Anda di halaman 1dari 10

Persona, Jurnal Psikologi Indonesia

September 2016, Vol. 5, No. 03, hal 194 - 203

Penerimaan Diri Pada Individu Indigo

Isrida Yul Arifiana


akukakiss@gmail.com
Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Abstract. This study aimed to obtained self-acceptance process in indigo person and to sought
factors that play significant roles in the process of self-acceptance in indigo person. The method
used was qualitative method in the form of case study. Subjects in this study are two subjects. The
first subject was a 22 year-old women, while the second subject was a 20-year-old woman. Both
subjects have special characteristics as an individual and ever done a photo indigo aura.The results
of this study showed that both subjects have a different perception of the special characteristics they
had. The first subject has a positive self-acceptance, described by how she understands her
characteristics, free from shame or guilt, and has realistic expectations as indigo person. While the
second subject did not have fully acceptance, she has lack acceptance regarding her characteristics.
This was because the second subject was still confused, angry, and ashamed of their characteristics
as an indigo person. Factors that affect individual self-acceptance in indigo consist of the
supporting factors and inhibiting factors.

Keywords : self acceptance, indigo individuals

Intisari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran proses penerimaan diri pada
individu indigo serta ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang berperan dalam proses
penerimaan diri pada individu indigo. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif yang berupa
studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua subjek. Subjek I adalah seorang perempuan
berusia 22 tahun sedangkan subjek II seorang perempuan yang berusia 20 tahun. Kedua subjek
memiliki karakteristik khusus sebagai individu indigo dan pernah melakukan foto aura. Hasil
penelitian ini penulis menemukan bahwa kedua subjek memiliki persepsi yang berbeda terhadap
karakteristik khusus yang dimilikinya. Subjek I memiliki penerimaan diri yang positif, digambarkan
dengan bagaimana subjek I memahami karakteristiknya, bebas dari rasa malu atau bersalah serta
memiliki harapan yang realistis sebagai individu indigo. Sedangkan pada subjek II masih belum
sepenuhnya menerima dirinya, penerimaan dalam dirinya terkait karakteristik khususnya masih
kurang. Hal ini disebabkan karena subjek II masih bingung, marah , malu terhadap karakteristiknya
sebagai individu indigo. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan dalam diri individu indigo
terdiri dari faktor pendukung dan faktor penghambat.

Kata kunci : penerimaan diri, individu indigo

PENDAHULUAN dengan adanya peningkatan jumlah media


Istilah “anak indigo” sebagai bagian massa di Indonesia dan media online yang
dari kategori anak berkebutuhan khusus menyajikan artikel populer dalam bahasa asing
semakin luas dikenal masyarakat. Secara maupun bahasa Indonesia yang membahas
tradisional masyarakat melabel “anak indigo” tentang fenomena indigo. Jika dilihat dari
dengan sebutan anak dengan indera keenam sejarahnya, istilah indigo pertama kali
(sixth sense). Fenomena kemunculan anak dikemukakan oleh Nancy Any Tape pada tahun
indigo banyak diperbincangkan baik melalui 1980. Ia adalah orang pertama yang
media massa maupun media online, dibuktikan mengidentifikasi dan menulis fenomena

194
Penerimaan Diri Pada Individu Indigo
Isrida Yul Arifiana

tentang anak indigo. Ia mempublikasikan dari perilaku yang biasa ditunjukan oleh anak
fenomena anak indigo, berdasarkan hasil yang terlahir sebelumnya, karena memiliki
penulisannya tentang warna dasar aura perbedaan maka disebut sebagai suatu yang
manusia. Menurut Tape, setiap warna yang tidak normal, mengalami gangguan dan sakit.
terpancar dari tubuh manusia memiliki arti Perlakuan yang tidak wajar sering mereka
sesuai dengan kepribadian individu tersebut. terima dari lingkungannya, mulai dari rumah,
Tape menemukan warna biru yang lebih dalam, sekolah dan masyarakat. Ada yang
yang ditemukan pertama kali pada tahun 1970 memperlakukan mereka seperti sesuatu yang
dan menyebut warna biru tersebut sebagai sangat luar biasa dan menakjubkan dan ada
“indigo” (Caroll & Tober, 2006). Menurut juga yang memandang mereka terlalu rendah
Tubagus Erwin Kusuma SpKj, seorang seperti orang sakit dan harus dihindari.
psikiater anak dan pakar ahli yang menangani Permasalahan yang timbul dengan
anak-anak indigo di Indonesia, manusia kondisi tersebut adalah, seringkali individu
memiliki 7 chakra utama, masing-masing indigo melakukan penolakan atau tidak
memiliki warna sesuai dengan urutan warna menerima terhadap karakteristik yang
pelangi, merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila- dimilikinya. Dengan adanya penolakan atau
ungu (Me-Ji-Ku-Hi-Bi-Ni-U). Secara umum tidak menerima keadaan diri seutuhnya pada
untuk mempermudah pemahaman tentang diri individu indigo akan mempengaruhi
individu indigo disimpulkan bahwa individu bagaimana dia beradaptasi dengan lingkungan
indigo merupakan variasi baru dalam dan bagaimana dia menggunakan potensi yang
karakteristik manusia. Mereka memiliki dimilikinya. Langkah terbaik agar individu
karakteristik yang mengarah pada fenomena indigo dapat menerima kondisinya terkait
spiritual, selain itu mereka juga dikenal sebagai dengan karakteristik yang dimilikinya adalah
individu yang cerdas, mudah menangkap dengan adanya penerimaan diri yang positif
informasi meskipun belum pernah diajarkan terhadap dirinya sebagai individu indigo.
sebelumnya. Kemampuan lainnya yang terlihat Penerimaan diri didefinisikan sebagai
adalah mereka memiliki sensitivitas yang tinggi sikap merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan alam kualitas, dan bakat-bakat sendiri dan
dan manusia. Jadi meskipun mereka memiliki pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan diri
karakteristik khusus seperti kemampuan (Chaplin,2005). Maslow (dalam
“membaca” perasaan atau bahkan pikiran dan Hjelle,dkk.1992) menempatkan penerimaan
mengetahui keberadaan makhluk halus tapi akan diri, penerimaan akan orang lain dan alam
tetap mereka memiliki kemampuan bersifat pada urutan kedua dalam daftar karakteristik
rasional yang bisa digunakan untuk arah orang mencapai aktualisasi diri atau disebut
positif. dengan self actualizing person. Individu yang
Masyarakat memberikan tanggapan sehat akan menunjukkan rasa hormat terhadap
yang bermacam-macam terhadap keberadaan dirinya dan orang lain, menerima dirinya
individu indigo saat ini, ada yang menganggap dengan keterbatasan, kelemahan, bebas dari
terlalu berlebihan dengan keberadaan mereka, rasa bersalah dan malu juga dari kecemasan
ada yang menganggap mereka sakit jiwa dan akan penilaian orang lain terhadap dirinya.
dianggap sebagai anak yang “aneh”. Persepsi Menurut Roger ( dalam Allen, 2003: 212-214)
anak yang “aneh”, muncul dengan asumsi seseorang yang memiliki sikap penerimaan diri
bahwa individu indigo memiliki karakteristik yang positif tanpa syarat (unconditioned
meramal masa depan yang akurat, sebagian ada positive regard) yang ditunjukkan kepada
yang melaporkan kalau para indigo dapat orang lain akan turut mengembangkan
melihat makhluk-makhluk kasat mata, dan penerimaan yang positif atas dirinya. Individu
yang lain menyatakan anak-anak baru ini indigo yang dapat menerima dirinya akan lebih
berasal dari dimensi yang berbeda. Indigo juga mudah dalam bersosialisasi dan dapat
disangka sebagai penyakit karena pada diri menentukan fungsi diri individu indigo di
mereka muncul suatu perilaku yang sangat lain masyarakat kelak. Banyaknya masyarakat yang

195
Penerimaan Diri Pada Individu Indigo
Isrida Yul Arifiana

belum sepenuhnya memahami konsep indigo tujuan penulisan tersebut, maka penulis
dan masih sedikitnya penelitian ilmiah terkait menggunakan metode kualitatif karena penulis
indigo disebabkan adanya anggapan bahwa ingin memperoleh hasil yang lebih mendalam
karakteristik yang terdapat dalam individu terkait masalah yang diteliti. Poerwandari
indigo tidak bisa dijelaskan secara ilmiah dan (2005:43) mendefinisikan bahwa penulisan
rasional. Dengan adanya persepsi tersebut kualitatif yang baik akan menampilkan
muncul wacana bahwa konsep indigo masuk kedalaman dan detail, karena fokusnya
pada kajian “pseudo science”. Pembahasan memang penyelidikan yang mendalam pada
bahwa indigo termasuk “pseudo science” sejumlah kecil kasus. Penulisan kualitatif
memang belum banyak terbukti baik pada memungkinkan penulis mempelajari isu-isu
literatur buku maupun jurnal. Tapi satu hal tertentu secara mendalam dan mendetail.
yang menarik dari hal ini adalah dalam Selanjutnya, untuk dapat memahami
beberapa artikel online tema indigo terus dikaji penerimaan diri pada individu indigo
dalam pembahasan terkait penanganan individu diperlukan suatu pendekatan holistik yang
indigo dalam ranah psikologi manusia mengasumsikan bahwa keseluruhan fenomena
Sehingga kontroversi indigo di dalam perlu dimengerti sebagai suatu sistem yang
kajian psikologi mungkin bisa diminimalisir kompleks, dan bahwa hal yang menyeluruh
dengan adanya kebutuhan penanganan individu tersebut lebih besar dan lebih bermakna
indigo yang memang lebih dekat jika dikaji daripada penjumlahan bagian-bagian
melalui ilmu psikologi. Selain itu, terlepas (Poerwandari,2005). Dengan menggunakan
bahwa kajian indigo dianggap sebagai pseudo pendekatan holistik akan terkumpul data dalam
science, pada kenyataannya penggunaan istilah berbagai aspek sehingga memperoleh
indigo di masyarakat sudah semakin meluas. gambaran komprehensif dan lengkap terkait
Lebih jauh lagi, ada kecenderungan masyarakat objek studi (Poerwandari, 2005).
memberikan label-label tertentu kepada Penulisan mengenai penerimaan diri
individu yang menunjukkan indikasi indigo dan individu indigo ini menggunakan tipe penulisan
berpengaruh terhadap bagaimana individu studi kasus. Menurut Punch (dalam
indigo melihat dirinya. Apapun bentuk Poerwandari,2005:108) yang didefinisikan
perdebatan terkait konsep indigo, jelas sebagai kasus adalah fenomena khusus yang
membuktikan bahwa fenomena indigo ini hadir dalam suatu konteks yang terbatasi
menarik banyak perhatian. (bounded context), meski batas-batas antara
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas.
bagaimana perasaan individu ketika mendapati Kasus itu dapat berupa individu, peran,
bahwa dirinya sebagai indigo dan mendapatkan kelompok kecil, organisasi, komunitas, atau
banyaknya persepsi negatif dari masyarakat bahkan suatu bangsa. Kasus dapat pula berupa
terkait karakteristiknya sebagai individu indigo. keputusan, kebijakan, proses, atau suatu
Lebih jauh, fokus utama penelitian ini akan peristiwa khusus tertentu. Beberapa tipe unit
mengkaji bagaimana proses penerimaan diri yang dapat diteliti dalam studi kasus : individu-
serta apa saja upaya yang dilakukan agar individu, karakteristik atau atribut dari
individu indigo bisa mencapai penerimaan diri. individu-individu, aksi dan interaksi,
Selain itu, penelitian ini juga menggali faktor- peninggalan atau artefak perilaku, setting, serta
faktor yang mempengaruhi dalam upaya peristiwa atau insiden tertentu. Untuk
penerimaan diri pada individu indigo. membahas lebih jauh mengenai penerimaan
diri pada individu indigo maka penulis
METODE menggunakan tipe studi kasus instrinsik karena
Tujuan dalam penelitian ini adalah ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus
untuk memberikan gambaran proses khusus, yaitu kasus indigo.
penerimaan diri pada individu indigo dan Pengambilan subjek dalam penelitian
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses ini dilakukan berdasarkan kriteria tertentu
penerimaan diri tersebut. Untuk memenuhi (purposif), yakni dengan memilih subjek-

196
Penerimaan Diri Pada Individu Indigo
Isrida Yul Arifiana

subjek yang memenuhi kriteria yang ditentukan 5. Bersedia menjadi subyek dalam penelitian
dan yang memiliki informasi penting terkait ini.
dengan topik penelitian. Menurut Neuman Dalam penelitian ini, teknik
(2000: 196) terdapat tiga situasi dimana teknik pengumpulan data yang digunakan ialah
purposif ini tepat untuk digunakan. Situasi wawancara dengan pedoman umum. Pedoman
pertama, ketika penulis menggunakannya untuk wawancara digunakan untuk mengingatkan
memilih kasus-kasus unik yang sangat penulis mengenai aspek-aspek yang harus
informatif, kedua apabila peneliti ingin dibahas.. Wawancara yang dilakukan bersifat
meneliti kelompok populasi khusus yang sulit mendalam dengan mengajukan pertanyaan
dicapai, dan yang ketiga adalah ketika penulis mengenai berbagai segi kehidupan subyek,
ingin mengindentifikasi tipe-tipe tertentu dari secara utuh dan mendalam. Adapun dalam
kasus-kasus untuk penyelidikan yang lebih pedoman wawancara jenis pertanyaan yang
mendalam (in-depth investigation). digunakan meliputi aspek identitas diri subjek,
Penggunaan teknik purposif ini dilakukan karakteristik indigo yang dimiliki, aspek
karena penelitian tentang individu indigo penerimaan diri dan aspek lingkungan sosial
masih jarang dilakukan dan identifikasi terkait subjek. Teknik analisis data yang digunakan
individu indigo masih sedikit orang yang pada penelitian ini adalah analisis tematik yang
mengetahuinya. Oleh karena itu, penulis lebih memungkinkan penulis untuk menemukan
menitikberatkan pada kesesuain calon subyek “pola”. Pola atau tema tersebut tampil seolah
dengan kriteria yang telah ditentukan. secara acak dalam tumpukan informasi yang
Adapun kriteria subyek dalam tersedia. Tahap penemuan pola adalah tahap
penelitian ini adalah mereka yang memiliki mengklarifikasi pola dengan memberi label,
karakteristik sebagai berikut : definisi dan deskripsi.
1. Pria atau wanita yang berada pada usia Selain itu, dalam penulisan ini penulis
dengan rentang usia 18-23 tahun. Lebih menggunakan metode triangulasi untuk
menitikberatkan pada individu indigo meningkatkan kredibilitas datanya. Dan jenis
berusia pada kategori dewasa awal. Karena triangulasi yang digunakan adalah triangulasi
pada kategori usia tersebut, individu data dengan menggunakan significant other
memiliki pemikiran yang jauh lebih matang sebagai pembanding dari data yang didapat dari
jika dibandingkan dengan usia remaja. subjek. Significant other dalam penelitian ini
Individu juga sudah mampu menganalisis adalah keluarga atau sahabat subjek.
keadaan-keadaan yang mempengaruhi .
keadaan dirinya. Masa dewasa awal HASIL dan PEMBAHASAN
merupakan masa pencarian kemantapan Allport (dalam Feist., 2008)
dan reproduktif untuk mengatasi masalah menjelaskan bahwa penerimaan diri merupakan
serta gangguan emosional yang dialami toleransi individu atas persitiwa yang
individu (Hurlock, 1978). membuatnya frustasi atau menyakitkan sejalan
2. Memiliki karakteristik utama sebagai dengan menyadari kekuatan-kekuatan dalam
individu indigo sesuai dengan kajian dirinya. Allport mengkaitkan definisi itu
pustaka yang ada yaitu memiliki dengan emotional security dimana penerimaan
pengalaman ESP, spiritualitas yang tinggi diri individu adalah bagian dari kepribadian
dan rasional. yang matang. Kita ketahui bahwa individu
3. Pernah melakukan identifikasi melalui foto indigo adalah individu yang memiliki
aura atau mendapatkan pernyataan sebagai karakteristik khusus dengan ciri spiritualitas
individu indigo dari para ahli yaitu psikolog yang tinggi, rasionalitas yang tinggi dan adanya
atau psikiater yang berpengalaman kemampuan persepsi ekstrasensori. Indigo
menangani anak indigo. sering mendapat label sebagai anak yang
4. Adanya kesadaran terhadap karakteristik mendapat gangguan mental atau dianggap
yang dimiliki sebagai individu indigo. “tidak mampu menyesuaikan diri” (Carol &
Tober, 2006). Dengan karakteristik khusus

197
Penerimaan Diri Pada Individu Indigo
Isrida Yul Arifiana

yang dimilikinya serta adanya pandangan penulis mendapatkan dua orang subjek. Subjek
negatif dari masyarakat terhadapnya seperti pertama adalah seorang mahasiswi Fakultas
“label” anak aneh maka akan mempengaruhi Psikologi semester 7 sebuah Universitas swasta
penilaian individu indigo terhadap dirinya. ternama di Jakarta. Subjek kedua dalam
Penelitian ini berlangsung selama penelitian ini adalah seorang mahasiswi
kurang lebih lima bulan, dimulai pada bulan Fakultas Kedokteran sebuah Universitas Negeri
November 2010 hingga Maret 2011. di Surabaya.. Adapun hasil dalam penelitian ini
Dilaksanakan di dua kota yaitu Surabaya dan dijelaskan melalui gambaran perbandingan
Jakarta. Dari hasil pencarian subjek dengan kedua subjek.
menggunakan dua cara tersebut akhirnya

Tabel 1. Perbandingan Subjek I dan II


Unit Analisis Subjek I Subjek II
Identitas Diri
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Usia 22 tahun 20 tahun
Suku Bangsa Jepang-Padang Jawa-Madura
Pendidikan S1 Mahasiswa S1 Mahasiswa
Alamat Jakarta Selatan Surabaya
Identifikasi awal Saat usia 18 tahun Dua tahun yang lalu
Hasil Foto Aura Arsip hilang, pernah Arsip masih ada, konsultasi
konsultasi dengan psikiater dengan psikolog

Karakteristik Indigo yang Dimiliki


Kemampuan persepsi Subjek sejak kecil mampu melihat Kepekaan subjek dalam
ekstrasensori makhluk “halus”, kemudian memprediksi masa depan
melihat kepribaian orang dan sangat kuat, selain itu dapat
melihat masa depan serta masa lalu melihat makhluk “halus”.
orang lain.
Rasional Subjek termasuk anak yang cerdas, Subjek adalah individu
ia memiliki prestasi yang cukup yang mudah menangkap
baik dalam bidang akademik, skor informasi dan pandai
IQ nya berada pada kategori rata- dalam mempelajari banyak
rata atas. Selain itu, subjek juga hal. Bakat subjek yang
menguasai beberapa hal dalam menonjol dalam bidang
bidang seni. seni sudah terlihat dari usia
kelas 2SD
Spiritual Subjek adalah individu yang tegas Subjek lahir dari orangtua
dan memiliki prinsip yang sangat yang religius, sehingga
kuat terhadap apa yang ia yakini. subjek memilih menganut
Subjek memilih untuk tidak agama sesuai yang diyakini
menganut agama apapun dan lebih orangtua subjek.
memilih untuk berkomunikasi Spiritualitas subjek juga
dengan Tuhan melalui meditasi. terlihat dari cara ia
Subjek juga memiliki berkomunikasi dengan
kesensitifannya terhadap hal-hal Tuhan dan memandang
yang berbau filosofi akan Tuhan keberadaan individu lain di
dan makhluknya. dunia ini.
Penerimaan Diri Subjek
Persepsi terhadap Subjek menganggap menjadi Subjek masih menganggap
Karakteristik yang Dimiliki invidu indigo adalah beban bagi kemampuannya sebagai
dirinya dan merupakan cobaan individu indigo adalah hal
bagi dirinya. yang aneh.
Menerima nilai-nilai dalam Subjek menerima keadaan dirinya Persepsi subjek terhadap
dirinya dengan karakteristik yang ia miliki kemampuannya masih

198
Penerimaan Diri Pada Individu Indigo
Isrida Yul Arifiana

sebagai individu indigo. Usaha dirasakan sebagai suatu hal


untuk menerima dimulai dengan yang aneh dan
mengenal guru meditasi dan membingungkan.
berkonsultasi dengan orang-orang Sehingga subjek masih
yang paham tentang fenomena belum menerima
indigo. Dengan menerima subjek sepenuhnya keadaan
memiliki harapan yang realistik. dirinya. Dan perlu adanya
kontol diri terkait
karakteristik yang ia miliki
Bebas dari Perasaan Malu Subjek pernah merasa malu dan Pengalaman terkait
atau Bersalah bersalah atas keadaan dirinya. karakteristik yang ia miliki
Namun saat ini subjek sudah bebas seringkali menimbulkan
dari rasa malu karena ia merasa perasaan marah dan kesal
label indigo bukanlah hal yang terhadap dirinya. Subjek
penting. Dan karakteristik indigo juga malu terhadap
bagaimanapun juga tetap melekat penilaian orang atas
pada dirinya. Subjek juga tidak dirinya.
mementingkan pendapat orang lain
atas dirinya.
Evaluasi Diri yang Tepat Subjek adalah individu yang Subjek mampu
terbuka terhadap siapapun tentang mengevaluasi dirinya dan
karakteristiknya sebagai individu menggambarkan dirinya
indigo. Ia mampu mengevaluasi sebagai individu yang
kelebihan serta kekurangannya. mudah memahami dan
Selain itu subjek juga memiliki lebih paham tentang
strategi tersendiri dalam sesuatu jika dibandingkan
menyelesaikan masalahnya dengan orang lain. Subjek
termasuk tipe individu
yang terburu-buru.
Penerimaan positif dari orang Saat subjek berusia 19 tahun, ada Subjek memiliki dukungan
lain penerimaan negatif dari dari ibu subjek, meskipun
lingkungan subjek. Penerimaan hubungan antara subjek
negatif itu memberikan dampak dengan keluarganya
yang kurang baik bagi subjek. terkadang kurang baik.
Namun subjek berhasil melewati Selain itu, sahabat subjek
masa itu dan saat ini lingkungan juga sudah bisa menerima
sosialnya yang baru bisa menerima keadaan subjek. Meskipun
keadaan subjek sebagai individu masih ada beberapa
indigo. Peran penerimaan dari ibu lingkungan sosial yaitu
subjek yang diwujudkan dengan teman-teman kampus yang
dukungan untuk subjek. belum menerima
karakteristik yang dimiliki
subjek.

Seperti pada kasus Subjek I, sebagai dirinya sebagai individu indigo dengan
individu indigo ia menyadari bahwa ia berbagai cara. Selama satu tahun subjek
memiliki karakteristik sebagai individu indigo mengalami masa frustasi karena pandangan
sejak kecil. Awal mula mendapati dirinya negatif dari lingkungannya. Individu yang
sebagai individu indigo, subjek I merasakan menerima dirinya bagi Maslow akan di tandai
shock. Perasaan shock itu juga ditambah dengan ciri menyadari kelebihan serta
dengan keadaan penerimaan negatif dari kekurangannya, bebas dari perasaan malu atau
lingkungan sosialnya. Saat berada di bersalah, terhindar dari kecemasan akan
Universitas A subjek I pernah dianggap penilaian orang lain dan menerima nilai-nilai
skizofrenia oleh teman-temannya. Selain itu, dalam dirinya.
subjek I juga melakukan penolakan terhadap

199
Penerimaan Diri Pada Individu Indigo
Isrida Yul Arifiana

Secara umum subjek I memiliki ciri-ciri yang menjadi penghambat dalam proses
individu yang menerima dirinya menurut penerimaan diri pada subjek I adalah adanya
Maslow. Subjek I bebas dari perasaan malu stress emosional berat yang pernah dialami
karena lingkungan menganggapnya aneh dan subjek. Selain itu, adanya hambatan dari
tidak lagi mementingkan pandangan negatif lingkungan sosial subjek yang menganggap
dari orang lain. Dan pada akhirnya subjek bahwa individu indigo itu tidak ada dan subjek
berhasil menerima keadaan dirinya sebagai I dianggap gila oleh lingkungannya.
individu indigo dengan lebih menyadari Sedangkan faktor-faktor pendukung
kekuatan-kekuatan pribadi yang ada dalam pada subjek II adalah reaksi positif dari
dirinya. Dengan menerima keadaan dirinya, orangtua subjek terhadap dirinya, dukungan
subjek akhirnya dapat mengatasi keadaan dari sahabat subjek dan harapan realistik subjek
emosionalnya.. Pada kasus berikutnya yaitu terkait karakteristiknya. Faktor-faktor yang
subjek II memiliki permasalahan yang tidak menjadi penghambat subjek II adalah adanya
jauh berbeda dengan kasus I terkait emosi yang labil ketika subjek II mengalami
karakteristik individu indigo yang dimiliki. hal-hal yang berhubungan dengan
Subjek II mendapatkan label sebagai individu karakteristiknya. Hambatan dari lingkungan
indigo sekitar dua tahun yang lalu. Tapi yang masih menganggap keadaan yang dialami
karakteristik individu indigo sudah dimilikinya subjek sebagai hal yang aneh. Selain itu yang
sejak kecil. Karakteristik nya sebagai individu paling utama sebagai penghambat dalam proses
indigo ini banyak memberikan pengalaman penerimaan diri subjek II adalah subjek II
negatif bagi dirinya. Hal ini mempengaruhi belum memahami sepenuhnya keadaan dirinya
subjek II dalam menerima keadaan dirinya sebagai individu indigo.
sebagai individu indigo. Subjek II belum Dampak dari penerimaan diri dalam dua
sepenuhnya memiliki tanda-tanda penerimaan kategori yaitu dalam penyesuaian diri dan
dalam dirinya. Subjek masih merasa marah penyesuaian sosial. Penyesuaian diri itu
terhadap dirinya jika mengalami pengalaman tercipta ketika orang lebih mengenali kelebihan
yang berhubungan dengan karakteristiknya. dan kekurangannya, memiliki keyakinan diri
Subjek masih memiliki kecemasan akan (self confidence) dan harga diri (self esteem).
penilaian teman-teman subjek yang terkadang Dalam penyesuaian sosial, orang yang
masih merasa aneh dengan karakteristiknya memiliki penerimaan diri akan merasa aman
sebagai individu indigo. Kecemasan itu untuk memberikan perhatiannya pada orang
menjadikan subjek II kurang terbuka terhadap lain, seperti menunjukkan rasa empati. Selain
orang lain tentang dirinya. Subjek masih itu, penerimaan diri juga berhubungan dengan
mengalami kebingungan atas apa yang ia keinginan untuk menjadi otentik tanpa harus
rasakan sebagai individu indigo. Subjek belum menjadi seperti orang lain. Sesuai dengan hasil
bisa memberikan penilaian positif terhadap penelitian oleh Carson & Langer (2006) yang
keadaan dirinya. Keadaan ini dapat menuliskan bahwa ketika individu menerima
disimpulkan bahwa subjek belum bisa dirinya maka ia tidak akan berpura-pura untuk
menerima keadaan dirinya sebagai individu menjadi yang lain. Individu juga harus mampu
indigo. Penerimaan diri pada individu tentu merealisasikan kontrol dalam diri mereka untuk
saja dipengaruhi oleh faktor-faktor yang akan membuat keputusan terhadap kehidupan
menunjang proses penerimaan diri (Hurlock, mereka sendiri.
1978). Faktor-faktor pendukung yang Indigo memang hanyalah sebuah label
mempengaruhi pada subjek I muncul dengan yang diberikan untuk proses pengkategorian
adanya pemahaman akan dirinya sebagai dan pemberian intervensi yang dibutuhkan bagi
individu indigo, reaksi yang positif dari individu indigo. Bagaimanapun juga individu
orangtua subjek, memiliki pengharapan yang indigo adalah individu yang sama seperti
realistik terhadap karakteristik yang ia miliki, individu lainnya yang berhak untuk
dukungan dari ibu subjek dan kesuksesan bereksistensi di dunia ini. Ada beberapa hal
terhadap karir yang ia jalani saat ini. Faktor yang perlu diperhatikan jika kita ingin

200
Penerimaan Diri Pada Individu Indigo
Isrida Yul Arifiana

membantu individu indigo untuk karakteristik individu indigo mulai muncul.


menyelesaikan konflik terkait penerimaan Selain itu, bentuk dukungan lain dari keluarga
dirinya sebagai individu indigo. Keberhasilan juga dapat diterapkan melalui prinsip
penerimaan diri dalam mereka juga ditunjang keterbukaan dalam berkomunikasi dengan
oleh dukungan dari lingkungannya dengan individu indigo.
tetap menghargai segala bentuk karakteristik Dengan adanya dukungan serta
yang mereka miliki. Bentuk dukungan itu bisa kesempatan mereka akan memiliki rasa aman
dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan dan memungkinkan untuk menilai dirinya
sekolah atau universitas dan lingkungan secara lebih realistis sehingga dapat
masyarakat yang lebih luas lagi. Dukungan dari menggunakan potensinya secara efektif.
keluarga merupakan faktor penguat utama yang Penilaian realistis atas dirinya dengan segala
dapat dijadikan landasan dalam membantu karakteristiknya sebagai individu indigo itu
proses penerimaan diri subjek. Keluarga harus akan menjadikannya sebagai individu yang
memahami betul bagaimana karakteristik sehat secara mental, memiliki kepribadian yang
individu indigo. Sehingga pola asuh yang matang dan bahagia (Chapman, 2001).
sesuai bisa diterapkan dari awal ketika

KESIMPULAN dan SARAN pemahaman diri dari individu indigo


Pada bagian akhir dari penelitian ini, terhadap karakteristik khusus yang
penulis akan menyajikan beberapa kesimpulan dimilikinya. Faktor-faktor yang
yang didapatkan dari hasil penelitian tersebut. mempengaruhi penerimaan diri individu
Kesimpulan tersebut antara lain : terdiri dari faktor pendukung antara lain
a. Kemampuan persepsi ekstrasensori yang reaksi positif dari orangtua, dukungan
dimiliki oleh individu indigo memberikan sosial, penerimaan positif dari orang lain
permasalahan tersendiri bagi tiap individu dan harapan realistik dalam dirinya.
indigo. Permasalahan itu bisa muncul dari Sedangkan faktor penghambatnya yaitu
faktor internal yaitu persepsi individu adanya emosional yang berat dan hambatan
terhadap karakteristik yang dimilikinya dnegatif dari lingkungan.
sebagai individu indigo. Dan faktor c. Dampak dari penerimaan diri yang positif
eksternal yang bisa terjadi karena adanya akan memberikan kemudahan individu
penilaian negatif dari lingkungan sosial untuk melakukan penyesuaian diri dan
individu penyesuaian sosial. Selain itu, adanya
b. Penerimaan diri yang dialami kedua subjek penerimaan diri pada individu indigo akan
memiliki perbedaan. Subjek I memiliki menjadikannya sebagai individu yang sehat
penerimaan diri yang lebih positif jika secara mental, memiliki kepribadian yang
dibandingkan dengan subjek II. Penerimaan matang dan bahagia.
diri terhadap dirinya ditandai dengan d. Individu indigo yang belum berhasil
adanya kesadaran akan kelebihan serta menerima dirinya, dapat memulai usaha
kekurangannya, bebas dari perasaan malu dengan memiliki keterbukaan diri pada
atau bersalah, terhindar dari kecemasan orang lain atas apa yang ia alami. Selain
akan penilaian orang lain dan menerima itu, kebutuhan akan pemahaman terkait
nilai-nilai dalam dirinya. Selain itu, karaktersitik indigo yang dimiliki bisa
penerimaan diri yang positif berpengaruh didapatkan dengan berkonsultasi pada
terhadap konsep diri yang dimiliki individu. psikiater atau psikolog yang menangani
Sedangkan pada individu indigo yang individu indigo.
masih belum mampu menerima dirinya
akan muncul berbagai macam tekanan serta Berikut merupakan saran-saran bagi penelitian
konflik-konflik dalam dirinya. dalam psikologi :
Ketidakmampuan dalam menerima diri itu a. Dalam bidang psikologi, fenomena
bisa disebabkan oleh kurangnya keberadaan individu indigo ini harus

201
Penerimaan Diri Pada Individu Indigo
Isrida Yul Arifiana

diperkaya dengan adanya literatur berupa b. Pentingnya peran pola asuh dan pembinaan
buku dan hasil penelitian yang lain tentang yang tepat bagi individu indigo. Individu
individu indigo. Upaya pembuatan asesmen indigo perlu diberikan pembinaan terkait
formal atau informal dalam dunia psikologi tata krama dan upaya bersosialisasi di
juga harus dilakukan agar memberikan lingkungan masyarakat.
kemudahan identifikasi awal pada individu c. Para orangtua yang memiliki anak dengan
indigo. karakteristik indigo hendaknya berusaha
b. Penting bagi bidang psikologi untuk bisa untuk memaksimalkan potensi dan
memahami fenomena yang terjadi pada kemampuan yang dimiliki oleh anaknya.
individu indigo dan segala permasalahan
yang mereka hadapi terkait karakteristik Sedangkan untuk penelitian lanjutan hal yang
khusus yang dimiliki atau penerimaan dari dapat dilakukan ialah :
lingkungan, sehingga para psikolog bisa a. Dalam pembahasan penulis menyadari,
membantu mereka menemukan banyaknya kelemahan dalam perpektif teori
kebermaknaan dalam diri mereka dan yang digunakan dalam penelitian. Sehingga
meminimalisir gangguan emosional yang untuk penelitian selanjutnya bisa
seringkali mereka hadapi. menggunakan perspektif teori lain dalam
Untuk orangtua yang memiliki anak membahas penerimaan diri dengan
dengan karakteristik indigo, hal yang harus fenomena khusus lainnya.
dilakukan ialah : b. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan
a. Agar memiliki penerimaan positif dalam mengambil lebih banyak subjek penelitian
diri orangtua ketika mendapati bahwa agar mendapatkan gambaran yang lebih
anaknya memang berbeda dari individu mendalam tentang fenomena individu
lain. indigo.

DAFTAR PUSTAKA http://www.psychic-junkie.com/indigo-


Allen, B.P. (2003). Personality Theories adult.html.
Development, Growth, & diversity 4 Denmark, Kenneth. L. (1973). Self Acceptance
ed. Boston : Library of Conggress and Leader Effectiveness. Journal of
Cataloging-in-publication-data. Extension. hal 6-11.
Apsari, I. (2009). Skripsi : Gambaran Konsep Flett, Gordon L.,Avi,Besser.,Richard, Davis.,&
Diri Anak Indigo. Jakarta : Universitas Paul, Hewitt. (2003). Dimensions Of
Indonesia, Fakultas Psikologi. Perfectsionism Unconditional Self
Branden, N. (1994). The Six Pillars Of Self Acceptance and Depression. Journal of
Esteem. New Yorks : Bantam Books. Rational & Cognitive Behavior
Bungin, B. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Therapy. Vol.21 no.2, 13-18.
: Aktualisasi Metodologis ke Arah Feist, Jest &Gregory J, Feist. (2008). Theories
Ragam Varian Kontemporer. Jakarta : of Personality. Edisi kelima.
Grafindo. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Carroll,L & Tober. (2006). The Indigo Hurlock, E.B (1978). Psikologi Perkembangan
Children. Jakarta: Gramedia. : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Carson, S.H.,& Langer,EJ. (2006). Mindfulness Kehidupan 5ed. Terjemahan :
and Self Acceptance. Journal Of Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta :
Cognitive Behaviour Therapy and Erlangga.
Emotional., 24,29-42. Izzaty, R.E. (1996). Penerimaan Diri dan
Chaplin, J.P. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Toleransi Terhadap Stres pada Wanita
Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Berperan Ganda. Skripsi (Tidak
Chapman,W. (2001). Indigo Adult. Diakses Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
pada tanggal 14 Februari 2011 dari Psikologi Universitas Gajah Mada.

202
Penurunan Body Dissatisfaction Pada Perempuan Dalam Masa Emerging Adulthood Dengan Gratitude
Intervention

Johnson, D.W. (1993). Reaching Out and Poerwandari, K. (2005). Pendekatan Kualitatif
Interpersonal Effectivenessand Self Untuk Penelitian Manusia. Jakarta :
Actualization 4th. USA: Allyn & LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas
Bacon. Indonesia.
Kusuma, E. (2009). Handout Anak Indigo. Susanti, D.P., Siti, M., & Anita, Z., (2009).
Disampaikan dalam Seminar Anak Penerimaan Diri pada Istri Pertama
Indigo di Jakarta. Dalam Keluarga Poligami. Jurnal
Mujib, A. (2011). Handout Indigo dalam Universitas Gunadarma.
Perspektif Psikologi Islam dan Tom. (2009). Evolusi Anak-Anak Indigo.
Psikologi Timur. Disampaikan dalam Artikel online diakses melalui
Seminar Indigo dan Permasalahannya www.google.com pada tanggal 19
Universitas Paramadina Jakarta tanggal Oktober 2010
14 April 2011.

203

Anda mungkin juga menyukai