal perusahaan
5. Identifikasi kesempatan dan ancaman strategik
6. Pembuatan keputusan strategik
7. Pengembangan strategi perusahaan
8. Implementasi strategi
9. Peninjauan kembali dan evaluasi
 Kebaikan Perencanaan Strategik
1. Memberikan pedoman yang konsisten bagi kegiatan-kegiatan organisasi
2. Membantu manajer mengantisipasi masalah-masalah sebelum timbul dan
menanganinya sebelum menjadi lebih berat
3. Membantu para manajer dalam pembuatan keputusan
4. Meminimumkan kemungkinan kesalahan
 Kelemahan Perencanaan Strategik
1. Memerlukan investasi dalam waktu, uang, dan orang yang cukup besar
2. Cenderung membatasi organisasi hanya terhadap pilihan yang paling rasional dan
bebas resiko

5.2 Hambatan-Hambatan Perencanaan Efektif


 Ada dua jenis hambatan pengembangan rencana rencana efektif
1. penolakan internal para perencana terhadap penetapan tujuan dan pembuatan
rencana untuk mencapainya. Dengan kata lain, hambatan ini bersumber pada
ketidaksediaan dan ketidakmampuan individu individu perencana untuk melakukan
kegiatan kegiatan perencanaan.
2. Keengganan umum para anggota organisasi untuk menerima perencanaan dan
rencana rencana karena perubahan perubahan yaang ditimbulkannya
 Hambatan Pembuatan Rencana Efektif

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 60

1) Kurang pengetahuan tentang organisasi. Para manajer tidak dapat menetapkan


tujuan tujuan yang berarti bagi satuan satuna kerja mereka tanpa mempunyai
pengetahuna tentang pekerjaan satuan kerja dan organisaso secara keseluruhan.
2) Kurang pengetahuan tentang lingkungan. Para manajer sering kurang memahami
lingkungan eksternal organisasi seperti pesaing, penyedia, lembaga lembaga
pemerintah , langganan dan sebagainya ,sehingga menjadi bingung tentang arah
yang diambil dan enggan menetapkan tujuan yang pasti.
3) Ketidakmampaun melakukan peramalan secara efektif . rencana rencana dibuat
tidak hanya didasarkan “ pengalaman masa lalu” tetapi juga permalan kondisi
kondisi di masa yang akan datang.
4) Kesulitan perencanaan operasi- operasi yang tidak berulang
5) Biaya. Perencanaan memerlukan banyak biaya penggunaan sumber daya keuangan
,phisik, manusia.
6) Takut gagal. Para manajer sering memandang kegagalan sebagi ancaman terhadap
terhadap keamanan jabatanny , penghargaan dan respek orang lain terhadap
dirinya. Hal ini membuat para manajer enggan mengambil resiko dan menetapakan
tujuan tertetu.
7) Kurang percaya diri. Bila menajer kurang percaya diri mereka akan ragu ragu
menetapkan tujuan yang menantang.
8) Ketidaksediaan untuk menyingkirkan tujuan-tujuan alternatif.
 Alasan Penolakan terhadap Perubahan
1) Bertentangan dengan kepentingannya
2) Menghilangkan aatau mengurangi balas jasa taua kekuatannya
3) Membatasi kebebasan karyawan
4) Meningkatkan beban kerja
 Cara Mengatasi Hambatan
1) Penciptaan sistem organisasi yang memudahkan penetapan tujuan dan
perencanaan
2) Memberikan berbagai bentuk bantuan secara individual
 Cara Mengurangi atau Menghilangkan Penolakan
1) Melibatkan karyawan dalam proses perencanaan
2) Mengembangkan pola perencanaan dan implementasi yang efektif
3) Memberikan lebih banyak informasi tentang rencana-rencana dan segala
konsekuensinya
4) Bersikap hati-hati terhadap dampak perubahan yang diusulkan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 61

 Kriteria Penilaian Efektivitas Perencanaan


1) Kegunaan
2) Ketepatan dan obyektivitas
3) Ruang lingkup
4) Efektivitas biaya
5) Akuntabilitas
6) Ketepatan waktu

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 62

PERTEMUAN KE-5
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
a. Jenis-jenis tujuan
1. Stated goals, yakni laporan resmi tentang apa yang dikatakan organisasi dan apa yang
ingin diyakini oleh para pemangku kepentingan (stakeholders). Meskipun demikian,
tujuan yang direncanakan – yang dapat ditemukan dalam piagam organisasi, laporan
tahunan, atau pengumuman hubungan masyarakat atau di laporan publik yang dibuat
oleh para manajer – sering bertentangan dan dipengaruhi oleh apa yang dianggap
stakeholders harus dilakukan oleh organisasi.

2. Real goals, yakni tujuan yang sebenarnya dikejar oleh organisasi, dengan
memperhatikan apa yang dilakukan oleh setiap anggota organisasi.

b. Jenis-jenis rencana
Jenis Rencana

Jangkauan Kerangka waktu Spesifitas Frekuensi penggunaan

Strategis Jangka panjang Arahan Sekali pakai

Operasional Jangka pendek Spesifik Siaga

 Rencana strategis adalah rencana yang diterapkan pada organisasi secara


keseluruhan dan menetapkan tujuan keseluruhan organisasi.
 Rencana operasional adalah rencana yang meliputi area operasional tertentu
organisasi tersebut yang cakupannya lebih sempit jika dibandingkan dengan
rencana strategis.
 Rencana jangka panjang adalah rencana dengan jangka waktu lebih dari tiga tahun.
 Rencana jangka pendek adalah rencana yang berjangka waktu kurang dari satu
tahun.
 Rencana arahan (directional plans) adalah rencana fleksibel yang menentukan
panduan umum.
 Rencana spesifik (specific plans) adalah rencana yang didefinisikan secara jelas dan
tidak memberikan ruang bagi interpretasi.
 Rencana sekali pakai (single-use plan) adalah rencana yang digunakan satu kali dan
yang ditujukan khusus untuk memenuhi kebutuhan dalam situasi yang unik.
 Rencana siaga (standing plans) adalah rencana yang terus berjalan yang memandu
aktivitas yang dilakukan berulang kali.

c. Fungsi dan tujuan organisasi


Organisasi adalah penataan sekumpulan orang secara disengaja guna mencapai
tujuan-tujuan tertentu. Karakteristik organisasi itu sendiri antara lain adanya tujuan yang
jelas, orang yang menjadi komponen dari organisasi itu dan adanya struktur yang nyata.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 63

 Fungsi organisasi
1. Untuk memberikan arahan dan pemusatan suatu kegiatan organisasi, mengenai
apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan oleh sebuah organisasi.
2. Untuk meningkatkan kemampuan suatu anggota organisasi dalam mendapatkan
sebuah sumber daya dan dukungan dari suatu lingkungan masyarakat.
3. Bisa memberikan sebuah pengetahuan yang baru kepada anggotanya.

 Tujuan organisasi
1. Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemandirian, dan sumber daya yang
dimilikinya untuk mencapai suatu tujuan
2. Untuk mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien karena dilakukan bersama-
sama
3. Untuk mengembangkan sumber daya dan teknologi bersama-sama
4. Tempat untuk mendapatkan sebuah jabatan dan pembagian kerja
5. Tempat untuk mengelola lingkungan secara bersama-sama
6. Tempat untuk mencari keuntungan bersama-sama
7. Tempat untuk menggunakan kekuasaan dan pengawasan (motif kekuasaan)
8. Tempat untuk mendapatkan suatu penghargaan (motif penghargaan)
9. Tempat untuk menambah pergaulan dalam lingkungan
(Sumber fungsi dan tujuan organisasi: http://www.seputarilmu.com)

d. Mengelola pengambilan keputusan

Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam proses pengambilan keputusan, meliputi:


1. Mengidentifikasi suatu masalah
Yang perlu diperhatikan adalah menentukan bahwa hal yang timbul itu apakah
termasuk suatu masalah atau merupakan gejala masalah, selain itu dalam
mengidentifikasi masalah yang dilakukan dapat bersifat subjektif (apa yang dianggap
manajer sebagai masalah mungkin tidak dianggap masalah oleh manajer lainnya).

2. Mengidentifikasi kriteria keputusan


Setelah manajer mengidentifikasi masalah, dia harus mengidentifikasi kriteria
keputusan yang penting dan relevan untuk memecahkan masalah. Setiap pembuat
keputusan mempunyai kriteria yang memandu keputusannya, walaupun mereka tidak
dinyatakan secara ekspilit.

3. Mengalokasikan bobot pada kriteria


Jika pembuat keputusan dihadapkan dalam beberapa kriteria yang paling penting, maka
pembuat keputusan membuat bobot prioritas terhadap kriteria-kriteria itu untuk
menentukan kriteria mana yang lebih penting daripada kriteria lainnya.

4. Mengembangkan alternatif
Pembuat keputusan menyusun daftar alternatif yang ada, yang dapat memecahkan
masalah, sehingga dalam langkah ini pembuat keputusan dituntut untuk kreatif
menemukan solusi.

5. Menganalisis alternatif
Pembuat keputusan mengevaluasi setiap kemungkinan dari beberapa alternatif,
sehingga ditemukan alternatif yang paling tinggi kemungkinannya untuk diterapkan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 64

6. Memilih sebuah alternatif


Berdasarkan data mengenai total skor dari setiap alternatif, kemudian dipilih alternatif
dengan total tertinggi.

7. Mengimplementasikan alternatif
Menerapkan keputusan ke dalam tindakan dengan memberlakukan kepada pihak yang
terpengaruh dan membuat mereka berkomitmen terhadapnya.

8. Mengevaluasi efektivitas keputusan


Langkah terakhir dalam proses pembuatan keputusan melibatkan evaluasi hasil
keputusan untuk melihat apakah masalahnya telah terpecahkan. Jika masalahnya masih
ada, manajer harus menilai apa yang salah.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 65

Pertemuan ke-6

PERENCANAAN

a. Pengertian perencanaan
Perencanaan erat kaitannya dengan mendefinisikan tujuan organisasi, menentukan
seluruh strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dan mengembangkan rencana untuk
mengintegrasikan, serta mengoordinasikan kegiatan kerja. Perencanaan berhubungan
dengan hasil akhir (apa) dan sarana (bagaimana).

b. Alasan perlunya perencanaan


1. Perencanaan memberikan arah kepada para manajer dan nonmanajer.
Ketika karyawan mengetahui apa yang berusaha dicapai oleh organisasi atau unit kerja
mereka dan apa yang harus mereka kontribusikan untuk mencapai tujuan itu, mereka
dapat mengoordinasikan kegiatannya, saling bekerja sama, dan melakukan apa yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu.
2. Perencanaan mengurangi ketidakpastian dengan mendorong para manajernya
memandang ke depan, mengantisipasi perubahan, mempertimbangkan dampak
perubahan, dan mengembangkan respon yang tepat.
3. Perencanaan meminimalkan pemborosan dan kekosongan.
Apabila aktivitas kerja dikoordinasikan sesuai rencana, ketidakefisienan akan menjadi
jelas dan dapat diperbaiki atau dihilangkan.
4. Perencanaan menetapkan tujuan atau standar yang digunakan dalam pengendalian.
Ketika para manajer melakukan perencanaan, mereka mengembangkan tujuan dan
rencana. Ketika mereka melakukan pengendalian, mereka melihat apakah rencana itu
telah dilaksanakan dan tujuan terpenuhi. Tanpa perencanaan, tidak akan ada tujuan
yang dapat digunakan untuk mengukur atau mengevaluasi usaha kerja.

c. Hubungan perencanaan dengan fungsi lainnya


Dalam menjalankan fungsi perencanaan (planning), seorang manajer akan
mendefinisikan sasaran-sasaran, menetapkan strategi untuk mencapai sasaran-sasaran itu,
dan mengembangkan rencana kerja untuk memadukan dan mengkoordinasikan berbagai
aktivitas menuju sasaran-sasaran tersebut.
Seorang manajer juga bertanggung jawab untuk merancang dan membentuk
struktur kerja demi tercapainya sasaran-sasaran organisasi. Hal ini disebut dengan fungsi
penataan (organizing). Ketika seorang manajer melakukan penataan, ia akan menentukan
tugas-tugas apa yang harus diselesaikan, siapa-siapa yang akan melakukannya, bagaimana
tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa harus melapor kepada siapa, dan dimana
keputusan-keputusan harus diambil.
Setiap organisasi terdiri dari orang-orang, dan tugas seorang manajerlah untuk
bekerja bersama dan memanfaatkan bantuan orang-orang tersebut untuk mencapai
sasaran-sasaran organisasi. Hal merupakan fungsi kepemimpinan (leading). Manajer
hendaknya memotivasi para bawahannya, membantu mereka menyelesaikan konflik di
antara mereka, mengarahkan para individu atau kelompok-kelompok individu dalam
bekerja, memilih metode komunikasi yang paling efektif, atau menangani beragam isu
lainnya yang berkaitan dengan perilaku karyawan.
Fungsi manajemen yang terakhir adalah pengendalian (controlling). Setelah
sasaran-sasaran dan rencana kerja digariskan (perencanaan), tugas-tugas dan susunan
structural telah ditetapkan (penataan), dan orang-orang yang dibutuhkan telah
dipekerjakan, dilatih dan dimotivasi (kepemimpinan), maka harus dilakukan suatu bentuk
evaluasi untuk mengetahui sejauh mana segala sesuatunya berjalan sesuai rencana. Untuk

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 66

memastikan sasaran-sasaran dapat dicapai dan pekerjaan-pekerjaan diselesaikan


sebagaimana mestinya, seorang manajer harus mengawasi dan menilai kinerja aktual.
Kinerja aktual ini harus dibandingkan dengan sasaran-sasaran yang digariskan. Bila sasaran-
sasaran ini belum tercapai, adalah tugas manajer untuk mengembalikannya pada jalur yang
benar.

d. Tipe-tipe perencanaan
1. Perencanaan Formal, tujuan khusus yang mencakup periode waktu khusus akan
didefinisikan. Tujuan ini ditulis dan dibagikan ke semua anggota organisasi untuk
mengurangi ketidakjelasan serta menciptakan pemahaman umum tentang apa yang
harus dilakukan. Terakhir, ada rencana khusus untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
2. Perencanaan Informal, perencaan yang tidak tertulis layaknya perencanaan formal,
fokus untuk tujuan jangka pendek, dan bersifat spesifik untuk hal-hal yang menyangkut
unit-unit dalam organisasi itu.

e. Perencanaan strategis
(Sumber: .1997. Manajemen Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN)
Strategi adalah penetapan tujuan jangka panjang yang dasar dari suatu organisasi,
dan pemilihan alternatif tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
tujuan tersebut.

Proses perencanaan strategis:

Formulasi Tujuan

Analisis tujuan dan strategi saat ini

Analisis lingkungan: Analisis sumberdaya:

Kesempatan dan ancaman Kekuatan dan kelemahan

Identifikasi kesempatan strategis

Pengambilan keputusan strategis

Pelaksanaan strategi

Evaluasi dan pengendalian startegis

f. Hambatan dalam perencanaan efektif


Masalah kontemporer yang biasa ditemui dalam perencanaan dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Kritik terhadap perencanaan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 67

Meliputi :
 Perencanaan dapat menyebabkan kekakuan : Prencanaan formal dapat mengunci
organisasi dalam suatu tujuan yang spesifik yang akan dicapai dalam jangka waktu
tertentu, namun terkadang tidak memperhatikan kemungkinan bahwa
lingkungannya suatu saat mungkin akan berubah
 Rencana tidak dapat dikembangkan untuk lingkungan yang dinamis : Jika asumsi
dasar perencanaan – bahwa kingkungan tidak akan berubah- salah, maka dalam hal
ini dibutuhkan fleksibilitas manager dalam mengelola kondisi tersebut yang dapat
berarti bahwa rencana yang dilaksanakan tidak terikat pada rencana formal
 Rencana formal tidak dapat mengganti intuisi dan kreativitas
 Perencanaan memfokuskan perhatian manager pada persaingan dewasa ini bukan
kemampuan bertahan hidup besok
 Perencanaan formal memperkuat kesuksesan, yang dapat menimbulkan kesalahan :
Kesuksesan yang diraih oleh manager melalui rencana formal yang diterapkan
sebelumnya membuat mereka enggan untuk menghadapi ketidaktahuan ataupun
keluar dari zona aman untuk berinovasi
 Hanya perencanaan belumlah cukup : Hanya merencanakan untuk melakukan
sesuatu tidak akan membantu menyelesaikannya, tetapi manager perlu
mencanangkan rencana ke dalam gerakan dan melakukannya
b. Bagaimana manager dapat merencanakan secara efektif dalam lingkungan yang
dinamis
Manager harus mengebangkan rencana yang spesifik tetapi fleksibel untuk menanggapi
kondisi lingkungan yang mengalami perubahan terus-menerus.

Pertemuan ke-7

MANAJEMEN RISIKO

(Sumber: Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Risiko Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta)

a. Pengertian risiko
Risiko adalah kondisi dimana pembuat keputusan dapat mengestimasikan kemungkinan
hasil yang pasti.
 Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, risiko adalah uncertainty about future
events.
 Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mendefinisikan risiko pada tiga hal:
1. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus, dimana hasilnya dapat
diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambil keputusan,
2. Variasi dalam keuntungan, penjualan, atau variable keuangan lainnya,
3. Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi
perusahaan atau posisi keuangan, seperti risiko ekonomi, ketidakpastian politik,
dan masalah industri.

Sementara itu, manajemen risiko itu sendiri memiliki pengertian sebagai suatu bidang ilmu
yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam
memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan
manajemen secara komprehensif dan sistematis.

b. Jenis risiko
 Risiko murni (pure risk). Risiko murni dapat dikelompokkan pada 3 (tiga) tipe risiko yaitu:

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 68

1. Risiko asset fisik. Merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada asset
fisik suatu perusahaan/organisasi. Contohnya kebakaran, banjir, gempa, tsunami,
gunung meletus, dll.
2. Risiko karyawan. Merupakan risiko karena apa yang dialami oleh karyawan yang
bekerja di perusahaan/organisasi tersebut. Contohnya kecelakaan kerja sehingga
aktivitas perusahaan terganggu.
3. Risiko legal. Merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau
kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. Contohnya perselisihan dengan
perusahaan lain sehingga adanya persoalan seperti ganti kerugian.
 Risiko spekulatif (speculative risk). Risiko spekulatif ini dapat dikelompokkan kepada
empat tipe risiko yaitu:
1. Risiko pasar. Merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga di pasar.
Contohnya harga saham mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.
2. Risiko kredit. Merupakan risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi
kewajibannya kepada perusahaan. Contohnya timbulnya kredit macet, persentase
piutang meningkat.
3. Risiko likuiditas. Merupakan risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
kas. Contohnya kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu membayar
hutang secara tepat, menyebabkan perusahaan harus menjual asset yang
dimilikinya.
4. Risiko operasional. Merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional
yang tidak berjalan dengan lancer. Contohnya terjadi kerusakan pada computer
karena berbagai hal termasuk terkena virus.

c. Tindak lanjut dan penyelesaian risiko


 Pada dasarnya risiko sendiri dapat dikelola dengan 4 (empat) cara, yaitu:
1. Memperkecil risiko, yakni dengan cara tidak memperbesar setiap keputusan yang
mengandung risiko tinggi tapi membatasinya bahkan meminimalisasinya agar risiko
tersebut tidak bertambah besar di luar dari control pihak manajemen perusahaan.
2. Mengalihkan risiko, dengan cara risiko yang kita terima tersebut kita alihkan ke
tempat lain sebagian, seperti dengan keputusan mengasuransikan bisnis guna
menghindari terjadinya risiko yang sifatnya tidak diketahui kapan waktunya.
3. Mengontrol risiko, dengan cara melakukan kebijakan antisipasi terhadap timbulnya
risiko sebelum risiko itu terjadi.
4. Pendanaan risiko, yakni menyangkut penyediaan sejumlah dana sebagai cadangan
(reserve) guna mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari seperti perubahan
nilai tukar dollar terhadap mata uang domestic di pasaran. Maka kebijakan sebuah
perbankan adalah harus memiliki cadangan dalam bentuk mata uang dollar
sehingga sejumlah perkiraan akan terjadi kenaikan atau perubahan tersebut.

 Cara menyelesaikan risiko


1. Saling bekerja sama untuk memetakan risiko (risk maping)
2. Saling bekerja sama untuk memberikan solusi dan memilih satu alternative solusi
yang terbaik untuk dijadikan rekomendasi.
3. Saling bertanggung jawab untuk menyelesaikan risiko hingga selesai.

d. Aplikasi manajemen risiko di pemerintahan


Dalam Institusi Pemerintahan, manajemen risiko disinggung dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,
khususnya Pasal 13 sampai dengan Pasal 17. Dalam peraturan tersebut secara tersirat
mewajibkan Pimpinan Instansi Pemerintahan baik pusat maupun daerah untuk menerapkan
prinsip-prinsip manajemen risiko dalam mengelola sumber daya yang ada di instansi

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 69

pemerintah yang dipimpinnya dalam mncapai tujuan dari instansi pemerintah yang
bersangkutan. Penerapan tersebut bersifat mutlak dan harus dilakukan, demi keakuratan
penilaian atas risiko dari instansi pemerintah yang dipimpinnya, sehingga risiko atau
hambatan tersebut bias diatasi dan tujuan instansi pemerintah yang dipimpinnya terwujud.
Dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, tentang Daftar Uji
Pengendalian Intern Pemerintah pada Bagian II Penilaian Risiko disebutkan bahwa
“Pimpinan Instansi Pemerintah merumuskan pendekatan manajemen risiko dan kegiatan
pengendalian risiko yang diperlukan untuk memperkecil risiko dan Pimpinan Instansi
Pemerintah atau evaluator harus berkonsentrasi pada penetapan tujuan instansi,
pengidentifikasian dan analisis risiko serta pengelolaan risiko pada saat terjadi perubahan”.
(Sumber: https://akangheriyana.wordpress.com)

Pertemuan ke-8
KASUS II

a. Pengambilan keputusan
 Jenis Keputusan
1. Masalah yang terstruktur dan keputusan yang terprogram
Masalah yang terstruktur adalah masalah yang jelas, dikenal dan mudah
didefinisikan, contohnya ketika pelanggan mengembalikan barang yang dibeli di
toko atau penanganan universitas terhadap mahasiswa yang ingin membatalkan
suatu kelas.
Keputusan yang terprogram, yaitu keputusan berulang yang dapat
ditangani dengan menggunakan pendekatan rutin atau kebiasaan. Contohnya
seorang pelayan menumpahkan minuman ke jaket pelanggan. Sang pelanggan kesal
dan manajer harus melakukan sesuatu. Karena bukan merupakan kejadian yang
tidak lazim, ada beberapa kebiasaan terstandarisasi yang mungkin untuk
menanganinya. Sebagai contoh, manajer menawarkan untuk membersihkan jas
dengan beban ditanggung restoran.
Karena masalahnya telah terstruktur, manajer tidak akan menghadapi
kesulitan dan membuang waktu terlibat dalam proses pembuatan keputusan.

2. Masalah tak terstruktur dan keputusan tak terprogram


Banyak situasi yang dihadapi organisasi melibatkan masalah tak terstruktur,
yang merupakan masalah hal yang baru atau tidak biasa dan yang informasinya
tidak jelas atau tidak lengkap. Apakah perlu membangun fasilitas produksi baru di
Cina merupakan contoh masalah tak terstruktur. Demikian juga dengan masalah
yang dihadapi manajer restoran di Edinburgh, yang harus memutuskan bagaimana
memodifikasi bisnisnya untuk menaati larangan merokok yang baru. Apabila
masalahnya tak terstruktur, manajer harus mengandalkan pada pembuatan
keputusan tak terprogram agar dapat mengembangkan solusi yang unik. Keputusan
tak terprogram bersifat unik dan tidak berulang serta melibatkan solusi yang
disesuaikan.

 Kondisi pembuatan keputusan


1. Kepastian, yaitu situasi dimana manajer dapat membuat keputusan yang akurat
karena hasil dari setiap alternatif sudah diketahui.
2. Risiko, yaitu kondisi dimana pembuat keputusan mengestimasikan kemungkinan
hasil yang pasti.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Manajemen 70

3. Ketidakpastian, yaitu situasi dimana pembuat keputusan tidak mempunyai


kepastian maupun estimasi probabilitas yang masuk akal.

b. Perencanaan
 Pendekatan penetapan tujuan
Tujuan dapat ditetapkan melalui proses penetapan tujuan tradisional atau dengan
menggunakan manajemen menurut tujuan. Dalam penetapan tujuan tradisional,
tujuan ditetapkan oleh manajer puncak kemudian diturunkan ke bawah dan menjadi
subtujuan bagi setiap area organisasi. Persfektif tradisional ini mengasumsikan bahwa
manajer puncak mengetahui apa yang terbaik karena mereka melihat “gambaran
besarnya”. Dan tujuan ini diteruskan ke bawah ke masing-masing tingkat untuk
memandu setiap karyawan ketika bekerja guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Cara lain yang digunakan untuk menetapkan tujuan adalah manajemen menurut
tujuan (MBO), yakni sebuah proses penetapan tujuan yang disetujui bersama dan
menggunakan tujuan tersebut untuk mengevaluasi kinerja karyawan.

 Mengembangkan rencana
Terdapat tiga faktor kontijensi yang mempengaruhi pilihan rencana, yakni:
1. Tingkatan organisasi, manajer tingkat yang lebih rendah melakukan perencanaan
operasional sementara manajer tingkat atas melakukan perencanaan strategis.
2. Tingkat ketidakpastian lingkungan, ketika ketidakpastian tinggi, rencana harus
spesifik tetapi fleksibel. Manajer harus mempersiapkan untuk mengubah atau
mengganti rencana setelah diimplementasikan.
3. Lamanya komitmen masa depan. Konsep komitmen mengatakan bahwa rencana
harus ditarik sejauh mungkin untuk memenuhi komitmen yang dibuat pada saat
rencana dikembangkan. Perencanaan yang terlalu lama atau terlalu singkat tidak
akan efisien dan efektif.
c. Manajemen risiko
 Manfaat manajemen risiko: (seandainya diterapkan pada suatu perusahaan)
1. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap
keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati (prudent) dan selalu
menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
2. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-pengaruh
yang mungkin timbul, baik secara jangka pendek dan jangka panjang.
3. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari
risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya kerugian dari
segi finansial.
4. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum.
5. Dengan adanya konsep manajemen risiko (risk management concept) yang
dirancang secara detail maka artinya perusahaan telah membangun arah dan
mekanisme secara berkelanjutan.

 Tahap-tahap dalam melaksanakan manajemen risiko:


1. Identifikasi risiko
2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk risiko
3. Menempatkan ukuran-ukuran risiko
4. Menempatkan alternatif-alternatif
5. Menganalisis setiap alternatif
6. Memutuskan satu alternatif
7. Melaksanakan alternatif yang dipilih
8. Mengontrol alternatif yang dipilih tersebut
9. Mengevaluasi jalannya alternatif yang dipilih

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


10.
SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | PPSP 72

PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK

BAB 1

A. Dasar Penagihan Pajak


Dalam Pasal 18 UU KUP : Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang
menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, merupakan dasar
penagihan pajak. Termasuk Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (STPPBB) dan
Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar (SKBKB), Surat
Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT),
serta Surat Tagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (STB).
Jatuh tempo pembayaran pajak adalah 1 bulan sejak tanggal diterbitkan (Pasal 9
ayat 3 UU KUP), dan bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu, jangka
waktu pelunasan tersebut dapat diperpanjang paling lama 2 bulan yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Jatuh tempo pembayaran ketetapan-ketetapan pajak yang masih bersifat sengketa
dan masih terdapat upaya huum oleh Wajib Pajak akan tertangguh sesuai dengan upaya
hukum yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Selanjutnya, tindakan penagihan akan menunggu
sampai upaya hukum atas sengketa pajak tersebut selesai.

B. Pengertian Penagihan Pajak


Menurut Pasal 1 angka 9 UU No.19/1997 tentang PPSP sebagaimana telah diubah
dengan UU No.19/2000, penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung
Pajak melunasi utang pajak dna biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat
Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
menjual barang yang telah disita.
Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi
berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat
sejenisnya berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Surat ketetapan pajak
tersebut meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan sedangkan surat sejenisnya dapat berupa Surat Tagihan Pajak atau Surat
Tagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Berdasarkan Pasal 1 angka 2 UU KUP, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan
usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,
atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk hukum lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap (Pasal 1 angka 3 UU KUP).

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | PPSP 73

C. Siklus Penagihan

BAB 2

UU No.19/1997 tentang PPSP sebagaimana telah diubah dengan UU No.19/2000 tidak


hanya mengatur mengenai penagihan pajak pusat namun juga mengatur mengenai penagihan pajak
daerah. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 angka 1 UU PPSP yang
menyatakan bahwa pajak adalah semua jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat, termasuk
Bea Masuk dan Cukai, dan pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah, menurut undang-undang
dan peraturan daerah.

A. Pejabat untuk penagihan Pajak Pusat


Pejabat menurut UU PPSP dibaggi menjadi 2 (dua) bagian. Penjelasan Pasal 2 ayat
(1) UU PPSP menegaskan yang dimaksud dengan Pejabat untuk penagihan pajak antara lain
Kepala Kantor Pelayanan Pajak atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Namun dengan adanya perubahan organisasi di Dirjen Pajak pada awal tahun 2002, maka
yang dimaksud Pejabat untuk penagihan pajak adalah Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
Pejabat inilah yang mempunyai kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan
Jurusita pajak dan menugaskan Jurusita pajak untuk melaksanakan tindakan penagihan
pajak.

B. Pejabat untuk penagihan Pajak Daerah


Pasal 2 ayat (2) UU PPSP mengamanatkan Pejabat untuk penagihan pajak daerah
ditunjuk oleh Kepala Daerah. Yang dimaksud dengan Pejabat penagihan pajak daerah
misalnya Kepala Dinas Pendapatan Daerah. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh
Pemerintah Daerah antara lain Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Penerangan Jalan, dan Pajak
Kendaraan Bermotor.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | PPSP 74

C. Wewenang Pejabat
Kewenangan Pejabat dalam penagihan pajak diatur dalam Pasal 2 ayat (3) UU PPSP
yaitu :
a. Mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak
b. Menerbitkan :
1. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis
2. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus
3. Surat Paksa
4. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
5. Surat Perintah Penyanderaan
6. Surat Pencabutan Sita
7. Pengumuman Lelang
8. Surat Penentuan Harga Limit
9. Pembatalan Lelang dan
10. Surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak
Surat lain adalah surat yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak antara lain surat
permintaan tanggal dan jadwal waktu pelelangan ke kantor lelang, surat permintaan Surat
Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) kepada Badan Pertanahan Nasional/Kantor
Pertanahan, surat permintaan bantuan kepada kepolisian atau surat permintaan
pencegahan.

BAB 3

A. Pengertian Jurusita Pajak


Jurusita Pajak menurut Pasal 1 angka 6 UU PPSP adalah pelaksana tindakan
penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat
Paksa, penyitaan dan penyanderaan. Kedudukan Jurusita Pajak adalah jabatan
struktural dan bertanggung ajwab atas kegiatan penagihan pajak yang ditugasan
kepadanya oleh atasan langusng. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat
diangkat menjadi Jurusita Pajak adalah adanya kemampuan fisik, mental dan
profesional.

B. Syarat-syarat pengangkatan Jurusita Pajak


Dalam Pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 562/KMK.04/2000 tanggal 26
Desember 2000 tentang Syarat-syarat, Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian
Jurusita Pajak diatur mengenai persyaratan untuk diangkat menjadi Jurusita Pajak
adalah sebagai berikut :
a. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat
dengan itu
b. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda/Golongan IIA
c. Berbadan sehat
d. Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak, dan
e. Jujur,bertanggung jawab dan penuh pengabdian.

C. Tugas dan wewenang Jurusita Pajak


- Tugas Jurusita Pajak :
a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus
b. Memberitahukan Surat Paksa
c. Melaksanakan penyitaan berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan dan
d. Melaksanakan penyanderaan (gijzeling) berdasarkan Surat Perintah
Penyanderaan (gijzeling).
- Wewenang Jurusita Pajak :
Jurusita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan
termasuk membuka lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | PPSP 75

- Kewajiban Jurusita Pajak :


a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak;
b. Memperlihatkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus/Surat
Paksa/SPMP/Surat Perintah penyanderaan (gijzeling);
c. Memberitahukan maksud dan tujuan menyampaikan Surat Perintah
Penagihan Seketika dan Sekaligus/Surat Paksa/SPMP/Surat Perintah
penyanderaan (gijzeling) .

D. Pengangkatan dan pemberhentian Jurusita Pajak


Yang berhak mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak adalah Pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat atau Bupati/Walikota
untuk penagihan pajak daerah.
Menteri Keuangan menunjuk :
1. Kepala KPP sebagai Pejabat untuk penagihan PPh, PPN dan PPnBM
2. Kepala KPPBB sebagai Pejabat untuk penagihan PBB dan BPHTB.
Bunyi sumpah atau janji Jurusita Pajak adalah sebagai berikut:
- "Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk
memangku jabatan saya ini, langsung atau tidak langsung, dengan
menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau
menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun juga"
- "Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatan saya ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau
tidak langsung dari siapa pun juga sesuatu janji atau pemberian".
- "Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia kepada dan akan
mempertahankan serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi
negara, Undang-undang Dasar 1945, dan segala undang-undang serta
peraturan lain yang berlaku bagi negara Republik Indonesia".
- "Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan
saya ini dengan jujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang
dalam melaksanakan kewajiban saya dan akan berlaku sebaik-baiknya dan
seadil-adilnya seperti layaknya bagi orang Jurusita Pajak yang berbudi baik dan
jujur, menegakkan hukum dan keadilan".

Hal-hal yang dapat menyebabkan Jurusita Pajak diberhentikan :


1. Meninggal dunia
2. Pensiun
3. Alih tugas atau kepentingan dinas lainnya
4. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas
5. Melakukan perbuatan tercela
6. Melanggar sumpah atau janji Jurusita Pajak, atau
7. Sakit jasmani atau rohani terus menerus.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | PPSP 76

PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK

BAB 4

D. Surat Paksa
Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya Penagihan
Pajak. Surat paksa diterbitkan dalam hal :
1. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau
surat lain yang sejenis;
2. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan pengaihan seketika dan sekaligus; atau
3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
Dalam Surat Paksa terdapat 2 perintah. Perintah pertama ditujukan kepada
Penanggung Pajak agar melakukan pelunasan utang pajak dan biaya penagihan pajak dalam
jangka waktu 2 kali 24 jam. Dan kepada Jurusita yang melaksanakan Surat Paksa atau
Jurusita lain yang ditunjuk untuk melanjutkan pelaksanaan Surat Paksa untuk melakukan
penyitaan atas barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak apabila dalam waktu
2x24 jam Surat Paksa ini tidak dipenuhi Wajib Pajak atau Penanggung Pajak.

E. Surat Paksa Pengganti


Pasal 9 UU PPSP mengatur dalam hal terjadi keadaan kekuasaan di luar kekuasaan
Pejabat atau sebab lain, Surat Paksa pengganti dapat diterbitkan oleh Pejabat karena
jabatan dan Surat Paksa pengganti tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial dan
kedudukan hukum yang sama dengan Surat Paksa. Ketentuan ini dimaksudkan untuk
mengatur apabila terjadi keadaan di luar kekuasaan Pejabat, misalnya kecurian, kebanjiran,
kebakaran, atau gempa bumi yang menyebabkan asli Surat Paksa rusak, tidak terbaca atau
oleh sebab lain misalnya Surat Paksa hilang atau tidak dapat ditemukan lagi, Pejabat karena
jabatan dapat menerbitkan Surat Paksa pengganti yang mempunyai kekuatan dan
kedudukan hukum yang sama dengan Surat Paksa.
Berdasarkan Pasal 23 Peraturn Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika
dan Sekaligus sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
85/PMK.03/2010 diatur bahwa Pejabat karena jabatan atau Penanggung Pajak dapat
mengajukan permohonan pembetulan atau penggantian kepada Pejabat terhadap Surat
Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, dan Surat Paksa yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan atau kekeliruan. Selanjutnya Pejabat dalam jangka waktu
paling lama 7 hari sejak tanggal diterimanya permohonan pembetulan Penanggung Pajak
harus memberi keputusan atas permohonan pembetulan tersebut. Apabila dalam jangka
waktu 7 hari Pejabat tidka memberikan keputusan maka permohonan Penanggung Pajak
dianggap dikabulkan dan penagihan ditunda untuk sementara waktu. Tindakan Penagihan
Pajak dilanjutkan setelah kesalahan atau kekeliruan dibetulkan oleh Pejabat.
Apabila terjadinya penggantian Surat Paksa karen ahilang, rusak atau karena alasan
lain maka Surat Paksa Pengganti tersebut dimasukkan dalam berkas penagihan sedangkan
salinan Surat Paksa Pengganti tersebut diberitahukan kepada Penanggung Pajak.

F. Karakteristik dan Isi Surat Paksa


Surat Paksa dibuat dengan kepala surat “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa”. Kepala surat ini sama seperti kepala surat yang tercantum dalam
Keputusan Hakim Pengadilan. Hal ini menunjuukan bahwa Surat Paksa telah memiliki
kekuatan eksekutorial dan memiliki kedudukan hukum yang sama dengan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (grosse akta). Ini berarti bahwa
Jurusita sebagai petugas pelaksana Surat Paksa dapat melakukan eksekusi langsung (parate
executie) atas barang-barang milik penanggung pajak, jika penanggung pajak tidak
melakukan perintah yang dimaksud dalam Surat Paksa tersebut. Dengan demikian, Surat

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | PPSP 77

Paksa langsung dapat dilaksanakan tanpa bantuan putusan pengadilan dan tidak dapat
diajukan banding.
Surat paksa mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Surat paksa langsung dapat digunakan tanpa bantuan putusan peradilan
dan tidak dapat digunakan untuk mengajukan banding
2. Mempunyai kedudukan hukum yangsama dengan grosse akte, yaitu putusan
peradilan perdata yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
3. Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan biaya penagihannya
4. Dapat dilanjutkan dengan tindakan penagihan penyanderaan
Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat :
a. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib pajak dan Penanggung Pajak
b. Dasar penagihan
c. Besarnya utang pajak, dan
d. Perintah untuk membayar

G. Tata Cara Penyampaian Surat Paksa


Surat paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahan
Surat Paksa kepada Penanggung Pajak. Dengan pernyataan artinya Surat Paksa harus
dinyatakan dengan cara dibacakan di depan Penanggung Pajak, dan Salinan Surat Paksa
tersebut diserahkan kepada Penanggung Pajak. Tata cara seperti ini sama seperti tata cara
penyampaian putusan Hakim Pengadilan yang memiliki kekuatan eksekutorial. Surat Paksa
mempunyai kedudukan hukum tetap, maka pemberitahuan kepada Penanggung Pajak oleh
Jurusita Pajak dilaksanakan dengan cara membacakan isi Surat Paksa dan kedua belah pihak
menandatangani Berita Acara sebagai pernyataan bahwa Surat Paksa telah diberitahukan.
Selanjutnya salinan Surat Paksa diserahkan kepada Penanggung Pajak, sedangkan asli Surat
Paksa disimpan di kantor Pejabat.
Berita Acara sekurang-kurangnya berisi hari dan tanggal pemberitahuan Surat
Paksa, nama Jurusit Pajak, nama yang menerima, dan tempat pemberitahuan Surat Paksa
serta ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan Penanggung Pajak.
Surat Paksa terhadap Orang Pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada :
a. Penanggung Pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain yang
memungkinkan;
b. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja di tempat usaha
Penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai;
c. Salah seorang ahli waris atau pelaksana waris atau yang mengurus harta
peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan hrta warisan belum
dibagi; atau
d. Terhadap Wajib Pajak yang meninggal dunia dna meninggalkan warisan yang telah
dibagi, Surat Paksa diterbitkan dan diberitahukan kepada masing-masing ahli waris.
Surat Paksa dimaksud memuat, antara lain, jumlah tunggakan utang pajak yang telah
dibagi sebanding dengan besarnya warisan yang diterima oleh masing-masing ahli
waris. Dalam hal ahli waris belum dewasa, Surat Paksa diserahkan kepada wali atau
pengampunya.
Surat Paksa terhadap Wajib Pajak Badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada :
a. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik odal, baik di
tempat kedudukan badan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di
tempat lain yang memungkinkan;
b. Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan
apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud
dalam huruf a. Yang dimaksud pegawai tetap adalah pegawai perusahaan yang
membidangi keuangan, pembukuan, perpajakan, personalia, hubungan masyarakat,
atau bagian umum dan bukan pegawai harian.

H. Hambatan Penyampaian Surat Paksa


Dalam hal-hal tertentu mungkin saja Jurusita Pajak tidak dapat menyampaikan
Surat Paksa kepada Wajib Pajak secara langsung, ketentuan peraturan perundang-

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | PPSP 78

undangan memungkinkan bagi Jurusita Pajak menyampaikan Surat Paksa dengan cara
sebagai berikut :
1. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dinyatakan pailit. Oleh sebab itu Jurusita Pajak
harus menyampaikan Surat Paksa itu kepada Kurator, Hakim Pengawas atau Balai Harta
Peninggalan.
2. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi. Maka
Jurusita Pajak harus menyampaikan Surat Paksa itu kepada Likuidator.
3. Adanya Surat Kuasa Khusus yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
kepada orang pribadi maupun badan untuk menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya.
4. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemui. Maka Jurusita Pajak
menyampaikan Surat Paksa itu melalui Pemerintah Daerah setempat.
5. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak dapat diketahui tempat tinggalnya, tempat
usaha, atau tempat kedudukannya. Sehingga Surat Paksa itu hanya ditempel di kantor
Pejabat yang menerbitkannya, mengumumkannya di media massa, atau dengan cara
lain sesuai ketentuan Menteri atau Kepala Daerah.
6. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak menolak Surat Paksa itu. Maka Jurusita Pajak hanya
meninggalkan Surat Paksa salinannya lalu menuliskan pada Berita Acara bahwa Wajib
Pajak atau Penanggung Pajak itu menolak Surat Paksa.

I. Laporan Penyampaian Surat Paksa


Jurusita setelah melaksanakan pemberitahuan Surat Paksa wajib membuat laporan
Pelaksanaan Surat Paksa. Dalam Laporan tersebut berisi hal-hal sebagai berikut :
a. Identitas Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
Data Identitas Wajib Pajak atau penanggung pajak adalah sama seperti identitas wajib
pajak/penanggung pajak yang terdapat dalam SKPKB/SKPKBT/SKBKB/SKBKBT /STP .
Surat Keputusan atau Surat Ketetapan yang mendasari Penagihan Pajak.
b. Pelaksanaan Penyampaian Surat Paksa
Pelaksanaan Penyampaian Surat Paksa meiputi tanggal Surat Paksa disampaikan,
dilampiri dengan Berita Acara Penyampaian Surat Paksa dan Rincian Utang Pajak.
c. Data Mengenai Tunggakan Pajak
Diuraikan data tunggakan, dan perkembangan upaya hukum terhadap sengketa yang
dilakukan Wajib Pajak yaitu data mengenai keberatan dan banding yang dilakukan oleh
Wajib Pajak, serta besarnya tunggakan yang ada.
d. Informasi Mengenai Obyek Sita
Pada saat penyampaian Surat Paksa, Jurusita Pajak sudah mulai mendata kemungkinan
barang-barang yang dapat digunakan sebagai Objek Sita jika nantinya akan dilaksanakan
Surat perintah Melakukan Penyitaaan (SPMP). Barang tersebut dirinci jenis barang, letak
barang dan taksiran harga barang.
e. Kesan dan Usul Jurusita
Kesan dan usul Jurusita berisi tentang opini Jurusita terhadap kondisi Wajib Pajak,
apakah Wajib Pajak mempunyai kemampuan untuk membayar utang pajak, apakah
Wajib Pajak menyembunyikan harta kekayaannya, serta kemungkinan-kemungkinan
dapat tidaknya utang pajak dilunasi oleh Wajib Pajak.

J. Sanksi dan Konsekuensi


Sanksi administrasi akibat angsuran atau menunda pembayaran pajak yang
tercantum dalam dasar penagihan pajak diatur dalam Pasal 19 ayat (2) UU KUP yang
menyatakan bahwa “Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur tau menunda
pembayaran pajak juga dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
per bulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan.”

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | PPSP 79

BAB 5

A. Pengertian Terkait Penyitaan


Berdasarkan Pasal 1 angka 12 Peraturan Pemerintah No. 135 Tahun 2000 tentang
Tata Cara Penyitaan dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa disebutkan bahwa
penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Pengguna Pajak guna
dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Akibat hukum dari penyitaan adalah beralihnya hak kepemilikan atas barang
Penanggung Pajak kepada Negara, sehingga selama dalam masa penyitaan hak-hak
kepemilikan barang Penanggung Pajak menjadi hilang. Penyitaan dilakukan oleh Jurusita
Pajak berdasarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) yang diterbitkan oleh
Pejabat penerbit Surat Paksa. Penerbitan Surat Perintah Melakuakn Penyitaan dilakuakn
apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam terhitung sejak tanggal Surat
Paksa diberitahukan kepada Wajib Pajak. Isi Surat Perintah Melakukan Penyitaan adalah :
1. Dasar dilakukannya penyitaan
2. Pada bagian ini menjelaskan alasan dilakukannya penyitaan adalah karena Penanggung
Pajak yang identitasnya tercantum dalam SPMP. Dan telah dilakukan Penyampaian
Surat Paksa dengan nomor dan tanggal Surat Paksa, namun sampai dengan tanggal
penerbitan SPMP, tunggakan utang pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak.
3. Memberikan perintah kepada Jurusita Pajak dengan identitas yang tercantum pada
SPMP untuk melakukan penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak.
4. Perintah agar Penyitaan dilakukan dengan menghadirkan 2 orang saksi WNI yang telah
dewasa dan dapat dipercaya.
5. Perintah unuk membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.

B. Objek Sita
Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 135 tahun 2000 disebutkan bahwa yang dapat
dijadikan Objek Sita adalah barang milik Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal,
tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannya
berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu. Barang-
barang yang dapat dijadikan objek sita dapat berupa :
a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan deposito, tabungan, saldo
rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi,
saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan
lain; dan atau
b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal dengan isi kotor tertentu.
Kapal dapat dianggap sebagai barang tidak bergerak jika minimum isi kotor 20m3
Terhadap Penanggung Pajak Orang Pribadi penyitaan dapat dilaksanakan atas
barang milik pribadi yang bersangkutan, isteri dan anak yang masih dalam tanggungan,
kecuali dikehendaki secara tertulis oleh suami atau isteri berdasarkan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan. TerhadapPenanggung Pajak Badan penyitaan dapat
dilaksanakan atas barang milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala
cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan yang
bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain. Diutamakn yang disita
terlebih dahulu adalah barang-barang milik perusahaan dan barang bergerak.
Terkait objek sita atas barang-barang tertentu karena sifatnya yang khusus
diberikan pengaturan tersendiri terkait tata cara penyitaannya. Barang-barang tersebut
adalah :
- Perhiasan emas, permata dan sejenisnya
- Uang tunai termasuk mata uang asing
- Kekayaan Penanggung Pajak yang disimpan di bank
- Surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek
- Surat berharga yang tidak diperdagangkan di bursa efek
- Piutang
- Penyertaan modal pada perusahaan lain
- Penyitaan barang tidak bergerak tanah dan bangunan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | PPSP 80

C. Barang-Barang yang Dikecualikan dari Penyitaan


Pasal 15 ayat (1) UU PPSP mengatur mengenai barang beregrak milik Penanggung
Pajak yang dikecualikan dari penyitaan yaitu :
a. Pakaian dan tempat tidur serta perlengkapannya
b. Persediaan makanan dan minuman (sembako) untuk 1 bulan beserta peralatan
masak
c. Perlengkapan yang bersifat dinas yang diperoleh dari Negara
d. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan
alat- alat yang digunakan untuk pendidikan, kebudayaan, dan keilmuan
e. Peralatan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha
sehari-hari dengan jumlah nilai/harga seluruhnya tidak lebih dari 20 juta rupiah
f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan/atau
keluarga yang menjadi tanggungannya.
Penyitaan terhadap barang yang telah disita oleh Kejaksaan atau Kepolisian sebagai
barang bukti dalam kasus pidana, baru dapat dilaksanakan setelah abrang bukti tersebut
dikembalikan kepada Penanggung Pajak. Hal ini agar tidak menghalangi atau menghambat
tindakan hukum lain yang sedang berjalan.

D. Penyitaan Barang Bergerak dan/atau Barang Tidak Bergerak


Penyitaan dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, pendudukn Indonesia, dikenal oleh Jurusita
Pajak, dan dapat dipercaya. Kehadiran para saksi dimakusdkan untuk meyakinkan bahwa
pelaksanaan penyitaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk
mempermudah Jurusita, pemilihan saksi telah dilakuakn sejak dari rencanamelakukan
penyitaan. Saksi yang dipilih boleh sesama Jurusita, atasan atau ekpala Seksi Penagihan,
atau dapat orang lain yang ada di Seksi Penagihan. Selain untuk memudahkan koordinasi,
saksi tersebut dapat membantu kelancaran tugas penyitaan.
Sesuai pasal 4 ayat (2) PP Nomor 135 Tahun 2000 diatur bahwa dalam
melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak harus :
a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak
b. Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, dan
c. Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan
Setiap melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan
Sita yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Penanggung Pajak dan saksi-saksi. Berita Acara
Pelaksanaan Sita merupakan pemberitahuan kepada Penanggung Pajak dan masyarakat
bahwa penguasaan barang Penanggung Pajak telah berpindah dari Penanggung Pajak
kepada Pejabat. Isi Berita Acara Pelaksanaan Sita meliputi :
a. Tanggal pelaksanaan penyitaan
b. Nomor dan tanggal Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
c. Alamat domisili kantor Pejabat
d. Identitas Jurusita Pajak
e. Identitas saksi-saksi
f. Identitas Penanggung Pajak
g. Data tunggakan Pajak
h. Jenis, nama, letak dan Taksiran harga objek sita
i. Penjelasan jika penyitaan tidak dapat dilaksanakan
j. Penjelasan bahwa masih terdapat kesempatan pelunasan dalam jangka waktu 14 hari
dan jika dalam jangka waktu tersebut tidak ada pelunasan; maka akan dilakukan
penjualan penjualan objek sita baik melalui lelang maupun penjualan langsung.
k. Penunjukan dan persetujuan penyimpan objek sita
l. Tanda tangan Wajib Pajak/Penanggung Pajak, Jurusita Pajak dan Saksi-saksi
m. Rincian biaya penagihan pajak
Dalam hal Penanggung Pajak adalah Badan maka Berita Acara Pelaksanaan Sita
ditandatangani oleh pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab,
pemilik modal atau pegawai tetap perusahaan sebagai berikut :

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | PPSP 81

- Untuk Perseroan Terbatas oleh pengurus meliputi Direksi, Komisaris, pemegang


saham tertentu, dan orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut
menentukan kebijaksanaan dan atau mengambil keputusan dalam menjalankan
perseroan.
- Untuk Badan Usaha Tetap oleh kepala perwakilan, kepala cabang atau penanggung
jawab
- Untuk badan usaha lainnya seperti persekutuan, perseroan komanditer, firma oleh
direktur, pemilik modal atau orang yang ditunjuk untuk melaksanakan dan
mengendalikan serta bertanggung jawab atas perusahaan dimaksud
- Untuk yayasan oleh ketua, atau orang yang melaksanakan dan mengendalikan serta
bertanggung jawab atas yayasan dimaksud.
Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita harus ditempelkan pada barang bergerak atau
barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak atau barang tidak
bergerak yang disita berada, dan atau di tempat-tempat umum. Salinan Berita Acara
Pelaksanaan Sita sesuai Pasal 4 ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000
disampaikan kepada :
a. Penanggung Pajak
b. Polisi untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar, misalnya kendaraan
bermotor
c. Badan Pertahanan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar
d. Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri setempat, untuk tanah yang kepemilikannya
belum terdaftar
e. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, untuk kapal

E. Penyitaan Barang yang Terletak di Luar Wewenang KPP


Dalam hal objek sita berada di luar wilayah kerja Pejabat yang menerbitkan Surat
Paksa, Pejabat meminta bantuan kepada Pejabat yang wilayah kerjanya meliputi tempat
objek sita berada untuk menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan terhadap
objek sita dimaksud, kecuali ditetapkan lain oleh Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala
Daerah. Menyimpang dari ketentuan tersebut di atas, apabila di suatu kota terdapat
beberapa wilayah kerja Pejabat, dan telah ada Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala
Daerah, Pejabat dimaksud dapat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan dan
memerintahkan Jurusita Pajak untuk melaksanakan penyitaan terhadap objek sita yang
berada di luar wilayah kerjanya tanpa harus meminta bantuan Pejabat setempat. Pejabat
yang diminta bantuan Pelaksanaan Penyitaan, memberitahukan pelaksanaan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan dimaksud kepada Pejabat yang meminta bantuan segera setelah
penyitaan dilaksanakan dengan mengirimkan Berita Acara Melaksanakan Sita.
Dalam hal penyitaan dilakukan oleh Jurusita Pajak lokasi obyek sita atau permintaan
dari Pejabat lain di luar lokasi Objek Sita yang menerbitkan Surat Paksa, maka Pejabat yang
melaksanakan sita memberitahukan pelaksanaan SPMP disertai salinan BAP Sita kepada
Pejabat yang menerbitkan Surat Paksa, yang meminta bantuan untuk melaksanakan
penyitaan, dengan tembusan Kepala Kantor Wilayah DJP yang bersangkutan.

F. Penyitaan Tanpa Hadirnya Penanggung Pajak atau Wajib Pajak dan Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak atau wakilnya menolak menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita.
Walaupun Penanggung Pajak tidak hadir, penyitaan tetap dapat dilaksanakan
dengan syarat salah seorang saksi berasal dari Pemerintah Daerah setempat, hal tersebut
diatur dalam Pasal 4 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000. Saksi dari
Pemerintah Daerah tersebut sekurang-kurangnya Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa
adalah pegawai Pemerintah Daerah setempat sekurang-kurangnya golongan II/a di Kantor
Kelurahan/Desa atau di Kantor Kecamatan. Saksi dari Pemerintah Daerah setempat
berfungsi sebagai saksi legalisator. Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani Jurusita
Pajak dan saksi-saksi. Dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita harus memuat alasan
ketidakhadiran Penanggung Pajak. Dengan demikian, Berita Acara Pelaksanaan Sita
dimaksud tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.
Dalam hal penyitaan tidak dihadiri oleh Penanggung Pajak, barang sitaan yang
berupa barang bergerak dapat dititipkan kepada aparat yang menjadi saksi dalam

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | PPSP 82

pelaksanaan sita tersebut atau disimpan di kantor Pejabat. Apabila barang sitaan berupa
barang tidak bergerak, penyimpanan dititipkan kepada aparat yang menjadi saksi dalam
pelaksanaan sita.
Dalam hal Penanggung Pajak hadir pada saat penyitaan, tapi menolak untuk
menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan, Berita Acara Pelaksanaan Sita tetap
mempunyai kekuatan mengikat, meskipun Penanggung Pajak menolak menandatangani
Berita Acara Pelaksanaan Sita. Dalam Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan tersebut di
jelaskan bahwa penyitaan telah dihadiri oleh Penanggung Pajak akan tetapi menolak
menandatangani Berita Acara. Dengan demikian pihak yang menandatangani Berita Acara
Pelaksanaan Sita adalah Jurusita dan saksi-saksi.

G. Tata Cara Penyitaan Perhiasan Emas, Permata dan Sejenisnya


Penyitaan terhadap perhiasan emas, permata dan sejenisnya dilakukan sebagai
berikut :
a. Membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan yang disita dalam suatu
daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita
b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita
Setelah dibuat rincian, perhiasan emas, permata dna sejenisnya tersebut
ditempatkan pada suatu wadah, biasa berbentuk kotak perhiasan, amplop tertutup atau
tempat lain. Pada tempat kemasan tersebut ditempel salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita
dan dapat ditempel Segel Sita. Penyimpanan Objek Sita sebaiknya dititipkan pada Kantor
Pegadaian atau bank yang safe deposit box dan dapat dititipkan pada Penanggung Pajak.
Tetapi untuk menjamin keamanan dari Objek Sita dari risiko hilang atau dialihtangankan,
sebaiknya disimpan dalam safe deposit box. Biaya persewaan safe deposit box dibebankan
sebagai biaya penagihan yang diperhitungkan dengan hasil lelang.

H. Tata Cara Penyitaan Uang Tunai Termasuk Mata Uang Asing


Penyitaan uang tunai dilaksanakan dengan tata cara sebagai berikut :
a. Menghitung terlebih dahulu uang tunai yang diisita dan membuat rinciannya dalam
suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita. Dalam daftar
tersebut dibuat terinci dengan menyebutkan mata uang, besaran pecahan, jumlah
lembar dan nilai nominalnya serta keterangan seperlunya.
b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita, ditandatangani oleh Jurusita, Penanggung
Pajak dan Saksi-saksi
c. Menyimpan uang tunai yang telah disita dalam tempat penyimpanan yang selanjutnya
ditempeli dengan segel sita dan kemudian menitipkannya pada Penanggung Pajak atau
menitipkannya pada bank.
Objek Sita berupa uang tunai dapat disimpan di safe deposit box yang disewa di
Bank atau Kantor Pegadaian. Biaya safe deposit box dibebankan sebagai biaya penagihan.
LATIHAN SOAL

1. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU PPSP)
disebutkan:
a. Surat Paksa adalah surat perintah untuk membayar utang pajak.
b. Surat Paksa adalah surat perintah untuk membayar biaya penagihan pajak.
c. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
Surat Paksa adalah surat pemberitahuan kepada Penanggung Pajak agar melunasi utang
pajaknya.
2. Tahapan Tindakan Penagihan yang harus dilaksanakan oleh Jurusita Pajak adalah :
a. SKPKB - Surat Paksa - Surat Teguran - SPMP - Pengumuman Lelang - Pelaksanaan Lelang.
b. SKPKB - Surat Teguran - Surat Paksa - SPMP - Pengumuman Lelang - Pelaksanaan Lelang.
c. Surat Teguran - SKPKB - Surat Paksa - SPMP - Pengumuman Lelang - Pelaksanaan Lelang.
d. Surat Teguran - Surat Paksa - SKPKB - SPMP - Pengumuman Lelang.
3. Pernyataan yang paling tepat mengenai Surat Paksa Pengganti adalah...
a. Surat Paksa Pengganti tidak dapat diterbitkan lagi
b. Surat Paksa Pengganti dapat diterbitkan apabila diminta oleh Wajib Pajak
c. Surat Paksa Pengganti mempunyai kedudukan yang hampir sama dengan Surat Paksa

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | PPSP 83

d. Surat Paksa Pengganti mempunyai kedudukan yang sama dengan Surat Paksa
4. Tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak , guna dijadikan jaminan
untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan disebut:
a. Penyitaan
b. Lelang
c. Pemblokiran
d. Penjualan
5. Penjualan secara lelang tidak berlaku terhadap barang-barang sitaan berupa:
a. Mobil
b. Uang
c. Rumah
d. Semua jawaban benar
6. Pengumuman lelang untuk barang tidak bergerak dilakukan sebanyak....kali:
a. Tidak perlu diumumkan
b. 1 (satu) kali
c. 2 (dua) kali
d. 3 (tiga) kali
7. Bagaimana apabila pelaksanaan lelang tidak dihadiri oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak?
a. Lelang ditunda sampai Penanggung Pajak hadir
b. Lelang tidak dapat dilanjutkan
c. Lelang ditunda untuk waktu yang tidak terlalu lama
d. Lelang tetap dilanjutkan
8. Hak Penanggung Pajak atas barang yang dilelang berpindah kepada pembeli dan kepada
pembeli diberikan:
a. Risalah lelang
b. Uang
c. Surat
d. Risalah penjualan
9. Pengumuman lelang dilakukan oleh Kepala KPP setelah memperoleh surat jawaban konfirmasi
dari:
a. Bupati
b. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Lelang Negara
c. Kepala Kanwil
d. Wajib Pajak
10. Pengumuman lelang dilaksanakan paling cepat .... hari setelah tanggal penyitaan:
a. 2 (dua) hari
b. 7 (tujuh) hari
c. 14 (empat belas) hari
d. 21 (dua puluh satu)
11. Apabila Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dan meninggalkan warisan yang belum
terbagi, maka yang menjadi Penanggung Pajak adalah :
a. RT/RW setempat yang mengetahui keberadaan warisan tersebut.
b. Kuasa yang ditunjuk oleh Wajib Pajak
c. Orang yang mengelola warisan tersebut, terutama bukan ahli waris dengan tujuan agar
lebih fair.
d. Salah satu ahli waris
12. Ketentuan mengenai Wakil Wajib Pajak. Wajib Pajak diwakili dalam hal Badan yang dinyatakan
pailit, oleh:
a. Kurator
b. Promotor
c. Likuidator
d. Kuasa Wajib Pajak
13. Mengingat Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap maka pemberitahuan kepada Penanggung Pajak oleh
Jurusita Pajak dilaksanakan:
a. dengan cara memberitahukan Surat Paksa
b. dengan cara membacakan Surat Paksa

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | PPSP 84

c. dengan cara menandatangani Surat Paksa


d. dengan cara melaksanakan isi Surat Paksa
14. Apabila hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya
penagihan pajak, maka pejabat:
a. Harus menghentikan pelaksanaan lelang
b. Tetap melanjutkan lelang
c. Menunda pelaksanaan lelang
d. Semua jawaban benar
15. Kepala kantor mengembalikan kelebihan pembayaran pajak akibat lelang dalam bentuk:
a. Barang
b. Uang
c. Surat lebih bayar
d. SPMKP
16. Ketentuan mengenai tatacara penjualan barang yang dikecualikan dari penjualan secara lelang
diatur dengan:
a. Keputusan Menteri Keuangan
b. Keputusan Kepala Daerah
c. Peraturan Pemerintah
d. Undang-undang
17. Sekalipun Penanggung Pajak telah melunasi utang pajak, tetapi belum melunasi biaya
penagihan pajak, penjualan secara lelang terhadap barang yang telah disita:
a. Tidak dapat dilaksanakan
b. Tetap dapat dilaksanakan
c. Ditunda pelaksanaan lelangnya
d. Semua jawaban salah
18. Pernyataan yang benar mengenai Pengumuman Lelang adalah:
a. Pengumuman lelang untuk barang dengan nilai paling banyak Rp. 22.000.000,- tidak harus
diumumkan melalui media massa
b. Pengumuman lelang harus dilakukan sebanyak dua kali untuk barang bergerak maupun
tidak bergerak.
c. Pengumuman lelang cukup dilakukan satu kali untuk barang bergerak maupun tidak
bergerak.
d. Pengumuman lelang untuk barang dengan nilai paling banyak Rp. 20.000.000,- tidak harus
diumumkan melalui media massa
19. Gugatan Penanggung Pajak/Wajib Pajak terhadap pelaksanaan Surat Paksa hanya dapat
diajukan kepada :
a. Pengadilan Pajak
b. Pengadilan Negeri
c. Pengadilan Tata Usaha Negara.
d. Pengadilan TIPIKOR
20. Dikecualikan dari tindakan penyitaan atas barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak
adalah sebagai berikut:
a. Uang
b. Saham
c. Perlengkapan bersifat dinas yang diperoleh dari negara
d. Mobil milik Penanggung Pajak yang belum lunas angsurannya

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | PPSP 85

Kunci Jawaban
1. C
2. B
3. D
4. A
5. B
6. C
7. D
8. A
9. B
10. C
11. D
12. A
13. B
14. A
15. B
16. C
17. B
18. D
19. A
20. C

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 86

BAB 4

K. Tata Cara Pemblokiran dan Penyitaan Kekayaan Penanggung Pajak yang Disimpan di Bank
1.) Pemblokiran
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
563/KMK.04/2000 tentang Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung
Pajak yang Tersimpan Pada Bank dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
berupa deposito, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu dilaksanakan sebagai berikut :
a. Pejabat mengajukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan
penyampaian Salinan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
b. Bank wajib memblokir seketika setelah menerima permintaan pemblokiran dari
Pejabat dan membuat berita acara pemblokiran serta menyampaikan salinannya
kepada Pejabat dan Penanggung Pajak
c. Jurusita Pajak setelah menerima berita acara pemblokiran dari bank
memerintahkan Penanggung Pajak untuk memberi kuasa kepada bank agar
memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan pada bank tersebut kepada
Jurusita Pajak
d. Dalam hal Penanggung Pajak tidak memberikan kuasa kepada bank sebagaimana
dimaksud dalam huruf c, Pejabat meminta Bank Indonesia melalui Menteri
Keuangan untuk memerintahkan bank untuk memberitahukan kekayaan
Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank yang dimaksud
e. Setelah saldo kekayaan yang tersimpan pada bank diketahui, Jurusita melaksanakan
penyitaan dan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita, menyampaikan salinan
Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada Penanggung Pajak dan bank yang
bersangkutan
f. Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran kepada bank setelah
Penanggung Pajak melunasi Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak
g. Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap kekayaan
Penanggung Pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabila utang pajak
dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak sekalipun telah
dilakukan pemblokiran
2.) Penyitaan
Setelah dilakukan pemblokiran maka tindakan penyitaan baru dapat dilaksanakan.
Adapun tahapan yang dilakukan dalam proses penyitaan sebagai berikut :
a. Jurusita Pajak setelah menerima berita acara pemblokiran memerintahkan kepada
Penanggung Pajak untuk memberi kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo
kekayaannya yang tersimpan pada bank tersebut kepada Jurusita Pajak
b. Dalam hal Penanggung Pajak tidakmemberikan kuasa kepada bank, Pejabat
meminta Gubernur Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk
memerintahkan bank memberitahukan saldo kekayaan Penanggung Pajak yang
tersimpan pada bank kepada Pejabat
c. Setelah saldo kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank diketahui,
Jurusita Pajak melaksanakan penyitaan
d. Jurusita Pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan ditandatangani oleh
Jurusita Pajak, saksi-saksi dan pimpinan bank atau pejabat bank yang ditunjuk
e. Jurusita Pajak menyampaikan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada
Penanggung Pajak dan pimpinan bank yang bersangkutan
f. Apabila dalam jangka waktu 14 hari sejak penyitaan,Penanggung Pajak tidak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, Pejabat segera meminta kepada
pimpinan bank untuk memindahbukukan harta kekayaan Penanggung Pajak yang
tersimpan pada bank ke kas negara atau kas daerah sejumlah yang tercantum
dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita
Pejabat dapat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran kepada bank, setelah
Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak atau dalam hal
jumlah yang diblokir lebih besar dari jumlah yang disita.
3.) Persyaratan dan tata cara pemberian perintah atau izin tertulis membuka rahasia bank

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 87

Pasal 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan


Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank mengatur
bahwa untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia berwenang
mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan
memperlihatkan bukti-buki tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan
Nasabah Penyimpan kepada pejabat pajak. Perintah tertulis tersebut diberikan
berdasarkan permintaan tertulis dari Menteri Keuangan. Permintaan tertulis tersebut
harus menyebutkan :
a. nama pejabat pajak
b. nama Nasabah Penyimpan Wajib Pajak yang dikehendaki keterangannya
c. nama kantor bank tempat Nasabah mempunyai simpanan
d. keterangan yang diminta, dan
e. alasan diperlukannya keterangan
Pemberian izin atau izin tertulis membuka rahasia bank dilaksanakan oleh Gubernur
Bank Indonesia dalam waktu selambat-lambatnya 14 hari setelah surat permintaan
diterima secara lengkap oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia.

L. Tata Cara Penyitaan Surat Berharga Berupa Obligasi, Saham, dan Sejenisnya yang
Diperdagangkan di Bursa Efek
Penyitaan surat berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya yang
diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan sebagai berikut :
a. Pemblokiran Rekening Efek pada Kustodian dilakukan berdasarkan permintaan tertulis
dari Direktur Jenderal Pajak atau Pejabat yang ditunjuknya kepada Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dengan menyebutkan nama Pemegang Rekening atau
nomorPemegang Rekening sebagai Penanggung Pajak, sebab dan alasan perlunya
pemblokiran tersebut dilakukan
b. Berdasarkan permintaan Direktur Jenderal Pajak atau Pejabat yang ditunjuk
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dapat
menyampaikan perintah tertulis kepada Kustodian untuk melakukan pemblokiran
terhadap Rekening Efek Penanggung Pajak
c. Berdasarkan perintah tertulis dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal sebgaiman
dimaksud dalam huruf b, Kustodian melakukan pemblokiran
d. Dalam hal permintaan pemblokiran tersebut disertai dengan permintaan keterangan
tentang Rekening Efek pada Kustodian, maka permintaan tertulis dari Direktur Jenderal
Pajak harus memuat nama Pejabat yang berwenang mendapat keterangan tersebut
e. Kustodian yang melakukan pemblokiran dan memberikan keterangan tentang Rekening
Efek Pemegang Rekening membuat Berita Acara Pemblokiran dan Berita Acara
Pemberian Keterangan
f. Berita Acara Pemblokiran dan Berita Acara Pemberian Keterangan tersebut
disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak dan salinannya disampaikan kepada Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Pemegang Rekening sebagai Penanggung Pajak,
selambat-lambatnya 2 hari kerja setelah pemblokiran dan pemberian keterangan
tersebut dilakukan
g. Jurusita Pajak melaksanakan penyitaan atas Efek dan atau dana dalam Rekening Efek
pada Kustodian segera setelah menerima Berita Acara Pemblokiran dan Berita Acara
Pemberian Keterangan
h. Jurusita Pajak yang melakukan penyitaan harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita
yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Penanggung Pajak dan saksi-saksi
i. Dalam hal Penanggung Pajak tidak hadir, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani
oleh Jurusita Pajak dan saksi-saksi
j. Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada Penanggung Pajak, dan salinannya
disampaikan kepada Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Kustodian
k. Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap Rekening Efek
Penanggung Pajak kepada Kustodian, setelah Penanggung Pajak melunasi utang pajak
dan biaya penagihan pajak
l. Efek yang diperdagangkan di bursa yang telah disita, dijual di bursa melalui Perantara
Pedagang Efek Anggota Bursa atas permintaan Pejabat.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 88

M. Tata Cara Penyitaan Surat Berharga Berupa Obligasi, Saham, dan Sejenisnya yang Tidak
Diperdagangkan di Bursa Efek
Penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya yang
tidak diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan sebagai berikut :
a. Melakukan inventarisasi dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai
nominalatau perkiraan nilai lainnya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar
yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita
b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita
c. Mmebuat Berita Acara Pengalihan Hak Surat Berharga atas nama dari penanggung Pajak
kepada Pejabat

N. Tata Cara Penyitaan Piutang


Acara Pelaksanaan Sita, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk surat perjanjian utang piutang (promissory notes) yang tidak diperdagangkan di
Bursa Efek maka Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan
2 orang saksi dimana salah seorang saksi dari Pemerintah Daerah setempat sekurang-
kurangnya Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa.
2. Untuk surat perjanjian utang piutang (promissory notes) yang diperdagangkan di Bursa
Efek maka Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan 2 orang
saksi dimana salah seorang saksi dari Badan Pengawas Pasar Modal atau Kustodian.

O. Tata Cara Penyitaan Penyertaan Modal pada Perusahaan Lain


Berdasarkan Pasal 5 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 diatur
bahwa penyitaan terhadap penyertaan modal pada perusahaan lain yang tidak ada surat
sahamnya dilaksanakan sebagai berikut :
a. Melakukan inventarisasi dan membuat rincian tentang jumlah penyertaan modal pada
perusahaan lain dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan
Sita
b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita
c. Membuat Akta Persetujuan Pengalihn Hak Penyertaan Modal pada perusahaan lain dari
Penanggung Pajak kepada Pejabat, dan salinannya disampaikan kepada perusahaan
tempat penyertaan modal

P. Biaya Penagihan Pajak


Berdasarkan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 diatur hal-hal
sebagai berikut :
1.) Besarnya biaya penagihan pajak adalah Rp 50.000 untuk setiap pemberitahuan Surat
Paksa dan Rp 100.000 untuk setiap pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
2.) Besarnya tambahan biaya penagihan pajak yang dibayar oleh Penanggung Pajak dalam
hal barang yang telah disita dijual adalah sebagai berikut :
 Secara lelang, 1% dari pokok lelang
 Tidak secara lelang, 1% dari hasil penjualan
3.) Biaya penagihan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan tambahan biaya
penagihan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) merupakan Penerimaan Negara
Bukan Pajak

Q. Pencabutan Sita
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun
200 diatur bahwa pencabutan sita dapat dilakukan dalam hal Penanggung Pajak telah
melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau
berdasarkan putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan
atau Bupati/Walikota. Yang dimaksud dengan putusan pengadilan adalah putusan hakim
dari peradilan umum. Pencabutan Sita dilakukan berdasarkan Surat Pencabutan Sita yang

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 89

diterbitkan oleh Pejabat. Surat Pencabutan Sita sekaligus berfungsi sebagai pencabutan
Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan oelh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak
diikuti dengan pengembalian penguasaan barang yang disita kepada Penanggung Pajak.
Sedangkan pencabutan sita terhadap objek sita yang lain diatur dengan uraian sebagai
berikut :
a. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau yang dipersamakan
dengan itu dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada
Penanggung Pajak dan tembusannya disampaikan kepada bank yang bersangkutan
b. Surat berharga berupa obilgasi, saham atau sejenisnya baik yang diperdagangkan
maupun yang tidak diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan dengan menyampaikan
Surat Pencabutan Sita kepada Penanggung Pajak dan tembusannya disampaikan kepada
pihak terkait yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Pengalihan Hak
atas Surat Berhara tersebut
c. Piutang dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada
Penanggung Pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak yang terkait yang
berutang yag sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Peretujuan
Pengalihan Hak Menagih Piutang
d. Penyertaan modal pada perusahaan lain dilaksanakan dengan menyampaikan Surat
Pencabutan Sita kepada Penanggung Pajak dan tembusannya disampaikan kepada
pihak terkait serta membuat Akta Pembatalan Pengalihan Hak.

R. Larangan Bagi Penanggung Pajak Sehubungan dengan Pelaksanaan Penyitaan


Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 melarang Penanggung Pajak
untuk :
a. Memindahkan hak, memindahtangankan, menyewakan, meminjamkan,
menyembunyikan, menghilangkan, atau merusak barang yang telah disita
b. Membebani barang yang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggungan untuk
pelunasan utang tertentu
c. Membebani barang bergerak yang telah disita dengan fidusia atau diagunkan untuk
pelunasan utang tertentu, dan atau
d. Merusak, mencabut, atau menghilangkan segel sita atau salinan Berita Acara
Pelaksanaan Sita yang telah ditempel pada barang sita.

S. Hambatan Dalam Penyitaan


Dalam melaksanakan penyitaan, adakalanya jurusita mengalami beberapa
hambatan sebagai berikut :
1. Apabila penanggung pajak tidak hadir pada saat penyitaan.
2. Apabila penanggung pajak hadir pada saat penyitaan, tapi menolak untuk
menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan
3. Apabila Penanggung Pajak, pegawainya, atau penjaga tanah dan bangunan objek sita
melarang Jurusita untuk memasuki pekarangan/rumah, walaupun telah diberitahukan
dan dijelaskan maksud kedatangan Jurusita
4. Apabila objek sita berada diluar wilayah kerja Pejabat yang menerbitkan Surat Paksa
5. Objek yang disita tidak ditemukan
Walaupun Penanggung Pajak tidak hadir, penyitaan tetap dapat dilaksanakan
dengan syarat salah seorang saksi berasal dari Pemerintah Daerah setempat. Saksi dari
Pemerintah Daerah tersebut sekurang-kurangnya sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa.
Saksi dari Pemerintah Daerah setempat setingkat Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa
adalah pegawai Pemerintah Daerah setempat sekurang-kurangnya golongan II/a di Kantor
Kelurahan/Desa atau di Kantor Kecamatan. Saksi dari Pemerintah Daerah setempat
berfungsi sebagai saksi legalisator. Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani Jurusita
Pajak dan saksi-saksi. Dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita harus memuat alasan
ketidakhadiran Penanggung Pajak. Dengan demikian Berita Acara Pelaksanaan Sita
dimaksud tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 90

T. Jurusita Pajak Tidak Diperbolehkan Masuk ke Rumah Penanggung Pajak/Wajib Pajak


Apabila Penanggung Pajak, pegawainya, atau penjaga tanah dan bangunan objek
sita melarang Jurusita untuk memasuki pekarangan/rumah, walaupun telah diberitahukan
dan dijelaskan maksud kedatangan Jurusita, maka Jurusita pajak tidak diperkenankan
memasuki pekarangan/rumah tersebut dengan cara kekerasan. Apabila Jurusita tersebut
tetap melakukan kekerasan maka sesungguhnya perbuatan Jurusita tersebut melanggar
ketentuan Pasal 429 ayat (1) KUHP. Pasal tersebut mengatur bahwa “seorang pejabat yang
melampaui kekuasaan atau tanpa mengindahkan cara-cara yang ditentukan dalam
peraturan umum, memaksa masuk ke dalam rumah atau ruangan atau pekarangan tertutup
yang akan dipakai oleh orang lain, atau jika berada di situ secara melawan hukum, tidak
segera pergi atas permintaan yang berhak atau atas nama orang itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana penjara paling tinggi empat ribu
lima ratus rupiah.
Untuk menghindari pelanggaran atas Pasal 429 ayat (1) KUHP tersebut Jurusita Pajak dapat
meminta bantuan kepolisian, agar secara paksa membantu Jurusita memasuki
pekarangan/rumah obyek sita untuk melanjutkan penyitaan. Apabila belum ada bantuan
kepolisian yang memungkinkan Jurusita memasuki pekarangan/rumah, Jurusita agar
menunda pelaksanaan penyitaan pada hari tersebut, untuk merencanakan pelaksanaan
penyitaan pada hari/waktu yang ditetapkan kemudian. Sementara pelaksanaan penyitaan
ditunda, Jurusita Pajak membuat laporan/pengaduan kepada kepolisian setempat atas
tindakan Penanggung Pajak/pegawainya/penjaga tanah/bangunan obyek sita, atau yang
menghalang-halangi atau menggagalkan tugas Jurusita untuk melakukan penyitaan
berdasar tindak pidana yang diancam Pasal 216 ayat (1) KUHP. Jurusita mengulangi
pelaksanaan penyitaan atas tanah dan bangunan tersebut pada saat yang lebih tepat dan
memungkinkan penyitaan berhasil baikd. Dalam hal objek sita berada diluar wilayah kerja
Pejabat yang menerbitkan Surat Paksa, Pejabat meminta bantuan kepada Pejabat yang
wilayah kerjanya meliputi tempat objek sita berada untuk menerbitkan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan terhadap objek sita dimaksud, kecuali ditetapkan lain oleh
Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah. Menyimpang dari ketentuan tersebut di
atas, apabila di suatu kota terdapat beberapa wilayah kerja Pejabat, dan telah ada
Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah, Pejabat dimaksud dapat menerbitkan
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan dan memerintahkan Jurusita Pajak untuk
melaksanakan penyitaan terhadap objek sita yang berada di luar wilayah kerjanya tanpa
harus meminta bantuan Pejabat setempat. Pejabat menerbitkan Surat Perintah Melakukan
Penyitaan memberitahukan tindakan penyitaan tersebut kepada pejabat lain yang wilayah
kerjanya meliputi tempat dilakukannya penyitaan. Demikian juga dalam hal objek sita
letaknya berjauhan dengan tempat kedudukan Pejabat tetapi masih dalam wilayah kerjanya,
Pejabat dimaksud dapat meminta bantuan kepada Pejabat yang wilayah kerjanya juga
meliputi tempat objek sita berada untuk menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan. Pejabat yang diminta bantuan Pelaksanaan Penyitaan, memberitahukan
pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan dimaksud kepada Pejabat yang
meminta bantuan segera setelah penyitaan dilaksanakan dengan mengirimkan Berita Acara
Pelaksanaan Sita.

U. Jurusita Pajak Tidak Diperbolehkan Menyita Barang Penanggung Pajak/Wajib Pajak


Kadang-kadang wajib pajak merasa bahwa SKP yang diterimanya tidak sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya, atau juga ia merasa bahwa permohonan keberatan yang
diajukannya belum memperoleh jawaban dari KPP, wajib pajak merasa tersinggung dengan
perlakuan fiskus yang kurang simpatik atau dapat juga karena wajib pajak yang tidak mau
tahu dengan utang pajaknya, sehingga ia melarang, mengancam, bahkan mendatangkan
pihak ke tiga sebagai pelindungnya agar jurusita pajak tidak dapat menyita barang-
barangnya.

V. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak atau Wakilnya tidak mau Menandatangani Berita Acara
Pelaksanaan Sita
Dalam hal Penanggung Pajak hadir pada saat penyitaan, tapi menolak untuk
menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan, Berita Acara Pelaksanaan Sita tetap

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 91

mempunyai kekuatan mengikat, meskipun Penanggung Pajak menolak menandatangani


Berita Acara Pelaksanaan Sita. Dalam Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan tersebut di
jelaskan bahwa penyitaan telah dihadiri oleh Penanggung Pajak akan tetapi menolak
menandatangani Berita Acara. Dengan demikian yang bertandatangan adalah Jurusita dan
Saksi-saksi. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita harus ditempelkan pada barang bergerak
atau barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak atau barang tidak
bergerak yang disita berada, dan atau di tempat-tempat umum. Akan tetapi jika karena sifat
dan bentuk fisik barang tersebut tidak memungkinkan untuk ditempeli Salinan Berita Acara
Pelaksanaan Sita, maka diperlukan cara lain untuk penempelan Salinan Berita Acara
tersebut.

W. Larangan Terhadap Penanggung Pajak atau Wajib Pajak


Dalam UU No. 19/2000 Pasal 26 ayat (4) dan (5) disebutkan bahwa Jurusita dlarang
untuk :
a. Membeli barang sitaan yang dilelang
b. Membeli barang sitaan yang dilelang, berlaku juga terhadap istri, keluarga sedarah dan
semenda dalam keturunan garis lurus, serta anak angkat.

X. Sanggahan Pihak Ketiga Terhadap Kepemilikan Barang yang Disita


Berdasarkan UU No. 19/2000 Pasal 38 disebutkan bahwa :
1. Sanggahan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang yag disita hanya dapat diajukan
ke Pengadilan Negeri
2. Pengadilan Negeri yang menerima surat sanggahan sebagiamana dimaksud dalam ayat
(1) memberitahukan secara tertulis kepada Pejabat
3. Pejebat menangguhkan pelaksanaan penagihan pajak hanya terhadap barang yang
disanggah kepemilikannya sejak menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2)
4. Sanggahan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang yang disita tidak dapat diajukan
setelah lelang dilaksanakan.

Bab 5

A. Pengertian Lelang
Lelang menurut Pasal 1 angka 17 UU Penagihan Pajak deng Surat Paksa adalah
setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran hutang secara lisan dan
atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli. Pelaksanaan
penjualan lelang dialkukan oleh Kantor Lelang.
Peraturan pelaksanaan dari Vendu Reglemen (Ketentuan Lelang) dan Vendu
Instructie (Instruksi Lelang) dibuatlah suatu Peraturan Menteri Keuangan Nomor
93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010. Dalam pasal 1 angka 1 Peraturan
Menteri Keuangan tersebut dijelaskan pengertian lelang yaitu penjualan barang yang
terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin
meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan
Pengumuman Lelang. Pengertian Pengumuman Lelang adalah pemberitahuan kepada
masyarakat tentang akan adanya Lelang dengan maksud untuk menghimpun peminat lelang
dan pemberitahuan kepada pihak yang berkepentingan.
Penjualan lelang mempunyai tujuan agar penjuaaln barang hasil sitaan menjadi
terbuak, dan dapat membentuk harga wajar, serta secara tidak langsung masyarakat dapat
ikut mengawasi pelaksanaan lelang tersebut. Dimaksudkan juga agar penjualan barang yang
merupakan wujud eksekusi dari tindakan penagihan dapat diketahui masyarakat dan dapat
menimbulkan efek jera bagi Penanggung Pajak, serta memberikan detterent effect bagi
masyarakat Wajib Pajak.

B. Pejabat Lelang

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 92

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang


Petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I diatur bahwa pelaksana
lelang adalah Pejabat Lelang. Berdasarkan Pasal 1 angka 14 Pejabat Lelang adalah orang
yang berdasarkan peraturan perundang-undangan diberi wewenang khusus untuk
melaksanakan penjualan barag secara lelang. Lelang tetap dilaksanakan walaupun hanya
diikuti oleh 1 orang peserta lelang dan dalam hal tidak ada peserta lelang, lelang tetap
dilaksanakan dan dibuatkan Risalah Lelang Tidak Ada Penawaran. Yang menjadi Pejabat
Lelang menurut Peraturan Menteri Keuangan adalah :
a. Pejabat Lelang Kelas I dan
b. Pejabat Lelang Kelas II

C. Fungsi Pejabat Lelang


Pejabat Lelang mempunyai tugas melakukan kegiatan persiapan lelang,
pelaksanaan lelang dan kegiatan setelah lelang (Pasal 10 Keputusan Menteri Keuangan No.
305/KMK.01/2002). Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,
Pejabat Lelang mempunyai fungsi sebagai berikut (Pasal 11) :
1. Peneliti dokumen persyaratan lelang, yaitu Pejabat Lelang meneliti kelengkapan
dokumen persyaratan lelang;
2. Pemberi informasi lelang, yaitu Pejabat Lelang memberikan informasi kepada
pengguna jasa lelang dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan lelang;
3. Pemimpin Lelang, yaitu Pejabat Lelang dalam memimpin lelang harus komunikatif, adil,
tegas dan berwibawa untuk menjamin ketertiban, keamanan dan kelancaran
pelaksanaan lelang; dan
4. Pejabat Umum, yaitu Pejabat yang membuat akta otentik berdasarkan undang-undang
di wilayah kerjanya.

D. Syarat Lelang
Syarat lelang adalah syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan lelang, hal
tersebut diatur dalam Pasal 17 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010
diatur bahwa Penjual/Pemilik Barang dapat mengajukan syarat-syarat lelang tambahan
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, termasuk tetapi
tidak terbatas pada :
a. Jangka waktu bagi peserta lelang untuk melihat, meneliti secara fisik barang yang akan
dilelang
b. Jangka waktu pengambilan barang oleh Pembeli, dan/atau
c. Jadwal penjelasan lelang kepada peserta lelang sebelum pelaksanaan lelang
(aanwijzing)

E. Risalah Lelang dan Fungsi Risalah Lelang


Berdasarkan Pasal 1 angka 32 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93
/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, Risalah Lelang adalah berita acara
pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik dan
mempunyai kekuatan pembuktian sempurna. Risalah Lelang dibuat dalam Bahasa Indonesia
dan setia Risalah Lelang diberi nomor urut. Bagian Kepala Risalah Lelang paling kurang
memuat keterangan atau informasi mengenai :
1.) Hari, tanggal, dan jam lelang ditulis dengan huruf dan angka; nama lengkap dan tempat
kedudukan Pejabat Lelang
2.) Nomor/tanggal Surat Keputusan Pengangkatan Pejabat Lelang, dan nomor/tanggal
surat tugas khusus untuk Pejabat Lelang Kelas I
3.) Nama lengkap, pekerjaan dan tempat kedudukan/domisili Penjual
4.) Nomro/tanggal surat permohonan lelang
5.) Tempat pelaksanaan lelang
6.) Sifat barang yang dilelang dan alasan barang tersebut dilelang
7.) Dalam hal yang dilelang berupa barang tidak bergerak berupa tanah atau tanah
bangunan harus disebutkan :

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 93

 Status hak atau surat-surat lain yang menjelaskan bukti kepemilikan


 SKT dari Kantor Pertanahan, dan
 Keterangan lain yang membebani, apabila ada
8.) Dalam hal yang dilelang barang bergerak harus disebutkan jumlah, jenis dan spesifikasi
barang
9.) Cara Pengumuman Lelang yang telah dilaksanakan oleh Penjual
10.) Cara penawaran lelang, dan
11.) Syarat-syarat lelang
Fungsi Risalah Lelang bagi para pihak yang berkepentingan adalah :
a. Pembeli memperoleh Kutipan Risalah Lelang sebagai Akta Jual Beli untuk kepentingan
balik nama taau Grosse Risalah Lelang sesuai kebutuhan
b. Penjual memperoleh Salinan Risalah Lelang untuk laporan pelaksanaan lelang atau
Grosse Risalah Lelang sesuai kebutuhan
c. Pengawas Lelang (Superintenden) memperoleh Salinan Risalah Lelang untuk laporan
pelaksanaan lelang/kepentingan dinas, atau
d. Instansi yang berwenang dalam balik nama kepemilikan hak objek lelang memperoleh
Salinan Risalah Lelang sesuai kebutuhan.

F. Persiapan Lelang
Lelang harus dilakukan dengan sebelumnya melakukan pengumuman lelang dalam
jangka waktu paling cepat 14 hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan dan Penanggung
Pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Berdasarkan Surat Edaran
Bersama Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara dan Direktur Jenderal Pajak
Nomor SE-214/PJ/1999, SE-17/PN/1999 tentang Lelang Eksekusi Pajak diatur mengenai tata
cara pelelangan barang sitaan yaitu :
1. Jurusita menyiapkan Berkas-berkas Penagihan yang terdiri dari :
 Salinan/fotokopi STP, Surat Tagihan Pajak Bumi dan Bangunan (STPPBB), Surat
Tagihan BPHTB (STB) , SKPKB, SKPKBT, SKBKB, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan atau Putusan Banding
 Salinan/fotokopi Surat Teguran
 Salinan/fotokopi Surat Paksa
 Salinan/fotokopi Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan dan bukti bahwa sita telah
terdaftar(khusus untuk barang yang kepemilikannya terdaftar)
 Salinan/fotokopi Berita Acara Pelaksanaan Sita
 Perincian jumlah tagihan pajak yang berakhir dan biaya penagihan
 Bukti Kepemilikan atas barang yang akan dilelang apabila ada. Dalam hal bukti
kepemilikan dimaksud tidak ada, harus ada pernyataan tertulis dari Pejabat selaku
pemohon lelang bahwa barang-barang terseut tidak disertai bukti kepemilikan
dengan disertai alasannya
 Seluruh surat yang difotokopi harus dilegalisir
2. Permintaan jadwal waktu dan tempat pelelangan
Pejabat melakukan permintaan jadawal lelang dengan menggunakan formulir
permintaan jadwal waktu dan tempat pelelangan, ditujukan kepada Kepala Kantor
Lelang dengan dilampiri berkas-berkas penyitaan. Dalam surat permintaan jadwal
lelang juga menyebutkan secara rinci nama Penanggung Pajak dan daftar barang yang
akan dilelang.

G. Pengumuman Lelang
Pengumuman lelang adalah pemberitahuan kepada masyarakat tentang akan
adanya Lelang dengan maksud untuk menghimpun peminat lelang dan pemberitahuan
kepada pihak yang berkepentingan. Pengumuman Lelang dilakukan setelah endapat
kepastian tempat, hari, tanggal, dan jam lelang dari Kantor Lelang.
 Kepala Kantor mengumumkan setelah 14 hari setelah penyitaan, melalui surat kabar
harian, selebaran atau tempelan yang mudah dibaca oleh umum dan atau media
elektronik termasuk internet di wilayah kerja Kantor Lelang tempat barang yang
akan dijual

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 94

 Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 kali


 Pengumuman lelang barang tidak bergerak dilakuakn 2 kali. Jangka waktu
pengumuman pertama dengan kedua sekurang-kurangnya 15 hari, serta diatur agar
pengumuman kedua tidak jatuh pada hari libur/besar. Pengumuman lelang pertama
diperkenankan tidak melalui surat kabar/harian. Pengumuman kedua harus
dilakukan melalui surat kabar/harian dan dilakukan sekurang-kurangnya 14 hari
sebelum pelaksanaan lelang.
 Pengumuman lelang barang tidak bergerak yang akan dilelang bersama-sama
dengan barang bergerak, maka pengumumannya dilakukan sebagai berikut :
a. Pengumuman pertama dilakukan untuk barang bergerak dan barang tidak
bergerak
b. Pengumuman kedua dilakukan hanya untuk barang tidak bergerak
c. Pengumuman lelang untuk barang dengan nilai paling banyak Rp 20.000.000
tidak harus diumumkan melalui media massa, tetapi dapat melalui selebaran
atau pengumuman yang ditempelkan di tempat umum, misalnya di Kantor
Kelurahan atau di papan pengumuman di KPP
d. Apabila WP/PP melunasi utang-utang pajak dan biaya penagihan pajak sesudah
pengumuman lelang dimuat dengan menyerahkan bukti pelunasan tetapi
sebelum pelaksanaan lelang, maka pengumuman lelang itu dibatalkan dengan
memuat iklan pembatalan lelang dalam surat kabar/media cetak/media
elektronik yang bersangkutan.

H. Pelaksanaan Lelang
Pelaksanaan lelang dilakukan dengan uraian sebagai berikut :
1.) Penjualan secara lelang terhadap barang yang disita dilaksanakan paling singkat 14 hari
setelah pengumuman lelang melalui media masaa
2.) Kepala Kantor bertindak sebagai penjual barang yang disita mengajukan permohonan
lelang kepada Kantor Lelang sebelum pelaksanaan lelang
3.) Kepala Kantor menentukan nilai limit dan diserahkan kepada Pejabat Lelang selambat-
lambatnya pada saat akan dimulainya pelaksanaan lelang
4.) Kepala Kantor atau yang mewakilinya menghadiri pelaksanaan lelang untuk :
 Menentukan dilepas atau tidaknya barang yang dilelang apabila harga penawaran
yang diajukan oelh calon pembeli lebih rendah dari harga limit yang ditentukan
 Menghentikan lelang apabila hasil lelang sudah cukup untuk melunasi utang pajak
dan atau biaya penagihan pajak
 Menandatangani asli Risalah Lelang
5.) Kepala Kantor, Kepala Seksi Penagihan dna Jurusita Pajak, termasuk istri, keluarga
sedarah, dan semenda dalam keturunan garis lurus, serta anak angkat, tidak
diperbolehkan membeli barang sitaan yang dielang.
6.) Lelang tetap dapat dilaksanakan meskipun :
 WP sedang mengajukan keberatan dan belum memperoleh keputusan keberatan
 WP/PP tidak hadir
7.) Lelang tidak dilaksanakan dalam hal :
 WP/PP telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak
 Terdapat putusan pengadilan
 Objek lelang musnah
8.) Pejabat harus menghentikan pelaksanaan lelang meskipun barang yang akan dilelang
masih ada apabila hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya
penagihan pajak dan utang pajak. Sisa barang dan kelebihan hasil lelang harus
dikembalikan kepada Penanggung Pajak paling lambat 3 hari setelah pelaksanaan lelang
9.) Pengguanaan hasil lelang terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak dan
sisanya untuk membayar utang pajak
10.) Biaya penagihan pajak ditambaha 1% dari :
 Hasil penjualan barang yang dikecualikan dari penjualan secara lelang
 Pokok lelang dari penjualan secara lelang

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 95

I. Akibat Lelang
a. Hak Penanggung Pajak atas barang yang dilelang berpindah kepada pembeli dan
kepadanya diberikan Risalah Lelang yang merupakan bukti otentik sebagai dasar
pendaftaran dan pengalihan hak
b. Apabila setelah pelaksanaan lelang Wajib Pajak memperoleh keputusan keberatan atau
putusan banding yang mengakibtakan utang pajak menjadi berkurang atau nihil
sehingga menimbulkan kelebihan pembayaran pajak. Wajib Pajak tidak dapat meminta
atau tidak berhak menuntut pengembalian barang yang telah dilelang
c. Kepala Kantor mengembalikan pembayaran pajak dalam bentuk uang

J. Pembatalan Lelang
Pembatalan lelang berdasarkan Pasal 24 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
174/PMK.06/2010 diatur bahwa lelang hanya dapat dibatalkan dengan permintaan Penjual
atau penetapan provisional atau putusan dari lembaga peradilan umum. Pembatalan lelnag
disampaikan secara tertulis dan sudah harus diterima oleh Pejabat Lelang paling lama 3 hari
kerja sebelum pelaksanaan lelang, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan. Dalam hal terjadi pembatalan sebelum lelang, penjual harus mengumumkan
pembatalan pelaksanaan, paling lama 2 hari sebelum pelaksanaan lelang, kecuali ditentukan
lain oleh peraturan perundang-undangan. Pengumuman harus diumumkan dalam surat
kabar harian yang sama dalam hal Pengumuman Lelang dilakukan melalui surat kabar
harian. Pembatalan lelang sebelum pelaksanaan lelang diluar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 dilakukan oleh Pejabat Lelang dalam hal :
a. SKT untuk pelaksanaan lelang tanah atau tanah dan bangunan belum ada
b. Barang yang akan dilelang dalam status sita pidana, khusus Lelang Eksekusi
c. Terdapat gugatan atas rencana pelaksanaan Lelang Eksekusi berdasarkan Pasal 6 UUHT
dari pihak lain selain debiitor/suami atau istri debitor/tereksekusi.
d. Barang yang akan dilelang dalam status sita jaminan/sita eksekusi/sita pidana, khusus
Lelang Noneksekusi
e. Tidak memnuhi legalitas formal subjek dan objek lelang karena terdapat perbedaan
data pada dokumen persyaratan lelang
f. Penjual tidak dapat memperlihatkan atau menyerahkan asli dokumen kepemilikan
kepada Pejabat Lelang
g. Penjual tidak hadir pada saat pelaksanaan lelang,kecuali lelang yang dilakukan melalui
internet
h. Pengumuman Lelang yang dilaksanakan penjual tidak dilaksanakan sesuai peraturan
perundang-undangan
i. Keadaan memaksa (force majeur)/kahar
j. Nilai limit yang diumumkan dalam Pengumuman Lelang tidak sesuai dengan surat
penetapan Nilai Limit yang dibuat oleh penjual/pemilik barang atau
k. Penjual tidak menguasai secara fisik barang bergerak yang dilelang.

Bab 6

A. Jenis Barang yang Dikecualikan dari Penjualan secara Lelang


Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 mengatur bahwa sitaan yang
dikecualikan dari penjualan secara lelang berupa :
1. Uang tunai
2. Surat-surat berharga :
a. Kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank seperti deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu
b. Obligasi
c. Saham
d. Piutang
e. Penyertaan modal
f. Surat berharga lainnya
3. Barang yang mudah rusak atau cepat busuk

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 96

B. Tata Cara Penjualan Barang yang Dikecualikan dari Penjualan secara Lelang
Dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 diatur apabila dalam
jangka waktu 14 hari sejak tanggal pelaksanaan Penyitaan, Penanggung Pajak tidak melunasi
tunggakan utang pajak, maka pejabat segera menggunakan, menjual dan atau
memindahbukukan barang sitaan untuk pelunasan biaya penagihan pajak dan utang pajak.
Pelunasan tunggakan utang pajak dengan barang sitaan yang penjualannya tidak
melalui lelang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Uang tunai disetor ke kas negara atau kas daerah
b. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk yang disamakan
dengan itu dipindahkan ke kas negara atau kas daerah atas permintaan pejabat kepada
bank yang bersangkutan
c. Obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang diperdagangkan di bursa efek dijual
di bursa efek atas permintaan pejabat
d. Obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek
segera dijual oleh pejabat
e. Piutang yang hak menagihnya beralih kepada Pejabat berdasarkan berita acara
persetujuan pengalihan hak, dijual oleh pejabat kepada pembeli
f. Penyertaan modal pada perusahaan lain yang penguasaanya beralih kepada
Pejabat berdasarkan akte persetujuan pengalihan hak, dijual oleh pejabat kepada
pembeli
g. Hasil penjualan barang sitaan sebagaimana dimaksud pada huruf c, huruf d, dan huruf
e disetor ke kas negara atau kas daerah
Penentuan harga jual barang sitaa, tergantung harga pasar yang berlaku pada
tanggal transaksi penjualan. Untuk barang yang tidak mempunyai patokan hrga pasar, maka
pejabat dapat meminta bntuan kepada Jasa Penilai. Penjualan atas barang sitaan diikuti
dengan pembuatan Berita Acara Pengalihan Hak dari Pejabat kepada pembeli yang
fungsinya dipersamakan dengan Risalah Lelang.

C. Larangan bagi Pejabat dan Jurusita Pajak terhadap Barang yang Disita
Dalam UU No. 19/2000 Pasal 26 ayat (4) dan (5) disebutkan bahwa Jurusita dlarang
untuk :
a. Membeli barang sitaan yang dilelang
b. Membeli barang sitaan yang dilelang, berlaku juga terhadap istri, keluarga sedarah dan
semenda dalam keturunan garis lurus, serta anak angkat.

Bab 7

A. Dasar Hukum Pencegahan dan Penyanderaan


Diatur dalam Pasal 29 sampai dengan Pasal 36 UU PPSP dan sebgaai aturan
pelaksanaannya dituangkand alam Peraturan Pemerintah NO. 137 Tahun 2000 tentang
Tempat dan Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak, dan
Pemberian Ganti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

B. Pengertian Pencegahan dan Penyanderaan


Pasal 1 angka 20 UU PPSP dan kemudian ditegaskan dalam Pasal 1 angka 3 PP NO.
137/2000, Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung
Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sedangkan dalam Pasal
1 angka 21 UU PPSP dan ditegaskan dalam Pasal 1 angka 4, Penyanderaan adalah
pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajak dengan menempatkannya di
tempat tertentu.

C. Syarat-syarat Pencegahan dan Penyanderaan


1.) Syarat Pencegahan
Berdasarkan Pasal 29 UU PPSP diatur bahwa Pencegahan hanya dapat dilakukan
terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 97

sebesar Rp 100.000.000 dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.
Penjelasan Pasal 29 UU PPSP menegaskan bahwa pelaksanaan pencegahan sebagai
upaya penagihan pajak diberikan syarat-syarat, baik yang bersifat kuantitatif, yakni
harus memenuhi utang pajak dalam jumlah tertentu, maupun yang bersifat kualitatif,
yakni diragukan itikad baikya dalam melunasi utang pajak sehingga pencegahan hanya
dilaksanakan secara sangat selektif dan hati-hati. Pencegahan Penanggung Pajak tidak
mengakibatkan hapusnya utang pajak.
2.) Syarat Penyanderaan
Pasal 33 UU PPSP dan diatur lebih lanjut dalam Pasal 3 PP No. 137/2000 diatur
mengenai persyaratan penyanderaan yaitu :
a. Penyanderaan hanya dapng pajak sekurangat dilakukan terhadap Penanggung
Pajak yang mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp 100.000.000
dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.
b. Penyanderaan hanyadapat dilaksanakn berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan
yang diterbitkna oleh Pejabat setelah mendapat izin tertulis dari Menteri atau
Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1.

D. Tata Cara Pencegahan dan Penyanderaan


1.) Pencegahan
Pencegahan dilakukan berdasarkan permintaan pencegahan bepergian ke luar negeri
dari Pejabat di tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Direktur Jenderal cq. Direktur
Pemeriksaan dan Penagihan dengan menyampaikan data-data sebagai berikut :
a. Data Penanggung Pajak
 Nama Wajib Pajak
 NPWP
 Alamat
 Nama Penanggung Pajak
 NPWP
 Alamat
 Jabatan
 Umur/Tanggal Lahir
 Jenis Kelamin
 Kewarganegaraan
 Nomor Identitas (Passport/KTP)
b. Pertimbangan/alasan dilakukannya pencegahan
c. Data pendukung, yaitu:
o Daftar kelengkapan data pencegahan
o Ikhtisar pencegahan ke luar negeri
o Fotokopi Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak (print out data tunggakan
pajak)
o Akta pendirian badan usaha dan perubahannya (khusus Wajib Pajak
Badan)
o Fotokopi SPT Tahunan PPh Badan/Orang Pribadi terakhir Fotokopi
permohonan NPWP Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang akan
dicegah
Perpanjangan dilakukan berdasarkan permintaan perpanjangan pencegahan
bepergian ke luar negeri dari Kepala KPP/KPPBB di tempat Wajib Pajak terdaftar kepada
Direktur Jenderal cq. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan paling lambat 1 (satu) bulan
sebelum pencegahan berakhir, dengan menyampaikan data-data
pendukung sebagai berikut:
- ikhtisar pencegahan ke luar negeri
- Fotokopi Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak (print out data tunggakan
pajak)
Pencabutan dilakukan berdasarkan permintaan pencabutan pencegahan bepergian
ke luar negeri dari Pejabat di tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Direktur Jenderal
Pajak. Apabila terdapat pembayaran oleh Wajib Pajak, maka segera dilakukan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 98

konfirmasi atas SSP lembar ke-3 yang diterima KPP kepada Kantor Penerima
Pembayaran (Bank Persepsi atau Kantor Pos). Hasil konfirmasi tersebut langsung
diinformasikan ke Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan Pajak. Surat permintaan
pencabutan pencegahan dibuat dengan menyertakan data-data pendukung sebagai
berikut :
- Fotokopi Keputusan Menteri Keuangan Pencegahannya
- Fotokopi SSP/Bukti Pbk/Putusan Keberatan dan/atau Banding
- Fotokopi MPN/MP3
- Fotokopi Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak (print out data tunggakan pajak).

2.) Penyanderaan
a. Permohonan izin penyanderaan diajukan oleh Kepala Kantor kepada Menteri
Keuangan melalui Direktur Jenderal Pajak u.p. Direktur Pemeriksaan Penyidikan dan
Penagihan Pajak dengan tembusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
yang bersangkutan dengan memuat:
1. Identitas Penanggung Pajak yang akan disandera
2. Jumlah utang pajak yang belum dilunasi, disertai Kartu Pengawasan Tunggakan
Pajak Penanggung Pajak yang bersangkutan sampai dengan tanggal usulan
penyanderaan (KP.RIKPA 4.3.1) dan upaya hukum yang
ditempuh Wajib Pajak/Penanggung Pajak (Keberatan/Peninjauan Kembali,
Banding, Gugatan, Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung).
3. Tindakan penagihan pajak, meliputi penagihan pajak persuasif dan represif,
yang telah dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak/Pajak Bumi dan Bangunan
dan melampirkan fotokopi Surat Paksa dan Berita Acara Penyampaian Surat
Paksa.
4. Uraian tentang adanya petunjuk bahwa Penanggung Pajak diragukan itikad
baiknya dalam pelunasan utang pajak, meliputi:
- Penanggung Pajak tidak merespons himbauan untuk melunasi utang pajak;
- Penanggung Pajak tidak menjelaskan/tidak bersedia melunasi utang pajak
baik sekaligus maupun angsuran;
- Penanggung Pajak tidak bersedia menyerahkan hartanya untuk melunasi
utang pajak;
- Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selamalamanya atau
berniat untuk itu;
- Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang
dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan
perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia;
- Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya atau
menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau
melakukan perubahan bentuk lainnya.
b. Direktur Jenderal Pajak u.p. Direktur Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak
setelah menerima izin tertulis dari Menteri Keuangan,segera mengirimkan izin
tertulis tersebut kepada Kepala Kantor yang bersangkutan dengan kurir atau pos
kilat tercatat atau pos kilat khusus.
c. Kepala Kantor menerbitkan Surat Perintah Penyanderaan seketika setelah
diterimanya izin tertulis dari Menteri Keuangan yang dikirim melalui Direktur
Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Pajak, dengan menggunakan formulir Surat Perintah Penyanderaan.
d. Jurusita Pajak menyampaikan Surat Perintah Penyanderaan langsung kepada
Penanggung Pajak dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang penduduk Indonesia yang
telah dewasa, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat
dipercaya.
e. Dalam melaksanakan penyanderaan Jurusita Pajak dapat meminta bantuan
Kepolisian atau Kejaksaan.
f. Dalam hal Penanggung Pajak yang akan disandera tidak dapat
ditemukan,bersembunyi atau melarikan diri, Jurusita Pajak melalui Kepala Kantor

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 99

atau atasannya, dapat meminta bantuan Kepolisian atau Kejaksaan untuk


menghadirkan Penanggung Pajak yang tidak dapat ditemukan tersebut.
g. Dalam hal Penanggung Pajak yang akan disandera berada di luar wilayah kerja
Kepala Kantor yang menerbitkan Surat Paksa, atau Penanggung Pajak yang akan
disandera tersebut melarikan diri atau bersembunyi ke luar wilayah kerja Kepala
Kantor yang menerbitkan Surat Paksa, maka Kepala Kantor dimaksud tetap dapat
menerbitkan Surat Perintah Penyanderaan, dan memerintahkan Jurusita Pajak
untuk melaksanakan penyanderaan terhadap Penanggung Pajak yang berada di luar
wilayah kerjanya.
h. Dalam hal Penanggung Pajak yang akan disandera berada di luar wilayah kerja
Kepala Kantor yang menerbitkan Surat Paksa, Kepala Kantor dimaksud dapat
meminta bantuan kepada Kepala Kantor yang wilayah kerjanya merupakan tempat
kedudukan, tempat keberadaan, atau tempat persembunyian Penanggung Pajak
yang akan disandera.

E. Isi Keputusan Pencegahan dan Penyanderaan


1.) Pencegahan
Dalam Keputusan Menteri Keuangan tentang Keputusan Pencegahan memuat
sekurang-kurangnya :
- Identitas Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan (nama, umur,pekerjaan,
alamat, jenis kelamin,dan kewarganegaraan)
- Alasan untuk melakukan pencegahan
- Jangka waktu pencegahan
Jangka waktu pencegahan atau penangkalan harus secara tegas ditentukan dalam
keptusan pencegahan atau penyanderaan.
2.) Penyanderaan
Pasal 5 Peraturan Pemeritah No 137/2000 diatur bahwa Surat Perintah
Penyanderaan memuat sekurang-kurangnya :
a. Identitas Penanggung Pajak
b. Alasan penyanderaan
c. Izin penyanderaan
d. Lamanya penyanderaan, dan
e. Tempat penyanderaan
Pasal 9 PP No. 137/2000 mengatur mengenai Berita Acara Penyanderaan paling
sedikit memuat :
- Nomor dan tanggal Surat Perintah Penyanderaan
- Izin tertulis Menteri Keuangan atau Gubernur
- Identitas Jurusita Pajak
- Identitas Penanggung Pajak yang disandera
- Tempat penyanderaan
- Lamanya penyanderaan
- Identitas saksi

F. Jangka Waktu Pencegahan dan Penyanderaan


1.) Pencegahan
Jangka waktu pencegahan paling alam 6 bulan dan dapat diperpanjang untuk
selama-lamanya 6 bulan.
2.) Penyanderaan
Masa penyanderaan paling lama 6 buan terhitung sejak Penanggung Pajak
ditempatkan dalam tempat penyanderaan dan dapat diperpanjang untuk selama-
lamanya 6 bulan. Penentuan lamanya penyanderaan didasarkan pada :
 Perhitungan besarnya utang pajak
 Besarnya jumlah harta yang disembunyikan
 Hubungan harta yang disembunyikan tersebut dengan itikad baik Penanggung Pajak
untuk melunasi utang pajaknya

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Hukum Keuangan Negara 100

Izin perpanjangan jangka waktu penyanderaan dapat sekaligus diberikan oleh Menteri
Keuangan yang berwenang pada waktu memberikan izin penyanderaan. Apabila izin
perpanjangan penyanderaan sekaligus diberikan maka tidak diperlukan permohonann
izin baru.

G. Hak dan Kewajiban Penanggung Pajak yang Disandera


Selama dalam masa penyanderaan Penanggung Pajak yang disandera di rumah
tahanan negara atau ruang penyanderaan berhak untuk :
 Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing di
dalam rumah tahanan negara
 Memperoleh pelayanan kesehatan yang layak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
 Mendapat makanan yang layak termasuk menerima kiriman makanan dari keluarga
 Memperoleh bahan bacaan dan informasi lainnya atas biaya sendiri
 Menerima kunjungan rohaniwan dan dokter pribadi atas biaya sendiri setelah
mendapat izin dari Kepala Rumah Tahanan Negara
 Menerima kunjungan dari keluarga, pengacara dan sahabat setelah mendapat izin
tertulis dari pejabat paling banyak 3 kali dalam seminggu selama 30 menit untuk
setiap kali kunjungan
 Menyampaikan keluhan tentang perlakuan petugas kepada Kepala Rumah Tahanan
Negara atau pejabat
Kewajiban Penanggung Pajak yang disandera adalahh :
o Penanggung Pajak yang disandera selama dalam rumah tahanan negara wajib
mematuhi tata tertib dan disiplin di ruamha tahanan negara
o Penanggung Pajak yang disandera dilarang membawa telepon genggam, pager,
komputer, atau peralatan elektronik lain yang dapat digunakan untuk menghubungi
seseorang di luar rumah tahanan negara.
Apabila Penanggung Pajak yang disandera terbukti melakukan pelanggaran tata
tertib dan disiplin, Kepala Rutan memberitahukan kepada Kepala Kantor atau
kepada Kepolisian terdekat.

H. Rehabilitasi Penanggung Pajak yang Disandera


Penanggung Pajak yang disandera dapat mengajukan guagtan terhadap
pelaksanaan penyanderaan hanya kepada Pengadilan Negeri, ketentuan ini diatur dalam
Pasal 34 ayat (3) UU PPSP. Gugatan Penanggung Pajak tersebut tidak dapat diajukan setelah
masa penyanderaan berakhir. Dalam hal gugatan Penanggung Pajak dikabulkan oleh
pengadilan dan putusan pengadilan tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
kepada Penanggung Pajak yang bersangkutan diberikan hak untuk mengajukan
permohonan rehabilitasi nama baik dan ganti rugi atas masa penyanderaan yang telah
dijalaninya. Berdasarkan Pasal 34 ayat (5) UU PPSP besarnya ganti rugi yang diberikan
kepada Penanggung Pajak tersebut adalah sebesar Rp 100.000 setiap hari. Perubahan
besarnya ganti rugi tersebut ditetapkan oleh Menteri Keuangan RI.
Permohonan rehabilitasi nama baik Penanggung Pajak diajukan secara tertulis
dalam bahasa Indonesia kepada Pejabat yang menerbitkan Surat Perintah Penyanderaan,
dengan dilengkapi persyaratan sebagai berikut :
1. Putusan Pengadilan
2. Surat Perintah Penyanderaan
3. Surat Pemberitahuan Pelepasan Penanggung Pajak yang disandera
Rehabilitasi nama baik dilaksanakan oleh Pejabat dalam bentuk 1 kali pengumuman
pada media cetak harian yang berskala nasional/regional/lokal dengan ukuran yang
memadai, yang dilakukan paling lambat 30 hari sejak diterimanya permohonan Penanggung
Pajak. Ganti rugi diberikan paling lambat 30 hari sejak diterimanya permohonan
Penanggung Pajak.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 102

Pendidikan Kewarganegaraan
Pertemuan 1

Pendidikan Kewarganegaraan pada umumnya telah kita pelajari sejak duduk di bangku Sekolah
Dasar. Pendidikan Kewarganegaraan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah
suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerus, selaku warga
masyarakat, bangsa, dan negara, secara berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi hari
depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa,
negara, dan hubungan internasionalnya.
Poin – poin yang seharusnya kita ketahui mengenai PKN sebagai seorang mahasiswa :
 PKn sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia, meskipun dengan berbagai
macam istilah;
 Matkul tersebut sering disebut sebagai civic education, citizenship education, democracy
education;
 Matkul ini memiliki peran yang strategis dalam mempersiapkan warga negara yang cerdas,
bertanggung jawab, dan berkeadaban.
1) Landasan Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki landasan yang menjadi dasar mengapa ini menjadi pelajaran
yang perlu dipahami dan diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,antara lain :
 Landasan Hukum
1. UUD 1945
a. Pembukaan UUD 1945, Alinea II dan Alinea IV (cita-cita, tujuan dan aspirasi Bangsa
Indonesia tentang kemerdekaanya).
b. Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan Warganegara di dalam hukum dan pemerintahan.
c. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban Warganegara dalam upaya bela negara.
d. Pasal 30 (1), hak dan kewajiban Warganegara dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
e. Pasal 31 (1), hak Warganegara mendapatkan pendidikan.
2. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
 Landasan Ilmiah
Warga negara dituntut agar menjadi rakyat yang berguna bagi bangsa dan negaranya sehingga
mampu mengantisipasi perkembangan zaman dan perubahan masa depan bangsanya. Oleh karena
itu, diperlukan penguasaan IPTEK yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan,moral,kemanusiaan dan
budaya bangsa. Nilai tersebut yang menjadi hal utama dan acuan dalam mengemban hidup yang
berbangsa dan bernegara yang mencerminkan dari tujuan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Tujuan utama PKn adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran
bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan
filsafat bangsa Pancasila.

2) Visi Indonesia 2020


Visi adalah wawasan ke depan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu
 Bagi bangsa Indonesia, Visi Indonesia didasari dan diilhami oleh cita-cita luhur yang telah
digariskan para pendiri negara sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945
 Untuk pencapaian visi tersebut maka selanjutnya dirumuskan visi antara yang disebut VISI
INDONESIA 2020 (TAP. MPR RI Nomor: V/MPR/2000)
 Visi Indonesia 2020 adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi,
bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam
penyelenggaraan negara

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 103

Untuk mengukur tingkat keberhasikan perwujudan Visi Indonesia 2020 diperlukan indikator-
indikator utama sebagai berikut:
Religius
 terwujudnya masyarakat yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia sehingga ajaran agama,
khususnya yang bersifat universal dan nilai-nilai luhur budaya terutama kejujuran, dihayati
dan diamalkan dalam perilaku keseharian;
 terwujudnya toleransi antar dan antara umat beragama;
 terwujudnya penghormatan terhadap martabat kemanuasiaan.
Manusiawi

 terwujudnya masyarakat yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab;
 terwujudnya hubungan harmonis antar manusia Indonesia tanpa membedakan latar
belakang budaya, suku, ras, agama dan lain-lain;
 berkembangnya dinamika kehidupan bermasyarakat ke arah peningkatan harkat dan
martabat manusia.
 terwujudnya keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam perilaku kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Bersatu

 meningkatnya semangat persatuan dan kerukunan bangsa;


 meningkatnya toleransi, kepedulian dan tanggung jawab sosial;
 berkembangnya budaya dan perilaku sportif serta menghargai dan menerima perbedaan
dalam kemajemukan.
 berkembangnya semangat anti kekerasan
 berkembangnya dialog secara wajar dan saling menghormati antar kelompok dalam
masyarakat.
Demokratis
 terwujudnya keseimbangan kekuasaan antara lembaga penyelenggara negara dan
hubungan kekuasaan antara pemerintahan nasional dan daerah;
 menguatnya partisipasi politik sebagai perwujudan kedaulatan rakyat melalui pemilihan
umum jujur, adil dan langsung, umum, bebas dan rahasia, efektifitas peran dan fungsi partai
politik dan kontrol sosial masyarakat yang semakin meluas;
 berkembangnya organisasi sosial, organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik yang
bersifat tebuka;
 terwujudnya mekanisme kontrol di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
 berkembangnya budaya demokrasi, transparasi, akuntabilitas, jujur, sportif, menghargai
perbedaan;
 berkembangnya sistem kepemimpinan yang egaliter dan rasional.
Adil
 tegaknya hukum yang berkeadilan tanpa diskriminasi;
 terwujudnya institusi dan aparat hukum yang bersih dan profesional;
 terwujudnya penegakan hak asasi manusia;
 terwujudnya keadilan gender;
 terwujudnya budaya penghargaan dan kepatuhan terhadap hukum;
 terwujudnya keadilan dalam distribusi pendapatan, sumberdaya ekonomi dan penguasaan
aset ekonomi, serta hilangnya praktek monopoli;
 tersedianya peluang yang lebih besar bagi kelompok ekonomi kecil, penduduk miskin dan
tertinggal.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 104

Sejahtera

 meluasnya kesempatan kerja dan meningkatnya pendapatan penduduk sehingga bangsa


Indonesia menjadi sejahtera dan mandiri;
 meningkatnya angka partisipasi murni anak usia sekolah;
 terpenuhinya sistem pelayanan umum, bagi seluruh lapiran masyarakat termasuk
pelayanan kepada penyandang cacat dan usia lanjut, seperti pelayanan transportasi,
komunikasi, penyediaan energi dan air bersih;
 tercapainya hak atas hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat melalui sistem kesehatan
yang dapat menjamin terlindunginya masyarakat dari berbagai resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan tersediannya pelayanan kesehatan yang bermutu,
terjangkau dan merata;
 meningkatnya indeks pengembangan manusia (human development index), yang
menggambarkan keadaan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan secara terpadu;
 terwujudnya keamanan dan rasa aman dalam masyarakat.
Maju
 meningkatnya kemampuan bangsa dalam pergaulan antar bangsa;
 meningkatnya kualitas sdm sehingga mampu bekerja sama dan bersaing dalam era global;
 meningkatnya kualitas pendidikan sehingga menghasilkan tenaga;
 meningkatkan disiplin dan etos kerja;
 meningkatnya penguasaan ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi serta
pembudayaannya dalam masyarakat;
 teraktualisasinya keragaman budaya Indonesia.
 Mandiri
 memiliki kemampuan dan ketangguhan dalam menyelenggarakan kehidupan berbangsa
dan bernegara di tengah-tengah pergaulan antar bangsa agar sejajar dengan bangsa-bangsa
lain;
 terwujudnya politik luar negeri yang berkepribadian dan bebas aktif;
 terwujudnya ekonomi Indonesia yuang bertumpu pada kemampuan serta potensi bangsa
dan negara termasuk menyelesaikan hutang luar negeri;
 memiliki kepribadian bangsa dan identitas budaya Indonesia yang berakar dari potensi
budaya daerah.
Baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara
 terwujudnya penyelenggaraan negara yang profesional, transparan, akuntabel, memiliki
kreadibilitas dan bebas kkn;
 terbentuknya penyelenggaraan negara yang peka dan tanggap terhadap kepentingan dan
aspirasi rakyat di seluruh wilayah negara termasuk derah terpencil dan perbatasan;
 berkembangnya transparansi dalam budaya dan perilaku serta aktivitas politik dan
pemerintah.
3) Hakikat PKn, Visi, Misi, dan Kompetensi PKn
Hakikat PKn : Masyarakat dan pemerintah suatu negara berupaya untuk menjamin kelangsungan
hidup serta kehidupan generasi penerusnya secara berguna (berkaitan dengan kemampuan
spiritual) dan bermakna (berkaitan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik)
Generasi penerus tersebut diharapkan akan mampu mengantisipasi hari depan mereka yang
senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara, dan
hubungan internasional. Pendidikan tinggi tidak dapat mengabaikan hal-hal tersebut. Di sinilah
peran PKn sangat penting
Visi dan Misi PKn :
Visi : “Sumber nilai dan pedoman bagi penyelenggaraan program studi dalam mengantarkan
mahasiswa mengembangkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya”

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 105

Misi : Membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu


mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan & kebudayaan, rasa kebanggaan & cinta tanah air
sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab
Kompetensi Inti PKn : Merupakan usaha untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan tentang
nilai-nilai agama, budaya, dan kewarganegaraan, dan mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari; memiliki kepribadian yang mantap; berpikir kritis; bersikap rasional, etis,
estetis, dan dinamis, berpandangan luas; dan bersikap demokratis yang berkeadaban.
Melalui PKn, WN NKRI diharapkan mampu: “Memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dan
konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti digariskan dalam Pembukaan UUD 1945.
Kompetensi Dasar PKn : Menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air, demokratis yang berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing,
berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem
nilai Pancasila.

4) Penyelenggaraan Pendidikan Kewarganegaraan


 Sesuai dengan perkembangan dr periode ke periode dan adanya muatan tentang
Wasantara dan Tannas dlm GBHN, UU No. 29 Tahun 1954 ttg Pokok-pokok Perlawanan
Rakyat, dipandang tdk lagi dapat menjawab kondisi yang diinginkan
 UU No. 29 Tahun 1954 ttg Pokok-pokok Perlawanan Rakyat, dicabut dan diganti dengan UU
No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Hankamneg RI
 Realisasinya adalah diselenggarakannya Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN)
melalui obyek dan sasaran di lingkungan kerja, lingkungan pemukiman, dan lingkungan
pendidikan
Jadi. Agar penyeleggaraan PPBN dapat menjadi pedoman dalam pendidikan, pembelajaran
diselenggarakan dalam 2 tahap:

1. Tahap awal diberikan dari tingkat SD – SMU;


2. Tahap lanjutan diberikan kepada mahasiswa, titik berat pada pemahaman bela negara
secara filosofis

Pertemuan 2
1) Pengertian dan Pemahaman tentang Bangsa dan Negara
Pengertian Bangsa :
 Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan
sejarah, serta berpemerintahan sendiri;
 Bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan
wilayah tertentu di muka bumi (KBBI, 1989);
Pengertian Negara :
 Negara adalan suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang
bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan
yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia
tersebut;
 Negara adalah satu perserikatan yg melaksanakan satu pemerintahan melalui hukum yang
mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa untuk ketertiban sosial.
Masyarakat ini berada dalam satu wilayah tertentu yang membedakannya dari kondisi
masyarakat lain di luarnya.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 106

Teori Terbentuknya Negara


1. Teori kenyataan
Timbulnya suatu negara adalah soal kenyataan, bila pada suatu saat telah terpenuhi unsur negara
yaitu ada daerah, ada rakyat dan ada pemerintah yang berdaulat, maka pada saat itu juga negara
sudah menjadi suatu kenyataan.
2. Teori ketuhanan
Timbulnya suatu negara adalah atas kehendak tuhan, sesuatu tidak akan terjadi bila tuhan tidak
menghendakinya sesuai kalimat “atas berkat rakhmat tuhan yang maha kuasa atau “by the grace of
god”.
3. Teori Perjanjian Masyarakat
Timbulnya suatu negara karena perjanjian yang dibuat antara orang-orang yang hidup bebas
merdeka terlepas satu sama lain tanpa ikatan kenegaraan yang diadakan agar kepentingan bersama
dapat terpelihara dan terjamin supaya setiap orang tidak merupakan binatang buas bagi orang lain.
Perjanjian disebut perjanjian masyarakat menurut ajaran J.J. Rousseau.
4. Teori Perjanjian (Thomas Hobes)
Manusia menghadapi alam dan timbullah kekerasan. Manusia akan musnah bila tidak mengubah
cara-caranya. Manusiapun bersatu untuk mengatasi tantangan dan menggunakan persatuan dalam
gerak tunggal untuk kebutuhan bersama
Proses Terbentuknya Negara di Zaman Modern
Melihat terjadinya negara berdasarkan kenyataan yang sebenarnya terjadi atau sudah menjadi
pengalaman sejarah, seperti:
a. Occupatie: pendudukan suatu wilayah yang semula tidak bertuan, Contoh: Liberia diduduki
oleh budak-budak Negro yang kemudian dimerdekakan pada tahun 1847;
b. Separatie: wilayah yang semula merupakan bagian dari suatu negara, kemudian
memisahkan diri membentuk negara baru. Contoh Belgia tahun 1839 memisahkan diri dari
Belanda;
c. Fusi: beberapa negara melebur menjadi satu.
d. Cessie: penyerahan suatu daerah kepada negara lain. Contoh: Sleeswijk diserahkan oleh
Austria kepada Prusia.
e. Accessie: bertambahnya tanah dari lumpur yang mengeras, hingga memenuhi syarat untuk
menjadi negara.
f. Anexatie: penaklukan suatu wilayah untuk menjadi negara setelah 30 tahun tanpa ada
reaksi dari penduduk setempat
g. Proklamasi: pernyataan merdeka setelah berhfasil merebut kembali wilayah yang dijajah

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 107

Unsur dan Bentuk Negara


Unsur Negara
1. Bersifat Konstitutif:
Berarti bahwa dalam negara tersebut terdapat wilayah yang meliputi udara, darat, dan perairan
(dalam hal ini unsur perairan tidak mutlak), rakyat atau masyarakat, dan pemerintahan yang
berdaulat.
2. Bersifat Deklaratif:
Sifat ini ditunjukkan oleh adanya tujuan negara, undang-undang dasar, pengakuan dari negara lain
baik secara “de jure” maupun “de facto”, dan masuknya negara dalam perhimpunan bangsa-bangsa,
misalnya PBB.
Bentuk Negara
1. Negara Kesatuan:
Negara yang diatur oleh pemerintah pusat yang memegang seluruh kewenangan. Dalam
pelaksanaan pemerintahannya dapat berupa sistem sentralisasi atau sistem desentralisasi;
2. Negara Serikat (Federal):
Negara yang terdiri atas beberapa negara bagian. Negara bagian diberi kewenangan untuk
mengatur rumah tangganya sendiri, kecuali urusan pertahanan, keuangan, politik luar negeri, dan
peradilan.

2) Proses Bangsa yang Menegara


Proses bangsa yang menegara memberikan gambaran tentang bagaimana terbentuknya bangsa, di
mana sekelompok manusia yang berada di dalamnya merasa sebagai bagian dari bangsa, negara
merupakan organisasi yang mewadahi bangsa;
Bangsa tersebut merasakan pentingnya keberadaan negara, sehingga timbullah kesadaran untuk
mempertahankan tetap tegak dan utuhnya negara melalui upaya bela negara;
Upaya tersebut dapat terlaksana dengan baik apabila tercipta pola pikir, sikap dan tindak/perilaku
bangsa yang berbudaya, yang memotivasi keinginan untuk membela negara
Secara teoritis, ada 2 macam proses pembentukan bangsa-negara (Ramlan Surbakti, 1999):
 Model Ortodoks, yaitu adanya suatu bangsa terlebih dahulu, kemudian bangsa tersebut
membentuk negara tersendiri. Contoh: bangsa Yahudi membentuk negara Israel;
 Model Mutakhir, berawal dari negara terlebih dahulu, yang terbentuk berdasarkan proses
tersendiri, sedangkan penduduk negara merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras.
Contoh: negara Amerika Serikat pada tahun 1776.
Pada jaman modern, adanya negara lazimnya dibenarkan oleh anggapan atau pandangan
kemanusiaan.
Alinea I Pembukaan UUD 1945:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan”
Dalam Alinea I Pembukaan UUD 1945 tersebut terkandung:
i. Dalil Obyektif;
ii. Pernyataan Subyektif.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 108

Bagaimana terjadinya NKRI?

 Berdirinya NKRI melalui suatu proses perjuangan yang panjang, atau melalui rangkaian
tahap-tahap yang berkesinambungan
 Proklamasi baru merupakan pengantar menuju pintu gerbang “Indonesia sebagai bangsa
yang merdeka”
 Beridirinya NKRI merupakan kehendak seluruh bangsa Indonesia
3) Warga Negara dan Kewarganegaraan
Warga Negara
 Pasal 26 UUD 1945:
Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Penduduk .........
Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang
 Dalam pasal 2 UU No. 12 Tahun 2006 dinyatakan bahwa:
Warga Negara Indonesia adalah:
a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan
perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini
berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia;
c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan
ibu warga negara asing;
d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu
Warga Negara Indonesia;
e. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia, tetapi
ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;
f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia
dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia;
g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia;
h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui
oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;
i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak belas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan
ibunya tidak diketahui;
k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu
Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 109

Kewarganegaraan
Kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan
antara negara dengan warga negara
 Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
 Kewarganegaraan dalam arti formal dan materiil
Penentuan kewarganegaraan
Berdasarkan kelahiran
 Asas Ius Solli
 Asas Ius Sanguinis
Berdasarkan perkawinan
 Asas kesatuan hukum
 Asas persamaan derajat
4) Hak dan Kewajiban Warga Negara
UU No. 12 Tahun 2006
UU No. 3 Tahun 2002
UUD 1945

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 110

Pendidikan Kewarganegaraan
Pertemuan 3

Perumusan Pancasila
A. Nilai-nilai Pancasila pada bangsa Indonesia
I. Zaman Prasejarah
 Sebelum kebudayaan Hindu masuk dan berkembang di Indonesia, berbagai suku telah
mengenal unsur-unsur pembentuk Pancasila;
 Nilai-nilai kehidupan sebagai embrio nilai-nilai Pancasila sudah nampak;
Nilai-nilai Pancasila dalam hidup masyarakat sebagai suatu kenyataan di zaman tersebut :
1. Sila Pertama:
 Orang-orang Indonesia telah mengenal pengakuan dan pemujaan pada suatu kekuatan yang
mengatasi manusia dalam segala aspeknya, bukan sekadar animisme;
 Di Kalimantan orang mengenal sebutan TUH, di Jawa orang mengenal HYANG PARING
GESANG, di Tapanuli orang mengenal OMPU DEBATA.
2. Sila Kedua:
Rasa kemanusiaan ditunjukkan dengan kesediaan bangsa Indonesia untuk bergaul dengan berbagai
orang dari negeri jauh untuk masuknya kebudayaan luar.
3. Sila Ketiga dan Sila Keempat
 Pada masa awal peradaban, di Indonesia manusia hidup dalam kesatuan-kesatuan kecil
yang kemudian disebut suku;
 Ikatan suku ini dijiwai oleh semangat kekeluargaan yang besar yang disebut dengan istilah
komunal (comunal);
 Masyarakat suku tersebut menggunakan cara berunding, berembuk, atau musyawarah
untuk menghadapi suatu persoalan;
 Semangat kekeluargaan itu nampak dalam pembangunan dengan istilah gotong-royong
atau mapalus (Manado);
 Dengan itu, mereka melakukan kesatuan karya untuk kesejahteraan sosial;
4. Sila Kelima
 Organisasi masyarakat, betapapun kecilnya, bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan
bagi para warganya;
 Hak milik atas tanah yang bersifat komunal tidak terlepas dari tujuan tersebut;
 Demikian juga dengan pembuatan rumah-rumah besar untuk keluarga dimaksudkan untuk
terwujudnya kesejahteraan bersama.
II. Zaman Kerajaan Hindu-Buddha
 Pengaruh Hindu menyentuh berbagai aspek kehidupan;
 Dengan pengaruh tersebut, kepercayaan orang Indonesia mengalami perkembangan.
Mereka secara lebih nyata memuja kekuatan yang mengatasi manusia, yang tidak lagi tanpa
bentuk, melainkan sudah tercitra, seperti Brahma, Wisnu, dan Shiwa, atau Adi Budha dalam
paham Budha;
 Pergaulan antar bangsa yang makin intensif, antaranya dengan orang India dan China,
menunjukkan kemanusiaan yang makin berkembang. Orang-orang Indonesia menerima
kehadiran orang-orang asing itu berkarya di sini. Yang kemudian terjadi perkawinan antar
bangsa;
 Pengaruh Hindu menyebabkan timbulnya ikatan masyarakat baru: Kerajaan. Batas wilayah
kerajaan lebih nyata daripada batas wilayah kesukuan. Sikap mempertahankan daerah
sendiri yang disebut tanah air sering diperlihatkan dengan peperangan;
 Meskipun kedudukan orang yang satu dibatasi oleh aturan sosial tertentu, yaitu Kasta, akan
tetapi prinsip musyawarah masih berjalan.;
 Meski berkembang sikap mengabdi kepada raja, yang dianggap dewa atau keturunannya,
kesejahteraan umum nampak tetap menjadi perhatian, bahkan dari para raja

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 111

 Keberadaan orang Indonesia bersama-sama bangsa asing, khususnya dari India dan China
penganut agama Hindu dan Budha memperlihatkan sikap persaudaraan mereka;
 Begitu juga keberadaan pemeluk agama Hindu dan Budha di daerah yang berdekatan atau
bahkan dalam suatu daerah (negara) menunjukkan sikap toleransi, hal itu terlihat dari letak
bangunan candi Hindu dan Budha di Jawa yang berdekatan;
 Juga terlihat arah sinkretisme antara kedua agama, seperti terlihat dari hiasan pada Candi
Borobudur dan Candi Mendut;
 Puncak sinkretisme itu adalah gambaran Mpu Tantular dalam Sutasoma (± 1360) yang
menyatakan bahwa pada zaman kerajaan Majapahit hiduplah suasana: bhineka tunggal ika,
tan hana dharma mangrwa.
III. Zaman Kedatangan Islam
 Pengaruh Islam di Indonesia nampak pada akhir abad XIII, seperti tertulis pada nisan Sultan
Malik al Saleh dari Pasai;
 Akan tetapi pengaruh agama Islam ke Indonesia sudah lebih awal;
 Perkembangan Islam di Indonesia baru menjadi luas setelah runtuhnya kerajaan Majapahit
pada abad XV;
 Pengaruh pertama dari penyebaran Islam di Indonesia adalah berkembangnya agama baru
yang mengubah pemujaan dewa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
 Orang-orang pemeluk Islam dapat bekerjasama dengan pemeluk agama lain....sikap
toleransi.
IV. Zaman Penjajahan Belanda dan Jepang
 Orang-orang Barat mulai memasuki Indonesia pada awal abad XVI;
 Sikap persahabatan berubah menjadi memusuhi dari bangsa Indonesia yang ditunjukkan
dengan peperangan yang terjadi terhadap orang asing sejak abad XVI;
 Dengan politik “devide et impera”, bangsa Belanda dapat menguasai Indonesia;
 Penjajahan Inggris berlangsung antara tahun 1811 – 1816;
 Bangsa Indonesia menyadari bahwa untuk menjadi bangsa yang merdeka harus bersatu;
 Kebangkitan nasionla ditandai dengan berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908.
 Perkumpulan BU mempelopori berdirinya perkumpulan yang lain, yaitu:
Yang bercorak nasionalisme:
a. Indische Partij (1912);
b. Indische Vereeniging (1908) yang kemudian berubah menjadi Indonesiche Vereeniging
(1922);
c. Perhimpunan Indonesia (1925);
d. Partindo dan PNI Baru (1931);
e. Persatuan Bangsa Indonesia/PBI (1924) yang kemudian berfusi dengan BU menjadi Prindra
(1935).
Yang bercorak Islam:
a. Sarekat Dagang Islam (1911) yang kemudian menjadi Sarekat Islam (1912) dan Partai
Sarekat Islam (1930);
b. Muhammadiyah (1912);
c. Partai Islam Indonesia (1932)
Yang bercorak Marxistis:
a. ISDV (Indische Social Democratische Partij) 1914, yang berubah menjadi PKI pada tahun
1920.
 Dari anggaran dasar berbagai pergerakan tersebut, diketahui bahwa sifat kebangsaan
mereka yang berperikemanusiaan, tanpa membedakan suku, ras, dan agama.
 Tujuan: untuk mewujudkan keadilan sosial dalam bentuk pemerintahan yang demokratis.
V. Masa Kebangkitan Nasional
 Pada abad Xxdi panggung politik internasional terjadi pergolakan kebangkitan Dunia Timur
dengan suatu kesasaran atas kekuatan sendiri;

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 112

 Republik Philipina (1898), yang dipelopori Joze Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di
Tsunia (1905), gerakan Sun Yat Sen dengan Republik China-nya (1911), Partai Kongres di
India dengan tokoh Tilak dan Ghandi;
 Adapun di Indonesia bergolak akan kebangkitan akan kesadaran berbangsa, yaitu
Kebangkitan Nasional (1908) dipelopori Dr. Wahidin Sudirohusodo dengan Budi Utomo-nya,
merupakan awal gerakan nasional untuk mewujudkan suatubangsa yang memiliki
kehormatan akan kemerdekaan dan kekuatannya sendiri;
 Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 merupakan pelopor pergerakan
nasional, setelah itu lahir organisasi-organisasi pergerakan lainnya, seperti: Serikat Dagang
Islam/SDI (1909) yang kemudian berubah menjadi pergerakan politik dengan nama Sarekat
Islam (SI- 1911) dibawah HOS Tjokroaminoto;
 Disusul kemudian: Indische Partij (1913) yang dipimpin oleh 3 serangkai: Douwes Dekker,
Ciptomangunkusumo, dan Suwardi Suryoningrat (Ki Hadjar Dewamtara);
VI. Masa Orde Lama
 Pada masa orde lama yaitu pada masa kekuasaan presiden Soekarno, Pancasila mengalami
ideologisasi, Pada masa ini Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan,
kepribadian bangsa Indonesia.
 Presiden Soekarno, pada masa itu menyampaikan ideologi Pancasila berangkat dari mitologi
atau mitos, yang belum jelas bahwa pancasila dapat mengantarkan bangsa Indonesia ke
arah kesejahteraan. Tetapi Soekarno tetap berani membawa konsep Pancasila ini untuk
dijadikan ideologi bangsa Indonesia;
 Pada masa ini, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi
dunia yang ketika itu diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada di dalam
suasana transisional dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat merdeka. Masa ini adalah
masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan;
 Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama,
yakni:
Periode 1945-1950
Pada masa ini, dasar yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensil, namun dalam
prakteknya sistem ini tidak dapat terwujud. Persatuan rakyat Indonesia mulai mendapatkan
tantangan, dan muncul upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar Negara dengan
faham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun pada tahun 1948 dan olen DI/TII yang
ingin mendirikan Negara Islam.
Periode 1950-1959
Pada periode ini, penerapan pancasila diarahkan sebagai ideologi liberal yang pada nyatanya tidak
dapat menjamin stabilitas pemerintahan. Walaupun dasar Negara tetap Pancasila, tetapi rumusan
sila keempat tidak berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak. Dalam bidang
politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling
demokratis.
Periode 1956-1965
Periode ini dikenal sebagai demokrasi terpimpin, akan tetapi demokrasi justru tidak berada
kekuasaan rakyat tetapi berada pada kekuasaaan pribadi presiden Soekarno. Maka terjadilah
berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi, akibatnya presiden
Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik konfrontasi, dan
menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis (NASAKOM), yang ternyata tidak cocok dengan
kehidupan Negara Indonesia.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 113

VII. Masa Orde Baru


 Pada masa orde baru, pemerintah berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang menyimpang dari
Pancasila, melalui program P4 (Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila) atau
Ekaprasetia Pancakarsa.
 Orde baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara sekaligus
berhasil mengatasi paham komunis di Indonesia. Akan tetapi implementasi dan aplikasinya
sangat mengecewakan.
 Beberapa tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai
dengan jiwa Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan
tertutup bagi tafsiran lain.
 Dalam pemerintahannya presiden Soeharto melakukan beberapa penyelewengan dalam
penerapan Pancasila, yaitu diterapkannya demokrasi sentralistik, demokrasi yang berpusat
pada pemerintah, selain itu presiden juga memegang kendali terhadap lembaga legislatif,
eksekutif dan yudikatif sehingga peraturan yang di buat harus sesuai dengan
persetujuannya. Presiden juga melemahkan aspek-aspek demokrasi terutama pers karena
dinilai dapat membahayakan kekuasaannya.
VIII. Masa Reformasi
 Pancasila pada masa reformasi tidak jauh berbeda dengan Pancasila pada masa orde baru
dan orde lama, yaitu tetap ada tantangan yang harus di hadapi.
 Tantangan itu adalah KKN yang merupakan masalah yang sangat besar dan sulit untuk di
tuntaskan.
 Pada masa ini korupsi benar-benar merajalela. Para pejabat negara yang melakukan korupsi
sudah tidak malu lagi. Mereka justru merasa bangga, ditunjukkan saat pejabat itu keluar
dari gedung KPK dengan melambaikan tangan serta tersenyum seperti artis yang baru
terkenal.
 Selain KKN, globalisasi menjadi racun bagi bangsa Indonesia karena semakin lama ideologI
Pancasila tergerus oleh ideologI liberal dan kapitalis. Apalagi tantangan pada masa ini
bersifat terbuka, lebih bebas, dan nyata
B. Proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara
 Tahun 1943/1944, Jepang mulai mengalami kekalahan oleh negara-negara sekutu
 7 September 1944, Pem. Jepang di depan Parlemen di Tokyo menjanjikan kemerdekaan
pada Indonesia jika menang perang
 1 Maret 1945, janji Jepang diulang tanpa syarat
 Dijanjikan pula untuk membentuk BPUPKI

 Dalam Sidang I, Ketua minta pandangan para anggota;


 Anggota-anggota yang mengajukan usul:
a. Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945):

1. Perikebangsaan
2. Perikemanusiaan
3. Periketuhanan
4. Perikerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 114

Secara tertulis (dalam usulan RUUD):

1. Ketuhanan YME
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadila sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

b. Mr. Soepomo

1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

Dalam pidatonya, Soepomo mengemukakan teori-teori tentang negara:


1. Teori negara perseorangan (individualis): Negara adalah masyarakat hukum (legal society)
yang disusun atas kontrak individu (contract social)
2. Paham negara kelas (class theory): atau teori golongan Marxis
3. Paham Integralistik: Negara bukan untuk menjamin perseorangan, tetapi menjamin
kepentingan seluruhnya sebagai suatu persatuan.
Soepomo mengusulkan:
1. Pendirian negara nasional yang bersatu, agama diserahkan kepada golongan-golongan
agama yang bersangkutan;
2. Warga negara takluk kepada Tuhan;
3. Kepala negara bersatu dengan rakyat (melalui sistem badan perwakilan);
4. Ekonomi kerakyatan (sistem koperasi/tolong menolong);
5. Negara Indonesia bersifat negara Asia Timur Raya.
c. Ir. Soekarno
1. Kebangsaan atau nasionalisme
2. Perikemanusiaan atau internasionalisme
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan YME

 Mengusulkan Pancasila sebagai Filsafat Negara dan Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
(Filosofische Grondslag) setingkat dengan aliran-aliran besar dunia (Weltanschauung);
 Membandingkan Pancasila dengan ideologi-ideologi besar dunia: liberalisme, komunisme,
khauvinisme, kosmopolitanisme, dan San Min Chui
 Setelah sidang I selesai, dibentuk panitia kecil yang terdiri atas 8 orang, dinamakan Panitia
Delapan yang diketuai oleh Ir. Soekarno;
 Fungsi Panitia Delapan adalah: mengumpulkan dan menggolong-golongkan usul para
anggota;
 Pada 25 Juni 1945 P8 mengadakan pertemuan dengan 38 orang anggota BPUPKI dengan
tujuan untuk mencari titik temu antara golongan faham kebangsaan dengan golongan
Islam;
 P8 kemudian membentuk panitia lebih kecil lagi yang terdiri dari 9 orang, yang dinamakan
Panitia Sembilan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 115

 Panitia Sembilan menghasilkan kesepakatan: Rancangan Pembukaan Hukum Dasar, yang


dikenal sebagai Piagam Jakarta, dengan konsep:
1. Ketuhanan dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sidang ke-2 BPUPKI
 Sidang ke-2 BPUPKI dilaksanakan tanggal 10 Juli – 16 Juli 1945;
 Pada tanggal 11 Juli 1945 dibentuk 3 panitia:
1. Panitia Perancang UUD, diketuai oleh Ir. Soekarno;
2. Panitia Pembela Tanah Air, diketuai oleh Abikoesno Tjokrosoejoso;
3. Panitia Ekonomi dan Keuangan, diketuai oleh Drs. Moh. Hatta
 Pantia Perancang UUD membentuk Panitia Kecil Perancang UUD, diketuai Mr. Soepomo
 Pada tanggal 14 Juli 1945, Ir. Soekarno melaporkan hasil kerjanya kepada Sidang BPUPKI,
yang terdiri dari 3 naskah:
1. Rancangan Pernyataan Indonesia Merdeka (diambil dari Piagam Jakarta);
2. Rancangan Pembukaan UUD (diambil dari Piagam Jakarta);
3. Rancangan (Batang Tubuh) UUD
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

 PPKI dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945 dengan Ir. Soekarno sebagai Ketua dan Drs.
Muhammad Hatta sebagai Wakil Ketua, dan 21 anggota;
 Pada tanggal 8 Agustus 1945, Ketua dan Waka, serta mantan Ketua BPUPKI diminta
menemui Jenderal Besar Terauchi, Panglima Besar Tentara Jepang Daerah Selatan di Dalat
(dekat Saigon);
 Tanggal 12 Agustus 1945, Jenderal Besar Terauchi menyatakan:
1. Pemerintah di Tokyo menyetujui kemerdekaan Indonesia;
2. Kapa diumumkannya terserah kepada PPKI
 Pada tanggal 17 Agustus 1945, hari Jum’at jam 10.00 di Jl. Pegangsaan Timur No. 56
diproklamasikan kemerdekaan Indonesia;
 Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI dinyatakan sebagai Badan Nasional (anggotanya
ditambah 6 orang, menjadi 27 orang);
 Pada 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang I dengan keputusan:
1. Menetapkan dan mengesahkan Pembukaan UUD 1945;
2. Menetapkan dan mengesahkan (Batang Tubuh) UUD 1945;
3. Menetapkan Ketua PPKI dan Wakil Ketua sebagai Presiden dan Wakil Presiden;
4. Menyatakan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
 Sesuai dengan Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945: keanggotaan KNIP terdiri dari anggota
PPKI ditambah dengan pemimpin-pemimpin rakyat dari semua golongan dan lapisan
masyarakat, yang kemudian dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945, diketuai oleh Mr.
Kasman Singodimedjo.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 116

Pertemuan 4
A. Pengertian Filsafat dan Pengertian Pancasila
Pengertian Filsafat
 Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari
bahasa Yunani yaitu philosophia – philien: cinta dan sophia/sophos: kebijaksanaan. Jadi bisa
dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan.
 Seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
 Filsafat mempunyai 2 arti:
Filsafat sebagai produk:
a. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep pemikiran para filsuf jaman dahulu,
berupa aliran-aliran: rasionalisme, materialisme, pragmatisme, dll;
b. Filsfat sebagai jenis problema yang dihadapi manusia, dhi. Manusia mencari
kebenaran yang bersumber dari akal manusia.

Filsafat sebagai suatu proses = bentuk aktifitas berfilsafat, yaitu sebagai suatu kumpulan
dogma yang diyakini dan sebagai suatu nilai tertentu, dengan menggunakan metode
tertentu

 Cabang-cabang filsafat:
1. Metafisika, membahas hal-hal yang bereksistensi di balik fisis: ontologi, kosmologi,
antropologi
2. Epistemologis, berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan
3. Metodologi, berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan
4. Logika, berkaitan dengan filsafat berpikir yaitu rumus-rumus dan dalil-dalil berpikir yang
benar
5. Etika, berkaitan dengan moralitas, tingkah laku
6. Estetika, berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan

 Definisi filsafat menurut para ahli:


1. Immanuel Kant (1724-1804), adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pangkal dari semua
pengetahuan yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan) yang
menjawab persoalan:
a. Apa yang dapat kita ketahui? (jawabnya: metafisika);
b. Apa yang seharusnya kita ketahui? (jawabnya: etika);
c. Sampai di mana harapan kita? (jawabannya: agama);
d. Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya: antropologi).
2. Rene Descartes yaitu kumpulan semua pengetahuan dimana Tuhan, manusia, dan alam
menjadi pokok penyelidikannya.
3. N. Driyarkara adalah perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab 'ada dan
berbuat', perenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam-dalamnya sampai ke
'mengapa' yang penghabisan.
4. Ir. Proedjawijatna, Pengertian Filsafat ialah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
5. Notonegoro, filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang
mutlak (terdalam), yang tetap dan yang tidak berubah, yang juga disebut hakikat.
6. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan:
Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk
mencapainya.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 117

 Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang
Dasar 1945.
 Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung
dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni
diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
B. Kesatuan sila dalam Pancasila sebagai suatu Sistem Falsafah
Penyusunan sila sila Pancasila sebagai suatu sistem falsafah
 Suatu kesatuan bagian-bagian;
 Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri;
 Bagian-bagian itu saling berhubungan dan saling ketergantungan;
 Keseluruhan dari sistem tersebut untuk mencapai suatu tujuan;
 Terjadi dalam suatu lingkungan yang komplek.
 Pancasila terdiri atas bagian-bagian, yaitu sila-sila Pancasila
 Sila-sila dari Pancasila tersebut merupakan kesatuan yang sistematis
 Bisa kita lihat dari :
1. Susunan sila-sila yang bersifat organis
Isi sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan, tiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas
dari sila-sila yang lainnya. Hakikat onotlogis manusia monopluralistis yg terdiri atas unsur-unsur:
jasmani-rohani, sifat kodrat makhluk individu – makhluk sosial, kedudukan kodrat manusia pribadi
yang berdiri sendiri – makhluk Tuhan YME.
2. Susunan sila-sila Pancasila yang bersifat hirarkhis dan berbentuk piramidal
Pengertian ini menggambarkan hubungan hirarkhis sila-sila Pancasila dalam urut-urutan luas
(kuantitas) dan juga dalam isi sifatnya (kualitas). Di antara ke lima sila ada hubungan yang mengikat
yang satu kepada yang lainnya, merupakan suatu kesatuan yang bulat.

Sila I

Sila II

Sila III

Sila IV

Sila V

3. Rumusan hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling
mengkualifikasi
Hal ini berarti bahwa kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal dan hirarkhis piramidal
mempunyai sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi, artinya dalam setiap sila terkandung
keempat sila yang lainnya.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 118

Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukannya hanya bersifat formal logis saja, namun
secara filosifis juga meliputi kesatuan dasar:

a. Dasar Ontologis (antropologis) sila-sila Pacasila


 Menurut Aristoteles, ontologis adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang
ada, keberadaan, atau eksistensi dan disamakan dengan metafisika.
 Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan)
manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika.
 Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.
 Pancasila yang terdiri atas lima sila, merupakan suatu kesatuan dasar ontologis;
 Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak
monopluralistik, sehingga juga dapat disebut dasar antropologis, yang berarti bahwa
subyek pokok sila-sila Pancasila adalah manusia;
 Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila terdiri atas:
1) Susunan kodrat: raga dan jiwa, jasmani dan rohani, makhluk individu dan makhluk
sosial;
2) Kedudukan kodrat: sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan makhluk
tuhan YME.
 Hubungan keserasian: antara negara dengan landasan sila-sila Pancasila merupakan
hubungan sebab – akibat;
 Landasan sila-sila Pancasila: Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil merupakan sebab,
sedangkan negara merupakan akibat.
b. Dasar Epistemologis sila-sila Pancasila
 Dasar ini merupakan suatu sistem pengetahuan, dijadikan pedoman atau dasar bagi bangsa
Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, bangsa, dan negara; serta
dasar bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi;
 Dasar ini menyangkut praksis, dijadikan landasan hidup, berarti dalam hal ini, filsafat
menjelma menjadi ideologi.
 Sebagai ideologi, Pancasila memiliki 3 unsur pokok:
a. Logos = realita atau penalarannya;
b. Patios = penghayatannya;
c. Etos = kesusilaannya
 Ada 3 persoalan mendasar dalam Epistemologi:
a. Tentang sumber pengetahuan manusia;
b. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
c. Tentang watak pengetahuan manusia.
 Pancasila sebagai obyek pengetahuan terdiri atas:
Sumber pengetahuan manusia:
 Pancasila = nilai-nilai yang ada pada manusia Indonesia: nilai-nilai adat, kebudayaan, dan
nilai-nilai religius; memiliki kesatuan yang korespondensi.
 Pacasila sbg sistem pengetahuan memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam
arti susunan kesatuan sila-sila Pancasila maupun arti sila-silanya.
Susunan arti Pancasila meliputi 3 hal:
1. Isi arti Pancasila yang umum universal, yaitu hakikat sila-sila merupakan pangkal derivasi
dalam pelaksanaan bidang kenegaraan, tertib hukum, dan realisasi praksis;
2. Isi arti Pancasila yang umum kolektif, merupakan pedoman kolektif dalam tertib hukum;
3. Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit, merupakan realisasi dalam bidang-bidang
kehidupan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 119

c. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila


 Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, memiliki suatu kesatuan aksiologis, ialah
nilai-nilai Pancasila itu merupakan suatu kesatuan nilai;
 Istilah nilai dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda bastrak yang artinya:
keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness), dan kata kerja yang artinya suatu tindakan
kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian;
 Dalam nilai terkandung cita-cita, harapan, dambaan-dambaan, dan keharusan;
 Nilai: berbicara mengenai das sollen, bukan das sein;
Max Scheler (aliran hedonis) membedakan nilai menurut tinggi rendahnya nilai:
1. Nilai-nilai kenikmatan, berkaitan dengan indera: enak atau tidak enak;
2. Nilai-nilai kehidupan, ialah nilai-nilai yang penting bagi manusia: kesegaran jasmani,
kesehatan;
3. Nilai-nilai kejiwaan: keindahan, kebenaran, pengetahuan;
4. Nilai-nilai kerohanian: moralitas nilai yang suci

Prof. Notonagoro membedakan 3 macam nilai:

1. Nilai material, berhubungan dengan jasmani manusia;


2. Nilai vital, berhubungan dengan aktivitas manusia;
3. Nilai kerohanian, berguna bagi kerohanian manusia, yang dibedakan dalam 4 tingkat:
a. Nilai kebenaran, sumbernya akal, rasio, budi, cipta;
b. Nilai keindahan/estetis, sumbernya perasaan;
c. Nilai kebaikan/moral, sumbernya kehendak;
d. Nilai religius, sumbernya kepercayaan

Menurut Prof. Notonagoro: “Nilai-nilai Pancasila adalah nila-nilai kerohanian yang mengakui nilai
material dan nilai vital”

C. Kedudukan dan Fungsi Pancasila


o Pancasila sebagai obyek pembahasan ilmiah memiliki ruang lingkup yang sangat luas
terutama berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila;
o Setiap kedudukan dan fungsi Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta dimensi
masing-masing yang konsekuensinya, aktualisasinyapun juga memiliki aspek yang berbeda-
beda walaupun hakikat dan sumbernya sama.
1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
 Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dalam perjuangan untuk mencapai
kehidupan yang lebih sempurna senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya
sebagai suatu pandangan hidup, sebagai tolok ukur kebaikan yang berkenaan dengan hal-
hal yang bersifat mendasar dan abadi dalam hidup manusia;
 Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur tersebut adalah suatu
wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri, dan berfungsi sebagai kerangka
acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia
dalam masyarakat serta alam sekitarnya.
 Sebagai makhluk individu dan sosial, manusia tidaklah dapat hidup sendiri untuk memenuhi
kebutuhannya
 Dalam kehidupan bersama dalam suatu negara membutuhkan suatu tekad kebersamaan,
cita2 yg ingin dicapai yg bersumber dari pandangan hidup tersebut.
 Dalam pengertian inilah, maka proses perumusan pandangan hidup masyarakat dituangkan
dan dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa dan kemudian menjadi pandangan
hidup negara
 Pandangan hidup bangsa dapat disebut sebagai ideologi bangsa (nasional)
 Pandangan hidup negara dapat disebut sebagai ideologi negara

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 120

2. Pancasila sebagai Dasar Negara RI


 Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar Falsafah
Negara (Philosofische Gronslag) dari negara, ideologi negara (Staatsidee)
 Dalam pengertian ini, PS merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
pemerintahan negara dg kata lain PS merupakan dasar untuk mengatur penyelenggaraan
negara.
 Konsekuensinya, segala tata laku harus berdasarkan Pancasila
 Pancasila sebagai sumber hukum/sumber tertib hukum tercantum dalam Pemb UUD 1945
yg kmd dijelmakan lebih lanjut dalam Pokok-pokok pikiran, yg meliputi suasana kebatinan
dari UUD 1945 yg pada akhirnya dikonkritkan dlm pasal2 UUD serta hk positif lainnya\
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
 Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia, Pancasila pada hakekatnya bukan
hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang
sebagaimana ideologi lain di dunia;
 Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religious
yang terdapat dalam pandangan hidup bangsa Indonesia sebelum membentuk negara;
 Dengan kata lain, unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari
pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kuasa
materialis (asal bahan) Pancasila.
 Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri
negara (founding fathers), sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan
ideologi bangsa dan negara Indonesia;
 Dengan demikian PS sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan
hidup dan budaya bangsa, dan bukannya mengangkat atau mengambil ideologi bangsa lain.

D. Macam-macam Ideologi

1. Ideologi terbuka dan tertutup


 Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran (system of thought), maka ideologi terbuka itu
merupakan sistem pemikiran terbuka;
 Sedangkan ideologi tertutup merupakan sistem pemikiran tertutup
2. Ideologi partikular dan komprehensif
 Ideologi ini dikembangkan oleh Karl Mannheim berdasarkan gagasan dari Karl Max;
 Ideologi Partikular diartikan sebagai suatu keyakinan yang tersusun secara sistematis dan
terkait erat dengan kepentingan suatu kelas sosial tertentu dalam masyarakat (Mahendra,
1999) ideologi Komunis;
 Ideologi Komperhensif diartikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh mengenai
semua aspek kehidupan sosial. Ideologi ini bercita-cita melakukan transformasi sosial secara
besar-besaran menuju bentuk tertentu.

E. Implementasi Nilai-nilai Pancasila

 Pancasila sebagai dasar (filsafat) negara diwujudkan dengan pembentukan sistem hukum
nasional dalam suatu tertib hukum (legal order) dimana Pancasila menjadi norma dasarnya;
 Menurut teori jenjang norma (Stufentheorie) dari Hans Kelsen:
o Dasar negara berkedudukan sebagai norma dasar (grundnorm) dari suatu negara
atau disebut juga sebagai norma fundamental negara (Staatsfundamental
norm);
o Grundnorm merupakan norma hukum tertinggi dalam negara;
o Di bawah grundnorm terdapat norma-norma hukum yang tingkatannya lebih
rendah;
o Norma hukum yang bertingkat-tingkat itu membentuk susunan hirarkhis yang
disebut tertib hukum;

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 121

o Suatu norma yang lebih rendah berdasar dan bersumber dari norma yang lebih
tinggi, sehingga norma tertinggi dikatakan sebagai norma dasar (grundnorm);
o Norma tertinggi ini ditetapkan oleh masyarakat sebagai norma dasar tempat
bergantung norma-norma yang lebih rendah.
 Teori Hans Kelsen ini dikembangkan oleh muridnya Hans Nawiasky:
o Norma tertinggi dalam negara sebagai Norma Fundamental Negara (Staats
Fundamentalnorm);
o Norma dalam negara itu selain berjenjang, bertingkat, dan berlapis, juga
membentuk kelompok norma hukum;
o Norma hukum negara terdiri atas 4 kelompok besar:
o Staatsfundamentalnorm;(I)
o Staatsgrundgesetze atau norma dasar/pokok negara;(II)
o Formalgesetze atau undang-undang;(III)
o Verordnung dan Autonomie Satzungen atau aturan pelaksana dan aturan
otonom(IV)

II

III

IV

Latihan soal Pertemuan 3 dan 4


Benar/Salah
1. BPUPKI yang dibentuk pada jaman penjajahan Jepang mempunyai tugas untuk mempelajari hal-
hal yang diperlukan untuk menyelenggarakan suatu Negara merdeka di lingkungan Asia Timur Raya.
2. Sidang II BPUPKI menghasilkan tiga naskah, yaitu Rancangan Pernyataan Indonesia Merdeka
(diambil dari Piagam Jakarta), Rancangan Pembukaan UUD (diambil dari Piagam Jakarta), dan
Rancangan (Batang Tubuh) UUD.
3. Pancasila sebagai ideology yang reformis, dinamis dan terbuka artinya nilai dasarnya bisa dirubah
sesuai dengan perkembangan zaman.
Pilihan Ganda
1. Penelitian yang dilakukan oleh oleh Sustainable Development Solution Network, organisasi di
bawah PBB menyimpulkan bahwa masyarakat Indonesia belum termasuk masyarakat yang bahagia,
agar masyarakat Indonesia bahagia, yang terutama dilakukan pemerintah dan rakyat adalah :
a. Sila kesatu
b. Sila kedua
c. Sila ketiga
d. Sila kelima

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 122

2. Yang menjadi ketua BPUPKI adalah :


a. Soekarno
b. Dr. Rajiman Widyadiningrat
c. Dr. Soepomo
d. Moh. Hatta
3. Tokoh-tokoh Islam yang membahas mengenai Sila Ketuhanan, kecuali … :
a. Ki Bagus Hadikusumo
b. K.H. Wacid Hasyim
c. HOS Tjokroaminoto
d. Kasman Singodimedjo
4. Pokok pembahasan dalam Sidang I BPUPKI adalah :
a. Wilayah Negara
b. Hubungan Negara dan agama
c. Bentuk Negara
d. Dasar Negara
5. Nilai-nilai kenikmatan, kehidupan, kejiwaan, kerohanian merupakan nilai-nilai filsafat yang
dikemukakan oleh:
a. Notonagoro
b. Adam H. Muller
c. Max Scheler
d. Bendict Ed Spinoza
6. Sebagai pandangan hidup bangsa (way of life), Pancasila mempunyai manfaat seperti di bawah
ini :
a. agar bangsa dapat berdiri kokoh dan tahu arah tujuan yang hendak dicapai
b. agar bangsa menuju bangsa yang modern seperti Negara lain
c. agar dapat dipergunakan sebagai pemecah masalah yang timbul
d. agar dapat digunakan sebagai dasar membangun bangsa
7. Nilai-nilai Pancasila sudah sejak dahulu bila dilihat dari segi :
a. Pancasila sebagai filsafat
b. Pancasila sebagai sumber hukum
c. Pancasila sebagai ideology
d. Pancasila sebagai way of life dari bangsa Indonesia.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 123

Pertemuan 5

IDENTITAS NASIONAL

A. Latar belakang
Setiap orang dilahirkan dengan kehendak untuk bergaul dengan sesama hingga
membentuk bangsa. Namun, karena ada bangsa yang unggul, bangsa yang primitif
terpengaruhi dan kehilangan jati diri. Namun, jika masyarakatnya masih teguh, jati diri
bangsa akan tetap melekat.

B. Pengertian
1.) Integrasi nasional : penyatuan masyarakat-masyarakat kecil yang berbeda menjadi
lebih utuh untuk menjadi bangsa
2.) Identitas nasional : jati diri yang membentuk bangsa yang terdiri atas berbagai suku,
adat-istiadat, kebudayaan, agama, serta berdiam di suatu wilayah.
3.) Jati diri : totalitas penampilan bangsa untuk mendapatkan hal yang membedakan
kita dengan bangsa lain.

C. Pembentukan Jati Diri Bangsa


 Melalui 2 pandangan :
1. Pandangan theologis : identik dengan fitrah manusia sehingga melekat pada
tiap manusia.
2. Pandangan konsep poltitik : bangsa Indonesia tidak sekedar masalah kelahiran
saja tetapi juga pilihan rasional yang otonom yang berawal ketika pendiribangsa
melalui sumpah pemuda.
 Untuk membentuk identitas nasional maka harus menemukan terlebih dahulu jati
diri sebagai manusia. Lalu, kita memperbaiki dan mengembangkannya melalui lima
sikap dasar, yakni jujur, terbuka, berani mengambil risiko, serta bertanggung jawab,
sepakat, dan berbagi.
 Jati diri juga membedakan mana yang tersirat dan tersurat dalam nilai, cipta, dan
karsa scara spiritual dan kultural.

D. Nasionalisme Indonesia : Wajah Identitas Nasional


 Pengertian Nasionalisme Indonesia
1.) Gellner : suatu bentuk munculnya gerkan sentimen mencintai bangsa dan negara
2.) Kohn : suatu pernyataan pendapat dan kesadaran.
Nasionalisme lahir dari respon psikologis, politis, dan ideologis terhadap
imperialisme.

 Aspek Nasionalisme
1.) Kognitif : ada pengetahuan akan situasi kolonial pada segala porsi
2.) Nilai : menunjukkan keadaan yang dianggap berharga untuk memperoleh hidup
bebas dari kolonialisme
3.) Afektif : tindakan kelompok yang dapat menyenanggkan atau menyusahkan
pelakunya.

 Menurut Frans Magnis Suseno, ciri khas nasionalisme Indonesia adalah :


1.) Bhineka Tunggal Ika : tidak bersifat uniform melainkan mengakui
keanekaragaman se-Nusantara.
2.) Etis : memahami etika Pancasila.
3.) Universalistik : pengakuaan terhadap harkat kemanusiaan yang universal.
4.) Terbuka secara kultural dan religious : bangsa Indonesia tidak menutup diri dan
merupakan pertemuan dari beraneka ragam budaya dan agama.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 124

5.) Percaya diri : menjalin komunikasi dengan dunia.

E. Hubungan antara Nation State (negara kebangsaan) dengan Nasionalisme


 Nation state : terbentuknya suatu negara yang didahului dengan adanya bangsa.
 Nasionalisme : penyebaran kesadaran berbangsa
 Pembangunan karakter bangsa : upaya berlanjut unuk menanamkan kesadaran
bahwa walaupun beranekaragam latar belakang, namun tetap satu bangsa.
 Hubungannya : ketiga hal tersebut merupakan wujud aktualisasi dari nasionalisme.

F. Unsur Pembentuk Identitas Nasional


1.) Aspek alamiah
a. Suku bangsa
Menurut Kuncaraningrat, suku bangsa ialah kelompok sosial atau kesatuan hidup
manusia yang mempunyai sistem interakhsi dan sistem norma yang mengatur
interaksi tersebut, adanya komunitas dan rasa identitas yang mempersatukan
semua anggota serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri. Bangsa Indonesia
berasal dari berbagai daerah yang kemudian disebut sebagai ras melayu.
b. Wilayah Nusantara
Indonesia terdiri dari beribu pulau yang mengandung keunggulan serta kelemahan.
Kondisi ini perlu dicermati dalam perumusan kebijakan politik.

2.) Aspek sosial


a. Agama : Indonesia mengakui enam agama dan mash banyak aliran kepercayaan
lainnya. Adanya konflik agama di Indonesia bukanlah berasal dari antaragama itu
sendiri melainkan dari konflik ekonomi, politik, dan sosial.
b. Budaya : merupakan hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia. Budaya
merupakan patokan nilai-nilai etika dan moral. Pengembangan budaya pluralisme
diperlukan untuk membangun kemanunggalan sikap serta menjadi kebanggan
Indonesia yang dilandasi Pancasila.
c. Bahasa : bahasa persatuan diperlukan untuk memudahkan komunikasi antarsuku.
Bahasa dierlukan untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi
selanjutnya.
d. Ideologi Pancasila : ideologi Pancasila dijadikan dasar filsafat NKRI, pandangan
hidup dan norma dasar negara dalam menjalankan aktivitas, baik sebagai pribadi
maupun anggota masyarakat dala tatanan berbangsa dan bernegara.

G. Integrasi Nasional
 Pengertian
- Howard Wriggins : Integritas nasional berarti penyatuan bagian yang
berbeda-beda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih
utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang jumlahnya banyak
menjadi satu kesatuan bangsa.
- Sumarsono dkk : komunitas dan interaksi suku bangsa yang mendiami bumi
Nusntara sejak tahun 1928 dalam semangat Sumpah Pemuda, aspirasi ini
terwujud secara sah dan diakui oleh bangsa-bangsa lain di dunia melalui
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

 Peran Integrasi Nasional :


Untuk mewujudkan integrasi nasional diperlukan integrasi nasional yang meliputi
integrasi kebudayaan dan sosial. Menurut Soerjono Soekanto, integrasi sosial adalah
sebuah proses sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi gol melawan
lawan yang disertai dengan ancaman dan / atau kekerasan. Integrasi kebudayaan
adalah penyusaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 125

mencapai keserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat. Disintegrasi adalah


ancaman terbesar bangsa. Oleh karena itu, pemerintah harus memperhatikan faktor
keadilan tanpa memandang suku, ras, agama, dan golongan dalam proses
pembuatan kebijakannya. Selain itu, tiap bangsa juga harus memiliki wawasan yang
sama atas wilayahnya.

Pertemuan 5
KONSTITUSI DAN NEGARA
A. Sistem Konstitusi
 Konstitusi merupakan pedoman dalam menjalankan pemerintahan.
 Isi konstitusi bercirikan dua pokok :
a. Konstitusi membatasi kekuasaan pemerintahan atau penguasa agar tidak
sewenang-wenang terhadap warganya.
b. Konstitusi menjamin hak-hak dasar dan kebebasan warga negara.
 Menurut Adnan Buyung Nasution, negara konstitusional adalah negara yang
mengakui hak-hak warga negara serta membatasi dan mengatur kekuasaannya
secara hukum.
 Negara konstitusional bukan sekedar negara yang memiliki konstitusi. Dalam negara
konstitusional, konstitusi yang digunakan harus memiliki kedua ciri di atas.

B. Konstitusi Negara
1. Pengertian Konstitusi
 Konstitusi berasal dari bahasa Prancis, constituer yang artinya membentuk.
 Konstitusi berarti pembentukan dasar pembentukan negara yang kemudian
disamakan dengan hukum dasar atau undang-undang dasar.
 Definisi konstitusi :
1.) Herman Heller
a. Konstitusi dalam pengertian politik sosiologis
Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan.
b. Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat
yang selanjutnya dijadikan dasar suatu kesatuan kaidah hukum.
c. Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang
tertinggi
2.) Prof. Prayudi Atmosudirdjo
a. Konstitusi suatu negara adalah hasil produk sejarah dan proses perjuangan
bangsa yang bersangkutan.
b. Konstitusi suatu negara adalah rumusan dari filsafat, cita-cita, kehendak,
dan perjuangan bangsa Indonesia.
c. Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran, mentalis, dan kebudayaan
suatu bangsa.
 Konstitusi Indonesia = UUD NKRI 1945
 Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa : Undang-undang Dasar suatu negara ialah
hanya sebagian dari hukum dasar negara itu. Undang-undang Dasar ialah hukum
dasar yang tertulis, sedang di samping Undang-undang Dasar tersebut berlaku juga
hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.
 Konstitusi dapat diartikan secara luas dan sempit
1.) secara luas : hukum dasar tertulis dan tidak tertulis (konvensi)
2.) secara sempit : konstitusi adalah hukum dasar tertulis yakni undang-undang
dasar

2. Kedudukan Konstitusi
a. Konstitusi sebagai hukum dasar

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 126

memuat ketentuan tentang hal-hal mendasar dalam kehidupan suatunegara.


Secara khusus memuat aturan tentang badan-badan pemerintahan.
b. Konstitusi sebagai hukum tertinggi
aturan-aturan dalam konstitusi secara hierarkis mempuyai kedudukan superior
terhadap aturan lainnya. Aturan dibawahnya tidak boleh bertentangan dengan
konstitusi.
3. Isi, Tujuan, dan Fungsi Konstitusi Negara
 Hal-hal yang diatur konstitusi : pembagian kekuasaan negara, hubungan antar
lembaga negara, dan hubungan negara dengan warga negara.
 Isi konstitusi menurut Miriam Budiarjo :
1.) organisasi negara
2.) HAM
3.) prosedur mengubah undang-undang dasar
4.) larangan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari undang-undang dasar
 Hal-hal yang diatur UUD 1945 :
1.) Hal-hal yang bersifat umum : kekuasaan dan identitas negara
2.) Hal menyangkut lembaga-lembaga negara : fungsi, hak, kewenangan, dan
hubungan antar lembaga.
3.) Hal menyangkut hubungn antara negara dengan warga negara : hak dan
kewajiban negara terhadap warganya dan sebaliknya.
4.) Hal mengenai perubahan UUD.
5.) Ketentuan-ketentuan peralihan.
 3 tujuan konstitusi :
1.) Memberi pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik.
2.) Merupakan kontrol dari penguasa itu sendiri.
3.) Memberi batasan ketetapan bagi para penguasa dalam menjalankan
kekuasaannya.

C. UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Indonesia


1. Konstitusi Negara Indonesia
 UUD 1945 adalah aturan dasar/pokok negara yang berada di bawah Pancasila
(norma dasar)
 UUD 1945 merupakan hasil rancangan BPUPKI yang disahkan PPKI.
 Sidang PPKI 18 Agustus 1945 :
1.) menetapkan dan mengesahkan Pembukaan UUD 1945
2.) menetapkan dan mengesahkan Batang tubuh UUD 1945
3.) memilih ketua PPKI Ir. Soekarno sebagai presiden dan wakil ketua PPKI Drs. M
Hatta sebagai wakil presiden
2. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia
a. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 : UUD 1945, bentuk negara kesatuan,
bentuk pemerintahan republik, sistem pemerintahan presidensiil.
b. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 : Konstitusi RIS, bentuk negara
serikat, bentuk pemerintahan republik, sistem pemerintahan parlementer.
c. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 : UUDS 1950, bentuk negara kesatuan, bentuk
pemerintahan republik, sistem pemerintahan parlementer.
- Ada lembaga bernama Konstituante yang bertugas menyusun UUD tetap,
tetapi gagal. Maka keluar Dekrit Presiden 5 Juli 1959 : menetapkan
pembubaran Konstituante, menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tidak
berlakunya lagi UUDS 1950, pembentukan MPAS dan DPAS.
d. Periode 5 Juli 1959 – sekarang : UUD 1945, terbagi menjadi dua periode : UUD 1945
belum diamandemen dan sudah diamandemen (1999, 2000, 2001, dan 2002).
3. Amandemen UUD 1945
 Amandemen = perubahan.
 Menurut Taufiqurohman Syahuri, perubahan konstitusi mencakup dua pengertian
:

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 127

1.) amandemen konstitusi : hanya perubahan secara adendum/ sisipan konstitusi


yang asli, nilai-nilai lama dalam konstitusi masih eksis.
2.) pembaruan konstitusi : perubahan menjadi baru secara keseluruhan, tidak ada
keterkaitannya dengan konstitusi yang lama.
 Amandemen UUD 1945 :
1.) Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945
2.) Tetap mempertahankan NKRI
3.) Mempertegas sistem presidensiil
4.) Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal normatif akan dimasukkan ke dalam
pasal-pasal
5.) Perubahan dilakukan dengan cara adendum.
 Amandemen diperlukan untuk meyesuaikan konstitusi negara dengan
perkembangan zaman, baik perkembangan internal maupun eksternal.
 Jumlah keseluruhan pasal setelah amandemen adalah 73 pasal.

4. UUD NKRI 1945


terdiri dari dua bagian : pembukaaan dan pasal-pasal

a. Pembukaan UUD 1945


- sebagai tertib hukum di Indonesia mempunyai 2 aspek fundamental :
1.) memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum di
Indonesia
2.) sebagai tertib hukum tertinggi
- pokok kaidah negara yang fundamental memiliki unsur mutlak :
1.) dari segi terjadinya : di tentukan oleh pembentuk bangsa dan terjelma dalam
suatu pernyataan lahir sebagai kehendak pembentuk negara.
2.) dari segi isi, pembukaan memuat dasar-dasar pokok negara :
a.) Tujuan negara
o Tujuan umum : melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa
o Tujuan khusus : ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
b.) Ketentuan diadakannya UUD Negara : maka disusunlah kemerdekaan
bangsa Indonesia dalamm suatu susunan Undang-undang Dasar
Indonesia.
c.) Bentuk negara : yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
d.) Dasar filsafat negara : dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
- mengubah pokok kaidah negara sama saja dengan pembubaran RI.
- Secara yuridis, Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah karena :
1.) Menurut tata hukum, peraturan hukum hanya dapat diubah atau
dihapuskan oleh penguasa atau peraturan hukum yang lebih tinggi
tingkatnya. Penguasa negara membentuk Pembukaan UUD 1945 dan
setelah itu semua penguasa negara kedudukannya lebih rendah.
2.) Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum tertinggi, ketentua
hukum di bawahnya tidak dapat meniadakan Pembukaan UUD 1945.
3.) Hakikat isi dalam Pembukaan UUD 1945 senantisa terlekat dalam
kelangsungan hidup RI.
- Isi/makna Pembukaan UUD 1945
1.) Alinea I : menegaskan tugas bangsa Indonesia melawan penjajahan dan
mendukung kemerdekaan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 128

2.) Alinea II : menunjukkan kebangaan terhadap perjuangan RI, kesadaran


bahwa keadaan sekarang tidak bisa dipisahkan dengan perjuangan di
masa lalu, dan masa sekarang menentukan masa yang akan datang.
Alinea ini menunjukkan ketepatan penilaian :
(i) Perjuangan bangsa Indonesia telah sampai pada tingkat yang
menentukan, tetapi bukan akhir.
(ii) Momentum tersebut dimanfaatkan untuk menyatakan
kemerdekaan
(iii) Kemerdekaan bukan tujuan akhir, melainkan : merdeka,
bersatu, berdaulatt, adil, dan makmur.
3.) Alinea III : kemerdekaan diberkati Tuhan yang mencerminkan bangsa
Indonesia mengakui nilai religius. Alinea ini disebut juga sebagai naskah
proklamasi yang terperinci.
4.) Alinea IV : meliputi tujuan negara, ketentuan diadakannya UUD Negara,
bentuk negara, dan dasar filsafat negara.
- Pokok-pokok pikiran dalam UUD (terkandung dalam Pancasila)
1.) Pokok Pikiran I : Pokok pikiran persatuan
Negara melindungi segena bangsa Indonesia dan tumpah darah
Indonesia.
2.) Pokok Pikiran II : Pokok pikiran keadilan sosial
3.) Pokok pikiran III : Pokok pikiran kedaulatan rakyat
Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas
permusyawaratan/perwakilan.
4.) Pokok Pikiran IV : Pokok pikiran Negara berdasar Ketuhanan yang Maha
Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab
- Dalam hubungannya dengan pasal-pasal, Pembukaan UUD 1945 memiliki
hakikat dan kedudukan sebagai berikut :
1.) Dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia, maka Pembukaan
memiliki hakikat dan kedudukan yang terpisah dengan Batang Tubuh
2.) Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum tertinggi, lebih tinggi
daripada Batang Tubuh.
3.) Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah yang fundamental,
menguasai hukum dasar baik tertulis maupun tidak tertulis.
4.) Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah yang fundamental
mengandung pokok-pokok pikiran yang dijabakan dalam pasal-pasal UUD
1945.
- Namun, Pembukaan UUD 1945 sebagai Mukadimah dari UUD 1945
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dnegan Batang
Tubuh, sebab merupakan kesatuan nilai dan norma yang terpadu.

b. Isi-isi bagian pasal UUD 1945


1. Bab I : Bentuk dan Kedaulatan Negara
2. Bab II : MPR
3. Bab III : Kekuasaan Pemerintahan Negara
Bab IV : DPA (dihapus)
4. Bab V : Kementerian Negara
5. Bab VI : DPR
6. Bab VII A : DPD
7. Bab VII B : Pemilihan Umum
8. Bab VIII : Keuangan
9. Bab VIII A : BPK
10. Bab IX : Kekuasaan Kehakiman
11. Bab IX A : Wilayah Negara
12. Bab X : Warga Negara dan Penduduk
13. Bab X A : HAM dan Kewajiban Dasar Manusia
14. Bab XI : Agama
15. Bab XII : Pertahanan dan Keamanan Negara

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 129

16. Bab XIII : Pendidikan dan Kebudayaan


17. Bab XIV : Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Osial
18. Bab XV : Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan
19. Bab XVI : Perubahan UUD

c. Sistem Politik da Ketatanegaraan Indonesia


 Bentuk Negara Kesatuan
- Bentuk negara tercantum dalam pasal 1 ayat 2
- Bentuk negara ada dua, federal dan kesatuan.
- Negara federal : di dalam negara masih terdapat negara yakni negara bagian.
Terdapat dua kekuasaan, yakni kekuasaan pemerintahan federal dan
kekuasaan pemerintahan negara bagian. Keduanya satu derajat satu sama
lain.
- Negara kesatuan adalah negara yang bersusunan tunggal. Pemerintah pusat
memiliki kekuasaan mengaur seluruh daerahnya dan memutuskan segala
sesuatu yang terjadi dalam negara. Indonesia sebagai negara kesatuan
menganut asas desentralisasi.
 Bentuk pemerintahan republik
- Tercantum dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat 2
- Bentuk pemerintahan : cara pengangkatan kepala negara.
- Ada dua klasifikasi bentuk pemerintahan : republik dan monarki.
- Monarki : pengangkatan kepala negara secara pewarisan.
- Republik : pengangkatan kepala negara melalui pemilu.
- Dalam pasal 37 ayat 5 : Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.
 Sistem Pemerintahan Presidensiil
- Sistem pemerintahan : hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif.
- Secara klasifikasi ada dua sistem pemerintahan : parlementer dan
presidensiil.
- Parlementer : eksekutif sebagai pelaksana kekuasaan legiislatif mendapat
pengawasan langsung dari badan legislatif. Ciri-cirinya ialah :
1) Badan legislatif/parlemen adalah satu-satunya badan yang
anggotanya dipilih melalui pemilu.
2) Partai politik yang menang dalam pemilu memiliki kekuasaan besar
dalam parlemen.
3) Pemerintahan/kabinet terdiri dari para menteri dan perdana menteri.
Perdana menteri dipilih parlemen untuk menjalankan kekuasaan
eksekutif.
4) Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan bertahan selama
mendapat dukungan mayoritas parlemen.
5) Kepala negara tidak sekaligus kepala pemerintahan, hanya sebagai
simbol kedaulatan dan keutuhan negara. Dalam bentuk pemerintahan
republik/monarki, kepala negara adalah presiden.
6) Parlemen dapat menjatuhkan kabinet, kepala negara dapat
membubarkan parlemen.
- Presidensiil : badan eksekutif diluar pengawasan legislatif. Keduanya
independen dan dpilih oleh rakyat secara langsung dan terpisah. Ciri-cirinya
adalah :
1) Penyelenggaraan negara ditangan presiden. Presiden bertindak
sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
2) Kabinet dibentuk oleh presiden. Kabinet bertanggung jawab kepada
presiden tetapi tidak ke legislatif.
3) Presiden tidak bertanggung jawab ke parlemen/legislatif.
4) Presiden tidak dapat membubarkan parlemen.
5) Parlemen memiliki kekuasaan legislatif sebagai lembaga perwakilan
rakyat.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 130

6) Presiden tidak berada di bawah pengawasan langsung parlemen.


 Sistem Politik Demokrasi
- Sistem politik dilihat dari kewenangan pemerintah terhadap kehidupan
warganya dan tanggung jawab pemerintah terhadap warganya.
- Dua sistem politik : demokrasi dan otoritarian.
- Otoriter : kewenangan pemerintah terhadap kehidupan warganya sangat
luas, hampir seluruh aspeknya. Tidak terdapat pertanggungjawaban
pemerintah terhadap rakyatnya.
- Demokrasi : kewenangan pemerintah terhadap kehidupan warganya
terbatas. Terdapat pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyatnya.
- Indonesia menganut sistem demokrasi Pancasila.
 Sistem kekuasaan negara :
- Ada tiga kekuasaan dasar (eksekutif, legislatif, yudikatif) ditambah tiga
kekuasaan lainnya (konstitutif dan auditif)
1) Konstitutif : dilaksanakan MPR, berwenang mengubah/menetapkan
UUD.
2) Eksekutif : dilaksanakan presiden, pemegang kekuasaan pemerintahan,
berhak mengajukan RUU ke DPR.
3) Legislatif
a. DPR : memiliki fungsi legislasi (menyusun UU, membahas UU, dan
menetapkan UU bersama presiden), anggaran (memberikan
persetujuan tentang RUU APBN) dan pengawasan (pengawasan
terhadap UU, APBN, dan kebijakan pemerintah).
b. DPD : berwenang mengajukan RUU yang berkaitan dengan otonomi
daerah, ikut membahas RUU berkaitan dengan otonomi daerah, dan
melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU mengenai otonomi
daerah.
4) Yudikatif
a. MA : melakukan kekuasaan kehakiman yang membawahi badan
perdilan di lingkungan peradilan umum, agama, militer, dan tata
usaha negara (Pasal 24A ayat 2).
b. MK : mengadili tingkat pertama dan terkahir yang putusannya
bersifat final untuk menguji UU terhadap UUD, memutus sengketa
lembaga negara, memutus pembubaran parpol, memutus
perselisihan tentang pemilu. MK juga wajib memberi putusan atas
pendapat mengani dugaan pelanggaran oleh presiden/wakilnya.
(Pasal 24C)
c. KY : mengusulkan pengangkatan hakim agung dan wewenang lain
dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim (Pasal 24B ayat 1)
5) Auditif
Dilaksanakan oleh BPK : bersifat bebas dan mandiri, berwenang
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (Pasal
23E ayat 1). Hasilnya diserahkan keapda DPR, DPD, DPRD sesui
kewenangannya (Pasal 23E ayat 2).

Pertemuan 7
DEMOKRASI INDONESIA

A. Pengertian Demokrasi
- Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, democratia, demos berarti rakyat dan
cratein berarti kekuasaan/pemerintahan. Pada masa Athena, demokrasi
yang dilakukan adalah demokrasi langsung. Perkembangan zaman
menjadikan demokrasi langsung sulit dilakukan. Oleh karena itu, muncullah
demokrasi perwakilan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 131

- Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh


rakyat, untuk rakyat.
- Pemerintahan dari rakyat : pemerintahan mendapat mandat dari rakyat.
Pemerintahan oleh rakyat : pemerintahan dijalankan oleh rakyat.
Pemerintahan untuk rakyat : pemerintahan menjalankan kebijakan untuk
kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

B. Ciri-ciri Demokrasi
1) Kekuasaan legislatif dan eksekutif dilaksanakan oleh warga negara yang dipilih oleh
rakyat.
2) Secara berkala dilaksanakan pemilu untuk pergantian pemerintahan.
3) Minimal terdapat 2 partai politik.
4) Hak menyatakan pendapat secara tertulis maupun lisan.
5) Kesamaan kedudukan warga negara di muka hukum dan pemerintahan.

C. Macam-macam Demokrasi
1) Demokrasi Sederhana : dilakukan atas dasar gotong royong, diawali dengan
pembicaraan sampai terjadi kesepakatan bulat.
2) Referendum : suara rakyat didengar dengan pemungutan suara secara langsung di suatu
tempat (demokrasi langsung).
3) Demokrasi barat (demokrasi liberal) : disebut juga demokrasi liberalis karena yang
menguasai pendapat umum adalah yang dapat mempengaruhi melalui uang, media
massa, dan teknologi.
4) Demokrasi timur/rakyat : dianut RRC, Rusia. Demokrasi dianggap sebagai manusia yang
dibentuk menjadi sempurna melalui jalan paksa (komunis).
5) Demokrasi semu :
a. Demokrasi terpimpin : demokrasi yang berhubungan dengan adanya jarak antara
pemimpin dan rakyat. Pemimpin mendidik rakyatnya.
b. Demokrasi tengah : fasisme dan nazizme. Diktator menganggap ia dapat bertindak
sebagai wakil rakyat karena mengetahui isi kalbu rakyatnya.
6) Demokrasi Pancasila : demokrasi yang berlandaskan Pancasila.

D. Kekuasaan Dalam Pemerintahan (Trias Politica)


1. Menurut John Locke

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 132

1) Legislatif : membuat UU, dijalankan parlemen (DPR, DPD).


2) Eksekutif : melaksanakan UU, oleh pemerintah.
3) Yudikatif : menyatakan perang, mengadakan perjanjian dengan negara lain.
2. Menurut Montesque
1) Legislatif : membuat UU.
2) Eksekutif : melaksanakan UU.
3) Yudikatif : mengadili pelaksanaan UU.

E. Demokrasi di Indonesia
a. Demokrasi Pancasila : demokrasi yang dijiwai oleh seluruh sila-sila Pancasila. Nilai-
nilainya adalah kedaulatan rakyat, republik, negara Indonesia berdasarkan hukum,
pemerintahan yang konstitusional, sistem perwakilan, prinsip musyawarah, dan
prinsip ketuhanan.
b. Pemilihan umum : diatur dalam Pasal 22E,
1) Dilaksanakan secara LUBERJURDIL setiap lima tahun.
2) Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden, dan Wakil Presiden.
3) Peserta pemilu untuk memilih anggoota DPR adalah parpol.
4) Peserta pemilu untuk memilih anggoota DPD adalah perseorangan.
5) Pemilu diselenggaran oleh KPU yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
c. Mekanisme dalam Sistem Politik Demokrasi Indonesia
1) Bentuk negar kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas.
2) Bentuk pemerintahan republik, sistem pemeirntahan presidensiil.
3) Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
4) Kabinet/para menteri diangkat/diberhentikan dan bertanggung jawab kepada
presiden. Presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR ataupun DPR.
5) Parlemen terdiri atas dua (bikameral) badan, yakni DPR dan DPD.
6) Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR, DPD, DPRD
provinsi, kabupaten/kota, dan kepala daerah.
7) Lembaga negara lainnya adalah BPK dan KY.
d. Asas-asas Demokrasi Pancasila
1. Asas kekuasaan
- Tercantum dalam pasal 1 ayat 2 : kedaulatan beradad di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UUD.
- kekuasaan pemerintahan di Indonesia tidak bersifat absolutisme
- kekuasaan terbagi atas eksekutif, legislatif, dan yudikatif
- Mekanisme pelaksanaan asas kekuasaan di Indonesia :
1) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum
2) Pemerintahan berdasarkan sistem konstitusional
3) Kekuasaan tertinggi di tangan rakyat
4) Presiden adalah penyelnggara pemerintahan negara yang tertinggi di
samping MPR dan DPR
5) Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
6) Menteri negara adalah pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab
kepada DPR
7) Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
2. Asas pengambilan keputusan
- Pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah untuk mufakat.
- Jika musyawarah tidak mencapai mufakat, dilakukan dengan voting.
- Pengambilan keputusan dilakukan dengan bebas, terbuka, dan bertanggung
jawab.
3. Asas Pengawasan
- dijalankan oleh DPR, meliputi pengawasan kebijakan dan pelaksanaan
pemerintahan, menindaklanjut pengawasan oleh DPD menganai otonomi
daerah.
- DPR memiik 3 fungsi :
1) legislasi : membentuk uu yang dibahas dengan presiden

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 133

2) anggaran : menyusun dan menetapkan APBN bersama presiden dengan


pertimbangn DPD
3) pengawasan : pengawasan terhadp pelaksanaaan UUD 1945, UU, dan
peraturan pelaksanaannya.
- Hak-hak yang dimiliki DPR :
1) Hak interpelasi : hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah
mengenai kebijaan penting, strategis dan berdampak luas.
2) Hak angke : hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan
pemerintah yang penting, strategis, dan berdampak luas.
3) Hak emnyatakan pendapat : hak DPR untuk menyatakan pendapat
terhadap kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa di
tanah air atau dunia internasional.
4. Asas Partisipasi
- rakyat adalah subjek demokrasi dan berhak menyalurkan aspirasinya.
- Aspirasi rakyat disalurkan melalui lembaga perwakilan rakyat atau organisasi
lainnya.
- Partisipasi rakyat diatur dalam pasal 27 ayat 1, pasal 27 ayat 3 dan pasal 30
ayat 1.

F. Demokratisasi
- Demokratisasi ialah penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip demokrasi pada
setiap kegiatan politik ketatanegaraan.
- Tujuan demokratisasi adalah membentuk kehidupan politik yang bercirikan demokrasi.
- Tahapan demokratisasi :
1) tahap pertama : pergantian dari penguasa non-demokratis ke yang demokratis.
2) tahap kedua : pembentukan lembaga-lembaga dan tertib politik demokrasi.
3) tahap ketiga : konsolidasi demokrasi.
4) tahap keempat : praktek demokrasi sebagai budaya politik bernegara.
- Dua indikator berhasilnya demokrasi :
1) tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai demokrasi yang menjadi sikap masyarakat
dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.
2) terbentuknya lembaga-lembaga demokrasi dalam sistem politik dan
ketatanegaraan.
- Kultur demokrasi menurut Henry B. Mayo
1) menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela
2) menjamin perubahan secara damai dalam masyarkat yang selalu berubah
3) pergantian penguasa dengan teratur
4) penggunaan paksaan sesedikit mungkin
5) pengakuan dan penghormatan terhadap nilai keanekaragamaan
6) menegakkan keadilan
7) memajukan ilmu pengathuan
8) pengakuan dan penghormatan terhadap kebabasan.
- Lembaga demokrasi menurut Miriam Budiarjo :
1) Pemerintahan yang bertanggung jawab
2) DPR yang mewakili kepentingan rakyat, dipilih melalui pemilu yang bebas dan
rahasia.
3) Organisasi politik mencakup lebih dari satu partai.
4) Pers dan media massa yang bebas sebagai sarana menyatakan pendapat.
5) Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin HAM.

G. Pendidikan Demokrasi
- Menurut Gabriel Almond dan Sydeny, masyarakat demokratis akan terwujud bila di
negara tersebut terdapat institusi demokrasi dan berjalannya perilaku demokrasi.
- Institusi demokrasi : tersedianya lembaga-lembaga politik demokrasi, contohnya ialah
media massa, organisasi politik, dan lembaga masyarakat.
- Perlikau demokrasi : masyarakat berperilaku baik didasari nilai-nilai Pancasila.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pendidikan Kewarganegaraan 134

- Untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis dan bertanggung jawab, diperlukan


pendidikan demokrasi melalui tiga hal :
1) Kesaaran bahwa demokrasi adalah pola kehidupan yang menjamin hak-hak warga
itu sendiri.
2) Demokrasi adalah proses pembelajaran yang lama dan tidak sekdar meniru
masyarakat lain.
3) Kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan menerapkan nilai-nilai
demokrasi pada masyarakat.
- Kurikulum pendidikan demokrasi : penataan (menyangkut pemuatan pendidikan
demokrasi) dan isi materi (menyangkut kajian bahan pendidikan demokrasi).
- Pendidikan Kewarganegaraan ialah perwujudan pendidikan demokrasi. Selain itu,
pendidikan kewarganegaraann juga mengemban misi :
1) membina dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan peserta didik
berkenaan dengan peranan, tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab sebagai
warga negara.
2) membina dan mengembangkan nilai-nilai bangsa yang dianggap baik sehingga
terbentuk waga negara yang berkarakter baik.
3) membentuk warga negara yang cinta tanah air serta ikut serta dalam menghadapi
ancaman terhadap kelangsungan hidup bangsa
4) menyiapkan peserta didik sebagai warga negara yang demokratis.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 136

PENGANTAR AKUNTANSI 2

CHAPTER 10 LIABILITIES

1.) Utang Lancar (current liabilities)


Yang dimaksud dengan hutang lancar adalah hutang yang diharapkan perusahaan
akan dibayar dalam jangka waktu satu tahun. Yang termasuk dalam hutang lancar adalah
hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak penjualan, dan pendapatan diterima di muka.

 Hutang wesel (notes payable). Perusahaan mencatat obligasi dalam bentuk wesel
tertulis, dinamakan hutang wesel. Hutang wesel lebih sering digunakan dibanding
hutang dagang karena hutang wesel memberikan pemberi pinjaman hutang sebuah
bukti obligasi yang resmi apabila mereka menagih hutang. Hutang wesel biasanya
mewajibkan peminjam hutang membayar bunga. Notes payable dikeluarkan untuk
berbagai periode waktu. Untuk pembayaran selama satu tahun dari tanggal laporan
posisi keuangan diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar.
a. Jurnal pada saat diterima pinjaman
Cash xxx
Notes Payable xxx
b. Jurnal penyesuaian akhir bulan/periode akuntansi untuk bunga yang belum
dibayar
Interest expense xxx
Interest payable xxx
c. Jurnal pada saat pelunasan/jatuh tempo
Notes Payable xxx
Interest Payable xxx
Cash xxx

Contoh :
a. Tgl 30 November 2016, dibeli barang dagangan di Toko Aris seharga 6.000.000
dengan syarat 2/10 n/30
b. Tgl 1 Desember 2016, diserahkan promes 30 hari kepada Toko Aris sebagai
pembayaran utang 6.000.000, bunga 12% pertahun
c. Tgl 1 Januari 2017, promes dilunasi
Buatlah jurnal tgl 30 November, 1, 31 Desember, 1 Januari.

Date Account title Ref Debit Credit


30 Nov Inventory 6.000.000
Account payable 6.000.000
1 Dec Account payable 6.000.000
Notes payable 6.000.000
31 Dec Interest expense 60.000
Interest payable 60.000
1 Jan Notes payable 6.000.000
Interest payable 60.000
Cash 6.060.000
***Beban bunga = 1/12 x 12/100 x 6.000.000 = 60.000

 Hutang pajak penjualan (sales tax payable). Sebagai seorang konsumer, kita pasti sering
dikenakan pajak di tempat perbelanjaan ketika kita membeli sebuah produk. Biasanya
ritel akan memungut pajak atas pembelian kita sekian persen dari harga jual. Secara
berkala (biasanya per bulan), peritel akan membayarkan hutang pajak tersebut kepada
negara.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 137

a. Jurnal pada saat transaksi penjualan


Cash/Account Receivable xxx
Sales xxx
Sales tax payable xxx
b. Jurnal pada saat penyetoran tax payable ke kantor pajak
Sales tax payable xxx
Cash xxx

Contoh :
Penjualan sebesar Rp. 525.000 mencakup pajak penjualan 5% dari penjualan. Buatlah
ayat jurnalnya ?
Account Receivable 525.000
Sales 500.000
Sales Tax Payable 25.000

Penjualan sebesar Rp.1.000.000 belum termasuk pajak penjualan 5% dari penjualan.


Buatlah ayat jurnalnya ?
Account Receivable 1.050.000
Sales 1.000.000
Sales Tax Payable 50.000

 Pendapatan diterima di muka (unearned revenue). Sebuah perusahaan penerbangan


seperti Garuda menerima uang ketika menjual tiket penerbangan untuk masa depan.
Sebuah penerbit majalah menerima uang pelanggan ketika mereka memesan majalah.
Dalam transaksi-transaksi seperti ini, perusahaan mencatat pendapatan diterima di
muka, di mana pendapatan telah diterima sebelum perusahaan mengirimkan produk
atau menyediakan jasa yang bersangkutan. Bagaimana perusahaan mencatat
pendapatan diterima di muka?
a. Jurnal pada saat diterima kas
Cash xxx
Unearned revenue xxx
b. Jurnal pada saat penyerahan barang/jasa
Unearned Revenue xxx
Sales Revenue xxx

Contoh :
Pak Amir menerima sewa di muka atas tempat kos sebesar Rp. 18.000.000 pada tanggal
1 Mei 2016 untuk 2 tahun. Buatlah jurnal tgl 1 Mei dan 31 Desember.

Date Account title Ref Debit Credit


1 Mei Cash 18.000.000
Unearned revenues 18.000.000
31 Dec Unearned revenues 6.000.000
Rent revenue 6.000.000
***Pendapatan sewa yang sudah menjadi hak pada tahun 2016 adalah
→ 1 Mei – 31 Des = 8 bulan ; 2 tahun = 24 bulan
8
x 18.000.000 = Rp. 6.000.000
24

 Current maturity of long debt yaitu hutang jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun
berjalan. Dalam IFRS tidak ada ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan, namun dalam
praktek di Indonesia diperlukan ayat jurnal penyesuaian.
Contoh :
Pada tanggal 1 Januari 2016, Aiko meminjam uang sebesar Rp. 120.000.000 ke bank,
tingkat bunga 5% per tahun. Dengan jangka waktu pelunasan 5 tahun. Dimulai dari

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 138

tanggal 1 Januari 2017 Aiko harus membayar cicilan utang sebesar pokok utang
ditambah dengan bunga. Buatlah jurnal tgl 1 September, 31 Desember.

Date Account title Ref Debit Credit


1 Sept Cash 120.000.000
Notes payable 120.000.000
31 Dec Interest expense 6.000.000
Interest payable 6.000.000
Notes payable 24.000.000
Long-term debt due 24.000.000
within one year
***Beban bunga = 5% x 120.000.000 = Rp. 6.000.000
Notes payable yang jatuh tempo pada tahun 2017= 120.000.000 : 5 = 24juta

 Statement presentation and analysis


a. Presentation, hutang lancar (current liabilities) disajikan sebelum hutang tidak
lancar (non current liabilities) dalam laporan posisi keuangan.
b. Analysis, likuiditas merujuk pada kemampuan untuk membayar kewajiban yang
telah jatuh tempo dan memenuhi kebutuhan kas tak terduga. Working capital
adalah kelebihan current asset atas current liabilities. Rasio lancar (current ratio)
mengizinkan kita untuk membandingkan likuiditas perusahaan dalam ukuran
yang berbeda dan pada satu perusahaan dalam waktu yang berbeda.

Current Assets - Current iabilities = Working Capital

Current Assets : Current Liabilities = Current Ratio

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 139

PENGANTAR AKUNTANSI 2

CHAPTER 10 LIABILITIES

2.) Utang Tidak Lancar (non current liabilities)


Yang dimaksud dengan hutang tidak lancar adalah kewajiban yang diharapkan akan
dibayar lewat dari satu tahun. Contoh dari jenis kewajiban ini pada umumnya adalah hutang
obligasi, hutang hipotek dan sewa, serta wesel bayar jangka panjang.

 Hutang Obligasi (bonds payable)


a. Jenis-jenis obligasi
Berdasarkan jaminannya :
- Secured Bonds
Obligasi yang dijaminkan dengan menggunakan kekayaan tertentu yang
dimiliki oleh penerbit, atau bisa juga dijaminkan dengan menggunakan pihak
ketiga. Obligasi ini terbagi menjadi tiga yaitu guaranteed bond (obligasi yang
dijaminkan oleh pihak ketiga), mortgage bond (obligasi yang dijaminkan dengan
hipotik atau aset tetap), dan collateral trust bond (obligasi yang dijaminkan
dengan menggunakan efek yang dimiliki oleh penerbitnya).
- Unsecured Bonds
Obligasi yang tidak dijaminkan dengan menggunakan kekayaan tertentu
yang dimiliki oleh penerbitnya
Berdasarkan hak penukarannya :
- Convertible Bonds
Obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham perusahaan penerbit. Artinya
pemegang obligasi ini memiliki hak jika sewaktu-waktu ingin menukarkan
obligasi yang dipegangnya dengan saham perusahaan.
- Callable Bonds
Obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali
obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut

b. Menentukan harga pasar Bonds Payable dengan konsep present value


Harga yang dibayarkam untuk bonds tergantung dari 3 faktor:
o Nilai nominal obligasi
o Bunga kontrak atau bunga periodic yang akan dibayarkan atas obligasi
o Tingkat suku bunga pasar.
Cara mencari present value dari bonds :
 Tentukan nilai sekarang dari nilai nominal obligasi
PV = FV : (1 + i )n atau dapat dilihat di tabel
 Tentukan nilai sekarang dari pembayaran bunga periodik
1
1− (1+i)n
PVA = Interest Payment x atau dapat dilihat di tabel
𝑖
 Jumlahkan hasil keduanya

Contoh:
Cari PV bonds dengan nilai nominal Rp 100.000.000 berjangka waktu 5
tahun, bunga kontrak 6% dan dibayarkan tahunan.
Langkah 1 : PV nominal bonds Rp 100.000. x 0,74726* = Rp 74.726.000
Langkah 2 : PV bunga bonds ( 6% x Rp 100.000) x 4,21236* = Rp 25.274.000
Langkah 3 : PV Bonds = Rp 100.000.000
*dapat dilihat di tabel 3 Appendix E (E-8)
*dapat dilihat di tabel 4 Appendix E (E-10)

c. Pencatatan obligasi
Perusahaan mencatat transaksi obligasi ketika:
- Penerbitan (penjualan),

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 140

- Penarikan kembali (buys back) bonds and


- Pemegang convertible bonds menukarkan ke ordinary shares.
Jika pemegang bond menjual bond-nya kepada investor lain, tidak ada penerimaan
uang yg diterima oleh perusahaan, dan tidak ada jurnal yg perlu dicatat.

 Issuing bonds at face value


- Jurnal pada saat dijual obligasi
Cash xxx
Bonds payable xxx
- Jurnal untuk mencatat pembayaran bunga
Interest expense xxx
Cash xxx
- Jurnal penyesuaian akhir bulan/periode akuntansi untuk bunga yang belum
dibayar
Interest expense xxx
Interest Payable xxx

Contoh :
Pada January 1, 2017, Candlestick Inc. menerbitkan Rp 100.000.000, 5
tahun, 10% bonds pada 100%. Bunga dibayar setiap January 1 dan July 1. Buatlah
jurnal tanggal 1 Januari, 1 Juli dan 31 Desember 2017 !!!

Date Account title Ref Debit Credit


1 Jan Cash 100.000.000
Bonds payable 100.000.000
1 July Interest expense 5.000.000
Cash 5.000.000
31 Dec Interest expense 5.000.000
Interest payable 5.000.000
***Beban bunga = 1/2 x 10/100 x 100.000.000 = 5.000.000

 Issuing bonds at a discount


- Jurnal pada saat dijual obligasi
Cash xxx
Bonds payable xxx
- Jurnal untuk mencatat pembayaran bunga
Interest expense xxx
Bonds payable xxx
Cash xxx
- Jurnal penyesuaian akhir bulan/periode akuntansi untuk bunga yang belum
dibayar
Interest expense xxx
Bonds payable xxx
Interest Payable xxx

Contoh :
Pada January 1, 2017, Candlestick Inc. menerbitkan Rp 100.000.000, 5
tahun, 10% bonds pada 97% Bunga dibayar setiap January 1 dan July 1. Buatlah
jurnal tanggal 1 Januari, 1 Juli dan 31 Desember 2017 !!!

Bonds Issued at a Discount


Semiannual interest payments
(100juta x 10% x ½ = 5juta; 5juta x 10 semester 50.000.000
Add : Bonds discount (100juta – 97juta) 3.000.000
Total cost of borrowing 53.000.000

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 141

Bond Discount ÷ Number of interest periods = Bond Discount Amortization


3.000.000 : 10semester = 300.000

Date Account title Ref Debit Credit


1 Jan Cash 97.000.000
Bonds payable 97.000.000
1 July Interest expense 5.300.000
Bonds payable 300.000
Cash 5.000.000
31 Dec Interest expense 5.300.000
Bonds payable 300.000
Interest payable 5.000.000

 Issuing bonds at a premium


- Jurnal pada saat dijual obligasi
Cash xxx
Bonds payable xxx
- Jurnal untuk mencatat pembayaran bunga
Interest expense xxx
Bonds payable xxx
Cash xxx
- Jurnal penyesuaian akhir bulan/periode akuntansi untuk bunga yang belum
dibayar
Interest expense xxx
Bonds payable xxx
Interest Payable xxx
Contoh :
Pada January 1, 2017, Candlestick Inc. menerbitkan Rp 100.000.000, 5
tahun, 10% bonds pada 105% Bunga dibayar setiap January 1 dan July 1. Buatlah
jurnal tanggal 1 Januari, 1 Juli dan 31 Desember 2017 !!!

Bonds Issued at a Premium


Semiannual interest payments
(100juta x 10% x ½ = 5juta; 5juta x 10 semester 50.000.000
Less : Bonds premium (105juta – 100juta) 5.000.000
Total cost of borrowing 45.000.000

Bond Premium ÷ Number of interest periods = Bond Premium Amortization


5.000.000 : 10semester = 500.000

Date Account title Ref Debit Credit


1 Jan Cash 105.000.000
Bonds payable 105.000.000
1 July Interest expense 4.500.000
Bonds payable 500.000
Cash 5.000.000
31 Dec Interest expense 4.500.000
Bonds payable 500.000
Interest payable 5.000.000

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 142

d. Penebusan Obligasi
 Saat jatuh tempo
Bonds payable xxx
Cash xxx
 Ketika obligasi dilunasi sebelum jatuh tempo, maka perlu :
- Menghilangkan nilai tercatat obligasi pada tanggal penebusan;
- Mencatat pembayaran kas; dan
- Mengakui keuntungan atau kerugian atas penebusan.
Nilai tercatat obligasi adalah nilai nominal obligasi disesuaikan dengan diskonto
atau premium obligasi yg diamortisasi sampai dengan tanggal penebusan.
a. Jurnal saat rugi penebusan obligasi
Bonds payable xxx
Loss on bond redemption xxx
Cash xxx
b. Jurnal saat laba penebusan obligasi
Bonds payable xxx
Gain on bond redemption xxx
Cash xxx

Contoh :
Candlestick, Inc. telah menjual obligasi 100.000.000 pada premium. Pada
akhir periode kedelapan, Candlestick menghentikan obligasinya pada 103 setelah
membayar bunga setengah tahunan. Nilai tercatat obligasi pada tanggal penebusan
adalah €101.623.00. Candlestick membuat jurnal berikut untuk mencatat
pelunasan pada akhir periode bunga kedelapan (1 January 2018).

Bonds payable 101.623.000


Loss on bond redemption 1.377.000
Cash 103.000.000

Contoh :
Candlestick, Inc. telah menjual obligasi 100.000.00 pada diskonto. Pada
akhir periode kedelapan, Candlestick menghentikan obligasinya pada 95 setelah
membayar bunga setengah tahunan. Nilai tercatat obligasi adalah 98.000.000.
Candlestick membuat jurnal berikut untuk mencatat pelunasan pada akhir periode
bunga kedelapan (1 January 2018).

Bonds payable 98.000.000


Gain on bond redemption 3.000.000
Cash 95.000.000

e. Pencatatan Long Term Notes Payable


Akan lebih aman dengan menggunakan pinjaman hipotik (mortgage)
dimana digunakan asset tertentu sebagai jaminan pinjaman. Biasanya, persyaratan
yang diberikan adalah peminjam melakukan pembayaran angsuran selama jangka
waktu pinjaman. Tiap pembayaran terdiri atas:
- Bunga atas saldo pinjaman yg belum dibayar, dan
- Pengurangan pokok pinjaman.
Perusahaan awalnya mencatat hipotik dibayar pada nilai nominal.

Contoh :
Mongkok Technology Inc. mengeluarkan HK$500,000, 12%, 20-tahun
hutang hipotik pada 31 December 2014. Pembayaran angsuran dilakukan setengah

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 143

tahunan, yaitu sebesar HK$3,231. Jadwal pembayaran angsuran selama dua tahun
pertama adalah sbb:

Date Account title Ref Debit Credit


31 Dec Cash 500.000
Mortgage payable 500.000
30 June Interest expense 30.000
Mortgage payable 3.231
Cash 33.231

f. Penyajian dan Pengungkapan


 Presentation

 Analysis
Dua rasio yang memberikan informasi tentang kemampuan membayar
utang dan solvabilitas jangka panjang adalah:
- Debt to Total Assets Ratio
- Times Interest Earned Ratio

Contoh :
LG’s (KOR) mempunyai total kewajiban 39,048 billion, total aset 64,782
billion, beban bunga 778 billion, pajak penghasilan 1,092 billion, dan laba bersih
2,967 billion.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 144

Maka LG memiliki utang yg relatif tinggi thd total asset (persentase 60,3%). Cakupan
bunga dari 6,22 kali dianggap aman.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 145

Pengantar Akuntansi 2

Appendix F – Accounting for Partnerships


1. Defenisi, Karakteristik, Kelebihan/Kelemahan Partnerships
Defenisi : Partnership merupakan suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua orang individu atau lebih
untuk memiliki dan menyelenggarakan suatu usaha secara bersama-sama dengan tujuan
memperoleh laba dan membagi keuntungan yang diperoleh secara bersama-sama.
Tipe bisnis :
 Grosir dan eceran,jasa/pelayanan, atau perusahaan manufaktur.
 Akuntan, pengacara, dan dokter.
Karakteristik :
a. Association of Individuals (Pemilik kepentingan bersama)
 Legal entity.
 Accounting entity.
 Net income not taxed as a separate entity.
b. Mutual Agency : Setiap mitra kerja saling terikat jika melakukan tindakan sejauh tindakannya
sesuai untuk partnerships
c. Limited Life : Partnerships dinyatakan dalam hubungan yang timbul dari perjanjian antara
beberapa pihak yang bersangkutan, maka apabila adaperubahan terjadi dalam hubungan tersebut
akan mengakhiri perjanjian dan membubarkan partnerships tersebut.
d. Unlimited Liability : Setiap anggota akan bertanggung jawab kepada pihak ketiga (kreditur) atas
hutang hutang yang dibuat oleh persekutuan. Artinya bila harta perusahaan tidak mencukupi untuk
menutupi seluruh hutang-hutang kepada pihak luar tadi, maka para anggota diharuskan untuk
menutupi seluruh hutang-hutang / kerugian tadi dengan harta pribadi.
e. Co – Ownership of Property : Setiap anggota yang menanamkan hartanya ke dalam perusahaan
dengan sendirinya harta tadi akan menjadi milik bersama anggota persekutuan.

Kelebihan Kekurangan
Menyatukan keahlian dan sumber daya dari Mutual Agency
dua atau lebih orang
Kemudahan dalam informasi Limited Life
Bebas dari aturan pemerintah dan pembatasan Unlimited Liability
Mudah mengambil keputusan

2. Proses Pendirian Partnerships


 Dalam pembentukannya memerhatikan hal – hal seperti :
 Nama dan Kontribusi modal
 Hak dan kewajiban anggota/rekan
 Dasar dalam pembagian laba/rugi
 Ketentuan dalam penarikan assets
 Tata cara mengirimkan sengketa ke arbitrase
 Tata cara dalam penarikan atau penambahan anggota
 Hak dan kewajiban dalam menyelamatkan mitra di kejadian anggota meninggal dunia

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 146

Dalam pembentukannya sebagai contoh :


Joshua Suherman dan Ade Misky menyatukan perusahaan perseorangan mereka menjadi sebuah
partnerships dengan nama Josky Software. Partnerships tersebut bergerak dalam pengembangan
software game. Mereka sebelumnya memiliki aset yang nantinya akan dimasukkan dalam
partnerships.
Book Value Fair Value
Joshua Ade Joshua Ade
Cash $ 10,000 $ 13,000 $ 10,000 $ 13,000
Equipment 7,000 4,000
Accumulated depreciation – (2,000)
Equipment
Accounts Receivable 5,000 5,000
AFDA (1,300) (2,000)
$ 15,000 $ 16,700 $ 14,000 $ 16,000

Maka penjurnalannya untuk Joshua Suherman


Cash 10,000
Equipment 4,000
Joshua Suherman, Capital 14,000
Penjurnalan untuk Ade Misky
Cash 13,000
Account Receivable 5,000
AFDA 2,000
Ade Misky, Capital 16,000
3. Proses pembagian laba/rugi Partnerships
Pembagian dapat dilakukan secara merata kepada seluruh pemegang modal atau menggunakan
proporsi yang disepakati oleh seluruh anggota.
Untuk Jurnal Penutup memerhatikan hal sbb :
 Mendebit setiap akun pendapatan untuk menutup akun pendapatan dan mengkredit akun
Income Summary untuk total pendapatan. Begitu juga dengan akun expense, posisi Income
Summary pada debit untuk total expense, dan expense pada kredit untuk menutup akun
expense.
 Mendebit Income Summary untuk menutup akunnya dan mengkredit setiap akun modal
untuk pembagian laba. Atau Income summary di kredit, dan mendebit setiap akun modal
untuk pembagian menutupi rugi.
 Jika ada drawing, maka mendebit akun capital dan mengkredit akun drawing dengan jumlah
yang sama sesuai yang diambil.
Sebagai contoh :
One Piece Company mempunyai net income sebesar $ 32,000 selama tahun 2017. Luffy dan Zoro
membagi pembagian laba atau rugi secara merata. Di tahun tersebut mereka melakukan drawing
yaitu Luffy sebesar $ 8,000 dan Zoro $ 6,000. Maka 2 jurnal penutup terakhir :
Income Summary 32,000
Luffy, Capital 16,000
Zoro, Capital 16,000

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 147

Luffy, Capital 8,000


Zoro, Capital 6,000
Luffy, Drawing 8,000
Zoro, Drawing 6,000
Asumsikan ketika di awal tahun keseimbangan modal Luffy sebesar $ 47,000 dan Zoro sebesar
$ 36,000. Maka akun masing masing akan menunjukkan seperti tabel dibawah setelah diposting :
Luffy, Capital Zoro, Capital
12/31 Bal. 8,000 1/1 Bal. 47,000 12/31 Bal. 6,000 1/1 Bal. 36,000
12/31 Clos. 16,000 12/31 Clos. 16,000
12/31 Bal. 55,000 12/31 Bal. 46,000

Luffy, Drawing Zoro, Drawing


12/31 Bal. 8,000 12/31 Bal. 8,000 12/31 Bal. 6,000 12/31 Bal. 6,000

Income Ratio
Persetujuan dalam partnerships seharusnya menspesifikasikan dasar dalam pembagian laba atau
rugi. Berbagai tipe rasio diantaranya :
 Rasio tetap
 Rasio yang berdasar pada modal
 Gaji yang diberikan pada para anggota dan sisa dibagi berdasar rasio tetap
 Bunga modal yang diberi kepada anggota dan sisa dibagi berdasar rasio tetap
 Gaji dan bunga modal diberi kepada para anggota,lalu sisa dibagi berdasar rasio tetap
Sebagai contoh :
Sara King dan Ray Lee adalah pemilik dari partnerships Kingslee Company. Persetujuan perjanjian
dari keduanya antara lain : (1) gaji sebesar € 8,400 kepada King dan sebesar € 6,000 kepada Lee, (2)
bunga sebesar 10% dari modal awal keduanya di awal tahun, dan (3) sisanya dibagi sama rata kepada
keduanya. Modal awal King sebesar € 28,000 dan Lee € 24,000. Di tahun 2017, partnerships net
income sebesar $ 22,000. Buatlah rincian pembagian dari net incomenya!

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 148

Jurnal dari alokasi pembagian laba adalah sebagai berikut :


Income Summary 22,000
Sara King, Capital 12,400
Ray Lee, Capital 9,600
Kasus selanjutnya asumsikan bahwa keuntungan dari Kingslee yaitu $ 18,000.

Maka jurnalnya :
Income Summary 18,000
Sara King, Capital 10,400
Ray Lee, Capital 7,600

4. Laporan Keuangan Partnerships

Laporan keuangan yang disusun pada persekutuan sama dengan bentuk perusahaan lainnya, yaitu
laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas dan laporan perubahan modal. Pada Laporan Keuangan,
perincian pembagian laba harus diungkapkan atau disajikan, biasanya ditambahkan pada laporan
laba rugi atau dibuat sebagai lampiran. Laporan perubahan modal pada persekutuan terdiri dari
beberapa sekutu yang modalnya dirinci untuk setiap anggota sekutu.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 149

5. Proses Likuidasi dalam Partnerships


Likuidasi sangat rentan terjadi pada partnerships karena berdasarkan persetujuan dari anggotanya
baik secara hukum maupun entitas kehidupan ekonomi. Dalam likuidasi/pembubaran, penjualan
non-cash assets disebut sebagai realization. Dalam pembubaran penting memerhatikan hal berikut:
 Penjualan non-cash assets dalam kas sehingga dapat terlihat untung atau rugi
 Alokasi dari untung atau rugi kepada para anggota berdasar rasio pembagian laba/rugi
 Membayar utang partnerships dengan kas
 Mendistribusikan sisa dari kas ke partner dengan dasar keseimbangan modal mereka
Sebagai contoh : Ace Company bubar dengan rincian assets, liabilities, dan equity sebagai berikut :

Dalam kejadian pertama tidak ada Defisit dari modal para partner,
Ace Company setuju untuk bubar dengan aturan sebagai berikut. (1) Penjualan non-cash assets
kepada Jackson Enterprises sebesar € 75,000 dalam kas. (2) Partnerships akan membayar utang-
utang mereka. (3) Pembagian laba/rugi yaitu 3:2:1.
Langkah 1 : Mencatat dari penjualan Non-cash Assets
Cash 75,000
Accumulated Depreciation—Equipment 8,000
Accounts Receivable 15,000
Inventory 18,000
Equipment 35,000
Gain on Realization 15,000

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 150

Langkah 2 : Mengalokasikan keuntungan yang diperoleh ke parner


Gain on Realization 15,000
R. Arnet, Capital (€15,000 x 3/6) 7,500
P. Carey, Capital (€15,000 x 2/6) 5,000
W. Eaton, Capital (€15,000 x 1/6) 2,500
Langkah 3 : Membayar seluruh utang lunas

Notes Payable 15,000

Accounts Payable 16,000

Cash 31,000

Langkah 4 : Mencatat pembagian dari sisa kas kepada partner sesuai dengan modal mereka

R. Arnet, Capital 22,500


P. Carey, Capital 22,800
W. Eaton, Capital 3,700
Cash 49,000
Dalam bentuk tabel pembayaran dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Di kejadian lain, mengalami defisit modal (Capital Defficiency) :


Dengan regulasi yang sama Ace Company hanya memperoleh sebesar € 42,000 dari penjualan non-
cash assets.
Langkah 1 : Mencatat realisasi dari penjualan non-cash assets
Cash 42,000
Accumulated Depreciation—Equipment 8,000
Loss on Realization 18,000
Accounts Receivable 15,000
Inventory 18,000
Equipment 35,000

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 151

Langkah 2 : Mengalokasikan kerugian untuk setiap partner


R. Arnet, Capital (€18,000 x 3/6) 9,000
P. Carey, Capital (€18,000 x 2/6) 6,000
W. Eaton, Capital (€18,000 x 1/6) 3,000
Loss on Realization 18,000
Langkah 3 : Membayar seluruh utang secara lunas
Notes Payable 15,000
Accounts Payable 16,000
Cash 31,000
Langkah 4 : Mendistribusikan kas kepada seluruh partner

Disini ada 2 cara dalam mengatasi Capital Defficiency yaitu,


Payment of Defficiency
Cara ini dilakukan dengan partner yang modalnya kurang menyetor modal sebanyak defisit agar
dapat dibagikan kepada pemilik modal lain.

Cash 1,800
W. Eaton, Capital 1,800

R. Arnet, Capital 6,000


P. Carey, Capital 11,800
Cash 17,800
Non Payment of Defficiency
Cara ini dengan mengambil modal dari partner lain untuk menutupi modal yang kurang dari partner
tersebut

R. Arnet, Capital (€1,800 x 3/5) 1,080


P. Carey, Capital (€1,800 x 2/5) 720
W. Eaton, Capital 1,800

R. Arnet, Capital 4,920


P. Carey, Capital 11,080
Cash 16,000

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 152

Chapter 11 – Corporations: Organizations, Share Transactions, Dividends, and Retained Earnings


1. Identifikasi Karakteristik Utama Perseroan
Sebuah entitas yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya.
Pengklasifikasian dibagi berdasarkan :
a. Tujuan : Profit dan Non-Profit
b. Kepemilikan : Publik dan Privat
Karakteristik yang membedakan perseroan dengan perseorangan dan kemitraan antara lain :
 Terpisah keberadaan hukum dimana terdapat pemegang saham (+)
 Kewajiban terbatas yang dimiliki pemegang saham (+)
 Hak kepemilikan yang dapat dipindahtangankan (+)
 Memiliki kemampuan untuk mendapatkan modal (+)
 Hidup secara kontiniu atau terus menerus (+)
 Manajemen korporasi dimana pemegang saham tidak perlu turun tangan mengelola (-)
 Diatur dan diawasi oleh pemerintah (-)
 Tambahan dalam pajak penghasilan yaitu atas laba perseoran dan atas dividen (-)

2. Pencatatan/penjurnalan penerbitan saham


Pencatatan pada perseroan umumnya tidak jauh beda dengan perseorangan dan persekutuan
hanya saja disini ketika seseorang ingin bergabung dengan suatu perseroan maka dikenal dengan
nama penerbitan saham.
Perseroan dapat menerbitkan saham biasa langsung ke investor atau tidak langsung melalui
perusahaan investasi perbankan.
Faktor-faktor dalam menetapkan harga untuk masalah baru saham:
 Laba masa depan perusahaan yang diantisipasi
 Tingkat dividen per saham yang diharapkan
 Posisi keuangan saat ini.
 Keadaan ekonomi saat ini.
 Keadaan pasar surat berharga saat ini.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 153

Sebagai contoh : Michael Armstrong Hsb menerbitkan 5000 saham dengan nilai sebesar € 6. Buatlah
jurnal penerbitan sahamnya apabila diterbitkan dengan nilai (a) € 6 per saham dan (b) dengan nilai
€ 9 per saham
a. Cash 30,000
Share Capital – Ordinary 30,000
b. Cash 45,000
Share Capital – Ordinary 30,000
Share Premium – Ordinary 15,000
Penerbitan saham juga dapat dilakukan secara noncash atau berupa jasa yang dapat dikategorikan
sebagai biaya.

Sebagai contoh : Seorang pengacara bernama Poltak membantu PT Medan Jaya dalam bidang
penanganan hukum. Poltak menagih sebesar € 7,000 atas jasa yang diberikannya. Hal ini membuat
perusahaan menerbitkan saham sebanyak 3000 dengan harga € 2 per saham. Pada saat pertukaran,
tidak ada harga pasar yang ditetapkan untuk saham. Buatlah jurnal pencatatan transaksinya!

Organization Expense 7,000

Share Capital – Ordinary 6,000

Share Premium – Ordinary 1,000

PT Sumatera Berlian yang bersifat go public menerbitkan 10,000 saham atas tanah yang diiklankan
dengan harga jual € 120,000 dengan nilai tetap € 7 per saham dan pada bursa efek/pertukaran
bernilai € 10 per saham. Buatlah jurnal dari transaksi tersebut.

Land 100,000

Share Capital – Ordinary 70,000

Share Premium – Ordinary 30,000

3. Perlakuan saham treasuri

Saham treasuri merupakan kepemilikan saham yang ditarik/dibeli kembali dari pemegang saham
namun tidak keluar dari perusahaan.

Perusahaan membeli saham yang beredar mereka untuk:

 Menjual kembali saham kepada petugas dan karyawan di bawah bonus dan berbagi rencana
kompensasi.
 Meningkatkan nilai pasar saham.
 Memiliki saham tambahan yang tersedia untuk digunakan dalam akuisisi perusahaan lain.
 Meningkatkan laba per saham.
 Menghilangkan pemegang saham yg bermusuhan dengan membeli saham mereka.

Pencatatannya : mendebit akun Treasury Shares senilai dengan nominalnya. Akun ini bersifat contra
equity dan mengurangi equity

Sebagai contoh : Pada 1 Februari 2017, Mead membeli kembali 4000 sahamnya dengan nilai HK$ 80
per saham. Saham muia mula sebanyak 100000 saham.

Treasury Shares(4000 x 80) 320,000

Cash 320,000

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 154

Pelepasan saham treasuri dapat terjadi dalam dua kondisi yaitu apabila dibawah harganya atau
diatas harganya.
- Above Cost
Pada 1 Juli, Mead menjual 1000 saham treasurinya dengan nilai HK$ 100 , yang sebelumnya dibeli
kembali seharga HK$ 80.
Cash 100,000
Treasury Shares(1000 x 80) 80,000
Share Premium – Treasury 20,000
- Below Cost
Pada 1 Oktober, Mead menjual 800 saham treasurinya seharga HK$ 70 per saham
Cash 56,000
Share Premium – Treasury 8,000
Treasury Shares 64,000

Pada 1 Desember, Mead menjual sisa saham treasurinya sebanyak 2200 dengan nilai HK$ 70 per
shamnya.
Cash 154,000
Batas
Share Premium – Treasury 12,000 keseimbangan
Retained Earnings 10,000
Treasury Shares 176,000
Catatan : Perseroan tidak mengakui keuntungan dalam hal ada insentif dalam treasuri ataupun
kerugian yang menjadi beban
4. Perbedaan saham biasa dan saham preferen
Umumnya secara garis besar perlakuan saham preferen tidak berbeda jauh dengan saham biasa.
Hanya saja saham preferen mendahulukan dalam hal pembagian dividen juga laba. Saham preferen
juga mendapat prioritas dalam kepemilikan suatu aset/harta ketika terjadi likuidasi di dalam suatu
perseroan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 155

Sebagai contoh : Marvel Corporation menerbitkan 26000 saham preferen dengan nilai pari sebesar
€ 20 dan dijual di bursa sebesar € 25. Buatlah pencatatan transaksi tersebut!
Cash 650,000
Share Capital – Preference(26000 x 20) 520,000
Share Premium – Preference 130,000
Cumulative dividend
 pemegang saham preferren harus membayar deviden tahun lalu dengan deviden tahun ini
sebelum pemegang saham biasa menerima devidennya
Dividends in arrears
 deviden preferren tidak ditentukan periodenya dalam periode yang sudah ditentukan
 Tidak mempertimbangkan kewajiban, tetapi jumlah deviden harus diungkapkan dalam
laporan keuangan
Jika Scientific-Leasing mempunyai 5,000 lembar saham, 7%, $100 par value saham kumulatif
preferren, kemudian dividen tahunannya adalah $ 35,000 (5,000 lbr x $7 per lbr). Jika deviden
tertunggak selama duatahun, pemegang saham preferen akan menerima sebelum
devidendibayarkan ke pemegang saham biasa.
Dividends in arrears ($35,000 x 2) $ 70,000
Current-year dividends $ 35,000
Total preferred dividends $105,000
Preferensi dalam likuidasi
 Sebagian besar saham preferen memiliki preferensi atas aset perusahaan jika perusahaan
gagal.
 Menyediakan keamanan bagi pemegang saham preferensi.
 Preferensi untuk aset mungkin untuk nilai nominal saham atau nilai likuidasi tertentu.
5. Penjurnalan dividen kas dan dividen saham
Dalam pembagian dividen maka suatu perseroan setidaknya memiliki
1. Retained Earnings
2. Kas yang memadai
3. Adanya RUPS dari para pemegeang saham
Untuk pembagian dividen dalam bentuk kas,terdapat 3 tahapan yaitu Declaration Date, Date of
Record, dan Payment Date. Untuk lebih jelasnya lihat contoh berikut.
Pada 1 Desember, Direktur Utama PT Bajaxx mendeklarasikan dividen tunai € 1 per saham sebanyak
50000 saham dengan nilai tetap € 10 per saham. Dividen terutang dibayar pada 20 Januari yang
dicatat pada tgl 22 Desember. Jurnalnya :
1 Desember (Declaration Date)
Cash Dividends 50,000
Dividends Payable 50,000
22 Desember (Date of Record) No Entry
20 Januari (Payment Date)
Dividends Payable 50,000
Cash 50,000

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 156

Dividen saham juga dapat dilakukan dalam perseroan. Beberapa alasannya diantara lain :
1. Memenuhi harapan dividen pemegang saham tanpa menghabiskan uang.
2. Meningkatkan daya jual saham korporasi.
3. Menegaskan bagian dari ekuitas telah diinvestasikan kembali secara permanen dalam bisnis.
Sebagai contoh : Danshui Ltd. Mempunyai keseimbangan dalam Retained Earnings sebesar
NT$ 3,000,000. Perusahaan mendeklarasikan bahwa 10% dari 50000 dividen saham dengan nilai
pari yaitu NT$ 100. Nilai pasar terhadap saham saat it sebesar NT$ 150 per sahamnya.
Pendeklarasian 10% dividen saham
Share Dividends (50000 x 10% x 150) 750,000
Ordinary Share Dividends Distributable 500,000
Share Premium – Ordinary 250,000
Pada saat penerbitan saham
Ordinary Share Dividends Distributable 500,000
Share Capital – Ordinary 500,000
Pengaruh dari Dividen Saham

Share Splits juga dapat dilakukan perusahaan dengan pertimbangan seperti :


1. Mengurangi nilai pasar saham.
2. Tidak ada entri direkam untuk sepersekian saham.
3. Penurunan nilai nominal dan meningkatkan jumlah saham.
Sebagai contoh : Dengan menganggap bahwa Danshui Ltd. memecahkan sahamnya sebanyak 50000
dengan dasar 2 kali lipat dari awal.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 157

6. Identifikasi Item – Item dalam Retained Earnings Statement


 Meningkatkan laba bersih Saldo
 Laba dan penurunan rugi bersih laba ditahan.
 Bagian dari klaim pemegang saham pada total aset perusahaan.
 Saldo debet Saldo Laba diidentifikasi sebagai defisit.’

Dalam contoh yaitu : Ade Zheng Fa Ltd. memiliki Retained Earnings sebesar ¥ 7,300,000 pada 1
Januari 2017. Selama tahun tersebut Ia memperoleh Net Income sebesar ¥ 2,700,000. Perusaan
melalui RUPS mendeklarasikan akan membayar dividen tunai sebesar ¥ 260,000. Perusahaan juga
mencatat penyesuaian terhadap kesalahan matematis dari penyusutan sebesar ¥ 180,000. Buatlah
Laporan Retained Earnings yang sesuai!
Ade Zheng Fa Ltd.
Retained Earnings Statement
For the Year Ended December 31,2017
Balance, 1 Januari ¥ 7,300,000
Add : Net Income ¥ 2,700,000
Less : Dividends (¥ 260,000)
Balance, 31 Desember ¥ 9,740,000
7. Penyajian dan analisis komprehensif equity section
Presentation

Analysis
Pengembalian ekuitas pemegang saham biasa dapat dihitung sebagai berikut :

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pengantar Akuntansi 2 158

Statement of Changes in Equity

Book Value per share : Ekuitas pemegang saham biasa memiliki kekayaan bersih perusahaan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 160

Pajak Penghasilan

Bab 1. Pendahuluan

Menurut UU KUP Pasal 1 angka 1, PAJAK adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak Penghasilan seperti yang dijelaskan dalam UU PPh Pasal 1 dikenakan terhadap Subjek Pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Nama Undang-undang (Ordonansi) Objek Pajak Subjek Pajak Masa Berlaku
Patent Recht Penghasilan Badan/Orang 1878-1907
Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1908 Penghasilan Badan/Orang 1908-1920
Ordonansi Pajak Pendapatan 1908 Eropa atau
yang
disamakan
Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1920 Penghasilan Badan Badan 1921-1925
Ordonansi Pajak Pendapatan 1920 Orang Orang 1921 - 1932
Ordonantie Op De Vennotschap Belasting Laba Badan 1926-1963
1925 Ordonansi Pajak Perseroan 1925 (PPs)
Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1932 Pendapatan Orang Pribadi 1933-1944
Ordonansi Pajak Pendapatan 1932
Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1944 Pendapatan Orang Pribadi 1945-1983
Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 (PPd)
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1967 merupakan tata cara pemungutan PPd dan PPs
Undang-undang Pajak atas Bunga Dividend an Royalty (PBDR) merupakan bagian dari PPd dan PPs

Perubahan terhadap ketentuan Pajak Penghasilan dilakukan pada tahun 1983, dengan
diundangkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang mulai

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 161

berlaku sejak 1 Januari 1984. Undang-undang Pajak Penghasilan telah mengalami perubahan
sebanyak 4 kali, yaitu :
1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1992
2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1995
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2001.
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2009
Undang undang yang masih berlaku sampai sekarang adalah point 4.
Sebelum diberlakkannya UU Nomor 7 tahun 1983 tentang PPh, wewenang menentukan
besarnya pajak terutang berada fiskus (official assessment). Penetapan jumlah pajak terutang
dilakukan dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak dengan ketentuan formal dan ketentuan
materialnya diatur dalam Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 untuk OP dan Ordonansi Pajak
Perseroan 1925 untuk badan.
Setelah diakukannya tax reform tahun 1983, pengenaan Pajak Penghasilan diatur dalam 2 Undang-
undang yaitu
1. UU Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan sebagai ketentuan formal
2. UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagai ketentuan material.
Tujuan utama diilakukan reformasi di bidang perpajakan pada tahun 1983 adalah untuk
mencapai pertumbuhan penerimaan pajak yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal itu tidak
mungkin dicapai dengan menggunakan sistem official assessment, mengingat keterbatasan sumber
daya aparat pajak dan sarana prasarana yang tidak mengimbangi peningkatan jumlah wajib pajak
yang mengikuti perkembangan ekonomi.
Pengenaan Pajak Penghasilan sekarang menggunakan dasar penghasilan dalam arti yang luas
(tambahan kemampuan ekonomis, akan dibahas di bab 3). Ruang lingkup penghasilan yang
dikenakan Pajak Penghasilan adalah penghasilan dari dalam maupun luar negeri untuk Subjek Pajak
Dalam Negeri (world wide income) dan penghasilan yang diperoleh di Indonesia untuk Subjek Pajak
Luar Negeri.

Bab 2. Subjek Pajak


Subjek Pajak adalah subjek hukum yang oleh Undang-undang diberi kewajiban perpajakan. Subjek
Pajak Penghasilan diatur dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU PPh, yaitu:
1. - Orang Pribadi
- Warisan yang belum terbagi
2. Badan
3. Bentuk Usaha Tetap
Pasal 2 ayat (3) UU PPh mengatur bahwa subjek pajak dalam negeri adalah
1. - Orang Pribadi yang bertempat tinggal di indonesia
- Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
- Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan berniat tinggal di
Indonesia

2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari
badan pemerintah yang memenuhi kriteria
- Pembentukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan
- Pembiayaa bersumer dari APBN atau APBD
- Penerimaan dimasukan dalam APBN atau APBD
- Pembukuan ddiperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara

3. Warisan yang belum terbagi


Subjek Pajak Luar Negeri menurut pasal 2 ayat (4) UU PPh adalah

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 162

1. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia
2. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
Bentuk Usaha Tetap menurut pasal 2 ayat (5) UU PPh adalah :
1. bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia,
2. Orang Pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, dan
3. badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia
BUT diperlakukan sebagaimana Wajib Pajak Badan. Dan tempat tinggal orang pribadi dan tempat
kedidikan badan ditetapkan DJP menurut keadaan yang sebenarnya.
Mulai berlakunya kewajiban pajak subjektif Subjek Pajak Dalam Negeri

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 163

Sedangkan untuk Subjek Pajak Luar Negeri

Pajak 3 ayat (1) dan ayat (2) UU PPh mengatur bahwa yang tidak termasuk subjek pajak adalah
1. Kantor perwakilan negara asing
2. Pejabat-Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara
asing dan orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau
pekerjaaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan timbal balik.
3. Organisasi Intenasional dengan syarat
- Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
- Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari
iuran para anggota
4. Pejabat-perwakilan organisasi Internasional angka 3, dengan syarat bukan WNI, tidak
menjalankan usaha, kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
*Organisasi di point angka 3 ditetapkan dengan PMK.

Bab 3. Objek Pajak


Di dalam pasal 4 ayat (1) UU PPh dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan.
Menurut UU PPh yang dimaksud dengan penghasilan tidak memperhatikan adanya penghasilan dari
sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis.
Dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada wajib pajak, penghasilan dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas
Ex : Gaji, honorarium, penghasilan praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan
3. Penghasilan dari modal yang berupa harta gerak atau harga tak gerak

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 164

Ex : Bunga, dividen, royalti, penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha
dan sewa.
4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah
Penghasilan yang dikenai PPh Final
Pasal 4 ayat (2) menjelaskan bahwa penghasilan dibawah ini dikenai pajak bersifat final:
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi, surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi.
2. Penghasilan berupa hadiah undian
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivative yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan
5. Penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah
(contoh :PP 46 Tahun 2013)
Bukan Objek Pajak
Pasal 4 ayat (3) mengatur tentang penghasilan yang bukan merupakan objek pajak.
1.
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan peraturan pemerintah.
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial, termasuk yayasan,
koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
2. Warisan
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam pasal
2 ayat (1) huruf b (subjek pajak badan) sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal.
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara final
atau wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus sebagaimana dimaksud
dalam pasal 15.
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa.
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib
pajak dalam negeri, koperasi, BUMN atau BUMD, dan penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan dan
b. Bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan
saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal
yang disetor.
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 165

8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pension sebagaimana dimaksud pada
nomor 7 diatas, dalam bidang bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan Menteri
Keuangan
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi;
10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 (lima) tahun
pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha;
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
a. merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; dan
b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
Pasal 4 ayat (1) UU PPh menyatakan bahwa yang termasuk dalam objek pajak adalah sebagai
berikut :
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk apapun
kecuali natura dan/atau kenikmatan (baca penjelasan tentang pasal 4 ayat 3 diatas)
2. Hadiah dan Penghargaan.
3. Laba Usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. (perbedaan book value)
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak
6. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian uang
(bedakan dengan pasal 4 ayat (2))
7. Diciden dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
8. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta (yang belum tersebutkan
di pasal 4 ayat (2))
10. Penerimaan atau pembayaran berkala
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
diteapkan dengan Peraturan Pemerintah
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. Premi asuransi
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
16. Penghasilan daru usaha berbasis syariah
17. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU KUP
18. Surplus BI
Biaya-Biaya yang Diperbolehkan Dikurangkan dari Penghasilan (Deductible Expenses)
1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya
pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan lain yang diberikan dalam bentuk uang, bunga,
sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi,
dan pajak kecuali PPh.
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun. Metode penyusutan yang boleh digunakan menurut UU PPh adalah
metode garis lurus (untuk semua harta tetap berwujud) dan metode saldo menurun (hanya
untuk kelompok harta berwujud bukan bangunan saja). Penyusutan dapat dimulai pada:
a. Tahun dilakukannya pengeluaran. Untuk harta yang masih dalam pengerjaan,
penyusutannya dimulai pada tahun pengerjaan harta tersebut selesai.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 166

b. Dengan ijin Dirjen Pajak, penyusutan dapat dimulai pada tahun harta berwujud mulai
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada tahun
harta tersebut mulai menghasilkan.
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri Keuangan.
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing.
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.
7. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan.
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:
a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba/rugi komersial.
b. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara (BPULN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan.
c. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus.
d. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Dirjen Pajak.

Bab 4. Penghitungan PPh OP


Pasal 6 ayat (3) UU PPh menjelaskan bahwa kepada OP sebagi WP dalam negeri diberikan
pengurangan berupa penghasilan tidak kena pajak.
Pasal 7 ayat (3) menerangkan bahwa PTKP yang dimaksud oleh ayat (1) ditetapkan dengan PMK
setelah dikonsultasikan dengan DPR. Adapun yang berlaku saat ini adalah
1. Rp 54.000.000,- untuk WP OP
2. Rp 4.500.000 untuk WP OP yang kawin
3. Rp 54.000.000 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami.
4. Rp 4.500.000 untuk tambahan setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling
banyak 3 untuk tiap keluarga.
Penghitungan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (1)
ditentukan menurut keadaan wajib pajak pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak.
Sistem pengenaan pajak berdasarkan Undang-Undang ini menempatkan keluarga sebagai satu
kesatuan ekonomis, artinya penghasilan atau kerugian dari seluruh anggota keluarga digabungkan
sebagai satu kesatuan yang dikenai pajak dan pemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan oleh kepala
keluarga. Namun, dalam hal-hal tertentu pemenuhan kewajiban Pajak tersebut dilakukan secara
terpisah.
Pasal 8 ayat (1) menerangkan bahwa Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada
awal tahun pajak atau pada bagian tahun pajak dianggap sebagai penghasilan atau kerugian
suaminya dan dikenai Pajak sebagai satu kesatuan. Penggabungan tersebut tidak dilakukan dalam
hal penghasilan isteri diperoleh dari pekerjaan sebagai pegawai yang telah dipotong pajak oleh
pemberi kerja dengan ketentuan bahwa :
a. Penghasilan isteri tersebut semata-mata diperoleh dari satu pemberi kerja, dan
b. Penghasilan isteri tersebut berasal dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan
usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.
Dalam hal suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan keputusan hakim, penghitungan
penghasilan kena pajak dan pengenaan pajaknya dilakukan sendiri sendiri.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 167

Apabila suami-isteri mengadakan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis atau
jika isteri menghendaki untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri, penghitungan
pajaknya dilakukan berdasarkan penjumlahan penghasilan neto suami-isteri dan masing masing
memikul beban Pajak sebanding dengan besarnya penghasilan neto.
Untuk Penghasilan Anak yang belum dewasa, dari manapun sumbernya dan apapun sifat
pekerjaannya digabung dengan penghasilan orang tuannya. Anak belum dewasa adalah anak yang
belum berumur 18 tahun dan belum pernah menikah.

BAB 4.1 PPh OP Untuk Karyawan.


Berikut ini adalah contoh cara penghitungan PPh Pasal 21 secara manual:

Sita Rianti adalah karyawati pada perusahaan PT. Onix Komunika dengan status menikah dan
mempunyai tiga anak. Suami Sita merupakan pegawai negeri sipil di Kementrian Komunikasi &
Informatika. Sita menerima gaji Rp 6.000.000,- per bulan.

PT. Onix Komunika mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan membayarkan
iuran pensiun dari BPJS sebesar 1% dari perhitungan gaji, yakni sebesar Rp 30.000,- per bulan. Di
samping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua (JHT) karyawannya setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Sita membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar
2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK) dibayar oleh
pemberi kerja dengan jumlah masing-masing sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji.

Pada bulan Juli 2016 di samping menerima pembayaran gaji, Sita juga menerima uang lembur
(overtime) sebesar Rp 2.000.000,-.

Hasilnya dalah sebagai berikut:

Gaji Pokok 6.000.000,00


(i) Tunjangan Lainnya (jika ada) 2.000.000,00
(ii) JKK 0.24% 14.400,00
JK 0.3% 18.000,00
Penghasilan bruto (kotor) 8.032.400,00
Pengurangan
1.(iii) Biaya Jabatan: 5% x 8.032.400,00 = 401.620,00 401.620,00
2. Iuran JHT (Jaminan Hari Tua), 2% dari gaji pokok 120.000,00
3. (iv) JP (Jaminan Pensiun), 1% dari gaji pokok, jika ada 60.000,00
(581.620,00)
Penghasilan neto (bersih) sebulan 7.450.780,00

(v) Penghasilan neto setahun 12 x 7.450.780,00 89.409.360,00


(vi) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 54.000.000,00
(54.000.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Setahun 35.409.360,00
(vii) Pembulatan ke bawah 35.409.000,00
PPh Terutang (lihat Tarif PPh Pasal 21)
5% x 50.000.000,00 1.770.450,00

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 168

PPh Pasal 21 Bulan Juli = 1.770.450,00 : 12 147.538,00

*Berlaku bagi WP dengan NPWP, tanpa NPWP maka perlu dikalikan 120% : Rp 147.538,00 x 120% =
Rp 177.046,00

Penjelasan :
Diasumsikan gaji pokok sebesar Rp 6.000.000,-.

(i) Tunjangan lainnya seperti tunjangan transportasi, uang lembur, akomodasi, komunikasi, dan
tunjangan tidak tetap lainnya. Umumnya tunjangan tersebut dapat diberikan oleh perusahaan atau
tidak, tergantung dari kebijakan perusahaan itu sendiri.

(ii) Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) berkisar antara 0.24% - 1.74% sesuai kelompok jenis usaha
seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2007. Di OnlinePajak, tarif iuran
JPP yang diterapkan adalah tarif JKK yang paling umum dipakai perusahaan-perusahaan yaitu 0.24%.

(iii) Biaya Jabatan sebesar 5% dari Penghasilan Bruto, setinggi-tingginya Rp 500.000,- sebulan, atau
Rp 6.000.000,- setahun

(iv) Jaminan atau Iuran Pensiun ditentukan oleh lembaga keuangan yang pendiriannya disahkan
dalam Peraturan Menteri Keuangan dan ditunjuk oleh perusahaan. Jumlah persentase yang
diterapkan di sini adalah 1%.

(v) Penghasilan Neto: Jika pegawai merupakan pegawai lama (lebih dari satu tahun) atau pegawai
baru yang mulai bekerja pada bulan Januari tahun itu, maka penghasilan neto dikalikan 12 untuk
memperoleh nilai penghasilan neto setahun, namun jika pegawai merupakan pegawai baru yang
mulai bekerja pada bulan Mei misalkan, maka penghasilan neto setahun dikalikan 8 (diperoleh dari
penghitungan bulan dalam setahun: Mei-Desember = 8 bulan). Pada contoh ini diasumsikan
pegawai merupakan pegawai baru yang mulai bekerja pada bulan Januari.

(vi) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berfungsi untuk mengurangi penghasilan bruto, agar
diperoleh nilai Penghasilan Kena Pajak yang akan dihitung sebagai objek pajak penghasilan milik
wajib pajak.

Pada contoh ini WP sudah menikah dan memiliki 3 tanggungan anak, namun karena suami WP
menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP WP Sita adalah PTKP untuk dirinya sendiri
(TK/0).

(vii) Penghasilan Kena Pajak harus dibulatkan ke bawah hingga nominal ribuan penuh, atau 3 angka
di belakang (ratusan rupiah) adalah 0. Contoh: 56.901.200,00 menjadi 56.901.000,00.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 169

BAB 4.2 PPh OP Untuk Pengusaha

Contoh Pengitungan PPh OP sebagai pengusaha pribadi salah satunya adalah memikil kegiatan
usaha bengkel :
1. PPh Pasal 21
Pengusaha bengkel, baik orang pribadi maupun badan harus melakukan pemotongan PPh Pasal 21
atas gaji, honor dan imbalan sejenisnya kepada para pegawai bengkel. Pegawai bengkel biasanya
terdiri dari dua jenis pegawai, yaitu mekanis/montir dan pegawai administrasi. Tata cara
pemotongan PPh Pasal 21 adalah sebagaimana diatur dalam PER-31/PJ/2012. Berikut ini diberikan
beberapa contoh:
a. Pemotongan PPh Pasal 21 montir
Tuan Endri memiliki sebuah bengkel di jalan Arjuna No. 25 dengan merk Endri Motor. Salah satu
karyawannya, Tuan Adin, setiap bulan kepadanya dibayarkan penghasilan sebagai berikut:
 Gaji pokok Rp2.000.000,- sebulan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 170

 Komisi untuk setiap motor yang diperbaiki sebesar Rp15.000,- per motor. Selama bulan
Januari 2015 tercatat Tuan Adin telah memperbaiki motor sebanyak 60 motor
 Tuan Adin belum menikah
Berdasarkan informasi di atas, penghitungan PPh Pasal 21 Tuan Adin adalah sebagai berikut:
Gaji Pokok sebulan Rp2.000.000,-
Komisi bulan Januari Rp900.000,-
Jumlah Penghasilan bruto sebulan Rp2.900.000,-
Pengurangan Biaya jabatan 5% x Rp2.900.000,- Rp145.000,-
Penghasilan neto sebulan Rp2.755.000,-
Penghasilan neto setahun Rp33.060.000,-
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) TK/0 Rp24.300.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp8.760.000,-
PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp8.760.000,- Rp438.000,-
PPh Pasal 21 terutang sebulan Rp438.000,-/12 Rp36.500,-
b. Pemotongan PPh Pasal 21 atas pegawai administrasi
Tuan Dimmy bekerja sebagai petugas administrasi pada bengkel Mitra Motor yang dikelola oleh PT
Krisna Sanjaya. Tugas Tuan Dimmy adalah mencatat pendaftaran service motor, dan melayani
pembayaran jasa bengkel maupun penjualan spare part motor. Setiap bulan kepada Tuan Dimmy
dibayarkan penghasilan berupa gaji pokok sebesar Rp1.500.000,-. Tidak ada penghasilan lain yang
dibayarkan kepada Tuan Dimmy. Tuan Dimmy belum menikah meski usianya telah menginjak senja
(*lho)
Berdasarkan informasi di atas, penghitungan PPh Pasal 21 Tuan Dimmy adalah sebagai berikut:
Gaji Pokok sebulan Rp1.500.000,-
Jumlah Penghasilan bruto sebulan Rp1.500.000,-
Pengurangan Biaya jabatan 5% x Rp1.500.000,- Rp75.000,-
Penghasilan neto sebulan Rp1.425.000,-
Penghasilan neto setahun Rp17.100.000,-
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) TK/0 Rp24.300.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp0,-
PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp8.760.000,- Rp0,-
PPh Pasal 21 terutang sebulan Rp438.000,-/12 Rp0,-
Mengingat penghasilan Tuan Dimmy masih di bawah PTKP, kepada Tuan Dimmy tidak dilakukan
pemotongan PPh Pasal 21.
c. Pemotongan PPh Pasal 21 atas THR/Bonus
Melanjutkan contoh pada huruf a, misalnya pada bulan Januari 2015, kepada Tuan Adin selain
dibayarkan penghasilan sebagaimana diatas, dibayarkan pula bonus kinerja selama tahun 2014
sebesar Rp2.500.000,-
Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas bonus tersebut, langkah-langkahnya adalah:
• Hitung PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus setahun/disetahunkan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 171

• Hitung PPh Pasal 21 atas gaji setahun (tanpa bonus)


• Kurangkan hasil penghitungan kedua langkah di atas, sehingga hasilnya adalah PPh Pasal 21
atas bonus
Maka PPh Pasal 21 atas bonus yang diterima Tuan Adin adalah:
Gaji Pokok sebulan Rp2.000.000,-
Komisi bulan Januari Rp900.000,-
Jumlah Penghasilan bruto sebulan Rp2.900.000,-
Jumlah Penghasilan atas gaji dan komisi setahun Rp34.800.000,-
Jumlah bonus Rp2.500.000,-
Jumlah Penghasilan bruto setahun Rp37.300.000,-
Pengurangan Biaya Jabatan 5% X Rp37.300.000,- Rp1.111.000,-
Penghasilan neto setahun Rp36.189.000,-
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) TK/0 Rp24.300.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp11.889.000,-
PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp11.889.000,- Rp594.450,-
Maka PPh Pasal 21 atas Bonus yang harus dipotong adalah sebagai berikut:
PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus setahun Rp594.450,-
PPh Pasal 21 tanpa bonus setahun (sesuai contoh pada huruf a) Rp438.000,-
PPh Pasal 21 atas bonus Rp156.450,-
Pemotongan PPh Pasal 21 tidak hanya dilakukan apabila bengkel membayarkan gaji, honor, bonus,
THR atau penghasilan lainnya kepada karyawan. Di sisi lain, bengkel akan dipotong PPh Pasal 21 atas
jasa yang telah diberikan apabila bengkel yang dilakukan oleh orang pribadi memberikan jasa
kepada perusahaan/pemotong PPh Pasal 21. Contoh:
Tuan Andre mengelola bengkel yang bernama Andre Motor. Pada Februari 2015, bengkel Tuan
Andre mendapatkan orderan dari PT Rancamaya untuk memperbaiki kendaraan kantor yang rusak.
Kontrak yang ditandatangani senilai Rp100.000.000,-. Maka atas jasa tersebut Tuan Andre akan
dipotong PPh Pasal 21 yang perhitungannya adalah:
Nilai bruto sesuai nilai kontrak Rp100.000.000,-
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) 50% x Rp100.000.000,- Rp50.000.000,-
PPh Pasal 21 yang dipotong 5% x Rp50.000.000,- Rp2.500.000,-
2. PPh Pasal 23
Apabila bengkel Anda dikelola oleh perusahaan dan mendapatkan orderan jasa dari perusahaan lain,
maka atas jasa yang diberikan akan dipotong PPh Pasal 23 sebesar 2% jika perusahaan Anda ber-
NPWP dan 4% apabila perusahaan Anda tidak ber-NPWP. Pemotongan ini tidak akan berlaku apabila
perusahaan Anda memiliki omset kurang dari Rp4,8 miliar setahun berdasarkan pembukuan tahun
pajak sebelumnya sehingga harus melakukan penghitungan PPh dengan menggunakan PP No 46
tahun 2013 dan Anda memiliki Surat Keterangan Bebas (SKB) yang telah dilegalisasi oleh kepala KPP
tempat Anda menyampaikan SPT Tahunan PPh. Pemotongan PPh Pasal 23 juga tidak akan dilakukan
jika bengkel dikelola oleh orang pribadi, karena kepada orang pribadi tersebut akan dipotong PPh
Pasal 21 seperti contoh di atas. Berikut diuraikan contoh pemotongan PPh Pasal 23:
PT Angga Wicaksana adalah perusahaan yang bergerak dalam pemberian jasa bengkel. Pada bulan
Maret 2015 PT Angga Wicaksana memberikan jasa kepada PT Zakia Lestari dengan nilai kontrak

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 172

sebesar Rp100.000.000,- untuk service rutin kendaraan operasional PT Zakia Lestari. PT Angga
Wicaksana memiliki peredaran bruto di atas Rp4,8 miliar, sehingga tidak menghitung pajaknya
dengan menggunakan PP No 46/2013. Maka atas pembayaran yang dilakukan PT Zakia Lestari
kepada PT Angga Wicaksana harus dipotong PPh Pasal 23 sebesar 2%, yaitu:
2% x Rp100.000.000,- = Rp2.000.000,-
3. PPh Pasal 25
PPh Pasal 25 merupakan angsuran PPh yang terutang selama satu tahun pajak. Normalnya, PPh
Pasal 25 dihitung berdasarkan jumlah PPh yang terutang selama setahun pada tahun kemarin.
Namun dalam hal-hal tertentu PPh Pasal 25 dihitung dengan cara yang berbeda, misalnya PPh Pasal
25 bagi Wajib Pajak yang baru pertama kali memperoleh penghasilan, atau bagi Wajib Pajak
perbankan, dll.
Contoh:
PT Rujukan Semesta, berdasarkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh tahun 2014, terutang
PPh sebesar Rp12.000.000,- selama setahun. PPh tersebut dihitung dari penghasilan teratur yang
diperoleh PT Rujukan Semesta selama tahun 2014. Maka PPh Pasal 25 tahun 2015 yang akan
terutang mulai masa April 2015 adalah:
1/12 x Rp12.000.000,- = Rp1.000.000.-
Dalam hal PT Rujukan Semesta pada tahun 2015 menghitung pajaknya menggunakan PP No 46/2013,
maka PPh Pasal 25 cukup dilaporkan nihil.
4. PPh Pasal 4 ayat (2)
Apabila bengkel (baik dikelola perseorangan maupun dikelola perusahaan yang telah beroperasi
komersial lebih dari 1 tahun) memiliki peredaran bruto kurang dari Rp4,8 miliar setahun sebelumnya,
maka bengkel harus menghitung pajaknya dengan menggunakan PP No 46/2013 yaitu 1% dari setiap
peredaran bruto setiap bulannya di setiap tempat kegiatan usaha. Pajak ini bersifat final, sehingga
dikenakan langsung dari peredaran usaha/omset tanpa memperhatikan beban yang dikeluarkan
oleh bengkel. Contoh:
Didik Motor merupakan bengkel yang dikelola oleh Tuan Sanda. Selama tahun 2014 peredaran dari
jasa service dan penjualan spare part yang dilakukan tidak melebihi Rp4,8 miliar setahun. Sehingga
mulai Januari 2015, Didik Motor harus menghitung pajaknya dengan menggunakan PP No 46/2013.
Selama Januari 2015, peredaran usaha dari jasa service sebesar Rp200.000.000,- dan penjualan
sparepart sebesar Rp50.000.000,- sehingga total penghasilan yang diterima Didik Motor selama
Januari 2015 adalah sebesar Rp250.000.000,-
Maka PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus disetor adalah 1% x Rp250.000.000,- = Rp2.500.000,-

BAB 4.3 PPh dengan penggabungan dan pemisahan harta.


Untuk penggabungan yaitu penghasilan suami istri digabung dan kewajiban perpajakan
diberikan kepada suami. Maka perhitungan PPh seperti perhitungan PPh OP biasa dan
penghasilan istri dikenai PPh final.
Pisah Harta
 Samsul adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai profesi sebagai seorang dokter
umum.
 Samsul mempunyai status Kawin/Menikah tetapi belum mempunyai anak.
 Samsul memperoleh penghasilan bruto (kotor) selama setahun dari praktek dokter sebesar
Rp.250.000.000,00, sehingga penghasilan neto setahun dari praktek dokter tersebut adalah
sebesar Rp100.000.000,00 (250.000.00 x 40 %).
 Samsul mempunyai seorang isteri bernama Maryati yang berprofesi sebagai arsitek.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 173

 Sebagai arsitek Maryati memperoleh penghasilan bruto (kotor) sebesar


Rp.300.000.000,00, sehingga penghasilan neto sebagai arsitek adalah sebesar
Rp.150.000.000,00 (300.000.000 x 50%).
 Apabila Samsul dan Maryati (sebagai suami istri) tidak mempunyai perjanjian pisah harta
dan penghasilan, maka perhitungan pajak penghasilan atas penghasilan Samsul dan Maryati
adalah sebagai berikut :
Penghasilan Neto : 250.000.000
(100.000.000 + 150.000.000)
PTKP :
WP sendiri : 54.000.000
Status Kawin : 4.500.000
Istri Bekerja/Usaha: 54.000.000
Jumlah PTKP : 112.500.000
Penghasilan Kena Pajak : 137.500.000
PPh Terutang :
5 % x 50.000.000 = 2.500.000
15 % x 87.500.000 =13.125.000
Jumlah PPh Terutang 15.625.000
 Apabila Samsul dan Maryati (sebagai suami dan isteri) mempunyai perjanjian pisah harta
dan penghasilan atau istri (Maryati) memiliki NPWP sendiri maka untuk masing-masing
suami dan isteri pengenaan pajak terutangnya dihitung sebagai berikut :
Samsul sebagai Suami menanggung Pajak Penghasilan sebesar :
100.000.000 X 15.625.000 = 6.250.000
250.000.000

Maryati sebagai Istri menanggung Pajak Penghasilan sebesar :


150.000.000 X 15.625.000 = 9.375.000
250.000.000

BAB 4.4 PPh OP sebagai pengusaha tertentu


Dasar Hukum Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu:

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 25 ayat (7)
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 tentang Penghitungan Besarnya
Angsuran Pajak Penghasilan Dalam Tahun Pajak Berjalan Yang Harus Dibayar Sendiri Oleh Wajib
Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, Wajib Pajak Masuk Bursa dan Wajib Pajak Lainnya yang berdasarkan Ketentuan
Diharuskan Membuat Laporan Keuangan Berkala Termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi
Pengusaha Tertentu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
208/PMK.03/2009
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2010 tentang Pelaksanaan Pengenaan
Pajak Penghasilan Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
(Aturan tersebut di atas dapat diunduh di http://ortax.org/ortax/?mod=aturan)
A. Pengertian Wajib Pajak Pengusaha Tertentu
Yang dimaksud dengan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP OPPT) adalah
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai pedagang pengecer yang
mempunyai 1 (satu) atau lebih tempat usaha. Pedagang pengecer adalah orang pribadi yang
melakukan penjualan barang baik secara grosir maupun eceran; dan/atau penyerahan jasa.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 174

Pengertian WP OPPT adalah sebagaimana di atas. Selanjutnya adalah bagaimana kewajiban


perpajakannya (yang dimaksud adalah Pajak Penghasilan). Yups…Di Indonesia tercinta ini
kita menganut prinsip self assesment. Sederhananya adalah Wajib Pajak harus
mendaftarkan, menghitung, dan melaporkan pajaknya sendiri.
B. Pendaftaran NPWP
WP OPPT wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
bagi setiap tempat usaha di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi
tempat usaha tersebut (diterbitkan NPWP cabang) dan di KPP yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal Wajib Pajak. Ketentuan ini juga berlaku dalam hal tempat usaha dan
tempat tinggal WP OPPT berada dalam wilayah kerja KPP yang sama. Dalam hal tempat
tinggal WP OPPT sekaligus juga merupakan tempat usaha WP OPPT, terhadap WP OPPT
tersebut hanya diterbitkan NPWP domisili (tidak perlu diterbitkan NPWP cabang).

C. Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 175

Besarnya angsuran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 untuk WP OPPT ditetapkan sebesar
0,75% dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha tersebut.
Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 tersebut dilakukan melalui Bank Persepsi atau Bank
Devisa Persepsi atau Kantor Pos Persepsi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang
mencantumkan NPWP masing-masing tempat usaha. Pembayaran angsuran PPh Pasal 25
tersebut bersifat tidak final yaitu merupakan kredit pajak atas Pajak Penghasilan yang
terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan.Jatuh tempo pembayaran PPh Pasal 25
adalah paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

Skema PPh Pasal 25 WP OPPT dapat dicontohkan dalam ilustrasi berikut:

Misalnya Tn X mempunyai tempat tinggal sekaligus tempat usaha sebagai Pedagang


Pengecer di KPP A maka wajib mendaftarkan NPWP di KPP A maka terhadap WP OPPT
tersebut hanya diterbitkan NPWP domisili (tidak perlu diterbitkan NPWP cabang).
Pembayarannya adalah 0,75% dari peredaran bruto/omzet/penjualan kotor/pendapatan
kotor.

Misalnya lagi Tn Y mempunyai tempat tinggal di wilayah KPP A dan tempat usaha sebagai
Pedagang Pengecer di wilayah KPP B maka Tn Y wajib mendaftarkan NPWP di KPP A sebagai
NPWP domisili dan juga mendaftarkan NPWP di KPP B sebagai NPWP Cabang/ NPWP Lokasi.
Di KPP A Tn Y tidak memiliki kewajiban PPh Pasal 25 sedangkan di KPP B Tn Y memiliki
kewajiban PPh Pasal 25.Pembayarannya adalah 0,75% dari peredaran
bruto/omzet/penjualan kotor/pendapatan kotor. Sedangkan pelaporan SPT Tahunan
dilakukan di KPP A.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 176

Misalnya, ada lagi Tn Z mempunyai tempat tinggal di KPP A, mempunyai 2 tempat usaha
sebagai Pedagang Pengecer di KPP B dan 1 tempat usaha di wilayah KPP C maka di KPP A Tn
Z diterbitkan NPWP Domisili, tidak ada kewajiban PPh Pasal 25. Di KPP B diterbitkan 2 NPWP
Cabang atas masing-masing tempat usaha, memiliki kewajiban PPh Pasal 25 sebesar 0,75%
dari peredaran bruto dari masing-masing tempat usaha. Di KPP C diterbitkan 1 NPWP
Cabang atas 1 tempat usaha, PPh Pasal 25 sebesar 0,75% dari peredaran bruto.

D. Pelaporan PPh Pasal 25


Dalam kewajiban pelaporan PPh Pasal 25 adalah sama dengan kewajiban pelaporan PPh
Pasal 25 pada umumnya. Dan tidak ada formulir SPT Masa khusus WP OPPT. WP OPPT yang
melakukan pembayaran angsuran PPh Pasal 25 dan Surat Setoran Pajaknya telah mendapat
validasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN), dianggap telah
menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 25 ke KPP sesuai dengan tanggal
validasi yang tercantum pada Surat Setoran Pajak.WP OPPT dengan jumlah angsuran PPh
Pasal 25 Nihil atau yang melakukan pembayaran tetapi tidak mendapat validasi dengan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]


SIMULTAX UTS Genap D3 Pajak Tk 1 | Pajak Penghasilan 177

Nomor Transaksi Penerimaan Negara, tetap harus menyampaikan Surat Pemberitahuan


Masa PPh Pasal 25 (SSP Lembar ke-3) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Jatuh tempo
pelaporan PPh Pasal 25 adalah paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa
Pajakberakhir.

E. Sanksi
Pembayaran PPh Pasal 25 yang dilakukan:

2. setelah tanggal jatuh tempo pembayaran tetapi belum melewati batas akhir pelaporan, dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a) Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; atau
3. setelah tanggal jatuh tempo pembayaran dan pelaporan, dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a) dan denda sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [08123732715]

Anda mungkin juga menyukai