Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum Wr Wb

Perkenalkan saya Nadya Faizatuz Zahro ingin mengajukan pertanyaan terkait pertusis.

Apa sajakah indikasi rawat inap maupun isolasi bagi pasien yang didiagnosa pertusis ?

Terimakasih

Indikasi Rawat Inap

Perawatan inap di Rumah Sakit, dengan indikasi:

- Distres pernapasan; termasuk takipnea, retraksi, pernapasan cuping hidung, grunting, dan penggunaan
otot bantu pernapasan.

- Bukti adanya pneumonia sebagai komorbid.

- Intake

- Sianosis atau apneu, dengan atau tanpa batuk.

- Kejang

- Usia < 6 bulan.

Isolasi

Pasien yang dirawat inap sebaiknya :

- Penggunaan masker pada kontak radius 1 meter.

- Ruangan khusus yang terpisah

- Dipertahankan hingga 5 hari pengobatan antibiotik atau 3 minggu setelah onset pada pasien yang
belum menerima pengobatan.

Terapi Suportif

Terapi suportif yang diberikan selama perawatan adalah

Oksigen pada anak bila pernah terjadi sianosis atau henti napas pada batuk paroksismal berat. Gunakan
nasal prongs untuk menjaga agar lubang hidung bersih dari mukus, cek setiap 3 jam.
Tata laksana jalan napas lain: selama batuk, letakkan anak dengan posisi kepala lebih rendah dalam
posisi telungkup atau miring untuk mencegah aspirasi muntah.

Bila anak sianotik; isap lendir dari hidung dan tenggorok.

Bila apneu; bersihkan jalan napas, berikan bantuan pernapasan manual atau ventilasi dan oksigen.

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/pertusis/penatalaksanaan

Penatalaksanaan Pertusis

Oleh :

dr. Maria Rossyani

Pada hasil penelitian terdahulu temyata eritromisin, kloramfenikol dan tetrasik-lin adalah sesuai untuk
batuk rejan (ti-dak dipublikasi). Sedangkan Puskesmas dianjurkan untuk memberikan kloramfe-nikol
atau tetrasiklin5. Masalah utama adalah apakah kuman B. pertussis masih peka atau sudah terjadi
resistensi terhadap antibiotika tersebut?. Untuk itu perlu dilakukan tes resistens

Terjadinya resistensi ini diduga karena adanya perubahan reseptor pada sel-sel kuman, sehingga
mengurangi ke-mampuan pengikatan antibiotika terse-but pada targetnya. Selain itu dapat pu-la terjadi
perubahan di dalam dinding sel atau plasma, sehingga mongurangi permeabilitas kuman terhadap
antibiotika tersebut. Hasil penelitian ini tidak ja-uh berbeda dengan peneliti yang la-in6l7. lo. Pada
pemakai yang kurang ta-han terhadap eritromisin, antibiotika ini dapat menimbulkan efek samping mual
dan muntah. Sedangkan pada pemakai-an yang lama dan tidak terkontrol baik eritromisin, kloramfenikol
maupun te-trasiklin dapat menyebabkan hepatoksik. Khusus untuk kloramfenikol bisa menye-babkan
anemia aplastik. Namun demikian masih perlu dilaku-kan pemeriksaan Resistensi kuman B. pertussis
terhadap antibio tika ini dengan pengambllan sampel yang lebih banyak dari daerahdaerah lain.
Selanjutnya di-harapkan hasilnya dapat membantu Pro-gram Pengembangan Imunisasi di Indo-nesia.
Untuk mendapatkan efektifitas peng-obatan yang maksimal, perlu diperiim-bangkan pemilihan
antibiotika yang se-sui tanpa efek samping atau paling tidak efek sampingnya seringan mungkin

Belum terjadi resistensi yang bermak-na terhadap eritromisin, kloramfenikol dn tetrasiklin untuk
pengobatan batuk rejan. Dari ketiga macamantibiotikater-sebut, eritromisin adalah yang paling po-ten
untuk infeksi batuk rejan, diikuti kloramfenikol baru kemudian tetrasiklin. Masih perlu dilanjutkan
pemeriksaan dengan sampel yang lebih banyak yang diambil dari daerah-daerah lain, sehingga hasilnya
dapat membantu Program Pe-ngembangan Imunisasi di Indonesia.
RESISTENSI KUMAN BORDETELLA PERTUSSIS TERHADAP ANTIBIOTIKA
Rini Pangastuti, Eko Suprijanto, Muljati Prijanto, Dyah W. Isbagio, Dewi Parwat

https://media.neliti.com/media/publications/20559-ID-resistensi-kuman-bordetella-pertussis-terhadap-
antibiotika.pdf

Anda mungkin juga menyukai