Anda di halaman 1dari 31

59

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Lembaga
Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Aditya berada di Jln. A.Yani/By
Pass Jatirasa Tengah Gang Betet No 30, Kelurahan Karangpawitan Kecamatan
Karawang Barat, Kabupaten Karawang. LKP Aditya diketuai oleh ibu Hj.
Nining Maryani, SE. yang tinggal di Jatirasa Tengah Rt/Rw 03/07 Kelurahan
Karangpawitan Kecamatan Karawang Barat. LKP Aditya sudah memiliki ijin
operasional dari dinas pendidikan dengan No. 421.9/TIB/PNFI/Maret 2010.
LKP Aditya melaksanakan tiga kegiatan kursus, yaitu: kursus tata rias
pengantin, kursus hantaran, dan kursus menjahit pakaian.
Visi dan misi yang dimiliki LKP Aditya adalah sebagai berikut:
1. Visi
Terciptanya masyarakat terampil, kreatif, mandiri dan memiliki penghasilan
sendiri.
2. Misi
a. Menjadikan masyarakat terampil dan mandiri dalam bidang tata rias
pengantin serta menghasilkan lulusan yang kooperatif.
b. Dapat berwirausaha mandiri.
c. Dapat mengembangkan usaha dengan menjalin kemitraan serta
membuka lapangan kerja.
Visi dan misi tersebut menjadi acuan atau pedoman LKP Aditya dalam
melaksanakan program-program yang diadakan. Pencapaian misi yang telah
ditetapkan merupakan tolak ukur keberhasilan program di LKP Aditya.
60

Adapun struktur organisasi di LKP Aditya yaitu sebagai berikut:

Pembina LKP ADITYA Ketua/Penanggung Jawab

Bidang PFNI (Disdik) Hj. Nining Maryani, SE, MM


UPTD Kec. Karawang Barat
UPTD SKB Karawang
Camat Karawang
Penilik PNFI (Disdik)

Sekretaris Bendahara SaranaPrasarana Fasilitator Kursus

Rina Maria. H, SE Wiena Henni Lidia, SE Hj. Nining Maryani, SE


Liesmanandi, SE Ooy Rohaya, S.Pd
Henni Lidia, SE

W A R G A B E L A J A R

Gambar 4.1. Struktur Organisasi


(Sumber: Dukumen Profil LKP Aditya)
Berdasarkan struktur organisasi tersebut, lingkup tugas organisasi di LKP
Aditya sebagai berikut:

Tabel 4.1
Lingkup Tugas Organisasi

No. Unsur Lingkup Tugas

1. Ketua  Melakukan koordinasi baik dengan


masyarakat maupun lembaga, dinas instansi
terkait pada setiap tahapan kegiatan.
 Koordinator penggalian potensi
sumber daya dari masyarakat/lembaga
pendayagunaannya secara optimal bersama
dengan sekretaris dan bendahara.
 Menetapkan keputusan
 Mengendalikan program
 Membina tenaga pendidik
61

No. Unsur Lingkup Tugas

 Bertanggung jawab terhadap


keseluruhan penyelenggaraan program
2. Sekretaris  Koordinasi dengan ketua
 Mewakili Ketua apabila ketua
berhalangan
 Koordinator penyusunan rencana
kerja tahunan
 Mengelola administrasi LKP (surat
menyurat, administrasi penyelenggaraan, buku
induk, panduan)
 Menyusun laporan perkembangan
bulanan dan tahunan penyelenggaraan LKP
3. Bendahara  Menerima, mengeluarkan
(mendistribusikan) dan mencatat setiap
penerimaan dan pengeluaran Keuangan LKP
ADITYA
 Mengelola dan menyusun laporan
pertanggung jawaban keuangan
4. Sarana dan Prasarana  Koordinator
penyediakan Sarana dan Prasarana untuk
kebutuhan peserta didik
 Bertanggung
jawab atas sarana dan prasarana yang dimiliki
lembaga
 Menginfentar
is Prasarana
Fasilitator  Koordinator
penyusunan program pembelajaran (RPP)
 Menyusun
jadwal dan kalender pendidikan
 Menyusun
62

No. Unsur Lingkup Tugas

laporan perkembangan dan tahunan bidang


pendidikan
 Bertanggung
jawab pada seluruh kegiatan pembelajaran
Menyusun dan melaksanakan proses
pembelajaran
Sumber: Dokumen Profil LKP Aditya.
4.1.2 Temuan Penelitian
Nara sumber dalam penelitian ini sebanyak lima orang yang terdiri dari
satu orang penyelenggara pelatihan (kode R1), satu orang sumber belajar
pelatihan (kode R2), dan tiga peserta pelatihan (kode R3, R4, R5). Daftar
identitas seluruh nara sumber penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Identitas Nara Sumber Penelitian

Jenis
No Nama Usia Pendidikan Kode Keterangan
Kelamin
1 Heni Perempuan 42 S1 R1 Penyelenggara
2 Bedah Perempuan 41 S1 R2 Sumber Belajar
3 Pipin Perempuan 37 SMA R3 Peserta
4 Ulfah Perempuan 39 SMA R4 Peserta
5 Rosalina Perempuan 38 SMA R5 Peserta
Sumber: Hasil wawancara dengan nara sumber.

Hasil penelitian yang dipaparkan mengacu pada tujuan penelitian yang


sudah dibuat sebelumnya, yaitu untukmengetahui orientasi belajar peserta
pelatihan sebelum mengikuti pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya,
pelaksanaan pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya, dan perubahan
orientasi belajar peserta pelatihan tata rias pengantin setelah mengikuti pelatihan
di LKP Aditya. Hasil penelitian yang diperoleh selama proses penelitian
dikumpulkan melalui alat pengumpulan data berupa pedoman wawancara dan
pedoman observasi yang sebelumnya telah disiapkan oleh peneliti.
4.3.1 Pelaksanaan pelatihan tata rias pengantin
Hasil temuan mengenai pelaksanaan pelatihan tata rias pengantin yang
diselenggarakan oleh LKP Aditya mencakup latar belakang kegiatan, tujuan
63

pelatihan, peserta pelatihan, biaya/sumber dana, waktu dan tempat pelatihan,


jadwal pelatihan (waktu dan materi belajar), metode pembelajaran, penugasan,
pemecahan masalah belajar, dan evaluasi pembelajaran.
1. Latar belakang kegiatan
Berdasarkan hasil wawancara mengenai latar belakang pelaksanaan
pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya, Nara sumber R1 mengungkapkan
bahwa “LKP Aditya ingin memberdayakan masyarakat setempat khususnya
perempuan/ibu-ibu agar memiliki keterampilan sehingga dapat membantu
perekonomian keluarganya, syukur-syukur jika sampai membuka lapangan
pekerjaan bagi orang lain”. R2 menyatakan bahwa “Yang saya tahu, LKP Aditya
ingin menciptakan masyarakat yang terampil dan mandiri, seperti di pelatihan
tata rias yang difokuskan pada keterampilan perempuan di wilayah sekitar
LKP”. Menurut R3 alasan dilaksanakan pelatihan tata rias di LKP Aditya adalah
Membantu perempuan untuk bisa usaha sendiri/ memiliki keahlian untuk masa
depan. R4 menyatakan “alasannya mungkin untuk membantu warga sekitar agar
memiliki keterampilan”. Dan R5 menyatakan “alasannya mungkin untuk
membantu masyarakat yang belum memiliki keahlian”.
2. Tujuan Pelatihan
Nara sumber R3, R4, dan R5 kurang mengetahui tujuan dari pembelajaran
pada pelatihan tata rias pengantin. R1 menyatakan tujuan umum pembelajaran
adalah menciptakan masyarakat gemar belajar dan memiliki keterampilan. R2
menyatakan tujuan umum pembelajaran adalah Memberdayakan perempuan
untuk bisa mandiri dan memberikan keterampilan. R1 dan R2 juga
mengungkapkan tujuan khususnya yaitu untuk mewujudkan masyarakat
terampil, mandiri dan bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri.
3. Peserta Pelatihan
Nara sumber R1 dan R2 menyatakan bahwa latar belakang
ekonomi/kehidupan masing-masing peserta pelatihan adalah masyarakat
menengah ke bawah. R2 menambahkan bahwa ada yang sudah merintis usaha
rias sendiri, ada yang belum. R3 mengungkapkan “Saya sudah memiliki salon
kecil dan biasa merias pengantin sekitaran rumah, keluarga, dan orang-orang
terdekat”. R4 mengungkapkan “Saya ibu rumah tangga, sesekali ikut dengan bu
64

nur menjadi asisten periasnya”. Dan R5 mengungkapkan bahwa “Saya ibu


rumah tangga tidak bekerja. Peserta pelatihan tata rias pengantin sebagian besar
ibu rumah tangga yang tidak bekerja”.
Peserta pelatihan yang mengikuti pelatihan tata rias berasal dari warga
sekitar LKP Aditya. R1, R2, dan R3 menyatakan bahwa tahun ini peserta
pelatihan sebanyak 34 orang. R4 dan R5 menyatakan bahwa jumlah peserta
pelatihan sekitar 30 orang s/d 33 orang. Daftar nama peserta pelatihan tata rias
pengantin sebagai berikut:
Tabel 4.3
Daftar Nama Peserta Pelatihan Tata Rias Pengantin di LKP Aditya
Pendidikan Nama
No. Nama L/P Alamat
Terakhir Orang Tua
1. Pipin P SMA Kel. Adiarsa Timur Muhaimin
2. Ulfah P SMA Adiarsa Timur Toha
Karees Rt.02/12
3. Rosalina P SMA Mahmud
palumbonsari
Perum Delta Jati
4. Sumiati P SMA Kota B3/17 Adiarsa Firmansyah
Timur
5. Rastini P SMA Adiarsa imur Wawan
6. Maya P SMA Karawang Wetan Darmawan
7. Nurlia P SMA Perum Johar Indah Solehudin
Krajan Rt.01/09
8. Maesaroh P SMA Sobur
Palumbonsari
Bumi Karawang
9. Halimah P SMA Permai A1/5 Warung Burhanudin
Bambu
10. Tika P SMA Griya Kondang Asri Ardison
Paledang No. 21 Kel.
11. Meti P SMA Mugianto
Karawang Kulon
benggol RT. 003/001
12. Sulistyani P SMA Mulyadi
Desa Tegalsawah
13. Nani P SMA Ds Wsarung Bambu Daryanto
14. Martina P SMA Kp Karajan Palawad Hendar
Krajan Rt 02/01-
15. Eka Rohaya P SMA Maman
Belendung
Boled Rt 02/04-
16. Mayasari P SMA Ishak
Belendung
17. Mira Marina P SMA Cirirejag Rt,01/04 Dedeng
65

Pendidikan Nama
No. Nama L/P Alamat
Terakhir Orang Tua
Cibalongsari
Ciwadas,Rt 15/04 –
18. Erna P SMA Mulyana
Klari
Karawangjaya,Rt
19. Trie Ubayanti P SMA Kohar
28/16
Krajan II Rt 19/003-
20. Iin Indra P SMA Sabarudin
Curug
Perum Griya Pesona
21. Henida P SMA Suradi
Asri blok d 7 no 16
Dsn Karajan 2 03/02
22. Aliya P SMA Ds Gintung kerta Junaedi
klari
23. Fitria P SMA Jl.Cmpk 17/15 Iman
Tmn Griya P 4/12
24. Fatimah P SMA Budianto
Pucung Baru
Jatrasa timur Rt/Rw
25. Anisah P SMP 03/05 Kelurahan Astim
Karangpawitan
Jatirasa Timur Rt/Rw
26. Mintarsih P SMP 34/05 Kelurahan Misja
Karangpawitan
Teluk jambe Timur
27. Suhanah P SMP Rt/Rw 04/10 Desa Rusdi
Sukaharja
Telukjambe Timur
28. Ratiningsih P MA Rt/Rw 04/10 Des Maman
sukaharja
Perumnas Bumi
29. Arning P MA Telukjambe Jln Mista
Sadewa No 435
Rawamerta Rt/Rw
30. Sari Susanti P MA 03/10 Desa Sumarta
Sukamerta
31. Amirah P SMA Desa Sukaluyu Suwandi
Kecamatan
66

Pendidikan Nama
No. Nama L/P Alamat
Terakhir Orang Tua
Telukjambe Timur
Desa Sukaluyu
32. Mimin Aminah P SMP Kecamatan Karsidi
Telukjambe Timur
Dsn Mekarjati
33. Sutirah P SMP Kecamatan Karwang Misnan
Barat
Dsn Mekarjati
Abdul
34. Karmila P SMP Kecamatan
Kasim
Karawang Barat
Sumber: Dokumen LKP Aditya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh nara sumber, peserta


pelatihan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran pelatihan tata rias
pengantin di LKP Aditya.
4. Sumber Dana Pelatihan
Nara sumber R1 dan R2 menyatakan bahwa pelatihan tata rias pengantin
di LKP Aditya didanai oleh pemerintah. Peserta diberi satu paket peralatan rias
berupa sisir, hairspray dan alat make up, kecuali kuas make up. Jika peserta
tidak mampu membeli dan belum memiliki kuas, bisa meminjam di LKP Aditya.
Untuk uji kompetensi juga ada subsidi, yang harusnya bayar Rp.500.000
menjadi Rp.200.000 saja. R2 menambahkan bahwa Jika tidak dibiayai
pemerintah, di tempat lain kelas reguler biaya kursus tata rias sekitar
Rp.3.500.000 untuk satu kategori. Nara sumber R3, R4, dan R5 membenarkan
bahwa pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya tidak dipungut biaya atau
gratis.
5. Waktu dan Tempat Pelatihan
Waktu pembelajaran pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya
menyesuaikan dengan waktu luang peserta pelatihan. R1 menyatakan bahwa
“Ya, kami menyesuaikan dengan waktu luang peserta pelatihan yang semuanya
perempuan dan sebagian besar ibu rumah tangga, yaitu pada pukul 10.00 s/d
11.30. sesuai dengan identifikasi kami, pada jam tersebut peserta sudah selesai
67

membereskan pekerjaannya di rumah”. R2 juga menyatakan bahwa


Penyelenggara pelatihan menyesuaikan dengan waktu luang ibu-ibu di rumah,
yaitu pada pukul 10.00 s/d 11.30. Begitu pula nara sumber R3, R4, dan R5
membenarkan bahwa pelatihan dimulai pukul 10.00 s/d 11.30. pada jam tersebut
ibu rumah tangga sudah menyelesaikan pekerjaannya.
Tempat pembelajaran pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya menurut
nara sumber R1 sudah nyaman. Bangunannya permanen dan milik sendiri.
Kantor, ruang kelas dan kamar mandi sudah lengkap. R2 juga menyatakan
bahwa tempat belajar nyaman, tidak gerah, dan dekat ke kamar mandi. R3, R4,
dan R5 menyatakan bahwa tempat belajar di LKP Aditya Nyaman, ruangan luas
dan tidak panas.
Selain nyaman, tempat belajar pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya
juga lengkap. R1 menyatakan bahwa tempat pembelajaran pelatihan tata rias
pengantin di LKP Aditya dilengkapi alat-alat yang mendukung pelatihan tata
rias pengantin, seperti alat make up, baju pengantin, sanggul, dan lain
sebagainya. R2 menyatakan fasilitas belajar tata rias pengantin di LKP Aditya
sudah lengkap dan sangat mendukung berjalannya pembelajaran. Terdapat meja
dan kursi yang cukup menampung peserta pelatihan sebanyak 45 orang, alat-alat
kosmetik yang lengkap, baju pengantin, sanggul, buku modul pembelajaran tata
rias dan lain-lain. Nara sumber R3, R4, dan R5 membenarkan bahwa
perlengkapan tata rias pengantin di LKP Aditya lengkap, peserta juga dibagi
peralatan make up dasar secara gratis dan dapat menggunakan semua fasilitas
yang ada di tempat pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh nara sumber dapat diketahui
bahwa keadaan sarana yang digunakan sumber belajar dalam pembelajaran
pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya baik dan memadai. Ruangan
pelatihan yang ada di LKP Aditya sudah nyaman. Bangunannya permanen dan
milik sendiri. Ada pun rincian sarana dan prasarana yang dimiliki LKP Aditya
untuk pelatihan tata rias pengantin sebagai berikut:
Tabel 4.4
Daftar Sarana dan prasarana Pelatihan Tata Rias Pengantin di LKP Aditya
Sarana/Prasarana
Jenis Jumlah
yang dimiliki
Bangunan gedung Milik Sendiri 1 lokal
Ruang Kantor 1 lokal
68

Sarana/Prasarana
Jenis Jumlah
yang dimiliki
Kamar mandi 1 lokal
Fasilitas kantor Meja dan kursi pengelola 1 set
Lemari Arsip 1 set
Meja dan kursi tamu 1 set
Meja Resepcionis 1 set
Komputer 1 unit
Kamera 1 unit
Printer 1 unit
Struktur Organisasi 1 buah
Papan Nama 1 buah
Visi Misi 1 buah
Fasilitas Pembelajaran Meja Rias dan Kursi 8 unit
Meja Praktek 8 unit
Etalase 4 buah
Rak buku 1 buah
Jam Dinding 2 buah
Kalender 2 buah
CD Player 1 unit
Buku materi TRP 20 set
Busana Pengantin 10 set
Kosmetik 10 set
Alat-alat Sanggul 10 set
Asesoris Pengantin 10 set
Board maker 1 buah
Sumber: Hasil Observasi di LKP Aditya.
6. Materi Pelatihan
Berdasarkan hasil wawancara dari semua nara sumber dapat diketahui
bahwa materi yang disampaikan sudah sesuai dengan kebutuhan dan minat
peserta pelatihan. R1 menyatakan bahwa penyampaian materi oleh sumber
belajar luwes, materi belajar mudah difahami peserta. Hal tersebut juga
dibenarkan oleh nara sumber R3, R4, dan R5 bahwa materi yang disampaikan
walaupun banyak, tetapi terasa ringan dan mudah difahami.
Nara sumber R2 menyatakan bahwa materi yang disampaikan dalam
pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya adalah Kreasi jilbab, tata rias
rambut. Tetapi lebih fokus kepada tata rias wajah pengantin sunda. Pernyataan
tersebut dibenarkan oleh nara sumber R1, R3, R4, dan R5 bahwa materi yang
disampaikan adalah tata rias rambut, kreasi jilbab dan tata rias wajah pengantin
69

sunda. R2 mengungkapkan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh


sumber belajar sebagai berikut:
1. Perkenalan mengenai peralatan tata rias pengantin
2. Pembelajaran dominan praktek
3. Tanya jawab dilakukan secara fleksibel, ketika peserta ada yang tidak
mengerti langsung bertanya.
7. Metode Pembelajaran Pelatihan
Nara sumber R2 mengungkapkan bahwa pendekatan yang digunakan yaitu
pendekatan proses, dimana pendekatan ini memicu peserta untuk mengikuti
proses pelatihan dengan mengamati, mengikuti, memahami materi melalui
proses praktek yang diberikan pemateri. R1 juga menyatakan bahwa Pendekatan
yang digunakan yaitu pendekatan proses. R3, R4, dan R5 menyatakan bahwa
pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan praktek langsung dan tanya
jawab. R1, R2, R3, R4, dan R5 menyatakan bahwa metode dan teknik yang
digunakan sumber belajar dalam pembelajaran pelatihan tata rias pengantin di
LKP Aditya adalah praktek dan demonstrasi, Metode demonstrasi digunakan
dengan bantuan model pengantin yang di rias. Model pengantin dari peserta
pelatihan juga, bergantian saling merias satu sama lain. Metode demonstrasi
sering digunakan dalam pelatihan tata rias pengantin, sumber belajar tidak
mengalami kesulitan/kendala dalam menggunakan metode tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan semua nara sumber dapat diketahui
bahwa media utamanya yang digunakan dalam pembelajaran tata rias pengantin
adalah model pengantin/ orang yang dirias. Pendukungnya adalah Peralatan
make up, kain lebar segi empat untuk menutupi baju, Bandana, Silet, dan buku
modul. Media pembelajaran tersebut digunakan dengan cara praktek langsung
dan didemonstrasikan.
Nara sumber R1 menyatakan bahwa cara sumber belajar memotivasi
peserta pelatihan agar intensitas kegiatan belajar semangkin intensif sampai
akhir proses pembelajaran pelatihan adalah dengan bercerita keutamaan orang
yang mempunyai keterampilan. R2 menyatakan “Saya memotivasi peserta
dengan menceritakan lulusan-lulusan pelatihan tata rias pengantin LKP Aditya
yang sudah berhasil memiliki usaha sendiri dan bisa bangkit dari keterpurukan
ekonomi. Serta bercerita tentang keuntungan orang-orang yang punya
70

keterampilan”. R3, R4, dan R5 juga membenarkan bahwa sumber belajar


menyemangati peserta dengan menceritakan lulusan-lulusan pelatihan tata rias
pengantin LKP Aditya yang sudah berhasil memiliki usaha sendiri dan bisa
bangkit dari keterpurukan ekonomi, serta bercerita tentang keuntungan orang-
orang yang punya keterampilan.
8. Penugasan
Nara sumber R1 dan R2 menyatakan bahwa sumber belajar memberikan
tugas-tugas yang dapat menggugah semangat peserta dalam mengikuti pelatihan
karena pembelajarannya semakin lama semakin sulit dan bervariasi. R3, R4, dan
R5 membenarkan bahwa sumber belajar memberikan tugas-tugas yang dapat
menggugah semangat peserta dalam mengikuti pelatihan Karena merias itu
banyak macamnya, jadi menambah semangat mempelajari semuanya. Tugas
yang diberikan kepada peserta pelatihan adalah tugas diberikan bertahap sesuai
materi yang disampaikan, sehingga menggugah rasa penasaran peserta
pelatihan.
9. Pemecahan Masalah belajar
Menurut seluruh nara sumber, untuk memecahkan masalah yang dihadapi
peserta dalam belajar, sumber belajar selalu menyediakan waktu untuk
berdiskusi. Diskusi dilaksanakan langsung ketika praktek merias.
10. Evaluasi Pembelajaran
Nara sumber R1, R2, R3, R4 dan R5 menyatakan bahwa Evaluasi belajar
dilaksanakan pada saat pembelajaran dan pada akhir pembelajaran dengan cara
melihat hasil riasan peserta pelatihan.
4.3.2 Orientasi belajar peserta pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya
Hasil temuan orientasi belajar peserta pelatihan di LKP Aditya mencakup
orientasi belajar peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Orientasi
belajar tersebut yaitu kepercayaan peserta terhadap kompetensi yang dapat
berkembang melalui usaha dan latihan; pandangan peserta terhadap tugas-tugas
belajar; pandangan peserta pelatihan terhadap motivasi belajar yang perlu
ditumbuhkan; pandangan peserta mengenai kesalahan dan kegagalan dalam
belajar; dan pandangan peserta mengenai guru sebagai sumber daya dan
penuntun untuk membantu individu belajar.
71

1. Kepercayaan peserta terhadap kompetensi yang dapat berkembang


melalui usaha dan latihan
Berdasarkan hasil wawancara sebelum mengikuti pelatihan, nara sumber
R1 menyatakan bahwa peserta percaya bahwa kemampuan berkembang melalui
latihan. Sesuai dengan pernyataan nara sumber R2 yang menyatakan bahwa
sebagian besar peserta mengetahui dan percaya bahwa dengan latihan,
kemampuan dapat berkembang. Nara sumber R3, R4, dan R5 membenarkan
bahwa percaya bahwa kemampuan berkembang melalui latihan. R3
menambahkan jika kita banyak berlatih, kemampuan kita dapat bertambah dan
berkembang. Nara sumber R5 juga menambahkan bahwa dengan terus berlatih
kita mendapat pengalaman.
R1 dan R2 menyatakan bahwa sebelum mengikuti pelatihan, peserta
percaya bahwa dengan usaha kemampuan mereka bisa berkembang. R3
menyatakan percaya karena ada usaha pasti ada hasil, R4 menyatakan percaya
karena dengan berusaha pasti ada jalan untuk berkembang, dan R5 menyatakan
percaya karena ketika kita mau berusaha keadaan tidak akan sama dengan kita
tidak berusaha.
Berdasarkan hasil wawancara setelah mengikuti pelatihan, R1 dan R2
menyatakan bahwa setelah mengikuti pelatihan tata rias pengantin semua
peserta mengetahui dan percaya bahwa dengan latihan, kemampuan dapat
berkembang. R3 menyatakan bahwa “setelah mengikuti pelatihan saya semakin
percaya, jika kita banyak berlatih, kemampuan kita dapat bertambah dan
berkembang”. R4 menyatakan bahwa “setelah menjalani beberapa latihan
merias, saya semakin percaya bahwa kemampuan yang kita miliki pasti
berkembang dengan cara berlatih”. R5 menyatakan “setelah mengikuti pelatihan
saya percaya. karena dengan terus berlatih kita mendapat pengalaman”.
Nara sumber R1 dan R2 menyatakan bahwa setelah mengikuti pelatihan
Peserta percaya bahwa dengan usaha kemampuan mereka bisa berkembang. R3
menyatakan percaya karena ada usaha pasti ada hasil, R4 menyatakan percaya
karena dengan berusaha pasti ada jalan untuk berkembang, dan R5 menyatakan
percaya karena ketika kita mau berusaha keadaan tidak akan sama dengan kita
tidak berusaha.
Nara sumber R1 dan R2 menyatakan bahwa kemampuan peserta setelah
mengikuti pelatihan sudah pasti berkembang, bahkan ada yang tadinya tidak
72

mengerti sama sekali mengenai tata rias, menjadi bisa merias lengkap dengan
menata rambut dan kerudungnya. R3 menyatakan “Kemampuan merias saya
berkembang, yang tadinya belum bisa merias pengantin khas sunda, sekarang
sudah bisa”. R4 menyatakan “Kemampuan merias saya berkembang. Sekarang
hasil riasan saya sudah halus, tidak kaku lagi”. R5 menyatakan “Sekarang saya
sudah bisa merias orang lain. Tadinya saya belum mengerti teknik-teknik merias
yang benar, sekarang sudah bisa”.
2. Pandangan peserta terhadap tugas-tugas belajar
Berdasarkan hasil wawancara, pR1 daan R2 tidak mengetahui tanggapan
peserta sebelum mengikuti pelatihan jika sumber belajar memberikan tugas-
tugas yang menantang. R3 menyatakan selalu semangat jika diberi hal-hal yang
menantang, R4 menyatakan “saya suka penasaran dengan hal-hal baru, jadi
kalau diberi tugas-tugas sulit saya senang untuk melatih diri”. Dan R5
menyatakan “Saya kurang suka dengan hal-hal sulit. Selalu ada kekhawatiran
tidak bisa menyelesaikannya”.
R1 dan R2 tidak mengetahui tanggapan peserta sebelum mengikuti
pelatihan apabila diberi tugas-tugas yang dianggap sulit membuat peserta lebih
semangat belajar. R3 menyatakan semangat jika diberi tugas yang sulit, R4
menyatakan semangat karena penasaran, dan R5 mengungkapkan “Saya kurang
semangat, takut tidak bisa menyelesaikannya”.
Tanggapan peserta sebelum mengikuti pelatihan mengenai usaha dalam
belajar merupakan sesuatu yang penting untuk meningkatkan kemampuan, R1
dan R2 menyatakan bahwa sebelum mengikuti pelatihan, peserta sudah
menganggap penting usaha untuk mengembangkan kemampuan, R2
menambahkan hal tersebut dapat dilihat dari semangat peserta pada awal
pembelajaran. R3, R4, dan R5 membenarkan bahwa untuk mengembangkan
kemampuan harus ada usaha. R3 menyatakan “kalau malas mana bisa
kemampuan berkembang”. R4 menyatakan “Ya, perlu ada usaha untuk
meningkatkan kemampuan dibidang apapun, termasuk meningkatkan
kemampuan merias”.
Menurut R1 pendapat peserta jika sumber belajar memberikan tugas-tugas
yang menantang “Diluar dugaan. Peserta semakin bersemangat jika diberi
materi baru dan tugas baru yang mereka belum ketahui sebelumnya”. R2
73

menyatakan “Peserta sangat bersemangat ketika diberi materi baru dan tugas
baru yang mereka belum ketahui sebelumnya”. R3 menyatakan selalu semangat
jika diberi hal-hal yang menantang, R4 menyatakan “saya suka penasaran
dengan hal-hal baru, jadi kalau diberi tugas-tugas sulit saya senang untuk
melatih diri”. Dan R5 menyatakan “Tadinya saya kurang suka dengan hal-hal
sulit. Selalu ada kekhawatiran tidak bisa menyelesaikannya. Tetapi setelah
menyelesaikan semuanya, saya merasa senang dan penasaran dengan materi
selanjutnya”.
R1 dan R2 menyatakan bahwa tugas-tugas yang diberikan dapat
memaksimalkan kemampuan peserta pelatihan, karena tugasnya dikerjakan
secara langsung dan praktek. R3, R4, dan R5 membenarkan pernyataan R1 dan
R2. Nara sumber R1 dan R2 menyatakan bahwa peserta sangat antusias
menyelesaikan tugas-tugas dari level yang lebih sulit. R3 menyatakan semangat
jika diberi tugas yang sulit, R4 menyatakan semangat karena penasaran, dan R5
mengungkapkan “setelah mengikuti pelatihan saya ikut penasaran dan semangat
melihat teman-teman saya semangat mengerjakan tugas-tugas”.
3. Pandangan peserta terhadap tugas yang mudah
R1 dan R2 menyatakan bahwa peserta merasa bosan atau kecewa jika
sumber belajar memberikan tugas-tugas yang mudah kepada peserta pelatihan,
peserta pelatihan selalu menunggu materi-materi baru yang disampaikan di
setiap pertemuan. R3 menyatakan “Ya. Saya bosan jika materi yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya diulang lagi pada pertemuan selanjutnya”. R4
menyatakan “Ya. Saya selalu menunggu tugas-tugas yang belum pernah
diberikan, untuk menguji kemampuan diri saya sendiri”. sedangkan R5
menyatakan “Saya tidak merasa bosan atau pun kecewa jika sumber belajar
memberikan tugas-tugas yang mudah kepada saya. Saya menganggap tugas-
tugas tersebut mengingatkan kembali pembelajaran yang sudah di bahas”.
4. Pandangan peserta terhadap pentingnya usaha
Tanggapan peserta setelah mengikuti pelatihan mengenai usaha dalam
belajar merupakan sesuatu yang penting untuk meningkatkan kemampuan, R1
dan R2 menyatakan bahwa sebelum mengikuti pelatihan, peserta sudah
menganggap penting usaha untuk mengembangkan kemampuan, R2
menambahkan hal tersebut dapat dilihat dari dilihat dari terus meningkatnya
74

kemampuan merias peserta saat merias. R3, R4, dan R5 membenarkan bahwa
untuk mengembangkan kemampuan harus ada usaha. R3 menyatakan “Jika
ingin meningkatkan kemampuan merias, kita harus terus belajar, tidak boleh
malas”. R4 dan R5 menyatakan “Ya, perlu ada usaha untuk meningkatkan
kemampuan dibidang apapun, termasuk meningkatkan kemampuan merias”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh nara sumber, Usaha belajar
yang diketahui peserta agar dapat meningkatkan kompetensi tata rias pengantin
adalah dengan latihan terus menerus sampai mencapai kemampuan yang
diharapkan. R1 menyatakan bahwa setelah mengikuti pelatihan peserta pelatihan
memiliki semangat yang tinggi mengikuti pembelajaran tata rias pengantin. R2
menyatakan bahwa peserta bersemangat dan sangat antusias mengikuti
pembelajaran tata rias pengantin. R3 menyatakan “Ya saya semangat. Untuk
menunjang usaha saya merias”. R4 menyatakan “Ya saya semangat. Untuk
menambah ilmu, Karena saya sudah ikut menjadi asisten perias, dan berharap
menjadi perias mandiri”. R5 menyatakan “Ya saya bersemangat dalam setiap
praktek merias model”.
5. Pandangan peserta pelatihan terhadap motivasi belajar yang perlu
ditumbuhkan
R1 menyatakan bahwa sebelum mengikuti pelatihan peserta pelatihan
memiliki semangat yang tinggi mengikuti pembelajaran tata rias pengantin.
Sedangkan R2 tidak mengetahui peserta semangat atau tidak sebelum mengikuti
pelatihan. R3 menyatakan “Ya saya semangat. Untuk menunjang usaha saya
merias”. R4 menyatakan “Ya saya semangat. Untuk menambah ilmu, Karena
saya sudah ikut menjadi asisten perias, dan berharap menjadi perias mandiri”.
R5 menyatakan “Ya saya bersemangat mengikuti pelatihan karena banyak
temannya dan dari dulu menyukai tata rias, walaupun hanya untuk merias diri
sendiri”.
R1 tidak mengetahui alasan peserta mengikuti pelatihan tata rias
pengantin. R2 menyatakan bahwa sebagian peserta pelatihan memiliki cita-cita
membuka usaha salon dirumahnya dan tata rias pengantin. R3 dan R4
menyatakan bahwa mengikuti pelatihan tata rias pengantin sesuai dengan cita-
citanya. R3 bermimpi punya salon terkenal dan R4 ingin menjadi perias
75

profesional dan mandiri. Sedangkan R5 tidak bercita-cita menjadi perias, hanya


saya menyukainya untuk diri sendiri.
R1 dan R2 menyatakan cara peserta menumbuhkan kembali semangat
belajar jika sudah merasa jenuh mengikuti pelatihan tata rias pengantin adalah
dengan datang pada setiap pertemuan dan melihat semangat peserta yang lain.
R3 menyatakan “Jika sudah jenuh belajar saya selalu meminta teman-teman
belajar saya menyemangati saya”. R4 menyatakan “penyemangat saya ketika
sudah jenuh adalah materi baru yang belum saya ketahui”. R5 menyatakan
“dengan melihat semangat teman-teman saya, saya menjadi semangat kembali”.
6. Prilaku belajar peserta pelatihan
Peran serta peserta pelatihan dalam mengikuti pelatihan sangat penting. R1
dan R2 menyatakan bahwa peserta aktif bertanya dalam pembelajaran. R2
menambahkan “Jika ada yang tidak difahami, peserta langsung bertanya”. R3,
R4, dan R5 menyatakan bahwa selalu bertanya jika merasa tidak mengerti. R1
dan R2 menyatakan bahwa sebagian besar peserta cepat tanggap dalam
merespon tugas yang diberikan sumber belajar, tp ada beberapa yang tidak cepat
tanggap, biasanya peserta yang sudah berumur. R3, R4, dan R5 menyatakan
bahwa berusaha cepat merespon tugas yang diberikan.
7. Strategi belajar
R1 menyatakan bahwa sumber belajar menggunakan strategi belajar yang
mengarah pada pemahaman materi tata rias pengantin dengan baik. R2
menyatakan “Semua materi yang saya berikan disampaikan melalui demonstrasi
dan peserta praktek langsung pada saat saya mencontohkan. Menurut saya
dengan cara seperti itu peserta lebih mudah memahami materi yang saya
sampaikan”. R3, R4, dan R5 menyatakan bahwa materi yang tutor berikan
disampaikan melalui demonstrasi dan peserta praktek langsung pada saat tutor
memberikan contoh dan lebih mudah memahami materi dengan cara seperti itu.
R3, R4, dan R5 merasa penyampaian materi merias tutor jelas dan mudah
difahami.
8. Evaluasi kinerja sendiri
Nara sumber R1 dan R2 menyatakan bahwa peserta sudah dapat
mengevaluasi hasil belajar diri sendiri untuk melihat kemajuan belajarnya. R2
menambahkan “Saya selalu bertanya kepada masing-masing peserta tentang
76

hasil tugas prakteknya”. R3 menyatakan “Ya saya mengetahui kemajuan


kemampuan merias saya, sekarang saya bisa merias pengantin khas sunda”. R4
menyatakan “Ya saya mengetahui kemajuan kemampuan merias saya, sekarang
saya sudah bisa merias pengantin dengan benar, hasilnya rapi dan lebih halus”.
R5 menyatakan “Ya saya mengetahui kemajuan kemampuan merias saya,
sekarang saya merasa percaya diri bisa merias orang lain”.
9. Pandangan peserta terhadap kesalahan dan kegagalan
R1 dan R2 menyatakan kebanyakan peserta menganggap bahwa kesalahan
dalam belajar itu hal yang wajar sebagai proses belajar. tetapi ada juga yang
merasa kecewa dan kesal terhadap diri sendiri ketika melakukan kesalahan. . R3
menyatakan bahwa kesalahan dalam belajar adalah hal yang wajar. R4
menyatakan bahwa setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, jadi jika
ada kesalahan dalam belajar ya tidak masalah. Dan R5 menyatakan bahwa
mengalami kesalahan dalam belajar tidak apa-apa, karena manusia bukan
makhluk sempurna.
10. Kepuasan terhadap kinerja setelah berusaha
R1 dan R2 tidak mengetahui mengenai rasa puas terhadap kinerja jika
sudah berusaha keras, meskipun usaha tersebut mengalami kegagalan sebelum
mengikuti pelatihan. R3 menyatakan “Wajar. Kepuasan tersendiri jika sudah
berusaha keras walaupun mengalami kegagalan. Kecewa juga suka ada”. R4
menyatakan “Saya tidak masalah jika sudah berusaha tp tetap gagal”. Dan R5
menyatakan “Saya masih suka kecewa jika terjadi kegagalan, padahal sudah
berusaha keras”. R1 dan R2 menyatakan bahwa hampir semua peserta
menjadikan kesalahan sebagai pengalaman, dapat dilihat pada saat peserta
berlomba-lomba memperbaiki kesalahan pada mengerjakan tugas. R3
menganggap bahwa belajar dari kesalahan dapatmemperbaiki hasil yang kurang
baik. R4 menjadikan kesalahan sebagai pengalaman. Dan R5 menganggap
kesalahan dalam belajar manfaatnya bisa memperbaiki hal-hal yang dianggap
salah.
11. Interpretasi kegagalan
R1 menyatakan bahwa peserta merasa puas terhadap kinerja jika sudah
berusaha keras, meskipun usaha tersebut mengalami kegagalan. Tetapi, R2
77

menyatakan “Saya kira peserta kurang merasa puas pada saat mengalami
kegagalan walau pun sudah berusaha keras. Terlihat raut kekecewaan, dan ingin
memperbaikinya lagi”. R3 menyatakan Ada kepuasan tersendiri jika sudah
berusaha keras walaupun mengalami kegagalan. Kecewa juga suka ada. R4
menyatakan Ada rasa kurang puas. dan R5 menyatakan “Saya masih suka
kecewa jika terjadi kegagalan, padahal sudah berusaha keras”.
Berdasarkan hasil wawancara, R1 menyatakan Peserta bersemangat
mengerjakan tugas, walaupun terjadi kesalahan/ kegagalan-kegagalan. R2
menyatakan bahwa peserta terlihat asyik, menikmati, dan semangat melewati
semua proses pelatihan meskipun terjadi kesalahan/ kegagalan menjalankan
tugas. R3 menyatakan “Saya tidak cepat menyerah, dan menjadikan kegagalan
sebagai pelajaran yang jangan sampai diulangi”. R4 menyatakan “Meski
mengalami beberapa kali kegagalan menjalankan tugas praktek, saya terus
berusaha”. R5 menyatakan “Semakin saya gagal, semakin keras saya berusaha.
Karena melihat teman-teman yang lain juga demikian”.
12. Pandangan peserta terhadap peran sumber belajar pelatihan
R1 dan R2 tidak mengetahui tanggapan peserta sebelum mengikuti
pelatihan mengenai tutor yang merupakan sumber daya dan penuntun untuk
membantu individu belajar. R3 menyatakan “Ya tutor penting untuk membantu
belajar”. R4 menyatakan “Saya masih sangat perlu bimbingan tutor untuk
belajar merias”. R5 menyatakan “Saya masih awam tentang tata rias, jadi sangat
membutuhkan bantuan tutor”.
R1 dan R2 menyatakan bahwa setelah mengikuti pelatihan, peserta sangat
menghormati sumber belajar karena menganggap telah memberikan arahan,
masukan dan ilmu yang bagus bagi keterampilan peserta. Sejalan dengan hal
tersebut, nara sumber R3, R4, dan R5 menyatakan bahwa sumber belajar sangat
membantu peserta pelatihan, banyak pengetahuan dan keterampilan tata rias
baru yang peserta bisa setelah mengikuti pelatihan ini.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1 Pelaksanaan Pelatihan Tata Rias Pengantin di LKP Aditya
Pelaksanaan program pelatihan merupakan proses kegiatan pembelajaran
pada program pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Menurut Terry (1993, hlm.62) bahwa “Pelaksanaan merupakan usaha
78

menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa, hingga mereka


berkeinginan dan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
bersama”.
Menurut Sudjana (2004, hlm.68), “Latar belakang kegiatan pelatihan
menjelaskan tentang alasan dilaksanakannya pelatihan baik dari peserta
pelatihan maupun penyelenggara pelatihan”. Berdasarkan hasil wawancara, latar
belakang pelaksanaan pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya adalah karena
LKP Aditya ingin dapat memberdayakan masyarakat setempat khususnya
perempuan agar memiliki keterampilan sehingga dapat membantu
perekonomian keluarga dan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Peneliti menilai bahwa pelatihan tata rias pengantin merupakan salah satu
keterampilan yang sesuai untuk dapat membekali perempuan agar mempunyai
keahlian, karena selain untuk orang lain, tata rias dapat berguna bagi diri sendiri.
Setiap program pelatihan memiliki tujuan sebagai acuan pencapaian
keberhasilan program tersebut. Sudjana (2004, hlm.68) mengungkapkan bahwa:
Tujuan umum menggambarkan secara general tujuan dilaksankannya
pelatihan secara menyeluruh. Selanjutnya dari tujuan umum
dikembangkan tujuan-tujuan khusus yang dirumuskan secara jelas dan
cukup realistis untuk dapat dicapai oleh peserta pelatihan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tujuan umum dan


khusus pelaksanaan pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan umum
Menciptakan masyarakat gemar belajar dan memiliki keterampilan.
2. Tujuan Khusus
Mewujudkan masyarakat terampil, mandiri dan bisa membuka lapangan
pekerjaan sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian, peserta pelatihan berasal dari masyarakat
kalangan menengah ke bawah. Peserta pelatihan tersebut ada yang sudah
merintis usaha rias sendiri dan ada yang belum memiliki usaha atau masih
menjadi ibu rumah tangga. Peminat pelatihan tata rias pengantin ini cukup
banyak disetiap tahunnya. Tahun ini masyarakat yang mengikuti pelatihan tata
rias pengantin di LKP Aditya sebanyak 34 orang yang terlibat secara langsung
dalam proses pembelajaran.
79

Biaya atau sumber dana merupakan hal yang tidak dapat dilupakan dalam
kegiatan pelatihan karena sangat mempengaruhi jalan dan suksesnya pelatihan
untuk dapat mencapai tujuan pelatihan. Berdasarkan hasil wawancara, program
pelatihan kewirausahaan dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah. Peserta pelatihan
tidak dipungut biaya untuk mengikuti pelatihan ini. Peserta diberi satu paket
peralatan rias berupa sisir, hairspray dan alat make up, kecuali kuas make up.
Jika peserta tidak mampu membeli dan belum memiliki kuas, bisa meminjam di
LKP Aditya secara gratis. Untuk uji kompetensi juga diberi subsidi sebesar
Rp.300.000, yang harusnya membayar sebesar RP.500.000 menjadi hanya
Rp.200.000.
Berdasarkan hasil penelitian, waktu pembelajaran pelatihan tata rias
pengantin di LKP Aditya menyesuaikan dengan waktu luang peserta pelatihan
yang semuanya perempuan dan sebagian besar ibu rumah tangga, yaitu pada
pukul 10.00 s/d 11.30 sesuai dengan hasil identifikasi penyelenggara pada jam
tersebut peserta sudah selesai membereskan pekerjaannya di rumah.
Menurut ketentuan Dirjen PAUDNI (2012, hlm.6) sarana dan prasarana
yang digunakan minimal memenuhi persyaratan teknis yang diperlukan dalam
proses pembelajaran, diantaranya: (1) Ruang belajar teori dan praktik; (2) Ruang
dan peralatan praktik sesuai dengan bidang keahlian/keterampilan yang
diajarkan; (3) RPP/silabus; (4) Modul/bahan ajar; dan (5) Alat peraga.
Berdasarkan hasil penelitian, tempat pelatihan yang ada di LKP Aditya sudah
nyaman, bangunan permanen dan milik sendiri, terdiri dari kantor, ruang kelas
dan kamar mandi dan sudah dilengkapi oleh alat peraga yang mendukung
pelatihan tata rias pengantin, seperti alat make up, baju pengantin, sanggul, dan
lain sebagainya.
Selain itu sumber belajar juga menyatakan bahwa fasilitas belajar tata rias
pengantin di LKP Aditya sudah lengkap dan sangat mendukung berjalannya
pembelajaran. Terdapat meja dan kursi yang cukup menampung peserta
pelatihan sebanyak 45 orang, alat-alat kosmetik yang lengkap, baju pengantin,
sanggul, buku modul pembelajaran tata rias dan lain-lain.Berdasarkan hasil
penetian dapat diketahui bahwa keadaan sarana dan prasarana yang digunakan
tersebut dalam kondisi baik dan memadai.
80

Materi yang diberikan kepada peserta bukan berberupa teori tetapi berupa
praktek langsung agar pesan disampaikan dapat difahami dengan cepat, tepat
dan jelas. Materi belajar yaitu mengenai tata rias pengantin, mulai dari riasan
wajah, rambut, jilbab, dan baju pengantin. Sumber belajar menyatakan bahwa
materi belajar dibuat berupa modul, mulai dari dasar sampai pada tata rias
pengantin yang beragam. Adapun langkah-langkah sumber belajar dalam
pembelajaran, sebagai berikut:
1. Perkenalan mengenai peralatan tata rias pengantin
2. Pembelajaran dominan praktek
3. Tanya jawab dilakukan secara fleksibel, ketika peserta ada yang tidak
mengerti langsung dapat bertanya
Simamora (1995, hlm.10) menyatakan bahwa metode dan teknik pelatihan
yang dipilih haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
(1) memotivasi peserta didik; (2) secara jelas menggambarkan keahlian
atau keterampilan yang diinginkan; (3) partisipasi aktif dari peserta; (4)
menyediakan suatu kesempatan praktik; (5) menyediakan umpan balik
yang tepat atas hasil belajar peserta; (6) menyediakan beberapa alat untuk
penguatan; (7) terstruktur dari tugas yang sederhana sampai ke yang
kompleks; (8) dapat disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan
khusus; (9) mendorong transfer positif dari pelatihan ke pekerjaan.

Berdasarkan hasil penelitian, pendekatan pembelajaran yang digunakan


dalam pembelajaran pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya adalah
pendekatan proses. Menurut sumber belajar, pendekatan ini memicu peserta untuk
mengikuti proses pelatihan dengan mengamati, mengikuti, memahami materi
melalui proses praktek yang diberikan pemateri. Metode yang digunakan adalah
metode demonstrasi yang digunakan dengan bantuan model pengantin (ada orang
yang di rias). Model pengantin ini diambil dari peserta pelatihan, dengan cara
bergantian saling merias satu sama lain. Dalam penggunaan pendekatan dan
metode tersebut, sumber belajar tidak mengalami kendala, karena metode
demonstrasi sering digunakan dalam pelatihan tata rias pengantin. Hasil penelitian
tersebut sesuai dengan pendapat Knowles (1977, hlm.133) yang mengemukakan
bahwa:
Metode berkaitan dengan pengorganisasian peserta pelatihan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran adalah cara-cara
pelaksanaan yang dipilih dan digunakan oleh pelatih dalam metode
81

pembelajaran tertentu untuk membantu peserta pelatihan melakukan


kegiatan belajar. Media adalah sarana atau kondisi tertentu yang digunakan
dalam metode dan teknik pembelajaran sehingga kegiatan belajar menjadi
lebih menarik, mantap dan bermanfaat.

Sudjana (2007, hlm. 162) mengemukakan bahwa media pembelajaran


(learning devices) adalah alat bantu yang digunakan dalam pelaksanaan metode
dan teknik pembelajaran dalam pelatihan. Media memiliki enam fungsi dalam
pembelajaran yakni sebagai berikut: (1) menyederhanakan (to simplify) bahan
belajar yang beragam dan tidak mudah dipahami oleh peserta pelatihan; (2)
memfokuskan perhatian peserta pelatihan terhadap inti pokok bahasan; (3)
membuat butir-butir yang dibahas menjadi lebih mudah diingat; (4)
mengantarkan ke tempat yang seharusnya dikunjungi; (5) melakukan keragaman
penyajian; dan (6) menghemat penggunaan waktu (Sudjana, 2007, hlm. 162-
164).
Berdasarkan hasil penelitian, Media utama yang digunakan dalam
pelatihan tata rias pengantin adalah model pengantin/ orang yang dirias.
Pendukungnya adalah alat-alat make up, Kain lebar segi empat untuk menutupi
baju, bandana, silet, dan buku modul. Sumber belajar menggunakan media
tersebut dengan cara praktek langsung dan didemonstrasikan. Menurut peneliti,
media dan cara penggunaan media oleh sumber belajar ini sudah sesuai dan
tepat dalam pelatihan tata rias. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa sumber belajar juga memotivasi peserta dengan menceritakan
lulusan-lulusan pelatihan tata rias pengantin LKP Aditya yang sudah berhasil
memiliki usaha sendiri dan bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi, serta
bercerita tentang keuntungan orang-orang yang mempunyai keterampilan,
sehingga membuat peserta pelatihan lebih semangat dalam mengikuti pelatihan
tata rias pengantin.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Djamarah (2008, hlm.
152) yaitu bahwa “motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan
yang timbul pada diri seseorang, sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu”. Djamarah (2008, hlm. 157) juga menyebutkan
beberapa fungsi motivasi, yaitu: motivasi sebagai pendorong perbuatan;
82

motivasi sebagai penggerak perbuatan; dan motivasi sebagai pengarah


perbuatan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dalam pelatihan tata
rias pengantin juga terdapat tugas-tugas yang diberikan kepada peserta
pelatihan. Tugas diberikan bertahap sesuai materi yang disampaikan, sehingga
menggugah rasa penasaran peserta pelatihan. Dalam pelatihan tata rias
pengantin ini tidak ada waktu khusus untuk berdiskusi. Diskusi dilaksanakan
langsung ketika praktek merias.
Malcolm dan Provus (dalam Sudjana, 2008, hlm. 180) menjelaskan bahwa
‘Evaluasi adalah kegiatan untuk mengetahui perbedaan antara apa yang ada
dengan suatu standar yang telah ditetapkan serta bagaimana menyatakan
perbedaan antara keduanya’. Berdasarkan hasil penelitian, Evaluasi
pembelajaran dilaksanakan pada saat pembelajaran dan pada akhir pembelajaran
dengan cara melihat hasil riasan peserta pelatihan.
4.4.2 Orientasi Belajar Peserta Pelatihan Tata Rias Pengantin di LKP
Aditya
Setiap manusia memiliki beberapa kebutuhan dalam dirinya untuk
bertahan hidup. Belajar merupakan salah satu kebutuhan manusia yang dapat
membantu manusia untuk berkembang. Setiap individu memiliki orientasi
belajar masing-masing. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ames dalam
Taslima dan Tjalla (2013) mengemukakan definisi orientasi belajar yaitu suatu
orientasi dimana belajar sebagai sarana untuk mencapai suatu tujuan lain dan
pembelajaran itu sendiri. Selain itu, Knowles dalam Desyanti (2002)
mengasumsikan orientasi belajar orang dewasa sebagai berikut:
Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah
ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada
materi pembelajaran. Sedangkan pada orang dewasa mempunyai
kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan
yang dihadapi. Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah
merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi
dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan
peranan sosial orang dewasa. Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan
juga karena adanya perbedaan pespektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar
lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu
segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu
waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada kecenderungan pada
83

anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh
sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat
materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi
tersebut hendaknya bersifat praktis dan dapat segera diterapkan di dalam
kenyataan sehari-hari.

Ormrod dalam Desyanti (2002) dari berbagai hasil penelitian, memberikan


gambaran mengenai karakteristik orientasi belajar, sebagai berikut:
1. Percaya bahwa kompetensi dapat berkembang melalui latihan dan usaha.
2. Memilih tugas-tugas yang dapat memaksimalkan kesempatan untuk belajar.
3. Bereaksi terhadap tugas yang mudah dengan perasaan yang bosan dan
kecewa.
4. Memandang usaha sebagai sesuatu yang penting untuk meningkatkan
kompetensi.
5. Lebih termotivasi secara intrinsic untuk mempelajari materi pelajaran.
6. Menampilkan perilaku dan belajar yang lebih bersifat self-regulated.
7. Menggunakan strategi belajar yang mengarah pada pemahaman materi
yang sesungguhnya (misalnya belajar yang bermakna dan monitoring
pemahaman).
8. Mengevaluasi kinerja sendiri dalam kerangka kemajuan yang sudah dibuat.
9. Memandang kesalahan sebagai sesuatu yang normal dan bagian yang
bermanfaat dalam proses belajar, memanfaatkan kesalahan untuk
membantu perbaikan kinerja.
10. Merasa puas terhadap kinerja jika suda berusaha keras, meskipun usaha
tersebut mengalami kegagalan.
11. Menginterpretasikan kegagalan sebagai tanda bahwa diperlukan usaha yang
lebih keras.
12. Memandang guru sebagai sumber daya dan penuntun untuk membantu
individu belajar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebelum mengikuti
pelatihan peserta pelatihan percaya terhadap kemampuan yang dapat
berkembang melalui latihan yang sering dilakukan dan usaha. Sebelum
mengikuti pelatihan, terdapat beberapa peserta yang tidak siap dengan adanya
tugas-tugas yang menantang, tetapi sebagian besar peserta pelatihan siap jika
sumber belajar memberikan tugas-tugas yang menantang yang dapat
memaksimalkan kesempatan belajar kepada peserta pelatihan, karena peserta
merasa penasaran dengan tugas-tugas yang akan diberikan oleh sumber belajar.
Berdasarkan hasil penelitian, sebelum mengikuti pelatihan seluruh peserta
pelatihan memiliki semangat untuk mengikuti pembelajaran tata rias pengantin
84

dengan alasan yang beragam. Sebagian peserta bersemangat karena sesuai


dengan bidang pekerjaannya, dan sebagian lain bersemangat mengikuti
pelatihan ini karena bersama dengan teman-temannya. Selain itu, terdapat salah
satu peserta yang mengikuti pelatihan tata rias pengantin karena sesuai dengan
cita-citanya yaitu menjadi perias pengantin yang professional dan mandiri.
Berdasarkan hasil penelitian, sebelum mengikuti pelatihan peserta
menganggap kesalahan yang terjadi pada saat belajar adalah hal yang wajar,
salah satu peserta berpendapat bahwa kesalahan dapat dijadikan pelajaran untuk
memperbaiki hasil yang kurang baik. Tetapi salah satu peserta yang lainnya
tidak mengetahui bahwa terdapat manfaat jika terjadi kesalahan dalam belajar.
sebelum mengikuti pelatihan salah satu peserta pelatihan masih merasa kecewa
jika terjadi kegagalan dalam belajar padalah sudah berusaha keras. Tetapi
sebagian peserta lain menganggap kegagalan tersebut merupakan hal yang wajar
terjadi meskipun sudah berusaha keras dan menganggap penting usaha yang
dilakukan pada saat belajar.
Berdasarkan hasil penelitian, sebelum mengikuti pelatihan tata rias
pengantin di LKP Aditya, peserta pelatihan menganggap bahwa sumber belajar
sangat penting untuk membantu individu belajar. Peserta pelatihan beranggapan
bahwa sumber belajar merupakan seseorang yang dapat membimbing dan
membantu peserta dalam mempelajari tata rias pengantin.
Pada umumnya sikap mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu.
Menurut Secord dan Backman dalam Azwar (2012, hlm. 88) yang menyatakan
bahwa ‘Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di
lingkungan sekitarnya’.
Sikap dapat berubah. Menurut Azwar (2012, hlm. 30) Perubahan sikap
dapat dipengaruhi salah satunya oleh lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan
sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukkan sikap karena
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman
akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh
dilakukan pada hal tertentu dapat diperoleh dari pendidikan (Azwar. 2012, hlm.
30).
Perubahan orientasi belajar peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan
tata rias pengantin dapat dilihat pada table sebagai berikut:
85

Tabel 4.5
Perubahan Orientasi Belajar Peserta Pelatihan
Tata Rias Pengantin di LKP Aditya

Sebelum Mengikuti Sesudah Mengikuti


No Orientasi Belajar
Pelatihan Pelatihan
1. Percaya bahwa kompetensi  Percaya  Percaya
dapat berkembang melalui
latihan dan usaha
2. Memilih tugas-tugas yang  Sebagian  Seluruh
dapat memaksimalkan peserta tidak peserta siap
kesempatan belajar. siap untuk melaksanaka
diberi tugas n tugas-tugas
tata rias
pengantin
3. Bereaksi terhadap tugas yang  Sebagian  Seluruh
mudah dengan perasaan yang peserta peserta
bosan dan kecewa. merasa bosan merasa bosan
jika tugas jika tugas
yang tata rias
diberikan pengantin
tidak yang
menantang diberikan
kemampuann tidak
ya menantang
 Sebagian lain
kemampuann
merasa
ya
senang jika
tugas yang
diberikan saat
belajar adalah
tugas yang
mudah
4. Memandang usaha sebagai  Ya  Ya
sesuatu yang penting untuk
86

Sebelum Mengikuti Sesudah Mengikuti


No Orientasi Belajar
Pelatihan Pelatihan
meningkatkan kompetensi.
5. Lebih termotivasi secara  Ya, sebagian  Ya, peserta
intrinsic untuk mempelajari dari peserta pelatihan
materi pelajaran. mengikuti memiliki
pelatihan keinginan
karena sesuai membuka
dengan salon/ usaha
bidang tata rias
pekerjaannya. pengantin
 Sebagian lain
sendiri
mengikuti
pelatihan
karena ikut-
ikutan
temannya
6. Menampilkan perilaku dan  Belum tahu  Ya.. peserta
belajar yang lebih bersifat pelatihan
self-regulated. aktif
merespon
setiap
pembelajaran
, baik
bertanya,
maupun
menanggapi.
7. Menggunakan strategi  Belum tahu  Ya. Karena
belajar yang mengarah pada cara
pemahaman materi yang penyampaian
sesungguhnya. sumber
belajar
dianggap
jelas dan
87

Sebelum Mengikuti Sesudah Mengikuti


No Orientasi Belajar
Pelatihan Pelatihan
mudah
difahami
juga oleh
peserta
pelatihan.
8. Mengevaluasi kinerja  Belum Tahu  Ya. Peserta
sendiri dalam kerangka saling
kemajuan belajar. bertanya dan
meminta
komentar
rekan
belajarnya
terhadap
hasil tugas
merias
masing-
masing
9. Memandang kesalahan  Ya. Tetapi  Ya. Peserta
sebagai sesuatu yang normal sebagian pelatihan
dan bagian yang bermanfaat peserta memahami
dalam proses belajar, pelatihan bahwa
memanfaatkan kesalahan mengaku kesalahan
untuk membantu perbaikan kecewa jika yang terjadi
kinerja. ada kesalahan. dalam belajar
adalah hal
yang wajar
dan dapat
dikjadikan
pengalaman
untuk
perbaikan.
88

Sebelum Mengikuti Sesudah Mengikuti


No Orientasi Belajar
Pelatihan Pelatihan
10. Merasa puas terhadap  Sebagian  Peserta tidak
kinerja jika sudah berusaha merasa puas merasa puas
 Sebagian lain
keras, meskipun usaha jika terjadi
tidak merasa
tersebut mengalami kegagalan.
puas jika
kegagalan. Terdapat rasa
terjadi
ingin
kegagalan
mengulangi
tugas merias
tersebut
11. Menginterpretasikan  Ya.  Ya.
kegagalan sebagai tanda
bahwa diperlukan usaha
yang lebih keras.
12. Memandang guru sebagai  Ya.  Ya. Peserta
sumber daya dan penuntun pelatihan
untuk membantu individu merasa
belajar. terbimbing
dan terbantu
oleh sumber
belajar.
Sumber: Hasil Penelitian

Perubahan orientasi belajar peserta pelatihan terlihat pada tujuan mengikuti


pelatihan tata rias pengantin. Sebagian peserta yang pada awalnya tidak memiliki
tujuan dan atas dasar ikut-ikutan mengikuti pelatihan, pada saat setelah mengikuti
pelatihan menjadi tertarik dan memiliki keinginan memiliki usaha sendiri di
bidang tata rias pengantin. Perubahan orientasi belajar tersebut merupakan hal
yang dapat mempengaruhi kehidupan peserta di kehidupan selanjutnya karena
hasil dari pelatihan tata rias pengantin merupakan kemampuan merias yang dapat
langsung digunakan di kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa orientasi belajar
pada orang dewasa dapat berubah sesuai dengan kebutuhannya. Melalui proses
belajar yang dirasakan peserta pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya, peserta
89

pelatihan dapat memahami kebutuhan diri sendiri dan hal apa saja yang harus
dilakukan dengan kemampuan tata rias pengantin yang sudah didapatkan dari
pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya.

Anda mungkin juga menyukai