Oleh :
Link : https://archnewsnusantara.wordpress.com/2009/08/09/rumah-belah-
bubung-rumah-adat-riau/
2. Review Jurnal
Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi dengan gugusan pulau-pulau kecil
di selat Malaka. Kepulauan Riau atau KEPRI juga merupakan pemekaran dari
provinsi Riau, yang disahkan pada tahun 2002. Dikarenakan hal itu, KEPRI
memiliki rumah adat yang sama atau cukup serupa dengan provinsi Riau.
Rumah Belah Bubung, itulah nama dari rumah adat KEPRI. Yang mana
kata ‘Belah Bubung’ diambil dari kata bubung yang berarti bambu, dan belah
yang mendeskripsikan bentuk desain rumah adat KEPRI yang seperti terbelah
dua. Dari penampakan luarnya, rumah Belah Bubung merupakan rumah panggung
dengan lantai yang cukup tinggi, yaitu hamper 2 meter dari tanah. Atap rumah ini
berbentuk seperti perisai. Dinding rumahnya cenderung tegak. Rumah Belah
Bubung juga biasanya memiliki teras depan dengan kanopi. Aksentuasi bangunan
ini ditentukan dengan menghias gevel dan lisplank pada kanopi.
Bentuk struktur atau morfologi rumah Belah Bubung memiliki ragam jenis
dan nama-namanya masing masing, yaitu :
a. Lipat pandang : atap curam
b. Lipat kajang : atap agak mendatar
c. Ampar labu : pada bagian bawah atap, diberi atap tambahan
d. Perabung panjang : bubungannya sejajar jalan
e. Perabung melintang : bubungannya melintangi jalan
Denah rumah belah bubung secara garis besar memiliki 4 bagian yang
berupa selasar, rumah induk, ruang penghubung dapur, dan dapur. Selasar pada
rumah Belah Bubung ada 2 macam, yaitu :
a. Selasar jatuh : selasar yang memiliki level lantai lebih rendah dari
lantai utama
b. Selasar dalam : selasar yang memiliki level lantai sejajar dengan
lantai utama
Ada pula dalam rumah Belah Bubung memiliki ruang muka (untuk ibu,
keluarga perempuang, dan anak-anak berusia 7 tahun ke bawah), ruang dalam
(orang tua atau pemilik rumah), dan ruang penghubung (tempat menyimpan
makanan dan alat-alat nelayan atau petani).
Tradisi jika hendak membangun rumah Belah Bubung :
a. Mengadakan pertemuan dengan tetangga di rumah orang tua atau
saudara untuk membuat kesepakatan yang mengikat pemilik dengan
masyarakat sebagai aturan bersama.
b. Meminta ‘orang pandai’ untuk memilih tanah.
c. Melakukan ritual dengan menancapkan tongkat, pengambilan
contoh tanah, dan menafsirkan mimpi dari calon pemilik rumah.
d. Melakukan kurban (ayam, kambing atau kerbau) jika mendapatkan
tanah yang baik.
Setelah melakukan rangkaian tradisi di atas, proses pembangunan
berlanjut dengan pengumpulan bahan bangunan. Salah satunya adalah kayu.
Namun, menurut rakyat melayu ada beberapa jenis kayu yang dianggap jelek.
Seperti kayu dari pohon yang terlilit akar, kayu yang bolong, kayu dari pohon
yang sedang berbungan, dan kayu bekas tebangan orang lain.
Oranamentsi dan dekorasi rumah belah bubung biasanya bersumber dari
elemen alam, tumbuhan, binatang, dan kaligrafi. Lalu, warna-warna yang sering
digunakan pada rumah ini juga beragam dan memiliki arti tersendiri, contohnya :
a. Merah : persaudaraan
b. Putih : kesucian
c. Biru : kekuasaan laut
d. Hijau : kesuburan
e. Hitam : perkasa
f. Emas : kejayaan
Link : https://idea.grid.id/read/091253424/megahnya-arsitektur-masjid-raya-
sultan-riau-konon-dibangun-dengan-putih-telur?page=all
2. Review Jurnal
Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi baru. Meskipun begitu, provinsi
ini tetaplah memiliki sejarah. Salah satunya di sebuah pulau bernama Pulau
Penyengat yang memiliki sebuah masjid.
Masjid Raya Sultan Riau, begitulah tempat wisata bersejarah ini dikenal.
Masjid yang dibangun oleh Raja Haji Fisabilillah (pahlawan nasional Indonesia
asal Riau) ini didirikan pada tahun 1832.
Masjid ini berukuran 18 x 20 meter dan ditopang dengan 4 tiang beton.
warna dari masjid ini begitu mencolok dengan warna kuning dan corak hijau.
Bangunan masjid juga memiliki beberapa bagian. Seperti pendopo di sisi kiri dan
kanan jalan menuju bangunan utama masjid. Pada bagian atas masjid ini, terdapat
13 kubang yang berbentuk seperti bawang. Ditambah dengan 4 menara dengan
puncak kerucut. Dan jika dijumlah, menara dan kubah pada masjid terdapat 17
buah yang melambangkan jumlah rakaat shalat lima waktu dalam sehari.
Namun, sangat disayangkan karna hingga saat ini gaya arsitektur dari
masjid Raya Sultan Riau ini belum diketahui. Beberapa peneliti berpendapat
bahwa masjid ini bergaya India dikarenakan orang-orang yang terlibat dalam
proses pembangunan merupakan orang India.
Namun, jika diamati kembali, bentuk bangunan utama dan bagian
pendukung pada masjid ini memiliki gaya perpaduan Arab, India, dan tentunya
Melayu.
Tetapi, yang lebih menarik dari semua itu adalah pada proses
pembangunan Masjid Raya Sultan Riau ini yang konon katanya menggunakan
putih telur sebagai perekat. Putih telur dicampur dengan pasir, kapur, dan tanah
liat.
Daftar Pustaka
https://archnewsnusantara.wordpress.com/2009/08/09/rumah-belah-bubung-
rumah-adat-riau/
https://idea.grid.id/read/091253424/megahnya-arsitektur-masjid-raya-sultan-
riau-konon-dibangun-dengan-putih-telur?page=all