Anda di halaman 1dari 3

RESENSI BUKU

“Pemikiran Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme”

DATA BUKU :
a) Judul buku : Pemikiran Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan
Revisionisme
b) Pengarang : Franz Magnis-Suseno
c) Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
d) Tahun terbit : Agustus 1999
e) Catakan : kesepuluh tahun 2016

Ide perjalanan sosialisme memang tidak terlepas dari sosok Karl Marx. Karl Marx lahir
pada 1818 di kota Trier, di perbatasan barat Jerman yang waktu itu termasuk Prussia. Lahir
dari seorang keluarga yahudi dan sejak kecil Marx mendapat arahan dari ayahnya untuk
mempelajari ilmu hukum karena ayahnya berprofesi sebagai pengacara pada waktu itu. Namun,
Marx menolak ayahnya, ia lebih tertarik untuk menjadi penyair waktu itu. marx mengawali
pendidikan tingginya di Universitas Bonn kemudian berpindah ke Universitas Berlin dan
sampai pada Universitas Jena. Pada waktu berpindah ke Berlin, Marx mulai belajar filsafat.
Filsafat di Berlin waktu itu didominasi oleh Filsafat Hegel. Hegel pernah menjadi Profesor di
Berlin dari tahun 1818 sampai wafatnya pada tahun 1831. Dalam dunia filsafat, Hegel menjadi
sosok yang paling termasyur karena filsafat politik yang diajarkannya, yang menempatkan
rasionalitas dan kebebasan sebagai nilai tertinggi. Pada tahun 1841 Marx di promosikan
menjadi doktor filsafat oleh Universitas Jena berdasarkan karya disertasi tentang filsafat
Demokritos dan Epikuros. Kurang Lebih seperti itu penggambaran sosok karl marx dalam buku
“Pemikiran Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme” yang ditulis
oleh Frans Magnis-Suseno yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1999 oleh PT Gramedia
Pustaka Utama. Buku yang terdiri atas 292 + xvi halaman dan 12 bab menjelaskan pokok-
pokok pemikiran marx secara objektif dan kritis.
Frans Magnis mengawali isi bukunya dengan memberikan gambaran tentang kondisi
Marxisme yang pada masa Orde Baru yang di’haramkan”. Traumatik sejarah akibat Peristiwa
G30S/PKI yang dialami Bangsa Indonesia membuat Marxisme sebagai barang yang tak layak
konsumsi. Akibatnya Marxisme yang dulu menginspirasi gerakan buruh di seluruh dunia kini
makin kering dan tak berarti. Ideologi yang dianggap mengancam bukannya dihadapi secara
kritis dan argumentatif justru malah ditabuhkan dan di mitoskan. Ini lah kemudian yang
membuat franz magnis menjadi “gerah”. Frans magnis mengatakan dalam pengataranya “
mempelajari tidaklah sama dengan menganutnya, apalagi dengan menyebarkannya”. Oleh
karenanya pelarangan terhadap seseorang dalam mempelajari sesuatu dianggapnya kebalikan
dari apa yang diamantkan dalam pembukaan UUD NRI 1945, kehidupan bangsa tidak
dicerdaskan melainkan dibodohkan.
Fokus pembahsan buku ini memang terltak pada tokoh karl marx. Akan tetapi untuk
menjelaskan bagaimana munculnya sosialisme ilmiah ala Karl Marx, Frans Magnis juga
membahas mengenai pemikir-pemikir sosialisme sebelum karl marx bahkan sampai mundur
pada era tahun 5 SM yang kemudian pemikiran tersebut di isitlahkan sebagai “Sosialisme
Utopis”. Tokoh-tokoh yang mewakili Sosialisme Utopis ialah Euhemerus dan Jambulos pada
tahun 5 SM serta Bebeuf, Saint-Simon, Robert Owen, Forier, dan lain lainya tak lepas juga
dibahas oleh Frans magnis dalam buku ini.
Pokok bahasan dari buku ini adalah pemaparan inti dari ajaran marxisme dan
sumbangsinya dalam bidang ekonomi, sosiologi, dan juga filsafat. Materialisme Dialektis
Historis, Basic Structure dan Supra Structure, Teori Alienasi kelas, kritik terhadap kapitalisme,
Filsafat pekerjaan hingga Revisionisme menjadi bahasan yang menarik dalam buku ini. Selain
itu, Franz Magnis juga memberikan beberapa catatan kritis yang ditulis di setiap akhir bab
dalam menanggapi pemikiran Karl Marx. Catatan kritis itu sejatinya merupaka perenungan
Frans magnis yang mendalam terhadap setiap ide-ide Karl Marx sehingga pembaca juga ikut
berpikir supaya dalam memahami marxisme tidak ditelan secara mentah-mentah.
Secara keseluruhan, buku ini patut untuk dibaca bagi mereka yang penasaran dengan
ajaran Marxisme yang ingin membebasakan kaum buruh dari belenggu penindasan
Kapitaslime. Dengan bahasa yang sederhana dan tidak lepas dari kesan akademis mengingat
basic penulis juga seorang pengajar filsafat di Perguruan tinggi, menjadikan buku ini tidak
terlalu membuat pembuat mengerutkan dahi.

Anda mungkin juga menyukai