Anda di halaman 1dari 12

PENILAIAN PERUBAHAN BUDAYA ORGANISASI…..………………....……………………….……...

…(Wardhana)

PENILAIAN PERUBAHAN BUDAYA ORGANISASI


BERBASIS ORGANIZATIONAL CULTURE ASSESMENT
INSTRUMENT: STUDI PADA PERUSAHAAN JASA
PARIWISATA DI YOGYAKARTA

Daniel Yudistya Wardhana


Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Indonesia

ABSTRACT

The purpose of this study is to identify the current culture of a hospitality service company and
explain the changing direction of future culture in the company management, in order to improve the
human resources quality within the organization. The context of this study is human resources and
hospitality research with a focus on small medium enterprise in Yogyakarta, Indonesia. This research
is conducted by using Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) in order to assess the
actual corporate culture condition and the preferred culture that is desired to be in the company. By
measuring six dimensions of OCAI and assessing the culture characteristic, the current result shows
the tendency to clan culture with 28.1 points and hierarchy culture with 25.5 points. Meanwhile, the
potential feature, which is the clan culture, tends to increase with 30.2 points and adhocracy culture
tends to increase to 25.1 points.

Keywords: OCAI, Corporate Culture, Human Resources, Hospitality

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi budaya perusahaan jasa perhotelan saat ini dan
menjelaskan perubahan arah budaya masa depan dalam manajemen perusahaan, dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di dalam organisasi. Konteks penelitian ini adalah
penelitian sumber daya manusia dan perhotelan dengan fokus pada Usaha Kecil Menengah di
Yogyakarta, Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Instrumen Penilaian Budaya
Organisasi (OCAI) untuk menilai kondisi budaya perusahaan aktual dan budaya pilihan yang
diinginkan untuk dimiliki perusahaan. Dengan mengukur enam dimensi OCAI dan menilai
karakteristik budaya, hasil saat ini menunjukkan kecenderungan budaya klan dengan 28,1 poin dan
budaya hirarki dengan 25,5 poin. Sementara itu, fitur potensial, yaitu budaya klan, cenderung
meningkat dengan 30,2 poin dan budaya adhokrasi cenderung meningkat menjadi 25,1 poin.

Kata kunci: OCAI, Budaya Perusahaan, Sumber Daya Manusia, Perhotelan

PENDAHULUAN dipengaruhi oleh serangkaian praktek sumber


daya manusia. Perubahan lingkungan bisnis
Studi menunjukkan bahwa peranan manaje- yang cepat karena globalisasi, persaingan
men sumber daya manusia sebagai sarana untuk menyediakan produk dan layanan yang
meningkatkan keunggulan kompetitif suatu inovatif, mengubah pelanggan hingga tuntutan
organisasi sangat penting (Dreher dan dari investor telah menjadi landasan standar
Doughtry, 2001). Pakar dan praktisi telah strategi organisasi. Untuk dapat bersaing
banyak mengadopsi strategi sumber daya secara efektif, perusahaan harus terus
manusia yang dapat diterapkan dalam berbagai meningkatkan kinerja mereka baik dengan
kondisi perusahan. Asumsi dasar dari strategi mengurangi biaya, meningkatkan kualitas
tersebut adalah bahwa kinerja perusahaan produk dan layanannya dan memperkuat

1
JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017

budaya perusahaan. yang efektif memiliki kecenderungan budaya


Perdebatan yang belum terselesaikan yang kuat yang ditunjukkan dari komitmen
banyak membahas mengenai apakah ada dan perilaku masing-masing anggotanya.
pendekatan yang paling tepat secara universal Lebih jauh dikatakan bahwa penelitian
untuk mengelola sumber daya manusia. mengenai budaya organisasi dianggap penting,
Beberapa ahli menyatakan bahwa pendekatan terutama mengenai penelitian perubahan
seperti itu ada (Huselid dan Becker, 1996; organisasi (Wu dan Yu, 2009). Hasil penelitian
Pfeffer, 1998). Sementara itu, pakar lain di atas menunjukkan bahwa apa yang terjadi
mencatat bahwa efektivitas praktek pada suatu organisasi atau perusahaan
manajemen sumber daya manusia tergantung seringkali merupakan fenomena gunung es,
pada konteks organisasi dan lingkungan sehingga hanya dilihat sebagai hal kecil
tertentu (Mayer et al., 1993; Venkatraman, dipermukaan.
1989). Oleh karena itu, pemahaman akan Secara umum inisiasi perubahan budaya
peran pelaksanaan manajemen sumber daya dalam pemerintahan dan organisasi di
manusia dalam menciptakan dan Indonesia sudah banyak didiskusikan
mempertahankan kinerja organisasi serta khususnya berkenaan dengan penerapan
keunggulan kompetitif harus dicapai melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016.
pengembangan teori dan bukti empiris. Mengambil contoh dalam bidang pariwisata
Definisi budaya organisasi menurut yang merupakan salah satu dari delapan sektor
Kotter dan Heskett (1992) adalah suatu profesi yang telah disepakati untuk dapat
komponen utama dalam organisasi yang bersaing melalui penerapan MEA. Bidang
menyangkut nilai-nilai yang dianut bersama lainnya di antaranya adalah engineering
oleh anggota serta merupakan norma-norma services, nursing services, architectural
perilaku kelompok yang ada. Dalam services, surveying qualifications, medical
penelitiannya Daft (2006) mengatakan bahwa practitioners, dental practitioners dan
budaya organisasi merupakan seperangkat accountancy services. Pada sektor pariwisata
nilai-nilai kunci, keyakinan dan norma-norma di Yogyakarta, Pemerintah mempunyai
bersama bagi anggota organisasi. Budaya strategi kebijakan yang dilakukan oleh
organisasi memiliki dua fungsi penting yaitu, Pemerintah Daerah melalui Dinas Pariwisata
secara internal menyatukankan anggota agar (2007) antara lain dengan melakukan inovasi
memahami bagaimana cara yang tepat dalam maupun rekayasa serta pengembangan seluruh
berhubungan satu sama lain dan untuk aspek kepariwisataan yang tetap berlandaskan
membantu organisasi beradaptasi dengan pada wisata budaya, wisata bangunan
lingkungan eksternal. Namun, hal tersebut bersejarah, wisata pendidikan, wisata konvensi
tidak serta-merta dipahami oleh organisasi. dan wisata belanja hingga mengembangkan
Fakta menunjukkan bahwa banyak organisasi dan melestarikan nilai-nilai positif budaya
tidak memahami budaya mereka saat ini Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan
maupun budaya yang dianggap penting untuk kearifan lokal. Pemerintah daerah juga
diterapkan dalam organisasinya yang akan semakin meningkatkan keragaman pariwisata
membantu terbaik mereka mencapai tujuan baik atraksi dan daya tarik wisata yang lain
mereka (Suderman, 2012). yang mengandung basis budaya. Kesemuanya
Cameron dan Quinn (2006) itu dilandasi dari kepedulian setiap individu
mengemukakan bahwa ada kecenderungan maupun kelompok anggota masyarakat dalam
kegagalan suatu organisasi dalam mengapli- melakukan inisiasi perubahan.
kasikan suatu kebijakan baru disebabkan oleh Berdasarkan penelitian oleh Saayman
tidak adanya suatu budaya yang disepakati (1998) dipaparkan bahwa pariwisata dianggap
secara bersama-sama oleh anggotanya. sebagai mesin yang memfasilitasi partum-
Perbedaan cara pandang terhadap budaya buhan ekonomi. Dampak pada berbagai segi
organisasi menyebabkan ketidakharmonisan perekonomian membuktikan bahwa pariwisata
arah dan tujuan organisasi. Sedangkan, memiliki pertumbuhan stabil dan berperan
faktanya budaya organisasi dapat mempenga- dalam penciptaan kesempatan kerja karena
ruhi kinerja organisasi. Temuan riset banyak adanya peningkatan wistawan menghasilkan
menunjukkan bahwa mayoritas organisasi kenaikan penyerapan tenaga kerja. Di

2
PENILAIAN PERUBAHAN BUDAYA ORGANISASI…..………………....……………………….……...…(Wardhana)

Indonesia sendiri diketahui juga bahwa 1% kebijakan dan struktur formal, dan seringkali
pertumbuhan ekonomi sama dengan 178.300 dipimpin oleh seorang pemimpin tunggal, kuat
tenaga kerja (Kementerian Koperasi dan dan visioner. Pada tahap perkembangan,
UKM, 2012). Lebih jauh berdasarkan data organisasi semakin berorientasi dengan pada
mengenai jumlah kunjungan wisatawan asing budaya klan yaitu rasa kekeluargaan,
yang datang ke Indonesia semakin meningkat kepemilikan yang kuat, dan identifikasi
setiap tahunnya (BPS, 2014) dikuatirkan jika hubungan antar pribadi dengan organisasi.
pelaku industri pariwisata belum siap dan tidak Anggota organisasi semakin merasakan
dapat bersaing dengan pelaku industri kebutuhan sosial dan emosional terpenuhi
pariwisata baru lainnya. dalam organisasi, dan rasa kebersamaan dan
Oleh karena itu para pelaku industri persahabatan pribadi muncul. Ketika
pariwisata khususnya di Yogyakarta yang organisasi mengalami kondisi krisis maka
dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa organisasi mulai tumbuh dan akhirnya
pariwisata, perlu mengidentifikasi sejauh mana dihadapkan dengan kebutuhan untuk
kesiapan organisasinya menghadapi per- menekankan struktur dan prosedur standar
saingan tersebut dan merespon dukungan untuk mengontrol perkembangan perusahaan,
pemerintah yang ada. Hal yang akan hal tersebut menumbuhkan budaya hirarki
diidentifikasi dalam penelitian ini adalah aspek dalam perusahaan, dan bila struktur sudah
budaya organisasi pada perusahaan jasa terbentuk dengan baik maka budaya pasar atau
pariwisata. Pendapat tersebut didukung oleh penetrasi industri akan dialami oleh suatu
Cameron dan Quinn (2006) yang mengatakan organisasi. Keempat corak budaya tersebut
bahwa sebuah perubahan budaya, pada saling terintegrasi dalam suatu organisasi dan
akhirnya, tergantung pada pelaksanaan tidak saling mengalahkan satu dengan yang
perilaku oleh individu dalam organisasi agar lainnya namun memberikan corak kecen-
konsiten memperkuat nilai-nilai budaya yang derungan budaya dalam organisasi, hal
baru. Melalui penelitian ini dimungkinkan tersebut dipengaruhi juga oleh faktor luar.
untuk mengidentifikasi budaya yang diingin- Chang dan Huang (2005) menegaskan bahwa
kan dan menentukan strategi serta kegiatan perubahan lingkungan yang cepat, globalisasi,
yang dirancang untuk menghasilkan persaingan untuk menyediakan produk dan
perubahan, khususnya pada pelaku industri layanan yang inovatif, mengubah pelanggan
yang termasuk dalam rencana strategi dan tuntutan investor telah menjadi latar
Pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Daerah belakang standar untuk organisasi. Untuk
Istimewa Yogyakarta yaitu industri pariwisata. bersaing secara efektif, perusahaan harus terus
Oleh perlu juga dilakukan pemetaan budaya meningkatkan kinerja mereka dengan
bagi para pelaku industri tersebut agar pelaku mengurangi biaya, meningkatkan kualitas, dan
industri tersebut dapat beradaptasi dan mampu membedakan produk dan layanan mereka.
memproyeksikan perubahan budaya baik
internal atau eksternal. Organizational Culture Assesment Instrument

KAJIAN LITERATUR Model penelitian Organizational


Culture Assesment Instrument (OCAI) yang
Penelitian Terdahulu dikemukakan oleh Cameron dan Quinn (2006)
merupakan metode penelitian yang
Hasil penelitian Cameron dan Quinn (2006) dikembangkan dari model Competing Value
atas tiga ribu perusahaan menunjukkan adanya Framework (CVF) dan telah divalidasi untuk
pola yang dapat diprediksi pada perusahaan menilai suatu kerangka nilai-nilai dalam suatu
kecil dan menengah, yaitu adanya perubahan budaya organisasi. Kerangka ini berakar pada
budaya dalam organisasi. Pada tahap awal dari penelitian dalam bidang budaya organisasi dan
siklus kehidupan organisasi, organisasi- sejalan dengan kajian kategori budaya, cara
organisasi cenderung didominasi oleh budaya berpikir individu, nilai-nilai kelompok, dan
adokrasi tanpa struktur formal dan ditandai bagaimana kelompok memproses informasi
dengan nilai-nilai kewirausahaan. Organisasi yang diperoleh. Model penelitian OCAI
tersebut sebagian besar berjalan tanpa memiliki kerangka kerja yang berisi empat tipe

3
JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017

budaya organisasi yatu budaya klan, budaya dalam organisasi tidak hanya menghasilkan
adokrasi, budaya pasar dan budaya hirarki. cerminan kelompok budaya organisasi dan
Model penelitian OCAI mengungkap- arah organisasi dalam mewujudkan visi dan
kan enam dimensi kunci yang membentuk misinya, namun bahkan mampu
dasar dari kerangka kerja dalam budaya mengidentifikasi elemen-elemen di dalam
organisasi yaitu karakteristik budaya yang budaya organisasi yang bertentangan dengan
dominan, kepemimpinan organisasi, visi dan misi organisasi. Analisis pemetaan
manajemen karyawan, perekat organisasi, budaya dengan metode OCAI ini dapat
penekanan strategis dan kriteria untuk sukses. menghasilkan secara nyata profil budaya saat
Setiap organisasi memiliki setidaknya ini pada setiap jenjang organisasi dan juga
campuran dari keempat tipe budaya organisasi. profil budaya yang diharapkan dimasa
Hasil keanekaragaman budaya tersebut mendatang. Oleh sebab itu, para pengambil
didapatkan melalui suatu kelompok kuesioner keputusan dalam organisasi diharapkan dapat
yang menitikberatkan kepada perubahan mengetahui seberapa besar gap pada
budaya suatu organisasi. Instrumen OCAI ini organisasi dan tindakan apa yang perlu
sendiri telah digunakan dan diujikan pada dilakukan agar perubahan budaya dapat
sepuluh ribu perusahaan diseluruh dunia berjalan dan visi dan misi dapat dicapai.
(Cameron dan Quinn, 2006). Berikut adalah gambar empat tipe budaya yang
Penerapan model penelitian OCAI digunakan dalam model penelitian OCAI.

Gambar 1. Tipe Budaya dalam OCAI

Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa Competing Values Framework dalam instrumen OCAI
terbagi dalam dua poros yaitu vertikal dan pasar. Fokus internal berlaku pada
dan horisontal. Poros vertikal menunjukkan lingkungan kompetisi yang tidak terlalu fokus
kecenderungan stabilitas dan fleksibilitas
 dan pelanggan, sebaliknya dalam lingkungan
menentukan siapa yang mengambil keputusan kompetitif dengan kepentingan eksternal
dalam organisasi. Kontrol yang kuat oleh memegang peranan penting perhatian lebih
menajemen ditunjukkan pada bagian bawah kepada pihak luar.
poros vertikal, sementara bagian atas kontrol
menunjukkan bahwa karyawan diberi Dimensi Budaya Organisasi
wewenang untuk mengambil keputusan
sendiri. Poros horisontal menunjukkan Budaya Klan
kecenderungan arah organisasi apakah
berfokus ke dalam atau ke luar. Pada bagian Budaya Klan memiliki kecenderungan
internal, perhatian utama ada pada organisasi, berbagi nilai organisasi dan tujuan umum yang
sedangkan bagian eksternal lebih memberi sama dalam suatu atmosfer kekeluargaan dan
perhatian utama kepada pelanggan, pemasok saling membantu. Penekanan dalam budaya ini

4
PENILAIAN PERUBAHAN BUDAYA ORGANISASI…..………………....……………………….……...…(Wardhana)

lebih kepada pengembangan keterlibatan internal. Tujuan utama dari budaya ini adalah
individu dalam suatu kelompok dalam mencari sebesar-besarnya keuntungan melalui
organisasi. Wilkins dan Ouchi (1983) kompetisi pasar. Hasil dari kepemimpinan
mengatakan bahwa terbentuknya budaya ini dalam orientasi budaya ini adalah pemimpin
merupakan hasil dari sejarah yang panjang dan yang mengarahkan untuk berkompetisi dan
hubungan yang stabil, stagnansi dan interaksi berproduksi, dengan tipe keras dan banyak
yang kuat antar anggota. Budaya Klan juga menuntut. Tujuan utama jangka panjang
terlihat dari karakteristik lingkungan organi- perusahaan lebih kepada mencapai target dan
sasi yang penuh suasana kekeluargaan. memenangkan kompetisi (Cameron dan
Pemimpin dalam organisasi ini dianggap Quinn, 2006).
sebagai mentor dan terkadang sebagai figur
orang tua. Ikatan dalam organisasi lebih Budaya Hirarki
kepada loyalitas dan tradisi dengan komitmen
tinggi. Penekanan organisasi lebih berfokus Budaya hirarki memiliki struktur
kepada tujuan jangka panjang dengan nilai organisasi yang jelas, peraturan standar,
kebersamaan dan nilai moral yang diutamakan prosedur baku dengan kendali yang ketat dan
(Cameron dan Quinn, 2006). tugas dan tanggung jawab yang jelas pula.
Konsep ini serupa dengan konsep “birokrasi”
Budaya Adokrasi oleh Webber (1947) yang dianggap sesuai
dengan manajemen organisasi modern.
Wilkins dan Ouchi (1983) memaparkan Budaya hirarki memiliki karakteristik formal
bahwa budaya adokrasi cenderung seperti dan terstruktur. Prosedur secara jelas mengatur
organisasi yang bersifat sementara, dimana anggota di dalamnya. Pemimpin dianggap
jika pekerjaan telah selesai dikerjakan maka sangat efektif dan merupakan coordinator yang
kelompok yang dibentuk akan berhenti dengan baik. Stabilitas organisasi menjadi penting
sendirinya. Budaya ini seringkali tampak pada sebagai tujuan jangka panjang sesuai dengan
organisasi dengan orientasi kerja industri peraturan dan kebijakan yang diterapkan.
kreatif, perfilman, dan teknologi. Karakteristik
budaya adokrasi menurut Cameron dan Quinn Elemen Penilaian dalam Budaya Organisasi
(2006) memiliki kecenderungan lingkungan
organisasi yang dinamis dan berjiwa Instrumen penilaian OCAI ini sesuai
entrepreneur. Anggota di dalamnya lebih untuk menentukan perubahan budaya mana
senang dengan risiko pekerjaan dengan tipe yang akan ditargetkan oleh organisasi.
kepemimpinan yang visioner, inovatif dan Instrumen OCAI merupakan penyederhanaan
senang dengan risiko. Budaya adokrasi elemen penelitian dari 39 item penilaian oleh
memiliki ikatan kelompok kuat dalam hal Campbell (1974) dalam Quinn dan Rohrbaugh
inovasi dan komitmen dalam melakukan (1983). Karena dalam suatu organisasi banyak
eksperimen tugasnya. Penekanan budaya ini ditemukan budaya yang berbeda baik budaya
lebih kepada kesiapan setiap anggota kelom- inti maupun sub budaya, maka penyeder-
pok untuk melakukan perubahan dengan cepat hanaan dilakukan oleh Cameron dan Quinn
dan mencari tantangan baru sehingga tujuan (2006) menjadi dua dimensi yaitu content
jangka panjangnya mengarah kepada dimension dan pattern dimension, keduanya
pertumbuhan yang cepat dan menemukan kemudian dijabarkan ke dalam suatu kerangka
produk atau layanan yang baru. yaitu Competing Value Framework dengan
enam dimensi kunci pengukuran sebagai
Budaya Pasar berikut:
1. Karakteristik Dominan, yaitu bagaimana
Berdasarkan konsep awal dari Ouchi penilaian organisasi secara keseluruhan.
(1983) yang mempelajari mengenai sistem 2. Gaya Kepemimpinan, yaitu cara dan
kendali pasar dikemukakakan bahwa budaya pendekatan kepemimpinan dalam
pasar memiliki fokus pada hubungan organisasi.
transaksional dengan lingkungan di luar 3. Manajemen Karyawan, yaitu gaya yang
organisasinya dibanding dengan hubungan menjadi ciri khas bagaimana karyawan

5
JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017

diperlakukan dalam lingkungan kerja. digunakan dari penelitian oleh Cameron dan
4. Perekat Hubungan Organisasi, yaitu suatu Quinn (2006).
bentuk mekanisme yang mengikat anggota
organisasi secara bersama-sama. Validitas OCAI
5. Penekanan Strategis, yaitu mendefinisikan
hal apa yang menjadi pendorong strategi Seperti sudah dibahas sebelumnya,
organisasi. tujuan dari OCAI adalah untuk menilai enam
6. Kriteria Keberhasilan, yaitu bagaimana dimensi kunci dalam suatu budaya organisasi.
suatu organisasi mendefinisikan Dalam menyelesaikan instrumen OCAI
keberhasilan dan bagaimana kesuksesan tersebut, responden diminta memberikan
tersebut dihargai. gambaran nyata dari pengalaman mengenai
operasional organisasi dan nilai-nilai yang
METODA PENELITIAN menjadi ciri khas di dalamnya. Cameron dan
Quinn (2006) menyatakan bahwa dilakukan uji
The Competing Values Framework lanjutan untuk mengonfirmasi validitas dan
reliabilitas OCAI dan tidak ditemukan hasil
Metode penelitian OCAI ini yang kontradiktif dari uji yang dilakukan yaitu
menggunakan the competing values framework ditemukan dampak signifikan dari pengaruh
yang berfungsi dalam mendiagnosis dan budaya organisasi terhadap perilaku individu.
menginisiasi perubahan budaya suatu Penelitian ini menggunakan instrumen
organisasi. Setiap atribut yang ada penelitian berupa formulir survei OCAI yang
direfleksikan dalam empat kategori budaya berisi pernyataan dari enam dimensi kunci
yang mendasari gaya manajemen, rencana tersebut di atas. Setiap dimensi memiliki
strategis, iklim, sistem reward, sarana pengikat empat item alternatif pernyataan. Pernyataan
hiingga kepemimpinan dan nilai dasar dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
organisasi (Cameron dan Quinn, 2006). pernyataan budaya sekarang (now) dan bagian
Penggunaan metode competing values budaya yang diharapkan dimasa depan
framerowk ini dikarenakan konsep ini mampu (preferred). Masing-masing subyek penelitian
untuk memberikan gambaran mengenai tipe diminta untuk memberikan penilaian pada
budaya dalam suatu organisasi dan juga setiap pernyataan dengan memberikan skor
perubahan budaya apa yang perlu dilakukan antara 1-100 dengan jumlah tiap poin
oleh suatu organisasi. Penelitian ini maksimal yaitu 100, penilaian ini dikenal
menggunakan survei dengan metode penelitian sebagai ipsative rating scale (Cameron dan
deskriptif. Tujuan penelitian ini secara umum Quinn, 2006). Total 100 poin di antara empat
adalah untuk memberikan penjelasan alternatif ini dibagi tergantung pada sejauh
mengenai fakta dalam suatu populasi atau mana setiap alternatif item pernyataan
cakupan daerah tertentu secara sistematis, menyerupai budaya organisasi yang dialami
faktual dan akurat. secara nyata oleh responden sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk Responden dapat memberikan jumlah yang
memberikan deskripsi yang menyeluruh lebih tinggi pada poin alternatif yang paling
mengenai profil budaya organisasi serupa dengan budaya organisasinya. Tidak
menggunakan model penelitian Organizatio- ada jawaban benar atau salah untuk pernyataan
nal Culture Assessment Instrument (OCAI) tersebut, karena tidak ada budaya yang benar
pada sebuah perusahaan jasa pariwisata di atau salah (Cameron dan Quinn, 2006). Setiap
Yogyakarta. Responden dalam penelitian ini organisasi kemungkinan besar akan
adalah direksi, manajemen dan karyawan pada menunjuknan suatu kelompok tanggapan yang
sebuah perusahaan jasa pariwisata di berbeda. Oleh karena itu, dalam mendiagnosis
Yogyakarta yang memiliki jabatan yang semua item pernyataan harus dilakukan
dikelompokkan dalam jabatan struktural dan dengan seakurat dan setepat mungkin.
fungsional dengan jumlah responden 20 orang.
Dalam pengumpulan datanya penelitian ini Focus Group Discussion
menggunakan kuesioner OCAI. Kuesioner
yang digunakan ini merupakan kuesioner yang Focus Group Discussion (FGD)

6
PENILAIAN PERUBAHAN BUDAYA ORGANISASI…..………………....……………………….……...…(Wardhana)

merupakan diskusi kelompok dilakukan dalam perusahaan. Berdasarkan hasil dari wawancara
penelitian ini untuk mengonfirmasi temuan dan diskusi grup kepada semua responden
yang didapatkan dari pengisian formulir diketahui bahwa perusahaan tersebut adalah
OCAI. FGD merupakan teknik pengumpulan bisnis keluarga yang berbentuk Perseroan
data kualitatif dengan cara diskusi dengan Terbatas (PT) dan dipimpin oleh anggota
pengarahan oleh moderator atau fasilitator keluarga dari pemilik. Perusahaan tersebut
dengan topik tertentu. Tujuan dari FGD telah mengalami 3 kali perubahaan struktur
tersebut adalah mengumpulkan informasi, perusahaan dan juga komposisi kepemilikan
kebutuhan dan sudut pandang dan pengalaman dalam lima tahun terakhir.
peserta diskusi dengan bantuan fasilitator Budaya yang ada dalam organisasi
(Paramita dan Kristiana, 2013). Dalam diskusi cenderung tidak terlalu banyak perubahan
tersebut juga diupayakan untuk mencari karena peranan anggota keluarga pemilik
kesamaan dan atau perbedaan yang mencolok cukup besar walaupun ada perubahan struktur
dalam perusahaan tersebut, dan jika diperlukan manajemen. Tingkat turnover karyawan
adanya perubahan maka akan dirancang suatu diperusahaan ini tidak terlalu tinggi untuk
agenda untuk dibahas bersama lebih lanjut tingkat supervisor hingga manajer, namun
sesuai dengan mekanisme yang ada di untuk tingkat staf dikatakan bahwa cukup
perusahaan tersebut. banyak perubahan dalam kurun 5 tahun
terakhir, menurut diskusi grup hal tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN dikarenakan faktor prestasi karyawan yang
kurang baik. Penelitian ini dilakukan dengan
Peran penting budaya organisasi adalah mengumpulkan responden dari perusahaan
menjadi kunci utama kesuksesan suatu sesuai dengan posisi yang ada diperusahaan
organisasi. Dampak jangka panjang dari kemudian dilakukan proses wawancara dalam
budaya organisasi yang kuat adalah suatu kelompok kecil. Penjelasan mengenai
pencapaian tujuan yang efektif. Robbins et al budaya saat ini dan masa depan diberikan dan
(2013) mengatakan bahwa sebagai nilai-nilai responden diberi waktu untuk mengisi sesuai
dominan, budaya organisasi perlu disebarluas- dengan ketentuan yang ada kemudian hasil
kan dan dijadikan filosofi kerja anggotanya penilaian dibahas bersama untuk mendapatkan
dan menjadi panduan bagi penentuan kesepakatan kelompok tersebut.
kebijakan, pengambilan keputusan organisasi
dan pengelolaan karyawan serta konsumen. Karakteristik Responden
Budaya Organisasi biasanya terbentuk berawal
dari visi misi yang ada pada sebuah organisasi. Berdasarkan data responden di atas
Penelitian ini dilakukan pada sebuah dapat diketahui bahwa karyawan dari
organisasi jasa pariwisata di Yogyakarta yang perusahaan tersebut didominasi oleh
berdiri pada tahun 2003. Perusahaan tersebut perempuan dan usia mayoritas antara 25 – 31
bergerak dibidang jasa perjalanan wisata, tahun dengan lama kerja lebih dari 5 tahun.
penyediaan tiket pesawat dan transportasi Tingkat pendidikan responden terlihat bahwa
lainnya dan usaha penginapan yang berada mayoritas berpendidikan tinggi dari diploma
dalam satu payung usaha. Mayoritas hingga pasca sarjana. Kelompok responden
responden telah bekerja lebih dari lima tahun tersebut menunjukkan adanya variasi dari
diperusahaan tersebut dan mengetahui serta golongan responden yang telah mengalami
mengalami proses perubahan dari mulai beberapa kali perubahan manajemen dari
kebijakan, manajemen hingga perubahan perusahaan tersebut sehingga termasuk
kepemilikan usaha, hal tersebut memberikan kelompok yang mengalami perubahan budaya
pemahaman budaya yang ada dalam organisasi.

7
JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017

Jenis Kelamin Usia


0% Laki -Laki Responden
20-25
15% 25-31
45% Perempua
55% Tabel 4.2 Pendidikan 15%
Responden 10%
dan Masa Kerja 32-40
n
41-50
Tidak
Mengisi 60%

Pendidikan Masa Kerja


Responden
5% < 2 Tahun
5% 15% 10%
SMA
2-5 Tahun
40% D3
50% 35% 40%
S1 5-10
S2 Tahun

Gambar 2. Grafik Jenis Kelamin dan Usia Responde

Hasil Intrepretasi Budaya suatu budaya tertentu. Penelitian menunjukkan


bahwa budaya yang kuat juga menunjukkan
Budaya Dominan homogenitas usaha dari anggotanya, kejelasan
arah organisasi dan lingkungan organisasi
Dalam penelitian ini dominasi dari yang ada di dalamnya. Sejauh mana
suatu budaya ditentukan dari penilaian yang perusahaan membutuhkan budaya yang kuat
diberikan oleh responden berdasarkan keadaan dan homogen seringkali bergantung faktor
sebenarnya yang paling serupa dengan dimensi lingkungan: seperti kompleksitas lingkungan
penelitian, baik kondisi yang dialami pada saat kerja dan seberapa fleksibel respon organisasi
ini atau now atau kondisi yang diharapkan terhadap perubahan. Tabel 4.2 berikut
dalam waktu lima tahun mendatang atau menampilkan rangkuman hasil penilaian pada
preffered. Semakin besar nilai yang diberikan penelitian ini.
dapat menunjukkan semakin dominannya tipe

Tabel 1.
Hasil Penilaian OCAI

Now Avg Prefered Avg Naik/Turun


Budaya Klan 28.1 Budaya Klan 30.2
Budaya Hirarki 25.5 Budaya Hirarki 21.7
Budaya Adokrasi 23.6 Budaya Adokrasi 25.1
Budaya Pasar 22.7 Budaya Pasar 22.2

8
PENILAIAN PERUBAHAN BUDAYA ORGANISASI…..………………....……………………….……...…(Wardhana)

Dalam penelitian ini corak karakteristik nilai 25.1 dan budaya pasar sebesar 22.2 dan
budaya dominan yang muncul pada kondisi yang terakhir adalah budaya hirarki dengan
sekarang atau now adalah budaya klan dengan nilai 21.7. Berdasarkan hasil penilaian tersebut
nilai rata-rata 28.1, kemudian budaya hirarki didapatkann peta penilaian budaya organisasi
dengan nilai 25.5 ada pada urutan kedua dan yang digambarkan pada tabel di bawah ini.
urutan ke tiga adalah budaya adokrasi sebesar Kecenderungan adanya peningkatan preferensi
23.6 dan yang terakhir adalah budaya pasar budaya terlihat pada budaya klan dan adokrasi,
dengan nilai 22.7. Sedangkan untuk corak sedangkan budaya hirarki mengalami
dominan dari penilaian budaya yang penurunan dan pada budaya pasar mengalami
diharapkan untuk masa lima tahun mendatang penurunan kecil. Penggambaran peta hasil
atau preffered adalah adalah budaya klan penilaian ini bertujuan untuk memudahkan
dengan nilai rata-rata 30.2, kemudian pada interpretasi temuan dan menunjukkan gap
urutan kedua adalah budaya adokrasi dengan pada masing-masing tipe budaya.

Gambar 3. Peta Hasil Penilaian Budaya Organisasi

Berdasarkan hasil penilaian dan proses telah menduduki posisi fungsional serta telah
diskusi grup diketahui bahwa kecenderungan bekerja bersama dalam waktu yang cukup
corak budaya klan di perusahaan tersebut lama sejak dari posisi dasar. Kebijakan dan
terlihat dari kepemimpinan yang dominan dari pengambilan keputusan mengenai karyawan
pemilik usaha dan keluarganya dalam juga seringkali didasari oleh faktor
menanamkan nilai perusahaan dari awal kekeluargaan, karena karyawan dianggap
pembentukan perusahaan. Sejak awal tahun memiliki loyalitas dan berpartisipasi aktif
pendiriannya, perusahaan ini selalu dalam perkembangan perusahaan maka
menyertakan anggota keluarga pemilik ke pemilik perusahaan seringkali mempertim-
dalam struktur perusahaan pada tingkatan bangan masukan karyawan senior dalam
manajer atau direksi untuk mempermudah pengambilan keputusan.
komunikasi, walaupun tidak mendominasi. Budaya hirarki diperusahaan ini
Komunikasi antara pemilik dan karyawan juga ditunjukkan dari struktur organisasi yang
sangat terbuka dan dekat sehingga timbul cukup berjenjang dari tingkat staf, supervisor,
budaya kedekatan secara kekeluargaan. manajer dan direksi, walaupun perusahaan ini
Namun demikian dikatakan juga bahwa termasuk usaha kecil namun struktur
muncul kesulitan dalam penerapan sistem organisasinya cukup kompleks. Proses
reward dan punishment dalam perusahaan monitoring dari pemilik terlihat dari penerapan
tersebut. Budaya klan juga terlihat dari lama peraturan dan kebijakan perusahaan yang
kerja karyawan yang lebih dari 10 tahun dan tertuang secara tertulis dalam dokumen resmi,

9
JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017

demikian juga standar operasional prosedur Adanya perbedaan corak budaya yang
karyawan diberikan dan ditandatangani oleh ada dalam perusahaan ini sangat dipengaruhi
masing-masing karyawan sebagai bentuk oleh perbedaaan penilaian setiap responden
komitmen dalam menaati peraturan yang dari berbagai tingkat yang ada dalam
berlaku. Proses yang berkaitan dengan sumber perusahaan tersebut mulai staf, supervisor,
daya manusia juga harus dengan persetujuan manajer hingga direksi. Kondisi lingkungan
dan diketahui oleh pimpinan perusahaan dan perusahaan dari awal berdiri hingga saat ini
jika ada persoalan tertentu, tidak jarang direksi memberikan pengalaman yang bervariasi bagi
ikut serta dalam pertemuan dan memberikan setiap responden. Responden dengan masa
saran atas pengambilan keputusan perusahaan. kerja yang relatif lebih lama memiliki
Perusahaan melihat bahwa ketertiban dalam pengalaman perubahan budaya yang lebih
bekerja memberikan stabilitas yang baik bagi bervariasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
kegiatan harian perusahaan, mengingat ukuran adanya perbedaan corak budaya masa kini atau
perusahaan yang tidak terlalu besar. now dengan budaya yang diharapkan dalam 5
Budaya adokrasi dan budaya pasar di tahun mendatang atau preferred.
perusahaan ini menduduki urutan ketiga dan Perbedaan preferensi budaya terlihat
keempat secara berurutan. Namun demikian, pada ke empat tipe budayanya, pertama,
jika dilihat dari hasil penilaian menunjukkan budaya klan diharapkan adanya peningkatan
hasil yang tidak jauh berbeda dengan budaya dalam 5 tahun ke depan dengan perbedaan
hirarki. Hal tersebut terlihat dari jenis sebesar 2.1 poin. Preferensi ini meningkat
pelayanan yang ditawarkan kepada pelang- karena ada kecenderungan bahwa karyawan di
gannya adalah pelayanan khusus atau perusahaan ini menilai bahwa hubungan yang
spesialisasi yaitu suatu program pertemuan intes dan berkelanjutan antar karyawan dan
skala besar atau program wisata kelompok dengan pemilik lebih memberikan keuntungan
perusahaan yang sifatnya per program, hal dan kepastian masa depan perusahaan dan hal
tersebut membutuhkan adanya pembentukan tersebut dianggap penting untuk dipertahan-
tim yang berbeda-beda pada setiap kegiatan kan. Kedua, budaya hirarki menunjukkan
tergantung pada kebutuhan dan besar kecilnya preferensi penurunan sebesar 3.8 poin.
dari program yang dilakukan, hal itulah yang Penurunan tersebut sesuai dengan harapan
membuat adanya budaya adokrasi yang cukup responden akan peningkatan kedekatan atau
terlihat pada perusahaan ini. Untuk budaya relasi kekeluargaan dalam perusahaan dengan
pasar dalam perusahaan ini dikonfirmasi adanya struktur perusahaan yang lebih landai,
bahwa posisi perusahaan di pasar pariwisata di sehingga alur pengambilan keputusan lebih
Yogyakarta mengalami fluktuasi karena singkat dan arus informasi menjadi lebih jelas
adanya beberapa pergantian manajemen yang dan tidak ada simpang siur infromasi.
membuat perusahaan mengalami kesulitan Dimungkinkan juga ada pengaruh ukuran
dalam menentukan fokus strategi. Lebih lanjut perusahaan yang tidak besar sehingga
dikatakan bahwa persaingan usaha sejenis menyebabkan responden ingin untuk lebih
dengan basis online memberikan tekanan yang menerapkan budaya yang informal. Budaya
besar pada usaha pariwisata konvensional adokrasi diperusahaan ini juga diharapkan
bahkan bagi usaha di daerah wisata seperti adanya peningkatan yaitu sebanyak 1.5 poin,
Yogyakarta. Walaupun demikian, perusahaan yang didorong oleh harapan untuk semakin
belum memiliki strategi khusus untuk bisa bersaing secara inovatif melalui pasar
memenangkan kompetisi namun sekedar online dan memberikan inovasi produk serta
menggunakan pendekatan pemasaran konven- layanan yang baru bagi konsumen.
sional dan jaringan yang dimiliki perusahaan. Dikonfirmasi dalam diskusi grup bahwa
Hal tersebut membuat posisi persaingan perusahaan sedang merancang strategi dan
perusahaan di pasar pariwisata khususnya di inovasi berbasis online dan memperbaiki
Yogyakarta masih belum menunjukkan infrastruktur internal perusahaannya. Menarik
peningkatan signifikan. untuk diperhatikan dari hasil penilaian
preferensi budaya pasar terlihat bahwa
Perbedaaan Preferensi Budaya walaupun didapatkan informasi bahwa ada
tekanan dari pasar persaingan usaha, preferensi

10
PENILAIAN PERUBAHAN BUDAYA ORGANISASI…..………………....……………………….……...…(Wardhana)

budaya pasar cenderung menunjukkan sedikit lanjut konsekuensi apa yang timbul dari hasil
penurunan sebesar 0.5. poin, penurunan diagnosa budaya ini, dan tindakan apakah
tersebut dianggap suatu yang berlawanan yang harus dilakukan untuk masa depan,
dengan kondisi pasar yang sulit namun tidak sehingga ada kesesuaian strategi perubahan
terlihat adanya agresifitas usaha dan dorongan perusahaan. Perlu adanya langkah-langkah
untuk lebih berkompetisi dalam persaingan tertentu berdasarkan hasil temuan penelitian
usaha. Perbedaan gap dimensi antar preferensi ini, apakah akan mengikuti secara menyeluruh
tersebutlah yang nantinya dapat dijadikan atau ada penyesuaian berdasarkan pertim-
dasar pertimbangan implementasi strategi bangan perusahaan. Lebih lanjut, perusahaan
perubahan perusahaan. perlu menyosialisasikan hasil penelitian ini
agar para karyawan dapat mengetahui secara
KESIMPULAN DAN SARAN rinci budaya yang ada dalam perusahaan
tersebut sehingga ketika ditemukan perbedaan
Berdasarkan analisis pemetaan budaya antar bagian dalam perusahaan akan lebih
organisasi dengan metode Organizational mudah dilakukan diskusi dan penyelesaian
Culture Assesment Instrument (OCAI) tersebut masalah.
dapat disimpulkan bahwa profil budaya dalam Dari sudut pandang sumber daya
perusahaan penyedia jasa pariwisata tersebut manusia, jika perusahaan akan memutuskan
saat ini memiliki kecenderungan corak budaya untuk melakukan perubahan budaya maka
klan yang sangat tinggi dan budaya hirarki perlu disiapkan peningkatan kompetensi dari
yang cukup dominan. Sedangkan untuk semua pihak dalam perusahaan agar dapat
budaya yang diharapkan dalam 5 tahun ke berkontribusi dalam perubahan budaya yang
depan menunjukkan adanya corak kecende- diharapkan. Setiap anggota perusahaan
rungan budaya klan yang meningkat dan juga diharapkan dapat memiliki kompetensi sesuai
budaya adokrasi yang diharapkan meningkat. dengan tugas pekerjaannya dan mampu
Terdapat perbedaan atau temuan yang berubah sesuai dengan budaya yang
berlawanan pada budaya pasar antara masa diharapkan perusahaan, karena menurut
sekarang dan masa mendatang walaupun Cameron dan Quinn (2006) individu dalam
dikatakan bahwa perusahaan mengalami perusahaannlah yang menentukan berhasil
kesulitan dalam persaingan usaha namun tidaknya perubahan budaya tersebut.
preferensi budaya pasar pada 5 tahun Akhirnya, perusahaan perlu menjaga
mendatang cenderung menunjukkan sedikit komunikasi antar bagian dalam perusahaan
penurunan. Sedangan budaya adokrasi menjadi baik vertikal maupun horisontal untuk
budaya yang diharapkan meningkat dalam 5 memastikan budaya yang dianggap sesuai bagi
tahun mendatang sehinggan perusahaan perusahaan dapat dipertahankan dan budaya
menjadi lebih inovatif dan semakin berani yang kurang sesuai dapat diminimalkan
mengambil risiko. Dari hasil wawancara dan coraknya. Penelitian ini dilakukan di daerah
diskusi juga disimpulkan bahwa tingginya dengan tingkat persaingan usaha pariwisata
corak budaya klan lebih dipengaruhi oleh yang ketat dan mayoritas pengusaha lokal di
faktor kepemilikan usaha oleh keluarga dan Yogyakarta didominasi oleh perusahaan
jenjang karir yang cukup panjang sehingga dengan latar belakang kepemilikan keluarga
banyak karyawan yang memiliki masa kerja ataupun joint venture. Walaupun hasil
yang panjang menciptakan situasi kerja yang penelitian ini merupakan gambaran dari satu
bercorak kekeluargaan. kondisi perusahaan tertentu namun bagi pelaku
Penelitian ini merupakan proses industri di bidang usaha yang sama dapat
diagnosa budaya dalam perusahaan jasa menjadikan temuan tersebut sebagai referensi
pariwisata yang berada pada lingkungan dan bahkan menjadi salah satu pertimbangan
industri yang dinamis dan sangat ketat, oleh dalam menentukan strategi di masa depan.
karena itu diharapkan hasil penelitian ini Pelaku usaha dalam bidang yang sama juga
dapat menjadi inisiasi perubahan budaya dirasa perlu untuk menyusun rancangan
perusahaan kedepannya. Perlu adanya diskusi strategi perubahan budaya mengingat
lebih mendalam oleh semua stakeholder persaingan pasar pariwisata baik lokal di
internal perusahan untuk membahas lebih Yogyakarta atau nasional semakin ketat.

11
JRMB, Volume 12, No. 1, Juni 2017

Penelitian selanjutnya dengan meng- situasi dan kondisi perusahaan yang lain.
gunakan metode OCAI ini harus Kemudian, penelitian lebih lanjut dapat juga
menyesuaikan jenis perusahaan yang akan lebih menekankan kepada bagaimana
diteliti dan memilih perusahaan dari industri implikasi strategi perubahan budaya yang
yang berbeda, dengan skala yang lebih besar, dijalankan perusahaan terhadap perubahan
sehingga dapat dilihat potret corak budaya dari budaya yang terjadi.

DAFTAR REFERENSI To Organizational Analysis”. Mana-


gement Science, 29(3):363-377.
Cameron, K.S. and Quinn, R.E., 2006.
Diagnosing And Changing Organiza- Robbins, S., Judge, T.A., Millett, B. and
tional Culture: Based On The Competing Boyle, M., 2013: Organizational
Values Framework. John Wiley & Sons. Behavior. Pearson Higher Education.

Chang, W.J. and Chun Huang, T., 2005. Saayman, M., 1998. The Impact Of
“Relationship Between Strategic Human Globalisation On Tourism In Africa. In
Resource Management And Firm World Leisure and Recreation Confe-
Performance: A Contingency Perspec- rence. Sao Paulo, Brazil: 26-30.
tive”. International Journal of Manpower,
26 (5), pp.434-449. Suderman, J., 2012.”Using the organizational
cultural assessment (OCAI) as a tool for
Daft, R., 2006. Organization Theory And new team development”. Journal of
Design. Cengage learning. Practical Consulting, 4(1), pp.52-58.

Dreher, G.F. and Dougherty, T.W. 2001. Tematik Pembangunan Kota Yogyakarta.
Human Resource Strategy: A Behavioral 2008. Terwujudnya Kota Yogyakarta
Perspective For The General Manager. Sebagai Kota Pariwisata Berbasis Budaya
Richard d Irwin. Dengan Keragaman Atraksi Dan Daya
Tarik Wisata, Http://Pariwisata.
Huselid, M.A. and Becker, B.E.1996. Jogjakota.Go.Id/Index/Extra.Detail/1838
“Methodological Issues In Cross [Diakses 7 Februari 2016]
Sectional And Panel Estimates Of The
Human Resource Firm Performance Venkatraman, N.1989. “The Concept Of Fit In
Link”. Industrial Relations: A Journal of Strategy Research: Toward Verbal And
Economy and Society, 35(3), pp.400-422. Statistical Correspondence”. Academy of
management review, 14(3): 423-444.
Kotter, J.P. and Heskett, J.L.1992. Corporate
Culture and Performance. New York: Wilkins, A.L. and Ouchi, W.G.1983. Efficient
The Free Press. cultures: Exploring the Relationship
Between Culture and Organizational
Paramita dan Kristiana. 2013..Teknik Focus Performance. Administrative science
Group Discussion dalam penelitian quarterly. 468-481.
Kualitatif. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 16 (2): 2013. Yu, T. and Wu, N. 2009. “A Review Of Study
On The Competing Values Framework”.
Pfeffer, J.,1998. Seven Practices Of Successful International Journal of Business and
Organizations. California Management Management, 4(7), p.37.
Review, 40(2): 96-124.

Quinn, R.E. and Rohrbaugh, J., 1983. “A


Spatial Model Of Effectiveness Criteria:
Towards A Competing Values Approach

12

Anda mungkin juga menyukai