Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Wirayda Riastu


NIM : 115070209111010
Masalah Utama : Tonsilitis

A. DEFINISI
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang
tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring
biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis.
(Ngastiyah,1997)
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman Streptococcus beta
hemolyticus, Streptococcus viridons dan Streptococcus pyrogenes, dapat juga
disebabkan oleh virus (Mansjoer, 2000).
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
Streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau
oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering
ditemukan, terutama pada anak-anak (Sriyono, 2006).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Tonsilitis adalah suatu
peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok Streptococcus
beta hemolitik, Streptococcus viridons dan Streptococcus pyrogenes namun disebabkan
juga oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus. Tonsilitis biasanya sering dialami anak-
anak yang disertai demam dan nyeri pada tenggorokan.

B. ETIOLOGI
Etiologi menurut Mansjoer (2001) etiologi tonslitis adalah :
a. Streptokokus Beta Hemolitikus
Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat
berkembang biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran
nafas akut.
b. Streptokokus Pyogenesis
Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang
tumbuh dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group A.
Streptokokus Pyogenesis adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia
berkisar dari infeksi khasnya bermula ditenggorakan dan kulit.
c. Streptokokus Viridans
Streptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal
yang baik a-hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat agar darah. Viridans memiliki
kemampuan yang unik sintesis dekstran dari glukosa yang memungkinkan mereka
mematuhi agregat fibrin-platelet dikatup jantung yang rusak.
d. Virus Influenza
Virus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus influenza).
Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada manusia gejala umum
yang terjadi yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat. Dalam
kasus yang buruk influenza juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia.

C. KLASIFIKASI
1. Tonsilitis Akut
Tonsilitis Akut disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus
viridians, dan streptococcus pyogene, dapat juga disebabkan oleh virus.
2. Tonsilitis Falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak
putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit,
epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris
Bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.
4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)
Eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai
membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih
kekuning-kuningan.
5. Tonsilitis Kronik
Tonsilitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok, makanan)
pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut
yang buruk.

D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya tonsilitis dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kripte–kriptenya,
sampai disitu secara aerogen (melalui hidung, droplet yang mengandung kuman
terhisap oleh hidung kemudian nasofaring terus ke tonsil), maupun secara foodvorn yaitu
melalui mulut bersama makanan. Fungsi tonsil sebagai pertahanan terhadap masuknya
kuman ke tubuh baik yang melalui hidung maupun mulut. Kuman yang masuk kesitu
dihancurkan oleh makrofag, sel – sel polimorfonuklear. Jika tonsil berulang kali terkena
infeksi maka pada suatu waktu tonsil tidak bisa membunuh kuman – kuman semuanya,
akibatnya kuman bersarang di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari
tonsil berubah menjadi sarang infeksi (tonsil sebagai fokal infeksi). Sewaktu – waktu
kuman bisa menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada keadaan umum yang menurun
(Aritomoyo D, 1980 dalam Boedi Siswantoro, 2003)
Tonsilitis akan berdampak terhadap sistem tubuh lainnya dan kebutuhan dasar
manusia (Nurbaiti, 2001) meliputi :
a. Sistem Gastrointestinal
Klien sering merasa mual dan muntah, nyeri pada tenggorokan sulit untuk menelan
sehingga klien susah untuk makan dan sulit untuk tidur.
b. Sistem Pulmoner
Klien sering mengalami sesak nafas karena adanya pembengkakan pada tonsil dan
faring, klien sering batuk.
c. Sistem Imun
Tonsil terlihat bengkak dan kemerahan, daya tahan tubuh klien menurun, klien
mudah terserang demam.
d. Sistem Muskuloskeletal
Klien mengalami kelemahan pada otot, otot terasa nyeri keterbatasan gerak, klien
susah untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
e. Sistem Endokrin
Adanya pembengkakan kelenjar getah bening, adanya pembesaran kelenjar tiroid.
E. PATHWAYS

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Proses inflamasi

Tonsilitis akut hipertermi

Edema tonsil Tonsil & adenoid membesar

Nyeri telan Obstruksi pada tuba eustakii

Sulit makan & minum Kurangnya Infeksi sekunder


pendengaran
kelemahan

Resiko Otitis media


perubahanstatus nutrisi Intoleransi
< dari kebutuhan aktifitas
tubuh

Gangguan persepsi sensori :


pendengaran
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Menurut Smeltzer (2001):
a. Sistem Gastointestinal
1. Nyeri pada tenggorokan, adanya virus dan bakteri
2. Nyeri saat menelan, adanya pembengkakan pada tonsil
3. Anoreksia : mual dan muntah
4. Mulut berbau
5. Bibir kering
6. Nafsu makan berkurang
b. Sistem Pernafasan
1. Sesak nafas karena adanya pembesaran pada tonsil
2. Faring hiperimisis : terdapat detritus
3. Pernafasn bising.
4. Edema faring
5. Batuk
c. Sistem Imun
1. Pembengkakan kelenjar limpah leher
2. Pembesaran tonsil
3. Tonsil Hiperemia
4. Demam atau peningkatan seluruh tubuh
d. Sistem Muskuloskeletal
1. Kelemahan pada otot
2. Letargi
3. Nyeri pada otot
4. Malaise

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Leukosit : terjadi peningkatan
2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
H. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Mansjoerm Arief (2001) Komplikasi potensial pada tonsilitis yang
memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan adalah :
a. Abses Peritonsilar (quinsy) : Biasanya timbul pada pasien dengan tonsilitis berulang
atau kronis yang tidak mendapat terapi yang adekuat.
b. Abses Parafaringeal : Timbul jika infeksi atau pus (cairan abses) mengalir dari tonsil
atau abses peritonsilar melalui otot konstriktor superior, sehingga formasi abses
terbentuk di antara otot ini dan fascia servikalis profunda. Komplikasi ini berbahaya
karena terdapat pada area di mana pembuluh darah besar berada dan menimbulkan
komplikasi serius.
c. Abses Retrofaringeal : Keadaan ini biasanya disertai sesak nafas (dyspnea),
ganggaun menelan, dan benjolan pada dinding posterior tenggorok, dan bisa
menjadi sangat berbahaya bila abses menyebar ke bawah ke arah mediastinum dan
paru-paru.
d. Tonsilolith : Tonsilolith adalah kalkulus di tonsil akibat deposisi kalsium, magnesium
karbonat, fosfat, dan debris pada kripta tonsil membentuk benjolan keras. Biasanya
menyebabkan ketidaknyamanan, bau mulut, dan ulserasi (ulkus bernanah).
e. Kista Tonsil : Umumnya muncul sebagai pembengkakan pada tonsil berwarna putih
atau kekuningan sebagai akibat terperangkapnya debris pada kripta tonsil oleh
jaringan fibrosa.
f. Komplikasi Sistemik : Kebanyakan komplikasi sistemik terjadi akibat infeksi
Streptokokus beta hemolitikus grup A. Di antaranya: radang ginjal akut (acute
glomerulonephritis), demam rematik, dan bakterial endokarditis yang dapat
menimbulkan lesi pada katup jantung.

I. PENATALAKSANAAN
Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah :
1. penatalaksanaan medis
 antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin,
eritromisin dll
 antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
 Analgesic
 pembedahan
2. penatalaksanaan keperawatan
 kompres dengan air hangat
 istirahat yang cukup
 pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
 kumur dengan air hangat
 pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien

J. DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta :
EGC;1999
2. Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
3. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.
4. R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ;
1997
5. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Wawancara
- Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)
- Apakah pengobatan adekuat
- Kapan gejala itu muncul
- Apakah mempunyai kebiasaan merokok
- Bagaimana pola makannya
- Apakah rutin / rajin membersihkan mulut
2. Pemeriksaan fisik
Data dasar pengkajian menurut Doengoes, (1999), yaitu :
- Intergritas Ego
Gejala : Perasaan takut
Khawatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan
kerja, dan keuangan.
Tanda : ansietas, depresi, menolak.
- Makanan / Cairan
Gejala : Kesulitan menelan
Tanda : Kesulitan menelan, mudah terdesak, inflamasi, kebersihan gigi buruk.
- Hygiene
Tanda : Kesulitan menelan
- Nyeri / Keamanan
Tanda : Gelisah, perilaku berhati-bati
Gejala : Sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telinga
- Pernapasan
Gejala : Riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja dengan serbuk
kayu, debu.
Hasil pemerisaan fisik secara umum di dapat :
- Pembesaran tonsil dan hiperemis

- Letargi
- Kesulitan menelan
- Demam
- Nyeri tenggorokan
- Kebersihan mulut buruk
- Pemeriksaan diagnostik
3. Pemeriksaan usap tenggorok
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan, terutama
bila keadaan memungkinkan. Dengan melakukan pemeriksaan ini kita dapat
mengetahui kuman penyebab dan obat yang masih sensitif terhadapnya. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Pre Operasi
- Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.
- Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
- Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
- Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman
2. Post Operasi
- Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
- Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
- Kurang pengetahuan tentang diet berhubungan dengan kurang informasi
C. Intervensi
Pre Operasi
Dx 1: Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.
NOC: Perawatan Diri : Makan
Tujuan: Setelah dlakukan tindakan keperawatan terapi menelan selama 3 x24 jam
diharapkan tidak ada masalah dalam makan dengan skala 4 sehingga kerusakan
menelan dapat diatasi
Kriteria hasil:
- Reflek makan
- Tidak tersedak saat makan
- Tidak batuk saat menelan
- Usaha menelan secara normal
- Menelan dengan nyaman
Skala : 1. Sangat bermasalah
2. Cukup bermasalah
3. Masalah sedang
4. Sedikit bermasalah
5. Tidak ada masalah
NIC : Terapi menelan
Intervensi :
- Pantau gerakan lidah klien saat menelan
- Hindari penggunaan sedotan minuman
- Bantu pasien untuk memposisikan kepala fleksi ke depan untuk menyiapkan
menelan.
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan penenangan pasien selama
makan / minum obat.

Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.


NOC : Kontrol Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak ada masalah dalam nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang
atau berkurang
Kriteria hasil :
- Mengenali faktor penyebab.
- Mengenali serangan nyeri.
- Tindakan pertolongan non analgetik
- Mengenali gejala nyeri
- Melaporkan kontrol nyeri
Skala: 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC: Menejemen Nyeri
Intervensi :
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
- Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.
- Berikan analgesik yang sesuai.
- Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.
- Anjurkan pasien untuk istirahat.

Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia.
NOC : Fluid balance
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nutrisi selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak ada masalah nutrisi dengan skala 4 sehingga ketidak seimbangan
nutrisi dapat teratasi
Kriteria hasil :
- Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
- BB ideal sesuai tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Skala : 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Manajemen nutrisi
- Berikan makanan yang terpilih
- Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
- Berikan makanan sedikit tapi sering
- Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.
Dx 4: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
NOC : Termoregulasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fever treatment selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak ada masalah dalam suhu tubuh dengan skala 4 sehingga suhu tubuh
kembali normal atau turun.
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh dalam rentang normal
- Suhu kulit dalam batas normal
- Nadi dan pernafasan dalam batas normal.
Skala : 1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC : Fever Treatment
- Monitor suhu sesering mungkin
- Monitor warna, dan suhu kulit
- Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
- Monitor intake dan output
- Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam.

Dx 5: Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman


NOC : Kontrol Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengurangan cemas selama 3 x 24
jam diharapkan tidak ada masalah dengan kecemasan dengan skala 4 sehingga rasa
cemas dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
- Ansietas berkurang
- Monitor intensitas kecemasan
- Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn
- Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
Skala : 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Pengurangan Cemas
- Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.
- Tenangkan anak / pasien.
- Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan. (takhikardi, eskpresi
cemas non verbal)
- Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat.
- Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi

Post Operasi
Dx 6 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
NOC : Level Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak ada masalah tentang nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang
atau berkurang
Kriteria hasil :
- Melaporkan nyeri
- Frekuensi nyeri.
- Lamanya nyeri
- Ekspresi wajah terhadap nyeri
Skala : 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
- Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.
- Berikan analgesik yang sesuai.
- Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.
- Tingkatkan istirahat pasien.

Dx 7 : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.


NOC: Kontrol Infeksi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak ada infeksi dengan skala 4 sehingga resiko infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
- Dapat memonitor faktor resiko
- Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko
- Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan infeksi.
- Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko.
Keterangan Skala :
1: Tidak pernah menunjukkan
2: Jarang menunjukkan
3: Kadang menunjukkan
4: Sering menunjukkan
5: Selalu menunjukkan
NIC: Kontrol Infeksi
- Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar.
- Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan.
- Lakukan perawatan aseptik pada semua jalur IV.
- Lakukan teknik perawatan luka yang tepat.

Dx 8 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengenal informasi.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengajaran pengobatan selama 3 x 24
jam diharapkan tidak ada masalah dengan kurang pengetahuan dengan skala 4
sehingga pengetahuan pasien dan keluarga dapat bertambah
NOC : Knowledge: Diet
- Menyebutkan keuntungan dan diet yang
- Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkan
- Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang.
Ket: 1 : Tidak mengetahui
2 : Terbatas pengetahuannya
3 : Sedikit mengetahui
4 : Banyak pengetahuannya
5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks
NIC : Pengajaran Pengobatan
- Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang tujuan obat.
- Informasikan kepada anak akibat tidak minum obat.
- Ajarkan anak untuk minum obat sesuai dnegan dosis.
- Informasikan kepada anak dan keluarga tentang efek samping

Anda mungkin juga menyukai