Anda di halaman 1dari 13

GADJAH MADA JOURNAL OF PROFESSIONAL PSYCHOLOGY

VOLUME 3, NO. 2, 2017: 123-135


ISSN: 2407-7801

Peran Kecerdasan Emosi dan Iklim Organisasi


terhadap Perilaku Kerja Kontraproduktif

Devianita Puspita Wardhani1 & IJK Sito Meiyanto2


Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstract. This research aims to determine the role of emotional intelligence and
organizational climate in predicting the counterproductive work behavior. This study
used a quantitative approach survey. The method of data collection in this research was
conducted by distributing scale to the research subjects, with a total of 146 civil servants.
The data was analyzed using double regression techniques using SPSS (Statistical Product
and Service Solutions) 20.0. The result shows that the emotional intelligence and
organizational climate can contribute together to decrease counterproductive behavior
that occurs in the workplace (F (2, 143) = 5.266, p<.05, R2 = .069). Limitations and
suggestions for further research were also discussed in this study.

Keywords: counterproductive work behavior; emotional intelligence; organizational


climate

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran kecerdasan emosi dan iklim
organisasi dalam memprediksi perilaku kerja kontraproduktif. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif survei. Metode pengumpulan data pada penelitian
ini dilakukan dengan menyebarkan skala kepada subjek penelitian, dengan jumlah 146
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Data dianalisis dengan teknik regresi berganda
menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 20.0. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosi dan iklim organisasi dapat berperan
secara bersama-sama untuk menurunkan perilaku kerja kontraproduktif yang terjadi di
tempat kerja (F (2, 143) = 5,266, p<0,05, R2 = 0,069). Keterbatasan dan saran bagi penelitian
selanjutnya turut didiskusikan dalam penelitian ini.

Kata kunci: iklim organisasi; kecerdasan emosi; perilaku kerja kontraproduktif;

Indonesia dan dunia telah berubah seiring International Labour Organization (2016)
berjalannya waktu, terutama ketika adalah sebanyak 239.732 orang. Besarnya
memasuki abad 21. Sejalan dengan jumlah karyawan memicu peningkatan
perubahan dalam sistem pemerintahan, produktivitas yang ditandai dengan
sektor perekonomian di Indonesia juga jumlah Gross Domestic Product (GDP).
turut berubah (Ananta, Soekarni, & Arifin, Indonesia pada tahun 2015 memiliki GDP
2011). Hal ini ditandai pula dengan sebesar 4328,9 US $ per tahun pada
peningkatan karyawan yang terjadi setiap masing-masing karyawan, sedangkan
tahunnya, jumlah total karyawan menurut Malaysia 16408,9 US $, hal ini
menunjukkan produktivitas karyawan
1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat
dilakukan melalui: devianita.puspita.w@mail.ugm.ac.id
Indonesia masih jauh jika dibandingkan
2 Atau melalui smeiyanto@ugm.ac.id dengan Malaysia.

E-JURNAL GAMA JPP 123


WARDHANI & MEIYANTO

Produktivitas organisasi tentunya karyawan melakukan pencurian dari


juga dipengaruhi oleh perilaku kerja atasannya dan 95% dari organisasi
karyawannya. Dewasa ini penelitian mengalami pencurian aset yang dilakukan
terkait dengan perilaku kerja karyawan oleh karyawan. Coffin dalam Ellias (2013)
telah banyak diteliti, tidak hanya yang juga menyatakan bahwa kerugian yang
bersifat positif, namun perilaku negatif disebabkan pencurian oleh karyawan
yang dapat merugikan organisasi juga mencapai 50 milyar USD setiap tahunnya.
mendapat perhatian khusus. Berbagai Apabila hal tersebut tidak dikontrol
teori dan hasil penelitian telah organisasi tentu akan mengalami kerugian
memberikan penjelasan mengenai yang signifikan secara finansial (Ahmad &
perilaku kerja kontraproduktif. Perilaku Norhashim, 2008).
kerja kontraproduktif dapat diartikan Aquino, Galperin, dan Bennett
sebagai seperangkat perilaku negatif yang (2004) menyatakan bahwa perilaku kerja
merusak organisasi dengan mengganggu kontraproduktif kerapkali terjadi di sektor
kegiatan operasional dan aset, atau publik dibandingkan dengan sektor
dengan menyakiti rekan kerjanya swasta. Hal ini juga terjadi di Indonesia di
sedemikian rupa sehingga dapat mana data menunjukkan bahwa Pegawai
menurunkan efisiensi dari karyawan Aparatur Sipil Negara (ASN), yang di
tersebut (Bashir, Nasir, Qayyum, & Bashir, dalamnya terdiri dari Pegawai Negeri Sipil
2012; Fox, Spector, dan Miles, 2001; (PNS) sebagai karyawan di sektor publik
Spector & Fox, 2005). Contoh dari perilaku terbukti melakukan pelanggaran. Dilansir
kerja kontraproduktif adalah sebagai oleh situs berita online Prokal.co (2016)
berikut: keterlambatan waktu kerja, menunjukkan bahwa selama dua tahun
pencurian, penyabotan, dan perbuatan terakhir sebanyak 45 pegawai terbukti
jahat dalam bentuk verbal atau fisik di melanggar peraturan disiplin berat dengan
tempat kerja. Perilaku kerja mendapatkan sanksi pemecatan.
kontraproduktif dilakukan atas dasar Penelitian yang berkaitan dengan
kesengajaan, di mana seseorang memiliki perilaku kerja kontraproduktif, dilakukan
niat untuk melakukan tindakan tersebut. untuk melihat faktor-faktor yang dapat
Survei yang dilakukan oleh menuntun seseorang pada perilaku ini
Pricewaterhouse Coopers (2016) me- (Bowling & Eschleman, 2010; Spector &
nunjukkan bahwa 36% organisasi di Fox, 2005). Hal ini didasari fakta bahwa
seluruh dunia mengalami kecurangan dalam beberapa tahun belakangan
sebagai bentuk kejahatan ekonomi dalam karyawan telah terbukti memiliki
24 bulan terakhir, yang berdampak sangat keterlibatan dengan perilaku yang dapat
besar bagi produktivitas organisasi. merugikan organisasi. Saat ini apa yang
Mazolla dan Kessler (2012) menyimpulkan karyawan lakukan dan katakan di tempat
bahwa perilaku kerja kontraproduktif kerja, diklasifikasikan ke dalam orang-
merupakan perilaku yang umum terjadi di orang yang bermanfaat atau justru
lingkungan kerja dan menyebabkan karyawan yang menimbulkan kerugian
kerugian finansial baik bagi organisasi bagi organisasi (Klotz & Buckley, 2013;
maupun anggotanya. Studi menujukkan Spector & Fox, 2002). Martinko, Gundlach,
pencurian dan kecurangan oleh karyawan dan Douglas (2002) sejalan dengan Fox, et
adalah bentuk kriminalitas yang tumbuh al. (2001) menjelaskan bahwa penyebab
paling cepat di Amerika Serikat (Coffin perilaku kerja kontraproduktif umumnya
dalam Ellias, 2013). Sebanyak 75%

124 E-JURNAL GAMA JPP


KECERDASAN EMOSI, IKLIM ORGANISASI, KONTRAPRODUKTIF

dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu yang dapat menjadi bahan penelitian
situasional dan individual. terkait perilaku kerja kontraproduktif
Beberapa penelitian di atas adalah melihat faktor situasional sebagai
menunjukkan adanya faktor perbedaan prediktor atas perilaku kerja kontra-
individu dan faktor situasional sebagai produktif. Iklim organisasi, sebagai salah
variabel yang dapat menyebabkan satu faktor yang terbukti menjadi hal yang
munculnya perilaku negatif di tempat dapat memengaruhi perilaku kerja
kerja yang disebut perilaku kerja kontraproduktif menjadi hal yang menarik
kontraproduktif. Salah satu variabel yang untuk dibahas. Perusahaan sebagai sebuah
dapat menjadi faktor yang menurunkan tempat bagi karyawan untuk men-
perilaku kerja kontraproduktif di tempat gembangkan potensinya yang dapat
kerja adalah kecerdasan emosional. Hal ini berdampak bagi produktivitas organisasi
dikarenakan karyawan dengan kecerdasan perlu memiliki iklim organisasi yang baik.
emosi yang baik akan cenderung meng- Chernyak-Hai dan Tziner (2013), bahwa
hindari perilaku kerja kontraproduktif perusahaan yang memiliki iklim
(Emami, 2014; Yin, 2010). Sejalan dengan organisasi positif dilaporkan memiliki
penelitian tersebut Jung dan Yoon (2012), perilaku kerja kontraproduktif yang
Ying dan Ting (2013) juga membuktikan semakin rendah. Kanten dan Ülker (2013)
bahwa terdapat korelasi negatif antara yang melakukan penelitian mengenai
kecerdasan emosi yang dimiliki seseorang iklim organisasi, melihat masing-masing
terhadap perilaku kerja kontraproduktif aspek iklim organisasi memiliki pengaruh
dalam bekerja. terhadap perilaku kerja kontraproduktif.
Davies, Stankov, dan Roberts (1998) Mengacu pada kajian teoritis dan
sejalan dengan Mayer dan Salovey (1997) empiris yang telah dijelaskan, diperoleh
mengartikan kecerdasan emosi sebagai hal gambaran umum mengenai keterkaitan
yang dilakukan seseorang mengenai cara variabel yang akan diteliti. Menurut
mengelola emosinya. Hal ini menjadi Sonnentag dan Frese (2002), organisasi
gambaran bahwa individu yang mampu perlu meningkatkan performa individu
mengelola emosinya dapat menentukan untuk mencapai tujuan perusahaan, agar
sikap yang tepat sebelum bertindak, penjualan produk semakin meningkat dan
sehingga tidak merugikan organiasi. Van mencapai keunggulan kompetitif.
Rooy dan Viswesvaran (2004) Keunggulan kompetitif inilah yang
mengungkapkan bahwa karyawan dengan kemudian dapat menjadi modal bagi
kecerdasan emosi yang tinggi cenderung perusahaan untuk mampu bersaing di
untuk menunjukkan performa kerja yang dunia bisnis. Sumber daya manusia
baik dan bertindak sesuai dengan kode sebagai aset organisasi yang melakukan
etik yang ada di organisasi. Selanjutnya perilaku kerja kontraproduktif, perlu
kecerdasan emosi yang rendah juga mendapat perhatian khusus untuk
terbukti membuat karyawan berperilaku mengetahui kondisi yang memicu
negatif di tempat kerja, bahkan tidak terjadinya perilaku ini.
segan untuk melanggar aturan yang ada di Besarnya kerugian dan bahayanya
organisasi tersebut (Deshpande, Joseph, & dampak sosial maupun psikologis yang
Shu, 2005; Petrides, Fredrickson, & disebabkan oleh perilaku kerja negatif
Furnham, 2004). tersebut, menyebabkan penelitian yang
Selain faktor internal berupa memberikan penekanan pada perilaku
perbedaan dalam diri individu, sisi lain kerja kontraproduktif tetap dirasa penting.

E-JURNAL GAMA JPP 125


WARDHANI & MEIYANTO

Studi empiris yang dilakukan Penney dan dengan karakteristik penelitian (Creswell,
Spector (2005) juga menunjukkan bahwa 2012). Teknik pengambilan sampel yang
penelitian mengenai perilaku kontra- akan digunakan dalam penelitian ini
produktif akan menjadi topik yang sangat adalah teknik convenience sample yaitu
menarik bagi organisasi dan para peneliti pemilihan sekelompok subjek didasarkan
karena terkait dengan besarnya biaya yang pada kemudahan dan ketersediaan data
disebabkan oleh perilaku ini. Dewasa ini pada subjek di dalam organisasi yang
perilaku kerja karyawan dipandang ditentukan (Creswell, 2012).
sebagai bentuk upaya pengembangan Proses pengukuran dilakukan
sumber daya manusia Indonesia untuk dengan menggunakan tiga skala alat ukur
meningkatkan kualitas tenaga kerja dan untuk menguji tiga variabel. Alat ukur
peran sertanya dalam meningkatkan yang akan digunakan, telah melalui proses
produktivitas (Republik Indonesia, 2003). adaptasi yang akan mengikuti tahapan
Peneliti akan melakukan penelitian dari Beaton, Bombardier, Guillemin, dan
mengenai hubungan antara kecerdasan Ferraz (2000). Awalnya alat ukur yang
emosi, iklim organisasi, dan perilaku kerja berbahasa Inggris akan diterjemahkan ke
kontraproduktif untuk melihat kondisi bahasa Indonesia menggunakan native
tersebut di Indonesia. Studi literatur yang translator. Selanjutnya, translasi juga
dilakukan oleh peneliti, menunjukkan dilakukan oleh informed translator yang
belum banyak penelitian mengenai merupakan rekan mahasiswa Profesi
hubungan ketiga variabel ini di Indonesia. Psikologi Industri dan Organisasi, yang
Selanjutnya peneliti mempertimbangkan sudah tidak asing dengan konstruk-
untuk melakukan penelitian pada PNS di konstruk dalam penelitian psikologi.
Dinas Pekerjaan Umum daerah Tahap terakhir adalah melakukan back-
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. translation yang dilakukan dengan
meminta bantuan orang berkebangsaan
Metode asing yang pernah tinggal di Indonesia
dan memahami bahasa Indonesia.
Penelitian ini menggunakan desain Skala untuk mengukur perilaku
penelitian kuantitatif. Pendekatan kerja kontraproduktif disusun dan
kuantitatif dilakukan dengan metode dikembangkan oleh Fox, Spector, dan
survei, yaitu pengisian skala oleh subjek Miles, (2001), dengan nama
penelitian. Subjek pada penelitian ini Counterproductive Work Behavior Checklist
adalah karyawan tetap yang bekerja di (CWB-C). Peneliti menggunakan versi
perusahaan publik (PNS), serta bekerja di skala pendek yang pertama kali
kantor. Karakteristik dari subjek digunakan oleh Spector, Bauer, dan Fox
penelitian, sebagai berikut: (1) karyawan (2010) yang terdiri dari 10 aitem dengan
tetap di perusahaan tempat pengambilan nama Counterproductive Work Behavior
data, (2) telah bekerja selama minimal Checklist (CWB-C). Alat ukur ini memiliki
enam bulan. Pengambilan data dilakukan lima pilihan jawaban, di mana subjek
di Dinas Pekerjaan Umum (PU), di mana penelitian akan diminta untuk memilih
memenuhi syarat PNS dan terdapat jawaban tidak pernah, pernah sesekali, 1-2
karyawan teknikal maupun manajerial. kali per bulan, 1-2 kali per minggu, dan
Metode pemilihan sampel menggunakan selalu.
cara single stage, di mana peneliti telah Kecerdasan emosi diukur dengan
menentukan organisasi yang sesuai menggunakan skala Wong dan Law EI

126 E-JURNAL GAMA JPP


KECERDASAN EMOSI, IKLIM ORGANISASI, KONTRAPRODUKTIF

Scale (WLEIS) yang disusun berdasarkan Penelitian dilaksanakan di salah satu


teori Mayer dan Salovey (1997). Skala organisasi publik yang bergerak di bidang
dengan 16 aitem yang pada masing- Pekerjaan Umum (PU) yang berlokasi di
masing dimensi terdiri dari empat aitem Kalimantan Timur. Pengambilan data
dipilih diberikan kepada subjek dengan dilakukan dengan menyebarkan kuisioner
menggunakan skala likert lima pilihan tertulis yang diisi oleh karyawan secara
jawaban. Pengukuran terhadap iklim langsung. Kuisioner yang disebarkan
organisasi dilakukan dengan sebanyak 180 buah, namun yang kembali
menggunakan skala pendek dari Peña- sebanyak 160 dan setelah melakukan
Suárez, Muñiz, Campillo-Álvarez, pengecekan awal, kuisioner yang dirasa
Fonseca-Pedrero, dan García-Cueto (2013). memenuhi syarat oleh peneliti adalah
Skala yang menjadi instrumen penelitian sebanyak 146.
ini disusun dengan 15 aitem. Pilihan Tabel 2 menunjukkan bahwa 64,38%
jawaban pada skala likert yang ada di responden penelitian adalah laki-laki dan
dalam kuisioner bergerak dari STS (Sangat 35,62% responden penelitian adalah
Tidak Sesuai), TS (Tidak Sesuai), N wanita. Persentase tersebut menunjukkan
(Netral), S (Sesuai), dan SS (Sangat Sesuai). bahwa karyawan dinas PU Kalimantan
Pengujian hipotesis pada penelitian ini Timur lebih banyak yang berjenis kelamin
akan dilakukan dengan teknik analisis laki-laki. Hal ini sesuai dengan jenis
regresi berganda menggunakan program pekerjaan yang berkaitan dengan
SPSS (Statistical Product and Service pembangunan suatu daerah dan latar
Solutions) 20.0. belakang pendidikan yang kebanyakan
bersifat teknikal. Selanjutnya tabel 2 juga
Hasil dapat menunjukkan bahwa latar belakang
Proses uji coba dilakukan dengan pendidikan didominasi oleh Strata satu
menyebarkan kuisioner secara langsung dengan jumlah 58,21%.
kepada subjek coba yang mirip dengan Hasil pengelompokan responden
karakteristik penelitian. Peneliti pada tabel 2 menunjukkan data
melibatkan 100 PNS di Dinas Pekerjaan persebaran usia responden. Persentase
Umum daerah Kalimantan Timur dan karyawan yang berusia 20-30 tahun
Kalimantan Utara, namun yang dapat merupakan jumlah terbanyak sebesar
dianalisis hanya 99 kuesioner. Tabel 1 35,62 %, usia 31-40 tahun sebesar 30,14%,
menunjukkan bahwa keseluruhan skala usia 41-50 tahun 23,97%, dan persentase
yang digunakan telah lolos uji reliabilitas paling kecil adalah karyawan yang berusia
dan validitas, sehingga dapat digunakan di atas 50 tahun dengan jumlah 6,85%.
untuk melakukan penelitian lebih lanjut Data tersebut menunjukkan bahwa
guna mengumpulkan informasi yang karyawan dinas PU Kalimantan Timur
digunakan. masih banyak yang berada pada usia

Tabel 1.
Hasil Uji Coba Alat Ukur
Variabel Jumlah Jumlah KMO Barlett Faktor Cronbah
item item loading alpha
gugur
Perilaku Kerja 10 1 0,907 P<0,01 0,470- 0,942
Kontraproduktif 0,933
Kecerdasan 16 0 0,705 P<0,01 0,461- 0,819
Emosi 0,879
Iklim 15 0 0,839 P<0,01 0,444- 0,879
Organisasi
E-JURNAL GAMA JPP 0,693 127
WARDHANI & MEIYANTO

dengan menggunakan analisis regresi


Tabel 2. berganda. Hasil analisis regresi berganda
Komposisi Demografi Subjek menunjukkan nilai signifikansi p<0,05,
Jenis Jumlah Tingkat Jumlah
dengan sumbangan efektif yang lebih
Kelamin Pendidikan
Laki-laki 94 SMA/Sederajat 37 besar jika dibandingkan dengan analisis
Perempuan 52 D3 4 regresi linier sederhana. Nilai sumbangan
- - S1/Sederajat 85 efektif tersebut sebesar 6,9%.
- - S2 11 Uji hipotesis minor pertama yang
Missing 0 Missing 9
dilakukan yaitu menguji apakah
146 146
Usia Jumlah Lama Kerja Jumlah kecerdasan emosi dapat menjadi prediktor
20-30 tahun 52 1-5 tahun 47 atas perilaku kerja kontraproduktif, uji
31-40 tahun 44 6-10 tahun 26 hipotesis dalam penelitian ini
41-50 tahun 35 11-15 tahun 30 menggunakan analisis regresi linier
>50 tahun 10 >15 tahun 36
Missing 5 Missing 7
sederhana dengan bantuan IBM SPSS
146 146 Statistic 20.0. Hasil uji hipotesis
menunjukkan bahwa kecerdasan emosi
muda. Persentase usia karyawan yang memiliki peran terhadap perilaku kerja
banyak berada pada rentang 20-30 tahun kontraproduktif, hal ini ditunjukkan oleh
berpengaruh pula pada masa kerja nilai signifikansi p<0,05. Pernyataan
karyawan yang juga banyak berada pada tersebut berarti bahwa karyawan yang
rentang 1-5 tahun dengan jumlah 32,19%. memiliki kecerdasan emosi tinggi di
Selanjutnya masa kerja karyawan dengan dalam dirinya akan cenderung tidak
lama 6-10 tahun sebesar 17,81%, karyawan melakukan perilaku kerja kontraproduktif
dengan masa kerja 11-15 tahun sebesar dalam bekerja.
20,55%, dan karyawan yang bekerja lebih Uji hipotesis minor kedua yang
dari 15 tahun sebesar 24,66%. dilakukan adalah menguji peran iklim
Uji asumsi yang dilakukan yaitu uji organisasi terhadap perilaku kerja
linieritas, tujuannya adalah untuk melihat kontraproduktif dengan menggunakan
apakah spesifikasi model yang digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil uji
sudah benar atau tidak (Ghozali, 2013). regresi menunjukkan nilai signifikansi
Hasil uji lineritas menunjukkan semua p<0,05, hal ini menunjukkan bahwasanya
variabel bebas dengan variabel terikat iklim organisasi memiliki peran negatif
linier, sehingga dapat dikatakan terhadap perilaku kerja kontraproduktif.
memenuhi asumsi linieritas. Nilai Artinya, ketika karyawan berada dalam
linieritas pada variabel kriterium dan iklim organsiasi yang baik maka perilaku
prediktor dalam penelitian ini lebih besar kerja kontraproduktif yang terjadi di
dari 0,05 (0,812 dan 0,179). Berdasarkan dalam organisasi tersebut akan semakin
hasil uji asumsi klasik dengan melihat rendah.
linieritas, maka data penelitian dapat
dianalisis lebih lajut. Diskusi
Penelitian terkait dengan perilaku
Uji hipotesis individu dalam suatu organisasi menjadi
Uji hipotesis mayor dilakukan untuk aspek penting untuk melihat performa
menguji peran kecerdasan emosi dan iklim organisasi secara menyeluruh, di mana
organisasi secara bersama-sama terhadap sebagai praktisi bidang Industri perlu
perilaku kerja kotraproduktif, yaitu memahami aspek-aspek yang selama ini

128 E-JURNAL GAMA JPP


KECERDASAN EMOSI, IKLIM ORGANISASI, KONTRAPRODUKTIF

Tabel 3.
Uji Peran Kecerdasan Emosi terhadap Perilaku Kerja Kontraproduktif
Variabel Independen Variabel B SE p Keterangan
Dependen
Kecerdasan Emosi Perilaku Kerja -0,68 0,33 p<0,05 Signifikan
Kontraproduktif

Tabel 4.
Hasil Peran Iklim Organisasi terhadap Perilaku Kerja Kontraproduktif
Variabel Independen Variabel Dependen B SE p Keterangan

Iklim Organisasi Perilaku Kerja -0,87 0,29 p<0,05 Signifikan


Kontraproduktif

tidak banyak diteliti (Staw, 1991). Secara kerja kontraproduktif. Perilaku kerja
umum, dalam penelitian ini melihat lebih kontraproduktif diartikan sebagai perilaku
jauh perilaku individu yang bersebrangan yang dapat merugikan anggota organisasi
dengan perilaku positif dalam organisasi. dan organisasi itu sendiri (Anderson &
Perilaku individu dalam organisasi dapat Pearson, 1999).
menentukan efektivitas dari organisasi itu Hasil penelitian menunjukkan
sendiri, yaitu perilaku kerja bahwa perilaku kerja kontraproduktif
kontraproduktif (Dalal, 2005; Spector & yang terjadi di sektor publik termasuk
Fox, 2005). Hasil penelitian menunjukkan dalam kategori sedang sampai sangat
bahwa hipotesis dalam penelitian ini tinggi sebesar 58,9%. Data ini berarti
didukung, di mana hal ini berarti bahwa lebih dari setengah karyawan yang
kecerdasan emosi dan iklim organisasi bekerja di sektor publik masih melakukan
berhubungan negatif dengan perilaku perilaku kerja kontraproduktif, sesuai
kerja kontraproduktif karyawan Dinas PU dengan penelitian Aquino, Galperin, dan
Kalimantan Timur. Bennett (2004). Bentuk perilaku kerja
Perilaku kerja kontraproduktif kontraproduktif yang paling sering
merupakan salah satu bentuk perilaku dilakukan oleh karyawan Dinas PU
negatif yang kerapkali terjadi di dalam Kalimantan Timur adalah mengeluhkan
organisasi dan didefinisikan sebagai hal-hal yang tidak berkaitan dengan
perilaku tidak produktif yang berdampak pekerjaannya ketika berada di kantor.
pada tidak tercapainya tujuan organisasi Perilaku ini dapat menjadi salah satu
tersebut (Rotundo & Sackett, 2002). bentuk sikap yang menurunkan
Penelitian yang dilakukan menunjukkan produktivitas karyawan. Sejalan dengan
bahwa kecerdasan emosi dan iklim hasil penelitian Bashir et al., (2012) bahwa
organisasi secara bersama-sama dapat perilaku menyimpang di tempat kerja
menjadi prediktor atas perilaku kerja dapat memengaruhi kinerja individu yang
kontraproduktif. Hal ini dapat dilihat dari bermuara pada menurunnya produk-
nilai R square sebesar 6,9%, di mana dapat tivitas.
diartikan bahwa kecerdasan emosi yang Hasil penelitian ini membuktikan
tinggi dan iklim organisasi yang baik akan bahwa peran kecerdasan emosi memiliki
membuat perilaku negatif di tempat kerja pengaruh negatif terhadap perilaku kerja
semakin rendah. Bentuk perilaku negatif kontraproduktif (B=-0,68, p<0,05). Wall
tersebut, salah satunya adalah perilaku (2007) menyatakan bahwa tidak mungkin

E-JURNAL GAMA JPP 129


WARDHANI & MEIYANTO

seorang karyawan dapat meninggalkan ditemukan dalam literatur sebagai hal


perasaan negatif yang terjadi di rumah penting yang dapat meningkatkan
ketika sedang bekerja, sehingga peran efektivitas dan efisiensi organisasi pada
kecerdasan emosi sangat penting untuk saat ini (Ceyda & Sevinc, 2012). Iklim
dapat mengontrol emosi tersebut dan organisasi saat ini menjadi salah satu
mengungkapkan secara tepat pada kondisi pemicu perilaku dari anggota organisasi,
tertentu. Kecerdasan emosi mengacu pada sehingga menentukan bagaimana mereka
keberagaman kompetensi seorang kar- bersikap. Hal ini tentu menjadi acuan bagi
yawan yang berpengaruh pada organiasi untuk membangun iklim
kesuksesannya dalam bekerja. Hal ini organiasi, sehingga mampu meningkatkan
dikarenakan karyawan dengan kecerdasan perilaku positif dari karyawannya.
emosi yang baik akan cenderung meng- Dengan demikian, organisasi dapat
hindari perilaku kerja kontraproduktif menciptakan lingkungan kerja yang
(Emami, 2014; Jung & Yoon, 2012; Ying & produktif dan berkelanjutan (Al-Nasser &
Ting, 2013; Yin, 2010). Behery, 2015). Sejalan dengan pernyataan
Kecerdasan emosi merupakan tersebut, terbukti dalam penelitian ini
kemampuan untuk memahami dan bahwa iklim organisasi terbukti berperan
mengetahui perasaan, serta kemampuan negatif terhadap perilaku kerja
untuk meregulasi emosi yang dirasakan. kontraproduktif (B=-0,87, p<0,05).
Kemampuan ini selanjutnya dapat Mendukung pernyataan sebelumya,
menjadi sebuah alat untuk mengontrol hasil penelitian yang dilakukan oleh
perilaku yang akan muncul di dalam Bamel, Rangnekar, Stokes, & Rastogi
lingkungan kerja. Sejalan dengan (2013) menunjukkan bahwa hal-hal yang
peryataan Dulewicz dan Higgs (1998) termasuk di dalam iklim organisasi
percaya bahwa kecerdasan emosi merupakan aspek yang berperan penting
merupakan proses dalam diri seseorang dalam meningkatkan efektivitas mana-
untuk mengelola emosinya dan jerial suatu organisasi. Perbedaan temuan
merupakan penyebab seseorang dapat pada hasil penelitian nampak pada tidak
bersikap sesuai etika yang berlaku. Hal ini terbuktinya bahwa terdapat perbedaan
selanjutnya berkaitan dengan kemampuan bentuk perilaku kerja kontraproduktif
untuk merespon emosi, sosial, dan antara laki-laki dan perempuan. Gonzalez-
lingkungan sekitar, sehingga mampu mulé, DeGeest, Kiersch, dan Mount (2013);
bersikap dengan tepat dalam berbagai Cohen, Panter, & Turan (2013) mene-
situasi, bahkan situasi menekan. mukan bahwa terdapat perbedaan antara
Kemampuan dalam mengontrol diri bentuk perilaku kerja laki-laki dan
dengan baik yang dimiliki karyawan perempuan, sementara dalam penelitian
memiliki performa yang baik ketika ini tidak demikian. Hal ini juga terlihat
bekerja. Goleman (1995) menambahkan pada tingkat pendidikan, di mana tidak
bahwasanya kecerdasan emosi adalah terdapat perbedaan bentuk perilaku kerja
faktor yang dapat menjadi indikator bagi kontraproduktif yang terjadi baik pada
karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan laki-laki maupun pada perempuan. Data
dengan baik dan kemampuan untuk ini berarti bahwa pada organisasi tempat
mengelola pekerjaan yang diberikan. penelitian berlangsung karyawan laki-laki
Di samping faktor internal berupa dan perempuan pada berbagai tingkat
kecerdasan emosi, iklim organisasi pendidikan melakukan perilaku kerja
merupakan salah satu faktor yang kontraproduktif yang serupa.

130 E-JURNAL GAMA JPP


KECERDASAN EMOSI, IKLIM ORGANISASI, KONTRAPRODUKTIF

Hasil analisis regresi sederhana disimpulkan bahwa perilaku kerja


dilakukan sebagai analisis tambahan kontraproduktif masih cukup banyak
dalam penelitian dengan menguji masing- terjadi di kalangan PNS. Hal ini dapat
masing aspek kecerdasan emosi dalam diminimalisasi dengan meningkatkan
perilaku kerja kontraproduktif. Data kecerdasan emosi dan iklim organisasi.
keluaran analisis SPSS menunjukkan hasil Sejalan dengan hasil penelitian yang
bahwa terdapat dua dari empat aspek menemukan bahwa kecerdasan emosi dan
kecerdasan emosi yang tidak berperan iklim organisasi secara bersama-sama
dalam menurunkan perilaku kerja dapat lebih efektif dalam menurunkan
kontraproduktif. Aspek yang berkaitan perilaku kerja kontraproduktif. Hal ini
dengan bagaimana seseorang mengenali dapat dijabarkan menjadi: (1) Kecerdasan
emosi dan mengatur emosi yang ada di emosi dapat berperan untuk menurunkan
dalam diri merupakan aspek yang perilaku kerja kontraproduktif. (2) Iklim
memberikan sumbangan terhadap organisasi dapat berperan untuk
perilaku kerja kontraproduktif. Mengacu menurunkan perilaku kerja kontra-
pada hasil penelitian, dapat dijelaskan produktif.
bahwasanya karyawan yang dapat
mengungkapkan emosi dengan tepat dan Saran
mengontrol dirinya merupakan karyawan Bagi organisasi, saran yang dapat
yang cenderung menghidari perilaku diberikan adalah untuk menggunakan
negatif di tempat kerja. Data yang hasil penelitian ini sebagai acuan dalam
menunjukkan hanya dua aspek yang mengurangi berbagai perilaku kerja
berpengaruh ternyata mendukung hasil kontraproduktif yang dapat terjadi di
analisis regresi keseluruhan bahwa lingkungan kerja. Hal ini dapat dilakukan
kecerdasan emosi memberikan dengan memberikan pemahaman terkait
sumbangan yang lebih kecil jika dengan pentingnya kesadaran pada
dibandingkan dengan iklim organisasi. karyawan dalam mengenali emosi yang
Terdapat beberapa keterbatasan dirasakan. Selanjutnya karyawan akan
dalam penelitian ini yang perlu mampu mengontrol dirinya dengan
diperhatikan untuk penelitian selanjutnya, mengungkapkan emosi tersebut secara
sebagai berikut: (1) Pengukuran perilaku tepat sesuai dengan kondisi yang ada. Di
kerja kontraproduktif hanya berdasar sisi lain akan lebih efektif ketika organisasi
pada skala sikap yang diberikan oleh juga mampu untuk memfasilitasi dalam
peneliti, sehingga masih terdapat menciptakan iklim kerja yang baik. Salah
subjektifitas subjek dalam mengisi satu program yang dapat dilakukan
kuisioner, terlebih ketika mengungkap hal adalah dengan memberikan cukup
negatif. (2) Pengambilan data dengan apresiasi kepada kinerja karyawan.
menggunakan metode kuantitatif, Dengan demikian, karyawan akan merasa
sehingga peneliti tidak dapat mengetahui diapresiasi dan bekerja dengan lebih
bentuk bentuk apresiasi yang diinginkan produktif. Pada penelitian ini disertakan
karyawan dalam variabel iklim organisasi. pula rangkaian saran intervensi yang
mengacu pada hasil penelitian.
Kesimpulan Saran bagi peneliti lain, salah
satunya adalah untuk membedakan
Berdasarkan hasil penelitian dan demografi karyawan berdasarkan lama
pembahasan yang telah dilakukan, dapat kerja untuk melihat perbedaan bentuk

E-JURNAL GAMA JPP 131


WARDHANI & MEIYANTO

perilaku kerja kontraproduktif yang Journal of Applied Social Psychology,


terjadi. Peneliti selanjutnya sebaiknya 34(5), 1001-1029. doi: 10.1111/j.1559-
melakukan studi pendahuluan mengenai 1816.2004.tb02581.x
kelompok kerja atau divisi tertentu di Bamel, U. K., Rangnekar, S., Stokes, P.,
dalam organisasi yang memiliki tingkat & Rastogi, R. (2013). Organiza-
perilaku kerja kontraproduktif tinggi. Hal tional climate and managerial
ini bertujuan untuk memfokuskan effectiveness: An Indian pers-
penelitian dilakukan terhadap kelompok pective. International Journal of
tertentu yang lebih spesifik. Selanjutnya Organizational Analysis, 21(2), 198-
pemilihan lokasi atau subjek penelitian 218. doi: 10.1108/IJOA-09-2011-0514
dapat dilakukan dalam sektor yang Bashir, S., Nasir, M., Qayyum, S., & Bashir,
berbeda, seperti sektor privat atau A. (2012). Dimensionality of
karyawan yang bekerja di lapangan, counterproductive work behaviors
sehingga akan menghasilkan data yang in public sector organizations of
lebih variatif. Pakistan. Public Organization Review,
12(4), 357–366. doi: 10.1007/s11115-
Kepustakaan 012-0177-8
Beaton, D. E., Bombardier, C., Guillemin,
Ahmad, Z., & Norhashim, M. (2008). The F., & Ferraz, M. B. (2000). Guidelines
control environment, employee for the process of cross-cultural
fraud and counterproductive adaptation of self-report measures.
workplace behavior: An empirical Spine, 25(24), 3186-3191. doi: 10.1097/
analysis. Communication of the IBIMA, 00007632-200012150-00014
3, 145-155. Bowling, N. A., & Eschleman, K. J. (2010).
Al-Nasser, A., & Behery, M. (2015). Employee personality as a
Examining the relationship between moderator of the relationships
organizational coaching and work- between work stressors and
place counterproductive behaviours counterproductive work behavior.
in the United Arab Emirates. Journal of Occupational Health
International Journal of Organizational Psychology, 15(1), 91-103. doi: 10.10
Analysis, 23(3), 378–403. doi: 10.1108/ 37/a0017326.
IJOA-08-2014-0793. Ceyda, G., & Sevinc, P. (2012).
Ananta, A., Soekarni, M., & Arifin, S. Determination of high schools
(2011). The Indonesian economy: organizational climate procedia.
Entering a new era. Singapore: ISEAS Social and Behavioral Sciences, 46,
Publishing. 2947-2950. doi: 201 2.05.595
Anderson, L. M., & Pearson, C. M. (1999). 10.1016/j.sbspro. 201 2.05.595.
Tit-for-tat? The spiraling effect of Chernyak-Hai, L., & Tziner, A. (2013).
incivility in the workplace. Academy Relationship between counter
of Management Review, 24(3), 452-471. productive work behavior, perceived
doi: 10.5465/amr.1999.2202131 justice and climate, occupational
Aquino, K., Galperin, B. L., & Bennett, R. J. status, and leader-member exchange.
(2004). Social status and Journal of Work and Organizational
aggressiveness as moderators of the Psychology 30(1), 1-12. doi: 10.5093
relationship between interactional /tr2014a1.
justice and workplace deviance.

132 E-JURNAL GAMA JPP


KECERDASAN EMOSI, IKLIM ORGANISASI, KONTRAPRODUKTIF

Cohen, T. R., Panter, A. T., & Turan, N. mediator and moderator tests for
(2013). Prediciting counter autonomy and emotions. Journal of
productive work behavior from guilt Vocational Behavior, 59(3), 291–309.
proneness. Journal of Business Ethics, doi: 10.1006/jvbe.2001.1803
114(1), 45–53. doi: 10.1007/s10551- Goleman, D. (1995). Emotional intelligence.
012-1326-2 New York: Bantam Books.
Creswell, J. W. (2012). Educational research: Gonzalez-mulé, E., DeGeest, D. S., Kiersch,
Planning, counducting, and evaluating C. E., & Mount, M. K. (2013). Gender
quantitative and qualitative research. differences in personality predictors
Boston: Pearson Education, Inc. of counterproductive behavior.
Dalal, R. (2005). A meta-analysis of the Journal of Managerial Psychology,
relationship between organizational 28(4), 333–353. doi: 10.1108/JMP-12-
citizenship behavior and counter 2012-0397
productive work behavior. Journal of Ghozali, I. (2013). Aplikasi analisis
Applied Psychology, 90(6), 1241-1255. multivariate dengan program SPSS.
doi: 10.1037/0021-9010.90.6. 1241. Edisi Ketujuh. Semarang: Badan
Davies, M., Stankov, L., & Roberts, R. D. Penerbit Universitas Diponegoro.
(1998). Emotional intelligence: In International Labour Organization. (2016).
search of an elusive construct. ILOSTAT-ILO database of labour
Journal of Personality and Social statistics. Retrieved from http://www
Psychology, 75(4), 989-1015. doi: .ilo.org/global/statistics-and-databas
10.1037/0022-3514.75.4.989 es/lang--en/index.htm
Deshpande, S. P, Joseph, J., & Shu, X. Jung, H. S., & Yoon, H. H. (2012). The
(2005). The impact of emotional effects of emotional intelligence on
intelligence on counterproductive counterproductive work behaviors
behaviour in China. Management and organizational citizen behaviors
Research News, 28(5), 75-85. doi: 10. among food and beverage
1108/01409170510629050 employees in a deluxe hotel.
Dulewicz, V., & Higgs, M. (1998). International Journal of Hospitality
Emotional intelligence: Can it be Management, 31(2), 369–378. doi:
measures reliably and validly using 1016/j.ijhm.2011.06.008.
competency data? Competency, 6(1), Klotz, A. C., & Buckley, M. R. (2013). A
1-5. historical perspective of counter
Ellias, S. M. (2013). Deviant and criminal productive work behavior targeting
behavior in the workplace. New York: the organization. Journal of
New York University Press. Management History, 19(1), 114–132.
Emami, S. M. (2014). The effects of doi: 10.1108/17511341311286222
emotional intelligence on Petrides, Norah Frederickson, Adrian
counterproductive work behaviors. Furnham (2004). The role of trait
Management Science Letters, 4(8), emotional intelligence in academic
1797–1800. doi: 10.5267/ j.msl. 2014. performance and deviant behavior at
7.003 school. Personality and individual
Fox, S., Spector, P. E., & Miles, D. (2001). differences journal. 36, 277-279. doi:
Counterproductive work behavior 10.1016/50191-8869(03)00084-9
(CWB) in response to job stressors Mayer, J. D., & Salovey, P. (1997).
and organizational justice: Some Emotional development and emotional

E-JURNAL GAMA JPP 133


WARDHANI & MEIYANTO

intelligence: Educational implications. .co/read/news/4426-bkd-kaltim-


New York: Basic Books. pecat-45-pns.html.
Martinko, Michael J. Gundlach, Scott C. Republik Indonesia. (2003). Undang-
Douglas. (2003). Toward an undang Republik Indonesia tahun 2003
integrative theory of tentang ketenagakerjaan. Diambil dari
counterproductive workplace http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_13_
behavior: A causal reasoning 03.htm.
perspective. International Journal of Rotundo, M., & Sacket, P. R. (2002). The
Selection and Assesment, 10(1), 36-50. relative importance of task,
doi: 10.1111/1468-2389.00192 citizenship, and counterproductive
Mazolla, J. J., & Kessler, S. R. (2012). performance to global ratings of job
Counterproductive work behaviors performance: A policy capturing
and their ethical dilemmas: Creating approach. Journal of Applied
just, respectful, and productive Psychology, 87(1), 66-80. doi: 10.1037
organizations. International Hand- /0021-9010.87.1.66.
books of Quality-of-Life, 5, 157–179. Sonnentag, S., & Frese, M. (2002).
doi: 10.1007/978-94-007-4059-4 Phsychological management of
Kanten, P., Funda El Ülker (2013). The individual performance. Chichester:
Effect of organizational climate on Johm Wiley & Sons, Ltd.
counterproductive behavior: An Spector, P. E., Bauer, J. A, & Fox, S. (2010).
empirical study on the employees of Measurement artifacts in the
manufacturing enterprise. The assessment of counterproductive
Macrotheme Review Journal, 2(4), 144- work behavior and organizational
160 citizenship behavior: Do we know
Peña-Suárez, E., Muñiz, J., Campillo- what we think we know?. The Journal
Álvarez, A., Fonseca-Pedrero, E., & of Applied Psychology, 95(4), 781–790.
García-Cueto, E. (2013). Assessing doi: 10.1037/a0019477
organizational climate: Psychometric Spector, P. E., & Fox, S. (2002). An
properties of the CLIOR scale. emotion-centered model of
Psicothema, 25(1), 137–44. doi: voluntary work behavior: Some
10.7334/psicothema2012.260 parallels between counterproductive
Penney, L. M., & Spector, P. E. (2005). Job work behavior and organizational
stress, incivility, and counter citizenship behavior. Human Resource
productive work behavior (CWB): Manage-Ment Review, 12(2), 269–292.
The moderating role of negative doi: 10.1016/S1053-4822(02)00049-9
affectivity. Journal of Organizational Spector, P. E., & Fox, S. (2005). The
Behavior, 26(7), 777–796. doi: stressor-emotion model of
10.1002/job.336 counterproductive work behavior.
Pricewaterhouse Coopers. (2016). Global Diedit oleh S. Fox & P. E. Spector.
Economic crime survey. http://www. Counterproductive work behavior:
pwc.com/gx/en/economic-crime-sur- Investigations of actors and targets: 151-
vey/pdf/GlobalEconomicCrimeSurve 174. Washington, DC: American
y2016.pdf. Diakses tanggal 21 April Psychological Association.
2016 pukul 08.12 WIB. Staw, B. M. (1991). Psychological dimensions
Prokal.co. (2016). BKD Kaltim pecat 45 PNS. of organizational behavior. New Delhi:
Diambil dari http://samarinda.prokal Maxwell Macmillan.

134 E-JURNAL GAMA JPP


KECERDASAN EMOSI, IKLIM ORGANISASI, KONTRAPRODUKTIF

Van Rooy, D. L., & Viswesvaran, C. (2004). Ying, C. Y., & Ting, S. K. T. (2013). The
Emotional intelligence: A meta- effects of emotional intelligence on
analytic investigation of predictive counterproductive work behaviors
validity and nomological net. Journal and organizational citizenship
of Vocational Behavior, 65(1), 71-95. behaviors. International Journal of
doi: 10.1016/s0001-8791(03)00076-9. Accounting and Business Management
Wall, B. (2007). Coaching for emotional (IJABM), 1(1), 168-179. http://www.ft
intelligence: The secret to developing the ms.edu.my/journals/images/Docume
star potential in your employess. New nt/IJABM/April%202013/The%20Effe
York: AMACOM. cts%20Of%20Emotional%20Intellige
nce%20On.pdf.
Yin, L. C. (2010). Emotional intelligence as a
moderator in the relationship between
negative emotion and counterproductive
work behaviors. Hong Kong: Hong
Kong Baptist University.

E-JURNAL GAMA JPP 135

Anda mungkin juga menyukai