Laporan Praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
Laporan Praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii
iii
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sayadapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Puskesmas Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur, untuk memenuhi
salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas
FarmasiUniversitas Indonesia.
Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan,
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Yusmaniar selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA.
2. Bapak Drs. Mawardinur, Apt., selaku pembimbing PKPA dan Kepala Seksi
Sumber Daya Kesehatan yang telah membimbing dan memberikan bantuan
kepada penulis selama PKPA berlangsung.
3. Ibu Dra. Dian Sulistyowati, Apt., selaku Koordinator Farmasi Makanan dan
Minuman yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada
penulis selama PKPA berlangsung.
4. Ibu drg. Margaretha S.D.W., selaku Koordinator Tenaga Kesehatan yang telah
memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama
PKPA berlangsung.
5. Ibu drg. Roselyne Tobing, selaku Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan
yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis
selama PKPA berlangsung.
6. Ibu Herfin Setyowati, Apt selaku pembimbing lapangan dan Apoteker di
Puskesmas Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur yang telah membimbing
dengann sabar dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA
berlangsung.
7. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., MS, selaku ketua Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
iv
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak
yang membaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Depok, 2013
Penulis
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 29 Juli 2013
Yang menyatakan
vi
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 2
vii
Halaman
viii
1.2 Tujuan
Tujuan dari PKPA di Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan
Pulogadung Jakarta Timur adalah agar mahasiswa Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi UI:
a. Mengetahui dan memahami gambaran umum pusat kesehatan masyarakat
beserta peran dan fungsinya.
b. Mengetahui dan memahami pengelolaan dan pelayanan obat di Puskesmas
kecamatan Pulogadung Jakarta Timur.
Universitas Indonesia
TINJAUAN UMUM
3 Universitas Indonesia
Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, organisasi Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari :
a. Kepala Suku Dinas
b. Subbagian Tata Usaha
c. Seksi Kesehatan Masyarakat
d. Seksi Pelayanan Kesehatan
e. Seksi Sumber Daya Kesehatan
f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan
g. Subkelompok Jabatan Fungsional
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.1.1 Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat danperbekalan
kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan perkiraan jenis dan
jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati kebutuhan, meningkatkan
penggunaan obat secara rasional, meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan
oleh Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas.Data obat
yang dihasilkan oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor utama dalam
mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan.Oleh karena itu, data ini
sangat penting untuk perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas.
3 Universitas Indonesia
3.1.3 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia
dan mutunya tetap terjamin.Tujuan dari penyimpanan yaitu agar obat tersedia di
Unit Pelayanan Kesehatan mutunya dapat dipertahankan.Dalam penyimpanan
perlu dilakukan standar terhadap gudang serta kondisi penyimpanan obat dan
sistem pengaturan penyimpanan obat.
Persyaratan gudang menurut pedoman puskesmas yaitu :
a. Cukup luas minimal 3 x 4 m2
b. Ruangan kering tidak lembab
c. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panas
d. Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung untuk
menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis
e. Lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan ber-tumpuknya debu
dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan (palet)
f. Dinding dibuat licin
g. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
h. Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat
3.1.4 Pendistribusian
Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan
kesehatan. tujuan dari pendistribusian ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan obat
sub unit pelayanan kesehatan yang ada diwilayah kerja puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan tepat waktu.
Kegiatan yang dilakukan dalam pendistribusian obat yaitu menentukan
frekuensi distribusi, menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan,
melaksanakan penyerahan obat. Dalam menentukan frekuensi distribusi perlu
dipertimbangkan jarak sub unit pelayanan dan biaya distribusi yang tersedia.
Untuk menentukan jumlah obat yang diperlukan perlu dipertimbangkan
pemakaian rata-rata per jenis obat, sisa stok, pola penyakit dan jumlah kunjungan
dimasing-masing sub unit pelayanan kesehatan.
Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara gudang obat menyerahkan
atau mengirimkan obat dan diterima diunit pelayanan, penyerahan di gudang
puskesmasdiambil sendiri dari sub unit-unit pelayanan. Obat diberikan bersama-
sama dengan formulir LPLPO dan lembar pertama disimpan sebagai tanda bukti
penerimaan obat.
memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan dan pihak lain untuk
menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional.
Sarana dan prasarana pelayanan informasi obat disesuaikan dengan kondisi
saranapelayanan kesehatan. Jenis dan jumlah perlengkapan bervariasi
tergantungketersediaan dan perkiraan kebutuhan dalam pelaksanaan pelayanan
informasi obat.
Kegiatan pelayanan informasi obat yang dapat dilaksanakan dipuskesmas,
meliputi :
a. Pelayanan Informasi
Aktivitas untuk mendukung pelayanan kefarmasian yaitu menjawab
pertanyaan, mengkaji dan menyampaikan informasi bagi yang memerlukan,
menyiapkan materi dan membuat bulletin, brosur, leaflet dll.
Informasi yang lazim diperlukan pasien diantaranya :
1) Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam
sehari,apakah di waktu pagi, siang, sore atau malam. Dalam hal ini termasuk
apakahobat diminum sebelum atau sesudah makan.
2) Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau
harusdihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus
dihabiskanuntuk mencegah timbulnya resistensi.
3) Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan
pengobatan.Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara
penggunaanobat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti
obat oral, obattetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung,
tetes telinga,suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina.
4) Efek yang akan timbul dari penggunaan obat, misalnya berkeringat,
mengantuk, kurang waspada, tinja berubah warna, air kencing berubah warna,
dan sebagainya.
5) Hal-hal lain yang mungkin timbul, misalnya interaksi obat dengan obat
lainatau makanan tertentu dan kontraindikasi obat tertentu dengan diet rendah
kalori, kehamilan dan menyusui serta kemungkinan terjadinya efek obat yang
tidak dikehendaki.
Dokumentasi memuat:
1) Tanggal dan waktu pertanyaan dimasukkan
2) Tanggal dan waktu jawaban diberikan
3) Metode penyampaian jawaban
4) Pertanyaan yang diajukan
5) Orang yang meminta jawaban
6) Orang yang menjawab
7) Kontak personal untuk tambahan informasi.
22 Universitas Indonesia
obat dan alat kesehatan Puskesmas Kecamatan, serta melihat dari rekap
pemakaian obat selama satu tahun.
Pemilihan jenis obat berfungsinya untuk menentukan apakah obat benar-
benar diperlukan sesuai dengan jumlah kunjungan dan pola penyakit di
Puskesmas kecamatan Pulogadung serta perhitungan kebutuhan. Pemilihan jenis
obat dipilih berdasarkan Daftar Obat Esensial Nasional di Puskesmas Departemen
Kesehatan RI dan Standar pengobatan. Selain itu, untuk menentukan jumlah, jenis
obat dan alkes diperlukan beberapa bahan seperti data dan informasi yang
lengkap, akurat dan dapat dipercaya keamanannya, mutu, fungsi dan kinerja yang
baik.serta sistem administrasi pencatatan, pengolahan data dan pelaporan.
Pada perencanaan dikenal dengan dua metode untuk menentukan jenis obat.
Metode tersebut yaitu metode konsumsi dan metode epidemiologi. Metode
konsumsi yaitu metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat pada
tahun sebelumnya. Untuk melaksanakan metode ini perlu diperhitungkan rencana
kebutuhan obat berdasarkan pengumpulan data LPLPO, kartu stock, rekapituasi
kunjungan, data analisa metode konsumsi yang dilakukan 3 tahun sebelumnya dan
perhitungan perkiraan kebutuhan. Sedangkan metode epidemiologi yaitu metode
yang didasarkan pada data jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan standar
pengobatan yang ada. Pada metode ini perlu diperhitungkan perkiraan kebutuhan
seluruh unit pelayanan kesehatan kecamatan Pulogadung, menyusun perencanaan
kebutuhan obat pertahun diserahkan kebagian perencanaan anggaran dan
menyerahkan form perencanaan kebutuhan pertriwulan, dibuatkan surat
permintaan/surat pesanan kemudian diserahkan ke bagian pengadaan.
Bagian pengadaan adalah suatu proses untuk mengadakan obat yang
dibutuhkan di unit pelayanan kesehatan puskesmas. Sumber dana yang diperlukan
untuk pengadaan bersumber dari subsidi dan swadana / proses ini diawali dengan
membentuk pejabat pembuat komitmen, panitia pengadaan dan panitia penerima
hasil pekerjaan. Pembentukan dilakukan oleh kepala puskesmas. Tatacara
pemilihan penyedia barang yaitu membuat rencana umum pengadaan, pengkajian
ulang rencana umum pengadaan, penyususnan dan penetapan rencana pelaksanaan
dan pemilihan sistem pelelangan barang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kelurahan Pisangan Timur II, hal ini karena tidak muatnya gudang induk
kecamatan Pulogadung dalam menampung semua obat-obatan.
Pendistribusian adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran
dan pengiriman obat dan alat kesehatan yang bermutu, terjamin keabsahan serta
tepat jenis dan jumlah dari intansi yang lebih tinggi ke unit dibawahnya secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit –unit pelayanan kesehatan.
prosedur pendistribusian dimulai dari menetapkan frekuensi pengiriman obat dan
alat kesehatan dengan memperhatikan anggaran yang tersedia, umumnya
pertriwulan, kemudian ditentukan pula jumlah obat yang akan didistribusikan.
Penentuan jumlah obat perlu dipertimbangkan pemakaian rata-rata perjenis obat
dan jadwal pelaksanaan pendistribusian obat dan alat kesehatan habisa pakai ke
unit-unit pelayanan kesehatan. Pada Puskesmas Kecamatan Pulogadung
pendistribusian dilakukan dari gudang induk ke gudang kecamatan dan juga
kedelapan puskesmas kelurahan. Dari gudang kecamatan dilakukan
pendistribusian internal untuk keperluan unit-unit pelayanan kesehatan termasuk
apotek di puskesmas kecamatan Pulogadung. Pendistribusian obat kedelapan
puskesmas kelurahan memerlukan sumber daya tambahan agar lebih efektif dan
efisien.
Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu aspek penting dari
pengelolaan obat yang ikut menentukan keberhasilan seluruh rangkaian
pengelolaan perbekalan farmasi. Prosedur pencatatan dan pelaporan yaitu
melakuakan kegiatan pencatatan dalam kartu stok, jumlah lembar resep, jumlah
penerimaan obat, alat kesehatan dan pemakaian harian dan bulanan. Lalu,
melakukan pencatatan pada lembar pemakaian dan lembar permintaan obat
(LPLPO), mencatat dan melaporkan obat rusak dan kadaluarsa, melakukan
evaluasi dan supervise terhadap unit dibawahnya.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) Kegiatan pelayanan informasi obat berupa
penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat aktif atau pasif. Pelayanan
bersifat aktif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi
obat dengan tidak menunggu pertanyaan melainkan secara aktif memberikan
informasi obat, misalnya penerbitan bulletin, brosur, leaflet, seminar dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
a. Pusat kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional standar
wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan
terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi
antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/
kelurahan. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Misi pembangunan kesehatan
yang diselenggarakan puskesmas adalah mendukung tercapainya misi
pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
mandiri dalam hidup sehat.
b. Pengelolaan obatdi Puskesmas Kecamatan Pulogadung dimulai
dariperencanaan (melakukan kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan
untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
Puskesmas), melakukan pengadaan, melakukan penyimpanan (melakukan
kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima, terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin), pendistribusian
(melakukan kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan
teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan), serta
melakukan pencatatan dan pelaporan obat di puskesmas. Pelayanan farmasi di
Puskesmas Kecamatan Pulogadung yaitu melakukan kegiatan dari
penerimaan obat sampai dengan pelayanan informasi obat.
27 Universitas Indonesia
5.2 Saran
a. Puskesmas Kecamatan Pulogadung perlu memiliki gudang obat induk
maupun gudang obat kecamatan yang lebih luas agar peletakan obat lebih
rapi, dan juga gudang obat induk tidak terbagi menjadi dua tempat.
b. Puskesmas Kecamatan Pulogadung perlu penambahan sumber daya manusia
di bagian farmasi untuk meningkatkan kinerja kerja yang baik.
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
30
Lampiran 1
Bagan Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Pulogadung
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
31
Lampiran 2
Peta Wilayah Kecamatan Pulogadung
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
32
Lampiran 3
Data Pegawai PNS, CPNS, dan Non PNS di Puskesmas Kecamatan
Pulogadung
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
33
Lampiran 4
Data pegawai Puskesmas Kelurahan – Kelurahan yang dibawahi oleh
Puskesmas Kecamatan Pulogadung
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
34
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
35
LAMPIRAN 5
Rencana Kebutuhan Obat - Obatan Tahun Anggaran 2012 di Puskesmas
Kecamatan Pulogadung
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
36
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
37
Lampiran 6
Formulir Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Pulogadung
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
38
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
39
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
40
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 2
ii
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
iii
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pusat kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah
kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih
dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan. Visi
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya
kecamatan sehat. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Dalam mencapai hal
tersebut, puskesmas melakukan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat yang perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
Pelayanan kefarmasian saat ini berorientasi pada pasien maka kegiatan
pelayanan kesehatan yang dilakukan di puskesmas harus mengarah untuk
memprioritaskan pasien agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.
Pelayanan kesehatan yang baik antara lain dengan penggunaan obat secara
rasional (Departemen Kesehatan RI, 2006). Penggunaan obat secara rasional
menurut WHO (1985) adalah jika pasien menerima obat yang sesuai dengan
kebutuhannya untuk periode yang adekuat dengan harga yang terjangkau
untuknya dan masyarakat. Penggunaan obat yang tidak rasional merupakan
masalah penting yang dapat menimbulkan dampak cukup besar dalam penurunan
mutu pelayanan kesehatan, misalnya penggunaan antibiotik yang tidak tepat
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Penggunaan antibiotik dalam pelayanan kesehatan sering kali tidak tepat
sehingga dapat menimbulkan pengobatan kurang efektif, peningkatan risiko
terhadap keamanan pasien, meluasnya resistensi dan tingginya biaya pengobatan
(Kementrian Kesehatan RI, 2011). Oleh karena itu, dalam puskesmas terdapat
formulir monitoring indikator peresepan tiap bulannya atau data pengunaan obat
1 Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
2
1.2 Tujuan
Pelaksanaan PKPA di Puskesmas Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur,
khususnya di bagian Farmasi (Apotek) bertujuan agar mahasiswa calon apoteker
mampu:
a. Mengetahui tujuan dan sistem pelaporan POR di Puskesmas Kecamatan
Pulogadung Jakarta Timur.
b. Mengetahui dan mengkaji data POR periode Januari-Maret 2012 di
Puskesmas Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
5
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
6
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
7
2.2 Penggunaan Obat Yang Tidak Rasional (Kementerian Kesehatan RI, 2010)
2.2.1 Deskripsi
Penggunaan obat dikatakan tidak rasional jika tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara medik (medically inappropriate), baik
menyangkut ketepatan jenis, dosis, dan cara pemberian obat. Penggunaan obat
dikatakan tidak rasional jika kemungkinan dampak negatif yang diterima oleh
pasien lebih besar dibanding manfaatnya. Dampak negatif dapat berupa dampak
klinis (misalnya terjadi efek samping dan resistensi kuman), dampak ekonomi
(biaya tak terjangkau karena penggunaan obat yang tidak rasional dan waktu
perawatan yang lebih lama), dan dampak sosial (ketergantungan pasien terhadap
intervensi obat).
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
8
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
9
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
10
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
BAB 3
METODOLOGI PENGKAJIAN
11 Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
12
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
13 Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
14
Provinsi DKI Jakarta. Keseluruhan kompilasi dari data tersebut, setiap enam bulan
sekali, dilaporkan ke Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia sebagai data penggunaan obat rasional
per enam bulan untuk Provinsi DKI Jakarta.
Pada Puskesmas Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur, pelaporan POR ke
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur tidak berjalan dengan baik, hal ini dapat
dilihat data POR atau formulir monitoring peresepan yang dilaporkan ke Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Timur baru sampai bulan maret 2012. Hal ini karena
kurangnya sumber daya manusia pada bagian farmasi (Apotek) dan tiap orang
mempunyai tugas yang tumpang tindih. Oleh karena itu, pelaporan POR
Puskesmas Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur ke Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Timur tidak berjalan dengan baik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
15
persentase masing-masing diagnosis secara berurutan yaitu 60% dan 30%, pada
pasien myalgia tidak ditemukan penggunaan antibiotik (0%). Pada pasien ISPA
non spesifik, diare non spesifik, dan myalgia tidak ada penggunaan sedian injeksi,
sehingga persentase penggunaan sediaan injeksi pada ketiga diagnosis tersebut
adalah 0% (Dapat dilihat Pada Lampiran 2).
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
16
mendapatkan terapi berupa injeksi vitamin B12. Padahal tidak semua keluhan
myalgia disebabkan karena defisiensi vitamin B12.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil rekapitulasi Penggunaan Obat Rasional (POR) dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Tujuan pelaporan Pengunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas Kecamatan
Pulogadung Jakarta Timur yaitu untuk mencegah terjadinya penggunaan obat
yang tidak rasional dan untuk melihat kerasionalan peresepan obat pada pasien
ISPA non spesifik, diare non spesifik, dan myalgia.
b. Sistem pelaporan data penggunaan obat rasional Puskesmas Kecamatan
Pulogadung Jakarta Timur dilaporkan melalui pengiriman formulir monitoring
indikator peresepan setiap bulannya ke Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur, tetapi pada tahun 2012 hal tersebut baru
dilaksanakan sampai dengan bulan maret.
c. Data POR Puskesmas Kecamatan Pulogadung pada bulan Januari 2012 yaitu
penggunaan antibiotik pada pasien dengan diagnosis ISPA non spesifik yaitu
60%, penggunaan antibiotik pada pasien dengan diagnosis diare non spesifik
yaitu 30%, dan tidak ditemukan penggunaan antibiotik pada pasien myalgia
(0%). Tidak ditemukan penggunaan sediaan injeksi pada pasien ISPA non
spesifik, diare non spesifik, dan myalgia (0%). Pada bulan Febuari 2012 yaitu
penggunaan antibiotik pada pasien dengan diagnosis ISPA non spesifik yaitu
60%, penggunaan antibiotik pada pasien dengan diagnosis diare non spesifik
yaitu 30%, dan tidak ditemukan penggunaan antibiotik pada pasien myalgia
(0%). Tidak ditemukan penggunaan sediaan injeksi pada pasien ISPA non
spesifik, diare non spesifik, dan myalgia (0%). Pada bulan Maret 2012 yaitu
penggunaan antibiotik pada pasien dengan diagnosis ISPA non spesifik yaitu
55%, penggunaan antibiotik pada pasien dengan diagnosis diare non spesifik
yaitu 60%, dan tidak ditemukan penggunaan antibiotik pada pasien myalgia
(0%). Tidak ditemukan penggunaan sediaan injeksi pada pasien ISPA non
spesifik, diare non spesifik, dan myalgia (0%).
17 Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
18
5.2 Saran
Puskesmas Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur perlu melakukan pemberian
informasi terhadap para tenaga kesehatannya mengenai penggunaan obat rasional
sehingga diharapkan akan meningkatkan pemahaman terhadap penggunaan obat
secara tepat dan benar. Selain itu, pada bagian farmasi (Apotek) perlu
penambahan sumber daya manusia serta dilakukan pembagian tugas yang tepat
dan sesuai.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
19
DAFTAR ACUAN
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Formulir Monitoring Indikator Peresepan Bulan Januari 2012
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
21
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
22
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
23
LAMPIRAN 2
Formulir Monitoring Indikator Peresepan Bulan Febuari 2012
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
24
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
25
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
26
LAMPIRAN 3
Formulir Monitoring Indikator Peresepan Bulan Maret 2012
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
27
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013
28
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nurul Fauziah, FF, 2013