Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL

Analisis Pengaruh Model Piston Terhadap Emisi Gas Buang Pada Motor
Bensin Empat Langkah

Analysis Of Effect The Piston Model Exhaust Emissions On Four Step


Gasoline Motors

Oleh:
GALIH WISNU WARDANA
13.1.03.01.0029

Dibimbing oleh :
1. Dr. SURYO WIDODO, M.Pd
2. ALI AKBAR , M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2018
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

SURATPERNYATAAN
ARTIKEL SKRIPSI TAHUN2017

Yang bertanda tangandibawahini:


Nama Lengkap : Galih Wisnu Wardana
NPM : 13.1.03.01.0029
Telepon/HP : 082140682696
Alamat Surel (Email) : wisnugalih21@gmail.com
Judul Artikel : Analisis Pengaruh Model Piston Terhadap Emisi Gas
Buang Pada Motor Bensin Empat Langkah
Fakultas – Program Studi : Teknik Mesin
NamaPerguruan Tinggi : Universitas Nusantara PGRI Kediri
Alamat PerguruanTinggi : Jl. K.H Achmad Dahlan No. 76 Kota Kediri

Dengan ini menyatakan bahwa:


a. artikel yang saya tulis merupakan karya saya pribadi (bersama tim penulis) dan bebas
plagiarisme;
b. artikel telah diteliti dan disetujui untuk diterbitkan oleh Dosen Pembimbing I dan II.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari
ditemukan ketidak sesuaian data dengan pernyataan ini dan atau ada tuntutan dari pihak lain,
saya bersedia bertanggung jawab dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Galih Wisnu Wardana | 13103010029 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 1||
Analisis Pengaruh Model Piston Terhadap Emisi Gas
Buang Pada Motor Bensin Empat Langkah

Galih Wisnu Wardana


13.1.03.01.0029
Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin
Email:
Barkoom2007@yahoo.com

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

Abstrak

Emisi gas buang kendaraan adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam
mesin kendaraan yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin.
Pembakaran yang terjadi di dalam mesin kendaraan tidak selalu berjalan
sempurna sehingga di dalam gas buang mengandung senyawa berbahaya bagi
kesehatan tubuh manusia seperti karbon monoksida (CO), hirokarbon (HC).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan
model piston terhadap emisi gas buang pada motor bensin 4 langkah. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan alat test emisi gas buang (gas Analyzer) pada
sepeda motor jupiter Z 110 CC dengan variasi piston datar dan piston jenong.
Data yang diperoleh dianalisis pengolahan dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak atau software Microsoft Excel. Hasil Penelitian menunjukkan
bahwa semakin tinggi putaran mesin maka kandungan emisi gas buang yang
dihasilkan semakin meningkat, perbedaan model piston juga memberikan
pengaruh pada emisi gas buang yang dihasilkan piston jenong memiliki emisi
lebih baik dari pada piston datar. Hal ini disebabkan karena profil piston
jenong dapat mencampur bahan bakar dan udara dengan lebih baik sehingga
turbulensi pembakaran menjadi sempurna.

Kata kunci :Emisi gas buang, piston datar, piston jenong


Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

A. PENDAHULUAN variasi putaran mesin terhadap emisi gas


Motor bakar bensin merupakan mesin buang pada motor bensin 4 langkah.
pembangkit tenaga yang mengubah bahan
Menurut Barenschot (1996). Motor
bakar minyak (BBM) menjadi tenaga panas
empat langkah adalah motor yang setiap
dan akhirnya menjadi tenaga mekanik.
siklus kerjanya diselesaikan dalam empat
Prinsip kerja motor bensin adalah mesin
kali gerak bolak balik langkah piston atau
yang bekerja memanfaatkan energy dari
dua kali putaran poros engkol (crank shaft).
hasil gas panas hasil proses pembakaran,
langkah piston adalah gerak piston
dimana proses pembakaran berlangsung di
tertinggi/teratas disebut titik mati atas
dalam silinder mesin itu sendiri sehingga
(TMA) sampai yang terendah/terbawah
gas pembakaran sekaligus berfungsi
disebut titik mati bawah (TMB). Sedangkan
sebagai fluida kerja menjadi tenaga atau
siklus kerja adalah rangkaian proses yang
energy panas.
dilakukan oleh gerak bolak-balik translasi
Emisi gas buang kendaraan bermotor
piston yang membentuk rangkaian siklus
mengandung senyawa-senyawa yang dapat
tertutup. Proses siklus motor empat langkah
dikategorikan berbahaya maupun tidak
dilakukan oleh gerak piston dalam silinder
berbahaya. Senyawa yang tergolong tidak
tertutup, yang bekerja sesuai dengan
berbahaya meliputi nitrogen (N), karbon
pengaturan gerak katup atau mekanisme
dioksida (CO2) dan uap air (H2O).
katup pada katup isap dan katup buang.
Sedangkan senyawa yang tergolong
berbahaya dan menjadi bahan pencemar
utama meliputi karbon monoksida (CO),
berbagai senyawa hidrokarbon (HC),
beberapa Oksida Nitrogen (NOx), berbagai
Oksida Sulfur (SOx) dan partikulat lain
seperti timbel (Pb) (Swisscontact, 1998).
Dalam penelitian ini memiliki tujuan Gambar 1.Prinsip kerja motor 4 langkah

mengetahui pengaruh penggunaan model Piston mempunyai bentuk seperti

piston terhadap emisi gas buang pada motor silinder. Bekerja dan bergerak secara

bensin 4 langkah dan mengetahui pengaruh translasi (gerak bolak-balik) di dalam


silinder. Piston merupkan sumbu geser yang
terpasang presisi di dalam sebuah silinder.
Galih Wisnu Wardana | 13103010029 simki.unpkediri.ac.id
Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 3||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Dengan tujuan, baik untuk mengubah torak permukaan datar adalah 0 %.


volume dari tabung, menekan fluida dalam (Sutiman, 2005).
silinder, membuka-turup jalur aliran atau
pun kombinasi semua itu. Piston terdorong
sebagai akibat dari ekspansi tekanan
sebagai hasil pembakaran. Piston selalu
menerima temperatur dan takanan yang
tinggi, bergerak dengan kecepatan tinggi Gambar 2.Piston permukaan datar
dan terus menerus (Barenschot, 1996). Piston jenong atau piston high dome
Bagian lain dari piston yaitu batang memiliki bentuk penampang permukaan
piston sering juga disebut dengan setang yang menonjol. Bentuk permukaan yang
piston, ia berfungsi menghubungkan piston cembung gunanya untuk menyempurnakan
dengan poros engkol. Jadi batang piston pembilasan campuran udara bahan bakar.
meneruskan gerakan piston ke poros Sekaligus permukaan atas piston juga
engkol. Dimana gerak bolak-balik piston dirancang untuk melancarkan pembuangan
dalam ruang silinder diteruskan oleh batang gas sisa permukaan. Fungsi dari piston
piston menjadi gerak putaran (rotary) pada jenong meningkatkan kualitas kompresi
poros engkol. Ini berarti jika piston saat piston mentok di Titik Mati Atas.
bergerak naik turun, poros engkol akann Walaupun ketika piston biasa diganti
berputar. dengan piston jenong, namun karena saat
Piston dengan bentuk head flat TMA penampang piston lebih mepet ke
dimana permukaan head piston yang rata kepala silinder bila memakai piston jenong,
biasanya dilengkapi dengan sepasang kompresi yamh dihasilkan relative lebih
cekungan setengah lingkaran. Kedua tinggi dari piston biasa (Sutiman, 2005).
cekungan berfungsi mentoleransi klep saat
terbuka, baik diwaktu bahan bakar masuk
ruang bakar maupun saat membuang hasil
pembakaran. Kontur permukaan torak datar
digunakan sebagai acuan dasar untuk
menentukan kontur torak permukaan
Gambar 3.Piston permukaan cembung
cembung, dengan asumsi untuk kontur

Galih Wisnu Wardana | 13103010029 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 4||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Blok silinder adalah struktur terpadu


yang terdiri dari silinder dari motor bakar
torak dan beberapa atau semua yang terkait
struktur sekitarnya (bagian pendingin,
bagian bukaan masuk dan keluar bagian,
sambungan, dan crankcase). Istilah blok
Gambar 4.Poros Engkol
mesin sering digunakan bersama dengan
Emisi gas buang kendaraan adalah
"blok silinder" (meskipun secara teknis
sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam
dapat dibuat perbedaan antara silinder
mesin kendaraan yang dikeluarkan melalui
mesin monobloc silinder sebagai unit diskrit
sistem pembuangan mesin, sedangkan
dibandingkan dengan desain blok dengan
proses pembakaran adalah reaksi kimia
lebih banyak integrasi yang terdiri dari
antara oksigen di dalam udara dengan
crankcase juga (Barenschot, 1996).
senyawa hidrokarbon di dalam bahan bakar
Crankshaft / poros engkol menjadi
untuk menghasilkan tenaga. Dalam reaksi
suatu komponen utama dalam suatu mesin
yang sempurna, maka sisa hasil
pembakaran dalam. Crankshaft menjadi
pembakaran adalah berupa gas buang yang
pusat poros dari setiap gerakan piston.Pada
mengandung karbondioksida (CO2), uap air
umumnya crankshaft berbahan besi cor
(H2O), Oksigen (O2) dan Nitrogen (N2).
karena harus dapat menampung momen
Emisi gas buang kendaraan bermotor
inersia yang dihasilkan oleh gerakan naik
juga cenderung membuat kondisi tanah dan
turun piston. Sehingga fungsi utama dari
air menjadi asam. Pengalaman di negara
crankshaft adalah mengubah gerakan naik
maju membuktikan bahwa kondisi seperti
turun yang dihasilkan oleh piston menjadi
ini dapat menyebabkan terlepasnya ikatan
gerakan memutar yang nantinya akan
tanah atau sedimen dengan beberapa
diteruskan ke transmisi. Crankshaft harus
mineral/logam, sehingga logam tersebut
terbuat dari bahan yang kuat dan mampu
dapat mencemari lingkungan. Terdapat
menahan beban atau momen yang kuat
empat jenis faktor yang menentukan emisi
karena crankshaft harus menerima putaran
gas buang kendaraan bermotor yaitu jenis
mesin yang tinggi (Solikin, 2005).
mesin, tekanan (kompresi), kondisi mesin,
dan bahan bakar.

Galih Wisnu Wardana | 13103010029 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 5||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

B. METODE PENELITIAN analyzerini nanti akan dapat diketahui


Metode yang digunakan dalam kandungan HC dan CO pada emisi gas
penelitian inimenggunakan metode buang yang dihasilkan.
eksperimental nyata (true experimental
research). Penelitian eksperimental adalah
dimanipulasi untuk mempelajari hubungan
sebab-akibat. Metode ini dilaksanakan
dengan melakukan pengujian untuk
mengetahui pengaruh penggunaan model
piston terhadap emisi gas buang pada motor
Gambar 6.Piston Jenong (Kiri) Dan
bensin 4 langkah. Piston Datar (Kanan)
Variabel bebas dalam penelitian ini Langkah-langkah dalam mengambil
adalah penggunaan model piston datar (flat) data emisi gas buang yang dihasilkan antara
dan piston jenong (high dome) dengan lain. Pertama nyalakan sepeda motor yang
variasi putaran mesin 2000 rpm, 3000 rpm, telah dipasang alat pengukur putaran mesin
4000 rpm, dan 5000 rpm. Variabel terikat (tachoometer) dan pada sistem engine
dalam penelitian ini adalah emisi gas buang motor tersebut menggunakan piston datar.
HC dan CO. Variabel kontrol yang Nyalakan alat uji emisi (gas analyzer) dan
digunakan peneliti adalah sepeda motor tunggu selama dua menit untuk alat tersebut
jupiter z 110 CC tahun 2009. memulai sistem. Masukkan gas probe
kedalam mulut knalpot setelah mesin motor
mulai panas. Tekan “ENT/MEAS” pada
gas analyzer untuk memulai pengukuran.
Tetpakan putaran mesin motor pada variasi
rpm yang telah ditentukan selama 2 menit.
Tekan “HOLD” 2x isikan nomer plat atau
pendaftaran dan tekan 1x lagio untuk
Gambar 5.Gas Analyzer
mencetak hasil. Untuk mengukur yang
Gas Analyzer adalah Suatu peralatan
selanjutnya tekan “ESC/STANDBY” dan
instrumentasi yang digunakan untuk
tekan “ZERO”/”PURGE” biar unit
mengukur komposisi dan proporsi dari
mengosongkan sisa-sisa gas yang lalu.
suatu campuran gas. Melalui gas

Galih Wisnu Wardana | 13103010029 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 6||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Setiap variasi putaran mesin akan dilakukan


tiga kali percobaan pengambilan data untuk
diketahui rata-rata hasilnya.
Setelah pengambilan data uji emisi C. HASIL DAN PEMBAHASAN
selanjutnya hasil data dari pengujian emisi Dari hasil eksperimen dapat diketahui

gas buang akan dimasukkan kedalam tabel dengan beberapa uji sehingga sebelum

1 sebagai berikut. masuk hasil uji perlu diketahui dulu

Tabel 1. Pengambilan data deskripsi hasil data pada setiap variabel.


Emisi Pistor Emisi Piston
Datar/Flat Jenong/Dome
1. Deskripsi Hasil Data dan Pengujian
RPM Percobaan HC CO HC CO Variabel untuk membandingkan kerja
(PPm (% (PPm (%
Vol) Vol) Vol) Vol) mesin dari penelitian ini adalah putaran
1
2 mesin antara lain 2000 rpm, 3000 rpm,
2000
3
4000 rpm dan 5000 rpm. Sehingga akan
Rata-rata
1 hasil akan berupakadar CO dan HChasil
2
3000 data yang dapat dilihat di bawah ini.
3
Rata-rata Tabel 2.Hasil Pengujian
1
Emisi Pistor Emisi Piston
2 Datar/Flat Jenong/Dome
4000
3 RPM Percobaan HC CO HC
CO
Rata-rata (PPm (% (PPm
(% Vol)
Vol) Vol) Vol)
1
1 28 0,111 23 0,064
2 2 21 0,067 21 0,06
5000
3 2000
3 20 0,078 24 0,056
Rata-rata Rata-rata 23 0,085 22,6 0,06
Dalam penelitian ini menggunakan 1 36 0,048 34 0,093
2 32 0,33 32 0,108
analisis data statistic deskriptif. Stastistik 3000
3 33 0,08 26 0,105
deskriptif adalah statistik yang memberikan Rata-rata 33,6 0,152 30,6 0,102
1 50 1,159 37 0,104
informasi hanya mengenai data yang
2 40 0,218 42 0,43
4000
dimiliki dan tanpa bermaksud untuk 3 65 0,266 32 0,041
Rata-rata 51,6 0,547 37 0,191
menguji hipotesis. Statistik deskriptif
1 91 1,088 75 0,451
dipergunakan untuk menyajikan dan 5000
2 62 0,312 73 0,222
3 105 1,981 73 0,406
menganalisis data agar lebih bermakna dan
Rata-rata 86 1,127 73,6 0,359
bersifat lebih memperjelas karakterisitik
data yang bersangkutan.
Galih Wisnu Wardana | 13103010029 simki.unpkediri.ac.id
Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 7||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Hasil di atas merupakan hasil Serta sebagai syarat dari Anova terhadap
pengujian kadar CO dan HC yang dapat data yang didapatkan selama eksperimen.
dilihat pada gambar grafik di bawah ini. Uji kenormalan residual dilakukan
dengan menggunakan Uji Anderson-
Darling yang terdapat pada program
minitab 16.

Gambar 7Grafik hasil emisi gas buang HC

Sedangkan untuk hasil CO untuk


memperudah dalam pembacaan maka
dibuat grafik yang dapat dilihat sebagai Gambar 9Plot Uji Normal Pada Emisi HC
berikut. H0 ditolak jika p-value lebih kecil dari
pada α = 0.05. Diperoleh P-Valueuntuk
emisi HC sebesar 0.141 yang berarti lebih
besar dari α = 0.05. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa H0 merupakan residual
berdistribusi normal.

Gambar 8Grafik hasil emisi gas buang CO

Setelah diketahui maka hasil ini akan


dilanjutkan untuk di analisa data.

2. Analisa Data
Dalam prosedur analisa data, perlu
terlebih dahulu diuji dengan asumsi IIDN Gambar 10Plot Uji Normal Emisi CO

(Identik, Independen, dan Distribusi Diperoleh P-Value untuk emisi CO

Normal) untuk mengetahui apakah data sebesar 0.100 yang berarti lebih besar dari α

variabel dalam keadaan baik atau tidak. = 0.05. Oleh karena itu dapat disimpulkan

Galih Wisnu Wardana | 13103010029 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 8||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

bahwa H0 merupakan residual berdistribusi Pengujian independen pada penelitian


normal. ini dilakukan dengan menggunakan auto
Uji identik untuk mengetahui apakah correlation function (ACF) yang terdapat
data penelitian yang dihasilkan identik atau pada program minitab16.
tidak. Bila sebaran data pada output uji ini Autocorrelation Function for HC (PPm Vol)
(with 5% significance limits for the autocorrelations)

tersebar secara acak dan tidak membentuk 1 .0

0.8

0.6
pola tertentu disekitar harga nol maka data 0.4

Autocorrelation
0.2

memenuhi asumsi identik. 0.0

-0.2

-0.4

-0.6

-0.8

-1 .0

1 2
Lag

Gambar 13 Plot ACF Pada Emisi HC


Plot ACF emisi HC yang ditunjukan
pada gambar 13, tidak ada nilai AFC pada
Gambar 11Emisi HC Versus Fitted Values tiap lag yang keluar dari batas interval. Hal
Diketahui bahwa residual emisi HC ini membuktikan bahwa tidak ada kolerasi
terbesar secara acak disekitar harga minus antar residual artinya bersifat independen.
dua dan tidak membentuk pola tertentu. Autocorrelation Function for CO (% Vol)
(with 5% significance limits for the autocorrelations)

1 .0
Dengan demikian asumsi residual identik 0.8

0.6
terpenuhi. 0.4
Autocorrelation

0.2

0.0

-0.2

-0.4

-0.6

-0.8

-1 .0

1 2
Lag

Gambar 14Plot ACF Pada Emisi CO


Tidak ada nilai AFC pada tiap lag
yang keluar dari batas interval. Hal ini
Gambar 12Emisi COVersus Fitted Values
membuktikan bahwa tidak ada kolerasi
Residual emisi CO terbesar secara
antar residual artinya bersifat independen.
acak disekitar harga minus dua dan tidak
Setelah pengujian asumsi IIDN
membentuk pola tertentu. Dengan demikian
selesai dan data penelitian sudah dalam
asumsi residual identik terpenuhi.
Galih Wisnu Wardana | 13103010029 simki.unpkediri.ac.id
Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 9||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

keadaan normal, identik dan independen emisi CO dengan tingkat keyakinan sebesar
maka bisa dilanjutkan menuju hasil analisa 95%. Sehingga untuk lebih mudah
data menggunakan analysis of varians menyimpulkan hipotesis untuk masing-
(ANOVA) dengan distribusi F, pada masing variabel bebas terhadap emisi gas
program minitab16 untuk mencari hipotesis buang ditunjukan pada tabel 5.
disetiap variabel. Tabel 5 Kesimpulan Pengaruh Varibel
Bebas Terhadap emisi gas
Tabel 3Analisa variansi terhadap emisi HC
buang
Kesimpulan
Variabel Bebas
Hipotesis
Jenis piston Berpengaruh
RPM Berpengaruh

Pengaruh yang diberikan dari dua


Diketahui bahwa variabel bebas jenis variabel ini mampu terlihat dengan jelas
piston terhadap emisi HC memiliki P-Value melalui gambar main effect plot untuk emisi
sebesar 0.117, sedangkan variasi putaran gas buang yang didapat dari uji ANOVA
mesin memiliki P-Value sebesar 0.084. pada Software Minitab 16 sebagai berikut.
Tabel 4Analisa variansi terhadap emisi CO

Diketahui bahwa variabel bebas jenis


piston terhadap emisi HC memiliki P-Value Gambar 15Plotemisi gas buang HC
sebesar 0.119, sedangkan variasi putaran Dapat diketahui bahwa jenis piston
mesin memiliki P-Value sebesar 0.097. dan variasi putaran mesin mempengaruhi
Berdasarkan hasil uji hipotesisP- emisi HC. Piston datar menghasilkan emisi
Valueyang dibandingkan dengan nilai taraf HC yang lebih tinggi dari pada piston
signifikan 5% (  = 0.05) , menerangkan jenong. Sedangkan untuk variasi putaran
atau menyimpulkan bahwa variabel bebas mesin, semakin tinggi putaran maka emisi
mempunyai pengaruh signifikan terhadap HC yang dihasilkan juga semakin tinggi.
emis gas buang baik emisi HC maupun
Galih Wisnu Wardana | 13103010029 simki.unpkediri.ac.id
Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 10||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Mesin dengan putaran rendah


menghasilkan kadar CO yang kecil atau
mengalami kenaikkan yang tidak
signifikan. Kondisi ini menggambarkan
bahwa pembakaran yang terjadi pada ruang
bakar mempunyai kandungan udara yang
cukup sedangkan pada putaran tinggi atau

Gambar 16Plotemisi gas buang CO RPM 3000 keatas mengalami kenaikkan

Dapat diketahui bahwa jenis piston drastis atau signifikan.

dan variasi putaran mesin mempengaruhi D. PENUTUP


emisi CO. Piston datar menghasilkan emisi 1. Simpulan
CO yang lebih tinggi dari pada piston Perbedaan model piston
jenong. Sedangkan untuk variasi putaran mempengaruhi jumlah emisi gas buang
mesin, semakin tinggi putaran maka emisi yang dihasilkan. Hal ini ditunjukan pada
CO yang dihasilkan juga semakin tinggi. pengujian Analysis of Varians (ANOVA),
jenis piston terhadap emisi HC memiliki P-
3. Pembahasan
Value sebesar 0.117, dan untuk jenis piston
Kadar HC yang dihasilkan pada
terhadap emisi CO memiliki P-Value
putaran rendah mengalami kenaikan yang
sebesar 0.119. Jenis piston terhadap emisi
kecil atau tidak signifikan. Hal ini
HC maupun CO memiliki P-Value yang
dikarenakan pada putaran rendah atau RPM
lebih besar dari α=0.05 yang artinya jenis
2000 sampai 3000 terjadi turbulensi di
piston memiliki pengaruh yang signifikan
dalam aliran sehingga campuran udara dan
terhadap emisi gas buang.Variasi putaran
bahan bakar menjadi lebih homogen yang
mesin juga mempengaruhi emisi gas buang
mengakibatkan pembakaran di dalam ruang
yang dihasilkan. Pada rpm 2000 dengan
bakar lebih sempurna. Sebaliknya pada
piston datar menghasilkan emisi HC
putaran tinggi atau pada RPM 3000 keatas
sebesar 23 PPM Vol serta emsi CO sebesar
karena waktu yang tersedia untuk turbulensi
0.085 %Vol. Pada rpm 3000 menghasilkan
terbatas maka berpotensi tidak terjadi
HC sebesar 33.6 PPM dan CO 0.152 %Vol.
pembakaran sempurna sehingga tidak
Pada rpm 4000 menghaslkan HC 51.6 serta
seluruh unsur hidrokarbon (HC).
CO 0.547%Vol. Pada rpm 5000

Galih Wisnu Wardana | 13103010029 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 11||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

menghasilkan HC 86 PPM dan CO


1.127%Vol.

2. Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut
tentang emisi gas buang dengan variable
bebas yang lebih unik selain perbedaan
model piston. Serta perlu adanya
pertimbangan untuk menggunakan piston
jenong pada struktur engine sepeda motor
karena memberikan efek turbulensi yang
baik.

E. DAFTAR PUSTAKA
Barenschot BPM, Arends H. 1996. Motor
Bensin.Jakarta : Erlangga
Solikin. 2011. Mesin Sepeda Motor.
Yogyakarta : PT. Pustaka Insan
Mandiri.
Sutiman. 2005. Sistem Pengapian
Elektronik. Jakarta : PT. Citra Aji
Parama.
Swisscontact. 1998. Emisi Gas Buang.
Jakarta : Airlangga.

Galih Wisnu Wardana | 13103010029 simki.unpkediri.ac.id


Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin || 12||

Anda mungkin juga menyukai