TEKNIK
PENGENDALIAN
HAMA DAN PENYAKIT
TANAMAN KARET
Kode : BUN-KAR-01b/LN
LEMBAR
- Praktek Lpangan - Menyiapkan bahan dan alat serta kebun tempat - Memperhatikan 120 menit
praktek, pastikan kebuntersebut terserang mouldy rot penjelasan pelatih
- Membimbing, menjelaskan dan menunjukkan gejala/ Diskusi - Mempraktekkan tata
kerusakan sehingga peserta dapat membedakan cara pengamatan
dengan gejala dan kerusakan karena penyebab lain
- Membimbing dan menjelaskan tentang cara
pengamatan di lapangan
- Menugaskan pesrta mempraktekkan tata cara
pengamatan penyakit bidang sadapan
- Membimbing/menugaskan peserta untuk
mempraktekkan pengendalian :
- Kultur teknis
- Kimiawi
- Cara biologis/hayati
7. Mengenal - Pengenalan - Memberikan tes awal tentang penyakit tepung atau - Memperhatikan 40 menit
penyakit penyakit bidang oidium penjelasan pelatih
Tepung sadapan - Menjelaskan penyebab penyaki, tanda/gejala - Menceritaka
(Oidium) serangan, faktor-faktor yang mempengaruhi serta pengalamannya/
penyebaran/penularannya (bila perlu gunakan mendiskusikan
gambar/foto) Diskusi pengalamannya
- Memberikan kesempatan untuk menceritakan tentang penyakit
pengalamannya tentang penyakit tepung tepung
- Menanggapi/menyimpulkan pengalaman peserta - Berpartisipasi aktif
- Memberikan kesempatan peserta menanyakan hal- dalam kegiatan
hal yang belum jelas Tanya jawab
- Menjawab pertanyaan=pertnyaan peserta
- Menyimpulkan topik materi yang diberikan
- Praktek Lapangan - Menyiapkan bahan dan alat serta kebun tempat - Memperhatikan 120 menit
praktek penjelasan pelatih
- Membimbing, menjelaskan dan menunjukkan gejala/ - Mempraktekkan tata
kerusakan sehingga peserta dapat membedakan cara pengamatan
dengan gejala dan kerusakan karena penyebab lain
- Membimbing dan menjelaskan tentang cara
pengamatan di lapangan
- Menugaskan peserta mempraktekkan tata cara
pengamatan penyakit tepung
- Membimbing/menugaskan peserta untuk
mempraktekkan pengendalian :
- Kultur teknis
- Kimiawi
10. Mengenal Pengenalan - Memberikan tes awal tentang penyakit Colletotrichum - Memperhatikan 40 menit
penyakit penyakit Daun - Menjelaskan penyebab penyaki, tanda/gejala penjelasan pelatih
DaunColletotri Colletotrichum serangan, faktor-faktor yang mempengaruhi serta - Menceritaka
chum penyebaran/penularannya (bila perlu gunakan pengalamannya/
gambar/foto) mendiskusikan
- Memberikan kesempatan untuk menceritakan Diskusi pengalamannya
pengalamannya tentang penyakit daun tentang penyakit
Colletotrichum Colletotrichum
- Menanggapi/menyimpulkan pengalaman peserta - Berpartisipasi aktif
- Memberikan kesempatan peserta menanyakan hal- dalam kegiatan
hal yang belum jelas Tanya jawab
- Menjawab pertanyaan=pertnyaan peserta
- Menyimpulkan topik materi yang diberikan
11. Mengamati - Pengamatan - Menjelaskan tentang batasan pengamatan meliputi - Memperhatikan 40 menit
penyakit penyakit arti, tujuan dan fungsi pengamatan penjelasan pelatih
DaunColletotri DaunColletotrich - Metode pengamatan - Menceritaka
chum um - Pelaporan pengalamannya/
- Pelaksanaan pengamatan mendiskusikan
- Pengambilan keputusan pengalamannya
- Memberikan kesempatan kepada peserta untuk Diskusi tentang penyakit
menceritakan pengalamannya tentang pengamatan DaunColletotrichum
penyakit DaunColletotrichum
- Praktek - Menyiapkan bahan dan alat serta kebun tempat - Memperhatikan 120 menit
Lapangan praktek penjelasan pelatih
- Membimbing, menjelaskan dan menunjukkan gejala/ - Mempraktekkan tata
kerusakan sehingga peserta dapat membedakan cara pengamatan
dengan gejala dan kerusakan karena penyebab lain
- Membimbing dan menjelaskan tentang cara
pengamatan di lapangan
- Menugaskan peserta mempraktekkan tata cara
pengamatan penyakit tepung
- Membimbing/menugaskan peserta untuk
mempraktekkan pengendalian :
- Kultur teknis
- Kimiawi
13. Mengenal Pengenalan - Memberikan tes awal tentang penyakit daun - Memperhatikan 40 menit
penyakit penyakit Daun Corynespora penjelasan pelatih
Daun Corynespora - Menjelaskan penyebab penyaki, tanda/gejala - Menceritaka
Corynespora serangan, faktor-faktor yang mempengaruhi serta pengalamannya/
penyebaran/penularannya (bila perlu gunakan mendiskusikan
gambar/foto) Diskusi pengalamannya
- Memberikan kesempatan untuk menceritakan tentang penyakit
pengalamannya tentang penyakit daun Corynespora daun Corynespora
- Menanggapi/menyimpulkan pengalaman peserta - Berpartisipasi aktif
- Memberikan kesempatan peserta menanyakan hal- dalam kegiatan
hal yang belum jelas Tanya jawab
- Menjawab pertanyaan=pertnyaan peserta
- Menyimpulkan topik materi yang diberikan
Praktek Lapangan - Menyiapkan bahan dan alat serta kebun tempat Diskusi - Memperhatikan
praktek Memperhatikan
- Membimbing, menjelaskan dan menunjukkan gejala/ penjelasan pelatih
kerusakan sehingga peserta dapat membedakan - Berpartisipasi aktif
dengan gejala dan kerusakan karena penyebab lain dalam kegiatan
- Membimbing dan menjelaskan tentang cara Tanya jawab
pengamatan di lapangan - Mengerjakan
- Menugaskan peserta mempraktekkan tata cara evaluasi yang
pengamatan penyakit tepung diberikan pelatih
- Membimbing/menugaskan peserta untuk
mempraktekkan pengendalian : - Memperhatikan
- Kultur teknis penjelasan pelatih
- Kimiawi - Menceritaka
- Memberikan kesempatan kepada peserta untuk pengalamannya/
menanyakan hal-hal yang belum jelas mendiskusikan
- Menjawab pertanyaan-pertanyaan peserta pengalamannya
- Mengevaluasi/memberikan beberapa pertanyaan tentang penyakit
tentang topik materi yang diberikan daun Corynespora
- Menyimpulkan topik materi yang diberikan - Berpartisipasi aktif
dalam kegiatan
Tanya jawab
MATERI LATIHAN
BAGI PELATIH
Pada tanaman karet gangguan penyakit karet lebih penting daripada ham
karet karena kerugian/kerusakan yang ditimbulkannya lebih besar. Ole
karena itu dalam materi ini lebih dititik beratkan pada masalah gangguan
penyakit tanaman karet.
- Mekanis – fisis
Dan sebagainya
- Kultur Teknis
Pengolahan tanah
Pengaturan pemupukan
- Biologis/hayati
- Kimiawi
Pengenalan
- Penyakit JAP merupakan penyakit utama tanaman karet karena dapat
menyebabkan kematian tanaman
- Kerugian yang besar akibat penyakit JAP terjadi terutama jika karet
ditanam pada bekas hutan atau bekas kebun karet tua yang proses
pembukaan lahannya tidak dilakukan dengan sempurna, sehingga banyak
tunggul atau sisa-sisa akar sakit dari tanaman sebelumnya yang tertinggal
dalam tanah.
- Penyebab
- Penyakit JAP disebabkan oleh jamur Rigidoiporus lignosus atau
rigidoporus microporus
- Jamur ini menyerang akar tanaman seingga menyebabkan
pembusukan. Serangan dapat terjadi pada tanaman belum
mengahasilkan (TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM)
- Gejala Serangan
- Gejala pada tajuk yaitu daun kuning pucat, kusam, akhirnya kering
dan gugur sehingga tajuk tinggal rantingnya saja
- Bila daerah perakaran dibuka terlihat pada permukaan akar ditumbuhi
miselium (benang-benang jamur) atau risomorf (kumpulan kompak
benang-benagn jamur yang berbentuk bulat /pipih memanjang) warna
putih bentuk pipih. Makin tua risomorf warna berubah kuning gading.
- Untuk mendeteksi adanya serangan JAP ini dapat dilakukan dengan
menutup leher akar tanaman dengan serasah (mulsa). Setelah 3
minggu pada leher akar tanaman yang terserang akan ditumbuhi
risomorf
Pengamatan
Metoda Pengamatan
Wilayah pengamatan
Untuk Petani : - Wilayah pengamatan adalah kebun karet
yang dimiliki petani
- Pengamatan dilakukan terhadap seluruh
tanaman karet yang dimilikinya
Untuk Petugas : - Wilayah pengamatan adalah 10% dari
areal karet yang ada (10% dari wilayah
kerjanya.
-
JT
PS x 100% ..........%
JA
PS = Persentase serangan
JT = Jumlah pohon terserang
JA = Jumlah pohon dalam satuan luas yang dikelola
Siklus pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan selang waktu 2 bulan sekali yang
dimulai pada tanaman berumur 6 bulan.
Untuk keperluan pelaporan dilakukan dengan selang waktu 3
bulan sekali.
Pelaporan
Laporan Petani
o Laporan adanya penyakit JAP dicatat sesuai dengan form 1
(Lampiran 1)
o Laporan petani/kelompoktani dilakukan setiap 2 bulan
o Laporan petani/kelompoktani selanjutnya disampaikan kepada
petugas.
Laporan Petugas
o Laporan petugas dilakukan setiap 3 bulan, disampaikan ke
Dinas Perkebunan setempat
o Laporan petugas dibuat sesuai dengan form 2 (Lampiran 2)
Pengendalian
- Penanggulangan penyakit JAP dapat dilakukan dengan melaksanakan
beberapa kegiatan secara terpadu yaitu dengan kultur teknis, mekanis,
biologis, dan kimiawi. Sampai saat ini belum ditemukan klon karet yang
tahan terhadap JAP. Tindakan karantina tidak efektif dilakukan untuk
pengendalian penyakit ini karena Jap bersifat Polifag yaitu dapat
menyerang berbagai macam tumbuhan.
- Penaggulangan JAP dapat dibagi menjadi 2 kelompok kegiatan yaitu :
- Membersihkan sumber infeksi sebelum dan sesudah penanaman
karet
- Mencegah meluasnya penyakit di areal pertanaman/kebun
- Areal pertanaman baru (new planting) dan peremajaan (replanting)
- Mekanis
Tanaman yang masih dapat dipertahankan setelah akar-akar lateral
yang sakit (busuk) dipotong, bagian akar lain yang sudah terinfeksi
tapi belum busuk dibersihkan/dikikis dari rizomorf. Ujung potongan
dan luka pada leher akar dioles dengan ter bebas asam misalnya TB
192. Sekitar pangkal batang pohon tersebut ditaburi 100 – 150 gr
serbuk belerang per pohon. Setelah 1 tahu, leher akar diperiksa lagi
apakah masih ada infeksi. Apabila masih ditemukan rizomorf segera
dibersihkan dan ditaburi lagi dengan belerang seperti cara tersebut di
atas. Kegiatan ini diulangi kembali setiap tahun sampai tidak
ditemukan rizomorf pada pohon yang dirawat. Untuk keperluan
perawatan sebaiknya pohon-pohon yang sakit diberi tanfda dengan
cap dan dicatat waktu perawatannya (tanggal, bulan, tahun).
- Biologis
Pemberian belerang selain dapat membunuh langsung terhadap JAP
(bersifat fungistatik), belerang juga dapat memberikan suasana asam
yang tidak sesuai dengan pertumbuhan Jap dan suasana asam
tersebut dapat merangsang perkembangan Trichoderma koningii
yang antagonis terhadap JAP.
Sebelum penanaman bibit di lapangan sebaiknya setiap lobang
tanam diberi serbuk belerang sebanyak 100 gr yang dapat
dicampurkan dengan tanah pengisi lobang tanah, ataupun ditaburkan
di tanah sekitar pangkal tanaman pada saat penanaman.
Dapat juga menggunakan Trichoderma koningii sebagi agen
pengendali biologis. Penggunaan dapat dilakukan dengan menabur
langsung di sekeliling leher akar tananaman sakit atau
mencampurnya dengan tanah pengisi polybag atau sabut untuk
Dosis pemakaian :
- 50 gr FB (fermentor biomass) per polybag per pohon
- 100 gr FB per pohon untuk tanaman umur 2 – 4 tahun
- 200 gr FB per pohon untuk tanaman umur lebih 4 tahun
- Areal Pertanaman
- Kultur teknis
Pemupukan yang seimbang dan sesuai dengan dosis anjuran,
pengendalian gulma serta perbaikan drainase kebun.
- Mekanis/Eradikasi
Membongkar pohon karet yang terserang berat/tumbang, bagian tunggul
dan akar tanaman dibongkar dan dibakar.
Pohon-pohon di sekitar pohon yang terserang, leher akarnya dibuka
sampai akarnya bebas dari rizomorf. Kemudian di antara pohon sakit dan
pohon sehat diberi parit isolasi. Dalamnya parit isolasi tergantung dari
tipe tanah dan perakaran karet, bervariasi antara 60 – 90 cm dengan
lebar 30 cm.
Pada tanah berpasir perlu dibuat lebih lebar, agar sisinya tidak mudah
longsor. Akar-akar yang terpotong oleh parit isolasi diperiksa, jika ada
akar sakit yang terpotong di parit isolasi, akar ini harus digali ke arah
ujungnya, sehingga daerah yang tidak terisolasi bebas dari JAP.
Parit isolasi harus selalu diperbarui/diperdalam agar akar tanaman sakit
tidak bersentuhan dengan akar tanaman yang sehat.
- Kimiawi
Tanaman yang terserang ringan sampai sedang dapt dikendalikan
dengan penyirmana atau pengolesan fungisida yang direkomendasikan
(lihat Tabel 1).
Jumlah Fungisda/
N Nama
Bahan aktif Formulasi Sifat Cara aplikasi pohon/ aplikasi Interval
o dagang
TBM TM
1 Sulfur Tepung - non sistemik Penaburan/pembenam 100 gr - 6 Belerang
- protektif an sekitar tanaman 150 gr
- persisten
Pelumasan/
2 PCMB Pasta - non sistemik pengolesan akar 160 gr 350 gr 6 Fomac 2,
- protektif Shell CP,
- persisten Ingropasta
Penyiraman akar
3 Triiadimefon Cairan - sistemik 10 ml 20 ml*) 6 Bayleton 250
- protektif EC
- curatif
- non persisten
Penyiraman akar
4 Triiadimefon Cairan - sistemik 5 ml 20 ml*) 6 Bayfidan 250
- protektif EC
- curatif
- non persisten
Penyiraman akar
5 Dinikinasol Tepung - sistemik 5 ml 20 ml*) 6 Sumiate 12,5
- protektif WP
- curatif
- non persisten
Penyiraman akar
6 Heksakonasol Cairan - sistemik 10 ml 20 ml*) 6 Anvil 50 SC
- protektif
- curatif
- non persisten
Pengenalan
- Mouldy rot merupakan penyakit bidang sadapan dan mempunyai arti penting
pada budidaya karet
- Penyakit ini merusak bidang sadapan sehingga pemulihan kulit terganggu dan
menyulitkan penyadapannya
- Mouldy rot yang berat jika tidak dirawat akan mengakibatkan terjadinya luka-
luka yang besar, sehingga bidang sadapan rusak sama sekali dan tidak dapat
disadap lagi
- Penyebab-penyebab
- Mouldy rot disebabkan oleh jamur ceratocystis fimbriata
- Jamur menyerang bidang sadapan terutama pada luka-luka baru karena
penaydapan
- Gejala serangan
- Kulit bidang sadapan yang mudah terinfeksi adalah kulit luka baru yang
masih segar akibat penyadapan, tepatnya di atas alur sadap. Sedangkan
kulit batang sadapan yang sudah pulih, biasanya bebas dari serangan
- Gejala awal ditandai dengan adanya benang jamur berwarna kelabu muda
terdapat di atas jalur sadap dan kemudian berubah menjadi kelabu
kehitaman
- Serangan berat mengakibatkan timbulnya luka yang dalam dan besar serta
tidak beraturan. Kulit yang busuk dan lapuk akan terkelupas sehingga kayu
akan tampak karena kulit pulihan tidak terbentuk
(a) Gejala serangan mouldy rot, tampak adanya beledu di atas alur sadap
(b) Bidang sadap rusak (kulit pulihan tidak terbentuk karena mouldy rot)
(c) Cara aplikasi fungisida untuk pengendalia mouldy rot
(d) Sadapan berat, salah satu faktor penyebab timbulnya mouldy rot
Pengamatan
- Metoda Pengamatan
- Wilayah pengamatan
Wilayah pengamatan, jumlah tanaman, dan cara pengambilan contoh
tanaman yang diamati baik untuk petani maupun petugas sama seperti
pada pengamatan JAP
- Hala yang diamati
Jumlah pohon yang menunjukkan gejala sakit
- Tingkat serangan
o Untuk Petani : Dilakukan dengan menghitung jumlah tanaman
yang menunjukkan gejala sakit
o Untuk Petugas : Penentuan tingkat serangan dilakukan secara
lebih rinci dan didasarkan pada :
Serangan ringan (s) : Jika terdapat jalinan
benang jamur berwarna kelabu muda
dengan luas < 5 cm
Serangan berat (b) : Jikal bidang sadap
tertutup bercak kelabu kehitaman > 5 cm
atau bidang sadap telah rusak
- Persentase serangan
JT
PS x 100% .......%
JA
PS = Persentase serangan
JT = Jumlah pohon terserang
JA = umlah pohon dalam satuan luas yang dikelola
- Siklus Pengamatan
Pengamatan dilakukan terutama pada musim hujan dengan selang waktu
satu bulan sekali
- Pelaporan
- Laporan petani
o Laporan serangan penyakit bidang sadapan dicatat sesuai dengan
form laporan petani (Form 1, Lampiran 1)
o Laporan petani/kelompoktani dilakukan setiap bulan
o Laporan petani/kelompoktani selanjutnya disampaikan kepada
petugas
- Laporan petugas
o Laporan petugas dilakukan setiap 2 bulan dan disampaikan ke Dinas
Perkebunan
o Laporan petugas dibuat sesuai dengan form 2 (Lampiran 2)
Pengendalian
Pengendalian mouldy rot dilakukan dengan memadukan beberapa cara
pengendalian yang cocok. Cara pengendalian tersebut adalah :
- Kultur Teknis
- Oleh karena penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kelembaban kebun yang
tinggi, maka sebagai tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah
mengurangi kelembababan kebun, misalnya :
o Pengaturan jarak tanam yaitu dengan jarak tanam yang cukup lebar
o Tidak menanam tanaman sela
o Membersihkan gulma dan tanaman penutup tanah di sekitar pangkal
batang
- Penggunaan varietas/klon yang relatif tahan misalnya GT 1 dan AVROS
2037
- Menjaga tanaman dalam kodndisi tetap baik misalnya pemupukan dengan
dosis sesuai dengan anjuran agar proses pemulihan kulit berlangsung
dengan cepat
- Mencegah penyadapan berat baik frekuensi mau[un intensitasnya Misalnya
S2/d2 manjadi S2/d3 atau S2/d4 dan seterusnya.
- Kimiawi
- Dalam penggunaan bahan kimia (fungisida) hal yang perlu adalah
mengetahui gejala penyakit sedini mungkin agar pengobatan berhasil baik
- Fungisida dapat digunakan dengan pengolesan pada bagian sakit memakai
kuas atau penyemprotan
- Jenis fungisida yang dianjurkan seperti pada Tabel 2.
- Untuk mencegah penularan penyakit dari bidang sadapan yang satu ke
bidang sadapan yang lain maka pisau sadap yang digunakan terlebih dahuli
dicelupkan ke dalam larutan disenfektan (misalnya larutan IZAL 5% atau
Difilatan 4F 0,2%) setiap kali melakukan penyadapan pada setiap pohon.
Pengenalan
- Penyakit tepung menyebabkab gugurnya daun-daun muda yang baru
terbentuk setelah masa gugur daun tahunan
- Jika cuaca membantu, penyakit tepung dapat menyebabkan gugur daun
beberapa kali sehingga tanaman terpaksa membentuk daun muda berulang-
ulang. Akibatnya kondisi tanaman menjadi lemah, menurunkan produksi latek,
menghambat perkembangan lilit batang dan menyebabkan mati ujung
- Penyebab Penyakit
- Penyakit tepung disebabkan oleh jamur oidum heveae
- Jamur ini menyerang pucuk (Flush) dan daun muda
- Gejala serangan
- Daun-daun muda umur 1 – 9 hari jika terserang permukaanya mengeriput,
ujung daun mengering dan akhirnya gugur
- Sedangkan daun-daun yang lebih tua (umur 10 – 15 hari) jika terserang
pada jaringan daun tanpa adanya bercak translusen, tapi daun tidak gugur.
Pada permukaan daun tampak koloni berwarna putih seperti tepung yang
terdiri dari konodia dan kinidiafor
- Apabila serangan berat terjadi pada daun muda (1-9 hari), daun akan gugur
sehingga tanaman menjadi gundul
- Penularan penyakit
Penularan penyakit terjadi melalyi spora yang disebarkan oleh angin, embun
atau air hujan.
Pengamatan
- Metoda Pengamatan
- Wilayah pengamatan
Wilayah pengamatan, jumlah tanaman, dan cara pengambilan contoh
tanaman yang diamati baik untuk petani maupun petugas sama seperti
pada pengamatan JAP
- Hal yang diamati
o Untuk Petani : Jumlah tanaman yang terserang
o Untuk Petugas : Kerapatan tajuk tanaman yang dinyatakan
dalam persen.
- Intensitas serangan
o Untuk Petani : Dilakukan dengan menghitung jumlah tanaman
yang terserang
- Persentase serangan
JT
PS x 100% .......%
JA
PS = Persentase serangan
JT = Jumlah pohon terserang
JA = Jumlah pohon dalam satuan luas yang dikelola
- Luas Serangan
LS = PS x A = ........ha
LS = Luas serangan
PS = Persentase serangan
A = Luas areal yang diamati
- Siklus Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap bualan, kecuali waktu tanaman membentuk
tunas baru, pengamatran dilakukan setiap 2 minggu.
- Pelaporan
- Laporan petani
o Laporan adanya penyakit tepung dicatat sesuai dengan form laporan
petani (Form 1, Lampiran 1)
o Laporan petani/kelompoktani dilakukan setiap ½ - 1 bulan
Pengendalian
Pengendalian penyakit tepung dilakukan dengan memadukan beberapa cara
pengendalian yang cocok. Cara pengendalian tersebut adalah :
- Kultur Teknis
Pengendalian secara kultur teknis lebih bersifat pencegahan, misalnya :
- Untuk mencegah timbulnya penyakit tepung dilakukan dengan menanam 3
– 4 jenis /klon anjuran yang resisten dalam 1 areal pertanaman atau
dengan kata lain mencegah penanamn monokultur. Jenis/klon dengan
tingkat ketahanannya terhadap penyakit daun seperti pada Tabel 3.
- Memperbaiki kondisi tanaman antara lain :
o Pemupukan dengan dosis anjuran. Khusus pada saat tanaman
membntuk daun-daun baru, pemupukan nitrogen (urea, ZA)
diberikan dalam dosis tinggi (2x dosis anjuran) dengan maksud
untuk memacu pembentukan daun-daun baru sehingga tanaman
terhindar dari serangan oidium
o Sanitasi kebun, pengendalian gulma secara teratusr terutama di
sekitar (piringan) tanaman.
o Perbaikan drainase kebun untuk menghindari penggenangan air
dalam kebun.
- Kimiawi
- Tanaman akan terhindar dari serangan Oidium jika dapat dibuat bertunas
serentak lebih kurang 1 bualn sebelum berkembangnya jamur oidium.
Untuk tujuan tersebut daun-daun kadang digugurkan secara sengaja lebih
kurang satu bulan sebelum saat gugur daun (meranggas). Caranya
tanaman disemprot dengan bahan kimia penggugur daun misalnya asam
kakodilat (asam dimetil arsenat) atau MSMA (monosodium methane
arsenat) dengan dosis masing –masing 1,0 dan 2,0 kg/ha.
- Penggunaan fungisida untuk perlindungan tanaman dengan jenis fungisida
yang dianjuran, penggunaan fungisida ini dimulai saat 10% tanaman dalam
kebun telah membentuk daun-daun secara gugur alamiah terutama pada
daerah rawan penyakit (Tabel 3)
Keterangan :
a) 1 : tahan b) 1 : jagur c) 1 : bagus
2 : sedang 2 : sedang 2 : sedang
3 : peka 3 : kurang 3 : buruk
OD = Oidium CL = Colletotrichum CO = Corynespora
Pengenalan
- Penyakit daun Colletotrichum merupakan penyakit yang relatif baru pada karet
di Indonesia
- Selain menyerang daun, penyakit dapat timbul pada bagian hijau dari tanaman
karet seperti buah dan ranting
- Serangan berat pada daun-daun muda yang baru terbentuk setelah daun
meranggas dapat menyebabkan banyak gugurnya daun muda yang disebut
gugur daun sekunder. Hal ini terutama terjadi jika perkembangan daun-daun
muda berlangsung pada cuaca basah. Sedangkan pada cuaca yang relatif
kering, gugur daun sekunder disebabkan oleh ioidium.
- Penyakit ini juga dapat terjadi di pembibitan dan kebun entres
- Penyebab Penyakit
- Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides
- Selain pada karet , jamur ini juga dapat menyebabkan penyakit pada kakao,
kopi, jeruk, apokat, dan sebagainya.
- Gejala serangan
- Daun-daun muda rentan selama lebih kurang 15 hari sejak kuncup
membuka. Setelah masa itu yaitu daun sudah membuka penuh, warnanya
telah berubah dari warna perunggu menjadi hijau pucat, daun-daun
tersebut relatif lebih tahan. Oleh karena itu jika infeksi terjadi pada bagian
awal dari 15 hari tersebut, daun akan menjadi layu dan rontok, tetapi jika
infeksi terjadi setelah masa itu daun-daun relatif lebih tahan sehingga
meskipun terserang tapi tidak gugur.
- Serangan pada daun muda menimbulkan bercak-bercak berwarna coklat
kehitaman pada bagian tengahnya kemudian diikuti mengeriputnya helaian
daun, timbulny busuk kebasahan pada bagian yang terinfeksi, dan akhirnya
gugur
- Pada daun yang lebih tua (umur lebih dari 10 hari) menyebabkan timbulnya
bercak-bercak coklat dengan halo (batas berbentuk cincin) berwarna kuning
dan permukaan daun menjadi kasar. Serangan lebih lanjut menyebabkan
bercak-bercak tersebut menjadi berlubang.
- Serangan pad ranting muda yang masih hijau menyebabkan gejala busu,
kering dan akhirnya mati pucuk (die back)
- Penularan/penyebaran Penyakit
Penularan penyakit dapat terjadi terutama melalui spora yang disebabkan oleh
angin, embun atau air hujan.
Pengamatan
- Pengamatan untuk penyakit gugr daun Colletotrichum yang terdiri dari metoda
pengamatan, pelaporan, pelaksanaan pengamatan, dan pengambilan
keputusan sama seperti pada penyakit tepung.
- Dengan demikian, pengamatan terhadap penyakit ini dapat dilakukan secara
bersamaan terhadap pengamatan penyakit tepung.
Pengendalian
Pengendalian penyakit gugur daun Colletotrichum dilakukan dengan memadukan
beberapa cara pengendalian yang cocok. Cara pengendalian tersebut adalah :
- Kultur Teknis
Pengendalian secara kultur teknis lebih bersifat tidak langsung dan lebih
bersifat pencegahan, misalnya :
- Untuk mencegah sistem penanaman secara , yaitu dengan menanam 3-4
klon anjuran yang tahan dalam satu areal pertanaman jenis-jenis klon
dengan sifat ketahanannya dapat dilihat pada Tabel 3..
- Memperbaiki kondisi tanaman antara lain :
o Pemupukan sesuai dengan dosis anjuran. Tanaman perlu dipupuk
dengan dosis cukup agar dapat mengurangi pengaruh pengguran
daun dan memacu pertumbuahn tanaman. Untuk keperluan ini
pemupukan dengan dosis rendah yang dilakukan beberapa kali lebih
baik daripada pemupukan sekaligus dengan dosis tinggi.
- Kimiawi
Pengunaan fungisida yang dianjurkan untuk melindungi tanaman dari serangan
Colletotrichum seperti pada Tabel 5.
Pengenalan
- Penyakit daun Corynespora menyebabkan gugur daun secara terus menerus
sepanjang tahun sehingga perumbuhan tanaman terganggu, tidak dapat
disadap bahkan mengalami kematian
- Penyebab Penyakit
- Penyakit ini disebabkan oleh jamur Corynespora cassiicola
- Gejala serangan
- Corynespora terutama menyerang daun, baik pada tanaman muda maupun
pada tanaman tua
- Serangan diawali dengan bercak coklat/hitam terutama pada tulang-tulang
daun. Bercak kemudian berkembang mengikuti tulang-tulang daun yang
lebih halus sehingga bentuknya seperti dusi/tulang ikan
- Daun yang sakit mengering, menjadi coklat dan gugur, lebih-lebih jika
serangan dimulai pada tangkai atau daun utama
- Ranting muda yang terserang akan pecah, kering dan akhirnya mati.
- Penularan/penyebaran penyakit
Penyebaran penyakit terutama melalui spora (konidia) yang diterbangkan oleh
angin, pekerja/karyawan kebun atau bahan lainnya.
Pengamatan
Penegndalian
- Kimiawi
Untuk melindungi tanaman dari Corynespora dilakukan dengan penyemprotan
fungisida yang dianjurkan. Beberapa jenis fungisida yang dimaksud seperti
pada Tabel 6.
Yang melapor,
(....................)
1. KELOMPOKTANI/UPPT : ..................................................................
2. KEL.TANI/DESA/KECAMATAN : ..................................................................
3. TANGGAL/BULAN LAPORAN : ..................................................................
4. DATA KHUSUS (UPPT) : ..................................................................
a. Curah hujan rata-rata/bulan : .............. mm; bulan............= .............mm
b. Hari hujan per bulan : .............. mm; bulan............= .............mm
5. LAPORAN SINGKAT
Jumlah/ luas tanah Luas (Ha)
Pengendalian
Jumlah terserang Serangan
Jenis Terserang
pohon/luas Masalah Berat
Tanaman oleh Jlh.
tanaman Ringan Berat Cara hasil sampai
Phn/luas
saat ini
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6. URAIAN KOLOM
*) - Lingkari yang sesuai Pelapor,
- Uraian kolom dalpat menggunakan lembar tambahan
- Pencatatan data pengamatan di tingkat petani, menggunakan form Biltus
(Form F1) dari hama/penyakit yang bersangkutan dan disampaikan kepada
Kelompok tani
- Laporan ke Direktorat Bina Perlintan Perkebunan dibuat (.............................)
Dengan basis data per kabupaten
LANGKAH – LANGKAH
KEGIATAN MELATIH
- Tingkat serangan
- Siklus pengamatan
- Pelaporan
- Pelaksanaan pengamatan
- Pengambilan keputusan
Praktek Lapang
- Biologis
- Kimiawi
- Berikan tugas agar peserta mempraktekkan cara
mengguanakn alat, bagaiman mencampur bahan
pestisida, bagaimana menggunakan bahan
agensia hayati
- Pastikan semua peserta mampu melaksanakan
secara mandiri
- Berikan kesempatan untuk berdiskusi dalam hal
pengendalian
- Berikan kesempatan pada peserta untuk
bertanya jika da hal yang belum jelas
Pada tanaman karet gangguan penyakit karet lebih penting daripada ham
karet karena kerugian/kerusakan yang ditimbulkannya lebih besar. Ole
karena itu dalam materi ini lebih dititik beratkan pada masalah gangguan
penyakit tanaman karet.
- Mekanis – fisis
Dan sebagainya
- Kultur Teknis
Pengolahan tanah
Pengaturan pemupukan
- Biologis/hayati
- Kimiawi
Pengenalan
- Penyakit JAP merupakan penyakit utama tanaman karet karena dapat
menyebabkan kematian tanaman
- Kerugian yang besar akibat penyakit JAP terjadi terutama jika karet
ditanam pada bekas hutan atau bekas kebun karet tua yang proses
pembukaan lahannya tidak dilakukan dengan sempurna, sehingga banyak
tunggul atau sisa-sisa akar sakit dari tanaman sebelumnya yang tertinggal
dalam tanah.
- Penyebab
- Penyakit JAP disebabkan oleh jamur Rigidoiporus lignosus atau
rigidoporus microporus
- Jamur ini menyerang akar tanaman seingga menyebabkan
pembusukan. Serangan dapat terjadi pada tanaman belum
mengahasilkan (TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM)
- Gejala Serangan
- Gejala pada tajuk yaitu daun kuning pucat, kusam, akhirnya kering
dan gugur sehingga tajuk tinggal rantingnya saja
- Bila daerah perakaran dibuka terlihat pada permukaan akar ditumbuhi
miselium (benang-benang jamur) atau risomorf (kumpulan kompak
benang-benagn jamur yang berbentuk bulat /pipih memanjang) warna
putih bentuk pipih. Makin tua risomorf warna berubah kuning gading.
- Untuk mendeteksi adanya serangan JAP ini dapat dilakukan dengan
menutup leher akar tanaman dengan serasah (mulsa). Setelah 3
minggu pada leher akar tanaman yang terserang akan ditumbuhi
risomorf
Pengamatan
Metoda Pengamatan
Wilayah pengamatan
Untuk Petani : - Wilayah pengamatan adalah kebun karet
yang dimiliki petani
- Pengamatan dilakukan terhadap seluruh
tanaman karet yang dimilikinya
Untuk Petugas : - Wilayah pengamatan adalah 10% dari
areal karet yang ada (10% dari wilayah
kerjanya.
- Pengamatan dilakukan dengan metoda
sampling sebanyak 5% dari jumlah
pohon yang ada
JT
PS x 100% ..........%
JA
PS = Persentase serangan
JT = Jumlah pohon terserang
JA = Jumlah pohon dalam satuan luas yang dikelola
Siklus pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan selang waktu 2 bulan sekali yang
dimulai pada tanaman berumur 6 bulan.
Untuk keperluan pelaporan dilakukan dengan selang waktu 3
bulan sekali.
Pelaporan
Laporan Petani
o
Pengendalian
- Penanggulangan penyakit JAP dapat dilakukan dengan melaksanakan
beberapa kegiatan secara terpadu yaitu dengan kultur teknis, mekanis,
biologis, dan kimiawi. Sampai saat ini belum ditemukan klon karet yang
tahan terhadap JAP. Tindakan karantina tidak efektif dilakukan untuk
pengendalian penyakit ini karena Jap bersifat Polifag yaitu dapat
menyerang berbagai macam tumbuhan.
- Penaggulangan JAP dapat dibagi menjadi 2 kelompok kegiatan yaitu :
- Membersihkan sumber infeksi sebelum dan sesudah penanaman
karet
- Mencegah meluasnya penyakit di areal pertanaman/kebun
- Areal pertanaman baru (new planting) dan peremajaan (replanting)
- Kultur teknis
o Menghilangkan tunggul-tunggul atau sisa-sisa tanaman berkayu
secara tuntas pada saat persiapan lahan melalui peracunan
tunggul atau mekanis
o Satu tahun sebelum penanamna bibit karet di lapangan lahan
harus ditanami tanaman penutup tanah jenis kacang-kacangan
yang tumbuh menjalar misalnya Calopogonium mucunoides.
- Mekanis
Tanaman yang masih dapat dipertahankan setelah akar-akar lateral
yang sakit (busuk) dipotong, bagian akar lain yang sudah terinfeksi
tapi belum busuk dibersihkan/dikikis dari rizomorf. Ujung potongan
dan luka pada leher akar dioles dengan ter bebas asam misalnya TB
192. Sekitar pangkal batang pohon tersebut ditaburi 100 – 150 gr
serbuk belerang per pohon. Setelah 1 tahu, leher akar diperiksa lagi
apakah masih ada infeksi. Apabila masih ditemukan rizomorf segera
dibersihkan dan ditaburi lagi dengan belerang seperti cara tersebut di
atas. Kegiatan ini diulangi kembali setiap tahun sampai tidak
ditemukan rizomorf pada pohon yang dirawat. Untuk keperluan
perawatan sebaiknya pohon-pohon yang sakit diberi tanfda dengan
cap dan dicatat waktu perawatannya (tanggal, bulan, tahun).
- Biologis
Pemberian belerang selain dapat membunuh langsung terhadap JAP
(bersifat fungistatik), belerang juga dapat memberikan suasana asam
yang tidak sesuai dengan pertumbuhan Jap dan suasana asam
tersebut dapat merangsang perkembangan Trichoderma koningii
yang antagonis terhadap JAP.
Sebelum penanaman bibit di lapangan sebaiknya setiap lobang
tanam diberi serbuk belerang sebanyak 100 gr yang dapat
dicampurkan dengan tanah pengisi lobang tanah, ataupun ditaburkan
di tanah sekitar pangkal tanaman pada saat penanaman.
Dapat juga menggunakan Trichoderma koningii sebagi agen
pengendali biologis. Penggunaan dapat dilakukan dengan menabur
langsung di sekeliling leher akar tananaman sakit atau
mencampurnya dengan tanah pengisi polybag atau sabut untuk
Dosis pemakaian :
- 50 gr FB (fermentor biomass) per polybag per pohon
- 100 gr FB per pohon untuk tanaman umur 2 – 4 tahun
- 200 gr FB per pohon untuk tanaman umur lebih 4 tahun
- Areal Pertanaman
- Kultur teknis
Pemupukan yang seimbang dan sesuai dengan dosis anjuran,
pengendalian gulma serta perbaikan drainase kebun.
- Mekanis/Eradikasi
Membongkar pohon karet yang terserang berat/tumbang, bagian tunggul
dan akar tanaman dibongkar dan dibakar.
Pohon-pohon di sekitar pohon yang terserang, leher akarnya dibuka
sampai akarnya bebas dari rizomorf. Kemudian di antara pohon sakit dan
pohon sehat diberi parit isolasi. Dalamnya parit isolasi tergantung dari
tipe tanah dan perakaran karet, bervariasi antara 60 – 90 cm dengan
lebar 30 cm.
Pada tanah berpasir perlu dibuat lebih lebar, agar sisinya tidak mudah
longsor. Akar-akar yang terpotong oleh parit isolasi diperiksa, jika ada
akar sakit yang terpotong di parit isolasi, akar ini harus digali ke arah
ujungnya, sehingga daerah yang tidak terisolasi bebas dari JAP.
Parit isolasi harus selalu diperbarui/diperdalam agar akar tanaman sakit
tidak bersentuhan dengan akar tanaman yang sehat.
- Kimiawi
Tanaman yang terserang ringan sampai sedang dapt dikendalikan
dengan penyirmana atau pengolesan fungisida yang direkomendasikan
(lihat Tabel 1).
Jumlah Fungisda/
N Nama
Bahan aktif Formulasi Sifat Cara aplikasi pohon/ aplikasi Interval
o dagang
TBM TM
1 Sulfur Tepung - non sistemik Penaburan/pembenam 100 gr - 6 Belerang
- protektif an sekitar tanaman 150 gr
- persisten
Pelumasan/
2 PCMB Pasta - non sistemik pengolesan akar 160 gr 350 gr 6 Fomac 2,
- protektif Shell CP,
- persisten Ingropasta
Penyiraman akar
3 Triiadimefon Cairan - sistemik 10 ml 20 ml*) 6 Bayleton 250
- protektif EC
- curatif
- non persisten
Penyiraman akar
4 Triiadimefon Cairan - sistemik 5 ml 20 ml*) 6 Bayfidan 250
- protektif EC
- curatif
- non persisten
Penyiraman akar
5 Dinikinasol Tepung - sistemik 5 ml 20 ml*) 6 Sumiate 12,5
- protektif WP
- curatif
- non persisten
Penyiraman akar
6 Heksakonasol Cairan - sistemik 10 ml 20 ml*) 6 Anvil 50 SC
- protektif
- curatif
- non persisten
Pengenalan
- Mouldy rot merupakan penyakit bidang sadapan dan mempunyai arti penting
pada budidaya karet
- Penyakit ini merusak bidang sadapan sehingga pemulihan kulit terganggu dan
menyulitkan penyadapannya
- Mouldy rot yang berat jika tidak dirawat akan mengakibatkan terjadinya luka-
luka yang besar, sehingga bidang sadapan rusak sama sekali dan tidak dapat
disadap lagi
- Penyebab-penyebab
- Mouldy rot disebabkan oleh jamur ceratocystis fimbriata
- Jamur menyerang bidang sadapan terutama pada luka-luka baru karena
penaydapan
- Gejala serangan
- Kulit bidang sadapan yang mudah terinfeksi adalah kulit luka baru yang
masih segar akibat penyadapan, tepatnya di atas alur sadap. Sedangkan
kulit batang sadapan yang sudah pulih, biasanya bebas dari serangan
- Gejala awal ditandai dengan adanya benang jamur berwarna kelabu muda
terdapat di atas jalur sadap dan kemudian berubah menjadi kelabu
kehitaman
- Serangan berat mengakibatkan timbulnya luka yang dalam dan besar serta
tidak beraturan. Kulit yang busuk dan lapuk akan terkelupas sehingga kayu
akan tampak karena kulit pulihan tidak terbentuk
(e) Gejala serangan mouldy rot, tampak adanya beledu di atas alur sadap
(f) Bidang sadap rusak (kulit pulihan tidak terbentuk karena mouldy rot)
(g) Cara aplikasi fungisida untuk pengendalia mouldy rot
(h) Sadapan berat, salah satu faktor penyebab timbulnya mouldy rot
Pengamatan
- Metoda Pengamatan
- Wilayah pengamatan
Wilayah pengamatan, jumlah tanaman, dan cara pengambilan contoh
tanaman yang diamati baik untuk petani maupun petugas sama seperti
pada pengamatan JAP
- Hala yang diamati
Jumlah pohon yang menunjukkan gejala sakit
- Tingkat serangan
o Untuk Petani : Dilakukan dengan menghitung jumlah tanaman
yang menunjukkan gejala sakit
o Untuk Petugas : Penentuan tingkat serangan dilakukan secara
lebih rinci dan didasarkan pada :
Serangan ringan (s) : Jika terdapat jalinan
benang jamur berwarna kelabu muda
dengan luas < 5 cm
Serangan berat (b) : Jikal bidang sadap
tertutup bercak kelabu kehitaman > 5 cm
atau bidang sadap telah rusak
- Persentase serangan
JT
PS x 100% .......%
JA
PS = Persentase serangan
JT = Jumlah pohon terserang
JA = umlah pohon dalam satuan luas yang dikelola
- Siklus Pengamatan
Pengamatan dilakukan terutama pada musim hujan dengan selang waktu
satu bulan sekali
- Pelaporan
- Laporan petani
o Laporan serangan penyakit bidang sadapan dicatat sesuai dengan
form laporan petani (Form 1, Lampiran 1)
o Laporan petani/kelompoktani dilakukan setiap bulan
o Laporan petani/kelompoktani selanjutnya disampaikan kepada
petugas
- Laporan petugas
o Laporan petugas dilakukan setiap 2 bulan dan disampaikan ke Dinas
Perkebunan
o Laporan petugas dibuat sesuai dengan form 2 (Lampiran 2)
Pengendalian
Pengendalian mouldy rot dilakukan dengan memadukan beberapa cara
pengendalian yang cocok. Cara pengendalian tersebut adalah :
- Kultur Teknis
- Oleh karena penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kelembaban kebun yang
tinggi, maka sebagai tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah
mengurangi kelembababan kebun, misalnya :
o Pengaturan jarak tanam yaitu dengan jarak tanam yang cukup lebar
o Tidak menanam tanaman sela
o Membersihkan gulma dan tanaman penutup tanah di sekitar pangkal
batang
- Penggunaan varietas/klon yang relatif tahan misalnya GT 1 dan AVROS
2037
- Menjaga tanaman dalam kodndisi tetap baik misalnya pemupukan dengan
dosis sesuai dengan anjuran agar proses pemulihan kulit berlangsung
dengan cepat
- Mencegah penyadapan berat baik frekuensi mau[un intensitasnya Misalnya
S2/d2 manjadi S2/d3 atau S2/d4 dan seterusnya.
- Kimiawi
- Dalam penggunaan bahan kimia (fungisida) hal yang perlu adalah
mengetahui gejala penyakit sedini mungkin agar pengobatan berhasil baik
- Fungisida dapat digunakan dengan pengolesan pada bagian sakit memakai
kuas atau penyemprotan
- Jenis fungisida yang dianjurkan seperti pada Tabel 2.
- Untuk mencegah penularan penyakit dari bidang sadapan yang satu ke
bidang sadapan yang lain maka pisau sadap yang digunakan terlebih dahuli
dicelupkan ke dalam larutan disenfektan (misalnya larutan IZAL 5% atau
Difilatan 4F 0,2%) setiap kali melakukan penyadapan pada setiap pohon.
Pengenalan
- Penyakit tepung menyebabkab gugurnya daun-daun muda yang baru
terbentuk setelah masa gugur daun tahunan
- Jika cuaca membantu, penyakit tepung dapat menyebabkan gugur daun
beberapa kali sehingga tanaman terpaksa membentuk daun muda berulang-
ulang. Akibatnya kondisi tanaman menjadi lemah, menurunkan produksi latek,
menghambat perkembangan lilit batang dan menyebabkan mati ujung
- Penyebab Penyakit
- Penyakit tepung disebabkan oleh jamur oidum heveae
- Jamur ini menyerang pucuk (Flush) dan daun muda
- Gejala serangan
- Daun-daun muda umur 1 – 9 hari jika terserang permukaanya mengeriput,
ujung daun mengering dan akhirnya gugur
- Sedangkan daun-daun yang lebih tua (umur 10 – 15 hari) jika terserang
pada jaringan daun tanpa adanya bercak translusen, tapi daun tidak gugur.
Pada permukaan daun tampak koloni berwarna putih seperti tepung yang
terdiri dari konodia dan kinidiafor
- Apabila serangan berat terjadi pada daun muda (1-9 hari), daun akan gugur
sehingga tanaman menjadi gundul
- Penularan penyakit
Penularan penyakit terjadi melalyi spora yang disebarkan oleh angin, embun
atau air hujan.
Pengamatan
- Metoda Pengamatan
- Wilayah pengamatan
Wilayah pengamatan, jumlah tanaman, dan cara pengambilan contoh
tanaman yang diamati baik untuk petani maupun petugas sama seperti
pada pengamatan JAP
- Hal yang diamati
o Untuk Petani : Jumlah tanaman yang terserang
o Untuk Petugas : Kerapatan tajuk tanaman yang dinyatakan
dalam persen.
- Intensitas serangan
o Untuk Petani : Dilakukan dengan menghitung jumlah tanaman
yang terserang
- Persentase serangan
JT
PS x 100% .......%
JA
PS = Persentase serangan
JT = Jumlah pohon terserang
JA = Jumlah pohon dalam satuan luas yang dikelola
- Luas Serangan
LS = PS x A = ........ha
LS = Luas serangan
PS = Persentase serangan
A = Luas areal yang diamati
- Siklus Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap bualan, kecuali waktu tanaman membentuk
tunas baru, pengamatran dilakukan setiap 2 minggu.
- Pelaporan
- Laporan petani
o Laporan adanya penyakit tepung dicatat sesuai dengan form laporan
petani (Form 1, Lampiran 1)
o Laporan petani/kelompoktani dilakukan setiap ½ - 1 bulan
Pengendalian
Pengendalian penyakit tepung dilakukan dengan memadukan beberapa cara
pengendalian yang cocok. Cara pengendalian tersebut adalah :
- Kultur Teknis
Pengendalian secara kultur teknis lebih bersifat pencegahan, misalnya :
- Untuk mencegah timbulnya penyakit tepung dilakukan dengan menanam 3
– 4 jenis /klon anjuran yang resisten dalam 1 areal pertanaman atau
dengan kata lain mencegah penanamn monokultur. Jenis/klon dengan
tingkat ketahanannya terhadap penyakit daun seperti pada Tabel 3.
- Memperbaiki kondisi tanaman antara lain :
o Pemupukan dengan dosis anjuran. Khusus pada saat tanaman
membntuk daun-daun baru, pemupukan nitrogen (urea, ZA)
diberikan dalam dosis tinggi (2x dosis anjuran) dengan maksud
untuk memacu pembentukan daun-daun baru sehingga tanaman
terhindar dari serangan oidium
o Sanitasi kebun, pengendalian gulma secara teratusr terutama di
sekitar (piringan) tanaman.
o Perbaikan drainase kebun untuk menghindari penggenangan air
dalam kebun.
- Kimiawi
- Tanaman akan terhindar dari serangan Oidium jika dapat dibuat bertunas
serentak lebih kurang 1 bualn sebelum berkembangnya jamur oidium.
Untuk tujuan tersebut daun-daun kadang digugurkan secara sengaja lebih
kurang satu bulan sebelum saat gugur daun (meranggas). Caranya
tanaman disemprot dengan bahan kimia penggugur daun misalnya asam
kakodilat (asam dimetil arsenat) atau MSMA (monosodium methane
arsenat) dengan dosis masing –masing 1,0 dan 2,0 kg/ha.
- Penggunaan fungisida untuk perlindungan tanaman dengan jenis fungisida
yang dianjuran, penggunaan fungisida ini dimulai saat 10% tanaman dalam
kebun telah membentuk daun-daun secara gugur alamiah terutama pada
daerah rawan penyakit (Tabel 3)
Keterangan :
a) 1 : tahan b) 1 : jagur c) 1 : bagus
2 : sedang 2 : sedang 2 : sedang
3 : peka 3 : kurang 3 : buruk
OD = Oidium CL = Colletotrichum CO = Corynespora
Pengenalan
- Penyakit daun Colletotrichum merupakan penyakit yang relatif baru pada karet
di Indonesia
- Selain menyerang daun, penyakit dapat timbul pada bagian hijau dari tanaman
karet seperti buah dan ranting
- Serangan berat pada daun-daun muda yang baru terbentuk setelah daun
meranggas dapat menyebabkan banyak gugurnya daun muda yang disebut
gugur daun sekunder. Hal ini terutama terjadi jika perkembangan daun-daun
muda berlangsung pada cuaca basah. Sedangkan pada cuaca yang relatif
kering, gugur daun sekunder disebabkan oleh ioidium.
- Penyakit ini juga dapat terjadi di pembibitan dan kebun entres
- Penyebab Penyakit
- Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides
- Selain pada karet , jamur ini juga dapat menyebabkan penyakit pada kakao,
kopi, jeruk, apokat, dan sebagainya.
- Gejala serangan
- Daun-daun muda rentan selama lebih kurang 15 hari sejak kuncup
membuka. Setelah masa itu yaitu daun sudah membuka penuh, warnanya
telah berubah dari warna perunggu menjadi hijau pucat, daun-daun
tersebut relatif lebih tahan. Oleh karena itu jika infeksi terjadi pada bagian
awal dari 15 hari tersebut, daun akan menjadi layu dan rontok, tetapi jika
infeksi terjadi setelah masa itu daun-daun relatif lebih tahan sehingga
meskipun terserang tapi tidak gugur.
- Serangan pada daun muda menimbulkan bercak-bercak berwarna coklat
kehitaman pada bagian tengahnya kemudian diikuti mengeriputnya helaian
daun, timbulny busuk kebasahan pada bagian yang terinfeksi, dan akhirnya
gugur
- Pada daun yang lebih tua (umur lebih dari 10 hari) menyebabkan timbulnya
bercak-bercak coklat dengan halo (batas berbentuk cincin) berwarna kuning
dan permukaan daun menjadi kasar. Serangan lebih lanjut menyebabkan
bercak-bercak tersebut menjadi berlubang.
- Serangan pad ranting muda yang masih hijau menyebabkan gejala busu,
kering dan akhirnya mati pucuk (die back)
- Penularan/penyebaran Penyakit
Penularan penyakit dapat terjadi terutama melalui spora yang disebabkan oleh
angin, embun atau air hujan.
Pengamatan
- Pengamatan untuk penyakit gugr daun Colletotrichum yang terdiri dari metoda
pengamatan, pelaporan, pelaksanaan pengamatan, dan pengambilan
keputusan sama seperti pada penyakit tepung.
- Dengan demikian, pengamatan terhadap penyakit ini dapat dilakukan secara
bersamaan terhadap pengamatan penyakit tepung.
Pengendalian
Pengendalian penyakit gugur daun Colletotrichum dilakukan dengan memadukan
beberapa cara pengendalian yang cocok. Cara pengendalian tersebut adalah :
- Kultur Teknis
Pengendalian secara kultur teknis lebih bersifat tidak langsung dan lebih
bersifat pencegahan, misalnya :
- Untuk mencegah sistem penanaman secara , yaitu dengan menanam 3-4
klon anjuran yang tahan dalam satu areal pertanaman jenis-jenis klon
dengan sifat ketahanannya dapat dilihat pada Tabel 3..
- Memperbaiki kondisi tanaman antara lain :
o Pemupukan sesuai dengan dosis anjuran. Tanaman perlu dipupuk
dengan dosis cukup agar dapat mengurangi pengaruh pengguran
daun dan memacu pertumbuahn tanaman. Untuk keperluan ini
pemupukan dengan dosis rendah yang dilakukan beberapa kali lebih
baik daripada pemupukan sekaligus dengan dosis tinggi.
- Kimiawi
Pengunaan fungisida yang dianjurkan untuk melindungi tanaman dari serangan
Colletotrichum seperti pada Tabel 5.
Pengenalan
- Penyakit daun Corynespora menyebabkan gugur daun secara terus menerus
sepanjang tahun sehingga perumbuhan tanaman terganggu, tidak dapat
disadap bahkan mengalami kematian
- Gejala serangan
- Corynespora terutama menyerang daun, baik pada tanaman muda maupun
pada tanaman tua
- Serangan diawali dengan bercak coklat/hitam terutama pada tulang-tulang
daun. Bercak kemudian berkembang mengikuti tulang-tulang daun yang
lebih halus sehingga bentuknya seperti dusi/tulang ikan
- Daun yang sakit mengering, menjadi coklat dan gugur, lebih-lebih jika
serangan dimulai pada tangkai atau daun utama
- Ranting muda yang terserang akan pecah, kering dan akhirnya mati.
- Penularan/penyebaran penyakit
Penyebaran penyakit terutama melalui spora (konidia) yang diterbangkan oleh
angin, pekerja/karyawan kebun atau bahan lainnya.
Pengamatan
Penegndalian
- Kimiawi
Untuk melindungi tanaman dari Corynespora dilakukan dengan penyemprotan
fungisida yang dianjurkan. Beberapa jenis fungisida yang dimaksud seperti
pada Tabel 6.
Yang melapor,
(....................)
1. KELOMPOKTANI/UPPT : ..................................................................
2. KEL.TANI/DESA/KECAMATAN : ..................................................................
3. TANGGAL/BULAN LAPORAN : ..................................................................
4. DATA KHUSUS (UPPT) : ..................................................................
a. Curah hujan rata-rata/bulan : .............. mm; bulan............= .............mm
b. Hari hujan per bulan : .............. mm; bulan............= .............mm
5. LAPORAN SINGKAT
Jumlah/ luas tanah Luas (Ha)
Pengendalian
Jumlah terserang Serangan
Jenis Terserang
pohon/luas Masalah Berat
Tanaman oleh Jlh.
tanaman Ringan Berat Cara hasil sampai
Phn/luas
saat ini
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6. URAIAN KOLOM
*) - Lingkari yang sesuai Pelapor,
- Uraian kolom dalpat menggunakan lembar tambahan
- Pencatatan data pengamatan di tingkat petani, menggunakan form Biltus
(Form F1) dari hama/penyakit yang bersangkutan dan disampaikan kepada
Kelompok tani
- Laporan ke Direktorat Bina Perlintan Perkebunan dibuat (.............................)
Dengan basis data per kabupaten