BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
W A R G A B E L A J A R
Tabel 4.1
Lingkup Tugas Organisasi
Jenis
No Nama Usia Pendidikan Kode Keterangan
Kelamin
1 Heni Perempuan 42 S1 R1 Penyelenggara
2 Bedah Perempuan 41 S1 R2 Sumber Belajar
3 Pipin Perempuan 37 SMA R3 Peserta
4 Ulfah Perempuan 39 SMA R4 Peserta
5 Rosalina Perempuan 38 SMA R5 Peserta
Sumber: Hasil wawancara dengan nara sumber.
Pendidikan Nama
No. Nama L/P Alamat
Terakhir Orang Tua
Cibalongsari
Ciwadas,Rt 15/04 –
18. Erna P SMA Mulyana
Klari
Karawangjaya,Rt
19. Trie Ubayanti P SMA Kohar
28/16
Krajan II Rt 19/003-
20. Iin Indra P SMA Sabarudin
Curug
Perum Griya Pesona
21. Henida P SMA Suradi
Asri blok d 7 no 16
Dsn Karajan 2 03/02
22. Aliya P SMA Ds Gintung kerta Junaedi
klari
23. Fitria P SMA Jl.Cmpk 17/15 Iman
Tmn Griya P 4/12
24. Fatimah P SMA Budianto
Pucung Baru
Jatrasa timur Rt/Rw
25. Anisah P SMP 03/05 Kelurahan Astim
Karangpawitan
Jatirasa Timur Rt/Rw
26. Mintarsih P SMP 34/05 Kelurahan Misja
Karangpawitan
Teluk jambe Timur
27. Suhanah P SMP Rt/Rw 04/10 Desa Rusdi
Sukaharja
Telukjambe Timur
28. Ratiningsih P MA Rt/Rw 04/10 Des Maman
sukaharja
Perumnas Bumi
29. Arning P MA Telukjambe Jln Mista
Sadewa No 435
Rawamerta Rt/Rw
30. Sari Susanti P MA 03/10 Desa Sumarta
Sukamerta
31. Amirah P SMA Desa Sukaluyu Suwandi
Kecamatan
66
Pendidikan Nama
No. Nama L/P Alamat
Terakhir Orang Tua
Telukjambe Timur
Desa Sukaluyu
32. Mimin Aminah P SMP Kecamatan Karsidi
Telukjambe Timur
Dsn Mekarjati
33. Sutirah P SMP Kecamatan Karwang Misnan
Barat
Dsn Mekarjati
Abdul
34. Karmila P SMP Kecamatan
Kasim
Karawang Barat
Sumber: Dokumen LKP Aditya.
Sarana/Prasarana
Jenis Jumlah
yang dimiliki
Kamar mandi 1 lokal
Fasilitas kantor Meja dan kursi pengelola 1 set
Lemari Arsip 1 set
Meja dan kursi tamu 1 set
Meja Resepcionis 1 set
Komputer 1 unit
Kamera 1 unit
Printer 1 unit
Struktur Organisasi 1 buah
Papan Nama 1 buah
Visi Misi 1 buah
Fasilitas Pembelajaran Meja Rias dan Kursi 8 unit
Meja Praktek 8 unit
Etalase 4 buah
Rak buku 1 buah
Jam Dinding 2 buah
Kalender 2 buah
CD Player 1 unit
Buku materi TRP 20 set
Busana Pengantin 10 set
Kosmetik 10 set
Alat-alat Sanggul 10 set
Asesoris Pengantin 10 set
Board maker 1 buah
Sumber: Hasil Observasi di LKP Aditya.
6. Materi Pelatihan
Berdasarkan hasil wawancara dari semua nara sumber dapat diketahui
bahwa materi yang disampaikan sudah sesuai dengan kebutuhan dan minat
peserta pelatihan. R1 menyatakan bahwa penyampaian materi oleh sumber
belajar luwes, materi belajar mudah difahami peserta. Hal tersebut juga
dibenarkan oleh nara sumber R3, R4, dan R5 bahwa materi yang disampaikan
walaupun banyak, tetapi terasa ringan dan mudah difahami.
Nara sumber R2 menyatakan bahwa materi yang disampaikan dalam
pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya adalah Kreasi jilbab, tata rias
rambut. Tetapi lebih fokus kepada tata rias wajah pengantin sunda. Pernyataan
tersebut dibenarkan oleh nara sumber R1, R3, R4, dan R5 bahwa materi yang
disampaikan adalah tata rias rambut, kreasi jilbab dan tata rias wajah pengantin
69
mengerti sama sekali mengenai tata rias, menjadi bisa merias lengkap dengan
menata rambut dan kerudungnya. R3 menyatakan “Kemampuan merias saya
berkembang, yang tadinya belum bisa merias pengantin khas sunda, sekarang
sudah bisa”. R4 menyatakan “Kemampuan merias saya berkembang. Sekarang
hasil riasan saya sudah halus, tidak kaku lagi”. R5 menyatakan “Sekarang saya
sudah bisa merias orang lain. Tadinya saya belum mengerti teknik-teknik merias
yang benar, sekarang sudah bisa”.
2. Pandangan peserta terhadap tugas-tugas belajar
Berdasarkan hasil wawancara, pR1 daan R2 tidak mengetahui tanggapan
peserta sebelum mengikuti pelatihan jika sumber belajar memberikan tugas-
tugas yang menantang. R3 menyatakan selalu semangat jika diberi hal-hal yang
menantang, R4 menyatakan “saya suka penasaran dengan hal-hal baru, jadi
kalau diberi tugas-tugas sulit saya senang untuk melatih diri”. Dan R5
menyatakan “Saya kurang suka dengan hal-hal sulit. Selalu ada kekhawatiran
tidak bisa menyelesaikannya”.
R1 dan R2 tidak mengetahui tanggapan peserta sebelum mengikuti
pelatihan apabila diberi tugas-tugas yang dianggap sulit membuat peserta lebih
semangat belajar. R3 menyatakan semangat jika diberi tugas yang sulit, R4
menyatakan semangat karena penasaran, dan R5 mengungkapkan “Saya kurang
semangat, takut tidak bisa menyelesaikannya”.
Tanggapan peserta sebelum mengikuti pelatihan mengenai usaha dalam
belajar merupakan sesuatu yang penting untuk meningkatkan kemampuan, R1
dan R2 menyatakan bahwa sebelum mengikuti pelatihan, peserta sudah
menganggap penting usaha untuk mengembangkan kemampuan, R2
menambahkan hal tersebut dapat dilihat dari semangat peserta pada awal
pembelajaran. R3, R4, dan R5 membenarkan bahwa untuk mengembangkan
kemampuan harus ada usaha. R3 menyatakan “kalau malas mana bisa
kemampuan berkembang”. R4 menyatakan “Ya, perlu ada usaha untuk
meningkatkan kemampuan dibidang apapun, termasuk meningkatkan
kemampuan merias”.
Menurut R1 pendapat peserta jika sumber belajar memberikan tugas-tugas
yang menantang “Diluar dugaan. Peserta semakin bersemangat jika diberi
materi baru dan tugas baru yang mereka belum ketahui sebelumnya”. R2
73
menyatakan “Peserta sangat bersemangat ketika diberi materi baru dan tugas
baru yang mereka belum ketahui sebelumnya”. R3 menyatakan selalu semangat
jika diberi hal-hal yang menantang, R4 menyatakan “saya suka penasaran
dengan hal-hal baru, jadi kalau diberi tugas-tugas sulit saya senang untuk
melatih diri”. Dan R5 menyatakan “Tadinya saya kurang suka dengan hal-hal
sulit. Selalu ada kekhawatiran tidak bisa menyelesaikannya. Tetapi setelah
menyelesaikan semuanya, saya merasa senang dan penasaran dengan materi
selanjutnya”.
R1 dan R2 menyatakan bahwa tugas-tugas yang diberikan dapat
memaksimalkan kemampuan peserta pelatihan, karena tugasnya dikerjakan
secara langsung dan praktek. R3, R4, dan R5 membenarkan pernyataan R1 dan
R2. Nara sumber R1 dan R2 menyatakan bahwa peserta sangat antusias
menyelesaikan tugas-tugas dari level yang lebih sulit. R3 menyatakan semangat
jika diberi tugas yang sulit, R4 menyatakan semangat karena penasaran, dan R5
mengungkapkan “setelah mengikuti pelatihan saya ikut penasaran dan semangat
melihat teman-teman saya semangat mengerjakan tugas-tugas”.
3. Pandangan peserta terhadap tugas yang mudah
R1 dan R2 menyatakan bahwa peserta merasa bosan atau kecewa jika
sumber belajar memberikan tugas-tugas yang mudah kepada peserta pelatihan,
peserta pelatihan selalu menunggu materi-materi baru yang disampaikan di
setiap pertemuan. R3 menyatakan “Ya. Saya bosan jika materi yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya diulang lagi pada pertemuan selanjutnya”. R4
menyatakan “Ya. Saya selalu menunggu tugas-tugas yang belum pernah
diberikan, untuk menguji kemampuan diri saya sendiri”. sedangkan R5
menyatakan “Saya tidak merasa bosan atau pun kecewa jika sumber belajar
memberikan tugas-tugas yang mudah kepada saya. Saya menganggap tugas-
tugas tersebut mengingatkan kembali pembelajaran yang sudah di bahas”.
4. Pandangan peserta terhadap pentingnya usaha
Tanggapan peserta setelah mengikuti pelatihan mengenai usaha dalam
belajar merupakan sesuatu yang penting untuk meningkatkan kemampuan, R1
dan R2 menyatakan bahwa sebelum mengikuti pelatihan, peserta sudah
menganggap penting usaha untuk mengembangkan kemampuan, R2
menambahkan hal tersebut dapat dilihat dari dilihat dari terus meningkatnya
74
kemampuan merias peserta saat merias. R3, R4, dan R5 membenarkan bahwa
untuk mengembangkan kemampuan harus ada usaha. R3 menyatakan “Jika
ingin meningkatkan kemampuan merias, kita harus terus belajar, tidak boleh
malas”. R4 dan R5 menyatakan “Ya, perlu ada usaha untuk meningkatkan
kemampuan dibidang apapun, termasuk meningkatkan kemampuan merias”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh nara sumber, Usaha belajar
yang diketahui peserta agar dapat meningkatkan kompetensi tata rias pengantin
adalah dengan latihan terus menerus sampai mencapai kemampuan yang
diharapkan. R1 menyatakan bahwa setelah mengikuti pelatihan peserta pelatihan
memiliki semangat yang tinggi mengikuti pembelajaran tata rias pengantin. R2
menyatakan bahwa peserta bersemangat dan sangat antusias mengikuti
pembelajaran tata rias pengantin. R3 menyatakan “Ya saya semangat. Untuk
menunjang usaha saya merias”. R4 menyatakan “Ya saya semangat. Untuk
menambah ilmu, Karena saya sudah ikut menjadi asisten perias, dan berharap
menjadi perias mandiri”. R5 menyatakan “Ya saya bersemangat dalam setiap
praktek merias model”.
5. Pandangan peserta pelatihan terhadap motivasi belajar yang perlu
ditumbuhkan
R1 menyatakan bahwa sebelum mengikuti pelatihan peserta pelatihan
memiliki semangat yang tinggi mengikuti pembelajaran tata rias pengantin.
Sedangkan R2 tidak mengetahui peserta semangat atau tidak sebelum mengikuti
pelatihan. R3 menyatakan “Ya saya semangat. Untuk menunjang usaha saya
merias”. R4 menyatakan “Ya saya semangat. Untuk menambah ilmu, Karena
saya sudah ikut menjadi asisten perias, dan berharap menjadi perias mandiri”.
R5 menyatakan “Ya saya bersemangat mengikuti pelatihan karena banyak
temannya dan dari dulu menyukai tata rias, walaupun hanya untuk merias diri
sendiri”.
R1 tidak mengetahui alasan peserta mengikuti pelatihan tata rias
pengantin. R2 menyatakan bahwa sebagian peserta pelatihan memiliki cita-cita
membuka usaha salon dirumahnya dan tata rias pengantin. R3 dan R4
menyatakan bahwa mengikuti pelatihan tata rias pengantin sesuai dengan cita-
citanya. R3 bermimpi punya salon terkenal dan R4 ingin menjadi perias
75
menyatakan “Saya kira peserta kurang merasa puas pada saat mengalami
kegagalan walau pun sudah berusaha keras. Terlihat raut kekecewaan, dan ingin
memperbaikinya lagi”. R3 menyatakan Ada kepuasan tersendiri jika sudah
berusaha keras walaupun mengalami kegagalan. Kecewa juga suka ada. R4
menyatakan Ada rasa kurang puas. dan R5 menyatakan “Saya masih suka
kecewa jika terjadi kegagalan, padahal sudah berusaha keras”.
Berdasarkan hasil wawancara, R1 menyatakan Peserta bersemangat
mengerjakan tugas, walaupun terjadi kesalahan/ kegagalan-kegagalan. R2
menyatakan bahwa peserta terlihat asyik, menikmati, dan semangat melewati
semua proses pelatihan meskipun terjadi kesalahan/ kegagalan menjalankan
tugas. R3 menyatakan “Saya tidak cepat menyerah, dan menjadikan kegagalan
sebagai pelajaran yang jangan sampai diulangi”. R4 menyatakan “Meski
mengalami beberapa kali kegagalan menjalankan tugas praktek, saya terus
berusaha”. R5 menyatakan “Semakin saya gagal, semakin keras saya berusaha.
Karena melihat teman-teman yang lain juga demikian”.
12. Pandangan peserta terhadap peran sumber belajar pelatihan
R1 dan R2 tidak mengetahui tanggapan peserta sebelum mengikuti
pelatihan mengenai tutor yang merupakan sumber daya dan penuntun untuk
membantu individu belajar. R3 menyatakan “Ya tutor penting untuk membantu
belajar”. R4 menyatakan “Saya masih sangat perlu bimbingan tutor untuk
belajar merias”. R5 menyatakan “Saya masih awam tentang tata rias, jadi sangat
membutuhkan bantuan tutor”.
R1 dan R2 menyatakan bahwa setelah mengikuti pelatihan, peserta sangat
menghormati sumber belajar karena menganggap telah memberikan arahan,
masukan dan ilmu yang bagus bagi keterampilan peserta. Sejalan dengan hal
tersebut, nara sumber R3, R4, dan R5 menyatakan bahwa sumber belajar sangat
membantu peserta pelatihan, banyak pengetahuan dan keterampilan tata rias
baru yang peserta bisa setelah mengikuti pelatihan ini.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1 Pelaksanaan Pelatihan Tata Rias Pengantin di LKP Aditya
Pelaksanaan program pelatihan merupakan proses kegiatan pembelajaran
pada program pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Menurut Terry (1993, hlm.62) bahwa “Pelaksanaan merupakan usaha
78
Biaya atau sumber dana merupakan hal yang tidak dapat dilupakan dalam
kegiatan pelatihan karena sangat mempengaruhi jalan dan suksesnya pelatihan
untuk dapat mencapai tujuan pelatihan. Berdasarkan hasil wawancara, program
pelatihan kewirausahaan dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah. Peserta pelatihan
tidak dipungut biaya untuk mengikuti pelatihan ini. Peserta diberi satu paket
peralatan rias berupa sisir, hairspray dan alat make up, kecuali kuas make up.
Jika peserta tidak mampu membeli dan belum memiliki kuas, bisa meminjam di
LKP Aditya secara gratis. Untuk uji kompetensi juga diberi subsidi sebesar
Rp.300.000, yang harusnya membayar sebesar RP.500.000 menjadi hanya
Rp.200.000.
Berdasarkan hasil penelitian, waktu pembelajaran pelatihan tata rias
pengantin di LKP Aditya menyesuaikan dengan waktu luang peserta pelatihan
yang semuanya perempuan dan sebagian besar ibu rumah tangga, yaitu pada
pukul 10.00 s/d 11.30 sesuai dengan hasil identifikasi penyelenggara pada jam
tersebut peserta sudah selesai membereskan pekerjaannya di rumah.
Menurut ketentuan Dirjen PAUDNI (2012, hlm.6) sarana dan prasarana
yang digunakan minimal memenuhi persyaratan teknis yang diperlukan dalam
proses pembelajaran, diantaranya: (1) Ruang belajar teori dan praktik; (2) Ruang
dan peralatan praktik sesuai dengan bidang keahlian/keterampilan yang
diajarkan; (3) RPP/silabus; (4) Modul/bahan ajar; dan (5) Alat peraga.
Berdasarkan hasil penelitian, tempat pelatihan yang ada di LKP Aditya sudah
nyaman, bangunan permanen dan milik sendiri, terdiri dari kantor, ruang kelas
dan kamar mandi dan sudah dilengkapi oleh alat peraga yang mendukung
pelatihan tata rias pengantin, seperti alat make up, baju pengantin, sanggul, dan
lain sebagainya.
Selain itu sumber belajar juga menyatakan bahwa fasilitas belajar tata rias
pengantin di LKP Aditya sudah lengkap dan sangat mendukung berjalannya
pembelajaran. Terdapat meja dan kursi yang cukup menampung peserta
pelatihan sebanyak 45 orang, alat-alat kosmetik yang lengkap, baju pengantin,
sanggul, buku modul pembelajaran tata rias dan lain-lain.Berdasarkan hasil
penetian dapat diketahui bahwa keadaan sarana dan prasarana yang digunakan
tersebut dalam kondisi baik dan memadai.
80
Materi yang diberikan kepada peserta bukan berberupa teori tetapi berupa
praktek langsung agar pesan disampaikan dapat difahami dengan cepat, tepat
dan jelas. Materi belajar yaitu mengenai tata rias pengantin, mulai dari riasan
wajah, rambut, jilbab, dan baju pengantin. Sumber belajar menyatakan bahwa
materi belajar dibuat berupa modul, mulai dari dasar sampai pada tata rias
pengantin yang beragam. Adapun langkah-langkah sumber belajar dalam
pembelajaran, sebagai berikut:
1. Perkenalan mengenai peralatan tata rias pengantin
2. Pembelajaran dominan praktek
3. Tanya jawab dilakukan secara fleksibel, ketika peserta ada yang tidak
mengerti langsung dapat bertanya
Simamora (1995, hlm.10) menyatakan bahwa metode dan teknik pelatihan
yang dipilih haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
(1) memotivasi peserta didik; (2) secara jelas menggambarkan keahlian
atau keterampilan yang diinginkan; (3) partisipasi aktif dari peserta; (4)
menyediakan suatu kesempatan praktik; (5) menyediakan umpan balik
yang tepat atas hasil belajar peserta; (6) menyediakan beberapa alat untuk
penguatan; (7) terstruktur dari tugas yang sederhana sampai ke yang
kompleks; (8) dapat disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan
khusus; (9) mendorong transfer positif dari pelatihan ke pekerjaan.
anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh
sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat
materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi
tersebut hendaknya bersifat praktis dan dapat segera diterapkan di dalam
kenyataan sehari-hari.
Tabel 4.5
Perubahan Orientasi Belajar Peserta Pelatihan
Tata Rias Pengantin di LKP Aditya
pelatihan dapat memahami kebutuhan diri sendiri dan hal apa saja yang harus
dilakukan dengan kemampuan tata rias pengantin yang sudah didapatkan dari
pelatihan tata rias pengantin di LKP Aditya.