Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BHIOMECHANIC OF THE TRANSFEMORAL AMPUTE

Di Susun Oleh:
Christya Ari Nugraha (P27227017024)
Natalia Fina De Jesus (P27227017044)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ORTOTIK PROSTETIK


JURUSAN ORTOTIK PROSTETIK
POLTEKKES SURAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
biomechanic transfemoral.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Heri Sutanto,S.Tr sebagai


pengampu mata kuliah tranfemoral prosthetic yang telah membimbing kami dalam
penyusunan makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat
mempermudah pembaca dalam mempelajari biomechanic transfemoral. Kami
menyadari makalah ini mungkin mengandung kekurangan dan kesalahan baik dari
materi maupun penampilan. Karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca.

Surakarta, 28 Februari 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................
Kata pengantar ............................................................................................ i
Daftar Isi....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan. ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Kestabilan Knee ................................................................................. 2
B. Perbedaan Fungsi Knee ..................................................................... 3
C. Perbedaan Pelvis dan Trunk Stability ................................................ 10
D. Bentuk Socket… ................................................................................ 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan… .................................................................................... 14
B. Kritik dan Saran… ............................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 15


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia Ortotik Prostetik seorang ahli OP diharuskan dapat membuat alat
bantu baik prosthesis maupun orthosis yang benar. Namun benar saja tidak cukup,
seorang ahli OP juga harus memperhatikan faktor kenyamanan dari alat yang dibuat
agar pasien juga merasa nyaman dalam menggunakannya. Untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut, maka diperlukan pemahaman prinsip-prinsip biomekanika dan
aplikasinya pada pembuatan prosthesis maupun orthosis.
Dalam laporan makalah ini kami membahas “Biomechanics of the
Transfemoral Amputee” yakni pengaplikasian prinsip-prinsip biomekanika dalam
Transfemoral Prosthetics

B. Tujuan
Tujuan disusunnya laporan makalah ini adalah selain untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Transfemoral Prosthetics yang merupakan hasil dari
presentasi dan diskusi kami, penyusunan makalah ini juga dimaksudkan untuk
sekedar memberi informasi tentang pembahasan materi kami, yakni mengenai
prinsip-prinsip biomekanika dan pengaplikasiannya pada kasus Transfemoral
Prosthetics.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kestabilan Knee
Pada transfemoral, lutut pada prostesis memerlukan kestabilan selama stance
phace, berarti bahwa lutut harus tetap ekstensi dan mendukung berat stump. Dalam
gait, heel strike adalah fase yang paling tidak stabil dari heel. Terdapat momentum
yang cenderung memutar tube bawah bagian atas ke depan dan oleh karena itu
dapat memfleksikan lutut. Ada 3 cara mendapatkan stabilitas lutut/knee :
1. Muscle Action
Pada lutut normal, sendi lutut dapat stabil oleh aksi otot dan ligamen. Jika
otot tidak berfungsi dengan benar, lutut menjadi tidak stabil. Ekstensor pinggul
dapat membantu untuk mencapai dan memelihara kestabilan lutut.
2. Alignment
Salah satu cara untuk mencapai stabilitas lutut adalah melalui alignment
prostesis yang benar. Sendi lutut harus ditempatkan 15 mm posterior dari garis
TKA.
3. Knee Lock
Jalan lain untuk mendapatkan lutut yang stabil adalah menggunakan
beberapa alat kecil pengunci lutut. Pengunci lutut mungkin dibutuhkan jika
amputasi tidak dapat menarik lutut menjadi ekstensi menggunakan hip
ekstensor. Ini dapat terjadi jika amputasi mempunyai kontraktur hip fleksi
besar. Amputasi yang sudah lama dilakukan atau sudah lemah mungkin
mempunyai masalah ini.

2
B. Perbedaan Fungsi Knee
1. Normal Gait
 Heel Strike
 Pinggul dalam keadaan 250 fleksi, gaya reaksi tahan disebabkan saat
fleksi. Gluteus maksimum dan otot hamstring mencegah fleksi lebih
lanjut.
 Ekstensi lutut penuh, GRF menyebabkan ekstensi penuh, otot hamstring
mencegah ektensi lebih lanjut dan siap untuk mengfleksikan lutut.
 Pergelangan kaki dalam posisi normal, GRF terjadi saat plantarfleksi,
dorsifleksi mengontrol kecepatan atau laju plantarfleksi

 Shortly after Heel Strike


 Pinggul dalam keadaan fleksi 250 , GRF terjadi saat fleksi, gluteus
maksimum dan otot hamstring menahan posisi ini.
 Lutut dalam keadaan ektensi 50 dan berlanjut untuk fleksi, GRF terjadi
saat fleksi, mengontrol laju fleksi dg otot quardiceps
 Pergelangan kaki dalam keadaan 50 plantarfleksion. GRF terjadi saat
plantarfleksion. Dan pergelangan kaki terus ke plantarfleksi. Kelajuan
fleksi terkontrol oleh dorsifleksi

3
 Foot Flat
 Pinggul dalam keadaan 250 fleksi, GRF terjadi saat fleksi, pinggul
mulai lurus dengan aksi gluteus maksimum dan otot hamstring
 Lutut dalam keadaan 150 . GRF terjadi saat fleksi, lutut terus ke fleksi
hingga mencapai 200 setelah foot flat, otot quardicep mengontrol sudut
fleksi.
 Pergelangan kaki dalam keadaan 100 plantarfleksi, GRF terjadi saat
plantarfleksi yang semakin mengecil di sertai dg pergerakan tubuh
kedepan dan GRF mendekati pergelangan kaki.

4
 Mid Stance
 Pinggul dalam keadaan 10 0 fleksi, GRF pas di sendi, sehingga tidak ada
pergerakan sama sekali, pinggul mulai lurus dan GRF bergerak
posterior sehingga sendi pinggul memendek setelah mid stance.
 Lutut posisi 10° fleksi, GRF terjadi pengecilan gaya fleksi, tidak ada
gerakan otot quardicep tapi otot soleus mengontrol fleksi lutut.
 Pergelangan kaki posisi 5 dorsifleksi. GRF terjadi saat gaya dorsifleksi.

 Heel Off
 Pinggul maksimum 13° ektensi, GRF terjadi saat gaya ektensi, otot
iliacus dan otot psoas mayor mengontrol ektensi dan fleksi awal.
 Lutut fleksi sekitar 2° hingga ektensi maksimal selama gait cycle, GRF
terjadi saat gaya ektensi, otot gastrocnemius mungkin activ mencegah
ektensi lebih lanjut.
 Ankle posisi dorsifleksi, GRF terjadi saat gaya dorsifleksi plantarfleksi
yang kuat untuk mendorong tubuh ke depan.

5
 Toe Off
 Reaksi GRF tidak signifikan untuk ke 3 sendi karena sebagian berat
badan berada di kaki yang lain.
 Pinggul posisi 10° ektensi dan terus menuju fleksi karena plantarfleksi
pada kaki dan karena kerja rectus femoris
 Lutut posisi 40° fleksi, tetap fleksi sehingga gaya GRF semakin kecil
dan kaki menjadi plantarfleksi
 Ankle 20° plantarfleksi, otot plantarfleksi berhenti dan segera
meninggalkan tanah.

6
 Acceleration
 Pinggul posisi 10° ektensi dan fleksi mempercepat pinggul ke depan
 Lutut posisi 40° fleksi dan terus fleksi di bawah pendulum hingga
mempercepat aksi tubuh
 Ankle posisi 20° plantarfleksi langsung setelah toe off. Kemudian
memulai dorsifleksi dibawah aksi grup otot pretibial.

 Mid Swing
 Pinggul posis fleksi sekitar 20° dan terus menuju fleksi.
 Lutut mencapai posisi sekitar 65° fleksi kemudian memanjang dibawah
aksi pendulum
 Ankle mencapai posisi netral dan di tahan oleh aktivitas otot pretibial

7
 Deceleration
 Pinggul mencapai posisi fleksi 25° dan tertahan oleh gluteus maximus
dan hamstring
 Lutut ektensi full dan ditahan oleh hamstring
 ankle tetap dalam posisi netral karena kerja dari otot pretibial

2. Amputee Gait
Hilangnya kontrol otot pada amputasi transfemoral di atas knee joint
sehingga cara berjalan pasien berbeda dari orang normal.
 Heel Strike
Lutut akan cenderung fleksi karena GRF menyebabkan fleksi. Dengan
menggunakan hip extensors ,maka ekstensi dapat di pertahankan sehingga
sendi menjadi stabil.

8
 Stance Phase
Pada stance phase sendi lutut ekstensi

 Push Off
Ampute harus memfleksikan sendi lutut sebagai persiapan untuk swing
phase

9
 Swing Phase
Pada swing phase variasi kecepatan berjalan akan menyebabkan fleksi
sendi lutut yang lebih sedikit atau yang lebih banyak,hal ini terjadi karena
gerak pendulum pada shank dan foot.

C. Perbedaan Pelvis dan Trunk Stability


1. Normal Gait
Anatomi dan alignment mekanik pada tungkai yang normal terdefinisi
dengan baik. Sumbu mekanik bergerak melalui pusat dari kepala femur, pusat
dari lutut dan sendi angkle. Garisnya bersudut 3⁰ menuju vertikal.
Sumbu dari femur bersudut 9⁰ menuju vertikal. Hal ini menjadikan
anatomi alignment adduksi pada batang femur.

10
Normal anatomic alignment pada adduksi ini menjadikan otot hip
abduktor –gluteus medius dan tensor fascia latae- untuk berfungsi secara
normal dan mengurangi pergerakan kearah lateral dari COG tubuh.

2. Amputee Gait
Tujuan dari pengerjan TF prosthesis adalah:
 Kestabilan medio- lateral pelvic/trunk.
 Pola berjalan mendekati normal.

Hal ini berarti bahwa femur akan cenderung bergerak kearah lateral. Orang yang
diamputase (amputee) akan sering melebarkan walking base dan menggunakan lateral
trunk bending untuk menghindari menggunakan otot hip abduktor.

11
Stabilitas dan pola jalan yang mendekati normal hanya bisa dicapai dengan
lateral support yang baik dari femur.

Femur harus dijaga pada sudut adduksi yang mendekati normal sebisa mungkin,
hal ini akan menjadikan otot pada posisi yang memungkinkan untuk melakukan aksi
yang kuat. Sudut adduksi dibangun didalam socket. Jadi dinding lateral pada socket
diaduksi ke arah vertikal. Dinding lateral diratakan untuk menyediakan kemungkinan
support terbaik untuk batang femur.

Untuk stump yang lebih pendek menjadi lebih sulit untuk mendapatkan stabilitas
pelvis dan trunk. Karena, daerah permukan berkurang dan panjang dari gaya sisi lateral
lebih pendek. Hasilnya, tekanan lateral femur menjadi lebih besar untuk stump yang
pendek.

12
D. Bentuk Socket
Bentuk socket adalah sama pada transtibial dan transfemoral amputasi. Ada 3
area umum pada prinsip biomekanik, yaitu :
1. Total Kontak
Keuntungan terjadinya total contact :
 Membantu pengembalian vena, jadi oedema bisa dicegah
 Area pada stump yang kontak dengan socket ditembah, oleh karena itu
tekanan pada stump dapat terkurangi
 Kemungkinan meningkatkan umpan balik sesorik, jadi pasien
mempunyai kontrol seluruh prosthesis yang lebih baik
2. Prinsip tekanan pada jaringan yang keras atau halus
Stump transfemoral tidak keras pada semua bagian. Jika soket tidak ada
perbedaan pada jaringan yang relative keras, maka ada tekanan yang lebih
besar pada bagian yang keras dari pada pada bagian yang halus. Ini lah
sebabnya soket Transfemoral harus menyediakan permukaan untuk daerah
yang keras seperti untuk otot yang berkontraksi, tendon dan tulang yang
menonjol.
3. Efek dari permukaan yang landai pada stump/tekanan socket (peran dari ischial
tuberosity)
Seperti yang telah dijelaskan pada transtibial prostesis,tekanan
stump/socket terkurangi ketika permukaan penyangga socket mencapai
horizontal, stump tansfemoral tidak bisa mentoleransi end bearing, jadi satu
satunya area yang lain yang kira-kira horizontal adalah area dibawah ischial
tuberosity. Ketika ischial tuberosity digunakan untuk mayoritas weight-
bearing, gaya pada stump terkurangi secara banyak.
Garis berat dari COG tubuh melewati anterior menuju titik dimana berat
disokong pada ischial tuberosity. Maka dari itu, pelvis akan cenderung
merotasi kebawah dan depan tergelincir/ tidak tepat pada ischial seat. Karena
kecenderungan ini, gaya berlawanan dibutuhkan. Gaya ini disediakan oleh
anterior wall pada socket. Anterior wall 5-6 cm lebih tinggi daripada posterior
wall dapat menahan rotasi dan gerakan geser dari pelvic.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemahaman tentang prinsip-prinsip biomekanika dan aplikasinya merupakan
hal yang penting pada pembuatan prosthesis maupun orthosis. Hal ini dikarenakan
seorang ahli OP diharuskan dapat membuat alat bantu baik prosthesis maupun
orthosis yang benar. Dengan mempelajari biomekanika pada Transfemoral
Prosthetics maka akan dihasilkan prosthesis yang ergonomis, aman dan nyaman
bagi pasien.

B. Kritik dan Saran


Demikian makalah ini kami sampaikan. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan dalam penyampaian kata-kata sehingga kurang berkenan di hati. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan dapat menjadi
sumbangan pemikiran bagi yang berkepentingan.

14
DAFTAR PUSTAKA

 2014. Modul Transfemoral Prosthetics. Surakarta: Politeknik Kesehatan


Kementrian Kesehatan Surakarta.
 https://www.google.co.id/search?client=ucweb-b-
bookmark&q=makalah+biomekanik+transfemoral&oq=makalah+biomekanik+tr
ansfemoral&aqs=mobile-gws-lite.0I5

15

Anda mungkin juga menyukai