Analisis Kasus Ngemplang Utang Dijotosi
Analisis Kasus Ngemplang Utang Dijotosi
1. Apa ada hubungan hukum antara Salimin dan AP? Jelaskan, kalau ada
hubungan hukum apa, kalau tidak mengapa?
Hubungan hukum ialah hubungan antara dua atau lebih subjek hukum. Dalam
hubungan hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan
kewajiban pihak yang lain. Tidak semua hubungan merupakan hubungan hukum karena
suatu hubungan hukum harus ada dasar hukum yang mengaturnya dan diikuti dengan
adanya peristiwa hukum.
Berdasarkan definisi tersebut, pada dasarnya hukum memiliki dua segi, yaitu segi
kekuasaan/kewenangan atau hak (bevoegheid) dan segi kewajiban (plicht). Hak dan
kewajiban ini timbul akibat adanya suatu peristiwa yang diatur oleh hukum, seperti yang
tercantum dalam Pasal 1457 KUH Perdata tentang perikatan (verbintenis), yang timbul
akibat adanya suatu perjanjian (overeenkomst).
Menurut saya, Salimin dan AP memiliki hubungan hukum karena di antara
mereka ada hak dan kewajiban yang timbul akibat adanya kesepakatan utang piutang. AP
memiliki hak untuk menagih utangnya kepada Salimin, dan sebaliknya Salimin memiliki
kewajiban untuk melunasi utangnya kepada AP.
2. Apakah perbuatan AP Memukuli Salimin dapat dikatakan main hakim
sendiri? Jelaskan!
Menurut buku “Mengenal Hukum” yang ditulis oleh Prof. Dr. Sudikno
Mertokusumo, S.H. tentang aksi sepihak atau main hakim sendiri (eigenrichting)
menjelaskan bahwa perorangan tidak diperkenankan melaksanakan sanksi untuk
menegakkan hukum. Memukul orang yang telah mengingkari janji atau tidak mau
melunasi utang, merupakan tindakan menghakimi sendiri, aksi sepihak atau
“eigenrichting”. Tindakan menghakimi sendiri tidak lain merupakan tindakan untuk
melaksanakan hak dan kewajiban menurut kehendak sendiri yang bersifat sewenang-
wenang tanpa persetujuan pihak lain yang berkepentingan. Tindakan menghakimi sendiri
umumnya merupakan perbuatan pidana , tetapi tidak selalu demikian.
Maka dari itu meurut saya pada hakikatnya tindakan menghakimi sendiri ini
merupakan pelaksanaan sanksi perorangan dan hal ini dilarang. Dalam kasus tersebut
perbuatan AP merupakan tindakan eigenrichting atau main hakim sendiri karena AP
memberikan sanksi terhadap Salimin dengan kehendak sendiri yang sifatnya sewenang-
wenang dengan memukuli Salimin menggunakan bambu sampai pada akhirnya Salimin
mengalami luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit.
6. Sebut dan jelaskan salah satu asas hukum yang berlaku dalam kasus Salimin
dan AP!
Asas ”Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali” adalah suatu
perbuatan hanya dapat dihukum bila sebelum perbuatan tersebut dilakukan,telah ada
Undang-undang atau peraturan hukum yang melarangnya dan ada ancaman hukumannya.
Asas ini hanya berlaku dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dan dasar
hukumnya ditemukan pada buku I Pasal 1 ayat (1) KUHP.
Anselm von Feuerbach
Seorang sarjana hukum pidana +erman,sehubungan dengan kedua 'ungsi itu,
merumuskan asas legalitas se$aramantap dalam bahasa Latin, yaitu
1. Nulla poena sine lege: tidak ada pidana tanpa ketentuan pidana
menurutundang-undang
2. Nulla poena sine crimine: tidak ada pidana tanpa perbuatan pidana
3. Nullum crimen sine poena legali: tidak ada perbuatan pidana tanpapidana
menurut undang-undang.
Rumusan tersebut juga dirangkum dalam satu kalimat, yaitu Nullumdelictum,
nulla poena sine praevia lege poenali. Artinya, tidak ada perbuatan pidana, tidak ada
pidana, tanpa ketentuan undang-undang terlebih dahulu
Asas Nullum Delictum ini tidak terlepas dari Asas Legalitas,yaitu asas yang
menekankan bahwa Hukum pidana sebagai Undang-undang haruslah tertulis.Asas
legalitas disamping di sahkan,juga harus tertulis dan tegas. Asas Legalitas mengandung 3
pengertian yaitu:
1. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali.
2. Untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh digunakan
analogi (kias).
3. Aturan-aturan hukum pidana tidak boleh berlaku surut.
Dalam kasus tersebut, tindakan yang dilakukan oleh AP terhadap Salimin, yakni
memukul Salimin dengan bamboo sehingga mengakibatkan luka-luka dan pada akhirnya
Salimin dilarikan ke rumah sakit tergolong dalam tindakan penganiayaan yang telah di
atur dalam Pasal 351 ayat (1) dan (2) KUHPidana. Sehingga hal ini sesuai dengan asas
Nullumdelictum, nulla poena sine praevia lege poenali. Maka dari itu, tindakan main
hakim sendiri (eigenrichting) seperti penganiayaan yang dilakukan oleh AP terhadap
Salimin dapat dipidanakan.