Anda di halaman 1dari 84

TUGAS I

KELOMPOK 5

Mata Kuliah:

ARSITEKTUR NUSANTARA

Dosen :

Cynthia E. V. Wuisang, PhD, M. UrbHabMgt, ST

NAMA KELOMPOK;

1. KRISTANYA C. E. TENDEAN (18021102078)


2. KERIN M. KARISOH (18021102006)
3. ZEFANYA N. MAMAHIT (18021102014)
4. YOSUA S. S, KOLUKU (18021102076)
5. HENDRIANTO M LU’A (18021102058)
6. ALTUR RORI (18021102085)
7. JEREMY TANOR 18021102026

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


Pengantar
Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar:
dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni. (Vitruvius)
Dalam tugas yang diberikan ini kami kelompok Mahasiswa Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sam Ratulangi mengkaji keseluruhan tugas dalam mata kuliah ‘Arsitektur Nusantara’.
Apa itu Arsitektur Nusantara Berikut adalah pengertiannya;
Arsitektur memiliki makna Guna dan Citra, yaitu bangunan yang tidak sekedar fungsi, namun juga
mengandung citra, nilai-nilai, status, pesan dan emosi yang disampaikannya. (Romo Mangun)
Arsitektur adalah karya dan cipta manusia dengan langsung dikendalikan kehadirannya oleh
manusia penciptanya di satu sisi dan dikondisikan kehadirannya oleh tempat saat. (Josef
Prijotomo)
Arsitektur adalah keterpaduan antara ruang sebagai wadah, dengan manusia sebagai isi yang
menjiwai wadah itu sendiri. Dengan kata lain dalam arsitektur terdapat perwujudan ruang
(meliputi fungsi, tata-susunan, dimensi, bahan, dan tampilan bentuk) yang sangat ditentukan oleh
keselarasan kehidupan daya dan potensi dari manusia di seluruh aspek hidup dan kehidupannya
(meliputi norma/tata-nilai, kegiatan, populasi, jatidiri,dan kebudayaannya).
Nusantara adalah sebutan (nama) bagi seluruh wilayah kepulauan Indonesia yang membentang
dari Sumatera sampai Papua. Kata Nusantara biasa dipakai sebagai sinonim untuk kepulauan
Indonesia
Kamus Besar.http://www.kamusbesar.com/27350/Nusantara.Diunduh: 18 Maret 2012
Nusantara dalam kajian arsitektur mengalami kontekstualisasi dari sebuah wilayah politik yang
berkonotasi Indonesia menjadi ruang budaya, tergelar luas dari ke Timur mulai dari negeri-negeri
Asia Tenggara daratan, Aceh sampai dengan kepulauan di Timur Papua, dari Utara ke Selatan
mulai dari Kepulauan Jepang sampai kompleks Pulau Rote. Jauh lebih luas daripada “pengertian
tradisional” batas wilayah politik Indonesia.
Tugas ini terdi dari 3 bab, yang pertama ; Iklim, Geografi, Ruang Angkasa Bumi; Deskripsi Iklim,
geografi, Ruamg Angkasa yang ada di NTT, MALUKU, dan PAPUA; Terakhir Deskripsi tata
Tapak Arsitektur yang ada di NTT, MALUKU, dan PAPUA.
Gambaran Umum

BAB I. IKLIM, GEOGRAFI, RUANG ANGKASA BUMI

Bumi tempat segenap makhluk hidup termasuk manusia telah terbentuk kira-kira 4 600 000 000
tahun lalu bersamaan dengan planet-planet lain yang membentuk tatasurya dengan matahari
sebagai pusatnya. Bumi adalah tempat tinggal bagi jutaan makhluk hidup, termasuk manusia.[28]
Sumber daya mineral Bumi dan produk-produk biosfer lainnya bersumbangsih terhadap
penyediaan sumber daya untuk mendukung populasi manusia global. Karena kemiringan sumbu
Bumi, jumlah sinar matahari yang jatuh pada titik tertentu di permukaan Bumi bervariasi
sepanjang tahun. Hal ini menyebabkan perubahan musim pada iklim. Musim panas di belahan
utara terjadi saat Kutub Utara mengarah tepat ke Matahari, dan musim dingin berlangsung di saat
sebaliknya. Secara astronomis, empat musim ditentukan oleh titik balik matahari – titik saat
kemiringan sumbu maksimum orbit menuju atau menjauh dari Matahari – dan ekuinoks, saat arah
kemiringan dan arah Matahari berada pada satu garis tegak lurus (serenjang).

Seperti halnya manusia yang lahir di berbagai tempat di muka bumi, arsitektur lahir di tiap jengkal
muka bumi ini. Perwajahan dan perkembangan suatu arsitektur erat hubungannya dengan dimana
ia ‘dilahirkan’. Alam sekitar, budaya, dan kebiasaan masyarakat sekitar menjadi beberapa faktor
penentu bagaimana rupa suatu arsitektur.
Arsitektur mempengaruhi lingkungan, lingkungan mempengaruhi arsitektur. Arsitektur bisa
menjadi harmonis dengan alam. Arsitektur juga bisa menjadi bagian dari alam meski dengan
mengkontraskan dirinya. Namun, arsitektur juga berhak mengabaikan alam dan tempatnya
‘dilahirkan’. Alam boleh saja mempengaruhi suatu arsitektur, tapi tidak selalu arsitektur
mengacuhkan alam. Yang dimaksud mengabaikan yakni tidak menjadikan hal tersebut sebagai
komponen perancangan, di bawah ini terdapat deskripsi mengenai iklim, geografi, dan ruang
angkasa yang berlaku di belahan vumi beriklim tropis dan subtropis.

BAB II. DESKRIPSI IKLIM DI PULAU NTT, MALUKU, MALUKU UTARA DAN PAPUA

1. Nusa Tenggara Timur (disingkat NTT)

Nusa Tenggara Timur (disingkat NTT) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang meliputi
bagian timur Kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi ini beribu kota di Kupang dan memiliki 22
Kabupaten/Kota. Letak; Bentangan kepulauan yang terletak di antara 8°-12°Lintang Selatan dan
118° – 125°Bujur Timur, Iklim; Keadaan iklim di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dikenal
dengan 2 (dua) musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada Bulan Juni–September arus
angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan
musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember-Maret arus angin banyak mengandung uap air
yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan.

2. MALUKU

Maluku adalah sebuah provinsi yang meliputi bagian selatan Kepulauan Maluku, Indonesia.
Lintasan sejarah Maluku telah dimulai sejak zaman kerajaan-kerajaan besar di Timur Tengah
seperti kerajaan Mesir yang dipimpin Firaun. Letak Geografis dan administrasi. Secara geografis
batas-batas antara Maluku Utara dan Provinsi Maluku di bagian Bagian Utara, barat papua
provinsi di timur, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah di Barat, dan The Republik
Demokratik Timor-Leste dan Australia di Selatan. Sementara secara total 581 daerah 376 km2
yang terdiri dari 527 191 km2 wilayah laut laut, dan 54 185 km2 wilayah laut, atau dengan kata
lain sekitar 90% Provinsi Maluku merupakan daerah laut. Sebagai Provinsi Kepulauan, Maluku
memiliki 559 pulau yang memiliki pulau-pulau yang relatif besar beberapa, antara lain: pulau
Seram (18 625 km2), Pulau Buru (9000 km2) Yamdena (5085 km2) dan Pulau Wetar (3624 km2).
Dengan kondisi dominan perairan daerah, Provinsi Maluku sangat terbuka untuk berinteraksi
dengan yang lain Provinsi dan negara-negara sekitarnya. Daerah Maluku mengenal 2 musim yakni
: musim barat atau utara dan tenggara atau timur yang di selingi oleh dua macam pancaroba yang
merupakan transisi kedua musim tersebut.

3. PAPUA

Papua adalah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bagian
paling timur wilayah Papua milik Indonesia. Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini.
Provinsi Papua sebelumnya bernama Irian Jaya yang mencakup seluruh wilayah Papua Bagian
barat. Sejak tahun 2003, dibagi menjadi dua provinsi dengan bagian timur tetap memakai nama
Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat. Papua memiliki luas 808.105 km
persegi dan merupakan pulau terbesar kedua di dunia dan terbesar pertama di Indonesia. Iklim
Variasi curah hujan antara 45-255 mm/thn dengan jumlah hari hujan rata-rata bervariasi antara
148-175 hari hujan/thn. Suhu rata-rata 29° C - 31,8° C. Musim hujan dan musim kemarau tidak
teratur. Kelembaban udara rata- rata bervariasi antara 79% - 81% di lingkungan perkotaan
sampai daerah pinggiran kota.

BAB 3. TATA TAPAK 7 POLA PERMUKIMAN DI PULAU NTT, MALUKU, PAPUA


BAB I.
IKLIM, GEOGRAFI, RUANG ANGKASA BUMI

BUMI

Bumi adalah planet ketiga dari Matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari
delapan planet dalam Tata Surya. Bumi juga merupakan planet terbesar dari empat planet
kebumian Tata Surya. Bumi terkadang disebut dengan dunia atau Planet Biru.[23]

Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu, dan kehidupan sudah muncul di permukaannya
paling tidak sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu.[24] Biosfer Bumi kemudian secara perlahan
mengubah atmosfer dan kondisi fisik dasar lainnya, yang memungkinkan terjadinya
perkembangbiakan organisme serta pembentukan lapisan ozon, yang bersama medan magnet
Bumi menghalangi radiasi surya berbahaya dan mengizinkan makhluk hidup mikroskopis untuk
berkembang biak dengan aman di daratan.[25] Sifat fisik, sejarah geologi, dan orbit Bumi
memungkinkan kehidupan untuk bisa terus bertahan.

Litosfer Bumi terbagi menjadi beberapa segmen kaku, atau lempeng tektonik, yang mengalami
pergerakan di seluruh permukaan Bumi selama jutaan tahun. Lebih dari 70% permukaan Bumi
ditutupi oleh air,[26] dan sisanya terdiri dari benua dan pulau-pulau yang memiliki banyak danau
dan sumber air lainnya yang bersumbangsih terhadap pembentukan hidrosfer. Kutub Bumi
sebagian besarnya tertutup es; es padat di Antartika dan es laut di paket es kutub. Interior Bumi
masih tetap aktif, dengan inti dalam terdiri dari besi padat, sedangkan inti luar berupa fluida yang
menciptakan medan magnet, dan lapisan tebal yang relatif padat di bagian mantel.

Bumi berinteraksi secara gravitasi dengan objek lainnya di luar angkasa, terutama Matahari dan
Bulan. Ketika mengelilingi Matahari dalam satu orbit, Bumi berputar pada sumbunya sebanyak
366,26 kali, yang menciptakan 365,26 hari matahari atau satu tahun sideris.[catatan 7] Perputaran
Bumi pada sumbunya miring 23,4° dari serenjang bidang orbit, yang menyebabkan perbedaan
musim di permukaan Bumi dengan periode satu tahun tropis (365,24 hari matahari).[27] Bulan
adalah satu-satunya satelit alami Bumi, yang mulai mengorbit Bumi sekitar 4,53 miliar tahun yang
lalu. Interaksi gravitasi antara Bulan dengan Bumi merangsang terjadinya pasang laut,
menstabilkan kemiringan sumbu, dan secara bertahap memperlambat rotasi Bumi.

Bumi adalah tempat tinggal bagi jutaan makhluk hidup, termasuk manusia.[28] Sumber daya
mineral Bumi dan produk-produk biosfer lainnya bersumbangsih terhadap penyediaan sumber
daya untuk mendukung populasi manusia global.[29] Wilayah Bumi yang dihuni manusia
dikelompokkan menjadi 200 negara berdaulat, yang saling berinteraksi satu sama lain melalui
diplomasi, pelancongan, perdagangan, dan aksi militer

BENTUK BUMI

Awan stratokumulus di atas Pasifik, dilihat dari orbit.

Bentuk Bumi kira-kira menyerupai sferoid pepat, bola yang bentuknya tertekan pipih di sepanjang
sumbu dari kutub ke kutub sehingga terdapat tonjolan di sekitar khatulistiwa.[35] Tonjolan ini
muncul akibat rotasi Bumi, yang menyebabkan diameter khatulistiwa 43 km (kilometer) lebih
besar dari diameter kutub ke kutub.[36] Karena hal ini, titik terjauh permukaan Bumi dari pusat
Bumi adalah gunung api Chimborazo di Ekuador, yang berjarak 6.384 kilometer dari pusat Bumi,
atau sekitar 2 kilometer lebih jauh jika dibandingkan dengan Gunung Everest.[37] Diameter rata-
rata bulatan Bumi adalah 12.742 km, atau kira-kira setara dengan 40.000 km /π, karena satuan
meter pada awalnya dihitung sebagai 1/10.000.000 jarak dari khatulistiwa ke Kutub Utara
melewati Paris, Prancis.[38]

Topografi Bumi mengalami deviasi dari bentuk sferoid ideal, meskipun dalam skala global deviasi
ini tergolong kecil: Bumi memiliki tingkat toleransi sekitar 584, atau 0,17% dari sferoid sempurna,
lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat toleransi pada bola biliar (0,22%).[39] Deviasi
tertinggi dan terendah pada permukaan Bumi terdapat di Gunung Everest (8.848 m di atas
permukaan laut) dan Palung Mariana (10.911 m di bawah permukaan laut). Karena adanya
tonjolan khatulistiwa, lokasi di permukaan Bumi yang berada paling jauh dari pusat Bumi adalah
puncak Chimborazo di Ekuador dan Huascarán di Peru.[40][41][42]
KEMIRINGAN SUMBU & MUSIM

Bumi dan Bulan dari Mars, dipotret oleh Mars Reconnaissance Orbiter. Dari luar angkasa, bentuk
Bumi berubah dari waktu ke waktu, mirip dengan fase bulan.

Karena kemiringan sumbu Bumi, jumlah sinar matahari yang jatuh pada titik tertentu di
permukaan Bumi bervariasi sepanjang tahun. Hal ini menyebabkan perubahan musim pada iklim.
Musim panas di belahan utara terjadi saat Kutub Utara mengarah tepat ke Matahari, dan musim
dingin berlangsung di saat sebaliknya. Ketika musim panas, hari berlangsung lebih lama dan
Matahari naik lebih tinggi di langit. Pada musim dingin, iklim pada umumnya menjadi lebih dingin
dan hari berjalan dengan lebih pendek. Di atas Lingkar Arktik, peristiwa ekstrem terjadi saat tidak
ada siang hari dan malam berlangsung lebih dari 24 jam sehubungan dengan fenomena malam
kutub. Di belahan selatan, situasinya berkebalikan dengan Kutub Utara; orientasi Kutub Selatan
berlawanan dengan arah Kutub Utara.

Secara astronomis, empat musim ditentukan oleh titik balik matahari – titik saat kemiringan
sumbu maksimum orbit menuju atau menjauh dari Matahari – dan ekuinoks, saat arah kemiringan
dan arah Matahari berada pada satu garis tegak lurus (serenjang). Di belahan utara, titik balik
matahari musim dingin terjadi pada tanggal 21 Desember, titik balik matahari musim panas pada
21 Juni, ekuinoks musim semi sekitar tanggal 20 Maret, dan ekuinoks musim gugur tanggal 23
September. Di belahan selatan, situasinya terbalik; titik balik matahari musim panas dan musim
dingin terjadi sebaliknya dan ekuinoks musim semi dan musim gugur dipertukarkan
tanggalnya.[116]
Pesawat ruang angkasa Cassini NASA memotret Bumi dan Bulan (terlihat pada kanan bawah)
dari Saturnus (19 Juli 2013).

Sudut kemiringan Bumi relatif stabil dalam jangka waktu yang lama. Kemiringan ini mengalami
nutasi; gerakan kecil dan tidak teratur dengan periode utama 18,6 tahun.[117] Orientasi (bukannya
sudut) dari sumbu Bumi juga berubah dari waktu ke waktu, yang mengalami presesi di sekeliling
lingkaran penuh setiap 25.800 tahun; presesi inilah yang menyebabkan perbedaan antara tahun
sideris dan tahun tropis. Kedua gerakan ini disebabkan oleh adanya daya tarik yang beragam dari
Matahari dan Bulan terhadap tonjolan khatulistiwa Bumi. Dari sudut pandang Bumi, kutub juga
berpindah beberapa meter di sepanjang permukaan. Gerakan kutub ini memiliki beberapa
komponen siklis, yang secara kolektif dikenal dengan gerakan kuasiperiodik. Selain komponen
tersebut, terdapat siklus 14 bulanan yang dinamakan gerakan Chandler. Kecepatan rotasi Bumi
juga bervariasi, yang dikenal dengan fenomena variasi panjang hari.[118]

Di zaman modern, perihelion Bumi terjadi sekitar tanggal 3 Januari, dan aphelion pada tanggal 4
Juli. Tanggal ini akan berubah seiring waktu karena proses presesi dan faktor orbital lainnya, yang
mengikuti pola siklus yang dikenal dengan siklus Milankovitch. Perubahan jarak antara Bumi dan
Matahari menyebabkan meningkatnya energi surya yang mencapai Bumi sebesar 6,9%.[catatan 15]
Karena belahan bumi selatan miring menghadap Matahari ketika Bumi mencapai jarak
terdekatnya dengan Matahari, belahan selatan menerima energi surya yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan belahan utara selama setahun. Dampak fenomena ini jauh lebih besar
daripada perubahan energi total yang disebabkan oleh kemiringan sumbu, dan sebagian besar
kelebihan energi tersebut diserap oleh air dalam jumlah banyak di belahan selatan.

IKLIM DI BUMI

Pengertian Iklim

Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan
dalam waktu yang lama serta melingkupi wilayah yang luas. Pengertian lain menyebutkan bahwa
iklim adalah perubahan kondisi cuaca yang relatif tetap dan secara berkala karena pengaruh
perputaran (evolusi) bumi. Sehingga bisa disimpulkan, iklim adalah keadaan cuaca yang
melingkupi berbagai wilayah di permukaan bumi dengan keadaan yang relatif tetap berdasarkan
kedudukan wilayah tersebut serta berkaitan erat dengan letak garis lintang dan ketinggian.
Berdasarkan letak garis lintang dan ketinggian, maka iklim terbagi menjadi dua yaitu iklim
matahari dan iklim fisis.
Iklim matahari adalah iklim yang didasarkan pada banyak sedikitnya matahari yang jatuh
pada wilayah tersebut. Iklim matahari terbagi menjadi empat, yaitu :

Iklim Tropis
Iklim tropis terletak antara 0° – 231/2° LU/LS dan hampir 40 % dari permukaan
bumi.
Ciri-ciri iklim tropis adalah sebagai berikut: Suhu udara rata-rata tinggi, karena
matahari selalu vertikal. Umumnya suhu udara antara 20- 23°C. Bahkan di beberapa
1)
tempat rata-rata suhu tahunannya mencapai 30°C.

∙ Amplitudo suhu rata-rata tahunan kecil. Di kwatulistiwa antara 1 – 5°C, sedangkan


ampitudo hariannya lebih besar.
∙ Tekanan udaranya rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan.
∙ Hujan banyak dan lebih banyak dari daerah-daerah lain di dunia.

Iklim Sub Tropis


Iklim sub tropis terletak antara 231/2° – 40°LU/LS. Daerah ini merupakan peralihan
antara iklim tropis dan iklim sedang.

Ciri-ciri iklim sub tropis adalah sebagai berikut:

∙ Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah peralihan dari daerah
iklim tropis ke iklim sedang.
2) ∙ Terdapat empat musim, yaitu musim panas, dingin, gugur, dan semi. Tetapi musim
dingin pada iklim ini tidak terlalu dingin. Begitu pula dengan musim panas tidak terlalu
panas.
∙ Suhu sepanjang tahun menyenangkan. Maksudnya tidak terlalu panas dan tidak terlalu
dingin.
∙ Daerah sub tropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan musim
panasnya kering disebut daerah iklim Mediterania, dan jika hujan jatuh pada musim
panas dan musim dinginnya kering disebut daerah iklim Tiongkok.
Iklim Sedang
Iklim sedang terletak antara 40°- 661/2° LU/LS. Ciri-ciri iklim sedang adalah
sebagai berikut:

∙ Banyak terdapat gerakan-gerakan udara siklonal, tekanan udara yang sering berubah-
3)
ubah, arah angin yang bertiup berubah-ubah tidak menentu, dan sering terjadi badai
secara tiba-tiba.
∙ Amplitudo suhu tahunan lebih besar dan amplitudo suhu harian lebih kecil
dibandingkan dengan yang terdapat pada daerah iklim tropis.

Iklim Dingin (Kutub)

Iklim dingin terdapat di daerah kutub. Oleh sebab itu iklim ini disebut pula sebagai
iklim kutub. Iklim dingin dapat dibagi dua, yaitu iklim tundra dan iklim es.
Ciri-ciri iklim tundra adalah sebagai berikut:

∙ Musim dingin berlangsung lama


∙ Musim panas yang sejuk berlangsung singkat.
∙ Udaranya kering.
∙ Tanahnya selalu membeku sepanjang tahun.
∙ Di musim dingin tanah ditutupi es dan salju.
4)
∙ Di musim panas banyak terbentuk rawa yang luas akibat mencairnya es di permukaan
tanah.
∙ Vegetasinya jenis lumut-lumutan dan semak-semak.
∙ Wilayahnya meliputi: Amerika utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan
Greenland, dan pantai utara Siberia.
Sedangkan ciri-ciri iklim es atau iklim kutub adalah sebagai berikut:
• Suhu terus-menerus rendah sekali sehingga terdapat salju abadi.
• Wilayahnya meliputi: kutub utara, yaitu Greenland (tanah hijau) dan Antartika di
kutub selatan.

http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=138&fname=geo109_13.htm

iklim fisis
Sedangkan iklim fisis, adalah iklim yang dihasilkan berdasarkan fakta dan keadaan sesungguhnya
pada wilayah tersebut sebagai hasil pengaruh lingkungan alamnya. Iklim fisis ini terbagi lagi
menjadi iklim laut, iklim darat, iklim dataran tinggi, iklim gunung/pegunungan dan iklim musim
(muson).
Lebih umumnya, paparan diatas dapat disebut dengan iklim makro dan iklim mikro. Iklim makro
memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan iklim di berbagai wilayah di
seperti telah dipaparkan pada tabel pembagian iklim matahari. Beberapa unsur utama dalam
pembentuk iklim makro antara lain
1. Suhu udara

2. Kelembaban

3. Angin

4. Curah hujan

5. Radiasi matahari

Sedangkan iklim fisis sendiri sedikit banyak memiliki hubungan dengan iklim mikro dimana iklim
mikro memberikan pengaruh langsung terhadap kenikmatan (fisik) dan kenyamanan (rasa).
Contohnya adalah perbedaan letak ketinggian dataran antara kota Surabaya dan Malang.
Perbedaan ketinggian ini selanjutnya akan menghasilkan perbedaan tekanan udara, suhu, dan
kelembaban pada kedua wilayah tersebut walau secara makro kedua wilayah tersebut berada pada
daerah iklim tropis.

Pengaruh Iklim terhadap Musim

Keragaman iklim tentu akhirnya menghasilkan perbedaan musim. Sejauh ini wilayah bumi terbagi
menjadi wilayah dengan dua musim dan wilayah dengan empat musim. Berbagai unsur yang
mengakibatkan perbedaan dalam iklim makro tentu memiliki kaitan erat dengan terjadinya musim.
Perbedaan itu antara lain :

2 MUSIM 4 MUSIM

Terdapat Musim kemarau dan Terdapat Musim panas, Musim dingin, Musim
Musim Penghujan gugur, dan Musim semi

Matahari bersinar +/- 12 jam tiap hari Matahari bersinar < 12 jam atau > 12 jam

Perubahan suhu tidak esktrem Perubahan suhu ekstrem

Kelembapan tinggi Kelembapan rendah

Curah hujan tinggi Curah hujan rendah

Matahari bersinar sepanjang tahun Matahari tidak bersinar sepanjang tahun


Iklim Tropik Iklim Sedang

Bangunan sebaiknya terbuka dengan jarak yang Bangunan sebaiknya tertutup dengan
cukup antar masing-masing bangunan untuk jarak yang rapat antar masing-masing
menjamin sirkulasi udara yang baik bangunan

Orientasi bangunan adalah utara selatan untuk Orientasi bangunan adalah selatan
mencegah pemanasan matahari pada fasad untuk menangkap sinar matahari

Bangunan harus memiliki lebar yang cukup Bangunan harus memiliki sekat yang
untuk mendapatkan ventilasi silang banyak untuk membatasi pertukaran
udara dalam dan luar

Ruang di sekitar bangunan harus diberi Ruang di dalam bangunan diberi


peneduh tetapi tidak mengganggu sirkulasi pemanas listrik atau perapian
udara

Harus dipersiapkan saluran air hujan dari atap Tidak harus dipersiapkan saluran
ke halaman hujan karena jarangnya intensitas
hujan

Bangunan ringan dengan daya serap panas yang Bangunan berat dengan daya serap
rendah panas tinggi

ARSITEKTUR 4 MUSIM DAN 2 MUSIM

Bumi ini terbagi menjadi 2 bagian yang mendasar yaitu lautan dan daratan. Seperti yang kita
ketahui di daratan terdapat gunung, lembah, dataran, gurun, bukit dan lain sebagainya. Karena
posisi daratan yang menyebar di seluruh penjuru bumi, maka posisinya pun juga berbeda-beda.
Ada daratan yang posisinya dilalui oleh jalur garis equator atau yang biasa kita sebut dengan garis
khatulistiwa dan ada yang posisinya berada di atas garis khatulistiwa serta di bawah garis
khatulistiwa. Maka dari perbedaan posisi itu terjadi perbedaan musim yang dialami oleh Negara-
negara yang ada di bumi ini.

Rata-rata Negara yang posisinya dilalui oleh garis khatulistiwa sebagian besar mengalami hanya
2 musim saja, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Sedangkan Negara yang posisinya
berada di atas ataupun di bawah garis khatulistiwa, negaranya mengalami 4 musim yaitu musim
semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin.
A. 2 MUSIM

Tropika adalah daerah di permukaan Bumi, yang secara geografis berada di sekitar ekuator, yaitu
yang dibatasi oleh dua garis lintang 23.5 derajat LS dan 23.5 derajat LU: Garis Balik Utara (GBU,
Tropic of Cancer) di utara dan Garis Balik Selatan (GBS, Tropic of Capricorn) di selatan. Tropis
adalah bentuk ajektivanya.

Area ini terletak di antara 23.5° LU dan 23.5° LS, dan mencakup seluruh bagian Bumi yang dalam
setahun mengalami dua kali saat Matahari tepat berada di atas kepala (di utara GBU dan di selatan
GBS Matahari tidak pernah mencapai ketinggian 90° atau tepat di atas kepala). Kata tropika
berasal dari bahasa Yunani, tropos yang berarti “berputar”, karena posisi Matahari yang berubah
antara dua garis balik dalam periode yang disebut tahun.

Tumbuhan dan hewan tropis adalah spesies yang hidup di daerah tropis tersebut. Istilah tropis
juga kadangkala digunakan untuk menyebut tempat yang hangat dan lembap sepanjang tahun,
walaupun tempat itu tidak terletak di antara dua garis balik. Tumbuhan daerah tropis biasanya
berdaun lebar dan hijau abadi (tidak menggugurkan daun), atau jika memiliki perilaku peluruh
mereka tidak dipengaruhi oleh suhu atau durasi radiasi Matahari melainkan oleh ketersediaan air
di tanah. Wilayah tropis di seluruh dunia dikenal dalam biogeografi sebagai wilayah pantropis
(“seluruh tropis”), untuk dipertentangkan dengan wilayah per benua, seperti Amerika tropis, atau
Asia tropis.

Ciri-ciri iklim tropis adalah sebagai berikut:

▪ Suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari selalu vertikal. Umumnya suhu udara antara 20-
23°C. Bahkan di beberapa tempat rata-rata suhu tahunannya mencapai 30°C.

▪ Amplitudo suhu rata-rata tahunan kecil. Di kwatulistiwa antara 1 – 5°C, sedangkan ampitudo
hariannya lebih besar.

▪ Tekanan udaranya rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan.

▪ Hujan banyak dan lebih banyak dari daerah-daerah lain di dunia.

Indonesia merupakan Negara yang posisinya dilalui oleh garis khatulistiwa. Dan posisi ini
sebenarnya cukup strategis yaitu diantara Benua Asia dan Australia serta diantara Samudra Hindia
dan Samudra Pasifik memiliki pengaruh yang kuat terhadap iklim dan cuaca di Indonesia. Karena
perbedaan kondisi iklim itu, akhirnya menjadi pengaruh kuat mengapa di Indonesia memiliki 2
musim. Ada 3 iklim yang mempengaruhi yaitu:
1. Iklim Musim ( Iklim Muson )
Iklim Muson adalah jenis iklim yang dipengaruhi oleh perubahan angin yang berubah-ubah. Iklim
muson barat bertiup dari bulan Oktober hingga April dengan membawa udara lembab dan
menjadikan terciptanya musim penghujan. Sedangkan iklim muson timur bertiup dari bulan April
hingga bulan Oktober dengan membawa angin kering dan mengakibatkan terjadinya musim
kemarau.

2. Iklim Tropis
Seperti Negara di Asia Tenggara pada umumnya, Indonesia memiliki iklim tropis. Hal ini terjadi
karena Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa sehingga hanya memiliki dua musim, yaitu musim
penghujan dan kemarau. Karakter dari iklim tropis ini adalah bersifat panas dan mengandung
banyak curah hujan.

3. Iklim Laut
Indonesia memiliki iklim laut karena merupakan negara maritim atau negara perairan yang terdiri
dari banyak pulau- pulau besar dan ribuan pulau kecil. Hal ini berakibat sering terjadinya
penguapan air laut sehingga udara menjadi panas dan curah hujan meninggi.

Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang dilintasi oleh garis Khatulistiwa, sehingga dalam
setahun matahari melintasi ekuator sebanyak dua kali. Matahari tepat berada di ekuator setiap
tanggal 23 Maret dan 22 September. Sekitar April-September, matahari berada di utara ekuator
dan pada Oktober-Maret matahari berada di selatan. Pergeseran posisi matahari setiap tahunnya
menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Pada saat matahari berada di utara ekuator, sebagian wilayah Indonesia
mengalami musim kemarau, sedangkan saat matahari ada di selatan, sebagaian besar wilayah
Indonesia mengalami musim penghujan.

Meski Indonesia dikatakan memiliki posisi yang strategis karena berada di antara 2 samudra dan
2 benua, hal itu menjadi salah satu kelemahan Indonesia karena pergerakan lempeng Indonesia
sangat memungkinkan untuk terjadi gempa. Oleh karena itu bangunan di Indonesia banyak
menggunakan struktur kayu agar lebih stabil jika terjadi gempa. Berbeda dengan Negara yang
memiliki 4 musim, konstruksi bangunan yang terdapat disana menggunakan struktur batu karena
memang disana jarang sekali terjadi gempa.

Dikarenakan Indonesia menggunakan struktur kayu di sebagian besar bangunannya, biasanya


didukung oleh keadaan bangunan yang dindingnya menggunakan kerai dan berbentuk rumah
panggung sangat jelas bahwa aktivitas diluar rumah sangat sering dilakukan. Membentuk pola
perilaku yang senang untuk berkomunikasi secara lisan, karena interaksi antar sesama yang sangat
sering dilakukan.
KONSEP BANGUNAN TROPIS DI INDONESIA

Iklim tropis adalah iklim dimana panas merupakan masalah utama/dominan yang membuat
bangunan hampir setiap saat harus dalam kondisi dingin agar tercipta suatu kenyamanan bagi
pemakainya. Suhu rata-rata iklim tropis pertahun tidak kurang dari 200 Celsius. Iklim tropis
memiliki sifat curah hujan yang relatif tinggi, intensitas cahaya matahari tinggi, karena posisinya
pada zona ekuator mendapat pengaruh radiasi maksimal, memiliki kecepatan angin bervariasi,
kelembapan udara yang tinggi, serta gangguan hewan liar, hewan pengerat, dan serangga tinggi.

Kondisi iklim tropis yang lembab menuntut perlunya syarat-syarat khusus dalam perancangan
bangunan dan lingkungan binaan, mengingat adanya beberapa faktor spesifik yang hanya dijumpai
secara khusus pada iklim tropis. Sehingga teori-teori arsitektur, seperti komposisi, bentuk, fungsi
bangunan, citra bangunan, dan nilai-nilai estetika bangunan yang terbentuk di daerah beriklim
tropis akan sangat berbeda dengan kondisi bangunan yang ada di wilayah lain yang berbeda
iklimnya.

Permasalahan pada bangunan tropis adalah :

1. Elemen Iklim

Elemen meteorologi terdiri atas komposisi atmosfir, tekanan, radiasi matahari, temperatur, angin,
kelembapan, dan formasi awan. Elemen-elemen ini akan mempengaruhi iklim suatu daerah.
Berhubungan juga dengan letak garis bujur dan garis lintang bumi.

2. Area Nyaman, Skema Bio Klimatik

Ketika manusia beraktivitas maka akan mengeluarkan panas dan akan keluar dari tubuh berupa
keringat. Selain panas didapat dari dalam tubuh, panas juga berasal dari luar tubuh, seperti ketika
berjemur di bawah sinar matahari atau ketika kita berdekatan dengan sumber penghasil panas,
tubuh akan merespon dengan mengeluarkan keringat. Keringat ini bertugas untuk menjaga
keseimbangan suhu pada tubuh manusia.

3. Matahari dan Proses Perancangan

Ketika matahari merupakan salah satu elemen yang mempengaruhi kenyamanan manusia, maka
peran matahari dalam proses perancangan bisa menjadi sebuah sumber yang dimanfaatkan sebagai
elemen pencahayaan alami namun bisa juga menjadi salah satu elemen yang harus dihindari
karena mengakibatkan kenaikan suhu dan silau. Hal lain yang perlu diperhatikan pada bangunan
terkait dengan sinar matahari adalah menentukan perlengkapan penghalang (shading devices),
arah sinar matahari dan dampak bayangan gelap yang dihasilkan.
4. Orientasi dan Perencanaan

Perlu diperhatikan ketika membuat suatu perancangan bangunan membutuhkan data yang akurat
menegenai kondisi site, iklim, arah datangnya sinar matahari dan angin, serta konsep perencanaan
yang dijadikan issue.

5. Ventilasi

Pada sebuah perencanaan bangunan diperlukan adanya ventilasi atau bukaan-bukaan yang bisa
mengontrol aliran udara, dimana aliran udara tersebut berfungsi supaya ruangan tidak pengap, ini
karena udara dari luar akan mengalirkan udara panas keluar bangunan. Jumlah dan besarnya
ventilasi ada baiknya juga memperhatikan lingkungan sekitar yang mengandung bayak oksigen
atau mungkin malah berdebu.

6. Landsekap

Fungsi tanaman antara lain sebagai: kontrol pandangan, pembatas fisik, pengendali iklim,
pencegah erosi, habitat satwa, dan fungsi estetika. Dengan memperhatikan tata hijau di suatu
kawasan akan mempengaruhi visualisasi atau pencitraan terhadap suatu kawasan.

7. Perlengkapan Pendingin

Dengan adanya sianr matahari yang datang sepanjang tahun, maka pada bangunan di daerah iklim
tropis membutuhkan pendinginan ruangan. Pendinginan ruangan dilakukan dengan cara
penguapan, exhaust fan, atau pendinginan dengan ac.

8. Analisis dalam Perancangan

Pada iklim tropis dibedakan dengan dua daerah yakni iklim panas dan kering serta iklim panas
dan lembab. Kering berarti jarang terjadi hujan , sedangkan lembab berarti sering terjadi hujan.
Maka dibutuhkan pengetahuan untuk membuat desain perencanaan bangunan sebagai bentuk
respon dari perbedaan iklim kering dan lembab.

Melihat dari kondisi site dan orientasinya, pada iklim panas dan kering sebaiknya menghindari
kantong-kantong radiasi matahari dan silau dari langit ataupun pengaruh pantulan dari sekitarnya.
Kedua, dalam pemilihan bahan dan peralatan pada dinding dan atap cenderung memilih bahan
yang memantulkan radiasi matahari. Ketiga, mengupayakan menanam rerumputan atau
pepohonan di sekitar bangunan karena komponen ini mampu menekan pengaruh radiasi matahari
dan suhu udara. Keempat, menghindari pengaruh radiasi matahari dari arah timur dan barat pada
pagi atau sore hari. Kelima, menghindari dari area-area di lembah yang sempit karena dapat
menjadi pengumpul radiasi matahari yang dapat meningkatkan suhu udara. Keenam, dengan
menambahkan elemen air pada sekitar bangunan cenderung dapat meyaring debu dan pasir yang
terbawa oleh angin yang masuk kedalam bangunan. Ketujuh, memilih lokasi untuk pemukiman
sebaiknya yang dekat dengan aliran air, karena akan mempengaruhi kenyamanan lingkungan yang
lembab dan sejuk.

Melihat dari kondisi site dan orientasinya, pada iklim panas dan lembab sebaiknya pada daerah
yang berketinggian, menghadapkan bangunan kearah datangnya angin agar mendapatkan
pergerakan udara secara optimal, pada arah kemiringan utara/ selatan lebih menguntungkan
dibanding timur/barat karena mendapatkan pengaruh radiasi matahari lebih rendah. Kedua, jarak
antar rumah dibuat lebar memungkinkan pergerakan udara dengan lancar. Ketiga, menanam
tanaman yang tinggi-tingi dengan kerapatan yang kecil, bertujuan menurunkan suhu karena
memberikan daerah bayang-bayang dan mengaktifkan udara. Keempat, menghindari genangan air
hujan di sekitar bangunan, sehingga harus dibuat saluran irigasi yang baik agar air hujan segera
masuk kedalam tanah.

Untuk proses perancangan denah bangunan, hal yang perlu diperhatikan pada daerah beriklim
panas dan kering adalah dalam penataan denah atau masa bangunan saling berpengaruh dengan
faktor iklim mikro. Kedua, bangunan cenderung menerima radiasi panas, karena itu dibutuhkan
cara-cara untuk mendinginkan bangunan seperti menjauhkan ruang kegiatan manusia dari sisi
barat. Ketiga, sebaiknya bentuk-bentuk bangunan yang kompak sepanjang aksis timur-barat
karena penataan ruang-ruang dalam dapat untuk lebih mendinginkan udara interior terhadap
suhu/radiasi panas di luar bangunan.

Sedangkan pada iklim panas dan lembab, perancangan denah bangunan sebaiknya memperhatikan
adanya ruang transisi/ruang antara yang menghubungkan antara ruang luar dan dalam. Kedua,
mengingat kelembapan udara yang tinggi, dibutuhkan ventilasi udara yang maksimal yang dapat
dicapai melalui rumah bertingkat, bangunan panggung, bangunan bertingkat yang susunan
masanya bebas dan tidak padat. Ketiga, radiasi matahari yang kuat dari arah timur dan barat,
menuntut bentuk bangunan yang langsing/pipih dan panjang. Keempat, perkerasan diluar
bangunan dihindari/dikurangi, sedangkan untuk ruang-ruang terbuka diluar bangunan sebaiknya
dapat ternaungi dengan baik dan tertutup oleh kawat kasa untuk menghindari serangga. Kelima,
pada bagian yang berdekatan dengan struktur bangunan harus dijauhkan dari kelembapan karena
akan merusak kekuatan bangunan. Terakhir, ruang-ruang arsip, penyimpanan alat dan bahan, serta
gudang makanan maupu tekstil dijauhkan dari uap, serangga, dan kelembapan.

Atap bangunan pada bangunan beriklim panas dan kering sebaiknya memperhatikan
insulasi/penyekatan pada atap bangunan dari pengaruh matahari, malalui bahan isolasi atap yang
tebal, pendingin dengan penguapan diluar bangunan atau dengan tirai radiasi dengan ventilasi
pada bagian yang berbatasan dengan atap, misalnya atap ganda, atap tahan lembab atau atap
tunggal berwarna putih yang mengurangi pengaruh panas. Kedua penyimpanan panas karena
lapisan atap yang tebal merugikan karena pendinginan pada malam hari tidak cukup untuk
menjadikan suhu udara yang nyaman di dalam bangunan.

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan pada perencanaan atap bangunan yang beriklim panas
dan lembab adalah pengaruh suhu udara dan radiasi matahari sangat kuat, sehingga diharapkan
adanya atap ganda berventilasi dan puncak atap terlindungi dari matahari. Atap tersebut harus
kedap air, terisolasi, dan harus memantulkan radiasi/cahaya matahari. Tritisan yang lebar sangat
dibutuhkan untuk melindungi pengaruh hujan.

Fungsi utama dinding pada iklim panas dan kering adalah untuk mengatur perbedaan suhu udara
yang tinggi, menahan kelembapan di dalam bangunan dan mengatur tarikan debu ke dalam
bangunan, menghalangi radiasi matahari atau pemantulan radiasi dari permukaan tanah yang
panas disekitar bangunan. Sedangkan pada iklim panas dan lembab fungsi dinding agak sedikit
berkurang dibanding pada daerah panas-kering, karena cenderung untuk pembatas privat dan
melindungi dari serangga ketimbang untuk penahan pengaruh suhu dinding. Kedua, Suhu dan
kelembapan yang tinggi dibutuhkan untuk menyesuaikan aliran udara tidak terlindungi pada
waktu-waktu hujan. Ketiga, Harus diperhatikan perlindungan terhadap pengaruh air/cairan pada
bagian struktur bangunan. Keempat, Bahan bangunan untuk dinding dan atap sebaiknya tidak
menghisap air dan tidak mudah ditumbuhi jamur dan lumut. Kelima, membuat tritisan yang lebar
dapat menghindari dari pengaruh panas matahari yang mengenai dinding.

Perencanaan pembukaan bangunan seperti pintu dan jendela pada bangunan beriklim panas dan
kering sebaiknya memperhatikan bukaan harus dapat ditutup dengan rapat untuk melindungi
pengaruh panas yang tinggi. Kedua, sudut radiasi matahari yang rendah dapat memberikan radiasi
kedalam bangunan melalui jendela pada sisi timur atau barat bangunan. Ketiga, jendela yang
terbuka ke arah barat dan timur dibuat sekecil-kecilnya. Hindarkan bidang-bidang yang luas dan
bertabir kaca. Jendela sebaiknya lebar ketimbang tinggi. Tritisan dan pelindung terhadap pengaruh
radiasi matahari kearah timur dan barat sangat penting. Usahakan menghindari adanya jendela ke
arah barat. Keempat, perlengkapan pelindung terhadap radiasi matahari sebaiknya terpisah dari
struktur.

Perencanaan pembukaan bangunan seperti pintu dan jendela pada bangunan beriklim panas dan
lembab sebaiknya memiliki ventilasi, untuk memudahkan aliran udara dan memberikan
perlindungan terhadap pengaruh matahari dibutuhkan kerai, kisi-kisi, jalusi,grill, ataupun tritis
yang dilengkapi dengan perlengkapan untuk menghalangi matahari. Kedua, penutup yang mudah
dibuka/ditutup dibutuhkan apabila terjadi hujan badai/lebat. Ketiga, jendela harus terlindungi dari
radiasi langit dan silau dengan memperhatikan ketinggian dan arah matahari.
Perencanaan ruang dalam (interior) pada bangunan beriklim panas dan kering sebaiknya memiliki
bidang-bidang yang terbuka/menerima cahaya matahari dapat ditangkal dengan cat warna putih.
Kedua,warna-warna gelap dapat digunakan pada bidang-bidang yang berfungsi untuk meredam
cahaya/pantulan. Ketiga, menggunakan warna-warni pendingin di ruang dalam. Keempat,
hubungan dengan ruang terbuka / teras dapat mendinginkan ruang dalam.

Perencanaan ruang dalam (interior) pada bangunan beriklim panas dan lembab sebaiknya ruang-
ruang dalam harus terlindung dari pengaruh matahari dan berventilasi (aliran udara) baik. Kedua,
menggunakan bahan lantai harus tahan terhadap air. Kedua, bidang-bidang luar/dalam bangunan
dengan warna-awrna ringan/pastel sangat baik untuk menghindari silau. Ketiga, bidang-bidang
partisi/penutup yang dapat dipindah-pindahkan sangat dibutuhkan.

Dari teori diatas maka dalam melakukan analisis bangunan tropis, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan pada bangunan tersebut tekait dengan:

· Orientasi bangunan

· Vegetasi yang berada disekitar bangunan

· Cahaya matahari yang mengenai bangunan

· Arah Angin

· Suhu dan kelembaban udara

· Aktivitas di dalam bangunan dan sekitar bangunan

· Penghawaan dalam ruangan

Contoh bangunan arsitektural 2 musim.


B. ARSITEKTUR 4 MUSIM.

Subtropis.

Subtropis adalah wilayah bumi yang berada di bagian utara dan bagian selatan setelah wilayah
tropis yang dibatasi oleh garis balik utara dan garis balik selatan pada lintang 23,5° utara dan
selatan. Kondisi iklim subtropis diwarnai dengan gangguan dan rintangan dari alam seperti badai,
hujan salju, atau tornado. Daerah beriklim subtropis memiliki 4 musim yaitu musim semi, musim
panas, musim gugur, dan musim dingin.
Keempat musim di atas memiliki karakteristik tersendiri, dengan suhu maksimal, suhu minimal,
kelembaban, maupun kondisi mahluk hidup yang berbeda.

Daerah subtropis di belahan bumi utara meliputi:

▪ Sebagian besar Eropa, kecuali Skandinavia.

▪ Kawasan Asia Tengah, Asia Timur, dan Asia Barat sebelah utara.

▪ Amerika Serikat dan sekelilingnya.

▪ Afrika Utara dan Afrika Bagian Selatan.


Sedangkan daerah di bagian selatan meliputi:

▪ Australia

▪ Bagian selatan Amerika Selatan


Ciri-cirinya:

 Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah peralihan dari daerah iklim
tropis ke iklim sedang.
 Terdapat empat musim, yaitu musim panas, dingin, gugur, dan semi. Tetapi musim dingin
pada iklim ini tidak terlalu dingin. Begitu pula dengan musim panas tidak terlalu panas.
 Suhu sepanjang tahun menyenangkan. Maksudnya tidak terlalu panas dan tidak terlalu
dingin.

Daerah sub tropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan musim panasnya kering
disebut daerah iklim Mediterania, dan jika hujan jatuh pada musim panas dan musim dinginnya
kering disebut daerah iklim Tiongkok.

Ciri-ciri iklim sub tropis :

 Pada musim panas radiasi panas besar, sedangkan pada musim dingin radiasi panas kecil
sekali
 Jam siang musim panas lebih lama dari pada jam malam, sebaliknya pada musim dingin
jam siang lebih pendek dari pada jam malam
 Akumulasi panas pada musim panas lebih kurang ¾ waktu musim panas, begitu sebaliknya
pada musim dingin
 Pada waktu musim dingin hujan salju, kelembaban rendah
 Pada musim-musim tertentu disertai angin dataran yang cukup kencang
 Pada belahan utara sinar matahari selalu berada di selatan dan pada musim dingin kadang-
kadang matahari tidak muncul.

Strategi untuk bangunan :

 Ruangan-ruangan dibantu pemanasannya dengan jendela-jendela kaca menghadap selatan


untuk menangkap panas. Kadang-kadang pada musim dingin dibantu dengan pemanasan
listrik dan perapian di dalam ruangan.
Negara 4 musim sendiri, rata-rata dialami oleh negara yang terletak dibagian utara dan selatan
bumi.

1. Musim Semi :

Di belahan utara terjadi antara bulan Februari hingga April. Di belahan Selatan terjadi antara bulan
Agustus hingga Oktober. Di belahan utara bumi, musim semi dimulai sekitar tanggal 21 Maret
hingga 21 Juni , sementara di belahan selatan bumi musim semi dimulai sekitar tanggal 23
September hingga 21 Desember. Di musim semi ini pohon mulai tumbuh dan muncul daun- daun.
Di belahan utara terjadi antara bulan Februari hingga April. Di belahan Selatan terjadi antara bulan
Agustus hingga Oktober. Ciri-ciri terjadi musim Semi ialah : Tumbuhan yang rontok akibat salju
berubah menjadi indah. Hawa di musim semi 60% panas dan 40 % dingin. Hewan yang ada di
musim itu sering bermunculan dari sarangnya dan melakukan aktivitasnya. Dan sering juga
mengalami cuaca hujan. Musim semi adalah satu dari empat musim di daerah nontropis, peralihan
dari musim dingin ke musim panas.

Di belahan utara bumi, musim semi dimulai sekitar tanggal 21 Maret hingga 21 Juni , sementara
di belahan selatan bumi musim semi dimulai sekitar tanggal 23 September hingga 21 Desember .

2. Musim Panas :

Dibelahan utara terjadi antara bulan Mei hingga Juli. Di belahan Selatan terjadi antara bulan
November hingga Januari. Musim panas adalah salah satu musim di negara berhawa sedang.
Tergantung letak sebuah negara, musim panas dapat terjadi pada waktu yang berbeda-beda. Di
banyak negara, musim panas adalah musim liburan sekolah. Pada musim ini orang-orang suka
pergi ke pantai untuk berjemur. Selain itu, pada musim panas buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan
umumnya sedang pada masa pertumbuhan penuhnya . Dibelahan utara terjadi antara bulan Mei
hingga Juli. Di belahan Selatan terjadi antara bulan November hingga Januari. Ciri-ciri terjadinya
musim Panas ialah : Tumbuhan yang indah berubah menjadi tumbuhan biasa. Hawa di musim
panas 80% panas dan 20 % dingin. Hewan yang ada di musim itu melakukan aktivitasnya. Dan
terkadang akan terjadinya badai angin yang kencang dan juga hujan yang adda di musim
tersebut.Musim panas adalah salah satu musim di negara berhawa sedang. Tergantung letak
sebuah negara, musim panas dapat terjadi pada waktu yang berbeda-beda.

Di belahan utara bumi, musim panas dimulai sekitar tanggal 21 Juni hingga 23 September,
sementara di belahan selatan bumi musim panas dimulai sekitar tanggal 21 Desember hingga 21
Maret.
Di banyak negara, musim panas adalah musim liburan sekolah. Pada musim ini orang-orang suka
pergi ke pantai untuk berjemur. Selain itu, pada musim panas buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan
umumnya sedang pada masa pertumbuhan penuhnya. Pada musim panas, orang- orang biasa pergi
ke pantai untuk menikmati laut dan mandi matahari.

3. Musim Gugur :

Dibelahan utara terjadi antara bulan Agustus hingga Oktober. Dibelahan Selatan terjadi antara
bulan Februari hingga April. Dan terkadang dalam musim gugur terjadi cuaca yang seakan akan
gelap dan suasan warna di musim itu sedikit berwarna orange.Musim gugur adalah salah satu dari
empat musim di daerah beriklim sedang, masa peralihan dari musim panas ke musim dingin.
Dibelahan utara terjadi antara bulan Agustus hingga Oktober. Dibelahan Selatan terjadi antara
bulan Februari hingga April. Ciri-ciri terjadinya musim Gugur ialah : Tumbuhan yang biasa
berubah menjadi layu dan mulai rontok. Hawa di musim gugur 60% dingin dan 40 % panas.
Hewan yang ada di musim itu memulai persiapan untuk kembali ke sarangnya. Dan terkadang
dalam musim gugur terjadi cuaca yang seakan akan gelap dan suasan warna di musim itu sedikit
berwarna orange.Musim gugur adalah salah satu dari empat musim di daerah beriklim sedang,
masa peralihan dari musim panas ke musim dingin.

Dalam zona beriklim sedang, musim gugur adalah musim di mana kebanyakan tumbuhan dipanen
atau ditunai, dan pohon deciduous melepas daun-daun mereka. Dia juga merupakan musim di
mana hari-hari bertambah pendek dan dingin (terutama di latituda utara), dan peningkatan
presipitasi di beberapa bagian dunia.

Di belahan utara bumi, musim gugur dimulai sekitar tanggal 23 September hingga 21 Desember,
sementara di belahan selatan bumi musim gugur dimulai sekitar tanggal 21 Maret hingga 21 Juni.

Secara Astronomi,Bumi mulai dengan equinox autumnal dan berakhir pada titik balik
matahari.Namun, meteorologis menghitung bulan-bulan September, Oktober, dan November di
belahan Utara dan Maret, April, dan Mei di belahan Selatan sebagai musim gugur. Suatu
pengecualian definisi ini ditemukan di Kalender Irlandia di mana mereka masih mengikuti putaran
Keltik, di mana musim gugur dihitung dari bulan-bulan Agustus, September, dan Oktober.

Meskipun hari-hari mulai memendek di bulan Juli atau Agustus di latituda utara dan dalam bulan
Januari dan Februari di selatan, biasanya pada September atau Maret matahari terbenam lebih
awal.

4. Musim Dingin :
Dibelahan utara terjadi antara bulan November hingga Januari. Dibelahan selatan terjadi antara
bulan Mei hingga Juli. Dan seringnya di musim tersebut sering terjadi hujan salju dan terkadang
terjadi badai salju. Fenomena yang terkadang terjadi dimusim dingin ialah terjadinya Aurora di
langit-langit. Musim dingin atau musim salju ialah saat paling dingin di bumi. Dibelahan utara
terjadi antara bulan November hingga Januari. Dibelahan selatan terjadi antara bulan Mei hingga
Juli. Ciri-ciri terjadinya musim dingin ialah : Tumbuhan yang biasanya sudah mulai rontok dan
gundul sekarang sudah mulai menjadi ditimbuni salju-salju. Hawa di musim dingin 80% dingin
dan 20 % panas. Hewan yang ada di musim itu tertidur di sarangnya atau melakukan aktivitasnya
di dalam sarang. Dan seringnya di musim tersebut sering terjadi hujan salju dan terkadang terjadi
badai salju. Fenomena yang terkadang terjadi dimusim dingin ialah terjadinya Aurora di langit-
langit. Musim dingin atau musim salju ialah saat paling dingin di bumi. Merupakan salah satu dari
4 musim di negeri-negeri yang beriklim subtropis dan sedang. Di belahan utara bumi, musim
dingin dimulai sekitar tanggal 21 Desember hingga 21 Maret, sementara di belahan selatan bumi
musim dingin dimulai sekitar tanggal 21 Juni hingga 23 September.

Pada umumnya negara yang mengalami 4 musim rata-rata bangunannya menggunakan struktur
batu dan memiliki dinding yang tebal. Karena 4 musim yang terjadi memiliki suhu-suhu ekstrim
yang membuat penghuninya harus berada di dalam rumah untuk keamanannya sendiri. Dan hal
tersebut sangat berbeda dengan apa yang terjadi di Negara 2 musim, seperti negara kita Indonesia.
Di 4 musim, interaksi antar sesama dan aktivitas diluar ruangan yang terjadi sangatlah minim,
maka tradisi yang muncul pun berbeda.

Masyarakat di negara 4 musim memiliki kebiasaan yang berbeda karena mereka lebih sering
menghabiskan kegiatan mereka di dalam ruangan dan munculah sebuah tradisi menulis. Dan
sering kali mereka berkomunikasi dengan sesama menggunakan tulisan tersebut.

Nampak sekali perbedaan gaya hidup yang terjadi diantara negara 2 musim dan negara 4 musim.
Dimana negara 2 musim lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beraktivitas di luar ruangan
dan negara 4 musim menghabiskan banyak waktunya untuk berada di dalam ruangan. Namun hal
itu terjadi karena ada alasan yang mengharuskan kegiatan tersebut terjadi.

Pembentukan karakter manusia yang umumnya hidup dalam lingkup negara maju di daerah 4
musim. Penyebab mereka secara umum lebih maju, antara lain :

 Mereka sadar diri alam tidak mendukung penyediaan bahan pangan dan mungkin energi
 Hal no. 1 menyebabkan ethos kerja mereka lebih baik daripada negara2 di daerah
katulistiwa (tropis), yang sudah tersedia bahan makanan dan energi melimpah.
 Mereka berusaha “menaklukkan” alam 4 musim yang relatif lebih keras agar bisa hidup
lebih nyaman.
 Tanpa bekerja keras dan bekerja cerdas, mereka akan mati ditelan ganasnya alam, terutama
pas musim salju yang sangat dingin.
 Secara tidak langsung, alam yang keras telah menempa mereka sehingga lebih gigih dan
cerdas dalam memecahkan setiap masalah. Mungkin ini salah satu penyebab banyak
penemuan penting yang berasal dari negara dengan 4 musim. Makanya pantas mereka
menjadi negara yang lebih maju daripada negara dengan 2 musim
Contoh bangunan arsitektural 4 musim.
http://www.homedit.com/12-best-prefab-homes-around-the-world/

Pergantian Musim pada Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan

Gerak semu tahunan matahari berlangsung terus antara garis balik utara dan garis balik selatan.
Perubahan lamanya siang dan malam. Gerak semu matahari yang terjadi sepanjang tahun
memperngaruhi pergantian musim di bumi belahan selatan (BBS) maupun di bumi belahan utara
(BBU)

Pada gerak semu matahari tahunan, saat matahari berada pada posisi 23.5oLS, yang terjadi pada
bulan Desember sampai Maret, maka bumi belahan selatan (BBS) menerima panas matahari yang
lebih intensif dan pada saat itu belahan bumi selatan mengalami musim panas. Sedangkan pada
bumi belahan utara (BBU) mengalami musim dingin. Pada bumi belahan utara atau pun belahan
selatan menglami empat musim, sedangkan di daerah yang terletak di daerah khatulistiwa, yang
memperoleh panas matahari sepanjang tahun memiliki dua musim, seperti halnya Indonesia yang
mengalami musim kemarau dan musim penghujan, berikut adalah musim yang terjadi di belahan
bumi selatan (BBS) dan di belahan bumi utara (BBU).

Musim-musim dibelah bumi utara


Musim semi : 21 Maret – 21 Juni
Musim panas : 21 Juni – 23 September
Musim gugur : 23 September – 22 Desember
Musim Dingin : 22 Desember – 21 Maret

Musim-musim dibelah bumi selatan


Musim semi : 23 September – 22 Desember
Musim panas : 22 Desember – 21 Maret
Musim gugur : 21 Maret – 22 Juni
Musim Dingin : 21 Juni – 23 September

Bumi bergerak mengelilingi matahari (revolusi), dan juga berotasi terhadap sumbu bola bumi.
Namun sumbu rotasi bumi itu tidak tegak lurus terhadap sumbu revolusi.

Karena kemiringan itu, wilayah yang diterangi matahari sepanjang tahun berbeda-beda. Selama
setengah tahun, matahari lebih banyak menerangi wilayah utara ketimbang wilayah selatan, dan
setengah tahun berikutnya hal sebaliknya yang terjadi. Jika fenomena ini diamati sepanjang tahun
dari bumi, maka terlihat seolah-olah matahari itu bergerak dari utara ke selatan selama setengah
tahun, dan kemudian balik lagi bergerak dari selatan ke utara pada setengah tahun berikutnya.
Dalam bola langit, lintasan gerak semu matahari itu disebut ekliptika. Musim berganti ganti
disebabkan karena revolusi matahari.

Pancaran matahari yang diterima oleh bumi berubah secara periodik melalui tiga zona yaitu tropic
of cancer (daerah yang dilalui garis lintang utara ±23,5°), equator (daerah yang dilalui garis lintang
0°), dan tropic of capricorn (daerah yang dilalui garis lintang selatan ±23,5°). Negara kita
merupakan salah satu contoh negara yang dilintasi oleh garis equator. India, Saudi Arabia dan
Meksiko merupakan contoh negara yang dilewati oleh tropic of cancer, sedangkan contoh daerah
yang dilewati tropic of capricorn adalah Afrika Selatan, Quensland (Australia) dan Argentina.

1/22 Juni, Summer solstice. Pancaran sinar matahari akan membentuk sudut 90° pada daerah
tropic of cancer. Pada kondisi ini daerah utara hemisphere seperti eropa dan amerika akan
mengalami musim panas (summer) sedangkan daerah selatan hemisphere seperti Australia bagian
tengah dan selatan mengalami musim dingin (winter). Lamanya waktu siang di daerah utara lebih
besar dibanding daerah selatan. Makin ke utara, waktu siang akan semakin panjang, puncaknya di
kutub utara yang terang sepanjang hari sedangkan kutub selatan gelap sepanjang hari.

22/23 September, Autumn equinox. Pancaran sinar matahari akan membentuk sudut 90° pada
daerah equator. Pada kondisi ini daerah utara hemisphere akan mengalami musim gugur (autumn)
karena suhu lebih rendah dibanding periode sebelumnya akibat berkurangnya pancaran sinar
matahari, sedang daerah selatan mengalami musim semi (spring). Bagi mereka yang tinggal di
eropa, pada tanggal tertentu waktu akan diperlambat satu jam (saving day light) karena malam
akan berangsur angsur menjadi lebih lama dan akan mencapai puncaknya pada periode
selanjutnya, musim dingin (winter).

21/22 Desember, Winter solstice. Pancaran sinar matahari akan membentuk sudut 90° pada daerah
tropic of capricorn. Pada kondisi ini daerah utara hemisphere akan mengalami musim dingin
(winter) sedangkan daerah selatan hemisphere mengalami musim panas (summer). Lamanya
waktu siang di daerah selatan lebih besar dibanding daerah utara. Makin ke utara, waktu malam
akan semakin lama, puncaknya di kutub utara yang gelap sepanjang hari, sedangkan kutub selatan
terang sepanjang hari.

21/22 Maret, Spring equinox. Pancaran sinar matahari akan membentuk sudut 90° pada daerah
equator. Pada kondisi ini daerah utara hemisphere akan mengalami musim semi (spring) karena
adanya kenaikan suhu dibanding periode sebelumnya, sedang daerah selatan hemisphere
mengalami musim gugur (autumn). Kebalikan dari Autumn equinox, waktu akan dipercepat satu
jam musim panas (summer). Perubahan jam selanjutnya akan dilakukan pada 23 Maret 2009.
Kesimpulan dari Arsitektur 2 Musim & 4 Musim.
BAB II
DESKRIPSI IKLIM, GEOGRAFI, RUANG ANGKASA PULAU NTT,
MALUKU, DAN PAPUA

1. Nusa Tenggara Timur (disingkat NTT)

Nusa Tenggara Timur (disingkat NTT) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang meliputi
bagian timur Kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi ini beribu kota di Kupang dan memiliki 22
Kabupaten/Kota.

Di awal kemerdekaan Indonesia, kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi Sunda Kecil[5][6].
yang beribu kota di kota Singaraja, kini terdiri atas 3 provinsi (berturut-turut dari barat): Bali,
Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Setelah pemekaran, Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di
bagian tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Pulau Flores, Pulau
Sumba, Pulau Timor, Pulau Alor, Pulau Lembata, Pulau Rote, Pulau Sabu, Pulau Adonara, Pulau
Solor, Pulau Komodo dan Pulau Palue.

Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah
Pulau Flores, Pulau Sumba dan Pulau Timor Barat (biasadipanggil Timor).

Provinsi ini menempati bagian barat pulau Timor. Sementara bagian timur pulau tersebut adalah
bekas provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu Timor Timur yang merdeka menjadi negara Timor
Leste pada tahun 2002.

LETAK
Bentangan kepulauan yang terletak di antara 8°-12°Lintang Selatan dan 118° – 125°Bujur Timur,
mempunyai makna tersendiri terhadap kehidupan banyak orang. Gugusan pulau tersebut disapa
dengan berbagai sebutan, antara lain, "Sunda Kecil", "Nusa Tenggara", "Nusa Tenggara Timur",
dan juga "Flobamora". Sebutan tersebut juga bisa bermakna terdapat banyak suku-suku di wilayah
tersebut, namun mempunyai satu tanda kesamaan yaitu sama-sama menyatukan diri sebagai
Masyarakat NTT.[7]

Populasi
Jumlah penduduk di provinsi ini adalah 4.683.827 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk
sebesar 2,07%. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.326.487 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 2.357.340 jiwa (2010). Kepadatan penduduk di Nusa Tenggara Timur sebesar 96
jiwa/km2, dengan presentasi penduduk yang tinggal di perkotaan kurang lebih 20%, dan sisanya
sebesar 80% mendiami kawasan pedesaan. Sebagian besar penduduk beragama Kristen dengan
rincian persentase kurang lebih sebagai berikut Katolik 46,43% Protestan 45,34%, Islam 6,38%,
Hindu 0,11% Buddha 0,01% dan sebanyak 1,73% menganut agama dan kepercayaan lainnya.

Nusa Tenggara Timur menjadi tempat perlindungan untuk kalangan Kristen di Indonesia yang
menjauhkan diri dari konflik agama di Maluku dan Irian Jaya.

Tingkat pendaftaran sekolah menengah adalah 39% yang jauh di bawah rata-rata Indonesia, yaitu
80.49% tahun 2003/04 (menurut UNESCO). Minuman berupa air bersih, sanitasi dan kurangnya
sarana kesehatan menyebabkan terjadinya kekurangan gizi anak (32%) dan kematian bayi (71 per
1000) juga lebih besar dari kebanyakan provinsi Indonesia lainnya.

Batas wilayah

Utara : Laut Flores


Timur : Timor Leste, Provinsi Maluku, dan Laut Banda
Selatan : Samudra Hindia
Barat : Provinsi Nusa Tenggara Barat

IKLIM

Keadaan iklim di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dikenal dengan 2 (dua) musim, yaitu
musim kemarau dan musim hujan. Pada Bulan Juni–September arus angin berasal dari Australia
dan tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada
bulan Desember-Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan
Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan.

Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan
April – Mei dan Oktober – Nopember walaupun demikian mengingat Nusa Tenggara Timurdekat
dengan Australia, arus angin yang banyak mengandung uap air dari Asia dan Samudera pasifik
sampai di wilayah NTT kandungan uap airnya sudah berkurang yang mengakibatkan hujan di
wilayah ini berkurang. Hal inilah yang menjadikan Provinsi ini sebagai wilayah yang tergolong
kering dimana hanya 4 (empat) bulan (Desember s/d Maret) yang keadaannya relatif basah dan 8
(delapan) bulan sisanya relatif kering, dengan suhu udara rata-rata maksimum 30 sampai 36
derajat celcius dan suhu minimum 21 derajat celcius sampai 24,5 derajat celcius, serta curah hujan
rata-rata 1.164 mm/tahun yang berbeda pada tiap daerah, yaitu: Wilayah Flores bagian barat,
meliputi Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur dan Ngada merupakan daerah yang cukup
basah, karena curah hujan rata–ratanya lebih tinggi dari rata–rata total yaitu 3. 849 mm/tahun,
sehingga sangat cocok untuk pengembangan kawasan pertanian dan perkebunan yang berumur
pendek.

Ragam suku di NTT

1. Suku Alor

2. Suku Atoni

3. suku bajawa

4. Suku Ende
5. Suku Kemang

6. Suku Lamaholot

7. Suku Manggarai

8. Suku Ngada

9. Suku Rote
2. MALUKU

Maluku adalah sebuah provinsi yang meliputi bagian selatan Kepulauan Maluku, Indonesia.
Lintasan sejarah Maluku telah dimulai sejak zaman kerajaan-kerajaan besar di Timur Tengah
seperti kerajaan Mesir yang dipimpin Firaun. Bukti bahwa sejarah Maluku adalah yang tertua di
Indonesia adalah catatan tablet tanah liat yang ditemukan di Persia, Mesopotamia, dan Mesir
menyebutkan adanya negeri dari timur yang sangat kaya, merupakan tanah surga, dengan hasil
alam berupa cengkih, emas dan mutiara, daerah itu tak lain dan tak bukan adalah tanah Maluku
yang memang merupakan sentra penghasil Pala, Fuli, Cengkih dan Mutiara. Pala dan Fuli dengan
mudah didapat dari Banda Kepulauan, Cengkih dengan mudah ditemui di negeri-negeri di Ambon,
Pulau-Pulau Lease (Saparua, Haruku & Nusa laut) dan Nusa Ina serta Mutiara dihasilkan dalam
jumlah yang cukup besar di Kota Dobo, Kepulauan Aru.

Ibu kota Maluku adalah Ambon yang bergelar atau memiliki julukan sebagai Ambon Manise, kota
Ambon berdiri di bagian selatan dari Pulau Ambon yaitu di jazirah Leitimur. Ada wacana bahwa
Kota Ambon Manise sudah semakin padat, sumpek, dan tidak lagi layak untuk menampung
jumlah penduduk yang dari tahun ke tahun meningkat tajam yang merupakan ibu kotapProvinsi
akan menjadi kota biasa karena ibu kota direncanakan pindah ke negeri Makariki di Kabupaten
Maluku Tengah.

Jumlah penduduk provinsi ini tahun 2010 dalam hasil sensus berjumlah 1.533.506 jiwa. Maluku
terletak di Indonesia Bagian Timur. Berbatasan langsung dengan Maluku Utara dan Papua Barat
di sebelah utara, Laut Maluku, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara di sebelah barat, Laut
Banda, Timor Leste, dan Nusa Tenggara Timur di sebelah selatan serta Laut Aru dan Papua di
sebelah timur.

Maluku memiliki 2 agama utama yaitu agama Islam yang dianut 50,61% penduduk dan agama
Kristen (baik Protestan maupun Katolik) yang dianut 48,4% penduduk.[2] Maluku tercatat dalam
ingatan sejarah dunia karena konflik atau tragedi krisis kemanusiaan dan konflik horizontal antara
basudara Salam-Sarane atau antara Islam dan Kristen yang lebih dikenal sebagai Tragedi Ambon.
Selepas tahun 2002, Maluku berubah wajah menjadi provinsi yang ramah dan damai di Indonesia,
untuk itu dunia memberikan suatu tanda penghargaan berupa Gong Perdamaian Dunia yang
diletakkan di ACC (Ambon City Centre).

Pada tahun 1999 ketika konflik atau tragedi krisis kemanusiaan dan konflik horizontal antara
basudara Salam-Sarane atau antara Islam dan Kristen yang lebih dikenal sebagai Tragedi Ambon
melanda Maluku, sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara,
dengan ibu kota di Sofifi. Namun, karena Kota Sofifi dinilai belum siap menjadi ibu kota maka
pusat pemerintahan sementara sampai 2009 berada di Kota Ternate yang berada di Pulau Ternate.
Provinsi Maluku dan Maluku Utara membentuk suatu gugus-gugus kepulauan yang terbesar di
Indonesia dikenal dengan Kepulauan Maluku dengan lebih dari 4.000 pulau baik pulau besar
maupun kecil.

Sosial Budaya

Dalam masyarakat Maluku dikenal suatu sistem hubungan sosial yang disebut Pela dan Gandong.
Pela dan Gandong merupakan suatu sebutan yang di berikan kepada dua atau lebih negeri yang
saling mengangkat/menganggap sebagai saudara satu sama lain. Pela Gandong sendiri merupakan
intisari dari kata "Pela" dan "Gandong". Pela adalah suatu ikatan persatuan, sedangkan Gandong
mempunyai arti saudara.

Sumber Daya Hutan

Luas sumber daya darat di Maluku adalah sebesar 54.185 km2, dengan potensi sumber daya hutan:

 Hutan Konversi: 475.433 Ha


 Hutan Lindung: 774.618 Ha
 Hutan Produksi Terbatas: 865.947 Ha
 Hutan Produksi Tetap: 908.702 Ha
 Hutan yang dapat dikonversi: 1.633.646 Ha

Potensi Tambang dan Mineral

Adapun daerah penghasil tambang dan Mineral di Provinsi Maluku adalah:

 Emas: Pulau Buru, Wetar, Ambon, Haruku, dan Pulau Romang


 Mercuri: Pulau Damar
 Perak: Pulau Romang
 Logam Dasar: Pulau Haruku dan Nusalaut
 Kuarsa: Pulau Buru
 Minyak Bumi: Bula (Pulau Seram), Laut Banda, Kepulauan Aru dan cadangan minyak di
Maluku Barat Daya.
 Mangaan: Laut Banda

Perikanan

Provinsi Maluku ditetapkan oleh Menteri KKP (Fadel Mohammad) sebagai Lumbung Ikan
Nasional 2030 sejak digelarnya Sail Banda 2010. Maluku yang merupakan kepulauan bahari
terbesar di wilayah Nusantara memang layak dijadikan lumbung ikan nasional karena potensi
perikanan yang luar biasa banyaknya disertai laut yang kaya dan masih terjaga dari campur tangan
manusia. Daerah dengan potensi ikan di wilayah Maluku yaitu

1. Kepulauan Banda
2. Kepulauan Kei
3. Kepulauan Aru
4. Maluku Tenggara Barat
5. Maluku Barat Daya

LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

Secara geografis batas-batas antara Maluku Utara dan Provinsi Maluku di bagian Bagian Utara,
barat papua provinsi di timur, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah di Barat, dan The Republik
Demokratik Timor-Leste dan Australia di Selatan. Sementara secara total 581 daerah 376 km2
yang terdiri dari 527 191 km2 wilayah laut laut, dan 54 185 km2 wilayah laut, atau dengan kata
lain sekitar 90% Provinsi Maluku merupakan daerah laut. Sebagai Provinsi Kepulauan, Maluku
memiliki 559 pulau yang memiliki pulau-pulau yang relatif besar beberapa, antara lain: pulau
Seram (18 625 km2), Pulau Buru (9000 km2) Yamdena (5085 km2) dan Pulau Wetar (3624 km2).
Dengan kondisi dominan perairan daerah, Provinsi Maluku sangat terbuka untuk berinteraksi
dengan yang lain Provinsi dan negara-negara sekitarnya

Tabel Luas Wilayah Provinsi Maluku

KABUPATEN LUAS (KM2)


Maluku Tenggara Barat 52995,19
Maluku Tenggara 4178,66
Kepulauan Aru 6426,77
Maluku Barat Daya 72246,91
Tual 237,74
Total Kab/Kota yang masuk dalam Kawasan
136.085,3
Perbatasan
Total Provinsi Maluku 62946,04

Sumber : BPS Provinsi Maluku 2016

Iklim dan Klasifikasi

Daerah Maluku mengenal 2 musim yakni : musim barat atau utara dan tenggara atau timur yang
di selingi oleh dua macam pancaroba yang merupakan transisi kedua musim tersebut.
Musim barat di Maluku berlangsung dari bulan Desember sampai bulan Maret, sedangkan bulan
April adalah masa transisi ke musim tenggara. Musim tenggara berlaku rata-rata 6 bulan berawal
dari bulan Mei dan berakhir pada bulan Oktober. Masa transisi ke musim barat adalah pada bulan
November.

Keadaan musim tidak homogen dalam arti setiap musim berlaku di daerah ini memberikan
pengaruh yang berbeda-beda pada daratan maupun lautannya.

Temperatur rata-rata 26,2 C (di Maluku Tenggara terutama pada musim hujan)/

Klasifikasi

 Berdasarkan klasifikasi Koppen, iklim di Maluku tergolong type Alpa, dan hanya sebagian
kecil yang tergolong type Ae, seperti daerah-daerah Obi, Tual dan Dobo.
 Berdasarkan klasifikasi Schmid Fergusen, iklim di Maluku tergolong type A dan B dan
hanya sebagian kecil saja tergolong type C seperti Daerah Tual ( Maluku Tenggara ).

Keadaan curah hujan di Maluku dapat dibagi 4 katagori :

 Curah Hujan di Maluku 1.000 mm/thn. Terjadi di pulau Wetar dan sekitarnya.
 Curah hujan antara 1.000 - 2.000 mm / thn, terjadi di pulau babar, Tanibar, Aru dan
sebagian pulau Buru, kepulauan Sula, Bacan dan sekitar Tobelo.
 Curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm / thn. Terjadi di pulau Seram, Gorom, Obi, Morotai
dan Kei Kecil.
 Curah hujan lebih dari 3.000 mm / thn terdapat dipulau Lease, pulau Kei kecil, P.Ambon
dan Kao.

- Curah hujan tertinggi terdapat di gunung Darlisa (di pulau Seram bagian barat ) sebesar 3.384
mm / tahun.

- Curah hujan terendah terdapat di Tiwakr (pulau Wetar) sebesar 991 mm / tahun.

SUKU –SUKU DI MALUKU

Provinsi Maluku memiliki semboyan Siwa Lima yang memiliki arti Milik Bersama. Provinsi
Maluku berdiri pada tanggal 1 Juli 1958 berdasarkan UU No.20 Tahun 1958 dengan beribukota
di kota Ambon. Maluku memiliki 9 kabupaten, 2 kotamadya, 77 kecamatan, 33 kelurahan, dan
869 desa.

Berikut ini tabel Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku


No Kabupaten/Kota Ibu Kota

1 Kabupaten Maluku Tengah Masohi

2 Kabupaten Maluku Tenggara Kei Kecil

3 Kabupaten Maluku Tenggara Barat Aumlaki

4 Kabupaten Buru Nam Lea

5 Kabupaten Seram Bagian Timur Dataran Hunimoa

6 Kabupaten Seram Bagian Barat Dataran Hunipopu

7 Kabupaten Kepulauan Aru Dobo

8 Kabupaten Maluku Barat Daya Tiakur

9 Kabupaten Buru Selatan Namrole

10 Kota Ambon Ambon

11 Kota Tual Tual

Suku yang mendiami Provinsi Maluku yaitu Suku Ambon, Suku Lumoli, Suku Nuaulu, Suku
Pelauw, Suku Rana, Suku Kei, Suku Buton, Suku Banda, Suku Rana, Suku Alifuru, Suku Togitil,
Suku Furu-furu, Suku Aru, Suku Bacan, Suku Bonfia, Suku Buli, Suku Buru, Suku Furuaru, Suku
Kayoa, Suku Kisar, Suku Maba, Suku Laras Fordata, Suku Loda, Suku Makian, Suku Moa, Suku
Morotai, Suku Patani, Suku Patasiwa Putih, Suku Nila Teun Serui, Suku Patasiwa Hitam, Suku
Roma Dama, Suku Selaru, Suku Tali Abu, Suku Tanibar, Suku Ternate, dan Suku Badar.

Hasil alam Maluku diantaranya cengkih, pala, kakao/cokelat, kapuk, karet, vanili, kopra, kelapa,
kopi, ikan pelagis, ikan demersal, ikan karang, lobster, cumi, udang, kayu putih, rotan, dan
mutiara. Sumber daya perairan 658.294,69 km2, dengan potensi sebagai berikut : – Laut Banda :
277.890 ton/tahun – Laut Arafura : 771.500 ton/tahun – Laut Seram : 590.640 ton/tahun. Berbagai
jenis ikan yang dapat ditangkap dan terdapat di Maluku antara lain : ikan pelagis besar, ikan
pelagis kecil, ikan demersal, ikan karang, udang, lobster, cumi. Sementara untuk potensi budidaya
laut yang penyebarannya terdapat pada Laut Seram, Manipa, Buru, Kep. Kei, Kep. Aru, Yamdena,
pulau pulau terselatan dan wetar adalah kakap putih, kerapu, rumput laut, tiram mutiara, teripang,
lobster, dan kerang-kerangan. Untuk potensi budidaya payau adalah bandeng dan udang windu.

Provinsi Maluku ditetapkan oleh Menteri KKP (Fadel Mohammad) sebagai Lumbung Ikan
Nasional 2030 sejak digelarnya Sail Banda 2010. Maluku yang merupakan kepulauan bahari
terbesar di wilayah Nusantara memang layak dijadikan lumbung ikan nasional karena potensi
perikanan yang luar biasa banyaknya disertai laut yang kaya dan masih terjaga dari campur tangan
manusia. Daerah dengan potensi ikan di wilayah Maluku yaitu Kepulauan Banda, Kepulauan Kei,
Kepulauan Aru, Maluku Tenggara Barat, Maluku Barat Daya.

3. PAPUA

Papua adalah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bagian
paling timur wilayah Papua milik Indonesia. Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini.
Provinsi Papua sebelumnya bernama Irian Jaya yang mencakup seluruh wilayah Papua Bagian
barat. Sejak tahun 2003, dibagi menjadi dua provinsi dengan bagian timur tetap memakai nama
Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat. Papua memiliki luas 808.105 km
persegi dan merupakan pulau terbesar kedua di dunia dan terbesar pertama di Indonesia.

Geografi

Provinsi Papua memiliki luas sekitar 421.981 km2, pulau Papua berada di ujung timur dari wilayah
Indonesia, dengan potensi sumber daya alam yang bernilai ekonomis dan strategis, dan telah
mendorong bangsa-bangsa asing untuk menguasai pulau Papua. Kabupaten Puncak Jaya
merupakan kota tertinggi di pulau Papua, sedangkan kota yang terendah adalah kota Merauke.
Sebagai daerah tropis dan wilayah kepulauan, pulau Papua memiliki kelembapan udara relative
lebih tinggi berkisar antara 80-89% kondisi geografis yang bervariasi ini mempengaruhi kondisi
penyebaran penduduk yang tidak merata. Pada tahun 1990 penduduk di pulau Papua berjumlah
1.648.708 jiwa dan meningkat menjadi sekitar 2,8 juta jiwa pada tahun 2006. Dengan ketinggian
4.884 m, Puncak Jaya merupakan puncak tertinggi di Indonesia sekaligus di Oseania.

Luas wilayah

Luas 420.540 km2

Iklim

Curah hujan 1.800-3.000 mm

Suhu udara 19-28°C

Kelembapan 80%

Batas Wilayah
Utara Samudera Pasifik

Timur Papua Nugini

Selatan Samudera Hindia, Laut Arafuru, Teluk Carpentaria, Australia


Barat Papua Barat, Kepulauan Maluku

Topografi
Topografi daerah cukup bervariasi, mulai dari dataran hingga landai dan berbukit/gunung ± 700
meter di atas permukaan air laut. Kota Jayapura dengan luas wilayah 94.000 Ha yang terdiri dari
4 (empat) Distrik yaitu Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura dan Muara Tami.
Terdapat ± 30% tidak layak huni, karena tediri dari perbukitan yang terjal, rawa-rawa dan hutan
lindung.

Iklim
Variasi curah hujan antara 45-255 mm/thn dengan jumlah hari hujan rata-rata bervariasi antara
148-175 hari hujan/thn. Suhu rata-rata 29° C - 31,8° C. Musim hujan dan musim kemarau tidak
teratur. Kelembaban udara rata- rata bervariasi antara 79% - 81% di lingkungan perkotaan
sampai daerah pinggiran kota.

Infrastruktur

Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan luas wilayahnya lebih
tiga kali luas pulau Jawa, ditambah jumlah penduduk yang masih sedikit dengan kekayaan alam
begitu kaya dan belum digali seperti hasil hutan, perkebunan, pertanian, perikanan pertambangan.

Hal ini disebabkan karena belum adanya jaringan jalan yang memadai yang dapat menghubungkan
wilayah – wilayah sentra produksi untuk itu Dinas Pekerjaan umum berupaya melakukan
pembangunan infrastruktur jalan yang baik. seperti Pembangunan jalan Jayapura – Wamena yang
merupakan status jalan Nasional sebagai kegiatan investasi yang besar bagi Pemerintah Provinsi
Papua dan Kabupaten Jayawijaya yang dibangun dengan tujuan:

 Sebagai Sarana untuk mengintegrasikan Pengembangan Potensi daerah dan Perubahan


Struktur masyarakat.
 Membentuk suatu sistem Jaringan Jalan Nasional, Provinsi, Kabupaten dan Kota guna
mendukung sistem produksi dan distribusi.
 Membentuk manfaat secara langsung kepada masyarakat dalam hal kemudahan kegiatan
Sosial, ekonomi, arus barang dan jasa, kesempatan kerja dan ketrampilan masyarakat.

Penduduk asli
Pribumi Papua dari Lembah Baliem

Peta menunjukkan kota-kota penting di Papua Barat dan Papua

Jika dilihat dari karakteristik budaya, mata pencaharian dan pola kehidupannya, penduduk asli
Papua itu dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu Papua pegunungan atau pedalaman,
dataran tinggi dan Papua dataran rendah dan pesisir. Pola kepercayaan agama tradisional
masyarakat Papua menyatu dan menyerap ke segala aspek kehidupan, mereka memiliki suatu
pandangan dunia yang integral yang erat kaitannya satu sama lain antar dunia yang material dan
spiritual, yang sekuler dan sakral dan keduanya berfungsi bersama-sama.

Kelompok suku asli di Papua terdiri dari 25 suku, dengan bahasa yang masing-masing berbeda.
Suku-suku tersebut antara lain:

 Ansus  Korowai
 Amungme  Mandobo/Wambon
 Asmat  Mee, mendiami daerah pegunungan
 Ayamaru, mendiami daerah Sorong Paniai
 Bauzi  Meyakh, mendiami Kota Manokwari
 Biak  Moskona, mendiami daerah Merdei
 Dani  Muyu
 Empur, mendiami daerah Kebar dan  Nafri
Amberbaken  Sentani, mendiami sekitar danau Sentani
 Enggros  Souk, mendiami daerah Anggi dan
 Fuyu Menyambouw
 Hatam, mendiami daerah Ransiki dan  Tobati
Oransbari  Waropen
 Iha  Wamesa
 Kamoro
Beberapa penduduk masyarakat Papua Asli juga
tersebar ke beberapa daerah di Indonesia di
antara Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali, NTT dan
NTB. Beberapa di antara mereka juga melakukan
perkawinan campur dengan suku lain.

Kawasan perbatasan di Papua


Sebelum mengalami pemekaran kabupaten, kawasan perbatasan di Papua terletak di 4 (empat)
kabupaten yaitu Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya, dan Kabupaten
Merauke. Setelah adanya pemekaran wilayah kabupaten, maka kawasan perbatasan di Papua
terletak di 5 (lima) wilayah kabupaten/kota yaitu Kota Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten
Pegunungan Bintang, Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Merauke, serta 23 (dua puluh tiga)
wilayah kecamatan (distrik). Dari kelima kabupaten tersebut, Kabupaten Keerom, Pegunungan
Bintang dan Boven Digoel merupakan kabupaten baru hasil pemekaran.

Garis perbatasan darat antara Indonesia dan PNG di Papua memanjang sekitar 760 kilometer dari
Skouw, Jayapura di sebelah utara sampai muara sungai Bensbach, Merauke di sebelah Selatan.
Garis batas ini ditetapkan melalui perjanjian antara Pemerintah Belanda dan Inggris pada pada
tanggal 16 Mei 1895.

Jumlah pilar batas di kawasan perbatasan Papua hingga saat ini masih sangat terbatas, yaitu hanya
52 buah. Jumlah pilar batas ini tentu sangat tidak memadai untuk suatu kawasan perbatasan yang
sering dijadikan tempat persembunyian dan penyeberangan secara gelap oleh kelompok separatis
kedua negara. Kondisi ini diperburuk lagi oleh ketidaktahuan masyarakat di sekitar perbatasan
terhadap garis batas yang memisahkan kedua negara, bahkan di antara penduduk tersebut banyak
yang belum memiliki tanda pengenal atau identitas diri seperti kartu tanda penduduk atau tanda
pengenal lainnya.

Pintu atau pos perbatasan di kawasan perbatasan Papua terdapat di Distrik Muara Tami Kota
Jayapura dan di Distrik Sota Kabupaten Merauke. Kondisi pintu perbatasan di Kota Jayapura
masih belum dimanfaatkan secara optimal sebagaimana pintu perbatasan di Sanggau dan
Nunukan, karena fasilitas CIQS-nya belum lengkap tersedia. Kegiatan pelintas batas di pintu
perbatasan di Marauke relatif lebih terbatas dibanding dengan Jayapura, dengan kegiatan utama
arus lintas batas masyarakat kedua negara dalam rangka kunjungan keluarga dan perdagangan
tradisional. Kegiatan perdagangan yang relatif lebih besar justru terjadi dipintu-pintu masuk tidak
resmi yang menghubungkan masyarakat kedua negara secara ilegal tanpa adanya pos lintas batas
atau pos keamanan resmi.

Kawasan perbatasan Papua memiliki sumberdaya alam yang sangat besar berupa hutan, baik hutan
konversi maupun hutan lindung dan taman nasional yang ada di sepanjang perbatasan. Kondisi
hutan yang terbentang di sepanjang perbatasan tersebut hampir seluruhnya masih belum tersentuh
atau dieksploitasi kecuali di beberapa lokasi yang telah dikembangkan sebagai hutan konversi.
Selain sumberdaya hutan, kawasan ini juga memiliki potensi sumberdaya air yang cukup besar
dari sungai-sungai yang mengalir di sepanjang perbatasan. Demikian pula kandungan mineral dan
logam yang berada di dalam tanah yang belum dikembangkan seperti tembaga, emas, dan jenis
logam lainnya yang bernilai ekonomi cukup tinggi.

Secara fisik kondisi kawasan perbatasan di Papua bergunung dan berbukit yang sulit ditembus
dengan sarana perhubungan biasa atau kendaraan roda empat. Sarana perhubungan yang
memungkinkan untuk mencapai kawasan perbatasan adalah pesawat terbang perintis dan pesawat
helikopter yang sewaktu-waktu digunakan oleh pejabat dan aparat pemerintah pusat dan daerah
untuk mengunjungi kawasan tersebut.

Sebagaimana di daerah lainnya kondisi masyarakat di sepanjang kawasan perbatasan Papua


sebagian besar masih miskin, tingkat kesejahteraan rendah, tertinggal serta kurang mendapat
perhatian dari aparat pemerintah daerah maupun pusat. Kondisi masyarakat Papua di sepanjang
perbatasan yang miskin, tertinggal dan terisolir ini tidak jauh berbeda dan relatif setara dengan
masyarakat di PNG. Melalui bantuan sosial yang banyak dilakukan oleh para misionaris yang
beroperasi dalam rangka pelayanan kerohanian menggunakan pesawat milik gereja, banyak
masyarakat yang tertolong dan dibantu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya. Fasilitas
perhubungan milik misionaris ini bahkan dimanfaatkan oleh para pejabat daerah dalam melakukan
kunjungan kerjanya di kawasan perbatasan.
BAB III
TATA TAPAK ARSITEKTUR PULAU NTT, MALUKU, DAN PAPUA

1. NTT
a. TATA TAPAK DAN POLA PEMUKIMAN SUKU LIO DESA WOLOGAI TENGAH,
KABUPATEN ENDE, NTT

SUKU ENDE-LIO

Sejarah Suku Ende - Lio

Ende merupakan Kota Kabupaten yang terletak di tengah-tengah pulau Flores, Propinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia. Di wilayah Kabupaten Ende terdapat dua (2) suku yang
mendiami daerah tersebut, yakni suku Ende dan Suku Lio. Pada umumnya suku Lio bermukim di
daerah pegunungan. Lokasinya sekitar wilayah utara Kabupaten Ende. Dan suku Ende bermukim
di daerah pesisir yakni bagian selatan Kabupaten Ende.

Pada dasarnya, bentuk kebudayaan kedua suku ini hampir sama, yang membedakannya
adalah hasil pencampuran kebudayaan atau akulturasi. Budaya suku Lio merupakan perpaduan
suku asli daerah Lio dengan ajaran Kristen Katolik yang dibawah oleh bangsa Belanda. Sedangkan
budaya suku Ende merupakan perpaduan budaya asli daerah Ende dengan budaya Islam yang
dibawah oleh pedagang-pedagang dari Sulawesi, yakni Makasar.

Struktur Geografis Wilayah Ende - Lio

Batas Wilayah Kabupaten Ende:

· Sebelah Utara Kabupaten Ende Berbatasan dengan Laut Flores di Nangaboa dan Ngalu
Ijukate

· Sebelah Selatan Kabupaten Ende berbatasan dengan Laut Sawu juga di Nangaboa dan
Ngalu Ijukate

· Sebelah Timur Kabupaten Ende berbatasan dengan Kabupaten Sikka

· Sebelah Barat Kabupaten Ende berbataan dengan Kabupaten Ngada


Seni Tari Ende – Lio

Tarian Ende-Lio adalah sebuah tarian daerah yang mengekspresikan rasa lewat tatanan gerak
dalam irama musik dan lagu. Dilihat dari tata gerak dan bentuknya, tarian Ende-Lio dapat
dibagikan beberapa jenis, diantaranya yaitu:

Gawi

Bahasa Daerah

1. Mbane ale, proses melamar oleh seorang pandai bicara dari utusan keluarga laki-laki.

2. Ruti nata, proses peminangan secara resmi oleh keluarga laki-laki di rumah calon mempelai
wanita. Pada acara ini keluarga laki-laki membawa ruu tau jaga tau rate, oleh orang Lio umumnya
menyebutkan sebagai bagian belis pertama.

3. Tu ngawu, mengantar belis yang telah disepakati bersama ke rumah keluarga calon mempelai
wanita.

4. Ka are denge, pria memasuki memasuki rumah orang tua perempuan dihantar oleh keluarga
laki-laki untuk pengaturan perkawinannya.

5. Pernikahan dimulai dengan antaran yaitu:

Belis (Mas Kawin)

Kabupaten Ende mempunyai dua etnik, yaitu etnik Ende dan etnik Lio. Kedua suku ini
mempunyai gaya bahasa yang berbeda baik dalam kata-kata maupun dialek/logatnya; sehingga
dari segi bahasanya suku Ende disebut ata jaő dan suku Lio disebut ata ina. Selain bahasa sehari-
hari atau bahasa pasar, ada pula bahasa adat dalam ungkapan kata-kata adat maupun berbentuk
lagu mengandung seni sastra yang sangat tinggi yang dipertahankan secara turun temurun hingga
kini. Ungkapan kata-kata adat hanya digunakan pada saat berbagai acara adat maupun acara
ritual/seremonial adat dan acara-acara lainnya yang berkaitan dengan adat.

Kabupaten Ende mempunyai Luas 2.046,60 km². dengan wilayah administratif yang terdiri dari
20 Kecamatan yang dibagi lagi menjadi 165 Desa dan 20 Kelurahan.

Proses perkawinan pada masyarakat Ende ada beberapa tahap yang harus dilalui yaitu:

1. Weli weki

2. Buku
3. Buku ame kao

4. Bayar belis untuk ata godo

5. Belis untuk puu kamu atau om kandung berupa hewan besar.

6. Ame ona dan ame loo yaitu belis untuk bapak besar dan bapak kecil.

7. Terkhir belis untuk nara saudara kandung gadis disebut jara saka tumba sau dalam
Binatang dan uang.

Kesehatan terkait adat istiadat

Nijo

Ungkapan kata-kata adat/doa dengan kata kunci atau Ine yang dilakukan oleh Ata Bhisa
Mali/Dukun dalam proses penyembuhan orang sakit dengan cara mengunyah Wunu Nata/Mengi
Toro (Daun Sirih Merah) dan menyemburkan kepada orang yang sakit, seperti Nijo Ru’u dan atau
penyakit lainnya.

Woi Nada

Ratapan yang mengisahkan perjalanan hidup pasangan muda-mudi yang menyedihkan


dalam cerita rakyat Ende-Lio dan ada pula Woi yang dilakukan para dukun/bhisa mali dalam
mengobati orang sakit dengan melagukan nada woi dalam keadaan tanpa sadar untuk menelusuri
penyebab sakit/penyakit.

Rubhu Sote

Rubhu sote adalah pengobatan tradisional pada orang yang sakit dengan cara penyemburan
dengan ae keu (air pinang). Dan membaca doa dalam proses penyembuhan.

DESA WOLOGAI

Wologai merupakan salah satu desa adat yang berada di Kabupaten Ende. Masyarakatnya
merupakan salah satu keturunan berasal dari Gunung Lepembusu. Desa Wologai Tengah masih
memegang teguh budaya dan adat Lionya seperti, tata massa permukiman, system sosial dan
budayanya. Desa ini masih memiliki pemukiman adat yang dihuni oleh orang-orang dengan posisi
dan peran penting bagi kehidupan masyarakatnya .Rumah yang terdapat di Desa Wologai Tengah
berupa rumah panggung dengan atap yang tinggi yang dibagi berdasarkan fungsinya masing-
masing. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu dengan cara
memaparkan berbagai data yang berkaitan dengan arsitektur Ende-Lio.Tulisan ini bertujuan untuk
mengetahui tipologi bentuk dan pola permukiman arsitektur Ende-Lio yang ada di permukiman
Desa Adat Wologai.
Arsitektur tradisional merupakan bagian dari kebijakan dan kearifan pembangunan ruang
hidup masyarakatnya. Keberadaannya lekat dengan hidup keseharian masyarakat tradisional yang
masih menganut tata kehidupan kolektif. Ada keserasian dan keselarasan antara makrokosmos
(alam semesta) dan mikrokosmos (bangunan) yang selalu dipelihara. Desa Wologai Tengah
merupakan salah satu desa adat yang ada di Kabupaten Ende yang masih memegang tradisi budaya
dan adat Lio. Dibuktikan dengan masih utuhnya pelaksanaan seremonial atau ritual adatnya
sampai sekarang. Terdapat sekitar 25-30 macam seremonial adat yang dilaksanakan. Dimulai dari
bulan April, upacara-upacara adat dilaksanakan dan puncaknya seremonial adalah bulan
September. Dimana pada hari orang-orang tidak ada yang bekerja dan hanya duduk-duduk saja.
Pada pesta ini kita juga bisa melihat tarian gawi yang menjadi khas dari Kabupaten Ende Tepatnya
di Dusun Wologai terdapat satu kompleks rumah adat yang masih dilestarikan oleh masyarakat
sekitar.

Pada saat ini menjadi salah satu desa adat pariwisata yang banyak diminati oleh turis
asing.Keramahan penduduk terhadap para tamu juga merupakan satu point plus untuk desa
ini.Orang Wologai masih sangat memegang teguh adat istiadatnya dan pemangku adat disebut
dengan Mosalakii. Semua seremonialnya dilaksanakan sesuai urutannya dan tidak boleh tidak
dilaksanakan. Jika sampai tidak dilaksanakan maka diyakini akan berdampak negatif pada
kehidupan sosial masyarakatnya (ana kalo fai waluii). Semua seremonial adat dilaksanakan di
rumah adat Wologai. Uniknya,setiap orang yang akan masuk ke kompleks rumah adat baik
penduduk asli maupun wisatawan harus mengenakan pakaian adat Ende-Lio .Bagi pengunjung
yang tidak mempunyai pakaian adat akan disediakan oleh penduduk setempat untuk dipakai ketika
memasuki kompleks rumah adat.

Rumah adat Desa Wologai masih terjaga keaslian baik dari segi bentuk ataupun segi
struktur bangunannya. Bangunan rumah adat dibuat dari kayu tanpa menggunakan paku dalam
pembangunannya, sedangkan atapnya terbuat dari ijuk atau alang-alang. Pada proses
pembangunan rumah adat induk, diberlakukan pireiii (pamali) dengan jangka waktu sampai rumah
adat induk selesai dibangun, dimana pada masa pire (pamali) ini masyarakat setempat dilarang
bekerja atau berkebun tetapi fokus pada membangun rumah adat.

Arsitektur Tradisional Ende-Lio


Secara geografis wilayah Kabupaten Ende terbagi oleh dua suku yaitu Suku Ende- dan Suku
Lio. Posisi dan letak dari kedua suku tersebut dibatasi dengan kondisi geografisnya. Sistem
kebudayaan dari kedua suku tersebut hampir keseluruhannya sama, namaun dilihat dari system
kondisi social dan budayanya wilayah Suku Lio lebih nampak ketimbang dengan suku Ende.
Pola permukiman dan bentuk rumah adat tradisional bagi masyarakat Suku Ende-Lio
dibangun selalu berkaitan dengan konsep kekerabatan (Gemen Scap), antisipasi terhadap alam
lingkungannya dan hubungannya dengan sang pencipta alam semesta yang dipercayanya. Hal ini
dapat kita lihat pada saat upacara adat, proses pembangunan adat dan perkampungan tradisional
yang masih ada dan berlaku di masyarakat adat termasuk acara seremonial lainnya.
Pembangunan rumah adat dan perkampungan tradisional pada umumnya di Kabupaten Ende, tata
massa permukimannya di tata secara memusat, sedangkan bentuk rumahnya mengikuti filosofi
bentuk perahu (Mohsen dalam Fabiola 2013)iv.Letak tata massa permukiman adat selalu dilihat
dalam hubungan dengan tempat asal manusia pertama Suku Ende-Lio yaitu Gunung Lepembusu.
Berdasarkan pertimbangan inilah ujung pemukiman adat Suku-Lio selalu mengarah ke Gunung
Lepembusu dan arah berlawanan mengarah ke daerah paling rendah yaitu lautan. Hal ini sesuai
dengan kosmologi masyarakat Ende-Lio kaitannya dalam pemukiman yaitu ulu (kepala) dan eko
(hilir) dan diantara terdapat puse (pusat). Ulu dihubungkan dengan matahari terbit atau ke arah
Gunung Lepembusu sedangkan eko kearah matahari terbenam atau berlawanan dengan gunung
tempat asal usul nenek moyang Suku Ende-Lio (Mbete dkk, 2008 131).v

Dalam pembangunan rumah adat dan perkampungan tradisional, pola permukimannya ditata
mengikuti prinsip orbit tata surya sedangkan bentuk rumahnya mengikuti filosofi bentuk perahu.
Setiap kamupung adat tradisional memilki kedudukan dan peran masing-masing.

GAMBAR 1. P OLA P ERMUKIMAN ARSITEKTUR ENDE-LIO

Berdasarkan struktur dan pola permukiman tradisional Ende-Lio memilki tiga kategori yaitu
: Kampung Asal (Nua Pu,u), kampung ranting (kuwu ria) atau gubuk besar, kampung kecil (kopo
kasa) yaitu tempat kediaman diluar kampung asal dengan jumlah penghuni yang kurang (Aron
Mbete, dkk 2006)vi. Kuwu Ria dan Kopo Kasa wajib mengakui wewenang religi dan magis atau
ritual pada Nua Pu,u dan wajib melaksanakan perintah yang berasal dari penguasa adat.
Gambaran Umum Wilayah
Wologai, sebuah desa adat yang berada di Desa Wologai Tengah,Kecamatan Detusoko
Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara geografis Desa Wologai Tengah terletak
pada ketinggian 1045 dpl dengan curah hujan 3219 mm dan suhu rata-rata 35 C dengan luas
wilayah administrasi desa kurang lebih 64 km2 dan terdiri dari 4 dusun, yaitu Dusun Wologai,
Faunaka, Resetlemen dan Pasado’o. Desa Wologai Tengah memiliki jumlah penduduk 608 jiwa
dengan rincian laki-laki 275 jiwa. Batas-batas Wilayah Desa Wologai Tengah antara lain:Utara
berbatasan dengan Desa Kebesani (Kecamatan Detukeli), Selatan berbatasan dengan Desa
Nduaria (Kecamatan Kelimutu), Barat berbatasan dengan Desa Wologai dan Desa Nuaone dan
Timur

berbatasan dengan Desa Wologai Timur (Kecamatan Lepembusu Kelikose)vii.

GAMBAR 2. P OLA P ERMUKIMAN ARSITEKTUR ENDE-LIO

Sejarah Desa Wologai Tengah

Sebelum Kampung Wologai di bangun beberapa tahun lalu, leluhur berpindah-pindah


kampung mulai dari Lepembusu hingga menjadi Wologai. Beberapa urutan pemberian nama Desa
adat Wologai
 Wologai  Koba Besi  Lise Laka
 Nira Neni
 Fua Deo  Tubu Senga
 Au Masi  Wolo Wea
 Nuaria
 Mbotu Ndati
 Ratemonndo  Sepe Sawu

 Otolowo  Mata Manu


 Fau Waru
 Mageria
 Pu,u Re,a
 Nuaone  Kanga Ria

 Lise Boko  Lepembusu

 Lise Bewa

Struktur Adat masyarakat Wologai

Dalam kehidupan sehari-hari secara struktural, masyarakat Wologai terbagi menjadi 3


bagian dalam struktur adatnya, yaitu:
1. Mosalaki
Mosalaki adalah pemegang kekuasaan secara adat dan sangat berpengaruh dalam
kehidupan sehari-hari dalam masyarakatnya, yang biasa jadi lakimosa/mosalaki adalah dilihat dari
garis keturunannya. Bisa digaris keturunan mama (matrilinear) dan bisa dari garis ketrurunan
bapak (patrilinear).

Perlu digaris bawahi adalah setiap orang yang mau diangkat jadi mosalaki, tahap awalnya
melalui musyawarah dalam keluarga ditentukan dengan ritual”bui feo so bhoka au” (membakar
buah kemiri dan membakar bambu aur yang masi mudah. Feo (buah kemiri) sebanyak 3 buah dan
bambu aur mudah antara ruasnya tiga potong didoakan dan dibakar dalam rumah adat.
Penentuannya dari para calon yang diangkat, dengan cara melihat siapa yang buah kemiri bunyi
ledakannya bagus tiga kali berturut - turut, dan melihat pecahan bambu aur muda yang sejalur
antara ruas ke ruas dari tiga potong bambu aur mudah tadi. Bila pecahnya tidak bagus maka orang
tersebut tidak bisa dinobatkan menjadi mosalaki.

Berdasarkan tugas dan fungsinya terbagi menjadi beberapa bagian, antara lain:
 Mosalaki pu,u bertugas sebagai mosalaki pokok/ketua adat
 Mosalaki ria bewa sebagai mosalaki perpanjangan mulut dari semua mosalaki bagi tamu-tamu
yang mengunjungi wilayah persekutuan adat wologai atau forum-forum tertentu khusus untuk
pemangku adat atau dengan kata lain sebagai juru bicara lembaga adat.
 Mosalaki Phidi Wiwi Lapi Lema Laki bertugas sebagai juru bicara dari mosalaki pu,u jika
mosalaki pu,u berhalangan. Segala masalah yang ada di mosalaki pu,u diselesaikan oleh mosalaki
ini.
 Mosalaki Phidi Wiwi Lapi Lema Ongga bertugas sebagai juru bicara mosalaki Ria Bewa jika
mosalaki Ria Bewa berhalangan.
 Mosalaki Pu Padi ada 7 orang yang berwenang mengatur dari urusan yang besar sampai yang
kecil. Semua adat pasti diikuti dan dilaksanakan 7 orang mosalaki Pu Padi.
 Mosalaki Pati Pa bertugas untuk memimpin yang 7 orang dalam upacara adat.
 Mosalaki Pati Tali Bhoka Bela tugasnya member tanah.
 Mosalaki dalam 5 biji rumah Keu No,o Kinga Uwi No,o Kulu yaitu :
 Mosalaki Sa,o Sokoria
 Mosalaki Sa,o Rini
 Mosalaki Sa,o Wolomena
 Mosalaki Sa,o Nua Roa
 Mosalaki Sa,o Wolo Ghale

2. Ine Ria Fai Ngga’e (Nyonya Besar)


Ine ria fai ngga’e (nyonya besar) memiliki tugas dan fungsi untuk melaksanakan seremonial
dalam rumah adat seperti “rase pare”, s’re are tana nasu uta watu, dan lainnya. Ine ria fai ngga’e
adalah tunggal. Sedangkan di beberapa rumah adat lainnya hanya disebut dengan “ata ine”
(mama). Proses menjadi ata ine, sama dengan proses penobatan mosalaki.
3. Ana kalo Fai Walu (masyarakat adat)
Ana kalo Fai Walu (masyarakat) adalah anak dari ine ria fai ngga’e, ata ine dan para mosalaki.

Pola Penataan Massa Bangunan Desa Wologai Tengah


Pola permukiman Desa Adat Wologai sendiri berbentuk kelompok (cluster) karena sa,o
(rumah adat) dan aksesoris perkampungan lainnya tumbuh melingkar mengelilingi keda dan
kanga. Keda dan Kanga merupakan adalah lambang kesakralan desa adat Wologai. Keda
merupakan sebuah rumah adat yang dianggap suci bagi masyarakat Ende-Lio. Di tempat ini juga
berfungsi sebagai menyimpan benda-benda keramat.Pada saat melakukan upacara adat (Nggua
Ula) masyarakat umum atau pengunjung dilarang masuk kecuali para mosalaki sedangkan kanga
adalah sebuah altar batu megalit yang posisinya berada ditengah-tengah desa adat.Kanga ini
merupakan sebuah pelataran terbuka yang berfungsi sebagai halaman desa adat Wologai, sering
digunakan sebagai untuk aktivita sosial, tempat menjemur hasil pertanian, bahkan digunakan
sebagai tempat bermain anak-anak.

GAMBAR 3. P OLA P ERMUKIMAN DESA ADAT WOLOGAI

Total keseluruhan massa bangunan di kompleks desa adat Wologai ada 20 unit. Secara
umum massa bangunan dapat digolongkan menjadi 2 yaitu massa hunian dan massa non hunian
yang masing-masing diklasifikasikan berdasarkan fungsi. Umumnya massa hunian di desa adat
Wologai terdiri dari, Sa,o Panggo, Sa,o Wula Leja, Sa,o Nua Ro,a, Sa,o Bhena, Sa,o Wolomena,
Sa,o Rini, Sa,o Ana Lamba, Sa,o Sokoria, Sa,o Ria, Sa,o Lobo dan Sa,o Wologhale. Sa,o tersebut
merupakan rumah para kepala suku (mosalaki). Sa,o-Sa,o (rumah adat) berfungsi sebagai tempat
beristirahat, menerima tamu, upacara adat, tempat berkumpulnya keluarga dan lain sebagainya.
Sedangkan massa non hunian terdiri dari Keda, Tubumus, Kanga, Sa,o Lewa Kamba (dapur
keramat) dan Sa,o Ame aka Ine Naju (rumah patung penjaga kampung), merupakan massa yang
dianggap spiritual (suci) bagi masyarakat Wologai.
Menurut Christian Norberg schulz, hubungan massa bangunan jika dikaitkan dengan
kondisi topologi menghasilkan suatu bentuk yang tidak beraturan (amorf)viii. Meskipun demikian,
kompleks permukiman tradisional Wologai memiliki tatanan bentuk mengelompok (cluster). Pola
tatanan kompleks desa adat Wologai berbentuk kelompok berdasarkan penyesuaian terhadap
kondisi topologi. Kompleks perkampungan Wologai terletak di bukit dengan kontur yang relatif
datar. Massa bangunan dibangun di permukaan tanah yang datar baik secara alami maupun sengaja
diratakan.

GAMBAR 4. MASSA HUNIAN DAN NON HUNIAN DI DESA ADAT W OLOGAI

Dari penjabaran diatas, kompleks tata massa Desa Adat Wologai sebagai lingkungan
binaan mengakomodasi berbagai fungsi yang diembatnya. Segaimana Pola tata massa desa adat
Wologai berbentuk cluster merupakan upaya adaptasi terhadap kondisi topologi yang relative
datar. Namun kondisi tapak berbukit mambatasi sekaligus merangsang bentuk pertumbuhan
organisasi massa. Permukaan tanah dibuat berteras-teras agar tercipta kondisi tanah yang sesuai
untuk aktivitas dan perletakan bangunan dan Sa,o (massa bangunan) merupakan minim bukaan,
hal ini sebagai bentuk adaptasi keadaan Desa Adat Wologai berada didaerah pegunungan yang
cukup dingin, selain itu bentuk yang memusat (cluster) dari tata massa bangunan adat dari Desa
Adat Wologai melambangkan menyatu, mengarah pada satu titik yakni tuhan dan leluhur.

Orientasi Permukiman adat di Desa Wologai Tengah

Permukiman adat di Kabupaten Ende sesuai diungkapkan oleh Mbete dkk bahwa
berorientasi pada arah Utara dan Selatan atau Ulu dan Eko yaitu arah Gunung lepembusu yang
dipercaya sebagai tempat tinggal manusia pertama, sedangkan arah yang berlawanan yaitu ke arah
pantai dan ditengahnya terdapat pusat (puse).Ulu diibaratkan selain sebagai asal manusia pertama
juga diibaratkan sebagai matahari terbit dan Eko sebagai matahari terbenam.ix

GAMBAR 5. ORIENTASI P ERMUKIMAN ENDE-LIO

Tetapi melihat secara bentuk pola permukiman desa adat Wologai yang berbentuk
melingkar (cluster), semua massa bangunan di kompleks desa adat Wologai dapat dilihat menjadi
dua yakni berdasarkan orientasi bukaan pintu utama dan arah atap. Sekilas, mayoritas bukaan
pintu utama dari massa bangunan terlihat jelas bahwa mengarah pada ruang terbuka yang sering
digunakan untuk aktivitas dan sirkulasi spiritual yakni mengarah pada keda dan tubumusu kanga
sebagai titik sentral (point of interest). Norberg Schulz (1979: 28) mengatakan bahwa: “Dalam
suatu lingkungan tempat suci berfungsi sebagai pusat yang selanjutnya menjadi orientasi dan
identifikasi bagi manusia, dan merupakan struktur ruang”.x Jadi, massa bangunan yang ada di
Wologai tidak sekadar mewadahi aktivitas manusia saja tapi juga dimaknai agar hidup selalu
terkait dengan alam dan penciptanya serta leluhur.
GAMBAR 6.ORIENTASI PERMUKIMAN WOLOGAI

Tipologi Bentuk Bangunan

Pemukiman Suku Lio sendiri terdapat beberapa bangunan tradisional dengan fungsinya
masing-masing yang sangat berpengaruh terhadap pola tatanan permukiman suku Ende-Lio
sendiri. Dalam masyarakat Suku Ende-Lio yang memainkan peranan besar adalah kelompok suku.
Rumah suku (sa,o ria) bagi masyarakat Lio tidak hanya sebagai rumah tempat tinggal dan
berlindung tetapi memiliki fungsi sosial yaitu sebagai tempat kepala suku.Fungsi religius dari sa,o
ria adalah sebagai tempat dilakukannya upacara adat dan tempat untuk menyimpan benda-benda
pusaka milik suku, yang dipercaya juga menjadi tempat tinggal roh nenek moyang suku dan
tempat manusia bertemu dengan Dua Ngga,e (sebutan Tuhan bagi masyarakat Ende-Lio) yang
merupakan sumber dari tujuan akhir serta penyelenggaraan kehidupan dialam semesta.
Secara vertikal dibedakan menjadi Lewu (kolong) digunakan untuk memelihara ternak,
One (ruang tengah) adalah tempat tinggal manusia menjalankan aktivitas sehari-hari dan padha
(loteng) adalah tempat menyimpan alat-alat dan benda sakral untuk upacara adat.Bentuk atap yang
tinggi itu, dihubungkan dengan kewibawaan para mosalaki yang didalam struktur adat dianggap
dan dipandang lebih tinggi dari masyarakat adat biasa (faiwalu ana kalo) atau dibagi menjadi
bagian bawah,tengah dan atas. Bagian bawah terbentuk dari jajaran tiang pondasi dan lantai
dinaikan diatas tanah (rumah panggung), sedangkan bagian tengah terbentuk dari dinding-dinding
rumah yang dinaungi oleh atap yang landai. Bagian atas merupakan bagian atap yang menjulang
tinggi. Secara horizontal pola hubungan antar ruang pada rumah adat yang ada di Desa Wologai
Tengah berintikan pada ruang tengah yang ditandai oleh adanya ruang bersama. Pembagian itu
berdasarkan fungsi dan gender.

Secara horisontal pola hubungan antar ruang pada Sao ini berintikan pada ruang tengah yang
ditandai oleh adanya ruang bersama. Dimana ruang tengah ini menjadi inti Sao, yang dijadikan
sebagai tempat untuk berkumpul dan bermusyawarah yang dipimpin oleh ketua adat. Selain itu,
ruang tengah ini juga menghubungkan semua ruangan yang ada di sekitarnya. Ruang tengah ini
bukan hanya sekedar pemersatu anggota keluarga, melainkan juga pemersatu warga setempat.

Prinsip hidup masyarakat Wologai masih memegang hubungan yang serasi, seimbang dan
selaras antara manusia dengan alam, menunjukan tiang-tiang bahannya terbuat dari kayu hutu.
Bentuk atapnya terlihat unik yakni dibuat lebih tinggi (Ghubu Bewa), dari rumah biasa dengan
bahan penutupnya dari ijuk, enau atau lang-alang dan kantruksi rangkanya menggunakan system
pasak dan ikat untuk menyatukan bahan dalam menirikan rumah adat yang ada di Desa Wologai
Tengah.
PADHA

ONE

LEWU

Gambar 7. Pembagian Horisontal & Vertikal Rumah Adat

Secara pembagian ruang Sa,o (rumah adat ) Wologai terbagi menjadi 3 bagian yakni
bagian depan (teras/tenda), bagian dalam/ruang tengah (ruang one) dan bagian belakang (lulu).
Teras (tenda) difungsikan sebagai ruang menerima tamu, ruang santai dan diperuntukan untuk
kaum laki-laki serta tamu. Ruang tengah (one) adalah ruang yang difungsikan sebagai ruang
keluarga, ruang masak yang diperuntukan untuk kaum wanita. Ruang belakang (lulu) adalah bilik
(ruang) untuk tidur.

Pola ruang Sa'O terjadi pemisahan menurut gender. Teras (tenda) khusus untuk para pria dan
tamu, ruang tengah (one) dikhususkan untuk kaum wanita. Hal ini didasarkan pada tugas masing-
masing penghuni.

Gambar 9. Hubungan Ruang Pada Rumah Adat Wologai


Desa Adat Wologai suku Ende-Lio benar-benar mencerminkan social budaya
masyarakatnya. Sehingga masyarakat maupun arsitektur yang diciptakan mempunyai landasan
yang kuat dan khas. Kesadaran masayarakat Wologai yang sangat menghargai alam sebagai
tempat mereka menyandarkan hidup patut menjadi tauladan bagi masyarakat luas, terutama yang
mengaku sebagai masyarakat modern yang menganggap alam sebagai alat bagi pemenuhan
kebutuhan hidupnya.

Bentuk permukiman mulai dari bangunan, struktur maupun ruang-ruangnya dibuat


berdasarkan adat yang sampai saat ini masih dipertahankan. Tata massa bangunan disusun
berdasarkan pola permukiman arsitektur Ende-Lio yang memusat (cluster). Dalam menata massa
bangunan menggunakan sumbu-sumbu Utara-Selatan sebagai arientas yang memusat pada puse
(pusat) pada perkampungan adat mereka. Sedangkan dalam skala kampung, terwujud dalam
lingkungan binaan kompleks perkampungan adat Wologai. Baik fungsi maupun simbolik, kedua
hal tersebut saling berkait dan mempengaruhi wujud fisik spasial kompleks perkampungan
Wologai.Kontrol fisik dari kampung adat Wologai dipengaruhi oleh iklim, dan topografis. Pola
tatanan kompleks perkampungan Wologai

berbentuk kelompok (cluster) merupakan upaya adaptasi terhadap kondisi topologi yang relatif
datar. Namun kondisi tapak berbukit membatasi sekaligus merangsang bentuk pertumbuhan
organisasi massa. Permukaan tanah dibuat berteras-teras agar tercipta kondisi tanah yang sesuai
untuk aktivitas dan perletakan bangunan.
Bentuk yang khas dan spesifik mampu menampilkan bentuk yang selaras dengan
lingkungannya dan lingkungan binaannya yang diciptakan. Bentuk mempunyai dasar yang kuat
dan cirri khasnya mudah dikenal dan diamati sebagai elemen-elemen yang ditampilkan secara
kompak dan menyatu. Bentuk rumahnya mencirikan khaskan arsitektur Ende-Lio dimana
bentukan rumah adat secara keseluruhan mengikuti bentukan dari perahu. Kondisi sosial dan
budayanya pada masyarakat Wologai , hingga saat ini masih tetap dipertahankan dan tetap
harmonis dengan alam,Kearifan adat masyarakat Wologai sangat kuat dan turut mempertahankan
pola-pola permukiman dan bentuk dari rumah adat mereka.

b. TATA TAPAK DAN POLA PEMUKIMAN SUKU LIO DESA WOLOTOLO


TENGAH, KABUPATEN ENDE, NTT

Pola permukiman dan bentuk rumah adat tradisional bagi masyarakat suku Ende Lio Desa
Wolotolo dibangun selalu berkaitan dengan konsep hubungan kekerabatan (Gemen scap),
antisipasi terhadap alam lingkungannya dan hubungannya dengan pencipta alam semesta yang
dipercayanya. Hal ini dapat dilihat dari acara ritual yang dilakukan di saat membangun rumah adat
dan perkampungan tradisional yang masih ada dan berlaku di masyarakat adat termasuk acara
seremonial lainnya hingga sekarang. Dalam pembangunan rumah adat dan perkampungan
tradisional, pola pemukimannya ditata mengikuti prinsip lintas orbit tata surya. Setiap kampung
adat tradisional memiliki kedudukan dan peran masing-masing, khususnya terhadap tempat dan
kedudukan dengan kampung asal. Sedangkan bentuk rumahnya mengikuti filosofi bentuk perahu.

Konsep kosmologi bentuk pola permukiman adat Suku Ende LIo,


Berdasarkan struktur dan pola permukiman tradisional Ende-Lio memiliki tiga kategori
yaitu; Kampung asal (Nua Pu’u); kampung ranting (kuwu ria) atau gubuk besar, kampung kecil
(Kopo Kasa) yaitu tempat kediaman di luar kampung asal dengan jumlah penghuni yang
kurang (Aron Mbete, dkk 2006).. Kuwu ria dan Kopo Kasa wajib mengakui wewenang religi dan
magis atau ritual pada Nua Pu’u dan wajib melaksanakan perintah yang berasal dari penguasa adat
atau Mosalaki di kampung asal (Nua Pu’u). Sebagai bagian yang tidak terpisahkan keberadaannya
dalam kampung tradisional, di dalamnya dibangun berbagai bangunan sesuai kedudukan dan
fungsinya.

Oreantasi pola permukiman Suku Ende Lio di desa Wolotolo


Letak pola permukiman adat selalu dilihat dalam hubungan dengan tempat asal manusia
pertama Suku Ende Lio yaitu gunung Lepembusu. Berdasarkan pertimbangan inilah ujung
permukiman adat Suku Ende Lio selalu mengarah ke gunung Lepembusu dan awalnya berarah
berlawanan mengarah ke daerah paling rendah yaitu lautan. Sesuai pertimbangan kosmologis yang
mempertahankan keseimbangan antara dua titik ekstrim, kaitannya dalam permukiman yaitu ulu
(kepala) dan eko (hilir). Diantara keduanya terdapat puse ( pusat). Ulu dihubungkan
dengan matahari terbit atau ke arah gunung Lepembusu sedangkan eko ke arah matahari terbenam
atau berlawanan dengan gunung tempat asal – usul nenek moyang Suku Ende Lio.

Pola permukiman adat Suku Ende Lio di Desa Wolotolo

Keterangan :
a. Eko (ekor )
b. Ulu (kepala)
c. Pusat permukiman adat terdapat sao keda, kanga, tubu mbusu dan rate
d. Permukiman Masyarakat adat

Pola permukiman pada desa adat Wolotolo merupakan sebuah pola grid yang di tandai
dengan adanya jalan-jalan setapak yang membelah kawasan permukiman. Orientasi bangunan–
bangunan semuanya menghadap ke jalan – jalan kampung yang ada.. Hal ini dapat dilihat dari
perletakan massa bangunan yang mengikuti alur jalan dengan kontur tanah yang cukup terjal,
maka penempatan daerah yang disakralkan seperti banguna tradisional sao keda dan kanga yang
merupakan tempat pemujaan mendapatkan tempat yang paling tinggi, dimana sao keda dan kanga
merupakan cikal bakal suatu permukiman adat Suku Ende Lio pada umumnya. Selain itu sao keda
dan kanga merupakan simbol permukiman adat tradional Suku Ende Lio pada umunya.
Berdasarkan konsteks kosmologis di atas tata permukiman adat Suku Ende Lio tidak
hanya memiliki fungsi paragmatis melainkan suatu ungkapan makna dari berbagai simbol yang
terkandung di dalamnya. Dalam permukiman adat Suku Ende Lio tersimpan keyakinan akan
kesatuan unsur sang pencipta dan arwah leluhurnya. Keseimbangan kosmis sangat jelas terlihat
dalam permukiman adat sekaligus menjadi tuntunan kwajiban moral bagai setiap masyarakat Suku
Ende Lio.
2. PAPUA
Papua merupakan provinsi yang terletak di bagian paling timur Indonesia, meliputi separuh
wilayah barat Pulau Papua dan Negara Papua Nugini bagian wilayah timurnya. Penduduk Papua
sebagian besar orang Melanesia. Secara ekologis Provinsi Papua dapat dibagi menjadi tiga
wilayah geografi utama atau suku mayoritas yakni meliputi, daerah pegunungan, daerah daratan
rendah pantai, dan daratan rendah pedalaman.
Antropolog Roxana Waterson (1991) menceritakan keanekaragaman rumah-rumah tradisional
yang ada di Nusantara dan Asia Tenggara dalam nuansa seni yang tinggi dan adanya persamaan
dalam filosofi namun kaya dalam bentukan-bentukan arsitektur yang berbeda dari satu rumah
dengan rumah tradisional lainnya.

Berikut adalah peta lokasi suku-suku Papua yang akan dikaji dalam lingkup
bahasan arsitektur tradisionalnya.

Gambar 1. Peta lokasi suku-suku wilayah kajian

a. POLA PERMUKIMAN SUKU SENTA NI DI Kampung


Hobong-Ifale
Kampung Hobong-Ifale. Kampung ini mempunyai keunikan/kekhasan yaitu merupakan suatu
daratan yang berada di tengah Danau Sentani, yang hanya dihubungkan oleh transporatasi perahu
atau disebut kole-kole.

Gambar 1 Lokasi Penelitian Kampung Hobong-Ifale

Pola permukiman suku Sentani di Kampung Hobong-Ifale berdasarkan historis dikatakan bahwa
permukiman suku Sentani terletak di pulau pada tengah-tengah danau dan berorientasi menghadap
danau membentuk satuan kelompok klan atau marga yang tertutup dari kelompok lain dan hidup
secara berkelompok dalam satu rumah membentuk linear (nampak pada gambar 2).

Gambar 2 Pola Permukiman Kampung dan Rumah Adat Khombo

Bentuk mempertahankan diri secara fisik dilakukan dengan membangun model rumah tertutup
terhadap lingkungannya, dan terdapat pembagian ruang antara kesatuan kaum laki-laki dan
kaum perempuan. Tugas kaum laki-laki adalah mempertahankan diri dan terlibat perang suku,
sedangkan tugas kaum perempuan sebagai menyediakan makanan dan menjaga keturunan.
Kaum laki-laki dan perempuan hidup secara
komunal atau bersama-sama. Nampak pada gambar denah rumah dibawah ini bentuk
mempertahankan diri secara fisik Rumah Imae (Rumah Komunal).

Keberadaan danau sebelum 1907 sangat berkaitan dengan pembentukan pola permukiman. Pola
permukiman suku Sentani di pesisir Danau Sentani berorientasi menghadap danau, sebagai wujud
dari eksistensi mempertahankan kehidupan pada masa itu dari perang suku. Pola permukiman
berbentuk linear dan dibagian tengahnya terdapat rumah adat yang disebut Kombho sebagai
tempat kepala suku/adat. Pembentukan lingkungan permukiman tradisional suku Sentani pada
masa perang suku, terdiri dari dua kelompok elemen dasar, yakni elemen fisik yakni metode
konstruksi (rumah tertutup), material yang tersedia dan teknologi (tradisional), serta elemen socio-
cultural (kepala suku sebagai raja). Dua kelompok elemen tersebut semua berorientasi terhadap
mempertahankan diri.

Pada tahun 1925 pembentukan socio-cultural suku Sentani mengalami perubahan dengan
masuknya agama Kristen yang menurut Rapoport merupakan elemen utama/prima yang merubah
pola hidup masyarakat, yang pada perkembangan membawa perubahan pada pola permukiman
dari bentuk linear menjadi menyebar.

Perubahan pola permukiman tersebut tidak terjadi serentak tetapi juga ada yang tetap, yakni aspek
kepala adat sebagai kepala pemerintahan tetap dipertahankan. Perubahan pola permukiman
memberikan dampak pada perubahan aspek budaya atau pandangan hidup (nonfisik berubah),
maka berbagai aspek terkait dengannya menjadi berubah juga yakni gaya hidup, kepercayaan, dan
yang tidak berubah pada suku Sentani yakni eksistensi adat tradisional dan kepala suku sebagai
kepala pemerintahan adat.
Gambar 4 Perubahan Pola Permukiman Kampung Hobong-Ifale Dalam Bentuk
Cluster/Menyebar

Perubahan pola permukiman suku Sentani tersebut di Kampung Hobong-Ifale membawa


pengaruh terhadap perubahan pola hidup masyarakat. Perubahan pola hidup nampak pada
penyediaan kelengkapan fasilitas-fasilitas pendukung permukiman

Pada tabel 1, dijelaskan proses perubahan pola permukiman suku Sentani dari bentuk linear
menjadi bentuk menyebar dalam kesatuan cluster. Perubahan pola permukiman tersebut
mempengaruhi perubahan sosial-kultural masyarakat tradisional. Sosial-kultural yang berubah
dipengaruhi oleh masuknya agama Kristen, yang merubah pola kepercayaan dari kepercayaan
nenek moyang ke kepercayaan kepada Tuhan (Kristiani). Pengaruh kepercayaan agama tersebut
secara tidak langsung merubah gaya hidup masyarakat tradisional dari sifat tertutup menjadi
terbuka. Keterbukaan gaya hidup masyarakat nampak dapat menerima klan atau marga lain pada
lingkungan kehidupannya.

Tabel 1 Perubahan Pola Permukiman dari Pola Linear menjadi Cluster (tahun 1907-1925-Saat ini)

Pola Permukiman Sebelum Tahun1907 Pola Permukiman Tahun 1925 Kondisi Eksisting

Sumber : Nova Guinea Vol. III,(1907), (masuknya agama Kristen) Sumber : Wawancara dan pengamatan

“Etnography and Anthropology”, GAJ.Van Sumber : wawancara lapangan

Der Sande, Leyden

1. Pola permukiman mengelompok satu 1. Pola permukiman mengelompok 1. Pola permukiman membentuk sistem

kekerabatan satu kekerabatan cluster

2. Pola permukiman sebagai pola 2. Pola permukiman sebagai pola 2. Membentuk kelompok-kelompok

mempertahan diri dari perang suku mempertahan diri dari perang suku kekerabatan

3. Pola hidup masyarakat sistem rumah 3. Pola hidup tetap sistem rumah 3. Kegiatan adat berkurang dan sistem
komunal komunal & permukiman satu rumah komunal berubah menjadi rumah

kekerabatan (marga yang sama). individual

4. Membentuk satu permukiman 4. Kepercayaan tradisional mulai 4. Pimpinan kampung ada 2 : kepala desa

kekerabatan (marga) berkurang dan kepala suku

5. Permukiman dipimpin kepala suku dan 5. Gereja dibangun dan eksistensi adat 5. Gereja diletakkan didarat/bukit sebagai

eksistensi adat masih kuat mulai berkurang pusat kegiatan kerohanian

6. Orientasi bangunan menghadap danau 6. Orientasi bangunan menghadap 6. Fasilitas penunjang permukiman

danau dan perang suku masih (sekolah, ibadat, perdagangan),

terjadi. keramba ikan.

7. Rumah Khombo menjadi pusat kegiatan 7. Orientasi bukit digunakan sebagai 7. Tempat bercocok tanam di daratan

kaum pria dan pusat kegiatan adat suku makam dan berlindung dari perang Sentani.

Sentani suku.

8. Kaum wanita tidak mempunyai posisi 8. Kaum wanita tidak mempunyai 8. Kedudukan perempuan dan laki-laki

dalam adat posisi dalam adat hampir sama

Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa kekhasan fisik permukiman suku Sentani
adalah letak pulau/lokasi Hobong-Ifale berada di tengah Danau Sentani dan pola permukiman
penduduknya. Pola permukiman yang berorientasi terhadap arah danau, dan dengan adanya
pengaruh kepercayaan/agama merubahan pola permukiman dari linear menjadi menyebar dalam
bentuk cluster menjadi permukiman berkelanjutan. Perubahan pola permukiman tersebut
berdampak pada perubahan aspek nonfisik (gaya hidup) masyarakat tradisional.

Kekhasan fisik permukiman merupakan salah satu bagian dari potensi yang perlu ditemukan dan
dikembangkan kembali agar kawasan memiliki identitas atau ciri khas yang menjadi daya tarik.
Menurut Silas (1996) kekhasan fisik kawasan dapat dilihat dari pola dan tatanan bangunan serta
bentuk rumah masih asli (rumah adat). Keunikan permukiman difokuskan pada letak geografi
kawasan penelitian yang mempunyai potensi lingkungan adalah dikelilingi oleh Danau Sentani.
Letak geografis Kampung Hobong-Ifale ditengah-tengah danau yang memiliki lokasi/daratan
dapat tumbuh menjadi permukiman tradisional yang unik. Keunikan tersebut yaitu bagaimana
masyarakat tradisional dapat mempertahankan diri dalam hidup berkelanjutan sebagai identitas
dan ciri khas
Gambar 5 Pola Permukiman dan Ketergantungan terhadap Danau Di Kampung Hobong-Ifale

Analisa Faktor Perubahan Pola Permukiman Mempengaruhi Pola Hidup Masyarakat

Menurut Thompson & Newmark (1977: 13), faktor yang paling penting di dalam menetapkan
suatu pola hidup adalah umur, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, dan pendapatan yang
mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Oleh sebab itu faktor pola hidup suku Sentani di
Kampung Ifale sangat dipengaruh eksistensi adat suku Sentani. Pola hidup tersebut
mempengaruhi pola kehidupan sosial masyarakat sehingga memberikan dampak perubahan pada
budaya masyarakat.

Menurut data kuesioner penduduk Kampung Hobong-Ifale sekitar 76%, masih kuat terhadap
eksistensi kedudukan adat sebagai pemerintahan kampung

Bentuk rumah

Bentuk rumah suku Sentani berbentuk rumah panggung yang didirikan diatas tiang kayu besar
sebagai konstruksi utama rumah. Bentuk rumah panggung merupakan ciri khas rumah
kelompok berburu dan peramu tumbuhan.

Rumah panggung sebagai upaya mempertahankan diri dari lingkungannya. Mempertahankan


diri akibat lokasi sering mengalami banjir akibat air pasang danau naik dan hujan yang
berlebihan dan gangguan dari binatang liar.

Perubahan pola permukiman tidak mengakibatkan perubahan bentuk rumah pada masyarakat,
sekitar 81% penduduk masih tetap dengan rumah panggung. Penggunaan rumah panggung oleh
masyarakat tradisional dengan alasan kenyamanan dan keselamatan hidup dipesisir danau.

Perubahan pola hidup masyarakat tertuju pada pola permukiman yang masih membentuk satu
kelompok kekerabatan. Kelompok kerabatan yang terbentuk merupakan gabungan kekerabatan
dari berbagai kelompok yang menjadi satu kesatuan kampung. Nampak di Kampung Hobong-
Ifale yang terbentuk dari tiga kelompok masyarakat yaitu Ifar Besar, Ifale dan Asei. Ketiga
kelompok masyakat tersebut terdiri dari kelompok marga/klan yang berbeda yang mempunyai
adat istiadat yang berbeda pula, tetapi tetap dapat hidup dalam satu permukiman dan perumahan
bersama.

Perubahan pola hidup juga berpengaruh terhadap perubahan pola tatanan bangunan yang pada
awalnya membentuk kelompok padat berubah menjadi menyebar dalam kesatuan cluster. Pola
menyebar dalam kelompok kekerabatan tersebut ditunjang dengan tersedianya kelengkapan
prasarana dan sarana permukiman dan perumahan. Kelengkapan tersebut dengan tujuan dapat
meningkatkan kehidupan masyarakat di kampung tersebut, dan tidak berpindah-pindah untuk
mencari daerah baru, karena daerah tersebut sudah dapat melangsungkan kehidupannya sebagai
nelayan dan meramu sagu.
3. MALUKU
TATA TAPAK DAN POLA PEMUKIMAN SUKU TANIMBAR KEI, DI KAMPUNG
TANIMBAR KEI

1. Sejarah Masyarakat Tradisional Tanimbarkei

Sejarah masyarakat yang mendiami kepulauan Tanimbar berawal dari aturan-aturan adat yang
berlaku dan mengatur kehidupan mereka. Masyarakat Tanimbar mengenal norma-norma adat
seperti pada umumnya yang terdapat di Maluku Tenggara yang disebut urlim dan ursiu (di Maluku
Tengah menyebutnya patasiwa dan patalima). Ursiu memiliki sejenis undang-undang sebagai
norma pengatur tata kehidupan masyarakat yang dikenal nama ngabal. Kedua aturan adat ini
kemudian dipadukan menjadi satu bentuk hukum yang disebut hukum larwulngabal. Hukum ini
berfungsi sebagai kontrol sosial dalam tata kehidupan masyarakat, bila terjadi pelanggaran maka
dikenakan sanksi berupa hukuman badan. Ketertiban dalam msyarakat mengenai bidang hukum
diatur oleh dua lembaga adat yaitu larwu-lanturuk dan ngabal-adun, bila terjadi pelanggaran maka
dihadapkan kepada larwul-lanturuk. Terbentuknya undang-undang larwul dan ngabal bertepatan
dengan terbentuknya kerajaan-kerajaan yang disebit un enen uni wau, artinya enam raja dan
delapan raja.

Kelompok urlim memiliki enam buah kerajaan yaitu; Tuhlei, Yarbadan, Idet, Bamav,
Saangli dan Kirkez sedang kelompok ursiu memiliki delapan buah kerajaan yaitu; Famur, Sokmas,
Beldu, Ketil, Elhel, Wahadat, Barir dan Bentar. Keenam kelompok kerajaan urlim dipimpin oleh
kerajaan yang berpusat di Tual yaitu Tuhlei. Sebaliknya kelompojk ursiu dipimpin oleh kerajaan
yang berpusat di pulau Dula yaitu Beldu. Keempatbelas kelompok kerajaan tersebut adalah
kelompok kerajaan adat. Setelah daerah kepulauan Maluku berada dibawah kekuasaan pemerintah
Belanda kemudian diangkat raja yang disebut raja angkatan (Uneputty,1993).

2. Keadaan Geografis dan Geologis


Secara umum iklim di Maluku Tenggara Barat adalah beriklim tropis. Musim kemarau
jatuh pada bulan Oktober hingga Maret. Pada saat itu angin bertiup dari arah barat laut, barat daya
dan dari arah utara pada saat pergantian musim. Musim hujan jatuh pada bulan Maret sampai
dengan Oktober, dimana angin bertiup dari arah utara, timur laut, Tenggara dan Selatan pada waktu
pergantian musim. Pada saat itu keadaan cuaca sangat buruk disertai curah hujan yang sangat
tinggi dan gelombang laut besar. Keadaan ini berlangsung kurang lebih 4 bulan.

Kepulauan Maluku terdiri lebih kurang 9000 pulau (De Neve, 1984 dalam Sudarmika,
2001; 9), yang terbagi dalam lima kelompok kepulauan, yaitu Kepulauan Halmahera, Seram, Kei,
dan Tanimbar. Daerah ini merupakan daerah relief yang beraneka ragam dengan basin-basin dan
punggungan-punggungan dan saat ini proses pembentukan pegunungan berlangsung sangat aktif.
Maluku Utara sebagian dihubungkan dengan rangkaian pulau-pulau Asia Timur dan sebagian
dengan sistem Melanesia. Sedangkan Maluku Selatan (busur Banda) merupakan suatu bagian dari
sistem pegunungan Sunda. Batas pemisah antara Maluku Utara dengan Maluku Selatan adalah
sebuah pegunungan yang melintang dengan arah timur-barat, yang membujur dari lengan timur
Sulawesi ke Kepala Burung di Irian lewat kepulauan Banggai pulau-pulau Sula, Gomumu (sebelah
selatan Obi) dan Misol. Sedangkan hubungan antara pegunungan Sula dengan Misal kurang
dikenal. Sumbu ini tenggelam di sebelah timur Mangola yang dalamnya kurang lebih 2 km dan
merupakan ambang pintu dari selat Difamotala yang memisahkan basin Mangole dengan basin
Buru. Kemudian di sebelah Obi Besar timbul lagi dan merupakan sebuah punggungan dengan arah
timur-barat yang merupakan pulau Gomumu. Punggungan bawah laut yang sempit ini
membentang lebih jauh ke arah timur, yang merupakan batas antara basin kecil di selatan Topbalai
(sebuah pulau kecil di sebelah timur Obi) dan bagian timur basin Buru. Ambang antara Maluku
Utara dengan Maluku Selatan ini dalam pandangan geotektonis merupakan batas pemisah sistem
Orogen Pasifik barat dan sistem pegunungan Sunda, yang termasuk ke dalam Geosinklinal Tethys
(Fadhlan, 1996).

Nama Kei Kecil digunakan untuk menyebut seluruh pulau-pulau antara Tajando dan Kei
Besar. Pulau yang terbesar berukuran panjang lebih kurang 40 km dengan arah utara selatan dan
lebarnya 10-15 km. Pulau-pulau Kei merupakan bagian dari suatu tonjolan keluar lengkung non
vulkanik dan Banda Orgenensis. Menurut Brouwer (1917), bahwa Pulau Kei dan Tanimbar pada
tonjolan bagian timur adalah suatu lekuk dari dangkalan Kontinental Australia dan ia berprinsip
bahwa suatu perpindahan mendatar menyebabkan penyesuaian geantinklin terhadap lekuk Sahul.

Di Kei Kecil terdapat beberapa gua karst dengan lereng-lereng yang terjal dan kadang-
kadang tegal lurus. Melihat bentuk relief, maka Kepulauan Kei termasuk pada satuan morfologi
dataran, dimana tidak dijumpai adanya bentuk-bentuk bukit yang tinggi. Sehingga dapat dikatakan
bahwa Kepulauan Kei berbeda dengan pulau-pulau lainnya yang bermorfologi bergelombang.

3. Sistem Mata Pencaharian

Keadaan sosial ekonomi di Tanimbarkei tidak jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat
di Kabupaten Maluku Tenggara lainnya. Aktivitas masyarakatnya mencerminkan dua corak
kehidupan sesuai dengan alam lingkungannya yaitu sebagai petani dan nelayan. Sebagai masyarakat
agraris keberhasilan setiap usaha sangat diyakini merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa.
Mereka hidup rukun dan bersatu sebagai masyarakat yang majemuk sehingga pembangunan di
kedua desa tersebut berjalan dengan baik.

Berkenaan dengan keadaan daerah yang mempunyai dataran yang cukup luas maka
interaksi tertinggi masyarakat di desa tersebut adalah pertanian. Pada umumnya jenis pertanian
yang bisa dikembangkan adalah bertani ladang. Pembukaan kebun baru biasanya dikerjakan secara
masohi yaitu gotong royong. Teknik yang dipakai dalam pengolahan tanah dilakukan dengan cara
tradisional yaitu dengan mencangkul tanah, kemudian membuat kuming (tanah yang telah
dicangkul ditumpuk berbentuk gunung) untuk menanam petatas, atau ubi, kembili, jagung, pisang,
keladi, sayur-sayuran dan kacang-kacangan. Di samping usaha pertanian tanaman umur pendek,
perkebunan yang paling menonjol adalah perkebunan kelapa, sehingga tanaman kelapa di
Tanimbarkei merupakan tanaman andalan mereka yang dapat mendukung keperluan hidunnya
setiap hari. Buah kelapa dapat diproduksi menjadi gula, sehingga masyarakat Tanimbarkei selain
sebagai petani dan nelayan juga sebagai penghasil gula merah. Selain itupula masyarakat
Tanimbarkei banyak memelihara hewan terutama babi dan sapi. Mereka pelihara secara tradisional
yaitu dengan melepas (tidak dikandangkan) dan mencari makanan disekitar kampung. Sedangkan
hasil dari kebun-kebun tanaman umur pendek dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari di samping juga ada beberapa yang dijual.

Selain bertani, berburu binatang juga dikenal oleh masyarakat ini. Perburuan sering
diadakan di daerah perburuan desa yang bersangkutan, tetapi sering terjadi seorang pemburu
memasuki daerah perburuan desa lain. Menurut keterangan yang diperoleh, dikatakan bahwa hal
tersebut tidak merupaka pelanggaran, tidak ada yang dikenakan sangsi, karena hewan-hewan
buruan itu tidak mengenal domisili. Tetapi bila seorang pemburu dari suatu tempat hendak berburu
pada suatu tempat yang letaknya cukup jauh, terlebih dahulu harus diperoleh ijin dari badan saniri
negeri desa yang bersangkutan. Alat-alat yang biasa dipergunakan adalah perangkap, tombak,
busur dan panah dan bambu runcing. Hasil-hasil perburuan itu biasanya dipergunakan untuk
kepentingan keluarga tapi kalau ada kelebihan hasil barulah dijual.

Sebagai masyarakat pesisir pantai, selain memanfaatkan sumber daya yang ada di darat
juga mampu memanfaatkan sumber daya akuatik, baik berupa penangkapan ikan maupun
transportasi laut. Pada umunya penangkapan ikan bagi penduduk pedesaan daerah pesisir pantai
berfungsi sebagai mata pencaharian tambahan, tapi ada pula di beberapa daerah cendrung sebagai
mata pencaharian pokok di samping pertanian. Alat-alat yang lazim dipakai untuk menangkap ikan
adalah berupa jaring, sero, bubu, rureho dan kail. Daerah penangkapan adalah lautan petuanan
desa yang bersangkutan atau yang disebut labuang. Tiap-tiap desa pesisir memiliki labuangnya
sendiri, bila para nelayan suatu desa melakukan penangkapan pada labuang desa lain, maka ia
diharuskan membayar sejumlah uang untuk desa tersebut, dengan istilah membayar labuang.
Jumlahnya tergantung dari permintaan badan Saniri Negeri desa yang bersangkutan
(Uneputty,1993).

4. Konsep Religi
Secara umum, wilayah kepulauan Maluku sebelum masuknya agama-agama besar seperti
Islam dan Kristen masyarakat daerah ini hidup di dalam kepercayaan tradisional yang bercorak
animistis. Demikian halnya di Maluku Tenggara masyarakatnya mengenal konsep pemujaan
terhadap leluhur dan kepercayaan pada nenek moyang. Anggapan Masyarakat mengenai posisi
dan peranan tuhan serta posisi dan peranan roh-roh leluhur di dalam kehidupan mereka setiap hari
nampak pula pada ungkapan mereka pertama Tuhan dan kedua “Tete Nenek Moyang” (leluhur).
Di samping substansi yang ada pada setiap upacara seperti unsur janji, ikatan, sumpah, hukum dan
lain-lain. Bukan hanya disaksikan oleh mereka orang-orang yang hadir pada upacara tetapi juga
oleh roh-roh para leluhur mereka (Uneputty, 1996).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada pertentangan antara adat dan agama,
antara roh-roh leluhur dengan Tuhan. Kedua unsur kepercayaan tersebut hidup berdampingan di
dalam kehidupan sosial budaya dalam masyarakat. Harmonisasi kedua sistem religi ini tercermin
dari upacara-upacara adat yang dilaksanakan.

Permukiman Tradisional dan Benda-benda Arkeologi

Seperti telah disebutkan pada bagian awal bahwa istilah permukiman memberikan peluang
untuk mengkaji sebagian besar data arkeologi yang ditemukan. Dengan demikian beberapa hal
yang akan diuraikan pada bagian ini berkaitan dengan permukiman tradisional Tanimbarkei
diantaranya:

1. Rumah Tradisional

Masyarakat Tanimbarkei menyebut rumah dengan istilah rahan,


rumah atau rahan tersebut sebagian besar masih digunakan sebagai tempat hunian yang permanen.
Secara umum bentuk bangunan rumah tradisional Tanimbarkei berbentuk bujursangkar dengan
ukuran 7 x 7 m. Pada umumnya bangunan rumah tradisional Tanimbarkei mempunyai serambi
pada bagian depan, pintu masuk dan keluar satu buah. Bagian dalam mempunyai tiga buah ruangan
besar dan satu buah ruangan kecil yaitu masing-masing digunakan sebagai ruang keluarga ruang
tidur dan ruang suci serta satu buah ruangan kecil yang digunakan untuk kegiatan memasak.
Rumah-rumah tradisional tersebut mempunyai nama tersendiri sesuai dengan fungsi sosial dalam
masyarakat Tanimbarkei.

Dari keseluruhan rumah-rumah yang ada di perkampungan ini, terdapat sebuah rumah yang
sangat dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Bentuk fisik dari bangunan ini berupa gubuk kecil
dengan bentuk bujur sangkar berukuran 2 x 2 meter. Bangunan tersebut dibangun dengan empat
buah tiang penyangga utama dan diberi atap rumbia. Kondisi bangunan sudah sangat
memprihatinkan karena sudah tidak dipelihara oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena
bangunan tersebut terlalu sangat dikeramatkan sampai-sampai bangunan tersebut tidak boleh
disentuh oleh siapapun. Untuk memperbaiki bangunan tersebut harus mencari waktu yang tepat
dan perencanaan yang matang karena meskipun secara fisik bangunan tersebut ukurannya kecil
tapi dalam perbaikannya harus melibatkan seluruh warga masyarakat kampung yang ada di
Kepulauan Tanimbarkei. Dengan demikian persiapannya harus betul-betul terencana terutama
yang menyangkut dengan dana yang harus disediakan dan jenis upacara yang harus dilaksanakan.

Masyarakat Tanimbarkei menganggap bahwa pengagungan arwah leluhur merupakan


kebutuhan pokok yang harus mereka lakukan dalam setiap usaha yang akan dilakukannya. Hal ini
dapat dilihat dari perlakuan mereka pada salah satu bangunan yang ada di tengah-tengah kampung.
Bangunan inilah yang sekaligus menjadi pusat kampung, dimana benda-benda yang dianggap
keramat ditempatkan disini sekaligus merupakan tempat dilaksanakannya upacara-upacara adat.

Bentuk kepercayaan yang diperlihatkan oleh Desa Tanimbarkei tergambar pada bagian
dalam bangunan masing-masing rumah penduduk. Pada bagian salah satu kamar yang terdapat di
dalam bangunan rumah terdapat sebuah kamar yang sangat disucikan dan tidak boleh semua orang
yang dapat masuk, jangankan orang lain istri dan anak saja tidak boleh memasuki kamar suci
tersebut. Di kamar suci tersebut mereka mengadakan persembahyangan pada waktu-waktu tertentu
dengan tujuan untuk meminta keselamatan dan keberhasilan dari ruh nenek moyangnya.

Rumah-rumah penduduk yang terdiri dari kayu itu dihiasi dengan seni dekoratif berupa ukiran
yang sangat menarik. Ukiran-ukiran tersebut kebanyakan terdiri dari motif daun dan sulur dan ada
juga dari bentuk patra ulanda. Ukiran-ukiran tersebut ditemukan pada tiap bagian permukiman
misalnya pada bagian tiang pintu gerbang permukiman terdapat ukiran berupa ular dan burung
maupun berupa ular dan anjing. Keberadaan ukiran-ukiran binatang seperti yang terdapat di bagian
pintu gerbang tersebut tentunya dianggap sebagai simbol yang dapat menjaga kampung mereka.
Demikian pula ukiran-ukiran lain dengan motif berbeda yang ditemukan pada dinding-dinding
rumah dan pintu masuk.

Data lain yang terdapat di perkampungan Tanimbarkei adalah berupa patung kayu yang
berada di rahan Teli. Patung tersebut kondisi fisiknya berbadan manusia tapi berkepala burung.
Patung ini oleh masyarakat Tanimbarkei sangat dikeramatkan karena patung ini dianggap sebagai
penjelmaan dari ruh nenek moyangnya. Selain itu di Desa Tanimbarkei juga ditemukan sebuah
gong perunggu yang dilektakkan di salah satu bangunan kecil yang sudah rusak. Kondisi temuan
masih dalam keadaan baik, temuan tersebut sangat dikeramatkan dan berfungsi sebagai alat
upacara. Menurut tokoh masyarakat bahwa gong perunggu ini akan dibunyikan pada saat upacara
adat berlangsung.

Pola Permukiman Tradisional Masyarakat Tanimbarkei

Pola permukiman yang dimaksudkan adalah pola penataan komponen penunjang


kehidupan bermasyarakat pada sebuah tempat bermukim. Pola penataan tersebut berkaitan dengan
komponen-komponen yang meliputi tempat hunian, upacara, pertahanan, dan kuburan (Willey,
1953 dalam Wasita, 2002;127). Dalam hal ini berkaitan dengan komponen-komponen yang
menunjang kehidupan masyarakat Tanimbarkei.
Perkembangan sebuah permukiman dengan pola yang diperlihatkan pada dasarnya
masyarakat tidak berperilaku secara acak dalam menentukan permukimannya, tetapi dalam batas-
batas tertentu mengikuti aturan umum yang berlaku dalam masyarakat (Watson, 1971 dalam
Mundadrdjito, 1995). Pola sebaran situs merupakan wujud konkret dari pola gagasan dan pola
perilaku masyarakat yang mendiami suatu permukiman mengenai penempatan, pengaturan dan
penyebarannya. Pola keruangan dapat mencerminkan pola-pola aktivitas yang didasarkan atas satu
atau sekumpulan pertimbangan teknologis, ekologis, perilaku sosial dan ideologis (Schiffer 1972
dalam Mundardjito Ibid)

Permukiman tradisional yang dimaksud adalah bentuk kampung yang secara fisik belum
mendapat pengaruh dari unsur-unsur modern. Desa Tanimbarkei merupakan perkampungan
tradisional yang ada di Kecamatan Kei Kecil dan satu-satunya desa yang ada di pulau Tanimbar.
Kekunaan dari bentuk kampung yang dapat kita saksikan dari Desa Tanimbarkei adalah mulai dari
lokasi, kondisi fisik, bentuk adat dan budayanya. Ditinjau dari lokasi Desa Tanimbarkei terdiri dari
dua lokasi bentuk lahan yang berbeda yaitu lahan yang berada pada dataran tinggi dan dataran
rendah. Pada umumnya penduduk atau masyarakat Tanimbarkei yang mendiami lahan pada
dataran rendah adalah mereka yang sudah mendapat pengaruh asing terutama dari segi
kepercayaan, yaitu mereka sudah memeluk agama Kristen. Sedangkan bagi masyarakat yang
mendiami dataran tinggi masih melanjutkan kepercayaan dan budaya nenek moyangnya.

Ditinjau dari bentuk atau pola perkampungan, kampung Tanimbarkei mempunyai pagar
kampung yang sangat permanen, yaitu dikelilingi oleh tumpukan batu dari jenis terumbu ditata
sedemikian rupa dan dibentuk seperti tembok keliling yang mengelilingi kampung Tanimbarkei,
adapun lebar dari pagar batu tersebut rata-rata 2 meter dan tinggi 1 - 2 meter, selain itupula pada
bagian pintu gerbang terdapat lubang intai. Bentuk bangunan seperti ini umum ditemukan pada
lokasi kampung-kampung tua atau negeri lama di Kabupaten Maluku Tenggara yang sekarang
tinggal hanya bekasnya saja (selain di Tanimbarkei). Data lainnya yang penting dari pagar
kampung ini yaitu didepan pintu gerbang pada sebuah batu besar terdapat sebuah pahatan yang
menyerupai binatang anjing yang sedang menggonggong.

Bentuk arsitektur rumah masyarakat Tanimbarkei berupa rumah panggung yang terbuat
dari kayu dan beratapkan rumbia (pelepah daun sagu). Rumah-rumah tersebut sampai sekarang
masih dijadikan hunian tetap, walaupun mereka memperbaikinya mereka masih tetap
mempertahankan bentuk lamanya. Rumah-rumah tersebut dalam kaintannya dengan pelaksanaan
kegiatan adat mempunyai nama dan fungsi masing-masing, misalnya satu rumah bisa berfungsi
sebagai penuntut perkara, berfungsi sebagai memutuskan perkara, dan adapula rumah yang
berfungsi untuk memutar roda perekonomian warga dan lain sebagainya. Pola perkampungan
Tanimbarkei (khusus kampung atas) memanjang dan rumah-rumah mereka berjejer tidak
beraturan dari arah utara keselatan, pusat kampung ditandai dengan sebuah bangunan suci yang
sangat dikeramatkan. Lokasi rumah-rumah penduduk dibagi atas dua bagian yaitu lokasi bagian
bawah dan bagian atas, pembagian ini tidak dibatasi dengan jelas hanya letaknya sedikit lebih
tinggi sekitar 1 meter. Pintu masuk ada tiga buah satu diantaranya sebagai pintu gerbang utama
yang harus mereka lalui bagi para pendatang baru.

Pola permukiman masyarakat Tanimbarkei dapat dijelaskan berdasarkan fungsi dari rahan
yang ada didalamnya misalnya misalnya rahan korbib dan Rahan Hernar fungsinya untuk
memutuskan suatu perkara, rahan merud dan rahan venkor berfungsi untuk menuntut suatu
perkara, dan rahan welob berfungsi untuk memutuskan suatu perkara. Ketiga rumah tersebut dapat
disebut sebagai rumah peradilan adat yang dapat memutuskan perkara seperti di antaranya :

♦ Vedan Umat: yaitu permasalahan atau perkara yang menyangkut

Masalah pembunuhan

♦ Lawur Umat: yaitu semua permasalahan yang menyangkut hal-hal yang dapat merusak sanak
saudara orang (misalnya menghamili keluarga orang lain).

Selain nama-nama rumah yang disebutkan di atas masih ada beberapa nama rumah yang
masing-masing mempuyai nama sesuai dengan fungsinya. Rumah-rumah tersebut antara lain;
rahan teli fungsinya mengatur jalannya perekonomian masyarakat adat dan tempat untuk
pembayaran sangsi atau denda kalau ada salah satu anggota masyarakat keluar dari agama atau
kepercayaan lamanya misalnya mereka menikah dengan anggota masyarakat yang beragama lain
selain itupula rahan teli juga merupakan sebagai lambang dari kepala desa atau orang yang
mempunyai wewenag mengatur pemerintahan desa.

Dijelaskan pula bahwa jenis dari sangsi yang harus di berikan kepada desa adat adalah
berupa babi satu ekor, gelang mas satu buah, dan sebuah meriam dari jenis lela satu buah (lela
adalah merupakan jenis meriam yang ukurannya sangat kecil dengan panjang 50 cm). Rahan
kubalama berfungsi sebagai wadarmitu (wadar = leluhur, mitu = dewa) yaitu sebagai tempat
persembahyangan dan persembahan para dewa dan leluhur. Ada sembilan buah mata rumah yang
mempunyai fungsi sebagai rahan kubalama yaitu : rahan teli, kobalema, merud, ring, solan,
hernar, vetor, velaf, dan habad.

Dengan demikian, komponen-komponen penunjang yang terdapat di perkampungan ini


dapat dilihat dari pola permukimannya. Diantaranya arsitektur rumah yang menempatkan satu
ruangan khusus untuk melakukan ritual, susunan batu yang mengelilingi kampung, tempat upacara
yang ditempatkan tengah-tengah kampung dan kuburan yang berada di luar kampung.

Bentuk-bentuk Adaptasi Lingkungan Masyarakat Tanimbarkei

Konsep adaptasi mengandung pengertian sebagai suatuanggapan (respon)individu atau komunitas


terhadap lingkungan tempat mereka bermukim, baik secara morfologi ataupun fungsional
(Moran,1979 dalam Hasanuddin, 2001). Selanjutnya bentuk-bentuk adaptasi manusia terhadap
lingkungan sekitarnya dapat dilihat pada kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan
tata geografi daerahnya. Bentuk-bentuk lahan tertentu memiliki lingkungan biotik maupun abiotik
yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Faktor-faktor yang menguntungkan tersebut antara
lain ialah topografi yang rata, keadaan tanah yang subur, mudah memperoleh air permukaan atau
air tanah, mudah berkomunikasi dengan luar serta terhindar dari serangan musuh (Soerastopo,1985
dalam Saptono, 2000:163).
Pada daerah dataran tinggi mereka menempati areal yang luas dengan ketinggian sekitar
40 meter di atas permukaan air laut. Luas lahan yang digunakan sebagai perkampungan sekitar
10.000 meter persegi dan pada bagian pinggir kampung masih merupakan hutan belukar yang
tidak produktif. Lokasi kampung seperti ini jelas sekali memperlihatkan pada kita bahwa kampung
seperti tersebut merupakan suatu kampung yang terbentuk dari pola pikir masa lampau. Hal ini
didukung dari hasil penelitian lainnya terhadap beberapa bentuk kampung tradsional atau umum
disebut sebagai negeri lama yang ada di Maluku berada pada dataran-dataran tinggi. Hal ini
disebabkan karena pada masa lampau keselamatan dari suatu keolompok masyarakat adalah
merupakan sesuatu yang paling penting. Keselamatan yang dimaksud adalah berupa serangan dari
kelompok atau suku lain untuk mengusai daerahnya. Meskipun demikian kalau ditinjau dari lokasi
Desa Tanimbarkei dapat diasumsikan bahwa pemilihan lokasi desa tersebut tidak hanya
memperhatikan keselamatan warga tapi juga sangat memperhitungkan kondisi ekonomis yang
dapat mendukung kelangsungan hidupnya. Kenyataan ini dapat dilihat dari tataletak Desa
Tanimbarkei yaitu di satu sisi berada pada dataran yang cukup tinggi dan disisi lain tidak jauh dari
laut. Jarak antara lokasi kampung dengan laut tidak terlalu jauh yaitu sekitar 100 meter, dengan
demikian warga kampung Tanimbarkei diharapkan untuk mempunyai keahlian rangkap yaitu
pandai berkebun dan mahir juga hidup dengan laut yaitu sebagai nelayan.

Ditinjau dari segi bentuk adat dan kepercayaan, masyarakat Tanimbarkei masih
mempertahankan kepercayaan lama mereka terutama kelompok masyarakat yang mendiami lahan
dataran tinggi. Kepercayaan itu berupa penghormatan terhadap ruh nenek moyang dan
menganggap bahwa keselamatan dan keberhasilan dari setiap usaha yang dilaksanakan di dunia
fana adalah merupakan berkat restu dan rahmat dari ruh nenek moyangnya.

Pada bagian atas bukit terdapat sebuah dataran yang cukup luas dan mempunyai lokasi
yang sangat strategis sebagai rumah hunian. Faktor pemilihan tempat tinggal sebagai lokasi hunian
erat kaitannya dengan potensi dan upaya atau kemampuan beradaptasi mengekploitasi lingkungan
sekitarnya untuk mempertahankan diri. Sehingga dukungan lingkungan sangat menentukan hasil
budaya dan corak kehidupannya yang tercermin dari tinggalan-tinggalannya. Keterkaitan antara
manusia dan lingkungan alam disekitarnya akan dapat menunjukkan aktivitas-aktivitas manusia
masa lampau dan sekaligus merefleksikan lingkungan alam dan tingkat teknologi manusianya. Ini
berarti bahwa kegiatan-kegiatan manusia yang dilakukan pada suatu lokasi akan memperhatikan
kondisi lingkungan dan penguasaan teknologinya.
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

https://id.wikipedia.org/wiki/Bumi

https://www.academia.edu/29431351/IKLIM_TROPIS

https://elangfida.wordpress.com/category/2-musim-4-musim/

https://www.padamu.net/pembagian-wilayah-iklim-di-dunia

BAB II

https://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timur

Website Resmi Pemerintah Provinsi NTT, Super User, 2019;


http://nttprov.go.id/2018/index.php/profil/kondisi-geografis

Ragam Suku NTT, Nia Keren, 2017, Overblog; http://ngeblogkk.over-blog.com/2017/01/ragam-


suku-di-ntt.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Maluku

Editorial Staff Dipostkan pada 11 September 2014, Infonusa.wordpress.com;


https://infonusa.wordpress.com/2014/09/11/provinsi-maluku/

Sistem Informasi Pemanfaatan Tata Ruang; http://sifataru.atrbpn.go.id/kawasan/Maluku

Situs Resmi Pemerintah Provinsi Maluku, 2016;


https://www.malukuprov.go.id/index.php/selayang-pandang/2016-10-06-01-18-19

https://papua.go.id/view-detail-279/iklim-dan-topografi-wilayah.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Papua

BAB III
Widdy Wawan; https://www.academia.edu/35154333/Suku_Ende_-_Lio
Zulkifi H.Achmad, Program s2 ALB UB Kota Malang, Jawa Timur;
https://www.academia.edu/11684730/TIPOLOGI_BENTUK_DAN_POLA_TATA_MASSA_PE
RMUKIMAN_ARSITEKTUR_RUMAH_SUKU_LIO_DESA_WOLOGAI_TENGAH_KABUP
ATEN_ENDE_NTT
Mukhlis A. Mukhtar, http://mukhlis-mukhtar.blogspot.com/2013/02/pola-permukiman-adat-
suku-ende-lio_11.html
Widyastomo, 20011; jurnalpermukiman.pu.go.id
Mansyur S, 2006; kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id

Anda mungkin juga menyukai