Abstract. This research aims to determine the role of emotional intelligence and
organizational climate in predicting the counterproductive work behavior. This study
used a quantitative approach survey. The method of data collection in this research was
conducted by distributing scale to the research subjects, with a total of 146 civil servants.
The data was analyzed using double regression techniques using SPSS (Statistical Product
and Service Solutions) 20.0. The result shows that the emotional intelligence and
organizational climate can contribute together to decrease counterproductive behavior
that occurs in the workplace (F (2, 143) = 5.266, p<.05, R2 = .069). Limitations and
suggestions for further research were also discussed in this study.
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran kecerdasan emosi dan iklim
organisasi dalam memprediksi perilaku kerja kontraproduktif. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif survei. Metode pengumpulan data pada penelitian
ini dilakukan dengan menyebarkan skala kepada subjek penelitian, dengan jumlah 146
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Data dianalisis dengan teknik regresi berganda
menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 20.0. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosi dan iklim organisasi dapat berperan
secara bersama-sama untuk menurunkan perilaku kerja kontraproduktif yang terjadi di
tempat kerja (F (2, 143) = 5,266, p<0,05, R2 = 0,069). Keterbatasan dan saran bagi penelitian
selanjutnya turut didiskusikan dalam penelitian ini.
Indonesia dan dunia telah berubah seiring International Labour Organization (2016)
berjalannya waktu, terutama ketika adalah sebanyak 239.732 orang. Besarnya
memasuki abad 21. Sejalan dengan jumlah karyawan memicu peningkatan
perubahan dalam sistem pemerintahan, produktivitas yang ditandai dengan
sektor perekonomian di Indonesia juga jumlah Gross Domestic Product (GDP).
turut berubah (Ananta, Soekarni, & Arifin, Indonesia pada tahun 2015 memiliki GDP
2011). Hal ini ditandai pula dengan sebesar 4328,9 US $ per tahun pada
peningkatan karyawan yang terjadi setiap masing-masing karyawan, sedangkan
tahunnya, jumlah total karyawan menurut Malaysia 16408,9 US $, hal ini
menunjukkan produktivitas karyawan
1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat
dilakukan melalui: devianita.puspita.w@mail.ugm.ac.id
Indonesia masih jauh jika dibandingkan
2 Atau melalui smeiyanto@ugm.ac.id dengan Malaysia.
dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu yang dapat menjadi bahan penelitian
situasional dan individual. terkait perilaku kerja kontraproduktif
Beberapa penelitian di atas adalah melihat faktor situasional sebagai
menunjukkan adanya faktor perbedaan prediktor atas perilaku kerja kontra-
individu dan faktor situasional sebagai produktif. Iklim organisasi, sebagai salah
variabel yang dapat menyebabkan satu faktor yang terbukti menjadi hal yang
munculnya perilaku negatif di tempat dapat memengaruhi perilaku kerja
kerja yang disebut perilaku kerja kontraproduktif menjadi hal yang menarik
kontraproduktif. Salah satu variabel yang untuk dibahas. Perusahaan sebagai sebuah
dapat menjadi faktor yang menurunkan tempat bagi karyawan untuk men-
perilaku kerja kontraproduktif di tempat gembangkan potensinya yang dapat
kerja adalah kecerdasan emosional. Hal ini berdampak bagi produktivitas organisasi
dikarenakan karyawan dengan kecerdasan perlu memiliki iklim organisasi yang baik.
emosi yang baik akan cenderung meng- Chernyak-Hai dan Tziner (2013), bahwa
hindari perilaku kerja kontraproduktif perusahaan yang memiliki iklim
(Emami, 2014; Yin, 2010). Sejalan dengan organisasi positif dilaporkan memiliki
penelitian tersebut Jung dan Yoon (2012), perilaku kerja kontraproduktif yang
Ying dan Ting (2013) juga membuktikan semakin rendah. Kanten dan Ülker (2013)
bahwa terdapat korelasi negatif antara yang melakukan penelitian mengenai
kecerdasan emosi yang dimiliki seseorang iklim organisasi, melihat masing-masing
terhadap perilaku kerja kontraproduktif aspek iklim organisasi memiliki pengaruh
dalam bekerja. terhadap perilaku kerja kontraproduktif.
Davies, Stankov, dan Roberts (1998) Mengacu pada kajian teoritis dan
sejalan dengan Mayer dan Salovey (1997) empiris yang telah dijelaskan, diperoleh
mengartikan kecerdasan emosi sebagai hal gambaran umum mengenai keterkaitan
yang dilakukan seseorang mengenai cara variabel yang akan diteliti. Menurut
mengelola emosinya. Hal ini menjadi Sonnentag dan Frese (2002), organisasi
gambaran bahwa individu yang mampu perlu meningkatkan performa individu
mengelola emosinya dapat menentukan untuk mencapai tujuan perusahaan, agar
sikap yang tepat sebelum bertindak, penjualan produk semakin meningkat dan
sehingga tidak merugikan organiasi. Van mencapai keunggulan kompetitif.
Rooy dan Viswesvaran (2004) Keunggulan kompetitif inilah yang
mengungkapkan bahwa karyawan dengan kemudian dapat menjadi modal bagi
kecerdasan emosi yang tinggi cenderung perusahaan untuk mampu bersaing di
untuk menunjukkan performa kerja yang dunia bisnis. Sumber daya manusia
baik dan bertindak sesuai dengan kode sebagai aset organisasi yang melakukan
etik yang ada di organisasi. Selanjutnya perilaku kerja kontraproduktif, perlu
kecerdasan emosi yang rendah juga mendapat perhatian khusus untuk
terbukti membuat karyawan berperilaku mengetahui kondisi yang memicu
negatif di tempat kerja, bahkan tidak terjadinya perilaku ini.
segan untuk melanggar aturan yang ada di Besarnya kerugian dan bahayanya
organisasi tersebut (Deshpande, Joseph, & dampak sosial maupun psikologis yang
Shu, 2005; Petrides, Fredrickson, & disebabkan oleh perilaku kerja negatif
Furnham, 2004). tersebut, menyebabkan penelitian yang
Selain faktor internal berupa memberikan penekanan pada perilaku
perbedaan dalam diri individu, sisi lain kerja kontraproduktif tetap dirasa penting.
Studi empiris yang dilakukan Penney dan dengan karakteristik penelitian (Creswell,
Spector (2005) juga menunjukkan bahwa 2012). Teknik pengambilan sampel yang
penelitian mengenai perilaku kontra- akan digunakan dalam penelitian ini
produktif akan menjadi topik yang sangat adalah teknik convenience sample yaitu
menarik bagi organisasi dan para peneliti pemilihan sekelompok subjek didasarkan
karena terkait dengan besarnya biaya yang pada kemudahan dan ketersediaan data
disebabkan oleh perilaku ini. Dewasa ini pada subjek di dalam organisasi yang
perilaku kerja karyawan dipandang ditentukan (Creswell, 2012).
sebagai bentuk upaya pengembangan Proses pengukuran dilakukan
sumber daya manusia Indonesia untuk dengan menggunakan tiga skala alat ukur
meningkatkan kualitas tenaga kerja dan untuk menguji tiga variabel. Alat ukur
peran sertanya dalam meningkatkan yang akan digunakan, telah melalui proses
produktivitas (Republik Indonesia, 2003). adaptasi yang akan mengikuti tahapan
Peneliti akan melakukan penelitian dari Beaton, Bombardier, Guillemin, dan
mengenai hubungan antara kecerdasan Ferraz (2000). Awalnya alat ukur yang
emosi, iklim organisasi, dan perilaku kerja berbahasa Inggris akan diterjemahkan ke
kontraproduktif untuk melihat kondisi bahasa Indonesia menggunakan native
tersebut di Indonesia. Studi literatur yang translator. Selanjutnya, translasi juga
dilakukan oleh peneliti, menunjukkan dilakukan oleh informed translator yang
belum banyak penelitian mengenai merupakan rekan mahasiswa Profesi
hubungan ketiga variabel ini di Indonesia. Psikologi Industri dan Organisasi, yang
Selanjutnya peneliti mempertimbangkan sudah tidak asing dengan konstruk-
untuk melakukan penelitian pada PNS di konstruk dalam penelitian psikologi.
Dinas Pekerjaan Umum daerah Tahap terakhir adalah melakukan back-
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. translation yang dilakukan dengan
meminta bantuan orang berkebangsaan
Metode asing yang pernah tinggal di Indonesia
dan memahami bahasa Indonesia.
Penelitian ini menggunakan desain Skala untuk mengukur perilaku
penelitian kuantitatif. Pendekatan kerja kontraproduktif disusun dan
kuantitatif dilakukan dengan metode dikembangkan oleh Fox, Spector, dan
survei, yaitu pengisian skala oleh subjek Miles, (2001), dengan nama
penelitian. Subjek pada penelitian ini Counterproductive Work Behavior Checklist
adalah karyawan tetap yang bekerja di (CWB-C). Peneliti menggunakan versi
perusahaan publik (PNS), serta bekerja di skala pendek yang pertama kali
kantor. Karakteristik dari subjek digunakan oleh Spector, Bauer, dan Fox
penelitian, sebagai berikut: (1) karyawan (2010) yang terdiri dari 10 aitem dengan
tetap di perusahaan tempat pengambilan nama Counterproductive Work Behavior
data, (2) telah bekerja selama minimal Checklist (CWB-C). Alat ukur ini memiliki
enam bulan. Pengambilan data dilakukan lima pilihan jawaban, di mana subjek
di Dinas Pekerjaan Umum (PU), di mana penelitian akan diminta untuk memilih
memenuhi syarat PNS dan terdapat jawaban tidak pernah, pernah sesekali, 1-2
karyawan teknikal maupun manajerial. kali per bulan, 1-2 kali per minggu, dan
Metode pemilihan sampel menggunakan selalu.
cara single stage, di mana peneliti telah Kecerdasan emosi diukur dengan
menentukan organisasi yang sesuai menggunakan skala Wong dan Law EI
Tabel 1.
Hasil Uji Coba Alat Ukur
Variabel Jumlah Jumlah KMO Barlett Faktor Cronbah
item item loading alpha
gugur
Perilaku Kerja 10 1 0,907 P<0,01 0,470- 0,942
Kontraproduktif 0,933
Kecerdasan 16 0 0,705 P<0,01 0,461- 0,819
Emosi 0,879
Iklim 15 0 0,839 P<0,01 0,444- 0,879
Organisasi
E-JURNAL GAMA JPP 0,693 127
WARDHANI & MEIYANTO
Tabel 3.
Uji Peran Kecerdasan Emosi terhadap Perilaku Kerja Kontraproduktif
Variabel Independen Variabel B SE p Keterangan
Dependen
Kecerdasan Emosi Perilaku Kerja -0,68 0,33 p<0,05 Signifikan
Kontraproduktif
Tabel 4.
Hasil Peran Iklim Organisasi terhadap Perilaku Kerja Kontraproduktif
Variabel Independen Variabel Dependen B SE p Keterangan
tidak banyak diteliti (Staw, 1991). Secara kerja kontraproduktif. Perilaku kerja
umum, dalam penelitian ini melihat lebih kontraproduktif diartikan sebagai perilaku
jauh perilaku individu yang bersebrangan yang dapat merugikan anggota organisasi
dengan perilaku positif dalam organisasi. dan organisasi itu sendiri (Anderson &
Perilaku individu dalam organisasi dapat Pearson, 1999).
menentukan efektivitas dari organisasi itu Hasil penelitian menunjukkan
sendiri, yaitu perilaku kerja bahwa perilaku kerja kontraproduktif
kontraproduktif (Dalal, 2005; Spector & yang terjadi di sektor publik termasuk
Fox, 2005). Hasil penelitian menunjukkan dalam kategori sedang sampai sangat
bahwa hipotesis dalam penelitian ini tinggi sebesar 58,9%. Data ini berarti
didukung, di mana hal ini berarti bahwa lebih dari setengah karyawan yang
kecerdasan emosi dan iklim organisasi bekerja di sektor publik masih melakukan
berhubungan negatif dengan perilaku perilaku kerja kontraproduktif, sesuai
kerja kontraproduktif karyawan Dinas PU dengan penelitian Aquino, Galperin, dan
Kalimantan Timur. Bennett (2004). Bentuk perilaku kerja
Perilaku kerja kontraproduktif kontraproduktif yang paling sering
merupakan salah satu bentuk perilaku dilakukan oleh karyawan Dinas PU
negatif yang kerapkali terjadi di dalam Kalimantan Timur adalah mengeluhkan
organisasi dan didefinisikan sebagai hal-hal yang tidak berkaitan dengan
perilaku tidak produktif yang berdampak pekerjaannya ketika berada di kantor.
pada tidak tercapainya tujuan organisasi Perilaku ini dapat menjadi salah satu
tersebut (Rotundo & Sackett, 2002). bentuk sikap yang menurunkan
Penelitian yang dilakukan menunjukkan produktivitas karyawan. Sejalan dengan
bahwa kecerdasan emosi dan iklim hasil penelitian Bashir et al., (2012) bahwa
organisasi secara bersama-sama dapat perilaku menyimpang di tempat kerja
menjadi prediktor atas perilaku kerja dapat memengaruhi kinerja individu yang
kontraproduktif. Hal ini dapat dilihat dari bermuara pada menurunnya produk-
nilai R square sebesar 6,9%, di mana dapat tivitas.
diartikan bahwa kecerdasan emosi yang Hasil penelitian ini membuktikan
tinggi dan iklim organisasi yang baik akan bahwa peran kecerdasan emosi memiliki
membuat perilaku negatif di tempat kerja pengaruh negatif terhadap perilaku kerja
semakin rendah. Bentuk perilaku negatif kontraproduktif (B=-0,68, p<0,05). Wall
tersebut, salah satunya adalah perilaku (2007) menyatakan bahwa tidak mungkin
Cohen, T. R., Panter, A. T., & Turan, N. mediator and moderator tests for
(2013). Prediciting counter autonomy and emotions. Journal of
productive work behavior from guilt Vocational Behavior, 59(3), 291–309.
proneness. Journal of Business Ethics, doi: 10.1006/jvbe.2001.1803
114(1), 45–53. doi: 10.1007/s10551- Goleman, D. (1995). Emotional intelligence.
012-1326-2 New York: Bantam Books.
Creswell, J. W. (2012). Educational research: Gonzalez-mulé, E., DeGeest, D. S., Kiersch,
Planning, counducting, and evaluating C. E., & Mount, M. K. (2013). Gender
quantitative and qualitative research. differences in personality predictors
Boston: Pearson Education, Inc. of counterproductive behavior.
Dalal, R. (2005). A meta-analysis of the Journal of Managerial Psychology,
relationship between organizational 28(4), 333–353. doi: 10.1108/JMP-12-
citizenship behavior and counter 2012-0397
productive work behavior. Journal of Ghozali, I. (2013). Aplikasi analisis
Applied Psychology, 90(6), 1241-1255. multivariate dengan program SPSS.
doi: 10.1037/0021-9010.90.6. 1241. Edisi Ketujuh. Semarang: Badan
Davies, M., Stankov, L., & Roberts, R. D. Penerbit Universitas Diponegoro.
(1998). Emotional intelligence: In International Labour Organization. (2016).
search of an elusive construct. ILOSTAT-ILO database of labour
Journal of Personality and Social statistics. Retrieved from http://www
Psychology, 75(4), 989-1015. doi: .ilo.org/global/statistics-and-databas
10.1037/0022-3514.75.4.989 es/lang--en/index.htm
Deshpande, S. P, Joseph, J., & Shu, X. Jung, H. S., & Yoon, H. H. (2012). The
(2005). The impact of emotional effects of emotional intelligence on
intelligence on counterproductive counterproductive work behaviors
behaviour in China. Management and organizational citizen behaviors
Research News, 28(5), 75-85. doi: 10. among food and beverage
1108/01409170510629050 employees in a deluxe hotel.
Dulewicz, V., & Higgs, M. (1998). International Journal of Hospitality
Emotional intelligence: Can it be Management, 31(2), 369–378. doi:
measures reliably and validly using 1016/j.ijhm.2011.06.008.
competency data? Competency, 6(1), Klotz, A. C., & Buckley, M. R. (2013). A
1-5. historical perspective of counter
Ellias, S. M. (2013). Deviant and criminal productive work behavior targeting
behavior in the workplace. New York: the organization. Journal of
New York University Press. Management History, 19(1), 114–132.
Emami, S. M. (2014). The effects of doi: 10.1108/17511341311286222
emotional intelligence on Petrides, Norah Frederickson, Adrian
counterproductive work behaviors. Furnham (2004). The role of trait
Management Science Letters, 4(8), emotional intelligence in academic
1797–1800. doi: 10.5267/ j.msl. 2014. performance and deviant behavior at
7.003 school. Personality and individual
Fox, S., Spector, P. E., & Miles, D. (2001). differences journal. 36, 277-279. doi:
Counterproductive work behavior 10.1016/50191-8869(03)00084-9
(CWB) in response to job stressors Mayer, J. D., & Salovey, P. (1997).
and organizational justice: Some Emotional development and emotional
Van Rooy, D. L., & Viswesvaran, C. (2004). Ying, C. Y., & Ting, S. K. T. (2013). The
Emotional intelligence: A meta- effects of emotional intelligence on
analytic investigation of predictive counterproductive work behaviors
validity and nomological net. Journal and organizational citizenship
of Vocational Behavior, 65(1), 71-95. behaviors. International Journal of
doi: 10.1016/s0001-8791(03)00076-9. Accounting and Business Management
Wall, B. (2007). Coaching for emotional (IJABM), 1(1), 168-179. http://www.ft
intelligence: The secret to developing the ms.edu.my/journals/images/Docume
star potential in your employess. New nt/IJABM/April%202013/The%20Effe
York: AMACOM. cts%20Of%20Emotional%20Intellige
nce%20On.pdf.
Yin, L. C. (2010). Emotional intelligence as a
moderator in the relationship between
negative emotion and counterproductive
work behaviors. Hong Kong: Hong
Kong Baptist University.