LEMBAR PENGESAHAN
PAKET PENYULUHAN
Akses Vaskular Hemodialisa ( AV SHUNT)
Kamis, 17 oktober 2019
Oleh Mahasiswa :
1. STIKES MATARAM
2. STIKES MAHARANI
3. STIKES KEPANJEN
4. UNIVERSITAS KEDIRI
5. POLTEKKES
Mengetahui,
I. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan pembelajaran selama 30 menit, klien dan keluarga
mampu memahami dan mengetahui cara perawatan pasien dengan A-V
Shunt (Cimino) Hemodialisa di rumah.
2. Tujuan Khusus :
Klien dan keluarga mampu :
a. Menjelaskan pengertian hemodialisa
b. Menjelaskan pengertian A-V Shunt
c. Menguraikan tujuan A-V Shunt
d. Menguraikan siapa saja yang diperbolehkan melakukan operasi A-V
Shunt
e. Menguraikan komplikasi A-V Shunt
f. Menguraikan cara perawatan A-V Shunt di rumah
II. Sasaran
1. Pasien
2. Keluarga pasien.
III. Metode
1. Ceramah
2. tanya jawab
3. demonstrasi
IV. Media
1. Laptop
2. power point
3. LCD dan leaflet
5. Perawatan A-V
Shunt di rumah
Diskusi/Tanya
jawab
Penutup 10 Menit 1. Menanyakan 1. Menjawab Ceramah Power Point
pengetahuan pertanyaan tanya
pada peserta 2. Memberikan jawab
setelah tanggapan baik
dilakukan
penyuluhan
2. Menyimpulk
an hasil kegiatan
penyuluhan
3. Menutup
dengan salam
VI. Kriteria Pemantauan dan Evaluasi
1. Pemantauan
a. Input
1) Kegiatan penyuluhan dihadiri minimal oleh 5 orang
2) Paket penyuluhan yang digunakan sesuai dengan SPO dan Up to date
3) Waktu kegiatan penyuluhan adalah 30 menit
4) Tempat penyuluhan adalah di ruang penyuluhan
5) Pengorganisasian penyuluhan dilaksanakan beberapa hari sebelum
kegiatan penyuluhan
b. Proses
1) Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
2) Tidak ada peserta yang meninggalkan kegiatan penyuluhan
3) Narasumber menguasai materi dengan baik
c. Output
Setelah dilakukakn kegiatan penyuluhan peserta mengerti dan memahami
materi penyuluhan
d. Outcome
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan ada peningkatan perilaku
kesehatan yang lebih baik.
MATERI
A. Definisi
Hemodialisis adalah suatu upaya untuk membersihkan sisa-sisa
metabolisme tubuh dan kelebihan cairan dari darah yang menggunakan mesin
berfiltrasi (Morton, Fontaine, Hudak dan Gallo, 2005). HD bekerja dengan
menggunakan prinsip osmosis dan filtrasi. Untuk pelaksanaan HD diperlukan
suatu akses jangka panjang yang adekuat.
AV Shunt adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara
menghubungkan arteri radialis dengan vena cephalica sehingga terjadi fistula
arteriovena sebagai akses dialisis.
Gambar 1
2. Akses Vaskular Permanen
Fistula Arteriovenousus Primer
AV fistula primer pertama-tama diperkenalkan oleh Cimino dan Brescia pada
tahun 1961. Fistula ini dibuat dengan membuat anastomosis end to side vena
ke arteri pada vena cephalika dan arteri radialis dan memerlukan waktu 2-6
bulan untuk matur sehingga dapat digunakan. Jenis fistula primer lainnya
adalah fistula brachiocephalica pada siku dan diubah menjadi fistula
brachiobasilica. Perubahan fistula brachiobasilica dibuat dengan membuat
insisi dari lengan bawah ke axial sepanjang rute vena basilica dan dibuat
anastomosis dengan arteri brachialis. Keuntungannya adalah pemakaian AV
fistula dapat digunakan untuk waktu beberapa tahun, sedikit terjadi infeksi,
aliran darahnya tinggi dan memiliki sedikit komplikasi seperti thrombosis.
Sedangkan kerugiannya adalah memerlukan waktu cukup lama sekitar 6 bulan
atau lebih sampai fistula siap dipakai dan dapat gagal karena fistula tidak matur
atau karena gangguan masalah kesehatan lainnya.
Gambar 2
a. Ruang lingkup
Operasi A-V Shunt (Cimino) Hemodialisa yang dilakukan merupakan
implementasi dari panduan Dialisis Outcomes Quality Initiative (DOQI) pada
manajemen penatalaksanaan akses vaskular tahun 1997. Melibatkan berbagai
disiplin ilmu antara lain ahli nefrologi, ahli bedah, dan ahli radiologi
intervensi.
Operasi A-V Shunt (Cimino) Hemodialisa dilakukan secara side to
side anastomosis atau side to end anastomosis atau end to end anastomosis
antara arteri radialis dan vena cephalica pada lengan non dominan terlebih
dahulu. Operasi dilakukan pada lokasi paling distal sehingga memungkinkan
dilakukan operasi lebih proksimal jika gagal. Dapat dilakukan pada
ekstremitas bawah jika operasi gagal atau tidak dapat dilakukan pada
ekstremitas atas.
Algoritma
Berdasarkan K/DOQI guidelines tahun 2000, pemilihan AV shunt dilakukan pada:
a. arteri radialis dengan vena cephalica (Brescia Cimino)
b. arteri brachialis dengan vena cephalica
c. bahan sintetik A-V graft (ePTFE = expanded polytetrafluoroethylene)
d. arteri brachialis dengan vena basilika
e. kateter vena sentral dengan “cuff”
Komplikasi operasi
a. Stenosis
Stenosis dapat terjadi akibat terjadinya hiperplasia intima vena
cephalica distal dari anastomosis pada A-V Shunt (Cimino) Hemodialisa
radiocephalica sehingga A-V Shunt (Cimino) Hemodialisa tidak berfungsi.
Sedangkan pada penggunaan bahan sintetis ePTFE terjadi stenosis akibat
hiperplasia pseudointima atau neointima. Stenosis merupakan faktor
penyebab timbulnya trombosis sebesar 85%.
Hiperplasis intima timbul karena terjadinya cedera vaskular yang
ditimbulkan baik oleh karena operasinya ataupun kanulasi jarum yang
berulang yang kemudian memicu terjadinya kejadian biologis (proliferasi sel
otot polos vaskular medial à sel lalu bermigrasi melalui intima àproliferasi sel
otot polos vaskular intima à ekskresi matriks ekstraselular intima).
Tekanan arteri yang konstan pada anatomosis vena, khususnya jika
terjadi aliran turbulen, dapat menyebabkan cedera yang progesif terhadap
dinding vena tersebut.
Compliance mismatch antara vena dengan graft pada lokasi anastomosis
Rusaknya integritas dan fungsi daripada sel endotelial
PDGF (platelet derived growth factor), bFGF (basic fibroblast growth factor),
IGF-1 (insulin growth factor-1) turut memicu terjadi hiperplasia intima
dengan mekanismenya masing-masing
b. Trombosis
Muncul beberapa bulan setelah dilakukannya operasi. Sering
diakibatkan karena faktor anatomi atau faktor teknik seperti rendahnya aliran
keluar vena, tehnik penjahitan yang tidak baik, graft kinking, dan akhirnya
disebabkan oleh stenosis pada lokasi anastomosis.Penanganan trombosis
meliputi trombektomi dan revisi secara pembedahan. Trombosis yang
diakibatkan penggunaan bahan sintetik dapat diatasi dengan farmakoterapi
(heparin, antiplatelet agregasi), trombektomi, angioplasti dan penanganan
secara pembedahan.
c. Infeksi
Kejadian infeksi jarang terjadi. Penyebab utama ialah kuman
Staphylococcus aureus. Jika terjadi emboli septik maka fistula harus direvisi
atau dipindahkan. Infeksi pada penggunaan bahan sintetik merupakan
masalah dan sering diperlukan tindakan bedah disertai penggunaan antibiotik.
Pada awal infeksi gunakan antibiotik spektrum luas dan lakukan kultur
kuman untuk memastikan penggunaan antibiotik yang tepat. Kadang
diperlukan eksisi graft.
d. Aneurysma
Umumnya disebabkan karena penusukan jarum berulang pada graft.
Pada A-V fistula jarang terjadi aneurysma akibat penusukan jarum berulang
tetapi oleh karena stenosis aliran keluar vena.
e. Sindrom “steal” arteri
Dikatakan sindrom “steal” arteri jika distal dari ekstremitas yang
dilakukan A-V Shunt (Cimino) Hemodialisa terjadi iskemik. Hal ini
disebabkan karena perubahan aliran darah dari arteri melalui anastomosis
menuju ke vena yang memiliki resistensi yang rendah ditambah aliran darah
yang retrograde dari tangan dan lengan yang memperberat terjadinya iskemik
tersebut. Pasien dengan iskemik ringan akan merasakan parestesi dan teraba
dingan distal dari anastomosis tetapi sensorik dan motorik tidak terganggu.
Hal ini dapat diatasi dengan terapi simptomatik. Iskemik yang berat
membutuhkan tindakan emergensi pembedahan dan harus segera diatasi
untuk menghindari cedera saraf.
f. Hipertensi vena
Gejala yang nampak ialah pembengkakan, perubahan warna kulit dan
hiperpigmentasi. Paling sering disebabkan karena stenosis dan obstruksi pada
vena. Lama kelamaan akan terjadi ulserasi dan nyeri. Manajemen penanganan
terdiri dari koreksi stenosis dan kadang diperlukan ligasi vena distal dari
tempat akses dialisis.
1. Pastikan daerah sekitar akses selalu dalam keadaan bersih. Cuci dengan sabun
anti bakteri sebelum digunakan untuk terapi dialisis.
2. Jangan mengenakan pakaian ketat atau perhiasan di sekitar daerah Cimono
3. Jangan mengukur tekanan darah, mengambil darah, atau melakukan infus pada
lengan yang terpasang Cimino.
5. Pelajari adanya vibrasi dan suara dengung yang khas di akses klien. Adanya
perubahan pada vibras maupun suara dengung di akses dapat menandakan
adanya sumbatan yang mengganggu aliran darah di akses cimino klien.
7. Latih akses cimino dengan menggunakan bola karet agar aliran darah
bertambah kuat.