Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH DESAIN INTERIOR

MERIVEW ARTIKEL TENTANG RUMAH ADAT


Dosen Pengampu : Indarto, S.Sn, M.Sn.

Oleh :

Nur Octaviani Cu’ai Fat’ah


191501050

PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR


JURUSAN DESAIN
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
2019
A. Rumah Adat Daerah Asal (KEPRI)
1. Isi Artikel atau Jurnal
“Rumah Belah Bubung, Rumah Adat Riau.”
Istilah untuk
Rumah Riau
diperuntukkan bagi
wilayah di Provinsi
Kepulauan Riau yang
terletak pada pulau-
pulau kecil di sisi Timur
Sumatera, tepatnya di
Selat Malaka dan Laut
Cina Selatan. Rumah adatnya dinamakan dengan ’rumah belah bubung’. Cirinya
berbentuk panggung yang cukup tinggi hingga lantainya mencapi 2 meter dari
atas tanah, atapnya berbentuk perisai, berbubungan lurus yang di bagian atasnya
berbentuk pelana dengan hiasan pada lisplank. Dinding rumah cenderung tegak
dan memiliki teras depan dengan kanopi beratap pelana. Pada kanopi inilah
aksentuasi bangunan ditentukan dengan menghias gevel dan lisplank.
Morfologi bentuk rumah bubung juga diberi nama-nama yang lain oleh
masyarakat melayu Kepulauan Riau. Rumah belah bubung yang kemiringan
atapnya curam disebut ’lipat pandan’, jika atapnya agak mendatar disebut ’lipat
kajang’, jika bagian bawah atapnya diberi tambahan atap lain disebut dengan
’ampar labu’, jika bubugannya sejajar jalan disebut dengan ’perabung panjang’,
dan jika bubungannya melintang jalan disebut dengan ’perabung melintang’.
Denah rumah belah bubung terbagi menjadi 4 bagian yaitu selasar, rumah
induk, ruang penghubung dapur dan dapur. selasar yang posisi level lantainya
lebih rendah dari lantai utama disebut dengan ‘selasar jatuh’. Selasar yang sejajar
dengan lantai utama disebut dengan ‘selasar dalam’. Rumah induk terbagi menjadi
ruang muka, tengah dan dalam.
Ruang muka ditempati ibu dan keluarga perempuan serta anak-anak
berusia sampai 7 tahun. Ruang tengah ditempati penghuni laki-laki. Ruang dalam
ditempati orang tua/pemilik rumah. Ruang penghubung dapur digunakan untuk
menyimpan air konsumsi rumah dan alat pertanian/nelayan.
Sesorang yang akan membangun rumah terlebih dahulu melakukan
pertemuan dengan tetangga yang bertempat di rumah orang tuanya atau saudara
tertuanya. Hasil pertemuan merupakan kesepakatan yang mengikat pemilik serta
masyarakat sebagai aturan bersama. Setelah ditemukan kesepakatan, pemillik
pergi ke rumah ’orang pandai’ untuk memilih tanah. Pemilihan tanah melibatkan
ritual yang berkaitan dengan pemilik. Kegiatannya dengan penancapan tongkat,
pengambilan contoh tanah, dan tafsiran mimpi dari pemilik rumah. Jika tanah
yang dipilih ditetapkan sebagai lokasi yang baik, maka diadakan upacara adat
dengan memotong hewan kurban seperti ayam, kambing atau kerbau. Pemotongan
hewan tersebut untuk kurban yang dimakan bersama masyarakat dan tukang yang
akan mengerjakan rumah.
Tahap selanjutnya adalah pengumpulan bahan bangunan. Bahan kayu
dipilih dengan ketentuan yang sudah diketahui masyarakat Kepulauan Riau agar
mendapat kualitas yang baik. Contoh kayu yang tidak baik adalah kayu dari
pohon yang dililit akar, kayu yang berlubang, kayu yang pohonnya sedang
berbunga dan kayu bekas tebangan orang lain. Setelah didapatkan kayu yang
diperkirakan cukup untuk membangun rumah, maka dilakukan perendaman
hingga mecapai waktu 3 bulan.
Setelah waktunya tiba, kayu tersebut dikeringkan dan dipilah-pilah sesuai
dengan elemen konstruksi rumah. Kepala tukang memerintahkan anak buahnya
agar kayu-kayu tersebut dipotong, dibelah, dipahat dan dihaluskan. Dalam proses
yang cukup lama ini, kayu hasil pekerjaan tukang disimpan di tempat yang kering
dan teduh. Setelah semua elemen konstruksi utama dibuat dengan lengkap, maka
dilakukan upacara untuk mengawali pemancangan tiang yang disebut upacara
‘menegakkan rumah’ dan biasanya diadakan pada hari jumat pagi. Setelah upacara
selesai, tiang-tiang utama ditegakkan dan dirangkai dengan balok-balok.
Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan elemen konstruksi lain dengan urutan
dari bagian bawah/kolong, tengah/dinding, dan atas/atap.
Oranamentsi dan dekorasi rumah belah bubung bersumber dari elemen
alam, tumbuhan, binatang, dan kaligrafi. Ornamentasi ini memiliki perlambang
tertentu. Sebagai contoh ornamen ‘daun bersusun’ melambangkan kasih sayang,
ornamen ‘daun bersanggit’ melambangkan kehidupan bermasyarakat, ornamen
akar-akaran melambangkan berbagai prinsip kehidupan, dan ornamen binatang
melambangkan kegotong-royongan kehidupan. Ornamen kaligrafi berfungsi pula
untuk menangkal gangguan roh jahat.
Warna-warna yang digunakan memilliki perlambang tertentu. Warna
merah sebagai tanda persaudaraan, warna putih melambangkan kesucian, warna
biru melambangkan kekuasaan laut, warna hijau melambangkan kesuburan, warna
emas melambangkan kejayaan dan warna hitam melambangkan keperkasaan.

Link : https://archnewsnusantara.wordpress.com/2009/08/09/rumah-belah-
bubung-rumah-adat-riau/

2. Review Jurnal
Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi dengan gugusan pulau-pulau kecil
di selat Malaka. Kepulauan Riau atau KEPRI juga merupakan pemekaran dari
provinsi Riau, yang disahkan pada tahun 2002. Dikarenakan hal itu, KEPRI
memiliki rumah adat yang sama atau cukup serupa dengan provinsi Riau.
Rumah Belah Bubung, itulah nama dari rumah adat KEPRI. Yang mana
kata ‘Belah Bubung’ diambil dari kata bubung yang berarti bambu, dan belah
yang mendeskripsikan bentuk desain rumah adat KEPRI yang seperti terbelah
dua. Dari penampakan luarnya, rumah Belah Bubung merupakan rumah panggung
dengan lantai yang cukup tinggi, yaitu hamper 2 meter dari tanah. Atap rumah ini
berbentuk seperti perisai. Dinding rumahnya cenderung tegak. Rumah Belah
Bubung juga biasanya memiliki teras depan dengan kanopi. Aksentuasi bangunan
ini ditentukan dengan menghias gevel dan lisplank pada kanopi.
Bentuk struktur atau morfologi rumah Belah Bubung memiliki ragam jenis
dan nama-namanya masing masing, yaitu :
a. Lipat pandang : atap curam
b. Lipat kajang : atap agak mendatar
c. Ampar labu : pada bagian bawah atap, diberi atap tambahan
d. Perabung panjang : bubungannya sejajar jalan
e. Perabung melintang : bubungannya melintangi jalan
Denah rumah belah bubung secara garis besar memiliki 4 bagian yang
berupa selasar, rumah induk, ruang penghubung dapur, dan dapur. Selasar pada
rumah Belah Bubung ada 2 macam, yaitu :
a. Selasar jatuh : selasar yang memiliki level lantai lebih rendah dari
lantai utama
b. Selasar dalam : selasar yang memiliki level lantai sejajar dengan
lantai utama
Ada pula dalam rumah Belah Bubung memiliki ruang muka (untuk ibu,
keluarga perempuang, dan anak-anak berusia 7 tahun ke bawah), ruang dalam
(orang tua atau pemilik rumah), dan ruang penghubung (tempat menyimpan
makanan dan alat-alat nelayan atau petani).
Tradisi jika hendak membangun rumah Belah Bubung :
a. Mengadakan pertemuan dengan tetangga di rumah orang tua atau
saudara untuk membuat kesepakatan yang mengikat pemilik dengan
masyarakat sebagai aturan bersama.
b. Meminta ‘orang pandai’ untuk memilih tanah.
c. Melakukan ritual dengan menancapkan tongkat, pengambilan
contoh tanah, dan menafsirkan mimpi dari calon pemilik rumah.
d. Melakukan kurban (ayam, kambing atau kerbau) jika mendapatkan
tanah yang baik.
Setelah melakukan rangkaian tradisi di atas, proses pembangunan
berlanjut dengan pengumpulan bahan bangunan. Salah satunya adalah kayu.
Namun, menurut rakyat melayu ada beberapa jenis kayu yang dianggap jelek.
Seperti kayu dari pohon yang terlilit akar, kayu yang bolong, kayu dari pohon
yang sedang berbungan, dan kayu bekas tebangan orang lain.
Oranamentsi dan dekorasi rumah belah bubung biasanya bersumber dari
elemen alam, tumbuhan, binatang, dan kaligrafi. Lalu, warna-warna yang sering
digunakan pada rumah ini juga beragam dan memiliki arti tersendiri, contohnya :
a. Merah : persaudaraan
b. Putih : kesucian
c. Biru : kekuasaan laut
d. Hijau : kesuburan
e. Hitam : perkasa
f. Emas : kejayaan

B. Rumah Adat / Ibadat / Ruang Komunal / Rumah Dalem Pangeran


(Yg Memiliki Nilai Historis)
1. Isi Artikel atau Jurnal
“Megahnya Arsitektur Masjid Raya Sultan Riau, Konon Dibangun dengan Putih
Telur.”
Kepulauan
Riau menjadi salah
satu penyumbang
destinasi wisata
terbaik di
Indonesia. Nggak
heran, kalau
Kepulauan Riau
ditetapkan sebagai
10 branding
destinasi oleh Kementerian Pariwisata bersama sembilan destinasi
lainnya.Sembilan destinasi tersebut adalah Bandung, Bali, Jakarta,Yogyakarta-
Solo- Semarang, Wakatobi-Bunakaen-Raja Ampat, Medan, Makassar, Lombok,
dan Banyuwangi.
Selain menyajikan wisata alam yang indah, kamu juga bisa
menikmati wisata sejarah yang bisa menambah wawasanmu. Salah satunya adalah
Pulau Menyengat yang berada di kawasan Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Jika
berkunjung ke pulau cantik ini, maka kamu wajib mengunjungi Masjid Raya
Sultan Riau.
Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VII
Raja Abdurrahman tahun 1832. Ia merupakan cucu dari Raja Haji Fisabililah,
pahlawan nasional Indonesia asal Riau.
Melansir Kompas, Bangunan masjid ini berukuran 18 x 20 meter dan
ditopang oleh empat tiang beton. Dengan warna kuning mencolok serta aksen
hijau, konon masjid ini dibangun dengan bagan putih telur sebagai perekat. "Putih
telur dicampur dengan pasir, kapur, dan tanah liat. Sejarahnya begitu," ujar marbot
masjid Sultan Riau, Hambali kepada KompasTravel.
Begitu menaiki tangga dan melewati gerbang masjid, kamu akan melihat
pendopo yang berada di sisi kiri dan kanan jalan menuju bangunan utama masjid.
Uniknya, masjid tersebut memiliki 13 kubah yang bentuknya seperti bawang.
Sementara, jumlah keseluruhan menara dan kubah di masjid ini ada 17, yang
melambangkan rakaat shalat lima waktu sehari semalam.
Namun, hingga saat ini, belum diketahui gaya arsitektur mana yang
diaplikasikan pada masjid ini. Dilansir dari wisatago, ada beberapa pendapat yang
mengatakan kalau masjid ini bergaya India karena tukang-tukang yang membuat
bangunan utamanya adalah orang-orang India yang didatangkan dari Tumasik
(Singapura).
Namun, dilihat dari bentuk bangunan utama dan bagian-bagian yang
mendukungnya, arsitektur masjid ini merupakan perpaduan dari berbagai gaya,
yaitu Arab, India, dan Melayu.
Awalnya, masjid Raya Sultan Riau dibangun dengan kayu dengan bentuk
yang lebih kecil. Namun, jumlah masyarakat Pulau Penyengat yang beribadah
semakin banyak membuat masjid tersebut harus direnovasi.
Saat berkunjung ke masjid ini, kamu juga bisa melihat Al Quran yang
ditulis tangan oleh Andurrahman Stambul, seorang warga biasa di Pulau
Penyengat. Tulisannya yang indah membuat Kerajaan Lingga mengirimnya ke
Mesir untuk memperdalam ilmu agama Islam. Begitu kembali, dia menjadi guru
dan terkenal dengan Khat atau kaligrafi gaya Istanbul.
Jika tertarik berkunjung ke Masjid Raya Sultan Riau, kamu bisa
menggunakan perahu pompon dari Dermaga penyebrangan di Tanjung Pinang
dengan dengan waktu tempuh 15 menit.

Link : https://idea.grid.id/read/091253424/megahnya-arsitektur-masjid-raya-
sultan-riau-konon-dibangun-dengan-putih-telur?page=all

2. Review Jurnal
Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi baru. Meskipun begitu, provinsi
ini tetaplah memiliki sejarah. Salah satunya di sebuah pulau bernama Pulau
Penyengat yang memiliki sebuah masjid.
Masjid Raya Sultan Riau, begitulah tempat wisata bersejarah ini dikenal.
Masjid yang dibangun oleh Raja Haji Fisabilillah (pahlawan nasional Indonesia
asal Riau) ini didirikan pada tahun 1832.
Masjid ini berukuran 18 x 20 meter dan ditopang dengan 4 tiang beton.
warna dari masjid ini begitu mencolok dengan warna kuning dan corak hijau.
Bangunan masjid juga memiliki beberapa bagian. Seperti pendopo di sisi kiri dan
kanan jalan menuju bangunan utama masjid. Pada bagian atas masjid ini, terdapat
13 kubang yang berbentuk seperti bawang. Ditambah dengan 4 menara dengan
puncak kerucut. Dan jika dijumlah, menara dan kubah pada masjid terdapat 17
buah yang melambangkan jumlah rakaat shalat lima waktu dalam sehari.
Namun, sangat disayangkan karna hingga saat ini gaya arsitektur dari
masjid Raya Sultan Riau ini belum diketahui. Beberapa peneliti berpendapat
bahwa masjid ini bergaya India dikarenakan orang-orang yang terlibat dalam
proses pembangunan merupakan orang India.
Namun, jika diamati kembali, bentuk bangunan utama dan bagian
pendukung pada masjid ini memiliki gaya perpaduan Arab, India, dan tentunya
Melayu.
Tetapi, yang lebih menarik dari semua itu adalah pada proses
pembangunan Masjid Raya Sultan Riau ini yang konon katanya menggunakan
putih telur sebagai perekat. Putih telur dicampur dengan pasir, kapur, dan tanah
liat.
Daftar Pustaka
https://archnewsnusantara.wordpress.com/2009/08/09/rumah-belah-bubung-
rumah-adat-riau/
https://idea.grid.id/read/091253424/megahnya-arsitektur-masjid-raya-sultan-
riau-konon-dibangun-dengan-putih-telur?page=all

Anda mungkin juga menyukai