Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNIK PEMISAHAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : YASHINTA ISNAINI


NIM : 011600460
KELOMPOK : B
PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR
JURUSAN : TEKNOKIMIA NUKLIR
ACARA : ION EXCHANGE

PEMBIMBING : SUGILI PUTRA., M.Sc

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2018
ION EXCHANGE

I. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari proses pertukaran ion dan proses regenerasi.
2. Menentukan nilai tetapan kesetimbangan (Kc) pada proses pertukaran ion
dan proses regenerasi.
3. Menentukan nilai efisiensi pemungutan resin

II. Landasan Teori

Resin adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang


tinggi yang mengandung ikatan-ikatan hubung silang (cross-linking) serta gugusan
yang mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan . Berdasarkan gugus
fungsionalnya, resin penukar ion terbagi menjadi dua yaitu resin penukar kation dan
resin penukar anion. Resin penukar kation, mengandung kation yang dapat
dipertukarkan. sedang resin penukar anion, mengandung anion yang dapat yang
dapat dipertukarkan.

Penukar ion adalah pertukaran ion-ion secara reversible antara cairan dan
padatan. Pertukaran ion antar fasa yang berlangsung pada permukaan padatan
tersebut merupakan proses penyerapan yang menyerupai proses penyerapan. Dalam
pengolahan air, penukar ion dapat digunakan dalam pelunakan air, demine-ralisasi
atau “recovery” ion-ion metal yang terdapat di dalam air. Bahan penukar ion
merupakan suatu struktur organik/anorganik yang berupa gugus-gugus fungsional
berpori. Kapasitas penukaran ion ditentukan oleh jumlah gugus fungsional per-
satuan massa resin. Penukar ion positif (resin kation) ialah resin yang dapat
mempertukarkan ion-ion positif dan penukar ion negatif ialah resin yang dapat
mempertukarkan ion-ion negatif. Resin kation mempunyai gugus fungsi asam,
seperti sulfonat, sementara resin anion mempunyai gugus fungsi basa, seperti
Amina. Resin penukar ion dapat digolongkan atas bentuk gugus fungsi asam kuat,
asam lemah, basa kuat, dan basa lemah.
Sebagai media penukar ion, maka resin penukar ion harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :

1. Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat digunakan


berulang-ulang. Resin akan bekerja dalam cairan yang mempunyai sifat
melarutkan, karena itu harus tahan terhadap air.
2. Kapasitas yang tinggi, yaitu resin memiliki kapasitas pertukaran ion yang
tinggi.
3. Kestabilan fisik yang tinggi, yaitu resin diharapkan tahan terhadap tekanan
mekanis, tekanan hidrostatis, dan tekanan osmosis.
4. Mempunyai massa relatif (Mr) yang besar.
5. Bila dialiri suatu larutan yang mengandung ion, maka ada ion yang
diikatnya, sebaliknya ada ion yang dilepasnya.
6. Pertukaran ion hanya terjadi pada ion-ion sejenis. Proses pertukaran terjadi
pada saat yang bersamaan.
Pertukaran ion adalah proses fisika-kimia. Pada proses tersebut senyawa yang tidak
larut, dalam hal ini resin menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan dan
melepaskan ion lain kedalam larutan tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama.
Jika ion yang dipertukarkan berupa kation, maka resin tersebut dinamakan resin
penukar kation, dan jika ion yang dipertukarkan berupa anion, makan resin tersebut
dnamakan resin penukar anion.
Contoh reaksi pertukaran kation dan reaksi pertukaran anion disajikan pada
reaksi :
Reaksi pertukaran kation:
2NaR (s) + CaCl2 (aq) CaR(s) + 2NaCl (aq)

Reaksi pertukaran anion :


2RCl (s) + Na2SO4 R2SO4(s) + 2NaCl

Reaksi pertukaran kation menyatakan bahwa larutan yang mengandung


CaCl2 diolah dengan resin penukar kation NaR, dengan R menyatakan resin. Proses
penukaran kation yang diikuti dengan penukaran anion untuk mendapatkan air yang
bebas dari ion-ion penyebab kesadahan.
Konstanta disosiasi air sangat kecil dan reaksi dari H+ dengan OH- sangat
cepat. Ketika semua posisi pertukaran yang awalnya dipegang H+ atau ion OH- yang
menempati Na+ atau Cl- (kation atau anion lain) yang masing-masing resin
dikatakan habis. Resin kemudian dapat diregenerasi dengan ekuilibrasi
menggunakan asam atau basa yang sesuai.

Mekanisme Pertukaran Ion

Pertukaran ion dapat ditempatkan sebagai unit operasi dalam equilibrium


(kesetimbangan) kimia. Pertukaran ion menyangkut salah penempatan ion yang
diberikan spesies dari pertukaran material yang tidak dapat larut dengan ion-ion
yang berbeda spesies ketika larutan yang terakhir dibawa sampai mengontak /
berhubungan / bercampur. Pertukaran ion bisa digambarkan dengan kesetimbangan
umum :

B1+ + R- B+2 B2+ + R- B1+

A1+ + R+ A2- A2- + R+ A1+


Di mana :

A1+ , B1+ = Kation-kation dari 2 spesies (jenis) yang berbeda.

A1- , A2- = Anion-anion dari 2 spesies (jenis) yang berbeda.

R- , R+ = Penukaran bahan-bahan dari kationir dan anionir masing-masing

(Sumber : C. Pujiastuti, 2008)

Interaksi antara molekul dengan zat penyerap, kemungkinan disebabkan


oleh mekanisme fisika dan kimia yang erat hubungannya dan sulit untuk
didefinisikan secara terpisah. Beberapa pengaruh terhadap interaksi tersebut secara
empiris dinyatakan dengan efisiensi pemungutan yang menunjukkan perbandingan
konsentrasi uranium yang terserap ke dalam resin terhadap konsentrasi uranium di
dalam umpan. Nilai efisiensi pemungutan (EP) ditentukan dengan menggunakan
persamaan :
EP = (C1 – C2) x 100 %
C1
dengan:
EP = efisiensi pemungutan (%)
C1= konsentrasi U dalam umpan (ppm)
C2= konsentrasi U dalam filtrat (ppm)

Reaksi pertukaran ion pada umumnya bersifat reversible (dapat balik) dan
merupakan reaksi stoikhiometris. Bila suatu resin mengandung ion yang dapat
dipertukarkan A+ dan akan bertukar dengan ion B+, maka reaksinya dapat ditulis
sebagai berikut :
R-A+ + B+ R-B+ + A+

Maka tetapan kesetimbangan pertukaran ion dapat ditulis sebagai :

KC 
R  B A 
 

R  A B 
 

Dengan :
KC : tetapan kesetimbangan pertukaran ion
[A+] : konsentrasi ion A+ dalam larutan
[B+] : konsentrasi ion B+ dalam larutan
[R-A+] : konsentrasi ion A+ dalam resin
[R-B+] : konsentrasi ion B+ dalam resin

Tahap regenerasi adalah operasi penggantian ion yang terserap dengan ion awal
yang semula berada dalam matriksa resin dan pengambilan kapasitas ke tingkat
awal atau ke tigkat yang diinginkan. Larutan regenerasi harus dapat menghasilkan
titik puncak (mengembalikan waktu regenerasi dan jumah larutan yang digunakan).
Jika semua sistem dapat dikembalikan ke kemampuan pertukaran awal, maka
ekivalen ion yang digantikan harus sama dengan ion yang dihilangkan selama tahap
layanan. Jadi secara teoritik, jumlah larutan regenerasi (dalam ekivalen) harus sama
dengan jumlah ion (dalam ekivalen) yang dihilanggkan (kebutuhan larutan
regenerasi teoitik). Operasi regenerasi agar resin mempunyai kapasitas seperti
semula sangat mahal, oleh sebab itu maka regenerasi hanya dilakukan untuk
menghasilkan sebagian dari kemampuan pertukaran awal.
III. Alat dan Bahan

Alat

1. Erlenmeyer 250 ml
2. Seperangkat Alat UV-Vis
3. Kuvet
4. Gelas Beker 10 ml, 100 ml, 250 ml, 500 ml
5. Labu Ukur 50 ml, 100 ml, 250 ml
6. Pipet Ukur 25 ml
7. Pipet Volume 25 ml
8. Pipet tetes
9. Ballpet
10. Kaca Arloji
11. Sendok Sungu

Bahan

1. Serbuk Na2CrO4
2. Serbuk Resin R-Cl
3. Padatan garam krosok
4. Akuades

IV. Langkah Kerja


1. Diambil sejumlah tertentu serbuk Na2CrO4 kemudian dimasukkan
ke dalam erlenmeyer. Lalu ditambahkan sejumlah tertentu aquadest
ke dalamnya. Larutan ini sebagai larutan sampel.
2. Ditentukan konsentrasi sampel menggunakan UV-Vis.
3. Sebelum ditentukan konentrasinya, terlebih dahulu dibuat larutan
standar menggunakan larutan Na2CrO4 dengan konsentrasi 0 ppm,
20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, dan 100 ppm.
4. Setelah itu, larutan standar diukur absorbansinya sehingga dapat
dibuat grafik yang menggambarkan konsentrasi dengan absorbansi
5. Setelah didapatkan grafik tersebut, kemudian diambil sejumlah 1 ml
sampel lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, lalu diterakan.
Sampel ditentukan konsentrasinya menggunakan UV-Vis.
6. Sebanyak 0.5 gram resin R-Cl dimasukkan ke dalam erlenmeyer
yang berisi larutan Na2CrO4 lalu dikocok.
7. Kemudian campuran antara larutan Na2CrO4 dan resin R-Cl
didiamkan hingga berubah warna dari warna kuning menjadi kuning
pudar selama 30 menit.
8. Setelah itu, padatan resin yang mengikat ion kromat disaring
menggunakan pompa vakum kemudian dioven hingga mencapai
berat konstan. Waktu pengovenan dibuat tetap.
9. Larutan Na2CrO4 tersisa diukur menggunakan UV-Vis.
10. Setelah mencapai bobot konstan, padatan resin yang telah mengikat
ion kromat kemudian direaksikan kembali menggunakan NaCl pekat
200 ml sebagai proses regenerasi.
11. Proses regenerasi dilakukan hingga warna berubah kembali menjadi
warna kuning (warna larutan awal).
12. Setelah itu, resin R-Cl yang terbentuk kembali disaring
menggunakan pompa vakum dan dikeringkan menggunakan oven
hingga mencapai bobot konstan.
V. Data Pengamatan
A. Data Bahan

1. Sampel Na2CrO4
a. Mr = 161.97 g/mol
b. V olume = 200 mL
c. 𝜌 = 2.7 g/mL
2. Resin Cl-
a. 𝜌 = 0.7048 g/mL
b. Mr = 425 g/mol
c. Massa = 0,5044 gram

B. Data UV-Vis

Tabel 1. Data Absorbansi Larutan Standar


No Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1 0.0000 0.001
2 20.000 0.430
3 40.000 0.865
4 60.000 1.204
5 80.000 1.743
6 100.00 2.021

1. Panjang Gelombang = 371 nm


2. Perssamaan linier yang didapat ABS= 0.020540x+0.017084
3. ABS sampel awal = 1.462
4. ABS sampel setelah +resin = 2.6829
C. Data Penyaringan dan Pengeringan Resin

1. Larutan sampel + Resin


a. Massa kertas saring = 1.2150 gram

Tabel 2. Data Pengeringan R2CrO4


Kertas saring+ R2CrO4
No. Pengeringan Ke-
(gram)
1 1 1.7123
2 2 1.6948
3 3 1.6855
4 4 1.6899
5 5 1.6770
6 6 1.6666
7 7 1.6736
8 8 1.6780
2. Regenerasi
Massa kertas saring = 1.2150 gram

Tabel 3. Data Pengeringan R-Cl (Regenerasi)


Kertas saring+ R-Cl
No. Pengeringan Ke-
(gram)
1 1 3.3957
2 2 2.5925
3 3 2.6448
4 4 2.5833
5 5 2.5695
6 6 2.5571
7 7 2.5559
8 8 2.5579
VI. Data Perhitungan

Reaksi
Na2CrO4 + 2R-Cl R2- CrO4 + 2NaCl
Reaksi Regenerasi
R2-CrO4 + 2NaCl Na2CrO4 + 2R-Cl
A. Mencari massa CrO4 yang Terikat oleh Resin Cl- Secara Teori

Reaksi Penambahan Resin Cl-

1. Mencari Konsentrasi sampel Awal

y = 0.020540x + 0.017084
𝑦 − 0.017084
𝑥=
0.020540
1.462 − 0.017084
𝑥=
0.020540
𝑥 = 70.34645 𝑝𝑝𝑚
Pengenceran 200 kali, sehingga, x :
𝑥 = 70.34645 𝑝𝑝𝑚 × 200
𝑥 = 14069.29 𝑝𝑝𝑚
2. Mencari Massa dan Mol Sampel Awal (Na2CrO4)
𝑚𝑔 𝐿 𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 14069.29 × 200 𝑚𝐿 × 10−3 × 10−3
𝐿 𝑚𝐿 𝑚𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 2.813858 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑛=
𝑀𝑟
2.813858 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑛=
115.96 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
𝑛 = 24.2658 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
3. Mencari Konsentrasi Larutan Sampel Setelah ditambah Resin

y = 0.020540x + 0.017084
𝑦 − 0.017084
𝑥=
0.020540
2.6829 − 0.017084
𝑥=
0.020540
𝑥 = 129.787 𝑝𝑝𝑚
Pengenceran 100 kali, sehingga, x :
𝑥 = 129.7865 𝑝𝑝𝑚 × 100
𝑥 = 12978.65 𝑝𝑝𝑚
4. Mencari Massa dan Mol Sampel Setelah ditambah Resin
𝑚𝑔 𝐿 𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 12978.65 × 200 𝑚𝐿 × 10−3 × 10−3
𝐿 𝑚𝐿 𝑚𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 2.59573 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑛=
𝑀𝑟
2.59573 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑛=
115.96 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
𝑛 = 22.3847 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
5. Mencari 𝐶𝑟𝑂4 yang diikat oleh Resin

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑟𝑂4 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑛


= 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑟𝑂4 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑟𝑂4 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑟𝑂4 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑛


= 2.813858 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 2.59573 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑟𝑂4 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑛 = 0.218128 𝑔𝑟𝑎𝑚

B. Mencari Efisiensi Pemungutan

(𝐶1 − 𝐶2)
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑥 100 %
𝐶1

(14069.29 𝑝𝑝𝑚 − 12978.65 𝑝𝑝𝑚)


𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑥 100 %
14069.29 𝑝𝑝𝑚

𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 7.75%

(2.813858 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 2.59573 𝑔𝑟𝑎𝑚)


𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑥 100 %
2.813858 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 7.75%

C. Mencari Nilai Kc
1. Mencari Volume Resin

𝑚
𝜌=
𝑉
𝑚
𝑉=
𝜌

0.5044 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑉=
0.7048 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿

𝑉 = 715.66 × 10−3 𝑚𝐿 = 715.7 𝑥 10−6 𝐿

2. Mencari mol Resin

𝑚
𝑛=
𝑀𝑟

0.5044 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑛= 𝑔𝑟𝑎𝑚
425
𝑚𝑜𝑙

𝑛 = 1.186 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙


Reaksi
Na2CrO4 + 2R-Cl R2-CrO4 + 2 NaCl
m : 24.2658 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙 1.186 10−3 𝑚𝑜𝑙
r : x 2x x 2x
s : 22.3847 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 1.186 𝑥 10−3 − 2𝑥 x 2x

3. Mencari nilai x

𝑥 = 24.2658 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙


− 𝑚𝑜𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑛 𝐶𝑙 −

𝑥 = 24.2658 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙 − (22.3847 × 10−3 )

𝑥 = 1.8811 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙


Na2CrO4 + 2R-Cl R2-CrO4 + 2NaCl

m: 24.2658 𝑥 10−3 1.186 𝑥 10−3

r : 1.8811 𝑥 10−3 3.7622 x 10-3 1.8811 𝑥 10−3 3.7622 x 10-3

s : 22.3847 × 10−3 −3.76101𝑥 10−3 1.8811 𝑥 10−3 3.7622 x 10-3

[R2 − CrO4]. [NaCl]2


𝐾𝑐 =
[Na2CrO4]. [𝑅 − 𝐶𝑙]2
𝑥 2𝑥 2
[𝑉𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛] . [ ]
𝐾𝑐 = 𝑉𝑙𝑎𝑟
2
6.11 𝑥 10−3 − 𝑥 3.1807 𝑥 10−3 − 2𝑥
[ ].[ ]
𝑉𝑙𝑎𝑟 𝑉𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛
2
1.8811 𝑥 10−3 3.7622 𝑥 10−3
[ ].[ ]
0.7157 0.2
𝐾𝑐 = 2
22.3847 × 10−3 −3.76101𝑥 10−3
[ ].[ ]
0.2 0.7157

𝐾𝑐 = 0.30091

E. Mencari massa Resin Regenerasi

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑅𝑒𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖


= (𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
− (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔)

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑅𝑒𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2.5579 gram − 1.8416 gram

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑅𝑒𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 = 0.7163 gram

0.7163
Mol resin = 425

Mol resin = 1.6854 x 10-3 mol

2NaCl + R2-CrO4 2R - Cl + Na2CrO4

m: 1.23077 1.8811 x 10-3

r : 1.6854 x 10-3 842.706 x 10-6 1.6854 x 10-3 842.706 x 10-6


s : 1.22908 1.0384 𝑥 10−3 1.6854 x 10-3 842.706 x 10-6

2
842.706 𝑥 10−6 + 22.3847 × 10−3 1.6854 𝑥 10−3
[ ] . [ ]
0.2 0.7157
𝐾𝑐 =
1.0384 𝑥 10−3 1.22908 2
[ ] . [ 0.2 ]
0.7157

𝐾𝑐 = 1.17539 𝑥 10−5
D. Efisiensi Resin

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑅𝑒𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖


𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝑥 100 %
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙

0.7163 gram
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝑥 100 %
0,5044 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 = 142.01 %

VII. Pembahasan
Praktikum yang dilaksanakan berjudul ion exchange ini
dilaksanakan dengan tujuan mempelajari proses pertukaran ion dan proses
regenerasi, menentukan nilai tetapan kesetimbangan (Kc) pada proses
pertukaran ion dan proses regenerasi dan menentukan nilai efisiensi
pemungutan resin.
Resin yang digunakan merupakan resin anion, nantinya ion Cl-nya
dipertukarkan dengan ion kromat dari Natrium Kromat. Sebelumnya
larutan belum diketahu kkonsentrasinya, sehingga diperlukan mengecek
konsentrasi larutan tersebut dengan menggunakan UV-VIS. Setelah
dilakukan UV-VIS didapat konsentrasi awal kromat dalam sampel sebesar
14069.29 ppm kemudian direaksikan dengan resin sebanyak 0.5044 gram,
konsentrasinya menjadi 12978.65 ppm maka resin mengikat 0.218128
gram kromat yang ada . Hal tersebut membuktikan bahwa resin dapat
mempertukarkan ion kromat sebab konsentrasi kromatnya berkurang
setelah penambahan resin tersebut. Resin yang sudah mengikat ion kromat
dikembalikan ke bentuk semulanya yaitu mengikat Cl, untuk membuat
agar reaksi tersebut berhasil maka resin yang telah mengikat kromat
selanjutnya disebut R-CrO4, direaksikan dengan garamnya yang terbentuk
yaitu NaCl. Setelah mereaksikan dengan NaCl, dilakukan penimbangan
terhadap resin tersebut, dari massa yang didapatkan data bahwa massa
resin R-CrO4 yang telah dibentuk sebelumnya mengalami kenaikan setelah
diregenerasi atau resin tersebut menjadi R-Cl kembali, yang menandakan
bahwa resin telah teregenerasi.
Nilai Kc yang didapatkan dari olah data pada proses pertukaran ion
pada praktikum ini adalah 0.30091 sedangkan pada proses regenerasinya
adalah 1.17539 𝑥 10−5 . Nilai Kc untuk sebuah reaksi diharapkan semakin
besar karena semakin besar nilai Kc maka semakin banyak produk yang
dibentuk. Pada proses pertukaran ion, karena menggunakan resin R-Cl
yang tidak berjumlah banyak maka konsentrasi yang terikat oleh resin
tidaklah banyak sehingga membuat produk yang dihasilkan dari reaksi
tidaklah banyak mengakibatkan nilai Kc yang didapatkan bernilai tidak
besar juga. Pada proses regenerasi, resin yang telah mengikat kromat
tersebut direaksikan dengan larutan NaCl jenuh sebanyak 200 mL terlihat
terjadi penambahan berat resin setelah direaksikan antara keduanya.
Penambahan berat tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, salah
satunya adalah NaCl jenuh belum terlarut seluruhnya, kemudian
pemanasan, dan penimbangan, kristal NaCl yang ikut tertahan di kertas
saring tersebut ikut tertimbang sehingga mengakibatkan berat resinnya
yang didapatkan naik sehingga saat melakukan perhitungan Kc didapatkan
nilai Kc yang kecil untuk regenerasi.
Reaksi yang terjadi pada larutan tersebut adalah :

2NaCl + R2-CrO4 2R - Cl + Na2CrO4

Maka nilai Kc yang kecil yaitu 1.17539 𝑥 10−5 maka resin yang
teregenerasi sedikit sehingga regenerasi berjalan dengan kurang baik.
Perhitungan efisiensi pemungut perlu diketahui untuk mengetahui
kemampuan resin tersebut dalam mengikat suatu ion sehingga dapat
memperkirakan berapa banyak resin yang diperlukan dalam suatu proses.
Efisiensi pemungut ion kromat dalam sampel dengan konsentrasi kromat
awal 14069.29 ppm adalah 7.75% karena jumlah resin yang digunakan
hanya sedikit yaitu 0.5044 gram. Sedangkan, efisiensi resin adalah
142,01%. Nilai tersebut lebih 42,01% dari massa resin awalnya yang
terjadi karena garam yang ikut terukur saat penimbangan.

VIII. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ion exchange adalah:
1. konsentrasi kromat yang berkurang dari 14069.29 ppm menjadi
12978.65 ppm setelah ditambahkan resin sebanyak 0.5044 gram,
karena proses pertukaran ion antara resin R-Cl dengan Natrium
Kromat dapat terjadi.
2. Kc yang didapatkan = 0.30091 sedangkan pada
proses regenerasi = 1.17539 𝑥 10−5
3. Efisiensi pemungutan resin =7.75%
Efisiensi regenerasinya = 142.01%,

IX. Daftar Pustaka

Putra, Sugili. 2017. Petunjuk Praktikum OTK II : Ion Exchange.


Yogyakarta: STTN-BATAN

https://www.scribd.com/document/323989290/Laporan-Tetap-Ion-
Exchange-docx
https://www.scribd.com/document/323989290/Laporan-Tetap-Ion-
Exchange-docx
Yogyakarta, 5 Agustus 2018
Asisten Praktikan

Sugili Putra, M.Sc Yashinta Isnaini

Anda mungkin juga menyukai